Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan -...

37
9 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Dalam sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan. Menurut Nurgiyantoro (2002: 165), istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Di lain pihak, istilah “penokohan” memiliki pengertian yang lebih mendalam daripada “tokoh”. Di sini Jones dalam Nurgiyantoro (2002: 165) mengemukakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Ishihara (2009: 43) mengemukakan pernyataannya mengenai “penokohan” sebagai berikut: Kutipan: 以小説の内容の中心は、『主人公』の性格や思想、行動のあ方に あといった幻想や、主人公=作者といった幻想がまかとおうに な、主人公はほとど実在の人物のうに考えうになって しまった。 Terjemahan: Ketika suatu isi novel yang “penokohan” di dalamnya memiliki karakter, watak dan tindakan yang cenderung sesuai dengan apa yang diimajinasikan oleh si penulis, maka tokoh tersebut akan dapat dirasakan seperti benar-benar nyata. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada istilah “tokoh” sebab istilah “penokohan” sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Transcript of Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan -...

Page 1: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

9

Bab 2

Landasan Teori

2.1 Teori Penokohan

Tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Dalam sebuah fiksi,

sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan. Menurut

Nurgiyantoro (2002: 165), istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya atau pelaku

cerita. Di lain pihak, istilah “penokohan” memiliki pengertian yang lebih mendalam

daripada “tokoh”.

Di sini Jones dalam Nurgiyantoro (2002: 165) mengemukakan bahwa penokohan

adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita.

Ishihara (2009: 43) mengemukakan pernyataannya mengenai “penokohan”

sebagai berikut:

Kutipan:

以来小説の内容の中心は、『主人公』の性格や思想、行動のあり方に

あるといった幻想や、主人公=作者といった幻想がまかりとおるように

なり、主人公はほとんど実在の人物のように考えられるようになって

しまった。

Terjemahan:

Ketika suatu isi novel yang “penokohan” di dalamnya memiliki karakter,

watak dan tindakan yang cenderung sesuai dengan apa yang diimajinasikan

oleh si penulis, maka tokoh tersebut akan dapat dirasakan seperti benar-benar

nyata.

Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada istilah

“tokoh” sebab istilah “penokohan” sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita,

bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah

cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Page 2: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

10

2.2 Konsep Anak

Nuryanti (2008:2) mengungkapkan bahwa pada abad pertengahan, muncul

anggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk mini sehingga perlakuan

yang diberikan oleh lingkungan sama dengan perlakuan terhadap orang dewasa. Pada

tahun-tahun setelah itu, barulah berkembang pengertian bahwa anak merupakan

periode perkembangan yang khusus karena memiliki kebutuhan psikologis,

pendidikan, serta kondisi fisik yang khas dan berbeda dengan orang dewasa.

Pratisti (2008: 7) mengemukakan bahwa anak adalah masa yang menentukan

tahap-tahap perkembangan berikutnya. Pengelolaan yang baik pada masa anak-anak

akan menghasilkan orang dewasa yang lebih matang. Pribadi anak merupakan hasil

interaksi antara unsur keturunan dan pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan.

Jika Pratisti mengemukakan bahwa anak adalah masa yang menentukan tahap-

tahap perkembangan berikutnya, maka lain halnya dengan Suherman. Suherman

(1999: 13) mengemukakan bahwa anak adalah suatu masa yang dalam

perkembangan emosional dan kejiwaannya banyak menerima pengaruh dari

lingkungan.

Adapun pandangan lainnya mengenai anak yang diungkapkan oleh Ehara (2004:

15) adalah sebagai berikut:

Kutipan:

子どもたちは変わってしまったのでしょうか。純粋で元気いっぱいの

,生きるエネルギーに満ちあふれた子どもたちは,もうこの日本からい

なくなってしまったのでしょうか。

Terjemahan:

Apakah anak-anak saat ini telah berubah. Apakah anak-anak yang memiliki

kemurnian dan semangat serta energi yang melimpah di kehidupannya, saat

ini telah tidak ada di Jepang.

Page 3: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

11

Meskipun pandangan mengenai anak yang diungkapkan oleh Ehara lebih mengarah

pada keprihatinannya akan berubahnya kondisi anak-anak di Jepang saat ini, namun

secara tidak langsung Ehara menyatakan bahwa anak-anak adalah suatu pribadi yang

memiliki kemurnian dan semangat serta energi yang melimpah di kehidupan.

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai anak menurut Nuryanti, Pratisti,

Suherman dan Ehara, dapat diketahui bahwa ada beberapa ciri khas yang mewakili

kata anak. Ciri khas tersebut adalah:

1. Pribadi yang memiliki kemurnian dan energi yang melimpah.

2. Pribadi yang memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan, serta kondisi fisik

yang khas dan berbeda dengan orang dewasa.

3. Pribadi yang dalam perkembangan emosi serta kejiwaannya banyak

dipengaruhi oleh lingkungan.

4. Periode yang menentukan tahap perkembangan menuju dewasa.

2.3 Teori Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget

Dalam masa pertumbuhannya, seorang anak pasti akan mengalami perkembangan

pada kemampuan kognitifnya. Nuryanti (2008: 13) mengemukakan bahwa kata

kognisi atau kognitif berasal dari bahasa Latin cognitio, yang berarti

‘pengetahuan.’Dalam ilmu psikologi perspektif kognitif adalah model psikologi yang

berfokus pada pikiran, keyakinan, harapan, dan sikap, serta bagaiman aspek-aspek

tersebut mempengaruhi perilaku manusia.

Piaget menyatakan bahwa anak akan membangun dunia kognitif mereka sendiri

karena anak mampu mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan

gagasan baru, tidak hanya sekedar menerima informasi dari lingkungan (Pratisti,

2008: 40).

Page 4: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

12

Piaget juga mengemukakan bahwa anak yang lebih dewasa bukan hanya menjadi

lebih pandai daripada yang lebih muda, melainkan pemikiran anak yang lebih

dewasa berbeda secara kualitatif dengan anak yang lebih muda. Piaget melihat

bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berpikir yang berbeda. Inilah

yang mempengaruhi pandangan Piaget mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif

anak (Suparno, 2010: 13).

Di sini Piaget dalam Santrock (2007: 246) menyatakan bahwa anak melalui

empat tahap dalam memahami dunia. Tiap tahap berhubungan dengan usia dan

terdiri dari cara berpikir yang berbeda-beda. Empat tahap yang di maksud oleh

Piaget dalam perkembangan kognitif pada anak adalah:

1. Tahap sensorimotor, yang berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2

tahun, merupakan tahap pertama perkembangan Piaget. Dalam tahap ini,

anak memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik

yang mereka lakukan.

2. Tahap praoperasional, yang berlangsung sekitar usia 2 hingga 7 tahun,

adalah tahap perkembangan kedua Piaget. Pada tahap ini, anak mulai

menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan.

3. Tahap operasional konkret, yang berlangsung mulai dari sekitar 7 hingga

11 tahun, merupakan tahap perkembangan ketiga Piaget. Dalam tahap ini,

anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret,

memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-

kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan

yang teratur. Adapun beberapa karakteristik anak yang termasuk dalam

tahap operasional konkret. Karakteristik tersebut diantaranya adalah

memiliki kemampuan spasial (spatial thinking), pemahaman akan

Page 5: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

13

hubungan sebab akibat (cause and effect),kemampuan untuk melakukan

pengklasifikasian (categorization), memahami penyerasian dan

transitivity dengan baik (seriation and transitive inference), memiliki

pemikiran secara induktif (inductive reasoning), dapat melakukan

konservasi (conservation), serta memiliki pemahaman akan bilangan

dengan baik (number and mathematics). Berikut pernyataan Piaget

mengenai karakteristik anak pada tahap operasional konkret dalam

Papalia (2005: 324), yaitu:

Kutipan:

In the stage of concrete operations, children have a better

understanding than preoperational children of spatial concepts,

causality, categorization, inductive reasoning, conservation, and

number.

Terjemahan:

Anak-anak yang berada pada tahap operasi konkret memiliki

pemahaman yang lebih baik akan konsep spasial atau ruang,

hubungan sebab akibat, kategorisasi, pemikiran secara induktif,

konservasi dan pengetahuan bilangan.

Penjelasan mengenai masing-masing karakteristik tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Memiliki kemampuan spasial (spatial thinking)

Kemampuan spasial (spatial thinking) adalah kemampuan anak untuk

memahami suatu objek yang berupa hal atau benda dengan lebih

spesifik sehingga mereka dapat mengaplikasikan atau

mengimajinasikan objek asal tersebut dengan objek yang serupa

dengan objek asal tersebut. Tidak menutup kemungkinan bahwa

seorang anak dapat menggunakan pemahamannya tersebut untuk

dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sebagai contoh;

seorang anak yang sedang mencari suatu benda meminta bantuan

Page 6: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

14

kepada orang lain untuk membantunya dengan menunjukkan benda

lain yang mirip dengan benda yang sedang dicarinya tersebut. Berikut

pernyataan Piaget mengenai pemahaman anak akan konsep spasial

dalam Papalia (2005:325), yaitu:

Kutipan:

Spatial thinking; children in the stage of concrete operations have a

clearer idea of how far it is from one place to another and how long it

will take to get there, and they can more easily remember the route

and the landmarks along the way.

Terjemahan:

Anak-anak yang berada dalam tahap operasi konkret, berkaitan

dengan konsep spasial, mereka memiliki pemikiran yang jelas

mengenai seberapa jauh jarak antara satu tempat dengan tempat yang

lain dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuhnya

serta mereka dapat mengingat dengan mudah rute sepanjang

perjalanan.

b) Pemahaman akan hubungan sebab akibat (cause and effect)

Cause and effect adalah kemampuan anak untuk memahami pengaruh

sebab akibat akan suatu hal, namun pemahaman ini hanya bersifat

sederhana tanpa dilandasi dengan suatu pertimbangan lain yang

tentunya akan mempengaruhi akibat yang dihasilkan. Sebagai contoh;

seorang anak tahu bahwa keseimbangan akan terjadi jika ia menaruh

benda di sisi yang kosong, namun ia tidak mengetahui bahwa letak

posisi atau cara penempatan dan berat jenis dari benda yang akan

diletakan olehnya akan mempengaruhi hasil keseimbangan yang

dihasilkan. Berikut pernyataan Piaget mengenai pemahaman anak

akan hubungan sebab akibat dalam Papalia (2005: 325), yaitu:

Kutipan:

Cause and effect; children understood the influence of physical

attributes (the number of objects on each side of a scale) earlier than

they recognized the influence of spatial factors (the distance of objects

from the center of the scale).

Page 7: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

15

Terjemahan:

Berhubungan dengan pemahaman akan hubungan sebab akibat, anak-

anak lebih mudah untuk memahami pengaruh adanya suatu atribut

fisik (berupa jumlah suatu objek pada suatu sisi) daripada mereka

harus memikirkan pengaruh-pengaruh lain seperti adanya faktor-

faktor spasial (berupa jarak suatu objek menuju titik pusat).

c) Kemampuan untuk melakukan pengkategorisasian (categorization)

Pengkategorisasian adalah kemampuan anak dalam memahami suatu

objek seperti memilah-milah objek sesuai warna atau bentuk. Berikut

pernyataan Piaget mengenai kemampuan anak untuk melakukan

pengkategorisasian dalam Papalia (2005: 325), yaitu:

Kutipan:

Categorization; The ability to categorize helps children think

logically, for example: Elena can sort objects into categories, such as

shape, color or both.

Terjemahan:

Menyangkut dengan pengkategorisasian, kemampuan dalam

mengkategorisasian suatu hal dapat membantu anak-anak untuk

berpikir secara logis, sebagai contoh: Elena dapat memilah-milah

objek ke dalam berbagai macam kategori seperti beberapa diantaranya

adalah bentuk, warna atau bahkan kedua-duanya.

d) Memahami penyerasian dan transitif dengan baik (seriation and

transitive inference)

Penyerasian (seriation) adalah kemampuan anak untuk mengatur atau

mengurutkan objek ke dalam beberapa dimensi seperti berat, ringan,

terang, gelap, panjang dan pendek. Sebagai contoh; anak yang

mengurutkan tongkat dari yang terpanjang hingga yang terpendek

secara berurutan. Transitif (transitive) adalah kemampuan anak untuk

dapat menduga serta mengemukakan hubungan antara dua objek atau

lebih. Berikut pernyataan Piaget mengenai kemampuan anak untuk

melakukan penyerasian dan transitif dalam Papalia (2005: 325), yaitu:

Page 8: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

16

Kutipan:

Seriation and transitive inference; Children show that they understand

seriation when they can arrange objects in a series according to one

or more dimensions, such as weight (lightest to heaviest) or color

(lightest to darkest). Transitive inference is the ability to infer a

relationship between two objects from the relationship between each

of them and a third object. For example; Catherine is shown three

sticks: a yellow one, a green one, and a blue one. She is shown that

the yellow stick is longer than the green one, and the green one is

longer than the blue. Without physically comparing the yellow and

blue sticks, she immediately says that the yellow one is longer than the

blue one.

Terjemahan:

Menyangkut kemampuan anak melakukan penyerasian dan transitif;

dapat dikatakan penyerasian ketika anak-anak dapat memahami suatu

penyerasian ketika mereka mengatur suatu objek ke dalam satu

dimensi atau lebih seperti berat (dari yang paling ringan hingga yang

paling berat) dan warna (dari yang paling cerah hingga yang paling

gelap).Transitif adalah kemampuan anak untuk menduga hubungan

antara dua objek atau serta hubungannya dengan objek yang lain.

Sebagai contohnya: Catherine diperlihatkan dengan objek berupa tiga

tongkat berwarna kuning, hijau dan biru. Ia diperlihatkan bahwa

tongkat yang berwarna kuning lebih panjang daripada tongkat yang

berwarna hijau. Dan tongkat yang berwarna hijau lebih panjang

daripada tongkat yang berwarna biru. Tanpa membedakan tongkat

yang berwarna kuning dan biru, ia dapat dengan segera mengatakan

bahwa tongkat yang berwarna kuning lebih panjang dibandingkan

dengan tongkat yang berwarna biru.

e) Memiliki pemikiran secara induktif (inductive reasoning)

Pemikiran induktif (inductive reasoning) adalah kemampuan anak

dalam mengamati suatu kondisi atau segala sesuatu yang terjadi di

sekitar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat menyimpulkan

bahwa pengaruh atau akibat yang dihasilkan pasti akan sama. Berikut

pernyataan Piaget mengenai kemampuan berpikir anak secara induktif

dalam Papalia (2005: 326), yaitu:

Kutipan:

Inductive reasoning; starting with observations about particular

members of a class of people, animals, objects, or events, they then

draw general conclusions about the class as a whole. For example:

Page 9: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

17

my dog barks. So does Terry’s dog and Melissa’s dog. So it looks as if

all dogs bark.

Terjemahan:

Pemikiran induktif dimulai dengan pengamatan anak-anak terhadap

orang-orang, hewan, objek, peristiwa yang kemudian mereka

mengambil kesimpulan mengenai masing-masing hal tersebut.

Sebagai contoh: anjingku menyalak, begitu pula dengan anjing Terry

dan anjing Melissa, jadi sepertinya semua anjing menyalak.

f) Dapat melakukan konservasi (conservation)

Konservasi (conservation) adalah kemampuan anak untuk mencari

tahu lebih banyak lagi mengenai berbagai macam hal dan tentunya hal

tersebut memang perlu dicari pembenarannya agar mereka dapat lebih

memahami mengenai sesuatu secara konkret dan lebih mendalam.

Berikut pernyataan Piaget mengenai kemampuan anak akan

konservasi dalam Papalia (2005:327), yaitu:

Kutipan:

Conservation; abilities such as conservation may depend in part on

familiarity with the materials being manipulated, children can think

more logically about things they know something about.

Terjemahan:

Menyangkut konservasi, kemampuan anak dalam melakukan

konservasi (pencarian data) tergantung dengan sejauh mana data yang

tersedia, dengan begitu, anak-anak dapat berpikir dengan lebih logis

mengenai sesuatu yang mereka ketahui.

g) Memiliki kemampuan menghitung dengan lebih baik (number and

mathematics)

Mengenai kemampuan anak dalam menghitung (number

mathematics), di sini Piaget dalam Papalia (2005: 327) menyatakan

pendapat bahwa “ By the age 6 or 7, many children can count in their

heads.” Dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang berada pada tahap

operasi konkret ini memiliki kemampuan untuk menghitung di dalam

Page 10: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

18

kepala mereka tanpa harus menggunakan tangan. Hal ini didukung

karena penguasaan matematika dasar seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian yang dimiliki oleh anak yang

berada dalam tahap operasi konkret ini lebih baik dibandingkan anak

yang berada dalam tahap sebelumnya, meskipun dalam tahap ini pun,

anak masih belum dapat menyelesaikan hitung-hitungan yang

kompleks atau terlalu abstrak (sulit untuk dibayangkan) seperti

aljabar.

4. Tahap operasional formal, yang muncul antara umur 11 hingga 15 tahun,

merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Pada

tahap ini individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berpikir

dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir

lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat

berpikir mengenai bagaimana orang tua ideal seharusnya dan

membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka mulai

mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub

mereka dapat menjadi apa saja. Dalam memecahkan masalah , pemikir

operasional formal lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai

mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis

ini dengan cara deduktif.

Page 11: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

20

Kutipan:

「周兵、大学へ行くの?」ぼくが、塾の宿題をしていると、ねえちゃん

がとなりのつくえから声をかけてきた。ねえちゃんは、小学校六年で

ぼくと二歳違いだ。「わかんないよ、そんなこと。まだ四年だもん。」(

上條、二〇〇〇: 六) 。

Terjemahan:

“Shuuhei akan belajar di universitas kan?” Terdengar dari sebelah meja

belajarku suara kakak perempuanku yang bertanya padaku yang saat itu sedang

mengerjakan pekerjaan rumah dari tempat les. Kakak perempuanku saat ini

duduk di kelas 6 SD, selisih dua tahun dariku. ”Aku tidak tahu mengenai hal

itu. Karena aku kan masih kelas 4 SD.” (Kamijo, 2000: 6).

Analisis:

Sesuai dengan pernyataan Ishikida (2005: 69) “The majority of children between

the ages 3-5 receive preschool education in youchien (preschools and

kindergarten)”, dapat diketahui bahwa sebagian besar anak-anak di Jepang yang

berusia antara 3 hingga 5 tahun menerima pendidikan tingkat Taman Kanak-Kanak.

Ishikida (2005: 73) juga menyatakan bahwa “All children from seventh to ninth

grade (ages 12-15) attend middle school after six years of primary education”, yang

berarti bahwa semua anak yang berusia antara 12 hingga 15 tahun menerima

pendidikan di tingkat SMP (dari tingkat ketujuh hingga tingkat kesembilan), setelah

selama enam tahun menerima pendidikan di tingkat SD.

Mengacu pada pernyataan Ishikida bahwa batas akhir usia anak yang menerima

pendidikan di tingkat Taman Kanak-Kanak adalah 5 tahun, serta batas awal usia anak

yang menerima pendidikan di tingkat SMP adalah 12 tahun, maka dapat dipastikan

bahwa usia anak yang menerima pendidikan di tingkat SD selama enam tahun adalah

antara usia 6 hingga 11 tahun.

Dari pernyataan Shuuhei yang menegaskan bahwa dirinya masih duduk di kelas 4

SD saat dirinya ditanyai oleh kakak perempuannya mengenai hal masuk tidaknya ia

ke universitas di kemudian hari, maka sesuai dengan hasil yang didapatkan mengenai

Page 12: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

21

batas usia anak yang menerima pendidikan di tingkat SD selama enam tahun adalah

antara usia 6 hingga 11 tahun, dapat dipastikan bahwa Shuuhei yang sedang duduk di

kelas 4 SD adalah berusia 9 tahun. Berikut ini adalah tabel pembuktian usia Shuuhei

yang masih duduk di kelas 4 SD:

Tabel 3.1 Tabel Pembuktian Usia Shuuhei

Tingkat Sekolah Dasar Usia

Kelas 1 SD 6 tahun

Kelas 2 SD 7 tahun

Kelas 3 SD 8 tahun

Kelas 4 SD 9 tahun

Kelas 5 SD 10 tahun

Kelas 6 SD 11 tahun

Dengan mengetahui bahwa Shuuhei yang duduk di kelas 4 SD tersebut berusia 9

tahun, maka dapat dipastikan bahwa Shuuhei merupakan tokoh utama anak yang

berada pada tahap operasional konkret (usia 7 hingga 11 tahun) yang merupakan

salah satu tahap perkembangan kognitif anak menurut teori Piaget.

3.2 Analisis Kemampuan Kognitif Tahap Operasional Konkret Pada Tokoh

Shuuhei

Tahap operasional konkret merupakan tahap ketiga dari perkembangan kognitif

anak menurut teori Piaget. Dalam tahap ini, anak mampu berpikir logis mengenai

berbagai kejadian-kejadian konkret. Shuuhei sebagai tokoh utama anak dalam cerita

Adiosu Boku No Tomodachi juga memiliki berbagai kemampuan kognitif yang ada

Shuuhei

Page 13: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

22

pada tahap operasional konkret, seperti kemampuan spasial, pengkategorisasian,

kemampuan berpikir secara induktif, serta konservasi.

3.2.1 Analisis Kemampuan Kognitif Dalam Kemampuan Spasial (Spatial

Thinking) Pada Tokoh Shuuhei

Menurut Piaget, kemampuan spasial (spatial thinking) yaitu kemampuan anak

untuk memahami suatu objek yang berupa hal atau benda dengan lebih spesifik

sehingga mereka dapat mengaplikasikan atau mengimajinasikan objek asal tersebut

dengan objek yang serupa dengan objek asal tersebut (Papalia, 2005:325).

Berdasarkan teori Piaget tersebut, maka tokoh Shuuhei dipastikan memiliki

kemampuan spasial. Berikut ini akan dijelaskan situasi-situasi yang menunjukkan

bahwa tokoh Shuuhei memiliki kemampuan spasial menurut teori Piaget.

Situasi 1:

Diceritakan bahwa pada suatu hari datanglah seorang anak perempuan sebagai

murid pindahan dari Peru di kelas Shuuhei yang bernama Rebecca. Saat melihat

Rebecca yang memiliki warna kulit yang sangat putih, Shuuhei menggambarkan

sosok Rebecca yang berkulit sangat putih tersebut seperti tahu yang biasa dibuat di

rumahnya untuk dijual. Situasi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

黒板の前で、うちのとうふのように色のまっ白な女の子がそういって

自分の名前をいったとき、教室じゅうがなぜかシーンとした (上條,

二〇〇〇: 十四) 。

Terjemahan:

Ketika anak perempuan yang berkulit sangat putih seperti tahu tersebut

memperkenalkan namanya di depan papan tulis, aku tidak tahu mengapa

setiap orang menjadi terdiam (Kamijo, 2000:14).

Page 14: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

23

Analisis:

Tahu merupakan makanan yang memiliki warna putih karena proses

pembuatannya. Berikut ini merupakan pernyataan Paino (1991: 3) mengenai proses

pembuatan tahu sehingga menghasilkan tahu sebagai makanan yang berwarna putih:

Kutipan:

When the soup had reached its desired texture, seasonings would have been

stirred in. Some scholars note that if natural sea salt were added, because the

salt contains nigari, which was later used as a coagulant in tofu production,

curds would have formed. If the cook then drained off the resulting whey, the

curds would have begun to become compressed under their own weight. In

time, the curds would have molded themselves into a white, shimmering mass

that would have resembled our modern day tofu.

Terjemahan:

Ketika sup kedelai tersebut telah mencapai tekstur yang diinginkan, bumbu –

bumbu akan ditambahkan kedalam. Beberapa pelajar mencatat bahwa

kemungkinan garam laut murni juga ditambahkan didalamnya, karena garam

mengandung nigari, dimana kemudian akan digunakan sebagai zat pengental

dalam proses pembuatan tahu, yang akan membentuk dadih. Ketika masakan

kemudian dikeringkan dari air dadih yang dihasilkan, dadih yang dihasilkan

kemudian tertekan oleh berat mereka sendiri. Lambat laun, dadih tersebut

akan terbentuk dengan sendirinya menjadi gumpalan berkilauan berwarna

putih yang menyerupai tahu modern yang banyak kita jumpai sekarang.

Gambar 3.1 Tahu

Sumber: http://kandungan-gizi-tofu.html

Saat tokoh Shuuhei melihat Rebecca yang berkulit sangat putih sedang

memperkenalkan namanya di depan papan tulis, Shuuhei berpendapat bahwa

putihnya kulit yang dimiliki oleh Rebecca adalah sama seperti tahu. Mengacu pada

pernyataan Paino (1991: 3) mengenai proses pembuatan tahu sehingga didapatkan

Page 15: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

24

sebuah fakta bahwa tahu merupakan suatu makanan yang berwarna putih, maka

ketika Shuuhei mengimajinasikan bahwa putihnya kulit Rebecca sama seperti tahu,

hal ini benar-benar membuktikan bahwa dirinya memiliki kemampuan spasial

menurut teori Piaget yang menyebabkan seorang anak dapat mengimajinasikan objek

lain yang serupa dengan objek asal. Hal ini dikarenakan adanya kesesuaian antara

warna tahu yang putih dengan warna kulit Rebecca yang juga putih.

Situasi 2:

Saat tokoh Shuuhei pulang ke rumah, ibunya menanyakan tentang murid pindahan

dari Peru yang bernama Rebecca tersebut. Ketika ibunya berpendapat bahwa

Rebecca pasti anak yang cantik, Shuuhei mengatakan bahwa menurutnya Rebecca

terlihat seperti boneka yang terbuat dari tahu. Situasi ini terdapat pada kutipan

sebagai berikut:

Kutipan:

「ねえ、すごくきれいな女の子なんだって、ペルーからきた女の子。」

学校から帰ると、かあちゃんまでがぼくにレベッカのことをきいた。

「ああ、でも、とうふで作った人形みたい。」 (上條, 二〇〇〇:

十五) 。

Terjemahan:

“Yah, benar-benar cantik bukan, anak perempuan yang berasal dari Peru itu.”

Begitu pulang ke rumah, ibuku sampai menanyakan tentang Rebecca

kepadaku. “Hm, tetapi ia terlihat seperti boneka yang terbuat dari tahu.”

(Kamijo, 2000: 15).

Analisis:

Todo (2004: 890) menyatakan “豆乳ににがりをいれてかためた、

白くやわらかい食べ物” yang memiliki arti bahwa tahu merupakan makanan yang

berwarna putih serta memiliki tekstur yang lembut yang terbuat dari susu kacang

kedelai yang mengeras karena ditambahkan nigari di dalamnya.

Page 16: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

25

Tim Penyusun Kamus (2002: 162) mengemukakan bahwa kata “boneka”

memiliki arti anak-anakan yang lucu dan menarik. Sedangkan kata “cantik” menurut

Tim Penyusun Kamus (2002: 193) memiliki arti elok, molek, lembut serta indah

dalam buatan.

Mengacu pada pernyataan Tim Penyusun Kamus (2002: 162) bahwa kata

“boneka” memiliki arti anak-anakan yang lucu dan menarik, serta pernyataan Todo

(2004: 890) bahwa tahu merupakan makanan yang memiliki tekstur yang lembut,

maka kata “boneka” dan “tahu” tersebut dapat menggambarkan kata “cantik” yang

menurut Tim Penyusun Kamus (2002: 193) memiliki arti elok, molek, lembut dan

indah dalam buatan. Hal ini dikarenakan kata “tahu” yang memiliki makna sesuatu

(makanan) yang lembut dapat disesuaikan dengan kata “cantik” yang memiliki

makna lembut. Begitu pula dengan kata “boneka” yang memiliki makna sesuatu

(anak-anakan) yang lucu dan menarik dapat disesuaikan dengan kata “cantik” yang

memiliki makna indah dalam buatan sehingga menghasilkan sesuatu yang menarik.

Saat ditanyai oleh ibunya mengenai Rebecca, dan ibunya berpendapat bahwa

Rebecca adalah anak perempuan yang cantik, Shuuhei hanya mengatakan bahwa

menurutnya Rebecca terlihat seperti boneka yang terbuat dari tahu. Dengan adanya

kata “seperti boneka yang terbuat dari tahu” yang diucapkan oleh Shuuhei, maka

mengacu pada kesesuaian antara makna cantik dengan makna tahu dan boneka, dapat

dipastikan bahwa Shuuhei memang benar-benar memiliki kemampuan spasial

menurut teori Piaget yang menyebabkan seorang anak dapat mengimajinasikan suatu

objek lain yang serupa seperti objek asal. Dalam hal ini Shuuhei dapat

mengimajinasikan kecantikan Rebecca yang dikatakan oleh ibunya sama seperti

boneka yang terbuat dari tahu.

Page 17: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

26

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, berikut tabel pembuktian bahwa tokoh

Shuuhei memiliki kemampuan spasial (spatial thinking) menurut teori Piaget:

3.2 Tabel Pembuktian Kemampuan Spatial Thinking

Kemampuan Spasial (Spatial Thinking)

Objek 1 Objek 2 Imajinasi /

Aplikasi

Kesesuaian Unsur

Rebecca yang

berkulit putih

tahu Putihnya kulit

Rebecca sama

seperti tahu

Kulit�putih = Tahu�putih

Kecantikan

Rebecca

Boneka yang

terbuat dari

tahu

Kecantikan

Rebecca sama

seperti boneka

yang terbuat dari

tahu

Cantik (lembut dan menarik) =

tahu (lembut) dan boneka

(menarik)

3.2.2 Analisis Kemampuan Kognitif Dalam Kemampuan Pengkategorisasian

(Categorization) Pada Tokoh Shuuhei

Di sini Piaget (Papalia, 2005: 325) menyatakan bahwa dalam pengkategorisasian,

anak mampu memahami suatu objek seperti memilah-milah objek sesuai warna,

bentuk atau pun kedua-duanya.

Warna itu sendiri berasal dari cahaya, baik alami atau buatan. Dengan sedikit

cahaya, warna yang dihasilkan akan sedikit atau tidak sama sekali. Dengan banyak

cahaya akan dihasilkan banyak warna. Cahaya yang kuat menghasilkan warna yang

intens.

Page 18: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

27

Morioka (2006: 10) mengemukakan bahwa warna terdapat dua macam jenis. Dua

macam jenis warna tersebut adalah warna aditif dan warna subtraktif. Seperti yang

diketahui bahwa mata memiliki penerima warna merah (Red), hijau (Green) dan Biru

(Blue), (RGB Color). RGB adalah warna dasar dari cahaya yang murni dan disebut

dengan warna dasar aditif. Sedangkan warna dasar subtraktif, berasal dari

pemantulan cahaya yakni biru muda (Cyan), ungu (Magenta) dan kuning (Yellow),

(CMY Color), dan warna utama artist, yang adalah merah (Red), kuning (Yellow) dan

biru (Blue).

RGB Color atau yang disebut juga dengan warna aditif adalah warna-warna yang

menjadi dasar dalam pembentukan terjadinya warna lain seperti biru muda , kuning

dan ungu. Jika ketiga warna RGB ini saling bercampur secara tumpang tindih, maka

ketiga warna dasar ini akan menghasilkan warna putih. Berikut pernyataan Morioka

(2006:10) mengenai warna aditif (RGB Color):

Kutipan:

Visible spectrum colors are pure and represent the greatest possible

brightness or intensity. Designers working with rays of colored light, as on

computer screens, use additive colors, or RGB. When these colors overlap,

other colors are produced: red and blue light form cyan, red and green form

yellow, and green and blue light form magenta. When all three additive

primeries overlap, white ligth is produced. Thus, white light is combined

presence of all color wavelengths. We call them additive because all together,

these primaries create white.

Terjemahan:

Garis cahaya warna yang terlihat adalah murni dan mewakili kemungkinan

nilai kecerahan dan intensitas terbesar. Perancang yang bekerja dengan

cahaya dari warna – warna terang, seperti pada layar komputer, menggunakan

warna aditif atau RGB. Ketika warna ini saling tumpang tindih, maka warna –

warna lain akan dihasilkan : warna merah dan biru akan menghasilkan warna

biru muda, warna merah dan hijau akan menghsailkan warna kuning dan

warna hijau dan biru akan menghasilkan warna ungu. Ketika ke tiga warna

aditif saling tumpang tindih maka akan dihasilkan warna putih. Meskipun

warna putih adalah gabungan dari keberadaan dari seluruh panjang

gelombang warna. Warna RGB disebut sebagai warna aditif karena ketiga

warna dasar ini menciptakan warna putih.

Page 19: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

28

Gambar 3.2 RGB Color

Sumber: http://scienceray.com/physics/primary-colors-rgb-ryb-or-cmyk/

Di luar warna RGB, sebagai warna dasar, terdapat dua kelompok warna dasar lain

yang bersifat menyerap warna (warna subtraktif), yakni warna dasar seni dan warna

dasar printer. Warna dasar subtraktif seni terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.

Kedua kelompok warna dasar subtraktif ini didapatkan dari penggabungan dua warna

dasar aditif RGB. Masing- masing anggota warna dari kedua kelompok ini jika

bercampur secara tumpang tindih akan menghasilkan warna hitam dan tidak ada satu

panjang gelombangpun warna yang akan dipantulkan kembali. Berikut pernyataan

Morioka (2006:11) mengenai warna subtraktif seni:

Kutipan:

In the RYB triad, red combines with yellow to produce orange, red and blue

create violet (purple), and blue and yellow create green. RYB the primary

color system used in art classes, forms the basis of most color theory. As with

CMY, when all the primary colors are combined, black is produced – no

color is reflected. The secondary colors produced by the three triads indicate

the purity of the colors that can be obtained by the different mixing methods.

RGB produces pure CMY as secondary colors, but they aree duller than pure

RGB light. The secondary colors resulting from RYB are even duller than

those in the RGB or CMY triads.

Terjemahan:

Di dalam ketiga warna RYB, warna Merah (Red) digabungkan dengan warna

kuning (Yellow) akan menghasilkan warna oranye (Orange), warna merah

(Red) digabungkan dengan warna biru (Blue) akan menghasilkan warna ungu

Page 20: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

29

(Violet / Purple), dan warna biru (Blue) digabungkan dengan warna kuning

(Yellow) akan menghasilkan warna hijau (Green). RYB adalah warna dasar

yang digunakan di dalam kelas – kelas seni, dan membentuk dasar dari semua

teori pewarnaan. Sedangkan dengan warna CMY, ketika seluruh warna dasar

digabungkan maka warna hitam (Black) akan dihasilkan – dimana tidak ada

satupun warna yang dipantulkan. Warna dasar kedua yang dihasilkan oleh

ketiga warna dasar mengindikasikan kemurnian dari warna itu sendiri yang

dapat diperoleh dari berbagai macam cara pencampuran warna. Ketiga warna

dasar RGB akan menghasilkan warna CMY yang murni sebagai warna dasar

kedua, namun mereka lebih buram dibandingkan dengan warna murni RGB.

Warna kedua yang dihasilkan dari ketiga warna dasar RYB bahkan lebih

buram dari warna dasar yang terdapat pada ketiga warna RGB ataupun CMY.

Gambar 3.3 Artist’s Primaries Colors (RYB)

Sumber: http://scienceray.com/physics/primary-colors-rgb-ryb-or-cmyk/

Jika warna dasar subtraktif seni terdiri dari warna merah, kuning, dan biru, maka

lain halnya dengan warna dasar subtraktif printer. Warna dasar subtraktif printer

terdiri dari warna biru muda, ungu dan kuning. Berikut pernyataan Morioka

(2006:11) mengenai warna subtraktif printer:

Kutipan:

All objects have physical properties that cause them to absorb some colors

wave and reflect others. Color, when applied to a surface such as canvas or

paper, has the same cahracteristic. The sensation of color is produced when a

surface absorb all the wavelengths axcepts those the eyes perceive. When

color is experienced through reflected light, it is called subtractive. There are

two sets of subtractive primary colors : the artist’s primaries – red, yellow,

and blue (RYB) and the printers primaries - cyan, magenta, and yellow

(CMY) transparent inks and dyes. Coupled with black known as K we get

CMYK, or four color process. Each of these triads is combined to produced

all visible color. In the subtractive CMY model, magenta combines with

yellow form red, yellow and cyan form green, and cyan and magenta form

Page 21: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

30

violet (purple). In the case of both visions of the subtractive primaries, when

all the primary colors are combined, black is produced that is no color is

reflected.

Terjemahan:

Semua benda memiliki kemampuan fisik yang menyebabkan mereka dapat

menyerap suatu gelombang warna dan memantulkan gelombang warna

lainnya. Ketika warna diaplikasikan ke permukaan seperti pada kanvas atau

pada secarik kertas, warna memiliki karakteristik yang sama. Sensasi dari

warna dihasilkan ketika sebuah permukaan menyerap semua panjang

gelombang warna kecuali yang dapat terlihat mata. Ketika warna dirasakan

melalui cahaya yang dipantulkan, maka dinamakan subtraktif. Terdapat dua

kelompok dari warna dasar subtraktif: Warna dasar seni (Artist Primaries) –

merah (Red), Kuning (Yellow) dan biru (Blue) dikenal dengan warna RYB,

dan Warna dasar printer (Printer Primaries) –biru muda (Cyan), ungu

(Magenta) dan kuning (Yellow) dikenal dengan warna CMY yang digunakan

pada tinta dan pewarna transparan. Ditambah dengan hitam (Black) dikenal

dengan lambang K maka kita akan mendapatkan CMYK atau proses

pewarnaan empat warna. Masing – masing dari warna ini digabungkan untuk

menghasilkan semua warna yang terlihat. Di dalam warna subtraktif - CMY

model, ungu (Magenta) digabungkan dengan kuning (Yellow) akan

menghasilkan warna merah (Red), kuning (Yellow) dan biru muda (Cyan)

akan menghasilkan warna hijau (Green), dan biru muda (Cyan) dan ungu

(Magenta) akan menghasilkan warna ungu (Violet / Purple). Dalam kasus ini

kedua versi dari warna dasar subtraktif, ketika semua warna dasar bercampur,

warna hitam akan dihasilkan, tidak ada satupun warna dipantulkan.

Gambar 3.4 Printer Colors (CMY)

Sumber: http://scienceray.com/physics/primary-colors-rgb-ryb-or-cmyk/

Dengan mengetahui pembentukan terjadinya warna, maka dapat dipastikan bahwa

terdapat berbagai macam warna yang dihasilkan dengan menggabungkan dua warna

atau lebih.

Page 22: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

31

Lain warna, lain halnya dengan bentuk. Bentuk itu sendiri memiliki dua macam,

yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi. Benduhn (2010: 6)

mengemukakan bahwa bentuk dua dimensi adalah bentuk yang sederhana yang dapat

digambarkan dengan garis lurus dan garis melengkung. Bentuk-bentuk dua dimensi

tersebut memiliki namanya masing-masing, contohnya adalah lingkaran, segitiga,

persegi panjang dan segi empat.

Sedangkan mengenai bentuk tiga dimensi, Meredith (2010: 8) mengemukakan

bahwa bentuk tiga dimensi dapat berupa patung, manusia, hewan, tumbuhan, dan

bangunan. Bentuk tiga dimensi juga dapat berupa bentuk-bentuk yang setiap hari

biasanya terdapat di sekitar kita.

Berdasarkan teori Piaget mengenai kemampuan anak dalam pengkategorisasian

warna dan bentuk, maka tokoh Shuuhei pun dapat dipastikan memiliki kemampuan

pengkategorisasian tersebut. Berikut ini akan dijelaskan situasi-situasi yang

menunjukkan bahwa tokoh Shuuhei memiliki kemampuan pengkategorisasian

(categorization) menurut teori Piaget.

Situasi 1:

Merupakan keadaan yang digambarkan oleh tokoh Shuuhei saat ia melihat bahwa

Pak guru Asami sedang sedikit berkeluh kesah serta mengaiskan rambutnya yang

dicat pirang. Kemudian Shuuhei juga mengeluarkan tanggapannya atas pernyataan

orang tuanya yang terkejut karena melihat pirangnya rambut Pak guru Asami.

Menurut Shuuhei orang tuanya tidak jauh berbeda dengan Pak guru Asami karena

menurutnya, orang tuanya juga kerap mengecat pirang rambut mereka untuk

menutupi uban. Situasi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Page 23: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

32

Kutipan:

浅見先生は、そういうと小さくため息をついてから、茶色くそめたか

みをバサッとかきあげた。うちのとうちゃんとかあちゃんは授業参観

にきて、浅見先生を見たおどろきを家に帰ってきてから、こういいあ

った。「先生の、茶ぱつって、ありかあ?」「世の中、かわったわねえ

。」でも、ぼくからいわせれば、とうちゃんもかあちゃんも、しらが

をかくそうとしてふたりとも茶ぱつなんだ (上條, 二〇〇〇: 十-

十一) 。

Terjemahan:

Setelah Pak guru Asami sedikit berkeluh kesah, ia mengaiskan rambutnya

yang dicat pirang. Ibu dan ayahku terkejut melihat Pak guru Asami ketika

kunjungan orang tua ke sekolah. Karena itu, mereka mengatakan ini, “Pak

gurunya pirang ya? Dunia sudah berubah ya.” Tetapi, kalau menurutku, baik

ayah dan ibu juga suka mengecat dengan warna pirang untuk menutupi uban

mereka (Kamijo, 2000: 10-11).

Analisis:

Berdasarkan kutipan di atas, jelas sekali terlihat bahwa saat Shuuhei dapat

memahami dengan baik warna rambut Pak guru Asami serta rambut Ayah dan

Ibunya yang dicat sebagai warna pirang. Menurut Tim Penyusun (2008: 1080),

warna pirang merupakan warna merah kekuning-kuningan. Selain warna, Shuuhei

juga dapat memahami bentuk berupa rambut. Karena rambut merupakan bagian dari

tubuh manusia, maka rambut dapat dipastikan sebagai bentuk tiga dimensi. Dengan

demikian, dapat dipastikan bahwa Shuuhei memiliki kemampuan pengkategorisasian

pada warna yang tergolong dalam warna RYB (Red Yellow Blue), yaitu campuran

antara warna merah kekuning-kuningan yang menghasilkan warna pirang serta

kemampuan pengkategorisasian bentuk tiga dimensi yaitu berupa rambut.

Situasi 2:

Diceritakan pada saat Shuuhei pulang dari salah satu rumah temannya yang

bernama Nakaya dan tiba di depan rumahnya sendiri, ia melihat lampion yang

bertuliskan nama toko tahu yang dirintis oleh keluarganya. Situasi ini terdapat pada

kutipan sebagai berikut:

Page 24: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

33

Kutipan:

車の通りがなくなる、ぼくは知らない町に足をふみいれたような、さ

っかくをおぼえた。オレンジ色の明かりがともった、丸いちょうちん

は風にユラユラとゆれた(上條, 二〇〇〇: 五十二-五十三) 。

Terjemahan:

Aku membayangkan seperti sedang menginjakkan kaki di jalan yang tidak

kuketahui dan tidak ada mobil yang lewat. Lampion berbentuk lingkaran yang

bercahaya oranye, bergoyang-goyang oleh angin. (Kamijo, 2000: 52-53).

Analisis:

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Shuuhei dapat memahami

dengan baik warna cahaya dan bentuk lampion yang dilihatnya sehingga ia dapat

mengkategorisasikan warna cahaya lampion sebagai warna oranye dan bentuk

lampion sebagai bentuk lingkaran. Dengan demikian, dalam situasi ini, dapat

dipastikan bahwa Shuuhei memiliki kemampuan pengkategorisasian pada warna

oranye yang merupakan hasil campuran dari warna merah dan kuning yang tergolong

dalam kelompok warna RYB (Red Yellow Blue) dan bentuk dua dimensi berupa

lingkaran serta bentuk tiga dimensi berupa lampion.

Situasi 3:

Diceritakan pada saat Shuuhei akan pindah rumah, Rebecca menemuinya dengan

maksud untuk memberikan kenang-kenangan berupa hasil rajutan kepada Shuuhei.

Situasi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

「これ、ペルーの織物。冬かたにかけるとあたたかいよ。」レベッカは

、緑と赤の二色の毛糸でおった布を、ぼくの手におしつけて、まぶし

いほどに白い歯を見せて、わらった (上條, 二〇〇〇: 七十六) 。

Terjemahan:

“Ini, rajutan khas Peru. Kalau dipakai pas musim dingin, jadi hangat lho.”

Rebecca mendesakkan ke tanganku hasil rajutan yang menggunakan dua

macam warna benang wol, yaitu hijau dan merah dan sementara itu, ia

tertawa dengan memperlihatkan giginya yang berwarna putih berkilauan

(Kamijo, 2000: 76).

Page 25: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

34

Analisis:

Berdasarkan kutipan di atas, saat diberi hasil rajutan oleh Rebecca sebagai hadiah

perpisahan, Shuuhei secara jelas mengatakan bahwa rajutan tersebut terdiri dari dua

warna, yaitu warna hijau dan merah. Kemampuan Shuuhei yang dapat memahami

warna rajutan tersebut berupa warna hijau dan warna merah telah membuktikan

bahwa tokoh tersebut memiliki kemampuan pengkategorisasian pada warna RGB

(Red Green Blue). Selain pada warna, Shuuhei juga dapat melakukan

pengkategorisasian dalam bentuk tiga dimensi berupa rajutan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, berikut tabel pembuktian bahwa tokoh

Shuuhei memiliki kemampuan pengkategorisasian (categorization) menurut teori

Piaget:

3.3 Tabel Pembuktian Kemampuan Categorization

Kemampuan Pengkategorisasian (Categorization)

Situasi Warna Bentuk 2

Dimensi

Bentuk 3

Dimensi

Shuuhei berpendapat

bahwa rambut ayah dan

ibunya juga dicat pirang

seperti rambut Pak guru

Asami

Pirang�merah

kekuning-

kuningan (RYB)

- Rambut Pak

guru Asami serta

rambut Ibu dan

Ayah

Shuuhei melihat lampion

yang memiliki cahaya

oranye

Oranye�merah

dan kuning

(RYB)

lingkaran Cahaya,

lampion

Shuuhei menerima Hijau, merah� - Rajutan

Page 26: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

35

kenang-kenangan berupa

rajutan berwarna hijau

dan merah

(RGB)

3.2.3 Analisis Kemampuan Kognitif Dalam Kemampuan Berpikir Secara

Induktif (Inductive Reasoning) Pada Tokoh Shuuhei

Menurut Piaget (Papalia, 2005: 326), pemikiran induktif (inductive reasoning)

adalah kemampuan anak dalam mengamati suatu kondisi atau segala sesuatu yang

terjadi di sekitar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat menyimpulkan bahwa

pengaruh atau akibat yang dihasilkan pasti akan sama.

Berdasarkan teori Piaget mengenai kemampuan berpikir secara induktif, maka

tokoh Shuuhei pun memiliki kemampuan tersebut. Berikut ini akan dijelaskan

situasi-situasi yang menunjukkan bahwa tokoh Shuuhei memiliki kemampuan

berpikir secara induktif (inductive reasoning) menurut teori Piaget.

Situasi 1:

Diceritakan bahwa tanpa sepengetahuan ibunya, Shuuhei pergi ke rumah sakit

untuk menjenguk kakeknya. Saat ibunya mengetahui dari perawat rumah sakit bahwa

Shuuhei telah menjenguk kakeknya, ibunya berterima kasih kepada Shuuhei. Padahal

saat itu Shuuhei merasa bahwa seharusnya ibunya tidak perlu untuk mengucapkan

terima kasih kepadanya karena ia pun menganggap bahwa kakeknya merupakan

orang terpenting dalam hidupnya. Saat itulah Shuuhei berpikir bahwa biasanya setiap

anak SD pasti akan senang jika mendengar kata “terima kasih”. Karena itulah

Shuuhei berkesimpulan bahwa ibunya mengucapkan kata “terima kasih” kepadanya

karena ibunya sadar bahwa dirinya masih tergolong anak SD. Situasi ini terdapat

pada kutipan sebagai berikut:

Page 27: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

36

Kutipan:

じいちゃんはぼくにとってもたいせつなじいちゃんなのだから、かあ

ちゃんにお礼をいわれるすじあいではないと思ったけど、このごろの

小学生はさめてるのが多いらしいから、親もぼくのようなタイプには

気をつかうのかもしれない (上條, 二〇〇〇: 十七) 。

Terjemahan:

Karena bagiku kakek adalah kakek yang terpenting, menurutku ibu tidak

perlu untuk mengucapkan terima kasih, namun karena hal seperti ini

tampaknya banyak dilakukan terhadap anak SD, mungkin saja ibu menyadari

bahwa aku tergolong di dalamnya (Kamijo, 2000: 17).

Analisis:

Saat ibunya mengetahui dari perawat bahwa Shuuhei yang tanpa

sepengetahuannya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk kakeknya, ibunya

mengucapkan terima kasih kepada Shuuhei. Saat itu Shuuhei merasa bahwa ibunya

tidak perlu berterima kasih kepadanya karena bagaimana pun juga bagi Shuuhei pun,

kakeknya adalah yang terpenting dalam hidupnya. Ketika mendengar kata “terima

kasih” yang diucapkan oleh ibunya, Shuuhei sadar bahwa di sekitarnya pemberian

kata “terima kasih” banyak dilakukan terhadap anak SD sebagai bentuk penghargaan.

Seperti yang diketahui bahwa kata “terima kasih” memang memiliki kesan yang

mendalam bagi setiap orang, khususnya bagi anak-anak. Seorang anak yang

mendengar kata “terima kasih” dari seseorang akan merasa senang karena merasa

bahwa dirinya memang sangat berarti dan telah mendapat pengakuan dari orang lain.

Karena itu, tokoh Shuuhei mengambil kesimpulan bahwa ibunya mungkin

mengucapkan kata “terima kasih” kepadanya karena ibunya menyadari bahwa

dirinya juga masih tergolong anak SD.

Dengan demikian tokoh Shuuhei dapat dipastikan memiliki kemampuan berpikir

secara induktif menurut teori Piaget karena Shuuhei dapat mengambil kesimpulan

yang didasarkan atas kondisi yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal ini, Shuuhei dapat

Page 28: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

37

berpikir secara induktif dengan mengambil kesimpulan bahwa ibunya mungkin

berterima kasih kepadanya karena ibunya sadar bahwa dirinya juga masih tergolong

anak SD. Kesimpulan yang diambil oleh Shuuhei ini pun didasarkan pada

kesadarannya bahwa di sekitarnya banyak terjadi pengucapan kata “terima kasih”

yang ditujukan kepada anak yang masih tergolong SD sebagai bentuk penghargaan

kepada anak yang bersangkutan.

Situasi 2:

Diceritakan bahwa salah satu teman Shuuhei yang bernama Ami akan

mengadakan pesta ulang tahun di rumahnya. Karena itu Ami mengundang teman-

temannya seperti Nakaya, Sugihashi dan tentu saja Shuuhei sendiri. Namun ternyata

Ami menyatakan bahwa pesta ulang tahunnya juga sekaligus untuk menyambut

Rebecca sebagai teman mereka yang baru. Karena itu, sudah pasti Rebecca akan

turut hadir dalam pesta ulang tahun Ami tersebut. Saat itu Shuuhei merasa enggan

untuk hadir karena ia merasa tidak begitu ada hubungannya dengan datangnya

Rebecca sebagai murid pindahan. Apalagi Shuuhei merasa bahwa Rebecca adalah

anak yang nakal meskipun kenakalan yang dilihat oleh Shuuhei pada diri Rebecca

sebenarnya bukanlah suatu kenakalan, namun merupakan pengaruh dari kehidupan

Rebecca sebagai orang asing yang belum terbiasa dengan kehidupan di Jepang.

Keengganan Shuuhei untuk datang ke pesta ulang tahun Ami, menyebabkan

dirinya terus didesak oleh teman-temannya untuk datang ke pesta ulang tahun Ami.

Pada akhirnya salah satu temannya yang bernama Nakaya menjanjikan untuk

meminjamkan kepada Shuuhei sebuah game yang bernama “Dream 5” jika Shuuhei

mau datang ke pesta. Karena game tersebut merupakan game yang sangat disukai

oleh Shuuhei, akhirnya ia pun bersedia datang ke pesta ulang tahun Ami yang

tentunya akan hadir pula Rebecca di pesta tersebut.

Page 29: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

38

Kutipan:

ぼくは、昔から、かあちゃんやねえちゃんに、意志の弱い男だといわ

れているけど、それはいまも同じだと自分で思った。。。ぼくは、ド

リーム5のために行くのをかくして、「うん」って返事をした(上條、二

〇〇〇: 二十九) 。

Terjemahan:

Aku sejak dulu dikatakan oleh ibu dan kakak perempuanku sebagai anak laki-

laki yang berpendirian lemah, namun aku pikir sekarangpun aku masih

sama...aku yang memutuskan untuk ikut pergi hanya demi (game) “Dream 5”,

akhirnya menjawab “iya” (Kamijo, 2000: 29).

Analisis:

Saat Shuuhei menyatakan bahwa dirinya memang anak yang berpendirian lemah,

hal tersebut telah membuktikan bahwa dirinya saat itu dapat berpikir secara induktif.

Shuuhei sadar bahwa sejak dulu ibu dan kakak perempuannya mengatakan bahwa

dirinya merupakan anak laki-laki yang berpendirian lemah. Sehingga pada saat

dirinya yang telah beranjak dewasa berada pada situasi yang akhirnya

menyebabkannya harus mengubah pendiriannya, maka ia merasa bahwa pendapat

ibu dan kakak perempuannya bahwa ia adalah anak laki-laki yang berpendirian

lemah adalah benar. Hal ini diperkuat saat Shuuhei yang sebenarnya tidak mau

datang ke pesta ulang tahun Ami, namun karena salah satu temannya yang bernama

Nakaya berjanji akan meminjamkan game “dream 5” kepadanya jika ia mau datang

ke pesta ulang tahun Ami, maka Shuuhei pun bersedia untuk datang ke pesta ulang

tahun Ami hanya karena game yang dijanjikan temannya tersebut merupakan game

yang paling disukainya. Keadaan saat ia akhirnya bersedia hadir ke ulang tahun Ami

hanya karena game yang dijanjikan oleh Nakaya tersebut membuatnya merasa yakin

bahwa ia memang masih merupakan anak yang berpendirian lemah sama seperti

pandangan ibu dan kakak perempuannya. Karena itu, kemampuan Shuuhei dalam

berpikir secara induktif yang menyebabkan dirinya dapat mengambil kesimpulan

Page 30: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

39

yang didasarkan fakta yang terjadi terlihat dari caranya dalam menyimpulkan bahwa

dirinya memang anak yang berpendirian lemah yang didasari fakta bahwa adanya

pengakuan dari ibu dan kakak perempuannya yang menyatakan bahwa dirinya adalah

anak laki-laki yang berpendirian lemah, serta adanya fakta saat terjadi perubahan

pendirian pada diri Shuuhei sendiri saat ia akhirnya memutuskan untuk ikut datang

ke pesta ulang tahun Ami hanya karena didesak teman-temannya.

Situasi 3:

Diceritakan bahwa pada suatu hari saat diadakan ujian di kelas, Shuuhei berpikir

bahwa karena Rebecca tidak menguasai huruf Jepang, pasti Rebecca tidak akan

mampu untuk menjawab soal-soal yang ada dalam ujian.

Kutipan:

「えっ、また、テスト?」。。。レベッカは、日本語をしゃべることは

できるけど、字はまだよく読めないのだ。そんなレベッカに、テスト

はむりだと思った(上條、二〇〇〇: 四十一)。

Terjemahan:

“Eh, tes lagi?”...Rebecca memang dapat berbicara bahasa Jepang, namun ia

masih belum dapat membaca huruf Jepang dengan baik. Dengan Rebecca yang

seperti itu, aku rasa tesnya tidak akan berhasil (Kamijo, 2000: 41).

Analisis:

Kemampuan berpikir secara induktif menurut teori Piaget yang menyebabkan

seorang anak dapat mengambil kesimpulan yang didasarkan pada fakta-fakta yang

terdapat di sekitarnya, terjadi pada diri Shuuhei. Ketika suatu hari di kelasnya akan

dilaksanakan ujian mendadak, Shuuhei langsung dapat mengambil kesimpulan

bahwa Rebecca pasti dalam ujian saat itu tidak akan dapat menjawab soal-soal ujian.

Kesimpulan yang diambil oleh Shuuhei tersebut didasari oleh kenyataan bahwa

meskipun Rebecca dapat berbicara bahasa Jepang, namun anak perempuan tersebut

sebenarnya masih belum dapat membaca huruf Jepang dengan baik.

Page 31: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

40

Situasi 4:

Diceritakan pada suatu hari Rebecca datang ke rumah Shuuhei untuk membeli

tahu yang dijual oleh keluarga Shuuhei. Saat itu, ibu Shuuhei menawarkan Rebecca

segelas teh dengan menggunakan bahasa Inggris. Padahal sebelumnya Shuuhei

pernah mengatakan bahwa Rebecca berasal dari Peru dan karena itu ia menggunakan

bahasa Spanyol. Namun dengan kata “tea” diucapkan ibunya untuk menawarkan teh

kepada Rebecca, Shuuhei merasa bahwa sepertinya ibunya tidak memahami

perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa Spanyol.

Sesaat kemudian, ketika kakak perempuannya pulang dari les, kakak perempuan

Shuuhei pun memperkenalkan dirinya kepada Rebecca dengan menggunakan bahasa

Inggris. Karena itulah Shuuhei beranggapan bahwa sama seperti ibunya, kakak

perempuannya pun tidak memahami perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa

Spanyol. Situasi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

「お茶、ティー、でも、どう?かあちゃんになんどいっても、英語とス

ペイン語のちがいはわからないらしい。。。ちょうど、ねえちゃんも

塾から帰ってきた。「マイネーム、イズ、ナオコ、ホソカワ。」ねえち

ゃんも、英語とスペイン語のちがいがわかってない (上條, 二〇〇〇:

五十七-五十八) 。

Terjemahan:

“Mau teh? Tea?” tampaknya berapa kalipun kukatakan, ibu tak mengerti

perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa Spanyol...Tepat saat kakak

perempuanku pulang dari les. “My name is Naoko Hosokawa”. Kakak

perempuanku pun tidak mengerti perbedaan antara bahasa Spanyol dan bahasa

Inggris (Kamijo, 2000: 57-58).

Analisis:

Berdasarkan kutipan di atas, saat Shuuhei mendengar ibunya yang menawarkan

Rebecca untuk minum teh dengan menggunakan bahasa Inggris, ia merasa bahwa

ibunya tidak mengerti perbedaan antara bahasa Spanyol dan bahasa Inggris.

Page 32: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

41

Kemudian saat ia mendengar bahwa kakak perempuannya memperkenalkan diri

kepada Rebecca dengan menggunakan bahasa Inggris, Shuuhei pun merasa bahwa

kakak perempuannya juga sama seperti ibunya yang tidak mengerti perbedaan antara

bahasa Inggris dan Spanyol. Pengamatan Shuuhei akan kondisi saat ibunya dan

kakak perempuannya yang meskipun mereka tahu bahwa Rebecca berasal dari Peru

namun mereka berbicara dengan Rebecca tetap dengan menggunakan bahasa Inggris,

membuatnya merasa yakin bahwa baik ibu dan kakak perempuannya tidak mengerti

perbedaan antara bahasa Inggris dan Spanyol.

Dengan demikian kemampuan Shuuhei dalam berpikir secara induktif (inductive

reasoning) menurut teori Piaget adalah saat ia merasa yakin bahwa ibu dan kakak

perempuannya tidak mengerti perbedaan antara bahasa Inggris dan Spanyol, karena

meski ia sudah memberitahu kepada ibunya bahwa Rebecca menggunakan bahasa

Spanyol dan kakak perempuannya juga tahu bahwa Rebecca berasal dari Peru, ia

melihat bahwa tetap saja ibu dan kakak perempuannya menggunakan bahasa Inggris

ketika berbicara dengan Rebecca. Saat itulah ia memiliki kemampuan untuk dapat

berpikir secara induktif (inductive reasoning) dalam menyimpulkan bahwa ibu dan

kakak perempuannya tidak dapat membedakan bahasa Inggris dan bahasa Spanyol.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, berikut tabel pembuktian bahwa tokoh

Shuuhei memiliki kemampuan berpikir secara induktif (inductive reasoning) menurut

teori Piaget:

3.4 Tabel Pembuktian Kemampuan Inductive Reasoning

Kemampuan Berpikir Secara Induktif (Inductive Reasoning)

Fakta di Sekitar Kesimpulan

Pada saat didesak oleh teman, akhirnya Shuuhei memiliki pendirian yang lemah

Page 33: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

42

Shuuhei menuruti ajakan teman-

temannya

sebagai seorang anak laki-laki

Banyak dilakukan pengucapan terima

kasih kepada anak SD sebagai bentuk

penghargaan

Ibu berterima kasih karena menyadari

bahwa anaknya masih tergolong anak SD

Rebecca belum dapat membaca huruf

Jepang dengan baik

Rebecca tidak akan dapat menjawab

soal-soal ujian

Ibu dan kakak perempuan berbicara

kepada Rebecca yang berasal dari Peru

dengan menggunakan bahasa Inggris

Ibu dan kakak perempuan tidak

memahami perbedaan antara bahasa

Inggris dan bahasa Spanyol

3.2.4 Analisis Kemampuan Kognitif Dalam Kemampuan Konservasi

(Conservation) Pada Tokoh Shuuhei

Adanya kemampuan anak yang disebut dengan konservasi (conservation), juga

membuktikan bahwa anak memiliki kemampuan kognitif pada tahap operasional

konkret. Di sini Piaget dalam Papalia (2005: 327) mengemukakan bahwa konservasi

(conservation) adalah kemampuan anak untuk mencari tahu lebih banyak lagi

mengenai berbagai macam hal dan tentunya hal tersebut memang perlu dicari

pembenarannya agar mereka dapat lebih memahami mengenai sesuatu secara konkret

dan lebih mendalam. Berikut ini akan dijelaskan situasi-situasi yang menunjukkan

bahwa Shuuhei memiliki kemampuan konservasi menurut teori Piaget.

Situasi 1:

Diceritakan pada suatu malam tokoh Shuuhei pergi ke perpustakaan yang ada di

kotanya untuk mencari buku yang mengulas tentang negara Peru. Keingintahuannya

Page 34: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

43

akan negara Peru karena datangnya murid pindahan yang berasal dari Peru di

kelasnya yang bernama Rebecca. Situasi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

夜、ぼくは市の図書館からペルーのことが書いてある本をかりてきて

読んだ。ペルー共和国。面積一二八万五二一六km2。。。日本より面積

の大きな国だということが、ぼくにはショックだった。ぼくはなんと

なく、どこの国も日本よりは小さいって思いこんでるところがある

(上條, 二〇〇〇: 二十三-二十四) 。

Terjemahan:

Pada malam hari, aku membaca salah satu buku yang menulis tentang negara

Peru yang kupinjam dari perpustakaan yang ada di kota. Republik Peru. Luas

1.285.216 km2...Aku terkejut, ternyata negara yang lebih luas dibandingkan

dengan Jepang. Aku entah bagaimana, berpikir bahwa jika dibandingkan

dengan Jepang, negara dimanapun lebih kecil (Kamijo, 2000: 23-24).

Analisis:

Terkait dengan penjelasan Piaget mengenai kemampuan konservasi, tokoh

Shuuhei memiliki kemampuan kognitif dalam kemampuan konservasi (conservation)

menurut teori Piaget. Datangnya murid pindahan dari Peru yang bernama Rebecca

membuat Shuuhei memiliki rasa ingin tahu yang lebih terhadap negara Peru tersebut.

Berdasarkan kutipan di atas, dengan jelas dapat dilihat bahwa adanya usaha yang

dilakukan oleh tokoh Shuuhei untuk dapat menjawab rasa keingintahuannya akan

negara Peru.

Meskipun secara spesifik tidak jelas apa yang ingin diketahuinya dari negara Peru

tersebut, namun dengan usahanya mencari dan akhirnya membaca buku yang

mengulas tentang negara Peru, membuat tokoh Shuuhei memiliki pengetahuan yang

baru. Ia menjadi tahu bahwa pemikirannya selama ini yang mengatakan bahwa luas

wilayah Jepang lebih besar jika dibandingkan dengan negara-negara lain adalah tidak

benar.

Page 35: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

44

Dengan demikian, usaha Shuuhei untuk memuaskan rasa ingin tahunya mengenai

negara Peru dengan cara mencari dan meminjam buku dari perpustakaan telah

membuktikan bahwa Shuuhei mengalami perkembangan kognitif pada kemampuan

konservasi (conservation) menurut teori Piaget. Pada akhirnya kemampuan

konservasi (conservation) yang dilakukan oleh tokoh Shuuhei telah menambah

pengetahuan baru baginya, yaitu bahwa ada negara lain yang memiliki luas wilayah

yang lebih besar daripada Jepang, sehingga ia menjadi tahu bahwa pemikirannya

selama ini yang mengatakan bahwa Jepang memiliki luas wilayah yang lebih besar

jika dibandingkan dengan negara dimana pun tidaklah benar.

Situasi 2:

Saat di kelas, Shuuhei tidak sengaja melihat buku catatan Rebecca penuh dengan

gambar rumput. Saat itu ia tidak tahu gambar rumput apakah yang ada di buku

catatan Rebecca. Akhirnya saat selesai piket, Shuuhei mendekati Rebecca untuk

menanyakan lebih jauh lagi perihal gambar rumput yang tidak sengaja dilihatnya dari

buku catatan Rebecca. Situasi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

レベッカは、ノートに草の絵をかいていた。なんという草かは、わか

らなかったけれど、ノートじゅうに草の絵がかかれていた。。。五時

間めの前、ぼくはレベッカの席に近づいた。「さっき、ノートに絵を

かいてただろ。あれ見せて。すごくうまかった。」「ああ、あれ。」レ

ベッカは白い歯を見せて、わらった。「これ、草だけど、ただの草じ

ゃないよ。あたしの国のアンデスの山のなかにもたくさんさいていて

体にいいの。ペルーに住む人たちは、草や花をせんじて飲んで、とっ

ても元気なの」。。。ぼくは、レベッカの記憶力におどろいた(上條,

二〇〇〇: 四十二-四十八) 。

Terjemahan:

Rebecca menggambar rumput di buku catatannya. Rumput apakah itu, aku

tidak mengetahuinya, namun di sepanjang buku catatannya digambari dengan

gambar rumput...Sebelum jam lima, aku mendekati tempat duduk Rebecca.

“Tadi, kau menggambar rumput di buku catatanmu kan. Dapatkah kau

memperlihatkannya kepadaku. Sungguh bagus sekali lho.” “Aah, yang itu

Page 36: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

45

yah.” Rebecca tertawa dengan memperlihatkan giginya yang putih. “Ini

memang rumput, hanya saja bukan rumput biasa. Tanaman ini banyak

tumbuh di pegunungan Andes yang terdapat di negaraku, tanaman ini baik

untuk tubuh. Orang yang tinggal di Peru meminum air rebusan rumput dan

bunga karena sangat menyehatkan.” Aku terkejut dengan daya ingat yang

dimiliki oleh Rebecca (Kamijo, 2000: 42-48).

Analisis:

Saat di kelas, tokoh Shuuhei tidak sengaja melihat Rebecca yang sedang

menggambar rumput di buku catatannya. Saat itu Shuuhei melihat di sepanjang buku

catatan Rebecca penuh dengan gambar rumput. Ia tidak mengetahui rumput apakah

yang telah digambar oleh Rebecca, namun secara tidak sadar hal tersebut membuat

Shuuhei menjadi lebih ingin mengetahui mengenai gambar tersebut. Hingga pada

akhirnya, ketika selesai piket kelas sebelum jam lima, Shuuhei mendekati Rebecca

dengan maksud untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai gambar rumput yang

telah digambar oleh Rebecca. Saat itu, Shuuhei mengawali maksud keingintahuannya

dengan meminta Rebecca untuk memperlihatkan kepadanya gambar rumput tersebut.

Tokoh Rebecca pun yang mendengar permintaan Shuuhei yang ingin diperlihatkan

gambar rumput tersebut akhirnya memberikan penjelasan mengenai gambar rumput

yang telah digambarnya. Setelah mendengar penjelasan dari Rebecca bahwa rumput

yang telah digambarnya bukan merupakan rumput biasa, Shuuhei pun menjadi

terkejut dengan daya ingat yang dimiliki oleh Rebecca.

Dengan demikian, kemampuan kognitif Shuuhei dalam kemampuan konservasi

menurut teori Piaget, dapat dilihat pada tindakan Shuuhei yang mendekati Rebecca

untuk minta diperlihatkan gambar rumput yang digambar oleh Rebecca pada buku

catatannya. Hal ini ini dilakukan Shuuhei dengan maksud untuk mencari tahu lebih

dalam lagi mengenai gambar rumput apakah yang telah digambar oleh Rebecca pada

buku catatannya. Pada akhirnya kemampuan konservasi (conservation) yang

Page 37: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00319 JP BAB 2.pdf · 2.1 Teori Penokohan Tokoh merupakan unsur yang

46

dilakukan oleh tokoh Shuuhei telah menambah pengetahuan baru baginya, yaitu

tokoh Shuuhei menjadi tahu bahwa rumput yang telah digambar oleh Rebecca

bukanlah rumput biasa, melainkan tanaman yang biasa diminum oleh orang yang

tinggal di Peru karena baik untuk kesehatan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, berikut tabel pembuktian bahwa tokoh

Shuuhei memiliki kemampuan konservasi (conservation) menurut teori Piaget:

3.5 Tabel Pembuktian Kemampuan Conservation

Kemampuan Konservasi (Conservation)

Usaha Pencarian Data Pengetahuan Yang Didapatkan

Membaca buku tentang negara Peru yang

dipinjam dari perpustakaan

Mengetahui bahwa ada negara lain, yaitu

Peru yang memiliki luas wilayah yang

lebih besar daripada Jepang

Mendekati Rebecca serta minta untuk

diperlihatkan gambar rumput yang

terdapat pada buku catatan Rebecca

Mengetahui bahwa gambar rumput yang

ada di buku catatan Rebecca bukanlah

rumput biasa, namun tanaman yang

sering diminum oleh orang Peru karena

dapat menyehatkan tubuh