BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-1-00488-mn 2.pdfbarang,...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-1-00488-mn 2.pdfbarang,...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Jasa
Jasa merupakan pemberian suatu kriteria atau tindakan tak kasat mata dari
satu pihak kepada pihak lain (Rangkuti, 2006, p26). Sedangkan menurut pendapat
Musanto (2004), pada dasarnya jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki
beberapa unsur ketidakberwujudan yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lainnya dan memberikan berbagai manfaat bagi pihak-pihak terkait.
Kotler (2002, p43) juga mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau
perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak dapat menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Oleh sebab itu, jasa memiliki beberapa karakteristik unik yang
membedakannya dari barang dan berdampak pada cara memasarkannya.
Dari teori tersebut diatas, yang dimaksud jasa adalah tindakan yang tidak
berwujud fisik yang dapat ditawarkan kepada pihak lain dan memberikan manfaat
bagi pihak terkait..
Karakteristik jasa (Tjiptono, 2006:18) adalah sebagai berikut:
1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat
atau benda, maka jasa adalah perbuatan , tindakan, pengalaman, proses, kinerja
atau usaha. Hal tersebut yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
8
2. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan
jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3. Variability/heterogenity/inconsistency
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output,
artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa,
kapan, dan di mana jasa tersebut di produksi.
4. Perishability
Yaitu jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
5. Lack of ownership
Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian
barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk
yang dibelinya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya
memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas
(misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan).
Pada umumnya, jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana
interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.
Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk karena :
• Pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya tidak
kasat mata dan tidak dapat diraba.
• Produksi jasa dilakukan saat konsumen berhadapan dengan petugas sehingga
pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera. Hal ini lebih sulit daripada
pengawasan produk fisik.
• Interaksi antara konsumen dan petugas adalah penting untuk dapat
mewujudkan jasa yang dibentuk.
9
Tujuan manajemen pelayanan jasa adalah untuk mencapai tingkat kualitas
pelayanan tertentu yang dihubungkan dengan tingkat kepuasan pelanggan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam konsep manajemen jasa pelayanan :
1) Merumuskan suatu strategi pelayanan
2) Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan
3) Menetapkan suatu standar kualitas secara jelas
4) Menerapkan sistem pelayanan yang efektif
5) Karyawan yang berorientasi kepada kualitas pelayanan
6) Survei tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan
Sukses suatu industri jasa tergantung pada sejauh mana perusahaan
mempu mengelola tiga aspek yang dikenal sebagai Segitiga Jasa berikut :
1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.
2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji
tersebut.
3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan.
Gambar 2.1 Diagram Segitiga Pemasaran Jasa
Sumber : Rangkuti (2006, p27)
Manajemen Karyawan
Pelanggan
EXTERNAL MARKETING Menetapkan janji mengenai produk/jasa yang akan disampaikan
INTERACTIVE MARKETING
Menyampaikan produk/jasa sesuai dengan yang
telah dijanjikan
INTERNAL MARKETING
Membuat agar produk/jasa yang disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan
10
Kegagalan di satu sisi dapat menyebabkan segitiga jasa roboh, yang artinya
industri jasa tersebut gagal. Pembahasan industri jasa harus meliputi perusahaan,
karyawan, serta pelanggan. Status dan peran perusahaan, karyawan, serta
pelanggan seperti pada Gambar 2.1.
Tabel 2.1 Peran dan Status Segitiga Pemasaran Jasa
STATUS PERAN
PERUSAHAAN Fasilitator terhadap karyawan
agar mampu melayani
pelanggan
• Penyelidik keinginan pelanggan
• Pembuat spesifikasi jasa yang akan disampaikan
• Pemberdaya karyawan agar mampu menyampaikan jasa kepada pelanggan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
KARYAWAN Penyampai jasa • Jasa itu sendiri • Personifikasi atau gambaran
dari perusahaan • Pemasar jasa secara tidak
langsung PELANGGAN Penerima jasa • Penilai kualitas jasa
Sumber : Rangkuti (2006, p28)
2.1.2 Pengertian Kualitas Jasa
Kualitas jasa didefinisikan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi
tingkat kepentingan pelanggan (Rangkuti, 2006, p28). Jenis kualitas jasa yang
digunakan untuk menilai kualitas jasa adalah sebagai berikut :
1) Kualitas teknik (outcome), yaitu kualitas hasil kerja penyampaian jasa itu sendiri.
2) Kualitas pelayanan (proses), yaitu kualitas cara penyampaian jasa tersebut.
Setiap perusahaan jasa perlu mengetahui, mengantisipasi, dan memenuhi
kebutuhan serta keinginan pelanggan dengan memperhatikan kriteria jasa.
11
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2006, p29), ada sepuluh kriteria umum atau
standar yang menentukan kualitas suatu jasa, yaitu :
• Reliability (Keandalan)
• Responsiveness (ketanggapan)
• Competence (kemampuan)
• Access (mudah diperoleh)
• Courtesy (keramahan)
• Communication (komunikasi)
• Credibility (dapat dipercaya)
• Security (keamanan)
• Understanding (knowing the customer) (memahami pelanggan)
• Tangibles (bukti nyata yang kasat mata)
Kesepuluh dimensi tersebut dapat disederhanakan menjadi lima dimensi,
Pasuraman (1988) dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL dalam Lupiyoadi
(2006:182) berhasil mengidentifikasikan lima kelompok karakteristik yang digunakan
konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa yaitu:
1. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan
sarana komunikasi.
2. Kehandalan (reliability), kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu
konsumen dan memberikan dengan tanggap.
4. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dipercaya
dimiliki para staf, bebas dari bahaya risiko dan keragu-raguaan.
5. Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik, dan memahami kebutuhan para konsumen.
12
2.2 Sikap Konsumen
Lefton mendefinisikan sikap sebagai pola perasaan, keyakinan, dan
kecenderungan perilaku terhadap orang, ide, atau obyek yang tetap dalam jangka
waktu yang lama. Sedangkan Schiffman dan Kanuk mengatakan sikap adalah
predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten sesuatu objek, dalam
bentuk suka atau tidak suka (Prasetijo dan Ihalauw, 2005, p104).
Jadi dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan pola
perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku seseorang dalam bentuk suka
atau tidak suka yang konsisten terhadap suatu objek.
Sikap konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam perilaku
pembelian. Dalam proses pengambilan keputusan, ada dua variabel pemikiran dalam
sisi psikologis seorang konsumen, yaitu sikap dan kebutuhan. Dalam terminologi
pemasaran, kebutuhan adalah tujuan yang menggerakkan konsumen melakukan
pembelian. Sedangkan sikap adalah evaluasi konsumen atas kemampuan atribut
suatu produk atau merek alternatif dalam memenuhi kebutuhan itu. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap
mempengaruhi pembelian. sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berperilaku
dan dapat dipengaruhi oleh situasi. sikap konsumen terhadap produk atau jasa
tertentu bisa bersifat positif maupun negatif.
Dua fase pembentukan sikap :
1) Pada saat konsumen tidak mempunyai pengetahuan atau sikap terhadap merek,
pembentukan sikap terhadap merek sangat diperlukan.
2) Apabila sikap telah terbentuk, fase berikutnya adalah bagaimana mengubah
sikap. Konsumen mulai belajar tentang sikap terhadap merek produk atau jasa
tertentu sebelum ia melakukan tindakan pembelian.
13
Model Tiga komponen sikap (Three Component Attitude Model) merupakan
model yang dikembangkan oleh para ahli perilaku yang menentukan secara tepat
komposisi sikap dengan maksud agar perilaku dapat dijelaskan dan diprediksi. Ketiga
komponen tersebut adalah sebagai berikut (Prasetijo dan Ihalauw, 2005, p106-107):
• Komponen Kognitif
Merupakan pengetahuan (cognition) dan persepsi yang diperoleh melalui
kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap (attitude object) dan
informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber.
• Komponen Afektif
Merupakan emosi atau perasaan terhadap suatu produk atau merek tertentu
yang mempunyai hakikat evaluatif.
• Komponen Konatif
Kecenderungan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan dan perilaku
dengan cara tertentu terhadap suatu obyek sikap. Komponen konatif lazimnya
diperlakukan sebagai ekspresi niat konsumen untuk membeli atau menolak suatu
produk atau jasa.
Sumber : Prasetijo dan Ihalauw (2005, p108)
Gambar 2.2 Model Tiga Komponen Sikap
Sikap
Cognitive Component
Affective Component
ConativeComponent
14
Empat fungsi utama sikap dalam mempengaruhi masing-masing individu
adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2006, p67-68) :
1) Fungsi penyesuaian
• Mengarahkan pada objek yang menyenangkan
• Menghindari objek yang tidak menyenangkan
• Memaksimalkan konsep reward and punishment
• Sikap konsumen sebagian besar tergantung pada persepsi mereka tentang
apa yang memuaskan dan merugikan mereka
2) Fungsi mempertahankan ego
• Sikap membantu pertahanan ego untuk melindungi citra diri dari ancaman
• Sikap membantu menjaga citra diri kita, walaupun hal ini sering tidak kita
sadari
3) Fungsi pengekspresian nilai
• Sikap memungkinkan orang untuk mengekspresikan nilai-nilai sentranya
• Dengan sikap, seseorang dapat lebih mudah menerjemahkan nilai-nilainya ke
dalam hal yang lebih nyata
4) Fungsi pengetahuan
Manusia memiliki kecenderungan mencari stabilitas, definisi, dan
pemahaman yang menimbulkan sikap untuk memproses pengetahuan. Apa yang
ingin diketahui pun cenderung spesifik, tertuju pada apa yang perlu atau tidak
perlu dipahaminya.
Sikap positif tidak selalu mengarah pada pembelian. Menurut pendapat
Rangkuti (2006, p65), beberapa kondisi yang dapat menyebabkan renggangnya
hubungan sikap dan perilaku adalah :
• Harga
• Ketersediaan produk
15
• Perubahan kondisi pasar
Terdapat dua teori perubahan sikap, yaitu (Rangkuti, 2006, p66) :
1) Cognitif Dissonance Theory
Ketidaksesuaian terjadi ketika konsumen memperoleh informasi penting
tentang kepercayaan atas satu produk atau jasa yang bertentangan dengan
kepercayaan sebelumnya.
2) Attribution Theory
Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana seseorang merespon suatu
kejadian dengan menggunakan tolok ukur perilaku yang mereka miliki secara
relatif dibandingkan dengan perilaku orang lain.
Strategi pengubahan sikap yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
sikap konsumen mereka terdiri dari (Rangkuti, 2006, p66) :
1) Mengubah komponen afektif
Yaitu mempengaruhi rasa suka konsumen terhadap merek tertentu secara
tidak langsung dengan tujuan meningkatkan kepercayaan positif yang dapat
mengarah ke perilaku pembelian. Cara yang umum digunakan adalah melalui
classical conditioning.
2) Mengubah komponen perilaku
Personel pemasaran perlu mengetahui faktor-faktor pembentukan sikap
untuk mencoba-coba produk atau jasa tertentu yang dapat menuntun konsumen
pada peningkatan pengetahuan yang dapat mengubah komponen kognitif.
3) Mengubah komponen kognitif
Pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengubah sikap adalah
berfokus pada komponen kognitif. Dengan berubahnya kepercayaan, perasaan,
dan perilaku, sikap juga akan berubah.
16
Keyakinan (kepercayaan) dan evaluasi konsumen terhadap suatu produk
membentuk sikap konsumen. sikap memainkan peranan utama dalam membentuk
perilaku. Karena dalam memutuskan produk dan jasa yang akan dibeli maka
konsumen akan memilih produk dan jasa yang dievaluasi secara paling
menguntungkan. Sehingga adanya sikap yang baik dan positif atas berbagai atribut
produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, maka konsumen akan
melakukan pembelian berulang terhadap produk atau tersebut.
2.2.1 Karakteristik Sikap
Terdapat beberapa karakteristik penting yang dimiliki oleh sikap (Sumarwan
: 2003, p137), yaitu:
1. Sikap memiliki objek
Didalam konteks pemasaran, sikap konsumen terkait dengan berbagai
konsep seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media dan
sebagainya.
2. Konsistensi Sikap
Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen dan perasaan
tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Perilaku seorang konsumen
merupakan gambaran atas Snya.
3. Sikap Positif, Negative dan Netral
Seseorang mungkin menyukai makanan (sikap positif) dan tidak menyukai
minuman alcohol (sikap negative), atau bahkan ia tidak memiliki sikap terhadap
sesuatu (sikap netral). sikap yang memiliki dimensi positif, negative dan netral
disebut sebagai karakteristik balance dari Intensitas sikap.
Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi
tingkatannya, ada yang sangat menyukai atau ahkan ada yang sangat tidak
17
menyukainya. Ketika konsumen mengatakan derajat tingkat kesukaan terhadap
suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya.
4. Resistensi sikap
Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah.
Pemasar sangat penting memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa
diterapkan untuk mengubah sikap konsumen yang sangat resisten ataupun
merekrut konsumen baru.
5. Persistensi sikap
Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap
akan berunbah karena berlalunya waktu. Seorang konsumen yang tidak menyukai
makanan cepat saji menunjukkan sikap negative, namun dengan berjalannya
waktu mungkin konsumen akan merubah sikapnya sehinga menjadikannya
menyukai makanan cepat saji (sikap positif).
6. Keyakinan sikap
Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang
dimilikinya. Sikap seorang konsumen terhadap produk yang disukainya akan
ditunjukkan dengan keyakinan yang sangat tinggi, sebaliknya jika produknya
tidak disukai maka tidak ada keyakinan yang muncul atas produk tersebut.
7. Sikap dan situasi
Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks
situasi. Artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.
Misalnya seseorang menyukai makan siang di restoran ceoat saji, namun restoran
tersebut bukanlah tempat yang cocok untuk makan malam bersama relasi
bisnisnya.
18
2.2.2 Pengertian Konsumen dan Pelanggan
Berdasarkan Model Lima Kekuatan Kompetitif dari Porter, konsumen memiliki
kedudukan sebagai salah satu kekuatan melalui daya tawarnya (bargaining power).
Daya tawar konsumen ini menjadi sangat penting karena merekalah yang
mempunyai kebutuhan dan keinginan, sarana pembelian (waktu dan uang), dan
menentukan keputusan pembelian. (Prasetijo dan Ihalauw, 2005, p4)
Definisi pelanggan potensial menurut Harvey Thompson (2000, p42) yaitu:
• Seorang pelanggan atau konsumen adalah orang atau organisasi yang
berinteraksi dengan produk, jasa, atau proses dan kemungkinan merupakan
pengguna akhir.
• Seorang pelanggan atau channel adalah orang atau organisasi yang membeli atau
menangani produk atau jasa, biasanya sebagai intermediary pengguna lain.
• Pelanggan atau proses internal adalah bagian dari rantai proses perusahaan yang
menyediakan produk atau jasa kepada pelanggan eksternal.
Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer). Seseorang
dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan
tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu
tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai
seorang pembeli atau konsumen.
Seorang pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut
menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana
mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu.
Strategi, rencana, program, dan prioritas perusahaan mengenai hubungan
dengan pelanggannya biasanya dibuat berdasarkan perspektif sudut pandang dari
19
dalam ke luar (inside-out). Padahal seharusnya perusahaan melihat dari sudut
pandang luar ke dalam (outside-in), mengambil dari perspektif pelanggan seterusnya
ketika berinteraksi dalam bisnis. Berdasarkan pendapat Harvey Thompson (2000,
p31) perusahaan perlu mengidentifikasi target pelanggan dan mendapatkan visi
mereka untuk berbisnis dengan perusahaan dengan beberapa langkah berikut ini :
• Bagaimana nilai atau keuntungan yang diperoleh pelanggan dari interaksi yang
terjadi dengan produk, pelayanan, dan proses perusahaan?
• Apa level minimum dari nilai yang harus dimiliki untuk mempertahankan
pelanggan?
• Apa level optimum dari nilai yang dapat diharapkan pelanggan?
• Atribut apa saja dari penjual ideal dan nilai pengiriman ideal yang dapat
mempengaruhi perilaku, loyalitasitas, dan pertumbuhan pembeli?
2.2.3 Perilaku Konsumen
Menurut Freddy Rangkuti (2006, p6), perilaku konsumen dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1) Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen,
kelompok konsumen serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu.
2) Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yang
dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh
konsumen. Selain itu kita juga harus memahami apa dan di mana peristiwa
(kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh pikiran, perasaan,
dan tindakan konsumen.
20
3) Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen tetap
konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan dengan
pertukaran.
Sumber : Rangkuti (2006, p60)
Gambar 2.3 Diagram Model “Kotak Hitam” Pembeli
Model perilaku konsumen sebagian bersumber dari model rangsangan
tanggapan. Rangsangan pemasaran dan lainnya masuk ke dalam “kotak hitam”
pembeli dan menghasilkan tanggapan pembeli. Rangsangan pemasaran yang terdiri
dari produk, harga, tempat, dan promosi yang disertai dengan rangsangan lainnya
berupa kekuatan dan peristiwa besar dalam lingkungan pembeli, ekonomi, politik,
dan budaya akan masuk melalui “kotak hitam” pembeli dan menghasilkan
serangkaian tanggapan pembeli. Hal ini dapat diamati seperti yang terlihat pada
gambar berikut.
Perilaku pembelian para konsumen sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
utama berkut :
• Faktor budaya
Faktor budaya yang memiliki pengaruh luas dan mendalam terhadap
perilaku pembelian konsumen, terdiri dari komponen budaya, subbudaya, dan
kelas sosial.
Antecendent (misalnya
Expectations)
Performance Outcomes
Black Box (Processing Psychology)
Satisfaction Dissatisfaction
21
• Faktor Sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
• Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang
meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian, dan konsep diri.
• Faktor Psikologis
Pilihan seseorang untuk membeli dipengaruhi oleh empat faktor psikologis
utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.
2.3 Loyalitas Pelanggan
2.3.1 Pengertian Loyalitas Pelanggan
Menurut Olson (1993) dalam (Musanto, 2004), loyalitas pelanggan merupakan
dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk
membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan
oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses
pembelian yang berulang-ulang tersebut. loyalitas pelanggan secara umum dapat
dipahami sebagai konsep yang menekankan pada runtutan pembelian (Basuswasta
2002 :74).
Menurut Sheth dan Mittal (2004) dalam Tjiptono (2006), loyalitas pelanggan
adalah komitmen konsumen terhadap suatu merek, toko, atau pemasok
(perusahaan), berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian
ulang yang konsisten.
Berdasarkan pengertian yang ada, dapat disimpulkan, bahwa loyalitas
pelanggan merupakan kesetiaan konsumen terhadap perusahaan atau suatu produk
22
tertentu dengan disertai tindakan untuk membeli kembali dan konsumen bersedia
mengembangkan hubungan kembali.
Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi
pelanggan (customer retention) dan total pangsa pelanggan (total share of
customer). Tingkat retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang telah
memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas. Pangsa
pelanggan suatu perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan
yang dibelanjakan ke perusahaan tersebut.
Setiap kali pelanggan membeli, pelanggan akan bergerak melalui siklus
pembelian. Pembeli pertama-kali akan bergerak melalui lima langkah :
1) Kesadaran
Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan
akan produk. Pada tahap ini perusahaan mulai membentuk “pangsa pikiran” yang
dibutuhkan untuk memposisikan ke dalam pikiran calon pelanggan bahwa produk
atau jasa yang ditawarkan lebih unggul dari pesaing.
2) Pembelian Awal
Pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan, perusahaaan
dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk
atau jasa yang diberikan.
3) Evaluasi pasca-pembelian
Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan
mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau ketidakpuasannya tidak
terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan dasar pertimbangan beralih ke
pesaing.
23
4) Keputusan membeli kembali
Keputusan membeli kembali sering kali merupakan langkah selanjutnya yang
terjadi secara ilmiah bila pelanggan telah memiliki ikatan emosional yang kuat
dengan produk tertentu. Cara lain untuk memotivasi pelanggan supaya membeli
kembali adalah dengan menanamkan gagasan ke dalam pikiran pelanggan bahwa
beralih ke pesaing lain akan membuang waktu, uang, atau menghambat kinerja
pelanggan.
5) Pembelian kembali
Langkah akhir dalam silkus pembelian adalah pembelian kembali yang
aktual. Untuk dapat dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli
kembali dari perusahaan yang sama, mengulangi langkah ketiga sampai kelima
(lingkaran pembelian kembali) berkali-kali. Hambatan terhadap peralihan dapat
mendukung pelanggan untuk membeli kembali. Pelanggan yang benar-benar loyal
menolak pesaing dan membeli kembali dari perusahaan yang sama kapan saja
item itu dibutuhkan. Itu adalah jenis pelanggan yang harus didekati, dilayani, dan
dipertahankan.
Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk
oleh dua dimensi, yaitu :
1) Tingkat Preferensi
Seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu.
2) Tingkat diferensiasi produk yang dipersepsikan
Seberapa signifikan pelanggan membedakan produk atau jasa tertentu dari
alternatif-alternatif lain.
Pelanggan yang membeli barang atau jasa tertentu secara berulang kali
belum tentu merupakan pelanggan yang setia. Pelanggan ini bisa saja melakukan
pembelian secara berulang karena tidak ada pilihan lain. Kesetiaan pelanggan yang
24
sebenarnya mencerminkan komitmen psikologis pelanggan terhadap merek tertentu.
Kesetiaan sebagai suatu komitmen untuk membeli kembali secara konsisten barang
atau jasa dimasa yang akan datang.
Pelanggan menjadi setia biasanya bukan disebabkan salah satu aspek dalam
perusahaan saja, tetapi biasanya pelanggan menjadi setia karena “paket” yang
ditawarkan seperti produk, pelayanan, dan harga. Kriteria untuk mengidentifikasi
pelanggan setia, yaitu (Kotler, 2002, p57) :
1. Keinginan untuk membeli produk atau jasa dari perusahaan dan memberi
perhatian yang lebih sedikit kepada produk atau jasa yang ditawarkan oleh
pesaing.
2. Merekomendasikan perusahaan, produk, pelayanan perusahaan dari mulut ke
mulut kepada orang lain.
3. Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
memperbaharui produk-produk yang ada.
4. Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produk-produknya.
5. Kurang peka terhadap harga dan tindakan proaktif untuk memberikan saran
produk atau jasa kepada perusahaan.
2.3.2 Konsep Loyalitas pelanggan
Loyalitas pelanggan secara umum dapat dipahami sebagai konsep yang
menekankan pada runtutan pembelian (Basuswasta 2002, p74). Konsep Loyalitas
pelanggan dalam konteks pemasaran jasa didefinisikan oleh Bendapudi & Berry
(1997) dalam Tjiptono (2006), sebagai kontinuitas relasi, dan biasanya tercermin
dalam pembelian berkelanjutan dari penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi
maupun kendala pragmatis.
25
Menurut Bramson (2005, p2). Loyalitas pelanggan merupakan suatu konsep
yang mencakup lima faktor:
1. Pengalaman konsumen dengan kepuasan utuh ketika melakukan transaksi
dengan perusahaan
2. Kesediaan untuk mengembangkan hubungan dengan anda dan dengan
perusahaan
3. Kesediaan untuk menjadi pembeli setia
4. Kesediaan untuk merekomendasikan perusahaan kepada orang lain.
5. Penolakan untuk berpindah pada pesaing
2.3.3 Jenis- jenis Loyalitas
Griffin (2002:22-23) membagi Loyalitas dalam empat jenis yaitu:
1. Tanpa Loyalitas
Yaitu beberapa konsumen tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk
atau jasa tertentu karena beranggapan tidak ada perbedaan tempat penyedia
barang atau jasa tertentu.
2. Loyalitas lemah
Yaitu keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang
tinggi menghasilkan Loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Konsumen ini membeli
karena kebiasaan.
3. Loyalitas tersembunyi
Yaitu tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat
pembelian berulang yang rendah. Menunjukkan loyalitas tersembunyi (Latent
Loyalty).
26
4. Loyalitas Premium
Yaitu terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian
berulang yang juga tinggi.
2.3.4 Strategi Membangun Loyalitas Menurut Tahapan Konsumen
Grifin (2002:209-210) membagi sebagai berikut :
1. Tersangka dan Prospek
Tersangka adalah orang yang mungkin membeli jasa atau produk. Disebut
tersangka karena penjual percaya, atau “menyangka”, mereka akan membeli, tapi
penjual belum cukup yakin. Prospek adalah orang yang membutuhkan produk
dan jasa, dan memiliki kemampuan untuk membeli. Penyedia jasa atau produk
harus dapat mengatasi rasa takut Suspect/Prospect dengan langkah-langkah
tindakan sebagai berikut:
a. Memproyeksikan citra kepemimpinan.
b. Dengarlah atau mencari ketakutan pembeli.
c. Mengatasi rasa takut pembeli baru dengan : empati atau dorongan, “kisah
keberhasilan” klien, tawaran konsultasi gratis dan garansi produk atau jasa.
2. Konsumen pertama kali
Konsumen pertama kali adalah orang yang telah membeli satu kali. Orang
tersebut bisa jadi merupakan konsumen sendiri dan sekaligus konsumen pesaing
untuk itulah fokus utama pada konsumen pertama kali dengan memenuhi atau
melampaui harapan konsumen. Dengan langkah-langkah tindakan yaitu:
a. Melampaui harapan konsumen baru
b. Membangun visi untuk kunjungan ulang
c. Mengucapkan terima kasih atas bisnis dari konsumen
27
d. Mengundang konsumen untuk kembali
3. Konsumen berulang
Konsumen berulang adalah orang yang telah membeli dua kali atau lebih.
Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli produk
dan jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih.
Fokus utama pada konsumen ini yaitu dengan memberikan manfaat bernilai
tambah atas masing-masing pembelian ulang. Dengan langkah-langkah tindakan
yaitu:
a. Menemukan atau memenuhi kebutuhan konsumen, dengan menggunakan
kunjungan bernilai tambah perangkat cross-selling.
b. Menjual produk dan jasa pembentuk loyalitas.
c. Menganalisis pembelian kepada pesaing atas peralihan tetap atau
perpindahan sementara.
d. Mintalah umpan balik dari konsumen secara teratur.
4. Klien
Klien yaitu konsumen yang membeli apapun yang di jual dan yang dapat ia
gunakan serta membelinya secara teratur, memiliki hubungan yang kuat dan
berlanjut, yang menjadikan kebal terhadap tarikan pesaing. Fokus utama untuk
konsumen ini yaitu menyesuaikan jasa dengan kebutuhan klien tertentu.
Dengan langkah-langkah tindakan yaitu:
a. Mempraktekkan pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Mencari
cara untuk membantu konsumen “menemukan kembali“ diri mereka sendiri.
b. Jangan menganggap bisnis dari konsumen akan terjadi dengan sendirinya.
28
c. Membuat klien mengetahui bahwa berbisnis dengan anda merupakan hal
yang cerdas.
d. Mencari input dan umpan balik secara kontinu.
5. Penganjur
Penganjur yaitu pendukung yang membeli produk serta membelinya
secara teratur, tetapi penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli, ia
membicarakan produsen, melakukan pemasaran, dan membawakan konsumen
pada produsen. Fokus utama yaitu membuat banyak klien. Untuk melakukan
penjualan untuk produsen. Langkah- langkah tindakan yaitu:
a. Membuat anjuran melalui surat anjuran atau persetujuan dari klien yang
dipublikasikan, pengakuan atas pemberian referensi, dan imbalan dari
merekomendasikan seorang teman.
b. Mengembangkan secara teratur berkomunikasi dengan jaringan klien, serta
pemberi pengaruh bisnis lainnya.
6. Konsumen atau klien yang hilang.
Konsumen atau klien yang hilang yaitu seseorang yang pernah jadi
konsumen atau klien tetapi belum membeli kembali sedikitnya dalam satu siklus
pembelian yang normal. Bila konsumen atau klien yang hilang aktif kembali, ia
dianggap sebagai konsumen atau klien yang dapat kembali (regained customer
or client). Konsumen dianggap berbahaya bila tinggi kemungkinannya untuk
beralih. Fokus utama yaitu dengan mengembangkan rencana “rebut kembali”
berdasarkan diagnosis ketidakaktifan. Dengan langkah-langkah tindakan
sebagai berikut:
29
a. Mendeteksi keaktifan sedini mungkin dan memberitahu konsumen bahwa ia
dirindukan.
b. Mengaktifkan kembali tawaran komunikasi pembelian khusus, untuk
membujuk konsumen kembali.
c. Bersabar dengan konsumen tidak aktif dan tetap mengadakan hubungan.
2.3.5 Faktor–faktor Pembentuk Loyalitas pelanggan
Jika konsumen telah merasa puas maka akan menjadi konsumen yang loyal.
Menurut Griffin (2002, p199-200) langkah pertama dalam membangun sistem
loyalitas klien adalah berusaha mengenal terminologi dan variabel yang menentukan
serta mendorong Loyalitas. Faktor-Faktor tersebut adalah:
1. Basis klien merupakan seluruh jumlah konsumen dan klien yang aktif, hal ini
dapat dihitung dengan menjumlahkan konsumen pertama kali, konsumen
berulang, dan klien.
2. Tingkat retensi konsumen baru adalah persentase konsumen pertama kali yang
melakukan pembelian kedua dalam periode waktu tertentu, periode waktu diatur
oleh siklus pembelian berulang konsumen anda yang biasa.
3. Tingkat retensi klien adalah persentase konsumen yang telah memenuhi sejumlah
khusus pembelian berulang selama periode waktu tertentu.
4. Pangsa konsumen (share of customer) adalah persentase jumlah pembelian
konsumen atas kategori produk dan jasa tertentu yang dibelanjakan ke
perusahaan.
5. Jumlah rata-rata konsumen baru perbulan adalah rata-rata jumlah konsumen
pertama kali yang membeli dari perusahaan setiap bulannya.
6. Frekuensi pembelian adalah frekuensi rata-rata seorang konsumen atau klien
membeli dari anda setiap tahunnya.
30
7. Jumlah pembelian rata-rata adalah jumlah rata-rata yang dibayar atas produk dan
jasa setiap pembelian.
8. Tingkat peralihan adalah persentase tahunan rata-rata konsumen yang hilang
atau menjadi tidak aktif karena suatu alasan termasuk ketidakpuasan dan pindah
lokasi.
Menurut Lupiyoadi (2001:161) konsumen yang loyal akan menunjukkan ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Repeat : Apabila konsumen membutuhkan produk atau jasa akan membeli
produk tersebut pada perusahaan tersebut.
b. Retention : Konsumen tidak terpengaruh kepada pelayanan yang ditawarkan
oleh pihak lain
c. Refferal : Jika produk atau jasa baik, konsumen akan mempromosikan kepada
orang lain, dan jika buruk konsumen diam dan memberitahukannya pada pihak
perusahaan.
2.4 Hipotesis
Dalam penelitian ini masing-masing variabel memiliki hipotesis yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kualitas Pelayanan Jasa berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap Konsumen
H0 : Kualitas Pelayanan Jasa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap
Konsumen
H1 : Kualitas Pelayanan Jasa berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap
Konsumen
31
2. Sikap Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan
H0 : Sikap Konsumen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas
Pelanggan
H2 : Sikap Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas
Pelanggan
3. Kualitas Pelayanan Jasa berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas
Pelanggan
H0 : Kualitas Pelayanan Jasa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan
H3 : Kualitas Pelayanan Jasa berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas
Pelanggan
4. Kualitas Pelayanan Jasa berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Sikap Konsumen
H0 : Kualitas Pelayanan Jasa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui Sikap Konsumen
H4 : Kualitas Pelayanan Jasa berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Sikap Konsumen
2.5 Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan jaringan hubungan antar variabel yang dibuat
berdasarkan pemikiran logis dan hasil tinjau literatur untuk menjawab masalah
penelitian secara teoritis. Kerangka teoritis dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Dapat mewujudkan bagaimana dua variabel atau lebih saling berhubungan satu
sama lain
• Harus ada alasan mengapa mengharapkan hubungan tersebut tetap akan terjadi
32
• Skema diagram yang menjelaskan hubungan teoritis harus dapat diperlihatkan,
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami bagaimana hubungan antar
variabel secara teoritis
Sumber : Hasil Penelitian 2010
Gambar 2.4 Kerangka Teoritis
Dalam ilmu manajemen terdapat pokok bahasan mengenai Manajemen Jasa
dan Perilaku Konsumen. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kualitas
pelayanan jasa yang merupakan bagian dari manajemen jasa, serta sikap konsumen
sebagai bagian dari pembahasan dalam perilaku konsumen. Dari kedua variabel
tersebut akan di cari tahu bagaimana dampaknya terhadap loyalitas pelanggan Hotel
Prapancha.
2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat tiga buah penelitian terdahulu yang menjadi
dasar bagi peneliti memilih judul penelitian. Ketiga penelitian tersebut antara lain :
Sikap Konsumen
Manajemen Jasa
Manajemen
Perilaku Konsumen
Loyalitas Pelanggan
Kualitas Pelayanan
Jasa
33
1. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa dan Penetapan Harga Terhadap
Loyalitas Pelanggan Hotel Arwana di Jakarta” ( Skripsi UNNES : Yudha Bagja
Diputra. 2007 )
2. “Analisis Pengaruh Corporate Relationship Management (CRM) terhadap Sikap
Konsumen Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan The Body Shop”. (
Skripsi BINUS University : Lorencia Meriska. 2008 )
3. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Sikap Konsumen Serta
Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kantor Notaris dan PPAT Buntario
Tigris S.H., S.E., M.H”. ( Skripsi BINUS University : Silvi. 2008 )
Dari ketiga penelitian tersebut dijelaskan hasil yang akan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Penelitian pertama menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen
hotel Arwana yaitu sebesar 21,2 %. Selain itu terdapat pengaruh yang signifikan
kepuasan terhadap Loyalitas konsumen hotel Arwana yaitu sebesar 42,1%.
2. Penelitian kedua menunjukkan bahwa program csr yang dilakukan perusahaan
berdampak terhadap sikap konsumen sebesar 31%. Selain itu csr berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan sebesar 69%.
3. Penelitian ketiga menunjukkan terdapat pengaruh kualitas pelayanan jasa
terhadap sikap konsumen sebesar 8,3%. Selain itu dapat dikatakan bahwa
kualitas pelayanan jasa tidak memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan di
Kantor Notaris dan PPAT Buntario Tigris, baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui sikap konsumen).
34
2.7 Kerangka Pemikiran
Meskipun telah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kualitas
pelayanan jasa yang baik mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan dan
konsumen, tetapi apakah sikap konsumen dan loyalitas pelanggan akan
terpengaruh?
Atas dasar itulah penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP SIKAP KONSUMEN
SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN HOTEL PRAPANCHA”
dengan menggunakan kerangka model sebagai berikut :
(X) (Y) (Z)
Sumber : Hasil Penelitian 2010
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
1. Responsiveness
(ketanggapan)
2. Reliability
(keandalan)
3. Emphaty (empati)
4. Assurance (jaminan)
5. Tangibles (bukti
langsung)
1. Komponen
Kognitif
2. Komponen
Afektif
3. Komponen
Konatif
1. Pembelian kembali
(repeat)
2. Menunjukkan daya
tahan terhadap
pesaing (retention)
3. Mempengaruhi
pelanggan lain
(raferral)
Kualitas Pelayanan
Jasa
Sikap Konsumen
Loyalitas Pelanggan