BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab...

51
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2005, p29) sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Menurut McLeod Jr (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. 2.1.2 Pengertian Data dan Informasi Menurut O’Brien (2005, p38) data merupakan fakta atau observasi mentah, yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih rinci, data adalah pengukuran objektif atribut (karakteristik) dari entitas (seperti manusia, tempat, barang, dan kejadian). Informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu. 2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005, p5) sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumberdaya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut O’Brien (2005, p29) sistem adalah sekelompok komponen yang saling

berhubungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta

menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.

Menurut McLeod Jr (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

2.1.2 Pengertian Data dan Informasi

Menurut O’Brien (2005, p38) data merupakan fakta atau observasi mentah, yang

biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih rinci, data adalah

pengukuran objektif atribut (karakteristik) dari entitas (seperti manusia, tempat, barang,

dan kejadian). Informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan

berguna bagi para pemakai akhir tertentu.

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005, p5) sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari

orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumberdaya data yang

mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang

bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

9

dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur

pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan

(sumberdaya data) sejak permulaan peradaban.

2.2 Telepon Selular (Ponsel)

Telepon seluler merupakan suatu alat komunikasi yang tidak menggunakan kabel,

dihubungkan dengan jaringan oleh radio, sehingga memungkinkan untuk berpindah

lokasi tanpa terjadi pemutusan komunikasi. (Silalahi, 2002, p2). Sedangkan berdasarkan

Wikipedia [(http1)] ponsel adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang

mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional

namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel) dan tidak perlu disambungkan dengan

jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel/ wireless).

Indonesia mempunyai dua jaringan telepon wireless saat ini yaitu GSM (Global

System For Mobile) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Telepon seluler, selain

berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, umumnya juga mempunyai

fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short message service; SMS). Telepon-

telepon yang lebih mahal juga sering menambahkan fitur kamera dan layanan internet

(WAP, GPRS, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara yang

menyediakan layanan generasi ketiga (3G) yang menambahkan jasa videophone maupun

televisi online di telepon genggam mereka.

2.3 Short Messages Service (SMS)

2.3.1 Teknologi SMS

Menurut Satriyantono ([(http2)], 2001), aplikasi SMS telah diakui merupakan

aplikasi messaging yang paling populer di dunia. Hal ini dibuktikan dengan sukses tak

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

10

terduga seperti ditunjukkan grafik pertumbuhan penggunaan SMS selama 2 tahun

terakhir pada Gambar 2.1 ini.

Gambar 2.1 Tingkat pertumbuhan SMS

Sumber: [(http2)]

Hingga bulan September 2001 terhitung rata-rata terdapat 23 milyar kiriman SMS

per bulan. Banyak pengamat bahkan memperkirakan jumlah kiriman 30 milyar SMS per

bulan di akhir 2001 dan berlanjut hingga 100 milyar kiriman SMS di tahun 2004. Melihat

dari data pertumbuhan diatas, maka tidak dipungkiri bahwa SMS telah menjadi lahan

yang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

dunia. Dari jumlah kiriman SMS di dunia 90% masih merupakan kiriman jenis person to

person. Namun demikian, SMS sangat potensial untuk dikembangkan menjadi aplikasi

berbasis industri dengan berbagai macam layanan, seperti m-commerce, location-based

service, periklanan, voting, games, entertainment, dsb.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

11

2.3.2 Arsitektur SMS

Gambar 2.2 Arsitektur SMS

Sumber : [(http3)]

Menurut Satriyantono ([(http3)], 2006), aplikasi SMS memanfaatkan arsitektur

teknologi komunikasi SMS untuk menerapkan aplikasi bernilai tambah dengan

memanfaatkan komunikasi SMS untuk optimalisasi proses bisnis perusahaan dan

peningkatan kualitas layanan dari institusi pelayanan publik. Gambar 2.2 di atas

memperlihatkan kemampuan piranti SMS untuk:

- Memperbesar skala aplikasi teknologi informasi dengan menggunakan

komunikasi SMS interaktif.

- Menyediakan aplikasi kolaborasi komunikasi SMS berbasis web untuk

pengguna di institusi atau perusahaan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

12

- Menjangkau konsumen maupun pengguna jasa layanan institusi/perusahaan

anda secara mudah menggunakan komunikasi SMS interaktif.

2.3.3 Mekanisme Penghantaran SMS

Menurut Satriyantono ([(http3)], 2006), terdapat empat macam mekanisme

penghantaran SMS, yaitu:

o Pull, dimana pesan yang dikirimkan ke pengguna berdasarkan permintaan

pengguna.

o Push-Event based, dimana pesan yang diaktivasi oleh aplikasi berdasarkan

kejadian yang berlangsung.

o Push-Scheduled, dimana pesan yang diaktivasi oleh aplikasi berdasarkan

waktu yang telah terjadwal.

o Push-personal profile, dimana pesan yang diaktifasi oleh aplikasi berdasarkan

profil dan pilihan dari pengguna.

2.3.4 Fitur-fitur Piranti SMS

SMS memiliki dua tingkatan fitur yaitu standar dan advance ([(http3)], 2006)

Berikut rincian fitur-fitur tersebut:

o Fitur-fitur standar piranti SMS

1. Komunikasi SMS Interaktif 2 Arah

2. SMS Info on Demand

3. SMS Message Grouping

4. SMS Automatic Registration

5. Polling SMS

6. Kuis SMS

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

13

7. Pengiriman SMS Broadcast

8. Pengiriman SMS ke Call Group

9. Pengiriman SMS Terjadwal

10. Personalisasi SMS

11. Buku Alamat dan Call Group

12. Antarmuka Aplikasi Berbasis Web

13. Manajemen Akses Pengguna

14. Konfigurasi Sistem

o Fitur-fitur advance piranti SMS

1. Antarmuka untuk integrasi ke database perusahaan

2. SMS Remote Control

3. Email to SMS

4. SMS to Email

5. Ekspansi Modem GSM

2.4 Analisis Porter

Menurut Porter (1993, p4), model analisa pada gambar 2.3 merupakan model

kekuatan 5 daya porter untuk mengidentifikasi ancaman dari luar perusahaan, sehingga

perusahaan dapat mempersiapkan strategi untuk meminimalkan pengaruh ancaman

tersebut.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

14

Gambar 2.3 Model Persaingan 5 Daya Porter

( Porter, 1993, p4 )

Perusahaan yang sukses dalam dunia industri dengan jangka waktu yang panjang

harus dapat mempertimbangkan perkembangan para pesaingnya. Disamping itu

perusahaan harus dapat meminimalkan biaya yang harus mereka keluarkan dan membuat

dirinya lebih unik di mata konsumen sehingga perusahaan mereka memiliki perbedaan

dengan para pesaingnya.

Kebanyakan perusahaan, bagaimanapun harus berusaha keras untuk menghadapi

satu atau beberapa tantangan setidaknya untuk suatu jangka waktu yang pendek maupun

jangka waktu sedang.

Penjabaran mengenai 5 daya porter adalah sebagai berikut :

1. Kemungkinan masuknya pendatang

Ancaman masuknya pendatang baru (threat of new entrance) ke dalam

industri akan tergantung dari besar kecilnya hambatan masuk yang ada. Jika

hambatan ini besar maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah.

Kemungkinan masuknya pendatang baru

Potensi pengembangan produk substitusi

Daya tawar pembeli

Daya tawar pemasok

Persaingan diantara

perusahaan sejenis

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

15

Hambatan-hambatan itu merupakan situasi dan kondisi yang membatasi

perusahaan dalam memperoleh jalan masuk ke dalam suatu industri. Ada tujuh

sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu :

o Skala Ekonomi

o Diferensiasi Produk

o Kebutuhan Modal

o Biaya beralih pemasok (switching cost)

o Akses ke saluran distribusi

o Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi (cost

advantage independent scale)

o Kebijakan Pemerintah

2. Daya Tawar Pemasok (the bargaining power of suppliers)

Daya tawar pemasok kuat jika :

o Didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar dan lebih terkonsentrasi

daripada industri yang menjadi pembeli mereka.

o Produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli.

o Pembeli bukan konsumen penting bagi pemasok

o Produk pemasok penting bagi pembeli

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

16

o Efektifitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan (switching cost)

yang tinggi bila beralih ke pemasok lain.

o Pemasok merupakan ancaman serius bila berintegrasi ke depan (forward

integration) ke arah pembeli atau dengan kata lain bila pemasok

bergabung dengan pembeli.

3. Daya Tawar Pembeli (the bargaining power of buyers)

Daya tawar pembeli kuat jika :

o Membeli sejumlah besar industri

o Produk yang dibeli dari suatu industri merupakan komponen yang

signifikan dari biaya produksi pembeli. Sebagai contoh, perusahaan

memproduksi barang A, B, C, D tetapi keuntungan terbesar yang diperoleh

perusahaan berasal dari barang A, sehingga konsumen pembeli barang A

memiliki daya tawar yang kuat.

o Produk pemasok tidak eksklusif dan memiliki ancaman kuat untuk

berintegrasi ke belakang industri pemasok.

o Biaya switching cost-nya rendah untuk pindah ke pemasok lain.

4. Potensi Pengembangan Produk Subtitusi

Produk pengganti yang berpotensi untuk menjadi ancaman (threat of

substitute product) sehingga perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-

produk yang :

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

17

o Harganya cenderung menjadi semakin murah dibandingkan dengan

produk yang dihasilkan perusahaan.

o Dihasilkan oleh industri yang berskala besar dan sangat menguntungkan

5. Persaingan Diantara Perusahaan Sejenis (rivalry among existing firms)

Tingginya tingkat persaingan antar pesaing di dalam suatu industri

merupakan akibat dari :

o Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang

o Pertumbuhan industri yang lamban

o Biaya tetap yang tinggi

o Ketiadaan diferensiasi

o Penambahan kapasitas dalam jumlah besar

o Pesaing yang beragam

o Taruhan strategis yang besar

o Hambatan pengunduran diri yang tinggi

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi maka tentunya hal ini akan

memberikan pengaruh potensial terhadap 5 daya porter. Pengaruh tersebut seperti berikut

ini:

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

18

1. Kemungkinan masuknya pendatang

Teknologi informasi dapat menghasilkan rintangan baru atau

mengurangi akses dari pendatang baru dengan cara sebagai berikut :

a. Memetakan skala ekonomi yang ada.

b. Adanya pembedaan produk

c. Memantau jalur distribusi produk

d. Melihat kondisi pasar.

2. Daya tawar pembeli

Teknologi informasi dapat digunakan untuk membedakan produk

yang dihasilkan oleh perusahaan dengan perusahaan pesaingnya, dan dapat

memperbaiki harga serta kualitas produk yang dihasilkan.

3. Daya tawar pemasok

- Teknologi informasi dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk

mengukur sumber daya yang dimiliki oleh pemasok

- Teknologi informasi dapat mengontrol barang yang diterima dari

pemasok.

- Teknologi informasi dapat digunakan untuk membuat perencaaan

dengan pemasok untuk jangka waktu kedepan.

4. Potensi pengembangan produk substitusi

- Dengan teknologi informasi, kualitas dan harga produk yang

dihasilkan oleh perusahaan dapat diperbaiki.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

19

- Teknologi informasi dapat digunakan untuk memperkenalkan kembali

produk dan jasa untuk meningkatkan harga produk yang dihasilkan

oleh perusahaan.

- Dengan teknologi informasi, perusahaan dapat menganalisa segmen

pasar yang ada untuk mendistribusikan produk yang dihasilkan oleh

perusahaan.

5. Persaingan diantara perusahaan yang sejenis

- Teknologi informasi dapat digunakan oleh perusahaan untuk

memperbaiki harga dan kualitas produknya.

- Teknologi informasi dapat digunakan untuk mendistribusikan produk

dan jasa kepada segmen konsumen yang berbeda.

- Teknologi informasi dapat digunakan sebagai alat pendekatan terhadap

konsumen tingkat akhir sehingga perusahaan dapat memahami

kebutuhan dari konsumen.

2.5 Analisis Value Network

2.5.1 Pengertian Value Network

Menurut Ward dan Peppard (2004, p267) value network adalah bisnis yang

menyediakan pertukaran dan sarana antara pembeli dan penjual, memungkinkan adanya

suatu hubungan atau relasi yang harus dibangun dari awal.

Menurut Allee (2002, p6) value network merupakan jaringan hubungan yang

menghasilkan tangible value dan intangible value melalui pertukaran yang kompleks

serta dinamis antara dua atau lebih individu, kelompok, atau juga organisasi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

20

2.5.2 Proses Inti Value Network

Menurut Stabell & Fjeldstad, Harvard Business Review (1998, pp429-430), dalam

menampilkan value di dalam sebuah perusahaan, terdapat dua jenis aktifitas yaitu

aktifitas utama (primary activity) dan aktifitas pendukung (support activity).

1. Primary Activities

a. Network Promotion and Contract Management

Bagian ini terdiri dari aktifitas promosi yang berhubungan dengan

mengundang pelanggan potensial untuk bergabung didalam jaringan,

pemilihan pelanggan khusus untuk bergabung dan melakukan inisialisasi,

aktifitas manajemen, dan pemutusan kontrak yang dianggap merugikan.

Sistem kontrak pada aktifitas ini mencakup keterikatan tidak hanya

antara perusahaan dan pelanggan, tetapi juga dengan semua bagian yang

terlibat dalam proses bisnis perusahaan, baik internal maupun eksternal.

Sedangkan network promotion pada value network berbeda dengan yang

ada pada value chain, karena pada value network pelanggan akan menjadi

individu-individu yang turut serta membantu perusahaan untuk

berkembang dalam suatu jaringan.

b. Service Provisioning

Terdiri dari aktifitas yang berhubungan dengan membangun,

memelihara dan mengakhiri baik hubungan ataupun nilai dengan dan

diantara pelanggan. Nilai yang didapatkan dari pelanggan diperlukan

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

21

untuk mengukur apakah pelanggan tersebut dapat digunakan di dalam

kapasitas jaringan perusahaan atau tidak.

Service provisioning bergantung pada lingkungan perusahaan yang

membentuk jaringan. Dalam membentuk jaringan, perusahaan perlu

melihat budaya transaksi, kemungkinan terbentuknya jaringan baru yang

lebih besar, dan kemungkinan pelanggan yang memenuhi syarat untuk

membuat jaringan tersebut.

c. Network Infrastructure Operation

Network infrastructure operation terdiri dari aktifitas yang

berhubungan dengan memelihara dan menggunakan infrastukturnya

dengan baik, baik itu berupa infrastruktur informasi maupun infrastuktur

fisik. Aktifitas ini akan membuat jaringan selalu pada kondisi yang prima

untuk memberikan pelayanan sesuai permintaan sehingga dapat

menghasilkan value. Apabila network infrastructure ini terganggu, maka

secara otomatis proses bisnis akan terganggu.

Aktifitas network infrastructure operation yang spesifik tergantung

pada infrastruktur yang digunakan. Seperti pada perusahaan transportasi

dan perusahaan distribusi, yang menjadi infrastrukturnya adalah kendaraan

dan gudang, sedangkan pada bank dan perusahaan asuransi yang menjadi

infrastrukturnya adalah kantor cabang dan aset keuangan.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

22

2. Support Activities

Support activities adalah kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan

dari primary activities. Biasanya kegiatan pendukung ini terdiri dari empat

bagian yaitu bagian Firm Infrastructure, Human Resources Management,

Technology Development, dan Procurement, meskipun tidak menutup

kemungkinan adanya kegiatan pendukung lainnya. Setiap bagian tersebut akan

bertanggung jawab melakukan sebuah aktifitas yang kemudian dapat disebut

sebagai aktifitas pendukung bagi perusahaan.

Proses inti value network akan memberikan gambaran mengenai proses bisnis

yang terjadi di dalam perusahaan, deskripsi value yang diharapkan dari setiap bagian,

sehingga dapat memudahkan hubungan antara perusahaan dengan konsumen dengan

menggunakan perantara teknologi. Hal ini kemudian dapat digunakan untuk membangun

strategi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 2.4 Diagram Value Network ini.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

23

Network Promotion and Contract Management Aktifitas promosi dan kontrak antara perusahaan dengan pelanggan. Aktifitas dalam hubungan tiap-tiap divisi didalam perusahaan yang mendukung aktifitas promosi dan kontrak.

Service Provisioning Aktifitas yang berhubungan dengan pelayanan. Aktifitas penyelesaian masalah yang digunakan perusahaan didalam hubungannya pelanggan dan untuk pengembangan kepuasan pelangan.

Network Infrastructure Operation Aktifitas tentang bagaimana infrastruktur perusahaan dapat mendukung perusahaan didalam menjalankan proses bisnisnya, sehingga dapat menghasilkan suatu value. Aktifitas dapat berupa infrastruktur fisik maupun informasi

Firm Infrastructure : Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengadaan infrastruktur tersebut.

Kegiatan yang terkait dengan infrastruktur yang memfasilitasi beroperasinya perusahaan secara keseluruhan.

Human Resource Management : Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengadaan SDM dalam perusahaan.

Kegiatan yang terkait dengan seluruh sumber daya manusia di dalam perusahaan.

Technology Development : Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengadaan teknologi dalam perusahaan

Kegiatan yang terkait dengan teknologi dalam perusahaan, biasanya akan berhubungan dengan pengembangan service dan network infrastructure.

Procurement : Bagian yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengadaan baik fisik maupun non-fisik di perusahaan

Kegiatan yang terkait dengan seluruh aktifitas pengadaan baik fisik maupun non-fisik. Aktifitasnya terkait dengan bagian service dan network infrastructure.

Gambar 2.4 Diagram Value Network

(Stabell & Fjeldstad, 1998, p430)

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

24

2.6 Manajemen Strategis

2.6.1 Manajemen

Manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan

kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins

& Coutler, 2002, p6).

2.6.2 Strategi

Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen

tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar (David, 2005, p17).

Sedangkan menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth, strategi

merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu

fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada

(Rangkuti, 2006, p3).

2.6.3 Pengertian Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasi,

mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan

organisasi dapat mencapai tujuannya (David, 2005, p5). Seperti tersirat dalam definisi,

manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan,

produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai

keberhasilan organisasi.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

25

2.6.4 Tahapan Perencanaan Strategis

Supaya unggul di pasar, maka setiap perusahaan berusaha untuk mengembangkan

strateginya masing-masing. Menurut Dirgantoro (2004, p12), perencanaan strategi

dipengaruhi oleh beberapa faktor dan harus melalui beberapa tahap. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada kerangka manajemen strategis pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kerangka Manajemen Strategis

(Dirgantoro, 2004, p11)

a. Penetapan sasaran

Pertama-tama, perusahaan harus dapat menentukan sasaran atau tujuan

baik jangka panjang ataupun jangka pendek yang ingin dicapai. Sasaran ini

Operasi Internasional; Tanggung jawab sosial

MANAJEMEN STRATEGIS

Fungsi: Keuangan, pemasaran, produksi/operasi

Penetapan Visi, Misi, Sasaran

Analisis Lingkungan Internal Eksternal

Pengendalian Strategi Mengukur Mengevaluasi

Implemen tasi Strategi Policy Target Tahunan Alokasi Sumberdaya

Formulasi Strategi MenyiapkanMemilih Menetapkan

FEED BACK

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

26

harus kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, dapat

dicapai, dan selaras antar unit perusahaan. (David, 2005, p220).

b. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Analisis lingkungan dilakukan untuk mengumpulkan data yang berasal

dari internal maupun eksternal perusahaan. Data tersebut adalah kemungkinan

peluang yang bisa muncul, ancaman yang bisa terjadi akibat adanya

perubahan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi yang

berguna untuk merespon peluang dan ancaman tadi.

c. Formulasi strategi

Setelah jelas akan sasaran yang ingin dicapai, maka mulailah dibuat

rencana untuk mencapainya, rencana inilah yang disebut strategi. Disini

semua input data baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan

akan dicocokkan melalui beberapa pilihan cara (Matriks SWOT, Matriks

SPACE, Matriks BCG, Matriks Internal Eksternal, dan Matriks Grand

Strategy). Setelah dicocokkan maka sampailah pada tahap keputusan, dimana

dari beberapa alternatif strategi, kemudian ditetapkan strategi yang paling

cocok untuk perusahaan pada saat itu. (David, 2005, p283).

Setelah perusahaan mengembangkan strategi utamanya, harus ada

program pendukungnya yang terinci. Misalkan perusahaan memutuskan untuk

unggul dalam pelayanan kepada konsumen, maka perusahaan tersebut harus

merencanakan program pengembangan jasa, pengembangan teknologi yang

dapat mendukung perbaikan jasa, melatif staf yang terkait, dan lain

sebagainya.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

27

d. Implementasi Strategi

Tahap ini adalah tahapan dimana strategi yang telah diformulasikan

tersebut kemudian dilaksanakan. Strategi yang jelas dan program pendukung

yang matang mungkin tidak akan bermanfaat jika perusahaan gagal

melaksanakannya dengan cermat.

e. Pengendalian Strategi

Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektifitas dari implementasi

strategi, maka dilakukan tahapan berikutnya yaitu evaluasi strategi yang

mencakup aktifitas utama sebagai berikut:

- Review faktor internal dan eksternal yang merupakan dasar dari strategi

yang sudah ada.

- Menilai performance strategi.

- Melakukan langkah koreksi

2.6.5 Manfaat Manajemen Strategis

Menurut Dirgantoro (2004, p18), manfaat manajemen strategis yang paling utama

adalah tendensi untuk menaikkan tingkat keuntungan finansial perusahaan meskipun

kenaikan keuntungan tidak secara otomatis. Selain itu juga menghasilkan keuntungan

non-finansial seperti membantu mengeksploitasi peluang, menyiapkan pandangan

terhadap manajemen problem, dan menggambarkan framework untuk meningkatkan

koordinasi dan kontrol terhadap aktifitas.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

28

2.6.6 Keunggulan bersaing (competitive advantage)

Keunggulan bersaing disebabkan salah satunya oleh pilihan strategi yang

dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Tetapi tidak hanya itu, karena paling

tidak terdapat tiga faktor lain yang juga mempengaruhi berhasil tidaknya sebuah

perusahaan memiliki keunggulan bersaing.

Gambar 2.6 The Sustainable Competitive Advantage

(Aaker, 2001, p134)

1. Dasar dalam berkompetisi

Sebuah strategi harus berdasarkan dari aset dan kemampuan

perusahaan karena tanpa adanya aset dan kemampuan maka tidak akan

mungkin keunggulan bersaing ini dapat dipertahankan.

2. Tempat kompetisi

Hal penting lainnya adalah pemilihan target pasar. Perencanaan

strategi yang sudah didukung oleh aset dan kemampuan yang baik dapat

Cara berkompetisi: - Product strategy - Positioning strategy - Manufacturing strategy - Distribution strategy - dll

Tempat kompetisi: - Pemilihan target pasar

Dasar dalam berkompetisi: - Aset dan kemampuan

Dengan siapa berkompetisi: - Pemilihan kompetitor

Sustainable Competitive Advantage

(SCA)

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

29

saja gagal karena ternyata tidak sesuai dengan target pasar. Oleh karena

itu, sebuah strategi juga harus merupakan sesuatu yang dihargai oleh

pangsa pasar yang dituju.

3. Dengan siapa berkompetisi

Syarat ketiga dalam sebuah keunggulan bersaing melibatkan

adanya identifikasi kompetitor. Karena tujuan dari keunggulan bersaing

adalah mencocokkan antara kelemahan kompetitor dengan kemampuan

perusahaan. Jadi secara garis besar, aset dan kemampuan perusahaan yang

digunakan sebagai keunggulan bersaing harus dapat membuat cost

advantage dibandingkan kompetitor, atau membuat sebuah diferensiasi

dari kompetitor.

Jadi sebuah SCA dapat dikatakan efektif apabila sebuah strategi memiliki paling

tidak tiga karakteristik, yaitu harus didukung oleh aset dan kemampuan, harus

ditempatkan pada area yang dapat menghargai strategi tersebut, dan yang ketiga harus

diterapkan untuk menghadapi kompetitor yang tidak dapat dengan mudah mengimitasi

SCA tersebut.

Michael Porter (Kotler, 2003, p106) telah merangkumkan tiga jenis umum yang

memberikan awal baik untuk pemikiran strategis:

a. Cost Leadership

Disini perusahaan bekerja keras mencapai biaya produksi dan distribusi

terendah, sehingga harganya dapat lebih rendah daripada pesaing dan

mendapat pangsa pasar yang besar. Perusahaan dengan strategi ini harus

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

30

terampil dalam rekayasa, pembelian, produksi dan distribusi. Mereka hanya

memerlukan sedikit keterampilan dalam menjual.

b. Diferensiasi

Diferensiasi artinya adalah adanya sebuah elemen yang unik dalam

strategi perusahaan yang nantinya akan menghasilkan nilai lebih bagi

konsumen (Aaker, 2001, p138). Disini perusahaan berkonsentrasi untuk

mencapai kinerja terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang

dinilai penting oleh sebagian besar pasar. Unit usaha dapat menjadi yang

terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi, dan lain-lain, namun tidak

mungkin menjadi yang terbaik dalam segala hal. Perusahaan akan membina

kekuatan-kekuatan yang memberikan keunggulan bersaing dalam satu atau

lebih manfaat. Jadi perusahaan yang ingin memimpin dalam kualitas, harus

membuat atau membeli komponen terbaik, memadukannya dengan baik,

memeriksanya dengan teliti dan sebagainya.

c. Fokus

Disini perusahaan memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar

yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar. Perusahaan memahami

kebutuhan segmen ini dan mengejar kepemimpinan biaya atau sejenis

diferensiasi dalam segmen sasaran.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

31

2.7 Analisis SWOT

2.7.1 Pengertian Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2006, p18) analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada data yang didapat untuk memaksimalkan kekuatan

(strengths) dan peluang (opportunities), namum secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan yang

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan keputusan strategis, pengembangan misi,

tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian maka untuk membuat suatu perencanaan yang strategis

(strategic planner) perusahaan harus dapat menganalisis faktor-faktor strategis

perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat

ini. SWOT merupakan model yang paling populer didalam melakukan analisis untuk

menentukan strategi perusahaan.

2.7.2 Pembagian Analisis SWOT

Pada dasarnya analisis SWOT terbagi atas dua bagian besar yaitu analisis

lingkungan eksternal dan internal. Menurut Rangkuti (2006, p22), data eksternal dapat

diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan seperti pasar, kompetitor, komunitas,

pemasok, pemerintah, dan kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan data internal dapat

diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti dari laporan keuangan, laporan kegiatan

SDM, laporan kegiatan operasional, dan laporan kegiatan perusahaan. Lingkungan

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

32

internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan

lingkungan eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

1. Kekuatan (strengths)

Merupakan kekuatan utama perusahaan jika dibandingkan dengan

kompetitornya. Misalnya sumber daya, modal, ketrampilan, pengalaman,

keunggulan persaingan dan penguasaan pasar.

2. Kelemahan (weaknesses)

Merupakan kelemahan dari perusahaan. Seperti, keterbatasan sumber

daya, modal, pengalaman, dan kapabilitas yang menghambat kinerja

perusahaan.

3. Peluang (opportunities)

Kesempatan atau situasi yang penting yang dapat menguntungkan

perusahaan didalam proses bisnisnya.

4. Ancaman (threats)

Merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan dan dapat

membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan.

Matriks SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan

alternatif strategis yang mungkin dilaksanakan saat ini seperti digambarkan pada tabel.

2.1.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

33

Tabel 2.1 Matriks SWOT

IFAS

EFAS

STRENGTH (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

THREATS (T)

Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti (2006, p31)

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

34

2.8 Analisis Internal Eksternal (IE)

Matriks internal eksternal ini dikembangkan dari model General Electric.

Parameter yang digunakan meliputi parameter IFE dan EFE yang dihadapi. Tujuan

penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang

lebih detail. (Rangkuti, 2006, p42). Diagram tersebut dibagi menjadi 9 sel strategi

perusahan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga

strategi utama yang memiliki implikasi strategi berbeda, yaitu:

- Tumbuh dan kembangkan yang merupakan pertumbuhan perusahan itu sendiri

atau upaya diversifikasi.

- Jaga dan pertahankan adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah

strategi yang telah ditetapkan.

- Panen atau divestasi adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang

dilakukan perusahaan.

Menurut David (2005, p303), organisasi yang dapat dikategorikan berhasil adalah

organisasi yang mampu mencapai portfolio bisnis yang diposisikan dalam atau sekitar sel

I dalam Matriks IE.

Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada tabel 2.1 Matriks IE.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

35

Tabel 2.2 Matriks Internal Eksternal (IE)

Kekuatan internal bisnis ( Total rata-rata tertimbang IFE) Kuat 3,00-4,00 Rata-rata 2,00-2,99 Lemah 1,00-1,99

4,0 3,0 2,0 1,0 4,0

Tingggi 3,00-4,00 3,00

I Tumbuh dan kembangkan

Konsentrasi melalui integrasi vertikal Mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok dan distributor perusahaan

II Tumbuh dan kembangkan

Konsentrasi melalui integrasi horizontal Mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing

III Jaga dan pertahankan

Retrenchment Mengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba

Menengah 2,00-2,99

2,00

IV Tumbuh dan kembangkan

Menerapkan strategi baru tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan

V Jaga dan pertahankan

Penetrasi pasar Meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar Pengembangan jasa meningkatkan penjualan melalui perbaikan produk/jasa saat ini atau mengembangkan produk/jasa baru

VI Panen atau divestasi

Divestasi (menjual satu divisi atau bagian perusahaan. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau investasi strategis yang lebih lanjut.

Rendah 1,00-1,99

1,00

VII Jaga dan pertahankan

Diversifikasi konsentrik Menambahkan jasa/produk baru yang masih berkaitan dengan jasa/produk lama

VIII Panen atau divestasi

Diversifikasi konglomerat Menambahkan produk/jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama

IX Panen atau divestasi

Likuidasi menjual seluruh aset perusahaan sepotong-sepotong untuk nilai riilnya

Sumber : David (2005, p301)/ Rangkuti (2006, p42)

Untuk mendapatkan hasil dari Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), maka diperlukan perhitungan terlebih dahulu dari

data eksternal dan internal yang ada.

Day

a ta

rik

indu

stri

(Tot

al r

ata-

rata

tert

imba

ng E

FE)

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

36

2.8.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Matriks EFE memungkinkan penyusun strategi untuk merangkum dan

mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima

tahapan (David, 2005, p143):

1. Buatlah daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit

eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk

peluang dan ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.

Tuliskan peluang terlebih dahulu kemudian ancaman. Usahakan untuk

sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila

mungkin.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0

(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor

terhadap keberhasilan perusahaan tersebut dalam suatu industri. Peluang

sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat

diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam.

Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau

kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus

kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua

faktor harus sama dengan 1,0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci

tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor

tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon perusahaan diatas

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

37

rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, 1 = respon perusahaan jelek.

Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian,

peringkat didasarkan pada perusahaan, sedangkan bobot dalam Tahap 2

didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan

peluang dapat diberi peringkat 1,2,3, atau 4.

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan

nilai tertimbang.

5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan

total nilai tertimbang bagi organisasi.

Tanpa memedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam

Matriks EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai

tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai

tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik

terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dalam kata lain, strategi

perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan

meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0

mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak

menghindari ancaman eksternal.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

38

Berikut adalah contoh tabel matriks EFE:

Tabel 2.3 Matriks EFE

Faktor-faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang Peluang: - -

Ancaman: - -

TOTAL 1, 00 Sumber : David, 2005, p145

2.8.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE)

Tahap ekstraksi dalam menjalankan audit manajemen strategi adalah membuat

Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE). Alat formulasi strategi ini meringkas dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga

memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area

tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan untuk mengembangkan matriks IFE, jadi

kemunculan pendekatan ilmiah tidak seharusnya diartikan bahwa ini adalah teknik yang

sangat luar biasa. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap (David, 2005,

p206):

1. Buatlah daftar lima faktor internal utama yang diidentifikasikan dalam proses

audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,

mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu

kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin menggunakan persentase,

rasio, dan nilai komparatif bila mungkin.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

39

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0

(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor

terhadap keberhasilan perusahaan tersebut dalam suatu industri. Tanpa

memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal,

faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi

harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama

dengan 1,0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor untuk

mengeindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama

(peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor

(peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa

kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus

mendapatkan peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, di

mana bobot di tahap 2 adalah berdasarkan industri.

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan

nilai rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.

5. Jumlahkan nilai rata-rata tertimbang dari masing-masing variabel untuk

menentukan total nilai rata-rata tertimbang bagi organisasi.

Berapa pun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam Matriks IFE, total rata-rata

tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total

rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal,

sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

40

Berikut adalah contoh matriks IFE:

Tabel 2.4 Matriks EFE

Faktor-faktor Internal Utama Bobot Rating Rata-rata tertimbang Kekuatan internal: - -

Kelemahan internal: - -

TOTAL 1, 00 Sumber : David, 2005, p207

2.9 Metode Perancangan Sistem

2.9.1 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Object Oriented Analysis and Design (OOAD) esensi utamanya adalah untuk

memberikan perhatian kepada problem domain dan solusinya dari perspektif objek.

Menurut Mathiassen, et al (2000, pp23-24) dalam suatu proyek pengembangan

akan dimulai dengan menerjemahkan kebutuhan sistem dengan merumuskan suatu

definisi sistem yang mendeskripsikan suatu sistem terkomputerisasi dalam bahasa alami,

yang mencakup informasi tentang fungsi yang harus ada, dimana sistem yang dipakai,

dan kondisi pengembangan.

2.9.2 Unified Modelling Language (UML)

UML adalah bahasa yang digunakan untuk menspesifikkan, memvisualisasikan,

dan membuat konstruksi artifak dari sebuah sistem (Larman, 1998, p15).

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

41

2.9.3 Rich Picture

Menurut Mathiassen, et al (2000, p26), rich picture merupakan gambaran

informal yang mewakili sebuah ilustrasi dari situasi tertentu.

2.9.4 Problem Domain

Mathiassen, et al (2000, p45) mendefinisikan problem domain sebagai bagian dari

konteks sistem yang dikelola, diawasi, atau dikendalikan oleh sistem. Sedangkan model

adalah suatu deskripsi dari class, object, struktur, dan perilaku dalam suatu problem

domain. Tujuan dari dilakukannya analisis problem domain adalah untuk mendefinisikan

dan membuat model dari suatu problem domain.

Analisis problem domain terdiri dari tiga aktifitas yakni: classes, structure, dan

behaviour seperti ditampilkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Aktifitas Analisis Problem Domain

Sumber : Mathiassen, et al (2000, p46)

Setiap aktifitas pada analisis problem domain memiliki beberapa rincian kegiatan

seperti ditampilkan pada tabel 2.4.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

42

Tabel 2.5 Rincian Aktifitas dalam Analisis Problem Domain

Aktifitas Isi Konsep Classes Object dan event apa saja yang

merupakan bagian dari problem domain?

Class, object dan event

Structure Bagaimana seluruh class dan object dihubungkan bersama secara konseptual?

Generalization, aggregation, association, dan cluster

Behavior Properti dinamis apa saja yang dimiliki object?

Event trace, pola perilaku, dan atribut.

Sumber: Mathiassen, et al (2000, p48)

1. Classes

Pada aktifitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah

menentukan obyek dan event yang dapat menjadi bagian dari problem

domain, kemudian membuat class.

a. Object

Object (Mathiassen, et al, p51) adalah suatu entitas yang memiliki

identitas, state dan behaviour.

b. Class

Class (Mathiassen, et al, p53) adalah sebuah deskripsi dari kumpulan

objek-objek yang mempunyai struktur, behavioural pattern dan attribute

yang bersamaan.

c. Event

Event (Mathiassen, et al, p51) adalah kejadian yang melibatkan satu atau

lebih objek.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

43

2. Structure

Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan sebelumnya

akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi,

agregasi, atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class

diagram.

a. Generalisasi

Generalisasi (Mathiassen, et al, p69) adalah kelas-kelas umum (super

class) menjelaskan properti umum dalam suatu kelompok dari kelas-kelas

khusus (sub class).

Class1

Class2 Class3

Gambar 2.7 Class Structure

Sumber : Mathiassen, et al (2000, p74)

b. Aggregation

Aggregation (Mathiassen, et al, p76) adalah objek yang lebih besar

(keseluruhan) terdiri dari sejumlah objek-objek (bagiannya). Seperti

ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

44

Gambar 2.8 Aggregation

Sumber : Mathiassen, et al (2000, p76)

c. Association

Association (Mathiassen, et al, p77) adalah relasi yang berarti diantara

sejumlah objek-objek. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7 dibawah

ini.

Gambar 2.9 Association

Sumber : Mathiassen, et al (2000, p77)

3. Behavior

Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan

diperluas dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari

masing-masing class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a. Sequence

Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.

b. Selection

Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

45

c. Iteration

Merupakan event yang terjadi berulang kali.

2.9.5 Application Domain

Mathiassen, et al (2000, p115), mendefinisikan application domain sebagai suatu

organisasi yang mengelola, mengawasi, atau mengendalikan suatu problem

domain. Tujuan dilakukannya analisis application domain adalah untuk

menentukan kebutuhan-kebutuhan penggunaan dari suatu sistem. Proses analisis

application domain terdiri dari tiga tahap yakni usage, function, dan interface

seperti yang ditujukan dalam gambar 2.10.

Gambar 2.10 Aktifitas Analisis Application Domain

Sumber: Mathiassen, et al (2000, p117)

Setiap aktifitas pada analisis application domain memiliki beberapa rincian

kegiatan seperti ditampilkan pada tabel 2.5.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

46

Tabel 2.6 Aktifitas dalam Analisis Application Domain

Aktifitas Isi Konsep Usage Bagaimana sistem

bersangkutan berinteraksi dengan orang dan sistem lain secara kontekstual?

Use Case dan actor

Function Kemampuan proses informasi apa yang dimiliki oleh sistem?

Function

Interface Kebutuhan tampilan apa yang menjadi tujuan dari sistem?

Interface, user interface, system interface.

Sumber: Mathiassen, et al (2000, p117)

Berikut adalah penjelasan dari setiap aktifitas dalam melakukan application

domain analysis:

1. Usage

Menurut Mathiassen, et al (2000, p119-120) kegiatan usage adalah

kegiatan pertama dalam analisis application-domain yang bertujuan untuk

menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem

yang berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dengan

sistem tersebut dinyatakan dalam use case diagram.

Use case dapat dimulai oleh aktor atau oleh sistem target. Hasil dari

analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan

aktor yang ada yang digambarkan dalam tabel aktor atau use case diagram.

Cara untuk mengidentifikasi aktor adalah mengetahui alasan aktor

menggunakan sistem. Masing-masing aktor memiliki alasan yang berbeda

untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan melihat peran dari

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

47

aktor seperti yang dinyatakan oleh use case dimana aktor tersebut terlibat.

Masing-masing aktor memiliki peran yang berbeda-beda.

Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case,

dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai

dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case

tersebut atau dengan diagram statechart karena use case adalah sebuah

fenomena yang dinamik

Actor1 UseCase1

Gambar 2.11 Notasi Pada Use Case Diagram

Sumber : Mathiassen, et al (2000, p343)

Setelah membuat usecase diagram, maka langkah selanjutnya adalah

membuat sequence diagram. Menurut Mathiassen, et al sequence diagram

adalah gambaran bagaimana objek-objek berinteraksi satu dengan yang

lainnya melalui event-event yang dilakukan dari suatu use case atau operasi.

Diagram ini menggambarkan bagaimana pesan-pesan dikirim dan diterima

diantara objek-objek tersebut dan dalam urutan seperti apa.

Adapun notasi yang biasa digunakan untuk menggambarkan sequence

diagram dapat dilihat pada gambar 2.9

Participation

Use Case Group

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

48

Gambar 2.12 Notasi Pada Sequence Diagram

Sumber : Mathiassen, et al (2000, p340)

2. Function

Menurut Mahiassen, et al (2000, p137-138). Function memfokuskan pada

bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan

pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe yang berbeda, yaitu:

a. Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan

menghasilkan perubahan status model.

b. Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan

menghasilkan reaksi di dalam context.

c. Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

Object1

event()

return()

Lifeline for an object

Message in the form of an event

return

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

49

d. Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model.

Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.

Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan

sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar

function-function yang merinci function-function yang kompleks. Daftar

function harus lengkap menyatakan secara keseluruhan kebutuhan kolektif

dari pelanggan dan aktor sehingga harus konsisten dengan use case.

Cara untuk mengidentifikasi function adalah dengan melihat deskripsi

problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat deskripsi

application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas dapat

menyebabkan munculnya kebutuhan terhadap function update, sementara

usecase dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function.

3. User Interface

Menurut Mahiassen, et al (2000, p151-152). Interface menghubungkan

sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam konteks. Ada dua jenis

interface, yaitu: interface pengguna yang menghubungkan pengguna dengan

sistem dan interface sistem yang menghubungkan sistem dengan sistem

lainya.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

50

Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan

dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas interface pengguna ditentukan

oleh kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna.Usability

bergantung pada siapa yang menggunakan dan situasi pada saat sistem

tersebut digunakan. Oleh sebab itu, usability bukan sebuah ukuran yang pasti

dan objektif.

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan

analisis lainnya, seperti model problem domain, kebutuhan functional dan use

case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen interface

pengguna dan interface sistem yang lengkap, dimana kelengkapan

menunjukan pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil ini harus dilengkapi

dengan sebuah diagram navigasi yang menyediakan sebuah ringkasan dari

elemen-elemen user interface dan perubahan antara elemen-elemen tersebut

(p159).

2.10 Database dan DBMS

Database adalah kumpulan dari data logis yang saling terhubung, disertai dengan

deskripsi dari setiap data. Database didesain untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi

di dalam sebuah organisasi (Connoly & Begg, 2002, p14).

DBMS adalah sebuah sistem software yang memungkinkan user untuk

mendefinisikan, membuat, merawat, dan mengontrol akses ke database (Connoly &

Begg, 2002, p16). Setiap DBMS harus memiliki fasilitas yang memungkinkan user untuk

membuat spesifikasi tipe dan struktur data, memungkinkan user untuk melakukan

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

51

beberapa manipulasi terhadap data biasanya dengan menggunakan DML (Data

Manipulation Language), selain itu juga memiliki fasilitas yang memungkinkan user

memiliki akses untuk mengontrol database.

Keuntungan dari penggunaan DBMS sangat banyak, diantaranya adalah:

o Tidak terjadi data yang berulang (data redundancy) sehingga data tetap

konsisten

o Meningkatkan integritas data

o Meningkatkan keamanan database

o Membuat standarisasi dalam format data

Sedangkan kerugian dari DBMS adalah:

o Kompleksitas dalam pembuatan, pengembangan, dan pengimplementasian

o Ukuran software yang besar sehingga memakan banyak disk space.

o Biaya yang mahal

o Resiko kegagalan yang tinggi

2.11 Pengumpulan Data

2.11.1 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2004, pp129-141) pengumpulan data dapat dilakukan

terhadap sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

52

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang lain atau dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka ada berbagai teknik

yang dapat digunakan yaitu :

1. Interview (wawancara)

Wawancara digunakan bila peneliti ingin melakukan studi tentang hal-hal

yang harus diteliti secara mendalam dengan jumlah responden sedikit/kecil.

Wawancara dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan

menggunakan telepon. Wawancara ada dua tipe yaitu :

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dilakukan bila peneliti telah mengetahui dengan

pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Sehingga pada waktu

wawancara, pene liti telah menyiapkan instrumen penelitian.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada

wawancaa ini peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan

diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang

diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

53

dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai

pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.

2. Kuesioner (angket)

Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caa

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa

yang bisa diharapkan dari responden. Kuisioner juga cocok digunakan bila

jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner

dapat berupa pertanyaan terbuka maupun tertutup.

3. Observasi

Observasi tidak terbatas pada orang seperti pada wawancara dan angket,

tetapi juga objek-objek yang lain. Observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi berperanserta

(participant observation) dilakukan dengan terlibatnya peneliti dengan

kegiatan sehari-hari objek atau sumber data penelitian. Observasi

berperanserta akan memberikan data yang lebih tajam dan lengkap. Observasi

nonpartisipan dilakukan dengan peneliti hanya sebagai pengamat dan tidak

terlibat pada kegiatan yang diamatinya.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

54

2.11.2 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur

tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Data

kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan

(Sugiyono, 2004, p84).

Dalam skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen

tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Sehingga lebih akurat, efisien dan

komunikatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian bisnis antara lain:

1 Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

sesorang tentang fenomena sosial.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan maupun

pernyataan.

Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai negatif, dan untuk keperluan analisis kuantitatif,

maka jawaban tersebut diberi skor, misalnya:

1. Sangat setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

55

4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2

5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam

bentuk checklist maupun pilihan ganda.

2 Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu:

”ya-tidak”; ”positif-negatif”; ”pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Jadi kalau di

skala Likert terdapat 2, 3, 4, 5 interval, dari kata sangat setuju sampai dengan

sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman hanya terdapat dua interval yaitu

”setuju” dan ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan

bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan.

Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk checklist maupun pilihan ganda.

Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misal untuk jawaban

setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisis dilakukan seperti pada

skala Likert.

3 Rating Scale

4 Semantic Differential

Ke empat skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan

data interval atau rasio. Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak

mempunyai nilai nol(contoh: peringkat I, II, II, dan seterusnya) sedangkan data rasio

adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol(contoh: data tentang berat,

panjang, volume, dan lain-lain).

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

56

2.11.3 Teknik Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004, p72).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sample yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang

digunakan. Salah satunya adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik

Proportionate Stratified Random Sampling dapat digunakan bila populasi mempunyai

anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Menurut Sugiyono (2004, p79), dalam menentukan ukuran sampel, jumlah

anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100%

mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila

jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang

tersebut tanpa ada kesalaha, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah

populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi,

maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah

sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan

umum).

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

57

Berikut ini diberikan table penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang

dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 10%.

Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah

sebagai berikut (Sugiyono, 2004, p80).

.dengan dk=1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% 2 ג

P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel

Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan diatas didasarkan atas

asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal,

misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai.

N . P . Q . 2ג s = _____________________ d2 (N-1) + 2ג . P . Q

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00405-MNSI-Bab 2.pdfyang menjanjikan untuk meraih peluang bisnis di pasar konsumen maupun industri di

58

2.12 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.13 Kerangka Pemikiran

Identifikasi Masalah

Alternatif solusi

Analisis industri

Tahap Input Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Positioning Porter

Tahap Analisa Alternatif Strategi Matriks SWOT, Matriks IE

Analisis untuk uji kelayakan

Value Gap & masalah

Value Network SDIIPL

Kuesioner ortu

Rencana implementasi

Perancangan sistem

Pemetaan sistem dengan metode OOAD (Class diagram, use case, sequence diagram)

Rancangan class

Rancangan layar

Rancangan transfer data

Kuesioner untuk guru