BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00323-MN Bab 2.pdfBAB 2...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00323-MN Bab 2.pdfBAB 2...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Jasa
Menurut Rangkuti (dalam Kotler,2003) mendefinisikan bahwa jasa merupakan
tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Menurut Kotler (2003, p445) terdapat 5 kategori tawaran
bauran jasa antara lain seperti:
1. Pure tangible good. The offering consists primarily of a tangible good such as soap, toothpaste, or salt. No services accompany the product. 2. Tangible good with accompanying services is the offering consists of a tangible good accompanied by one or more services. Levitt observes that ‘the more technologically sophisticated the generic product (e.g., cars and computers), the more dependent are its sales on the quality and availability of its accompanying customer services (e.g., display rooms, delivery, repairs and maintenance, application aids, operator training, installation advice, warranty fulfillment). In this sense, General Motors is probably more service intensive than manufacturing intensive. Without its services, its sales would shrivel.” 3. Hybrid. The offering consists of equal parts of goods and services. For example, people patronize restaurant for both food and service. 4. Major service with accompanying minor goods and services. The offering consists of a major service along with additional services or supporting goods. For example, airline passengers buy transportation services. The trip includes some tangibles, such as food and drinks, a ticket stub, and an airline magazine. The service requires a capital-intensive good-an airplane-for its realization, but the primary item is a service. 5. Pure service is the offering consists primarily of a service. Examples include baby-sitting, psychotherapy, and massage.
Lima kategori bauran jasa antara lain barang berwujud murni yaitu
penawaran yang diberikan benar-benar berupa barang tanpa adanya jasa,
barang berwujud yang disertai jasa yaitu barang berwujud yang disertai
dengan beberapa jasa, campuran tawaran antara barang dan jasa sama
besarnya, jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil
tawaran yang diberikan dengan disertai jasa utama dan jasa murni.
8
9
Adapun karakteristik jasa menurut Kotler (2003, p446-449) antara lain :
- Intangibility, the means is unlike physical products, services cannot be seen, tasted, felt, heard, or smelled before they are bought. - Inseparability. Its means services are typically produced and consumed simultaneously. - Variability. Because they depend on who provides them and when and where they are provided, services are highly variable. - Perishability. Services cannot be stored. The perishability of services is not a problem when demand is steady.
Karakteristik jasa yaitu tidak berwujud karena jasa tidak dapat disentuh dan
diraba, bervariasi tergantung pada siapa yang memberikan jasa, tidak tahan
lama karena jasa tidak dapat disimpan.
Menurut Earl Sasser (dalam Kotler, p115, 2005) menjelaskan beberapa strategi untuk
menghasilkan keselarasan yang lebih baik antara permintaan dan penawaran yaitu :
o Penetapan harga yang berbeda akan menghasilkan sebagian permintaan
dari masa-masa sibuk ke masa-masa tidak sibuk contoh dengan
memberikan promosi berupa diskon.
o Permintaan pada masa tidak sibuk dapat dikembangkan.
o Jasa pelengkap dapat dikembangkan pada jam-jam sibuk untuk
memberikan alternatif bagi pelanggan yang menunggu.
o Sistem pemesanan merupakan cara untuk mengelola tingkat permintaan.
Menurut Lovelock (dalam Tjiptono, 2004), jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kriteria, yaitu :
1. Berdasarkan sifat tindakan jasa, jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks
yang terdiri atas dua sumbu. Dimana sumbu vertikal menunjukkan sifat tindakan
jasa (tangible actions and intangible actions), sedangkan sumbu horizontal
menunjukkan penerima jasa (manusia dan benda).
2. Berdasarkan hubungan dengan pelanggan.
Dalam hal ini, jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri dari dua
sumbu. Sumbu vertikal menunjukkan tipe hubungan antara perusahaan jasa dan
pelanggannya, sedang sumbu horizontal menunjukkan sifat penyampaian jasa.
10
3. Berdasarkan tingkat customization dan judgement dalam penyampaian jasa.
Dalam hal ini, jasa dikelompokkan ke dalam matriks yang terdiri dari dua sumbu
yaitu sumbu vertikal yang menunjukkan tingkat customization karakteristik jasa,
dan sumbu horizontal yang menunjukkan tingkat judgement yang diterapkan
oleh contact personnel dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Berdasarkan metode penyampaian jasa.
Jasa dikelompokkan terhadap suatu matriks yang terdiri dari dua sumbu, dimana
sumbu vertikal menunjukkan hubungan antara pelanggan dengan perusahaan
jasa, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan ketersediaan outlet jasa.
Masih menurut Tjiptono (2004, p136), jasa memiliki empat karakteristik utama
yaitu :
1. Intangibility. Jasa merupaka suatu obyek, alat atau benda yang bisa
dikonsumsi tanpa bisa di miliki. Jasa tidak dapat dilihat, diraba, dicium,
didengar atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi.
2. Inseparability. Jasa umumnya di jual terlebih dahulu, kemudian baru
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Variability. Jasa bersifat variabel karena terdiri dari banyak bentuk,
kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan di mana jasa
tersebut dihasilkan.
4. Perishability. Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan.
2.2 Perceived Value
Berdasarkan Kotler dan Armstrong (2001: 214), mengemukakan definisi persepsi
adalah proses bagaimana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenai
dunia .
11
Kotler menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
a. Perhatian Selektif.
Orang-orang mungkin lebih memperhatikan stimulasi yang berhubungan
dengan kebutuhan saat ini, stimulasi yang kalau di antisipasi serta stimulasi
yang besar dalam kaitannya dengan ukuran normal.
b. Distorsi Selektif.
Menjelaskan kecenderungan orang untuk mengolah informasi menjadi suatu
pengertian pribadi.
c. Ingatan Selektif.
Orang-orang akan melupakan kebanyakan dari hal, yang mereka pelajari dan
cenderung mempertahankan informasi yang mendukung pendirian dan
kepercayaan mereka.
Berdasarkan Kotler (2003, p248-250), persepsi dibentuk oleh tiga pasang pengaruh,
yaitu :
1. Karakteristik Fisik Dan Stimuli.
Maksudnya adalah bahwa bagaimana kita merasakan karakteristik fisik ini
yang berupa bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma dan rasa, dan stimuli
yang kemudian akan muncul persepsi yang sama atau juga berbeda dari
setiap individu meskipun dari karakteristik yang sama.
2. Hubungan Stimuli Dengan Sekelilingnya.
Stimuli yang diterima konsumen adalah sangat banyak disekelilingnya
terdapat karakteristik fisik dari rangsangan yang berbeda. Oleh sebab itu
para pemasar harus dapat memberikan yang khusus untuk menarik minat
atau perhatian dari konsumen untuk kemudian mendorongnya membeli
produk atau jasa yang dipasarkan.
3. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri.
Kondisi-kondisi dari dalam individu ini antara lain dari segi umur, pendidikan,
pendapatan, pekerjaan dan jenis kelamin. Selain itu, persepsi juga
12
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar seperti produk, tingkat harga, saluran
distribusi dan kegiatan promosi.
2.3 Harga
Menurut Peter dan Olson (2003, p220), yang dimaksud dengan harga adalah elemen
yang paling tidak umum dari bauran pemasaran. Harga adalah satu-satunya elemen
yang berkaitan dengan pendapatan. Dilihat dari sudut pandang konsumen, harga
didefinisikan sebagai apa yang harus diserahkan konsumen untuk membeli suatu
produk atau jasa. Menurut Tjiptono (2004, p151) harga yang ditetapkan
mempengaruhi kuantitas yang terjual. Harga merupakan komponen langsung yang
berpengaruh langsung terhadap laba. Hal ini dapat terlihat jelas pada persamaan
berikut :
Laba = Pendapatan Total – Biaya Total
(Harga per Unit x Kuantitas yang Terjual) – Biaya Total
Masih menurut Tjiptono (2004, p152), harga memiliki peranan utama dalam proses
pengambilan keputusan para pembeli, yaitu :
1. Peran alokasi. Yaitu fungsi dari harga dalam membantu para pembeli untuk
memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan daya belinya. Pembeli membandingkan harga dari berbagai
alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ’mendidik’ konsumen
mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas. Hal ini bermanfaat dalam situasi
dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau
manfaatnya secara obyektif.
Terdapat empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu : (Tjiptono, 2004, p152-153)
1. Tujuan Berorientasi pada laba. Asumsi ini menyatakan bahwa setiap perusahaan
selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Atau biasa
disebut juga maximisasi laba. Pada umumnya, perusahaan menggunakan
pendekatan target laba, yaitu tingkat laba yang sesuai sebagai sasaran laba.
13
Terdapat dua jenis target laba yang biasa digunakan yaitu target marjin dan
target ROI (Return Of Invesment).
2. Tujuan Berorientasi pada Volume. Biasa dikenal dengan istilah volume pricing
objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target
volume penjualan. Tujuan ini banyak diterapkan pada perusahaan penerbangan,
lembaga pendidikan dan pertunjukan bioskop.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra. Citra perusahaan dapat dibentuk melalui strategi
penetapan harga. Perusahaan menetapkan harga tinggi untuk membentuk dan
mempertahankan citra, sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk
membentuk citra nilai tertentu.
4. Tujuan Stabilisasi Harga. Konsumen sangat sensitif terhadap harga, bila
perusahaan menurunkan harga, maka pesaingnya harus menurunkan pula harga.
5. Tujuan lainnya. Harga ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang atau
menghindari campur tangan pemerintah.
Menurut Lupioyadi dan Hamdani (2006, p100) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi harga, diantaranya sebagai berikut :
1. Elastisitas permintaan. Dengan elastisitas ini, dapat diketahui hubungan antara
harga dengan permintaan.
2. Struktur biaya. Umumnya terdapat dua jenis biaya yang terdapat dalam struktur
biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
3. Persaingan. Perusahaan harus mengamati pesaing-pesaingnya agar dapat
menentukan harga yang tepat.
4. Positioning dalam jasa yang ditawarkan.
5. Sasaran yang ingin dicapai perusahaan.
6. Siklus hidup jasa.
7. Sumber daya yang digunakan
8. Kondisi ekonomi.
14
Biaya Bisnis
Biaya Konsumen
+ +
Uang, Waktu, Kegiatan kognitif, upaya perilaku
Produksi, Promosi, Distribusi, Penelitian Pemasaran
= =
Nilai Laba
Harga yang masih mau dibayar
Pertukaran Pemasaran
Harga Jual yang diinginkan
Gambar 2.1 Peran Penting Harga Dalam Pertukaran Pemasaran
Sumber : Lupioyadi dan Hamdani (2006, p100)
2.3.1 Strategi Penetapan Harga
Menurut Kotler (2003, p473) terdapat enam tahap penetapan harga dalam
pendekatan strategi, antara lain :
Gambar 2.2 Pendekatan Strategi Dalam Penetapan Harga
Sumber : Kotler (2003, 473)
1. Selecting the pricing objective
2. Determining demand
3. Estimating costs
4. Analyzing competitors’ cost, prices, and offers
5. Selecting a pricing method
6. Selecting the final price
15
2.3.2 Metode Penetapan Harga
Terdapat beberapa metode penetapan harga berdasarkan Kotler dalam
(Tjiptono, 2004, p157-165), antara lain :
- Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
1. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan. Metode ini lebih
menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferensi
konsumen daripada faktor-faktor seperti laba, dan persaingan.
Permintaan pelanggan didasarkan pada :
1. Kemampuan pelanggan untuk membeli (daya beli)
2. Kemauan pelanggan untuk membeli
3. Posisi produk dan gaya hisup pelanggan
4. Harga produk subtitusi
5. Manfaat yang diberikan produk kepada pelanggan
6. Pasar potensial bagi produk
7. Sifat perilaku non-harga
8. Perilaku konsumen secara umum
Terdapat tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam
metode penetapan harga berbasis permintaan, antara lain :
1. Skimming pricing. Strategi ini diterapkan dengan jalan
menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru selama tahap
perkenalan, kemudian menurunkan harga pada saat persaingan
mulai ketat.
2. Penetration Pricing. Perusahaan berusaha memperkenalkan
suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan
memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang
relatif singkat.
3. Prestige Pricing. Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai
ukuran kualitas suatu barang atau jasa. Dengan demikian, bila
16
harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka tingkat
permintaan tersebut juga turun.
4. Price Lining. Digunakan apabila perusahaan menjual produk
lebih dari satu jenis tertentu yang berbeda.
5. Odd- Even Pricing. Penetapan harga ganjil ini digunakan untuk
mempengaruhi pemikiran konsumen.
6. Demand-Backward Pricing. Perusahaan memperkirakan suatu
tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen untuk produk-
produk yang relatif mahal.
7. Bundle Pricing. Strategi pemasaran yang menggunakan harga
paket untuk dua atau lebih produk.
2. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Dalam metode ini, faktor penentu harga yang utama adalah aspek
penawaran, bukan permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya
produksi.
Yang termasuk dalam metode ini antara lain :
1. Standard Markup Pricing. Harga ditentukan dengan
menambahkan persentase tertentu dari biaya pada semau item
dalam suatu kelas produk.
2. Cost Plus Percentage of cost Pricing. Perusahaan menambahkan
persentase tertentu terhadap biaya produksi.
3. Cost Plus Fixed Fee Pricing. Metode ini diterapkan dalam produk-
produk yang sifatnya sangat tehnikal.
4. Experience Curve Pricing. Metode ini dikembangkan atas dasar
konsep efek belajar. Metode ini menyatakan unit cost barang
atau jasa akan menurun antara 10 hingga 30% untuk setiap
peningkatan sebesar dua kali lipat pengalaman perusahaan
dalam ,memproduksi dan menjual barang.
17
3. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba.
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam
penetapan harganya. Beberapa jenis pendekatan yang termasuk dalam
metode ini, antara lain :
1. Target Profit Pricing. Berupa ketetapan atas besarnya biaya dalam
penetapan harganya.
2. Target Return On Sales Pricing. Perusahaan menetapkan tingkat harga
tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam persentase tertentu
terhadap volume penjualan.
3. Target return On Investment Pricing. Perusahaan menetapkan besatnya
target ROI tahunan, yaitu rasio antara laba dengan investasi total yang
ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi.
4. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan.
Metode ini dilakukan dengan mengikuti apa yang dilakukan pesaing.
Yang termasuk dalam metode ini yaitu :
1. Customary Pricing. Digunakan untuk produk-produk yang
harganya ditentukan oleh faktor-faktor seperti tradisi, saluran
distribusi atau faktor persaingan lainnya.
2. Above, At, or Below Market Pricing. Perusahaan menggunakan
pendekatan subyektif dalam memperkirakan harga pesaing.
Dalam Above –market Pricing, dilaksanakn dengan jalan
menetapkan harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Dalam
At-market pricing, harga ditetapkan sebesar harga pasar, yang
dikaitkan juga dengan harga pesaing. Sementara dalam Below-
market pricing, harga yang ditetapkan di bawah harga pasar.
3. Loss Leader Pricing. Digunakan pada promosi khusus, dimana
perusahaan menjual harga di bawah biayanya. Tujuannya
untuk meningkatkan penjualan, dan menarik konsumen untuk
datang dan membeli pula produk-produk yang lain.
18
4. Sealed Bis Pricing. Metode ini menggunakan sistem penawaran
harga dan biasanya melibatkan agen pembelian.
2.3.3 Penyesuaian Khusus Terhadap Harga
Menurut Tjiptono (2004, p166), terdapat penyesuaian khusus terhadap harga,
yaitu salah satunya adalah diskon.
Diskon. Diskon ini merupakan potongan harga yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli. Terdapat beberapa jenis diskon, antara lain :
1. Diskon Kuantitas : Potongan harga yang diberikan guna
mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah banyak,
sehingga dapat meningkatkan volume penjualan secara
keseluruhan.
2. Diskon Musiman. Potongan harga yang diberikan hanya pada
masa-masa tertentu saja.
3. Diskon kas. Potongan yang diberikan apabila pembeli
membayar tunai barang-barang yang dibelinya, atau
membayarnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan apa
yang dijanjikan sebelumnya.
4. Trade (Functional Discount). Diskon ini diberikan oleh
produsen kepada para penyalur yang terlibat dalam
pendistribusian barang dan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu.
Menurut Lupioyadi dan Hamdani (2006, p107), terdapat pedoman dalam
memilih metode penentuan harga yang tepat, antara lain :
1. Besarnya anggaran iklan atau promosi yang diinginkan.
2. Jenis Produk.
3. Sasaran Pangsa Pasar.
4. Saluran Pemasaran (Distribusi)
5. Pandangan Tentang Laba
6. Keragaman atau Keunikan Produk
19
7. Ada atau Tidaknya Jasa Tamban
8. Siklus Hidup Penggunaan Produk
9. Amortisasi Investasi
10. Ancaman Pesaing Baru
Perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan
kebijakan penetapan harga. Terdapat beberapa kebijakan yang diperlukan
untuk melakukan penetapan harga, seperti yang dikemukakan oleh Kotler
(2003, p142).
1. Memilih Tujuan Penetapan Harga
6. Memilih harga akhir
5. Memilih Metode Penetapan harga
4. Menganalisis biaya, harga dan tawaran pesaing
3. Memperkirakan Biaya
2. Menentukan Permintaan
Gambar 2.3 Menentukan Kebijakan Penetapan Harga
Sumber : Kotler (2003, p142)
20
Adapun jenis-jenis kebijakan penetapan harga :
1. Kebijakan satu harga.
Menawarkan harga yang sama kepada seluruh pelanggan yang membeli produk
dalam kondisi yang sama dan jumlah yang sama.
2. Kebijakan harga luwes.
Menawarkan produk dan kuantitas yang sama kepada pelanggan yang berbeda
dengan harga yang tidak serupa. Biasanya penetapan harga seperti ini ditemui
pada saluran perdagangan.
3. Kebijakan penepisan harga.
Dimaksudkan untuk menjual dengan harga tinggi sebelum mengarahkan produk
kepada pelanggan yang lebih peka. Kebijakan harga seperti ini menurunkan
harga secara perlahan-lahan.
4. Kebijakan penetapan harga penetrasi.
Berusaha untuk menjual produk dengan satu harga yang rendah ke seluruh
pasar. Kebijakan ini diberlakukan apabila ada persaingan ketat.
Selain terdapat beberapa kebijakan penetapan harga, terdapat pula aspek hukum
dalam kebijakan penetapan harga. Karena pada umumnya terdapat beberapa
kebijakan penetapan harga yang dinilai tidak etis dan merugikan, antara lain seperti:
- Harga tercatat langsung.
Adalah harga yang diperlihatkan kepada pelanggan yang menunjukkan bahwa
harga yang dibayarkan telah dikurangi dari harga tercatat. Umumya pelanggan
tertarik untuk melakukan pembelian karena penawaran harga yang diberikan
seolah-olah telah dikurangi dari harga yang sesungguhnya.
- Persekongkolan harga.
Para pesaing bergabung untuk menaikkan, menurunkan dan menstabilkan harga
sehingga membuat harga pasar menjadi kacau.
21
- Diskriminasi harga.
Menjual produk yang sama kepada pembeli yang berbeda dengan harga yang
tidak sama. Pemberlakuan diskriminasi harga ini harus berdasar pada perbedaan
biaya dan kebutuhan bersaing.
2.4 Perilaku Konsumen
Berdasarkan Ma’ruf (2005, p50) Perilaku Konsumen adalah proses yang terjadi pada
konsumen, ketika ia memutuskan untuk membeli, apa yang dibeli, di mana, kapan
dan bagaimana membelinya. Menurut Kotler (2003, p195) Perilaku membeli
konsumen merujuk pada perilaku membeli dari konsumen akhir individu dan rumah
tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Perilaku konsumen
sendiri merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsing terlibat dalam
usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa , termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan
tersebut (Tjiptono, 2004, p19).
Berdasarkan Ma’ruf, (2005, p51)Setiap konsumen mempunyai dua sifat motivasi
pembelian yang saling tumpang tindih, yaitu antara lain :
1. Emosional.
Motivasi yang dipengaruhi emosi berkaitan dengan perasaan, baik itu keindahan,
gengsi, atau perasaan lainnya.
2. Rasional.
Sikap belanja rasional dipengaruhi oleh alasan rasional dalam pikiran seorang
konsumen.
Ada banyak perilaku yang dimiliki konsumen pada saat berbelanja. Terdapat
gambaran faktor-faktor apa saja yang biasanya dilakukan oleh konsumen pada saat
perilaku berbelanja berdasarkan Ma’ruf (2005, p53).
22
Gambar 2.4 Perilaku Berbelanja
Sumber Ma’ruf (2005, p53)
Terdapat lima peran yang berguna untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. (Tjiptono, 2004, p20), peran tersebut antara lain :
Orientasi “belanja adalah belanja” (lebih mementingkan hal-hal
yang fungsional)
Paska belanja (antaran barang, pemasaran, evaluasi, kunjungan ulang) Display tema Area informasi dan petunjuk bagi konsumen
Selama belanja Daya tarik ambience (suasana internal) Visual merchandising Fasilitas dalam gerai Pusat barang dan jasa Fasilitas kredit
Prabelanja (mencari dan memilih gerai) Bergengsi Ada toko utama (anchor store) seperti hero, Matahari Pilihan barang banyak Merchandise ekslusif
Orientasi “rekreasi” (lebih dipengaruhi oleh
suasana lingkungan tempat belanja.
Paska belanja (antaran barang, pemasaran, evaluasi, kunjungan ulang) Display barang Area informasi dan petunjuk bagi konsumen
Selama belanja Barang yang tersedia Harga menarik Cepat proses pembayaran (antrean di kasir tidak terlalu panjang)
Prabelanja (mencari dan memilih gerai) Lokasi mudah dicapai Cukup parkir Dekat dengan gerai lain Pilihan merchandise pelengkap atau pengganti
1. Pemrakarsa (initiator).
Yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang
belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa.
2. Pemberi pengaruh (influencer).
Yaitu orang yang pandangan, nasihat atau pendapatnya mempengaruhi
keputusan pembelian.
23
3. Pengambil keputusan (decider).
Yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian.
4. Pembeli (buyer).
Yakni orang yang melakukan pembelian aktual
5. Pemakai (user).
Yaitu orang yang mengkonsumsi barang atau jasa yang dibeli.
2.5 Keputusan Pembelian
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu.
Sering kali konsumen merasa tidak puas telah memutuskan untuk melakukan
pembelian di suatu perusahaan, konsumen seringkali mengajukan komplein terhadap
ketidakpuasan (Tjiptono, 2004, p21), antara lain :
1. Voice response.
Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung atau
meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan.
2. Private response.
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu teman
atau keluarga mengenai pengalamannya dengan perusahaan yang bersangkutan.
Tindakan ini berdampak pada citra perusahaan.
3. Third-party response.
Tindakan yang dilakukan meliputi meminta ganti rugi secara hukum, mengadu
lewat media massa, atau mendatangi langsung lembaga konsumen atau instansi
hukum. Tindakan seperti ini ditakuti oleh sebagian perusahaan yang tidak
memiliki prosedur penanganan yang baik. Umumnya konsumen lebih memilih
untuk menyebarluaskan keluhan kepada masyarakat luas.
24
Terdapat tipe-tipe proses pengambilan keputusan konsumen, berdasarkan Tjiptono
(2004, p22), yaitu :
Keterlibatan rendah Keterlibatan Tinggi
Pengambilan Pengambilan Pengambilan
Keputusan Keputusan Keputusan
Kebiasaan Terbatas Yang Luas
Pengenalan masalah Selektif
Pengenalan masalah Generik
Pencarian Informasi Internal (terbatas)
Pencarian Informasi Internal dan Eksternal
(terbatas)
Pembelian
Purnabeli Tak Ada
Ketidakcocokan, Evaluasi sangat
Evaluasi Alternatif Sedikit Atribut, Aturan Keputusan, Sederhana,
Sedikit Alternatif
Pembelian
Purnabeli Ketidakcocokan, Evalasi kompleks
Purnabeli Tak Ada
Ketidakcocokan, Evalasi terbatas
Pembelian
Evaluasi Alternatif Banyak Atribut, Aturan Keputusan, Sederhana,
Sedikit Alternatif
Pencarian Informasi Internal dan Eksternal
Pengenalan masalah Generik
Gambar 2.5 Tipe-tipe proses pengambilan keputusan konsumen
Sumber : Tjiptono (2004, p22)
25
2.6 Perilaku Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Ma’ruf (2005, p57)
antara lain :
1. Faktor Budaya. Budaya adalah faktor mendasar dalam pembentukan norma-
norma yang dimiliki seseorang kemudian membentuk atau mendorong keinginan
dan perilakunya menjadi seseorang konsumen. Budaya itu sendiri meliputi :
- Nilai-nilai. Nilai-nilai adalah norma yang dianut oleh masyarakat.
- Persepsi adalah cara pandang pada sesuatu.
- Preferensi adalah rasa lebih suka pad sesuatu dibandingkan pada yang
lainnya.
- Kebiasaan.
2. Faktor sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor sosial antara lain :
- Reference group adalah kelompok yang mempengaruhi anggotanya dan
membuat keputusan terhadap pembelian suatu barang atau jasa.
- Keluarga dapat mempengaruhi seseorang di dalam mengambil keputusan.
- Peran dan status. Peran seseorang akan mempengaruhi pola tindakan dalam
membeli barang atau jasa.
3. Faktor teknologi, yang meliputi transportasi pribadi, alat rumah tangga, audio-
visual, internet dan seluler.
4. Faktor-faktor pribadi. Keputusan pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, gaya hidup dan
kepribadian.
5. Faktor psikologis. Pilihan seseorang dalam membeli dipengaruhi oleh empat
faktor psikologis yaitu : motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan
sikap. Motivasi yaitu suatu kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk
membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya.
26
2.7 Tipe-tipe Perilaku Keputusan Membeli
Semakin kompleks keputusan pembelian akan melibatkan semakin banyak pihak
yang terlibat dan semakin banyak pertimbangan. Terdapat beberapa jenis tipe
perilaku pembelian antara lain : (Peter dan Olson, 2003, p219)
1. Perilaku membeli yang kompleks adalah perilaku membeli konsumen dalam
berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli dan
adanya perbedaan pandangan yang signifikan antara merek yang satu dengan
yang lain.
2. Perilaku Membeli yang mengurangi ketidakcocokan. Yaitu perilaku membeli
konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi
sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek-merek yang ada.
3. Perilaku Membeli karena kebiasaan. Terjadi dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan
diantara merek-merek yang ada.
4. Perilaku Membeli yang mencari variasi. Terjadi dalam situasi yang bercirikan
rendahnya keterlibatan konsumen tetapi perbedaan diantara merek dianggap
benar.
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Gambar 2.6 Empat Tipe Perilaku Pembeli
Sumber : Peter dan Olson (2003, p223)
Perilaku membeli yang kompleks
Perilaku membeli yang mencari
variasi
Perbedaan mendasar di antara
merek yang ada
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
Perilaku membeli karena kebiasaan
Sedikit perbedaan di antara merek
yang ada
27
2.8 Proses Keputusan Membeli
Berdasarkan Peter dan Olson (2003, p223-227) terdapat tahap-tahap proses
pengambilan keputusan antara lain :
1. Pengenalan Kebutuhan.
Tahap pertama proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen
mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian Informasi.
Tahap proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen telah
tertarik untuk mencari lebih benyak informasi, konsumen mungkin hanya
meningkatkan perhatian atau mencari informasi. Sumber informasi dapat
diperoleh melalui beberapa sumber yaitu sumber pribadi, komersial, publik,
pengalaman.
3. Evaluasi berbagai alternatif.
Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif yang
terdapat dalam pilihan-pilihan.
4. Keputusan Pembelian.
Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen
benar-benar membeli produk.
5. Evaluasi Keputusan Pembelian.
Mengevaluasi keputusan pembelian yang telah dilakukan sebelumnya.
Apakah telah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan
sebelumnya.
28
Pengaruh Eksternal
Masukan
Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses
Perilaku Setelah Keputusan
Usaha Pemasaran Perusahaan
1. Produk 2. Promosi 3. Harga 4. Saluran Distribusi
Lingkungan Sosio Budaya 1. Keluarga 2. Sumber informasi 3. Sumber nonkomersial 4. Kelas sosial 5. Subbudaya dan budaya
Pengenalan Kebutuhan Penyelidikan Sebelum Pembelian Evaluasi Alternatif
Bidang Psikologi 1. Motivasi 2. Persepsi 3. Pengetahuan 4. Kepribadian 5. Sikap
Pengalaman
Pembelian 1. Percobaan 2. Pembelian Ulang
Evaluasi Setelah Pembelian
Keluaran
Gambar 2.7 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber : Kanuk dan Schiffman (2004, p8)
29
2.9 Kerangka Pemikiran
Terdapat dua variabel independen (variabel X) dan satu variabel
dependen (variabel Y). Dimana variabel - variabel nya adalah :
1. Variabel X1 : Harga produk yang ditawarkan
2. Variabel X2 : Perceived Value
3. Variabel Y : Keputusan Pembelian oleh Konsumen
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen di Binus Center Grogol, dimulai dari pengenalan
kebutuhan hingga pada akhirnya memutuskan untuk membeli, dipengaruhi
oleh faktor-faktor apa saja selain dari faktor harga dan perceived value.
Melalui penelitian ini, akan diketahui apakah harga dan perceived value Binus
Center mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen.
Binus Center
Harga Produk (X1) Perceived Value (X2)
Keputusan Pembelian (Y)
- Pencarian
Informasi - Evaluasi
Alternatif - Keputusan
Pembelian - Perilaku
Setelah Pembelian
- Kejelasan informasi - Kualitas materi
pembelajaran - Tingkat kebersihan - Suasana yang
nyaman - Lokasi mudah
dijangkau - Variasi pilihan
produk
- Jumlah peserta - Jumlah variasi
produk - Cara pembayaran - Sruktur potongan
harga - Harga yang
bersaing - Kesesuaian harga
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian