BAB 2 LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...
86
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Dasar / Umum
Teori-teori pokok yang merupakan teori-teori landasan bagi teori-teori
lainnya yang terdapat dalam skripsi ini, yaitu :
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut pendapat Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p94), sistem
adalah kumpulan elemen-elemen atau sumber daya yang saling berkaitan
secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendapat lain mengenai sistem dikemukakan oleh O’Brien (2003,
p8), sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan
dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi yang
membentuk suatu kesatuan.
Sistem adalah kumpulan dari komponen yang terorganisasi, yang
digunakan untuk menyelesaikan satu atau beberapa fungsi dan tugas
spesifik tertentu. (Dikutip dari www.ichnet.org/glossary.htm)
2.1.2 Karakteristik Sistem
Menurut Hartono (2005, p3), suatu sistem mempunyai karakteristik
atau sifat-sifat tertentu, yaitu :
87
1. Komponen-komponen (components) berupa subsistem atau bagian-
bagian dari sistem.
2. Batas sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
3. Lingkungan luar sistem (environment) adalah apapun di luar batas
dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
4. Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem lainnya.
5. Masukan (input) adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
6. Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
7. Pengolah (process) merupakan bagian yang akan merubah masukan
menjadi keluaran.
8. Sistem mempunyai sasaran (objective) atau tujuan (goal).
2.1.3 Pengertian Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem berarti menyusun suatu sistem baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki
sistem yang telah ada. (Hartono, 2005, p35)
2.1.3.1 Perlunya Pengembangan Sistem
Menurut Hartono (2005, p35), sistem yang lama perlu
diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu
sebagai berikut :
1. Adanya permasalahan yang timbul pada sistem lama.
88
Permasalahan yang timbul dapat berupa :
a. Ketidakberesan pada sistem lama sehingga sistem yang
ada tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
b. Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus
disusunnya sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi
diantaranya adalah kebutuhan informasi yang semakin
luas, volume pengolahan data semakin meningkat,
perubahan prinsip akuntansi yang baru. Karena adanya
perubahan ini, maka menyebabkan sistem yang lama tidak
efektif lagi, sehingga sistem yang lama sudah tidak dapat
memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang
dibutuhkan manajemen.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan (opportunities).
Berhasil atau tidaknya strategi dan rencana yang disusun untuk
meraih kesempatan-kesempatan yang ada ditentukan oleh
kecepatan informasi.
3. Adanya instruksi-instruksi (directives).
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena
adanya instruksi-instruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar
organisasi.
Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan
akan terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru.
Peningkatan-peningkatan ini berhubungan dengan PIECES, yaitu
sebagai berikut :
89
- Performance (kinerja) peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja)
sistem yang baru sehingga menjadi lebih efektif.
- Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas
informasi yang disajikan.
- Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat
atau keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya
yang terjadi.
- Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian
untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta
kecurangan-kecurangan yang akan terjadi.
- Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi.
Efisiensi berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis
berhubungan dengan jumlah sumber daya yang digunakan,
efisiensi berhubungan dengan bagaimana sumber daya tersebut
digunakan dengan pemborosan yang paling minimum.
- Service (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang
diberikan oleh sistem.
2.1.3.2 Prinsip Pengembangan Sistem
Menurut Hartono (2005, p38), beberapa prinsip yang tidak
boleh dilupakan dalam melakukan proses pengembangan sistem
adalah sebagai berikut :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
90
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam
proses pengembangan sistem.
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
6. Jangan takut membatalkan proyek.
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan
sistem.
2.1.3.3 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut Haag, Cummings, dan Mccubbrey (2005, p279),
siklus hidup pengembangan sistem yakni pendekatan yang
terstruktur langkah per langkah untuk mengembangkan sistem
informasi. Dimana pendekatan-pendekatan itu adalah :
a. Planning (Perencanaan)
Mendefinisikan sistem yang akan dikembangkan
Mengatur ruang lingkup proyek
Mengembangkan rencana proyek termasuk tugas-tugas,
sumber daya dan kerangka kerja
b. Analysis (Analisa)
Mengumpulkan kebutuhan bisnis untuk sistem
c. Design (Desain)
Mendesain arsitektur teknis yang dibutuhkan untuk
mendukung sistem
Mendesain model sistem
91
d. Development (Pengembangan)
Membangun arsitektur teknis
Membangun database dan program-program
e. Testing (Percobaan)
Menulis kondisi-kondisi dari percobaan yang akan dilakukan
Melakukan percobaan terhadap sistem
f. Implementation (Implementasi)
Menulis secara detail cara penggunaan (dokumentasi
pengguna)
Menyediakan pelatihan bagi para pengguna sistem
g. Maintenance (Perawatan)
Bangun help desk (bantuan operator) untuk mendukung
pengguna sistem
Menyediakan lingkungan untuk mendukung perubahan
sistem
2.1.4 Pengembangan Sistem Aplikasi Bisnis
Pengembangan sistem aplikasi bisnis berarti menyusun dan
menyesuaikan suatu program bagi proses bisnis perusahaan untuk
mendukung terciptanya sistem informasi yang cepat, tepat, dan akurat.
(Dikutip dari http://www.telematika.co.id/ detail.php?id=10)
2.1.4.1 Pengembangan Sistem Aplikasi Berdasarkan Perspektif
Pemakai
92
Berdasarkan pendapat Oetomo (2002, pp133-134) banyak
sistem aplikasi yang dibangun oleh programmer mudah
didapatkan dan tersebar luas di situs-situs, toko-toko buku
walaupun masih trial (uji coba). Namun, aplikasi tersebut pada
akhirnya ditinggalkan oleh pemakainya. Itu dikarenakan sistem
yang dibangun lebih berorientasi pada pembuat, akibatnya :
a. Sistem dirasa kurang user friendly bagi pemakai.
b. Sistem dinilai kurang memberi rasa nyaman dan kurang
interaktif, karena pemakai merasa tidak paham terhadap
komentar atau penjelasan bantuan yang disediakan.
c. Tampilan sistem dinilai sulit dipahami karena sistem menu
atau tata letak yang kurang memperhatikan kaidah kebiasaan
perilaku orang.
d. Pemakai sistem merasa dipaksa untuk mengikuti prosedur
yang dibangun sehingga menilai bahwa sistem kurang dinamis
dan kaku.
Hal-hal tersebut harus dihindari agar jangan sampai sistem yang
dibangun justru menjadi penghalang atau mempersulit proses
transaksi atau keterlambatan pengambilan keputusan.
2.1.4.2 Prosedur dalam Membangun Aplikasi
Untuk membangun aplikasi yang menarik dan interaktif
memerlukan prosedur (Burrows dan Langford, 2000, p13) sebagai
berikut :
93
• Identifikasi kebutuhan pengguna
Langkah pertama dalam identifikasi kebutuhan pengguna adalah
programmer bertemu secara langsung dengan pengguna aplikasi
untuk mengetahui kegunaan dari aplikasi, fitur apa yang harus
disediakan, dan bagaimana baiknya aplikasi dioperasikan.
Kegagalan dalam mengidentifikasi kebutuhan pengguna
menghasilkan aplikasi yang buruk.
• Desain aplikasi
Setelah programmer memahami kebutuhan pengguna,
programmer mendesain aplikasi dengan membuat blueprint
aplikasi untuk mengidentifikasi komponen-komponen aplikasi
dan menguraikan secara terperinci komponen-komponen
tersebut, sehingga aplikasi yang dihasilkan dapat bekerja dengan
baik dan mudah digunakan.
• Evaluasi dan penyesuaian
Setelah mendesain aplikasi, programmer menunjukkan desain
tersebut ke pengguna untuk memperoleh tanggapan dan
masukan. Jika perlu, programmer harus merubah desain dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan pengguna. Setiap
dilakukan perubahan desain, programmer harus menunjukkan
kembali ke pengguna.
• Membangun aplikasi
94
Setelah desain aplikasi lengkap, programmer mulai membangun
beberapa user interface dan menyusun coding, kemudian
melakukan testing. Secara periodik programmer akan
menunjukkan aplikasi yang dibangun ke pengguna untuk
memperoleh tanggapan dan masukan mengenai pengoperasian
aplikasi. Interaksi dengan pengguna akan membantu
menghasilkan aplikasi yang dapat dioperasikan secara tepat dan
mudah digunakan.
2.1.5 Pengendalian Aplikasi (Application Control)
Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian yang diterapkan
selama proses pengolahan data berlangsung. Pengendalian aplikasi
(Gondodiyoto dan Hendarti, 2006, pp328-378) pada dasarnya terdiri dari:
1. Pengendalian batas sistem (boundary control)
Boundary adalah interface antara pengguna dengan sistem berbasis
teknologi informasi.
Pengendalian batas sistem aplikasi mempersyaratkan bahwa suatu
sistem aplikasi komputer perlu jelas desainnya, yaitu :
a. Ruang lingkup sistem
Suatu sistem komputerisasi harus jelas ruang lingkupnya,
misalnya dokumen masukannya (input), dari mana sumbernya,
tujuan pengolahan data, siapa penggunanya (user), dan siapa
pemegang wewenang. User yang akses ke sistem harus memiliki
otorisasi, ada identifikasi, dan otentikasi.
95
b. Subsistem atau keterkaitan
Sistem terdiri dari subsistem, modul, program, dan perlu
kejelasan ruang lingkupnya, serta keterkaitan antar subsistem-
subsistem.
2. Pengendalian masukan (input control)
Yaitu pengendalian aplikasi yang penting, karena input yang salah
maka output juga akan salah atau istilah populernya GIGO(Garbage
In Garbage Out).
Tujuan dari pengendalian input untuk memungkinkan bahwa data
transaksi yang valid telah lengkap, terkumpul semuanya serta bebas
dari kesalahan dan penyalahgunaan sebelum dilakukan proses
pengolahannya. Karena apabila data yang salah telah melewati tahap
pengolahan akan sangat sulit untuk dideteksi.
3. Pengendalian pengolahan (processing control)
Yaitu bentuk pengendalian yang diterapkan setelah data berada pada
sistem aplikasi komputer.
Tujuan dari pengendalian pengolahan ini adalah untuk mencegah
kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pengolahan data
yang dilakukan setelah data dimasukkan ke dalam komputer.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SA341, Par.08), tujuan
pengendalian pengolahan untuk memberi kenyakinan memadai
bahwa :
a. transaksi diolah dengan semestinya oleh komputer.
96
b. transaksi tidak hilang, ditambah, digandakan, atau diubah dengan
tidak semestinya.
c. kekeliruan pengolahan dapat diidentifikasi dan dikoreksi secara
tepat waktu.
Untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, maka
pada tahap ini dapat dilakukan beberapa pengendalian yang berupa
pemeriksaan.
Bila suatu kesalahan yang terjadi terdeteksi selama proses
pengolahan, maka harus ditampilkan dalam bentuk pesan-pesan
kesalahan yang dapat ditampilkan di layar terminal agar dapat
terlihat oleh operator.
4. Pengendalian keluaran (output control)
Ouput merupakan produk dari pengolahan data dapat disajikan
dalam dua bentuk utama, yaitu dalam bentuk hardcopy dan dalam
bentuk softcopy. Dalam bentuk hardcopy yang paling banyak
dilakukan adalah berbentuk laporan yang dicetak menggunakan
printer dan dalam softcopy adalah berbentuk tampilan di layar
terminal.
Tujuan dari pengendalian keluaran ini untuk menjamin agar output
dapat disajikan secara akurat, lengkap, dan didistribusikan kepada
pihak yang berhak secara cepat dan tepat waktu.
5. Pengendalian basis data (database control)
Pengendalian basis data antara lain dilakukan dengan cara :
97
• Pengamanan transaksi melalui mekanisme rollback dan commit.
Rollback adalah kemampuan basis data yang memungkinkan
pengembalian ke keadaan sebelum sebuah transaksi dimulai bila
suatu transaksi tidak berjalan dengan sempurna, sedangkan
commit untuk memastikan bahwa data telah benar-benar
disimpan pada basis data bila transaksi telah berjalan dengan
sempurna.
• Otorisasi akses yang mengatur orang tertentu hanya bisa
melakukan tindakan tertentu pada berkas tertentu.
6. Pengendalian komunikasi (communication control)
Komunikasi merupakan komponen yang paling lemah dalam sistem
informasi, karena dapat dilakukan penyadapan informasi melalui
sarana ini. Untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengenkripsi informasi sehingga penyadap tidak dapat membaca
informasi yang sesungguhnya dan teknik checksum untuk
mendeteksi apakah telah terjadi perubahan pada data penting.
2.1.6 Perlindungan terhadap Aset Infomasi
Perlindungan terhadap aset informasi adalah proses melindungi
informasi dari penyalahgunaan atau pengrusakan yang dilakukan oleh
orang-orang di dalam atau di luar sebuah organisasi. (Dikutip dari
http://budi.insan.co.id/courses/el7010/dikmenjur/djoko-report.doc)
Secara umum, tujuan utama dalam perlindungan keamanan suatu
informasi adalah :
98
• Kerahasiaan (Confidentiality) : untuk menjaga agar informasi tidak
terbuka bagi pihak-pihak yang tidak berwenang.
• Integritas (Integrity) : untuk menjaga keutuhan dan keaslian data.
• Ketersediaan (Availability) : untuk menjaga agar akses pengguna
yang legal terhadap data tidak ditolak oleh sistem.
• Kelegalan penggunaan (Legitimate use) : untuk menjaga agar
sumber-sumber daya tidak digunakan oleh pihak yang tidak
berwenang.
Langkah-langkah untuk memastikan bahwa sistem mampu menjamin
keamanan data dan informasi dapat dilakukan dengan menerapkan
pengendalian yang ada pada ISO 17799 (Dikutip dari
http://www.nevilleclarke.com/newsReleases/newsController.php?do=toNews&id
=45), yaitu dengan :
1. Information Security Policy (Kebijakan Keamanan Informasi)
Mengarahkan visi dan misi manajemen agar kesinambungan bisnis
dapat dipertahankan dengan mengamankan dan menjaga integritas
informasi yang dimiliki oleh organisasi.
2. Security Organization (Keamanan Organisasi)
Struktur keamanan organisasi harus dengan jelas direncanakan untuk
mengatur dan menjaga integritas sistem informasi internal terhadap
keperluan pihak eksternal termasuk pengendalian terhadap
pengolahan informasi yang dilakukan pihak ketiga (outsourcing).
99
3. Asset Classification and Control (Pengendalian dan Penggolongan
Aset)
Memberikan perlindungan terhadap aset perusahaan dan aset
informasi berdasarkan level proteksi yang ditentukan.
4. Personnel Security (Keamanan Personil)
Mengurangi human error dan manipulasi data dalam pengoperasian
sistem aplikasi oleh pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan
melalui pelatihan-pelatihan mengenai security awareness sehingga
setiap pengguna diharapkan mampu menjaga keamanan informasi
dan data dalam lingkup kerja masing-masing.
5. Physical and Environmental Security (Keamanan Fisik dan
Lingkungan)
Mencegah kehilangan dan kerusakan data yang diakibatkan oleh
lingkungan, termasuk bencana alam dan pencurian data dalam media
penyimpanan atau fasilitas informasi lainnya.
6. Computer and Network Security (Komputer dan Keamanan Jaringan)
Menyediakan perlindungan terhadap informasi elektronik dan
infrastruktur sistem informasi melalui perawatan dan pemeriksaan
secara berkala, dan memastikan ketersediaan panduan sistem yang
didokumentasikan menunjukkan informasi baru, aman dari kerugian,
atau penyingkapan, serta dikomunikasikan guna menghindari
kesalahan operasional.
7. System Access Control (Pengendalian Akses Sistem)
100
Mengendalikan dan membatasi akses pengguna terhadap informasi
yang telah diatur kewenangannya, termasuk pengendalian secara
mobile-computing ataupun tele-networking.
8. Systems Development and Maintenance (Pemeliharaan dan
Pengembangan Sistem)
Memastikan bahwa sistem operasi maupun aplikasi yang baru
diimplementasikan mampu bersinergi melalui verifikasi / validasi
terlebih dahulu sebelum diluncurkan ke live environment.
9. Business Continuity Planning (Perencanaan Bisnis
Berkesinambungan)
Perencanaan bisnis berkesinambungan harus selalu dipersiapkan dan
diperbaharui secara terus menerus untuk mengendalikan resiko
potensial yang akan ditemui dalam aktivitas dan lingkungan bisnis
yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
10. Compliance (Pemenuhan)
Memastikan implementasi kebijakan-kebijakan keamanan selaras
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, termasuk melalui
audit sistem secara berkala.
2.1.7 Basis Data
Basis data menurut Connolly (2002, p14) adalah sekumpulan data
yang terhubung satu sama lain secara logikal dan suatu deskripsi data
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi.
101
Basis data menurut Oetomo (2002, p99) merupakan komponen
terpenting dalam pembangunan sistem informasi, karena menjadi tempat
untuk menampung dan mengorganisasikan seluruh data yang ada dalam
sistem, sehingga dapat digunakan untuk menyusun informasi-informasi
dalam berbagai bentuk.
Tujuan utama pengelolaan data dalam basis data adalah agar kita dapat
memperoleh data yang kita cari dengan mudah dan cepat. Pemanfaatan
basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan seperti berikut ini:
• Kecepatan dan kemudahan (speed)
• Efisiensi ruang penyimpanan (space)
• Keakuratan (accuracy)
• Ketersediaan (availability)
• Kelengkapan (completeness)
• Keamanan (security)
• Kebersamaan pemakaian (sharability)
Dalam penggunaannya basis data memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
1. Mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia. Tugas
mekanis lebih baik dilaksanakan oleh mesin.
2. Komputer dapat mengambil dan mengubah data lebih cepat dari
manusia.
3. Akurat dan informasi terbaru selalu tersedia setiap saat.
4. Menghemat ruangan karena tidak perlu menyediakan ruangan
penyimpanan kertas file yang sangat banyak.
102
Beberapa istilah penting dalam sistem basis data :
Field : merupakan suatu unit bernama terkecil dari data record yang
disimpan dalam basis data.
Record : adalah nama untuk kumpulan field tersimpan yang saling
berkaitan membentuk data yang memiliki arti.
File : adalah nama untuk kumpulan seluruh occurence dari satu tipe
record tersimpan.
Basis Data : merupakan kumpulan terintegrasi dari occurences file /
tabel yang merupakan representasi data dari suatu model enterprise.
2.1.8 Microsoft Access
Microsoft Access merupakan relational DBMS untuk lingkungan
Microsoft Windows yang digunakan secara luas. Microsoft Access
merupakan PC khusus berbasis DBMS yang mampu menyimpan,
sorting, dan mengambil kembali berbagai jenis data dalam aplikasi.
Microsoft Access menyediakan Graphical User Interface (GUI) untuk
membuat tables, queries, forms, dan reports, dan tools untuk
mengembangkan bermacam aplikasi database menggunakan bahasa
macro Microsoft Access / bahasa Microsoft Visual Basic for Aplication
(VBA). Microsoft Access menyediakan program yang disebut Wizard
untuk menyederhanakan banyak proses dalam membangun aplikasi
database dengan mengambil berbagai pertanyaan dan jawaban user
dalam dialog boxes.(Connolly, 2002, p224)
103
User menggunakan Microsoft Access dan mengembangkan aplikasi
database dengan menggunakan beberapa objek, yaitu:
Tables
Berbasis tabel untuk membuat database. Menggunakan Microsoft
terminology, suatu tabel merupakan organisasi dalam kolom (field) dan
baris (record).
Queries
Dapat digunakan user untuk melihat, merubah dan menganalisis data
dengan berbagai cara. Queries dapat disimpan dan digunakan sesuai
dengan sumber dari record dalam form, report, dan halaman akses data.
Forms
Dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti : membuat form entry
data untuk memasukkan data ke dalam tabel.
Reports
Memungkinkan data dalam database ditampilkan dalam beberapa cara
efektif dalam berbagai jenis format cetakan.
Pages
Suatu pages adalah jenis dari web page dirancang untuk melihat dan
bekerja dengan data dari internet dan intranet. Access pages juga
memasukkan data dari berbagai sumber, seperti Microsoft Excel.
Macros
Kumpulan dari satu atau lebih aksi dimana tiap bentuk dari operasi
khusus, seperti suatu form atau mencetak laporan. Macros dapat
104
membantu mengotomatisasikan tugas biasa seperti mencetak laporan
ketika tombol diklik user.
Modules
Suatu koleksi dari deklarasi VBA dan prosedur yang disimpan
bersamaan dalam satu unit.
2.1.9 Visual Basic 6.0 (VB6 )
Visual Basic 6.0 merupakan salah satu aplikasi pemrograman
visual dibuat oleh Microsoft, sehingga VB6 memiliki keunggulan dalam
hal pengaksesan terhadap beberapa pustaka (library) yang dimiliki oleh
sistem operasi Windows dan para pembuat aplikasi (programmer) dapat
memanfaatkan Windows API (Application Programming Interface) untuk
membuat program aplikasi yang lebih kompleks. Visual Basic 6.0
menyediakan berbagai perangkat yang dapat digunakan untuk membuat
program aplikasi, baik aplikasi kecil dan sederhana, hingga aplikasi untuk
sistem perusahaan yang besar, atau bahkan aplikasi yang dijalankan
melalui internet. Visual Basic 6.0 menggunakan pendekatan Graphical
User Interface (GUI) sehingga proses pembuatan program aplikasi
menjadi lebih mudah dan nyaman. Basis bahasa pemrograman yang
digunakan dalam Visual Basic 6.0 adalah bahasa BASIC (Beginner’s All-
purpose Symbolic Instruction Code), yang merupakan salah satu bahasa
pemrograman tingkat tinggi yang sederhana dan mudah dipelajari.
(Ramadhan, 2004, p2)
105
Visual Basic 6.0 menyediakan beberapa objek yang dapat digunakan
programmer untuk membangun user interface, yaitu :
Label
Label digunakan untuk menampilkan tulisan / teks dalam program dan
tidak dapat diubah oleh pengguna pada saat program tersebut dijalankan
kecuali melalui kode program.
TextBox
TextBox digunakan sebagai tempat bagi pengguna untuk memasukkan
teks atau mengubah teks pada saat program berjalan.
CommandButton
CommandButton digunakan untuk membuat tombol dalam form.
OptionButton
OptionButton digunakan untuk menampilkan beberapa pilihan dalam
form, tetapi pengguna hanya dapat memilih / mengaktifkan salah satu
pilihan OptionButton saja. Pengguna dapat memilih lebih dari satu
pilihan dengan meletakkan OptionButton tersebut pada Frame yang
berbeda.
CheckBox
CheckBox mirip dengan OptionButton, tetapi pada CheckBox pengguna
dapat memilih lebih dari satu pilihan.
Frame
Frame digunakan untuk mengelompokkan sejumlah objek dalam satu
tempat.
106
ListBox
ListBox digunakan untuk menampilkan daftar pilihan dalam sebuah
kotak pilihan. ListBox digunakan jika jumlah pilihan yang tersedia cukup
banyak sehingga tidak efektif jika ditampilkan dengan menggunakan
OptionButton maupun CheckBox. ListBox memungkinkan pengguna
untuk memilih lebih dari satu pilihan.
ComboBox
ComboBox memiliki fungsi yang mirip dengan ListBox. Namun,
ComboBox lebih menghemat tempat karena pilihan ditampilkan di dalam
satu TextBox dan dapat di drop-down ke bawah untuk melihat pilihan.
Pengguna juga dapat mengetik secara langsung pilihannya dalam
ComboBox (tergantung property style yang digunakan). Perbedaan
dengan ListBox adalah di dalam ComboBox tidak dapat memilih lebih
dari satu pilihan.
Image
Image digunakan untuk menampilkan gambar dalam format Bitmap
(BMP), Device Independent Bitmaps (DIB), Windows Metafile (WMF),
Enhanced Metafile (EMF), Graphic Interchange Format (GIF), Joint
Photographic Experts Group (JPEG), dan icon (ICO dan CUR).
PictureBox
PictureBox memiliki kegunaan hampir sama dengan Image, yaitu untuk
menampilkan gambar. Namun, PictureBox juga dapat digunakan untuk
pengolahan gambar. PictureBox juga mempunyai fungsi yang hampir
sama dengan Form yaitu sebagai kontainer bagi objek-objek lainnya.
107
Line
Line digunakan untuk menggambar garis. Line tidak memiliki event yang
dapat dikenakan padanya.
Shape
Shape digunakan untuk menggambar bentuk. Shape tidak memiliki event
yang dapat dikenakan padanya.
HScrollBar
HScrollBar digunakan untuk memasukkan data secara analog dengan
menggeser tombol scroll ataupun menekan tombol left dan right.
VScrollBar
VScrollBar memiliki fungsi yang sama dengan HScrollBar. Namun,
VScrollBar untuk arah atas-bawah sedangkan HScrollBar untuk arah
kiri-kanan.
Timer
Timer digunakan untuk mengolah waktu dan iterasi (pengulangan).
DriveListBox
DriveListBox digunakan untuk menampilkan drive yang ada dalam
komputer.
DirListBox
DirListBox digunakan untuk menampilkan direktori yang berada di
dalam drive yang sedang dipilih (aktif).
FileListBox
FileListBox digunakan untuk menampilkan file yang ada di dalam
direktori atau drive yang sedang aktif.
108
Data
Data digunakan untuk menghubungkan program aplikasi yang dibuat
dengan database.
OLE (Object Lingking and Embedding)
OLE digunakan untuk menyisipkan aplikasi lain ke dalam program
aplikasi yang dibuat, misalnya Microsoft Word, Microsoft Excel,
Microsoft Access, dan aplikasi lain yang berbasis Windows.
Beberapa objek tambahan, yaitu :
MaskEdBox
MaskEdBox digunakan untuk menerima input dari pengguna, dan input
tersebut harus sesuai dengan pola yang sudah ditentukan.
CommonDialog
CommonDialog digunakan untuk menampilkan lima kotak dialog
(jendela) standar dalam program aplikasi yang dibuat. Lima kotak dialog
standar tersebut adalah open, save as, print, font, dan color.
MonthView
MonthView digunakan untuk menampilkan kalender pada program
aplikasi yang dibuat. Kalender yang ditampilkan akan disesuaikan
dengan tanggal yang tertera pada system clock komputer yang digunakan.
DTPicker
DTPicker digunakan untuk menampilkan / memilih tanggal dalam
sebuah ComboBox. Tanggal yang ditampilkan akan disesuaikan dengan
tanggal yang tertera pada system clock komputer yang digunakan.
ProgressBar
109
ProgressBar digunakan untuk menggambarkan kemajuan suatu proses
dalam program aplikasi. Bar akan bergerak sesuai dengan nilai properti
value.
Slider
Slider memiliki bagian yang dapat digeser. Pergeseran bagian tersebut
akan mengubah properti value dari Slider.
ToolBar
ToolBar dapat digunakan untuk meletakkan tombol / icon. Tombol / icon
dapat diklik oleh pengguna untuk melakukan perintah spesifik dengan
cepat.
SSTab
SSTab digunakn untuk membuat tab-tab pada program aplikasi. Masing-
masing tab memiliki tampilan sendiri sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
2.1.10 UML ( Unified Modelling Language )
Menurut Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p3), Unified
Modelling Language (UML) adalah bahasa visual modeling yang
digunakan untuk menentukan, memberikan gambaran, gagasan dan
dokumentasi dari sebuah sistem software, juga untuk mengambil
keputusan dan mengerti mengenai sistem yang akan dibangun.
Digunakan agar sistem yang dibuat dapat dimengerti, dirancang, dibaca-
110
baca, dibentuk, dipelihara dan dikontrol informasinya. Menurut
Mathiassen (2000, p17), UML merupakan notasi dari OOA&D.
Menurut Schmuller (1999, p8), UML terdiri dari beberapa elemen grafis
yang digambarkan ke dalam bentuk diagram-diagram.
Adapun komponen-komponen dalam UML adalah sebagai berikut:
Use Case Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p120), Use Case Diagram adalah suatu
diagram yang menggambarkan hubungan antara actor dengan use case.
Notasi-notasi yang digunakan dalam use case diagram :
1. Use case
Menurut Mathiassen (2000, p120), use case adalah sesuatu pola
yang menggambarkan interaksi antara sistem dengan actor pada
suatu sistem.
Gambar 2.1 Notasi UML untuk Use Case
2. Actor
Menurut Mathiassen (2000, p119), actor adalah penggambaran
seorang pengguna (user) atau sistem lain yang berhubungan
dengan suatu sistem.
Gambar 2.2 Notasi UML untuk Actor
111
3. Association
Garis komunikasi antara actor dan use case yang berpartisipasi di
dalamnya.
Gambar 2.3 Notasi UML untuk Communication Association
Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun
requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien,
dan merancang test case untuk semua fitur yang ada pada sistem.
(Dikutip dari www.ilmukomputer.com)
Sequence Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p266), Sequence Diagram menunjukkan
bagaimana mengeksekusi operations dari suatu objek yang mencakup
pemanggilan operation pada objek yang lain.
Class Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p4), object adalah sebuah entitas yang
mempunyai identitas (identity), keadaan (state), dan sifat (behaviour).
Menurut Mathiassen (2000, p53), class adalah sekumpulan object yang
memiliki behaviour, attribute, dan method yang sama. Attribute adalah
112
suatu yang mendeskripsikan sebuah class. Method adalah suatu tindakan
yang dapat mengubah status dari suatu object.
Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan
sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain
berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu
sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan
tersebut (metoda/fungsi).
Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan
objek beserta hubungan satu sama lain seperti pewarisan, asosiasi, dan
lain-lain. (Dikutip dari www.ilmukomputer.com)
+daftar()+berhenti()+lulus()
-nama : char-alamat : char
Mahasiswa
Gambar 2.4 Class
Menurut Mathiassen (2000, p72), hubungan antar class terdiri dari tiga
jenis hubungan yaitu :
a. Generalization
Generalization adalah class induk atau superclass yang
menggambarkan property yang sama dari class anak atau
subclass.
113
Kain
Katun Wool Sutra
Gambar 2.5 Class Diagram dengan Hubungan Generalization
b. Aggregation
Aggregation adalah class induk (superclass) terdiri dari beberapa
class lainnya atau hubungan terdiri dari.
Kain
Benang Motif Warna
1
1
1
1
1
1
Gambar 2.6 Class Diagram dengan Hubungan Aggregation
c. Association
Association adalah hubungan erat antara dua class yang
dihubungkan oleh sebuah event. Event adalah peristiwa yang
terjadi, yang melibatkan satu atau lebih object.
114
Pembeli
Kain
1
1
Gambar 2.7 Class Diagram dengan Hubungan Association
Component Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p190), Component Diagram adalah suatu
struktur sistem yang tersusun dari komponen-komponen yang saling
terhubung. Pada platform object-oriented, seluruh bagian-bagian
program akan menjadi classes. Tujuan utama pada component diagram
ini adalah sistem menjadi luas (meliputi banyak hal) dan fleksibel.
Notasi-notasi yang digunakan dalam component diagram :
1. Package
Menurut Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p97), package
adalah bagian dari model. Setiap bagian dari model harus
termasuk dalam satu package.
Gambar 2.8 Notasi UML untuk Package
115
Deployment Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p210), Deployment Diagram adalah diagram
yang menggambarkan distribusi dan kolaborasi komponen-komponen
program dan objek aktif pada processors. Processors adalah sebuah
perlatan yang dapat mengeksekusi program. Objek aktif adalah sebuah
objek telah menetapkan sebuah proses. Objek aktif akan aktif selama
sistem dieksekusi.
Notasi-notasi yang digunakan dalam deployment diagram :
1. Node
Menurut Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p94), node
adalah run-time objek fisik yang menggambarkan penggunaan
sumber daya.
Gambar 2.9 Notasi UML untuk Node
2. Component
Menurut Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p93),
component adalah unit fisik dari suatu implementasi dengan
tampilan-tampilan yang telah dirumuskan dengan baik, yang
diharapkan dapat digunakan sebagai bagian sistem yang dapat
diganti. Menurut Mathiassen (2000, p190), Component adalah
kumpulan bagian program yang membentuk suatu keseluruhan
dan mempunyai tugas yang telah didefinisikan.
116
Gambar 2.10 Notasi UML untuk Component
3. Dependency
Menurut Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p56),
dependency menandakan hubungan semantics antara dua atau
lebih elemen-elemen model. Sedangkan semantic menurut
Rumbaugh, Jacobson, dan Booch (1999, p419) adalah
spesifikasi formal dari arti dan behaviour.
Gambar 2.11 Notasi UML untuk Dependency
2.1.11 Critical Success Factors (CSF)
Menurut Mcleod (2001, p434), CSF merupakan sejumlah kegiatan
kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan segala jenis
organisasi, dan CSF bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya.
Menurut Laudon (2003, p384), CSF adalah sejumlah kecil tujuan
operasional yang dibentuk oleh industri, perusahaan, manajer dan
lingkungan yang dipercaya dapat menjamin keberhasilan dari sebuah
organisasi.
117
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa CSF adalah sejumlah
kegiatan kunci dalam perusahaan yang merupakan faktor-faktor paling
kritis terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Analisa CSF cenderung mempunyai dua efek terhadap eksekutif
yaitu :
- CSF membantu eksekutif berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan yang
paling penting.
- CSF membantu eksekutif berpikir tentang kebutuhan informasi yang
dibutuhkan.
Keuntungan CSF :
- Semua hubungan sistem informasi dapat didefinisikan dengan jelas,
yang kemudian akan difokuskan untuk perencanaan dan
pengembangan serta penentuan informasi yang diprioritaskan.
- Dengan metode CSF, organisasi dapat mengetahui bagaimana
informasi tersebut harus ditangani.
Kelemahan CSF :
- Membutuhkan waktu, sulit untuk mengkombinasikan CSF-nya dan
hasilnya kemungkinan bisa lebih buruk jika dibandingkan dengan saat
mendefinisikan CSF-nya.
CSF dapat dimonitor dari lima tipe informasi, yaitu :
1. Key problem narratives. Laporan-laporan ini menampilkan
performance perusahaan secara keseluruhan, inti permasalahan dan
alasan-alasan yang memungkinkan untuk masalah tersebut.
118
Penjelasan-penjelasan sering dikombinasikan dengan tabel-tabel
grafik-grafik atau informasi tabular.
2. Highlight charts. Ringkasan-ringkasan ini menampilkan informasi
tingkat tinggi berdasarkan penilaian pengguna sendiri atau preferensi.
Karena didesain dari perspektif pengguna, tampilan-tampilan ini
menyoroti dengan cepat area-area yang dikhawatirkan, mengirimkan
secara visual keadaan dari performance perusahaan terhadap faktor-
faktor penentu keberhasilan.
3. Top level financials. Tampilan-tampilan ini menyediakan informasi
kesehatan finansial secara keseluruhan dari perusahaan dalam bentuk
angka-angka yang mutlak dan rasio performance yang dapat
dibandingkan.
4. Key Factors. Faktor-faktor ini menyediakan ukuran-ukuran spesifik
dari faktor-faktor penentu keberhasilan, disebut Key Performance
Indicators (KPIs) pada level korporat.
5. Detailed KPI responsibility reports. Laporan-laporan ini
menunjukkan detil performance dari individual-individual atau unit-
unit bisnis dalam area-area kritikal terhadap kesuksesan perusahaan.
119
Gambar 2.12 Critical Success Factor (Sumber : Laudon, 2004, p382)
2.2 Teori-Teori Khusus
Teori-teori yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam skripsi
ini, terdiri dari :
2.2.1 Pengertian Leasing
Ada demikian banyak definisi leasing ditemukan dalam literatur.
Di bawah ini dijabarkan secara singkat beberapa pengertian leasing
adalah sebagai berikut :
Manager A CSFs
Manager A CSFs
Manager A CSFs
Manager A CSFs
Aggregate + analyze Individual CSFs
Develop agreement on company CSFs
Define company CSFs
Define DSS and Databases
Use CSFs to develop infor.systems priorities
120
Leasing adalah suatu perjanjian yang mengikat, di mana pemilik
properti (lessor) memberikan hak untuk menggunakan properti
kepada penyewa (lessee). (Skousen et al., 2000, p860)
Leasing merupakan salah satu alternatif dana bagi pembiayaan
barang-barang modal yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan.
(Dikutip dari
http://members.lycos.co.uk/lastjune/mod.php?mod=publisher&op=vie
warticle&artid=36)
Dalam pengertian yang sederhana, perusahaan sewa guna usaha
(leasing) adalah perusahaan yang menyediakan jasa sewa guna usaha
atas barang-barang modal dalam jangka waktu tertentu.
(Dikutip dari
http://members.lycos.co.uk/lastjune/mod.php?mod=publisher&op=vie
warticle&artid=35)
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB), leasing
adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang
digunakan untuk jangka waktu tertentu.
Menurut The International Accounting Standard (IAS 17), leasing
adalah suatu perjanjian dimana lessor menyediakan barang atau aset
dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan sewa untuk
jangka waktu tertentu.
Menurut The Equipment Leasing Assosiation (ELA-UK), leasing
adalah suatu kontrak antara lessor dan lessee untuk penyewaan suatu
jenis barang atau aset tertentu dari pabrik atau agen penjual oleh
121
lessee. Hak kepemilikan tetap pada lessor, sedangkan lessee
mempunyai hak pakai untuk jangka waktu tertentu dengan membayar
sewa.
Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Perindustrian
dan Perdagangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991
tentang kegiatan Sewa Guna Usaha, leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala disertai
dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang tersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati.
Seperti dikemukakan Andreas Bayu Luhkito Santiado yang
dituangkan dalam artikelnya ”Koreksi pengakuan penghasilan dan
pembebanan biaya pada PT Bumiputera”, istilah leasing sangat
menarik oleh karena istilah tersebut dapat bertahan tanpa
diterjemahkan dalam bahasa setempat, baik di Amerika yang
merupakan asal usul adanya lembaga leasing ini, maupun di negara-
negara yang telah mengenal lembaga leasing, termasuk di Indonesia.
Namun istilah leasing ini di Indonesia sering diterjemahkan dalam
istilah "Sewa Guna Usaha" atau dapat disingkat dengan "SGU".
(Dikutip dari http://digilib.mmui.edu/go.php?id=jkptmmui-gdl-s2-
1997-andreas-657-income)
122
2.2.2 Jenis-jenis Leasing
Pada dasarnya ada 2 jenis leasing, yaitu :
a. Finance Lease (Full Pay Out Leasing)
Yaitu kegiatan sewa guna usaha antara lessor dan lessee atas objek
leasing, dimana :
• Lessee sebagai pemilik objek leasing.
• Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala
sesuai jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang
dibayar (lessee payment) terdiri dari biaya (angsuran) dari nilai
perolehan objek leasing ditambah dengan biaya-biaya lainnya.
• Selama periode kontrak tidak dapat dibatalkan (non-cancellable)
secara sepihak.
• Lessee mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing sesuai
dengan nilai sisa yang disepakati pada akhir periode leasing.
• Risiko ekonomis dan biaya pemeliharaan ditanggung oleh lessee.
• Lessor mengharapkan dapat menerima kembali seluruh harga
barang modal yang disewakan termasuk biaya-biaya lainnya
(bunga, pajak, asuransi, dan biaya pemeliharaan).
b. Operating Lease
Yaitu lessor dengan sengaja membeli barang modal, me-leasing-
kannya kepada lessee dalam kontrak operating leasing, dan lessee
tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha,
dimana :
123
• Lessor sebagai pemilik objek leasing.
• Lessee membayar sejumlah tertentu, tetapi tidak seluruh biaya /
nilai perolehan atas objek leasing secara berkala kepada lessor.
• Lessor menanggung risiko ekonomis dan pemeliharaan objek
leasing.
• Lessee harus mengambalikan objek leasing pada akhir periode.
• Lessee dapat membatalkan kontrak leasing sebelum akhir
periode.
• Jangka waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur
ekonomis objek leasing.
(Dikutip dari
http://members.lycos.co.uk/lastjune/mod.php?mod=publisher&op=vi
ewarticle&artid=37)
2.2.3 Unsur-unsur yang Terdapat dalam Leasing
Beberapa unsur yang harus terdapat dalam leasing, yaitu :
• Lessor yaitu pihak yang menyewakan aktiva atau barang-barang
modal, antara lain perusahaan yang mendapat izin dari Departemen
Keuangan.
• Lessee yaitu pihak penyewa aktiva atau pihak yang membutuhkan /
memakai barang-barang modal.
• Objek leasing yaitu segala macam barang modal yang menjadi objek
perjanjian leasing yang dimiliki lessor.
124
Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud yang merupakan
satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari
1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk meningkatkan
dan memperlancar bisnis oleh lessee.
• Pembayaran uang sewa yaitu pembayaran yang dilakukan secara
berkala dalam jangka waktu tertentu.
• Nilai sisa yang ditentukan sebelum kontrak dimulai.
• Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa leasing, dimana lessee
mempunyai hak untuk menentukan apakah ia ingin membeli barang
tersebut dengan harga sebesar nilai sisa atau mengembalikannya
pada lessor.
• Lease term adalah suatu periode waktu dari mulai hingga akhir
leasing.
(Dikutip dari
http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file=index
&req=getit&lid=562)
2.2.4 Metode Pembayaran Leasing
Unsur-unsur uang sewa leasing (lease payment) terdiri dari bunga
dan cicilan pokok, dengan cara :
a. Payment in advances
Yaitu pembayaran sewa leasing (lease payment) dilakukan di muka
atau pada saat kontrak disetujui.
b. Payment in arrears
125
Yaitu pembayaran sewa leasing (lease payment) dilakukan di
belakang (setiap akhir periode pembayaran, bulanan, triwulanan,
tengah tahunan).
(Dikutip dari
http://members.lycos.co.uk/lastjune/mod.php?mod=publisher&op=viewar
ticle&artid=37)
2.2.5 Keuntungan Operating Lease
2.2.5.1 Keuntungan Operating Lease bagi Lessor
Ada tiga keuntungan utama yang dapat diperoleh lessor
dengan menyewakan propertinya daripada menjualnya (Skousen et
al., 2000, p860), yaitu :
1. Meningkatkan volume penyewaan.
Lessee kadang-kadang tidak memiliki dana yang cukup besar
untuk membeli properti yang dibutuhkannya, sehingga mereka
lebih memilih melakukan penyewaan untuk menghemat modal
mereka. Dengan menawarkan pilihan leasing terhadap
propertinya kepada lessee yang potensial, maka lessor dapat
meningkatkan volume usaha penyewaannya.
2. Hubungan bisnis dengan lessee berkesinambungan.
Setelah transaksi penjualan selesai, biasanya pembeli tidak
berhubungan lagi dengan penjual. Sedangkan hubungan jangka
panjang antara lessor dan lessee dapat dibangun dan dipelihara
di dalam leasing.
126
3. Sebagai sumber dana.
Lessor dapat memperloleh dana dengan melalui sale dan
leaseback atas asetnya yang sudah pernah di-leasing-kan.
2.2.5.2 Keuntungan Operating Lease bagi Lessee
Ada tiga keuntungan utama yang dapat diperoleh lessee
dengan melakukan leasing daripada membeli properti yang
dibutuhkannya (Skousen et al., 2000, p860), yaitu :
1. Penghematan modal.
Yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, maksimum
hanya untuk "down payment" yang jumlahnya biasanya tidak
besar. Hal ini merupakan penghematan modal bagi lessee,
sehingga lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk
keperluan lainnya, karena leasing umumnya membiayai 100%
barang modal yang dibutuhkan.
2. Menghindari resiko kepemilikan.
Ada banyak resiko yang mengiringi kepemilikan properti,
seperti menderita kerugian, kerusakan pada properti, dan
perubahan kondisi ekonomi. Jika nilai pasar properti yang di-
leasing menurun secara dramatis, leasse boleh mengakhiri
perjanjian leasing tersebut, tetapi dengan beberapa sanksi yang
harus ditanggung. Sebaliknya, jika kita memiliki properti
dengan nilai pasar menurun, maka kita akan menderita
kerugian.
127
3. Prosedur (administrasi) fleksibel.
Yaitu bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi
kelebihan leasing dibanding dengan kredit dari bank.
Fleksibelitas meliputi struktur kontraknya, besarnya
pembayaran sewa, jangka waktu pembayaran, serta nilai
sisanya.
2.2.6 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi Barang Kena
Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan di dalam
Daerah Pabean.
Objek PPN dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) macam, yaitu:
1. Barang Kena Pajak (BKP)
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak
dan barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.
2. Jasa Kena Pajak (JKP)
Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan yang dikenakan PPN.
128
PPN dikenakan dalam hal:
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.
b. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan
perjanjian leasing.
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang.
d. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas BKP.
e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan
aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan.
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang.
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi.
Sistem PPN menganut tarif tunggal yaitu sebesar 10% untuk penyerahan
BKP dan atau JKP, impor BKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud dan
atau JKP dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean.(Dikutip dari
http://www.pajak.go.id/fatq/PajakPertambahanNilaiDanPajakPenjualanAt
asBarangMewah)
2.2.7 Jenis-jenis Perusahaan
Menurut WIT dan Anggawirya (2000, p10), dilihat dari kegiatan
usahanya perusahaan secara garis besar digolongkan dalam jenis
129
1. Perusahaan jasa, yaitu perusahaan yang menjual jasa kepada
konsumen. Misalnya perusahaan asuransi, perusahaan angkutan, biro
iklan, kantor akuntan, kantor notaris, bank dan lain-lain.
2. Perusahaan dagang, yaitu perusahaan yang kegiatan utamanya
menjual barang jadi, tetapi tidak memproduksi sendiri barang
tersebut. Misalnya dealer, toko kelontong dan lain-lain.
3. Perusahaan industri, yaitu perusahaan yang kegiatan mengolah bahan
baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual bahan jadi tersebut.
Misalnya pabrik rokok, pabrik kertas, pabrik ban dan lain-lain.
2.2.8 Karakteristik Perusahaan Jasa yang Baik
Berbagai hasil studi yang dilakukan Philip Kotler (1994, p561)
menunjukkan bahwa perusahaan jasa yang dikelola dengan sangat baik
memiliki sejumlah persamaan seperti di bawah ini :
1. Konsep strategis.
Perusahaan jasa yang ternama memiliki pengertian yang jelas
mengenai pelanggan, sasaran, dan kebutuhan pelanggan yang akan
mereka puaskan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi khusus
untuk memuaskan kebutuhan yang menghasilkan kesetiaan
pelanggan.
2. Sejarah komitmen kualitas manajemen puncak.
Tidak hanya melihat pada prestasi keuangan, tetapi juga kepada
pelayanan di masa lalu dalam jangka panjang yang mencerminkan
komitmen kualitas dari manajemen puncak.
130
3. Penetapan standar strategi.
Perusahaan jasa terbaik selalu menetapkan standar kualitas jasa yang
tinggi, antara lain berupa kecepatan tanggapan terhadap keluhan para
pelanggan.
4. Sistem untuk memonitor kinerja pasar.
Perusahaan jasa yang baik secara rutin menggunakan sistem ini untuk
memeriksa jasa perusahaan milik mereka dan para pesaingnya secara
teratur. Mereka menggunakan sejumlah cara untuk mengukur kinerja,
belanja perbandingan, survei pelanggan, formulir saran dan keluhan,
serta tim audit jasa.
5. Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan.
Adanya suatu sistem untuk menanggapi semua keluhan para
pelanggan dengan cepat dan ramah. Memuaskan karyawan sama
seperti terhadap pelanggan, hubungan kerja di antara karyawan yang
mencerminkan hubungan sebagai pelanggan dan juga sebagai
pemasok, dimana setiap karyawan dituntut berprestasi kerja yang
maksimal agar dapat saling memuaskan dan menguntungkan sesama
karyawan yang pekerjaannya saling berhubungan. Maka dalam hal ini
manajemen dituntut untuk dapat menciptakan lingkungan yang saling
mendukung dan juga menghargai prestasi pelayanan karyawan yang
baik. Jadi dalam hal ini perusahaan harus merancang produk-
produknya dengan sebaik mungkin sehingga memuaskan selera
konsumen, para pegawai harus menawarkan jasa yang lebih baik
131
mutunya, profesional dalam bidangnya dan memiliki inisiatif dan
tingkat kemampuan yang tinggi serta pelayanan lebih efektif.