BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab...
-
Upload
truongxuyen -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab...
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut O’Brien (2005, p29) sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Menurut McLeod Jr (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2 Pengertian Data dan Informasi
Menurut O’Brien (2005, p38) data merupakan fakta atau observasi mentah, yang
biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih rinci, data adalah
pengukuran objektif atribut (karakteristik) dari entitas (seperti manusia, tempat, barang,
dan kejadian). Informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan
berguna bagi para pemakai akhir tertentu.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5) sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumberdaya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang
bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain
9
dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur
pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan
(sumberdaya data) sejak permulaan peradaban.
2.2 Telepon Selular (Ponsel)
Telepon seluler merupakan suatu alat komunikasi yang tidak menggunakan kabel,
dihubungkan dengan jaringan oleh radio, sehingga memungkinkan untuk berpindah
lokasi tanpa terjadi pemutusan komunikasi. (Silalahi, 2002, p2). Sedangkan berdasarkan
Wikipedia [(http1)] ponsel adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional
namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel) dan tidak perlu disambungkan dengan
jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel/ wireless).
Indonesia mempunyai dua jaringan telepon wireless saat ini yaitu GSM (Global
System For Mobile) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Telepon seluler, selain
berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, umumnya juga mempunyai
fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short message service; SMS). Telepon-
telepon yang lebih mahal juga sering menambahkan fitur kamera dan layanan internet
(WAP, GPRS, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara yang
menyediakan layanan generasi ketiga (3G) yang menambahkan jasa videophone maupun
televisi online di telepon genggam mereka.
2.3 Short Messages Service (SMS)
2.3.1 Teknologi SMS
Menurut Satriyantono ([(http2)], 2001), aplikasi SMS telah diakui merupakan
aplikasi messaging yang paling populer di dunia. Hal ini dibuktikan dengan sukses tak
10
terduga seperti ditunjukkan grafik pertumbuhan penggunaan SMS selama 2 tahun
terakhir pada Gambar 2.1 ini.
Gambar 2.1 Tingkat pertumbuhan SMS
Sumber: [(http2)]
Hingga bulan September 2001 terhitung rata-rata terdapat 23 milyar kiriman SMS
per bulan. Banyak pengamat bahkan memperkirakan jumlah kiriman 30 milyar SMS per
bulan di akhir 2001 dan berlanjut hingga 100 milyar kiriman SMS di tahun 2004. Melihat
dari data pertumbuhan diatas, maka tidak dipungkiri bahwa SMS telah menjadi lahan
yang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di
dunia. Dari jumlah kiriman SMS di dunia 90% masih merupakan kiriman jenis person to
person. Namun demikian, SMS sangat potensial untuk dikembangkan menjadi aplikasi
berbasis industri dengan berbagai macam layanan, seperti m-commerce, location-based
service, periklanan, voting, games, entertainment, dsb.
11
2.3.2 Arsitektur SMS
Gambar 2.2 Arsitektur SMS
Sumber : [(http3)]
Menurut Satriyantono ([(http3)], 2006), aplikasi SMS memanfaatkan arsitektur
teknologi komunikasi SMS untuk menerapkan aplikasi bernilai tambah dengan
memanfaatkan komunikasi SMS untuk optimalisasi proses bisnis perusahaan dan
peningkatan kualitas layanan dari institusi pelayanan publik. Gambar 2.2 di atas
memperlihatkan kemampuan piranti SMS untuk:
- Memperbesar skala aplikasi teknologi informasi dengan menggunakan
komunikasi SMS interaktif.
- Menyediakan aplikasi kolaborasi komunikasi SMS berbasis web untuk
pengguna di institusi atau perusahaan.
12
- Menjangkau konsumen maupun pengguna jasa layanan institusi/perusahaan
anda secara mudah menggunakan komunikasi SMS interaktif.
2.3.3 Mekanisme Penghantaran SMS
Menurut Satriyantono ([(http3)], 2006), terdapat empat macam mekanisme
penghantaran SMS, yaitu:
o Pull, dimana pesan yang dikirimkan ke pengguna berdasarkan permintaan
pengguna.
o Push-Event based, dimana pesan yang diaktivasi oleh aplikasi berdasarkan
kejadian yang berlangsung.
o Push-Scheduled, dimana pesan yang diaktivasi oleh aplikasi berdasarkan
waktu yang telah terjadwal.
o Push-personal profile, dimana pesan yang diaktifasi oleh aplikasi berdasarkan
profil dan pilihan dari pengguna.
2.3.4 Fitur-fitur Piranti SMS
SMS memiliki dua tingkatan fitur yaitu standar dan advance ([(http3)], 2006)
Berikut rincian fitur-fitur tersebut:
o Fitur-fitur standar piranti SMS
1. Komunikasi SMS Interaktif 2 Arah
2. SMS Info on Demand
3. SMS Message Grouping
4. SMS Automatic Registration
5. Polling SMS
6. Kuis SMS
13
7. Pengiriman SMS Broadcast
8. Pengiriman SMS ke Call Group
9. Pengiriman SMS Terjadwal
10. Personalisasi SMS
11. Buku Alamat dan Call Group
12. Antarmuka Aplikasi Berbasis Web
13. Manajemen Akses Pengguna
14. Konfigurasi Sistem
o Fitur-fitur advance piranti SMS
1. Antarmuka untuk integrasi ke database perusahaan
2. SMS Remote Control
3. Email to SMS
4. SMS to Email
5. Ekspansi Modem GSM
2.4 Analisis Porter
Menurut Porter (1993, p4), model analisa pada gambar 2.3 merupakan model
kekuatan 5 daya porter untuk mengidentifikasi ancaman dari luar perusahaan, sehingga
perusahaan dapat mempersiapkan strategi untuk meminimalkan pengaruh ancaman
tersebut.
14
Gambar 2.3 Model Persaingan 5 Daya Porter
( Porter, 1993, p4 )
Perusahaan yang sukses dalam dunia industri dengan jangka waktu yang panjang
harus dapat mempertimbangkan perkembangan para pesaingnya. Disamping itu
perusahaan harus dapat meminimalkan biaya yang harus mereka keluarkan dan membuat
dirinya lebih unik di mata konsumen sehingga perusahaan mereka memiliki perbedaan
dengan para pesaingnya.
Kebanyakan perusahaan, bagaimanapun harus berusaha keras untuk menghadapi
satu atau beberapa tantangan setidaknya untuk suatu jangka waktu yang pendek maupun
jangka waktu sedang.
Penjabaran mengenai 5 daya porter adalah sebagai berikut :
1. Kemungkinan masuknya pendatang
Ancaman masuknya pendatang baru (threat of new entrance) ke dalam
industri akan tergantung dari besar kecilnya hambatan masuk yang ada. Jika
hambatan ini besar maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah.
Kemungkinan masuknya pendatang baru
Potensi pengembangan produk substitusi
Daya tawar pembeli
Daya tawar pemasok
Persaingan diantara
perusahaan sejenis
15
Hambatan-hambatan itu merupakan situasi dan kondisi yang membatasi
perusahaan dalam memperoleh jalan masuk ke dalam suatu industri. Ada tujuh
sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu :
o Skala Ekonomi
o Diferensiasi Produk
o Kebutuhan Modal
o Biaya beralih pemasok (switching cost)
o Akses ke saluran distribusi
o Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi (cost
advantage independent scale)
o Kebijakan Pemerintah
2. Daya Tawar Pemasok (the bargaining power of suppliers)
Daya tawar pemasok kuat jika :
o Didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar dan lebih terkonsentrasi
daripada industri yang menjadi pembeli mereka.
o Produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli.
o Pembeli bukan konsumen penting bagi pemasok
o Produk pemasok penting bagi pembeli
16
o Efektifitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan (switching cost)
yang tinggi bila beralih ke pemasok lain.
o Pemasok merupakan ancaman serius bila berintegrasi ke depan (forward
integration) ke arah pembeli atau dengan kata lain bila pemasok
bergabung dengan pembeli.
3. Daya Tawar Pembeli (the bargaining power of buyers)
Daya tawar pembeli kuat jika :
o Membeli sejumlah besar industri
o Produk yang dibeli dari suatu industri merupakan komponen yang
signifikan dari biaya produksi pembeli. Sebagai contoh, perusahaan
memproduksi barang A, B, C, D tetapi keuntungan terbesar yang diperoleh
perusahaan berasal dari barang A, sehingga konsumen pembeli barang A
memiliki daya tawar yang kuat.
o Produk pemasok tidak eksklusif dan memiliki ancaman kuat untuk
berintegrasi ke belakang industri pemasok.
o Biaya switching cost-nya rendah untuk pindah ke pemasok lain.
4. Potensi Pengembangan Produk Subtitusi
Produk pengganti yang berpotensi untuk menjadi ancaman (threat of
substitute product) sehingga perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-
produk yang :
17
o Harganya cenderung menjadi semakin murah dibandingkan dengan
produk yang dihasilkan perusahaan.
o Dihasilkan oleh industri yang berskala besar dan sangat menguntungkan
5. Persaingan Diantara Perusahaan Sejenis (rivalry among existing firms)
Tingginya tingkat persaingan antar pesaing di dalam suatu industri
merupakan akibat dari :
o Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang
o Pertumbuhan industri yang lamban
o Biaya tetap yang tinggi
o Ketiadaan diferensiasi
o Penambahan kapasitas dalam jumlah besar
o Pesaing yang beragam
o Taruhan strategis yang besar
o Hambatan pengunduran diri yang tinggi
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi maka tentunya hal ini akan
memberikan pengaruh potensial terhadap 5 daya porter. Pengaruh tersebut seperti berikut
ini:
18
1. Kemungkinan masuknya pendatang
Teknologi informasi dapat menghasilkan rintangan baru atau
mengurangi akses dari pendatang baru dengan cara sebagai berikut :
a. Memetakan skala ekonomi yang ada.
b. Adanya pembedaan produk
c. Memantau jalur distribusi produk
d. Melihat kondisi pasar.
2. Daya tawar pembeli
Teknologi informasi dapat digunakan untuk membedakan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan dengan perusahaan pesaingnya, dan dapat
memperbaiki harga serta kualitas produk yang dihasilkan.
3. Daya tawar pemasok
- Teknologi informasi dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
mengukur sumber daya yang dimiliki oleh pemasok
- Teknologi informasi dapat mengontrol barang yang diterima dari
pemasok.
- Teknologi informasi dapat digunakan untuk membuat perencaaan
dengan pemasok untuk jangka waktu kedepan.
4. Potensi pengembangan produk substitusi
- Dengan teknologi informasi, kualitas dan harga produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dapat diperbaiki.
19
- Teknologi informasi dapat digunakan untuk memperkenalkan kembali
produk dan jasa untuk meningkatkan harga produk yang dihasilkan
oleh perusahaan.
- Dengan teknologi informasi, perusahaan dapat menganalisa segmen
pasar yang ada untuk mendistribusikan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
5. Persaingan diantara perusahaan yang sejenis
- Teknologi informasi dapat digunakan oleh perusahaan untuk
memperbaiki harga dan kualitas produknya.
- Teknologi informasi dapat digunakan untuk mendistribusikan produk
dan jasa kepada segmen konsumen yang berbeda.
- Teknologi informasi dapat digunakan sebagai alat pendekatan terhadap
konsumen tingkat akhir sehingga perusahaan dapat memahami
kebutuhan dari konsumen.
2.5 Analisis Value Network
2.5.1 Pengertian Value Network
Menurut Ward dan Peppard (2004, p267) value network adalah bisnis yang
menyediakan pertukaran dan sarana antara pembeli dan penjual, memungkinkan adanya
suatu hubungan atau relasi yang harus dibangun dari awal.
Menurut Allee (2002, p6) value network merupakan jaringan hubungan yang
menghasilkan tangible value dan intangible value melalui pertukaran yang kompleks
serta dinamis antara dua atau lebih individu, kelompok, atau juga organisasi.
20
2.5.2 Proses Inti Value Network
Menurut Stabell & Fjeldstad, Harvard Business Review (1998, pp429-430), dalam
menampilkan value di dalam sebuah perusahaan, terdapat dua jenis aktifitas yaitu
aktifitas utama (primary activity) dan aktifitas pendukung (support activity).
1. Primary Activities
a. Network Promotion and Contract Management
Bagian ini terdiri dari aktifitas promosi yang berhubungan dengan
mengundang pelanggan potensial untuk bergabung didalam jaringan,
pemilihan pelanggan khusus untuk bergabung dan melakukan inisialisasi,
aktifitas manajemen, dan pemutusan kontrak yang dianggap merugikan.
Sistem kontrak pada aktifitas ini mencakup keterikatan tidak hanya
antara perusahaan dan pelanggan, tetapi juga dengan semua bagian yang
terlibat dalam proses bisnis perusahaan, baik internal maupun eksternal.
Sedangkan network promotion pada value network berbeda dengan yang
ada pada value chain, karena pada value network pelanggan akan menjadi
individu-individu yang turut serta membantu perusahaan untuk
berkembang dalam suatu jaringan.
b. Service Provisioning
Terdiri dari aktifitas yang berhubungan dengan membangun,
memelihara dan mengakhiri baik hubungan ataupun nilai dengan dan
diantara pelanggan. Nilai yang didapatkan dari pelanggan diperlukan
21
untuk mengukur apakah pelanggan tersebut dapat digunakan di dalam
kapasitas jaringan perusahaan atau tidak.
Service provisioning bergantung pada lingkungan perusahaan yang
membentuk jaringan. Dalam membentuk jaringan, perusahaan perlu
melihat budaya transaksi, kemungkinan terbentuknya jaringan baru yang
lebih besar, dan kemungkinan pelanggan yang memenuhi syarat untuk
membuat jaringan tersebut.
c. Network Infrastructure Operation
Network infrastructure operation terdiri dari aktifitas yang
berhubungan dengan memelihara dan menggunakan infrastukturnya
dengan baik, baik itu berupa infrastruktur informasi maupun infrastuktur
fisik. Aktifitas ini akan membuat jaringan selalu pada kondisi yang prima
untuk memberikan pelayanan sesuai permintaan sehingga dapat
menghasilkan value. Apabila network infrastructure ini terganggu, maka
secara otomatis proses bisnis akan terganggu.
Aktifitas network infrastructure operation yang spesifik tergantung
pada infrastruktur yang digunakan. Seperti pada perusahaan transportasi
dan perusahaan distribusi, yang menjadi infrastrukturnya adalah kendaraan
dan gudang, sedangkan pada bank dan perusahaan asuransi yang menjadi
infrastrukturnya adalah kantor cabang dan aset keuangan.
22
2. Support Activities
Support activities adalah kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan
dari primary activities. Biasanya kegiatan pendukung ini terdiri dari empat
bagian yaitu bagian Firm Infrastructure, Human Resources Management,
Technology Development, dan Procurement, meskipun tidak menutup
kemungkinan adanya kegiatan pendukung lainnya. Setiap bagian tersebut akan
bertanggung jawab melakukan sebuah aktifitas yang kemudian dapat disebut
sebagai aktifitas pendukung bagi perusahaan.
Proses inti value network akan memberikan gambaran mengenai proses bisnis
yang terjadi di dalam perusahaan, deskripsi value yang diharapkan dari setiap bagian,
sehingga dapat memudahkan hubungan antara perusahaan dengan konsumen dengan
menggunakan perantara teknologi. Hal ini kemudian dapat digunakan untuk membangun
strategi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.4 Diagram Value Network ini.
23
Network Promotion and Contract Management Aktifitas promosi dan kontrak antara perusahaan dengan pelanggan. Aktifitas dalam hubungan tiap-tiap divisi didalam perusahaan yang mendukung aktifitas promosi dan kontrak.
Service Provisioning Aktifitas yang berhubungan dengan pelayanan. Aktifitas penyelesaian masalah yang digunakan perusahaan didalam hubungannya pelanggan dan untuk pengembangan kepuasan pelangan.
Network Infrastructure Operation Aktifitas tentang bagaimana infrastruktur perusahaan dapat mendukung perusahaan didalam menjalankan proses bisnisnya, sehingga dapat menghasilkan suatu value. Aktifitas dapat berupa infrastruktur fisik maupun informasi
Firm Infrastructure : Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengadaan infrastruktur tersebut.
Kegiatan yang terkait dengan infrastruktur yang memfasilitasi beroperasinya perusahaan secara keseluruhan.
Human Resource Management : Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengadaan SDM dalam perusahaan.
Kegiatan yang terkait dengan seluruh sumber daya manusia di dalam perusahaan.
Technology Development : Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengadaan teknologi dalam perusahaan
Kegiatan yang terkait dengan teknologi dalam perusahaan, biasanya akan berhubungan dengan pengembangan service dan network infrastructure.
Procurement : Bagian yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengadaan baik fisik maupun non-fisik di perusahaan
Kegiatan yang terkait dengan seluruh aktifitas pengadaan baik fisik maupun non-fisik. Aktifitasnya terkait dengan bagian service dan network infrastructure.
Gambar 2.4 Diagram Value Network
(Stabell & Fjeldstad, 1998, p430)
24
2.6 Manajemen Strategis
2.6.1 Manajemen
Manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan
kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins
& Coutler, 2002, p6).
2.6.2 Strategi
Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar (David, 2005, p17).
Sedangkan menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth, strategi
merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu
fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada
(Rangkuti, 2006, p3).
2.6.3 Pengertian Manajemen Strategis
Manajemen strategis adalah kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasi,
mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi dapat mencapai tujuannya (David, 2005, p5). Seperti tersirat dalam definisi,
manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan organisasi.
25
2.6.4 Tahapan Perencanaan Strategis
Supaya unggul di pasar, maka setiap perusahaan berusaha untuk mengembangkan
strateginya masing-masing. Menurut Dirgantoro (2004, p12), perencanaan strategi
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan harus melalui beberapa tahap. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada kerangka manajemen strategis pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kerangka Manajemen Strategis
(Dirgantoro, 2004, p11)
a. Penetapan sasaran
Pertama-tama, perusahaan harus dapat menentukan sasaran atau tujuan
baik jangka panjang ataupun jangka pendek yang ingin dicapai. Sasaran ini
Operasi Internasional; Tanggung jawab sosial
MANAJEMEN STRATEGIS
Fungsi: Keuangan, pemasaran, produksi/operasi
Penetapan Visi, Misi, Sasaran
Analisis Lingkungan Internal Eksternal
Pengendalian Strategi Mengukur Mengevaluasi
Implemen tasi Strategi Policy Target Tahunan Alokasi Sumberdaya
Formulasi Strategi MenyiapkanMemilih Menetapkan
FEED BACK
26
harus kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, dapat
dicapai, dan selaras antar unit perusahaan. (David, 2005, p220).
b. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Analisis lingkungan dilakukan untuk mengumpulkan data yang berasal
dari internal maupun eksternal perusahaan. Data tersebut adalah kemungkinan
peluang yang bisa muncul, ancaman yang bisa terjadi akibat adanya
perubahan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi yang
berguna untuk merespon peluang dan ancaman tadi.
c. Formulasi strategi
Setelah jelas akan sasaran yang ingin dicapai, maka mulailah dibuat
rencana untuk mencapainya, rencana inilah yang disebut strategi. Disini
semua input data baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan
akan dicocokkan melalui beberapa pilihan cara (Matriks SWOT, Matriks
SPACE, Matriks BCG, Matriks Internal Eksternal, dan Matriks Grand
Strategy). Setelah dicocokkan maka sampailah pada tahap keputusan, dimana
dari beberapa alternatif strategi, kemudian ditetapkan strategi yang paling
cocok untuk perusahaan pada saat itu. (David, 2005, p283).
Setelah perusahaan mengembangkan strategi utamanya, harus ada
program pendukungnya yang terinci. Misalkan perusahaan memutuskan untuk
unggul dalam pelayanan kepada konsumen, maka perusahaan tersebut harus
merencanakan program pengembangan jasa, pengembangan teknologi yang
dapat mendukung perbaikan jasa, melatif staf yang terkait, dan lain
sebagainya.
27
d. Implementasi Strategi
Tahap ini adalah tahapan dimana strategi yang telah diformulasikan
tersebut kemudian dilaksanakan. Strategi yang jelas dan program pendukung
yang matang mungkin tidak akan bermanfaat jika perusahaan gagal
melaksanakannya dengan cermat.
e. Pengendalian Strategi
Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektifitas dari implementasi
strategi, maka dilakukan tahapan berikutnya yaitu evaluasi strategi yang
mencakup aktifitas utama sebagai berikut:
- Review faktor internal dan eksternal yang merupakan dasar dari strategi
yang sudah ada.
- Menilai performance strategi.
- Melakukan langkah koreksi
2.6.5 Manfaat Manajemen Strategis
Menurut Dirgantoro (2004, p18), manfaat manajemen strategis yang paling utama
adalah tendensi untuk menaikkan tingkat keuntungan finansial perusahaan meskipun
kenaikan keuntungan tidak secara otomatis. Selain itu juga menghasilkan keuntungan
non-finansial seperti membantu mengeksploitasi peluang, menyiapkan pandangan
terhadap manajemen problem, dan menggambarkan framework untuk meningkatkan
koordinasi dan kontrol terhadap aktifitas.
28
2.6.6 Keunggulan bersaing (competitive advantage)
Keunggulan bersaing disebabkan salah satunya oleh pilihan strategi yang
dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Tetapi tidak hanya itu, karena paling
tidak terdapat tiga faktor lain yang juga mempengaruhi berhasil tidaknya sebuah
perusahaan memiliki keunggulan bersaing.
Gambar 2.6 The Sustainable Competitive Advantage
(Aaker, 2001, p134)
1. Dasar dalam berkompetisi
Sebuah strategi harus berdasarkan dari aset dan kemampuan
perusahaan karena tanpa adanya aset dan kemampuan maka tidak akan
mungkin keunggulan bersaing ini dapat dipertahankan.
2. Tempat kompetisi
Hal penting lainnya adalah pemilihan target pasar. Perencanaan
strategi yang sudah didukung oleh aset dan kemampuan yang baik dapat
Cara berkompetisi: - Product strategy - Positioning strategy - Manufacturing strategy - Distribution strategy - dll
Tempat kompetisi: - Pemilihan target pasar
Dasar dalam berkompetisi: - Aset dan kemampuan
Dengan siapa berkompetisi: - Pemilihan kompetitor
Sustainable Competitive Advantage
(SCA)
29
saja gagal karena ternyata tidak sesuai dengan target pasar. Oleh karena
itu, sebuah strategi juga harus merupakan sesuatu yang dihargai oleh
pangsa pasar yang dituju.
3. Dengan siapa berkompetisi
Syarat ketiga dalam sebuah keunggulan bersaing melibatkan
adanya identifikasi kompetitor. Karena tujuan dari keunggulan bersaing
adalah mencocokkan antara kelemahan kompetitor dengan kemampuan
perusahaan. Jadi secara garis besar, aset dan kemampuan perusahaan yang
digunakan sebagai keunggulan bersaing harus dapat membuat cost
advantage dibandingkan kompetitor, atau membuat sebuah diferensiasi
dari kompetitor.
Jadi sebuah SCA dapat dikatakan efektif apabila sebuah strategi memiliki paling
tidak tiga karakteristik, yaitu harus didukung oleh aset dan kemampuan, harus
ditempatkan pada area yang dapat menghargai strategi tersebut, dan yang ketiga harus
diterapkan untuk menghadapi kompetitor yang tidak dapat dengan mudah mengimitasi
SCA tersebut.
Michael Porter (Kotler, 2003, p106) telah merangkumkan tiga jenis umum yang
memberikan awal baik untuk pemikiran strategis:
a. Cost Leadership
Disini perusahaan bekerja keras mencapai biaya produksi dan distribusi
terendah, sehingga harganya dapat lebih rendah daripada pesaing dan
mendapat pangsa pasar yang besar. Perusahaan dengan strategi ini harus
30
terampil dalam rekayasa, pembelian, produksi dan distribusi. Mereka hanya
memerlukan sedikit keterampilan dalam menjual.
b. Diferensiasi
Diferensiasi artinya adalah adanya sebuah elemen yang unik dalam
strategi perusahaan yang nantinya akan menghasilkan nilai lebih bagi
konsumen (Aaker, 2001, p138). Disini perusahaan berkonsentrasi untuk
mencapai kinerja terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang
dinilai penting oleh sebagian besar pasar. Unit usaha dapat menjadi yang
terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi, dan lain-lain, namun tidak
mungkin menjadi yang terbaik dalam segala hal. Perusahaan akan membina
kekuatan-kekuatan yang memberikan keunggulan bersaing dalam satu atau
lebih manfaat. Jadi perusahaan yang ingin memimpin dalam kualitas, harus
membuat atau membeli komponen terbaik, memadukannya dengan baik,
memeriksanya dengan teliti dan sebagainya.
c. Fokus
Disini perusahaan memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar
yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar. Perusahaan memahami
kebutuhan segmen ini dan mengejar kepemimpinan biaya atau sejenis
diferensiasi dalam segmen sasaran.
31
2.7 Analisis SWOT
2.7.1 Pengertian Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006, p18) analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada data yang didapat untuk memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namum secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan yang
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan keputusan strategis, pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian maka untuk membuat suatu perencanaan yang strategis
(strategic planner) perusahaan harus dapat menganalisis faktor-faktor strategis
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat
ini. SWOT merupakan model yang paling populer didalam melakukan analisis untuk
menentukan strategi perusahaan.
2.7.2 Pembagian Analisis SWOT
Pada dasarnya analisis SWOT terbagi atas dua bagian besar yaitu analisis
lingkungan eksternal dan internal. Menurut Rangkuti (2006, p22), data eksternal dapat
diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan seperti pasar, kompetitor, komunitas,
pemasok, pemerintah, dan kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan data internal dapat
diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti dari laporan keuangan, laporan kegiatan
SDM, laporan kegiatan operasional, dan laporan kegiatan perusahaan. Lingkungan
32
internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan
lingkungan eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
1. Kekuatan (strengths)
Merupakan kekuatan utama perusahaan jika dibandingkan dengan
kompetitornya. Misalnya sumber daya, modal, ketrampilan, pengalaman,
keunggulan persaingan dan penguasaan pasar.
2. Kelemahan (weaknesses)
Merupakan kelemahan dari perusahaan. Seperti, keterbatasan sumber
daya, modal, pengalaman, dan kapabilitas yang menghambat kinerja
perusahaan.
3. Peluang (opportunities)
Kesempatan atau situasi yang penting yang dapat menguntungkan
perusahaan didalam proses bisnisnya.
4. Ancaman (threats)
Merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan dan dapat
membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan.
Matriks SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan
alternatif strategis yang mungkin dilaksanakan saat ini seperti digambarkan pada tabel.
2.1.
33
Tabel 2.1 Matriks SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTH (S)
Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREATS (T)
Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti (2006, p31)
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
34
2.8 Analisis Internal Eksternal (IE)
Matriks internal eksternal ini dikembangkan dari model General Electric.
Parameter yang digunakan meliputi parameter IFE dan EFE yang dihadapi. Tujuan
penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang
lebih detail. (Rangkuti, 2006, p42). Diagram tersebut dibagi menjadi 9 sel strategi
perusahan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga
strategi utama yang memiliki implikasi strategi berbeda, yaitu:
- Tumbuh dan kembangkan yang merupakan pertumbuhan perusahan itu sendiri
atau upaya diversifikasi.
- Jaga dan pertahankan adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan.
- Panen atau divestasi adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang
dilakukan perusahaan.
Menurut David (2005, p303), organisasi yang dapat dikategorikan berhasil adalah
organisasi yang mampu mencapai portfolio bisnis yang diposisikan dalam atau sekitar sel
I dalam Matriks IE.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada tabel 2.1 Matriks IE.
35
Tabel 2.2 Matriks Internal Eksternal (IE)
Kekuatan internal bisnis ( Total rata-rata tertimbang IFE) Kuat 3,00-4,00 Rata-rata 2,00-2,99 Lemah 1,00-1,99
4,0 3,0 2,0 1,0 4,0
Tingggi 3,00-4,00 3,00
I Tumbuh dan kembangkan
Konsentrasi melalui integrasi vertikal Mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok dan distributor perusahaan
II Tumbuh dan kembangkan
Konsentrasi melalui integrasi horizontal Mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing
III Jaga dan pertahankan
Retrenchment Mengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba
Menengah 2,00-2,99
2,00
IV Tumbuh dan kembangkan
Menerapkan strategi baru tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan
V Jaga dan pertahankan
Penetrasi pasar Meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar Pengembangan jasa meningkatkan penjualan melalui perbaikan produk/jasa saat ini atau mengembangkan produk/jasa baru
VI Panen atau divestasi
Divestasi (menjual satu divisi atau bagian perusahaan. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau investasi strategis yang lebih lanjut.
Rendah 1,00-1,99
1,00
VII Jaga dan pertahankan
Diversifikasi konsentrik Menambahkan jasa/produk baru yang masih berkaitan dengan jasa/produk lama
VIII Panen atau divestasi
Diversifikasi konglomerat Menambahkan produk/jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama
IX Panen atau divestasi
Likuidasi menjual seluruh aset perusahaan sepotong-sepotong untuk nilai riilnya
Sumber : David (2005, p301)/ Rangkuti (2006, p42)
Untuk mendapatkan hasil dari Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), maka diperlukan perhitungan terlebih dahulu dari
data eksternal dan internal yang ada.
Day
a ta
rik
indu
stri
(Tot
al r
ata-
rata
tert
imba
ng E
FE)
36
2.8.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)
Matriks EFE memungkinkan penyusun strategi untuk merangkum dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima
tahapan (David, 2005, p143):
1. Buatlah daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit
eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk
peluang dan ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.
Tuliskan peluang terlebih dahulu kemudian ancaman. Usahakan untuk
sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila
mungkin.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan tersebut dalam suatu industri. Peluang
sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat
diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam.
Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau
kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus
kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua
faktor harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci
tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor
tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon perusahaan diatas
37
rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, 1 = respon perusahaan jelek.
Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian,
peringkat didasarkan pada perusahaan, sedangkan bobot dalam Tahap 2
didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan
peluang dapat diberi peringkat 1,2,3, atau 4.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
nilai tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan
total nilai tertimbang bagi organisasi.
Tanpa memedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam
Matriks EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai
tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai
tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik
terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dalam kata lain, strategi
perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan
meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0
mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak
menghindari ancaman eksternal.
38
Berikut adalah contoh tabel matriks EFE:
Tabel 2.3 Matriks EFE
Faktor-faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang Peluang: - -
Ancaman: - -
TOTAL 1, 00 Sumber : David, 2005, p145
2.8.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE)
Tahap ekstraksi dalam menjalankan audit manajemen strategi adalah membuat
Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE). Alat formulasi strategi ini meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga
memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area
tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan untuk mengembangkan matriks IFE, jadi
kemunculan pendekatan ilmiah tidak seharusnya diartikan bahwa ini adalah teknik yang
sangat luar biasa. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap (David, 2005,
p206):
1. Buatlah daftar lima faktor internal utama yang diidentifikasikan dalam proses
audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,
mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu
kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin menggunakan persentase,
rasio, dan nilai komparatif bila mungkin.
39
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan tersebut dalam suatu industri. Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal,
faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi
harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama
dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengeindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama
(peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor
(peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa
kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus
mendapatkan peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, di
mana bobot di tahap 2 adalah berdasarkan industri.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
nilai rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.
5. Jumlahkan nilai rata-rata tertimbang dari masing-masing variabel untuk
menentukan total nilai rata-rata tertimbang bagi organisasi.
Berapa pun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam Matriks IFE, total rata-rata
tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total
rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal,
sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.
40
Berikut adalah contoh matriks IFE:
Tabel 2.4 Matriks EFE
Faktor-faktor Internal Utama Bobot Rating Rata-rata tertimbang Kekuatan internal: - -
Kelemahan internal: - -
TOTAL 1, 00 Sumber : David, 2005, p207
2.9 Metode Perancangan Sistem
2.9.1 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Object Oriented Analysis and Design (OOAD) esensi utamanya adalah untuk
memberikan perhatian kepada problem domain dan solusinya dari perspektif objek.
Menurut Mathiassen, et al (2000, pp23-24) dalam suatu proyek pengembangan
akan dimulai dengan menerjemahkan kebutuhan sistem dengan merumuskan suatu
definisi sistem yang mendeskripsikan suatu sistem terkomputerisasi dalam bahasa alami,
yang mencakup informasi tentang fungsi yang harus ada, dimana sistem yang dipakai,
dan kondisi pengembangan.
2.9.2 Unified Modelling Language (UML)
UML adalah bahasa yang digunakan untuk menspesifikkan, memvisualisasikan,
dan membuat konstruksi artifak dari sebuah sistem (Larman, 1998, p15).
41
2.9.3 Rich Picture
Menurut Mathiassen, et al (2000, p26), rich picture merupakan gambaran
informal yang mewakili sebuah ilustrasi dari situasi tertentu.
2.9.4 Problem Domain
Mathiassen, et al (2000, p45) mendefinisikan problem domain sebagai bagian dari
konteks sistem yang dikelola, diawasi, atau dikendalikan oleh sistem. Sedangkan model
adalah suatu deskripsi dari class, object, struktur, dan perilaku dalam suatu problem
domain. Tujuan dari dilakukannya analisis problem domain adalah untuk mendefinisikan
dan membuat model dari suatu problem domain.
Analisis problem domain terdiri dari tiga aktifitas yakni: classes, structure, dan
behaviour seperti ditampilkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Aktifitas Analisis Problem Domain
Sumber : Mathiassen, et al (2000, p46)
Setiap aktifitas pada analisis problem domain memiliki beberapa rincian kegiatan
seperti ditampilkan pada tabel 2.4.
42
Tabel 2.5 Rincian Aktifitas dalam Analisis Problem Domain
Aktifitas Isi Konsep Classes Object dan event apa saja yang
merupakan bagian dari problem domain?
Class, object dan event
Structure Bagaimana seluruh class dan object dihubungkan bersama secara konseptual?
Generalization, aggregation, association, dan cluster
Behavior Properti dinamis apa saja yang dimiliki object?
Event trace, pola perilaku, dan atribut.
Sumber: Mathiassen, et al (2000, p48)
1. Classes
Pada aktifitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah
menentukan obyek dan event yang dapat menjadi bagian dari problem
domain, kemudian membuat class.
a. Object
Object (Mathiassen, et al, p51) adalah suatu entitas yang memiliki
identitas, state dan behaviour.
b. Class
Class (Mathiassen, et al, p53) adalah sebuah deskripsi dari kumpulan
objek-objek yang mempunyai struktur, behavioural pattern dan attribute
yang bersamaan.
c. Event
Event (Mathiassen, et al, p51) adalah kejadian yang melibatkan satu atau
lebih objek.
43
2. Structure
Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan sebelumnya
akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi,
agregasi, atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class
diagram.
a. Generalisasi
Generalisasi (Mathiassen, et al, p69) adalah kelas-kelas umum (super
class) menjelaskan properti umum dalam suatu kelompok dari kelas-kelas
khusus (sub class).
Class1
Class2 Class3
Gambar 2.7 Class Structure
Sumber : Mathiassen, et al (2000, p74)
b. Aggregation
Aggregation (Mathiassen, et al, p76) adalah objek yang lebih besar
(keseluruhan) terdiri dari sejumlah objek-objek (bagiannya). Seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
44
Gambar 2.8 Aggregation
Sumber : Mathiassen, et al (2000, p76)
c. Association
Association (Mathiassen, et al, p77) adalah relasi yang berarti diantara
sejumlah objek-objek. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7 dibawah
ini.
Gambar 2.9 Association
Sumber : Mathiassen, et al (2000, p77)
3. Behavior
Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan
diperluas dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari
masing-masing class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a. Sequence
Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.
b. Selection
Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.
45
c. Iteration
Merupakan event yang terjadi berulang kali.
2.9.5 Application Domain
Mathiassen, et al (2000, p115), mendefinisikan application domain sebagai suatu
organisasi yang mengelola, mengawasi, atau mengendalikan suatu problem
domain. Tujuan dilakukannya analisis application domain adalah untuk
menentukan kebutuhan-kebutuhan penggunaan dari suatu sistem. Proses analisis
application domain terdiri dari tiga tahap yakni usage, function, dan interface
seperti yang ditujukan dalam gambar 2.10.
Gambar 2.10 Aktifitas Analisis Application Domain
Sumber: Mathiassen, et al (2000, p117)
Setiap aktifitas pada analisis application domain memiliki beberapa rincian
kegiatan seperti ditampilkan pada tabel 2.5.
46
Tabel 2.6 Aktifitas dalam Analisis Application Domain
Aktifitas Isi Konsep Usage Bagaimana sistem
bersangkutan berinteraksi dengan orang dan sistem lain secara kontekstual?
Use Case dan actor
Function Kemampuan proses informasi apa yang dimiliki oleh sistem?
Function
Interface Kebutuhan tampilan apa yang menjadi tujuan dari sistem?
Interface, user interface, system interface.
Sumber: Mathiassen, et al (2000, p117)
Berikut adalah penjelasan dari setiap aktifitas dalam melakukan application
domain analysis:
1. Usage
Menurut Mathiassen, et al (2000, p119-120) kegiatan usage adalah
kegiatan pertama dalam analisis application-domain yang bertujuan untuk
menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem
yang berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dengan
sistem tersebut dinyatakan dalam use case diagram.
Use case dapat dimulai oleh aktor atau oleh sistem target. Hasil dari
analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan
aktor yang ada yang digambarkan dalam tabel aktor atau use case diagram.
Cara untuk mengidentifikasi aktor adalah mengetahui alasan aktor
menggunakan sistem. Masing-masing aktor memiliki alasan yang berbeda
untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan melihat peran dari
47
aktor seperti yang dinyatakan oleh use case dimana aktor tersebut terlibat.
Masing-masing aktor memiliki peran yang berbeda-beda.
Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case,
dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai
dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case
tersebut atau dengan diagram statechart karena use case adalah sebuah
fenomena yang dinamik
Actor1 UseCase1
Gambar 2.11 Notasi Pada Use Case Diagram
Sumber : Mathiassen, et al (2000, p343)
Setelah membuat usecase diagram, maka langkah selanjutnya adalah
membuat sequence diagram. Menurut Mathiassen, et al sequence diagram
adalah gambaran bagaimana objek-objek berinteraksi satu dengan yang
lainnya melalui event-event yang dilakukan dari suatu use case atau operasi.
Diagram ini menggambarkan bagaimana pesan-pesan dikirim dan diterima
diantara objek-objek tersebut dan dalam urutan seperti apa.
Adapun notasi yang biasa digunakan untuk menggambarkan sequence
diagram dapat dilihat pada gambar 2.9
Participation
Use Case Group
48
Gambar 2.12 Notasi Pada Sequence Diagram
Sumber : Mathiassen, et al (2000, p340)
2. Function
Menurut Mahiassen, et al (2000, p137-138). Function memfokuskan pada
bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan
pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe yang berbeda, yaitu:
a. Update
Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan
menghasilkan perubahan status model.
b. Signal
Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan
menghasilkan reaksi di dalam context.
c. Read
Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan
menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.
Object1
event()
return()
Lifeline for an object
Message in the form of an event
return
49
d. Compute
Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan
berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model.
Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.
Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan
sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar
function-function yang merinci function-function yang kompleks. Daftar
function harus lengkap menyatakan secara keseluruhan kebutuhan kolektif
dari pelanggan dan aktor sehingga harus konsisten dengan use case.
Cara untuk mengidentifikasi function adalah dengan melihat deskripsi
problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat deskripsi
application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas dapat
menyebabkan munculnya kebutuhan terhadap function update, sementara
usecase dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function.
3. User Interface
Menurut Mahiassen, et al (2000, p151-152). Interface menghubungkan
sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam konteks. Ada dua jenis
interface, yaitu: interface pengguna yang menghubungkan pengguna dengan
sistem dan interface sistem yang menghubungkan sistem dengan sistem
lainya.
50
Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan
dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas interface pengguna ditentukan
oleh kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna.Usability
bergantung pada siapa yang menggunakan dan situasi pada saat sistem
tersebut digunakan. Oleh sebab itu, usability bukan sebuah ukuran yang pasti
dan objektif.
Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan
analisis lainnya, seperti model problem domain, kebutuhan functional dan use
case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen interface
pengguna dan interface sistem yang lengkap, dimana kelengkapan
menunjukan pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil ini harus dilengkapi
dengan sebuah diagram navigasi yang menyediakan sebuah ringkasan dari
elemen-elemen user interface dan perubahan antara elemen-elemen tersebut
(p159).
2.10 Database dan DBMS
Database adalah kumpulan dari data logis yang saling terhubung, disertai dengan
deskripsi dari setiap data. Database didesain untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi
di dalam sebuah organisasi (Connoly & Begg, 2002, p14).
DBMS adalah sebuah sistem software yang memungkinkan user untuk
mendefinisikan, membuat, merawat, dan mengontrol akses ke database (Connoly &
Begg, 2002, p16). Setiap DBMS harus memiliki fasilitas yang memungkinkan user untuk
membuat spesifikasi tipe dan struktur data, memungkinkan user untuk melakukan
51
beberapa manipulasi terhadap data biasanya dengan menggunakan DML (Data
Manipulation Language), selain itu juga memiliki fasilitas yang memungkinkan user
memiliki akses untuk mengontrol database.
Keuntungan dari penggunaan DBMS sangat banyak, diantaranya adalah:
o Tidak terjadi data yang berulang (data redundancy) sehingga data tetap
konsisten
o Meningkatkan integritas data
o Meningkatkan keamanan database
o Membuat standarisasi dalam format data
Sedangkan kerugian dari DBMS adalah:
o Kompleksitas dalam pembuatan, pengembangan, dan pengimplementasian
o Ukuran software yang besar sehingga memakan banyak disk space.
o Biaya yang mahal
o Resiko kegagalan yang tinggi
2.11 Pengumpulan Data
2.11.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2004, pp129-141) pengumpulan data dapat dilakukan
terhadap sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
52
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka ada berbagai teknik
yang dapat digunakan yaitu :
1. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan bila peneliti ingin melakukan studi tentang hal-hal
yang harus diteliti secara mendalam dengan jumlah responden sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan
menggunakan telepon. Wawancara ada dua tipe yaitu :
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur dilakukan bila peneliti telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Sehingga pada waktu
wawancara, pene liti telah menyiapkan instrumen penelitian.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada
wawancaa ini peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban
53
dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai
pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
2. Kuesioner (angket)
Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caa
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang bisa diharapkan dari responden. Kuisioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner
dapat berupa pertanyaan terbuka maupun tertutup.
3. Observasi
Observasi tidak terbatas pada orang seperti pada wawancara dan angket,
tetapi juga objek-objek yang lain. Observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi berperanserta
(participant observation) dilakukan dengan terlibatnya peneliti dengan
kegiatan sehari-hari objek atau sumber data penelitian. Observasi
berperanserta akan memberikan data yang lebih tajam dan lengkap. Observasi
nonpartisipan dilakukan dengan peneliti hanya sebagai pengamat dan tidak
terlibat pada kegiatan yang diamatinya.
54
2.11.2 Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan
(Sugiyono, 2004, p84).
Dalam skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen
tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Sehingga lebih akurat, efisien dan
komunikatif.
Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain:
1 Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
sesorang tentang fenomena sosial.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan maupun
pernyataan.
Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai negatif, dan untuk keperluan analisis kuantitatif,
maka jawaban tersebut diberi skor, misalnya:
1. Sangat setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3
55
4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam
bentuk checklist maupun pilihan ganda.
2 Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu:
”ya-tidak”; ”positif-negatif”; ”pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Jadi kalau di
skala Likert terdapat 2, 3, 4, 5 interval, dari kata sangat setuju sampai dengan
sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman hanya terdapat dua interval yaitu
”setuju” dan ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan
bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan.
Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk checklist maupun pilihan ganda.
Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misal untuk jawaban
setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisis dilakukan seperti pada
skala Likert.
3 Rating Scale
4 Semantic Differential
Ke empat skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan
data interval atau rasio. Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak
mempunyai nilai nol(contoh: peringkat I, II, II, dan seterusnya) sedangkan data rasio
adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol(contoh: data tentang berat,
panjang, volume, dan lain-lain).
56
2.11.3 Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004, p72).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sample yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Salah satunya adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik
Proportionate Stratified Random Sampling dapat digunakan bila populasi mempunyai
anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Menurut Sugiyono (2004, p79), dalam menentukan ukuran sampel, jumlah
anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100%
mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila
jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang
tersebut tanpa ada kesalaha, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah
populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi,
maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah
sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan
umum).
57
Berikut ini diberikan table penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang
dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 10%.
Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah
sebagai berikut (Sugiyono, 2004, p80).
.dengan dk=1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% 2 ג
P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel
Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan diatas didasarkan atas
asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal,
misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai.
N . P . Q . 2ג s = _____________________ d2 (N-1) + 2ג . P . Q
58
2.12 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.13 Kerangka Pemikiran
Identifikasi Masalah
Alternatif solusi
Analisis industri
Tahap Input Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Positioning Porter
Tahap Analisa Alternatif Strategi Matriks SWOT, Matriks IE
Analisis untuk uji kelayakan
Value Gap & masalah
Value Network SDIIPL
Kuesioner ortu
Rencana implementasi
Perancangan sistem
Pemetaan sistem dengan metode OOAD (Class diagram, use case, sequence diagram)
Rancangan class
Rancangan layar
Rancangan transfer data
Kuesioner untuk guru