BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategi Bisnis 2.1.1...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategi Bisnis 2.1.1...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan Strategi Bisnis
2.1.1 Definisi perencanaan
Berdasarkan pendapat Ward dan Peppard dalam bukunya yang berjudul
Srategic planning for information systems (2002, p69) ”Planning are the systematics,
comprehensive analysis to develop a plan of action”. Perencanaan merupakan sebuah
analisis yang menyeluruh dan sistematis dalam mengembangkan sebuah rencana
kegiatan.
Menurut Williams pada bukunya yang berjudul Management (diterjemahkan
oleh M. Sabarudin Napitupulu, 2001, p147) Perencanaan adalah memilih suatu
tujuan dan mengembangkan suatu metode atau strategi untuk mencapai tujuan.
Perencanaan adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kinerja organisasi
dan individu.
Sedangkan menurut Robson, perencanaan adalah proses yang sedang
berlangsung yang menyediakan kerangka kerja yang menentukan/memutuskan
bagian-bagian dari pelaksanaan. (1997, p.93)
Jadi, perencanaan adalah sebuah proses dan pemikiran tentang bagaimana cara
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimasa depan
serta bagaimana sebaiknya dilakukan.
8
2.1.2 Definisi Strategi
Menurut David (2006, p17) Strategi adalah tindakan potensial yang
membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam
jumlah yang besar.
Strategi dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian tindakan-tindakan terpadu
yang menjadi alat untuk meningkatkan keberhasilan dan kekuatan jangka panjang
sebuah perusahaan dalam mencapai keunggulan bersaing (Ward, 2002, p69).
2.1.3 Definisi Bisnis
Bisnis adalah sesuatu yang berasal dari perusahaan yang dikenali secara legal
didalam sebuah negara yang bebas berekonomi yang dirancang untuk menjual
barang dan/atau jasa kepada konsumen, biasanya untuk mendapatkan keuntungan.
(www.en.wikipedia.org)
2.2 Perencanaan Strategi Informasi
2.2.1 Definisi Informasi
Menurut Mc.Leod dalam bukunya yang berjudul Management Information
Systems (2001, p.12), ”Information is processed data, or meaningful data” Informasi
adalah data yang telah diproses, atau data yang sudah lebih memiliki arti tertentu
bagi kebutuhan penggunanya.
Adapun menurut Hall pada bukunya (diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf,
2001, p.14) ”Informasi menyebabkan pemakai melakukan suatu tindakan yang dapat
ia lakukan atau tidak dilakukan. Informasi ditentukan oleh efeknya pada pemakai,
bukan oleh bentuk fisiknya”.
9
Dari definisi tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah
merupakan data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti (bermanfaat)
bagi penerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan nyata yang dapat
dipahami dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, sekarang maupun
untuk masa depan.
Suatu informasi agar bisa lebih berguna harus memiliki beberapa ciri-ciri atau
karakteristik berikut:
1. Reliable (Akurat, dapat dipercaya), dapat berarti informasi harus terbebas dari
kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan para users-nya (Free from Error).
Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi
haruslah terbebas dari kesalahan dan harus akurat dalam mempresentasikan suatu
kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi.
2. Relevan (cocok atau sesuai). Informasi yang relevan harus memberikan arti
kepada para pengguna, berarti informasi yang relevan mempunyai manfaat bagi
user-nya (pemakainya). Informasi bisa meningkatkan nilai dari suatu kepastian,
atau mengurangi ketidakpastian. Relevansi untuk tiap-tiap pihak berbeda
bergantung dari kepentingan masing-masing.
3. Timely (tepat waktu). Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan dan
bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Tepat waktu berarti
informasi yang datang pada penerimanya tidak boleh terlambat. Informasi yang
sudah usang tisak mempunyai nilai lagi karena informasi yang digunakan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan harus tepat waktu. Informasi yang terlambat
dapat berakibat terlambatnya pengambilan keputusan atau keputusan tersebut
salah karena data untuk dasar pengambilan keputusan out-of-date.
10
4. Complete (Lengkap). Informasi yang disajikan lengkap, termasuk didalamnya
semua data-data yang relevan.
5. Understandable (dimengerti). Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk
yang mudah dimengerti oleh si pembuat keputusan.
6. Verifiable, informasi yang dihasilkan tidak bias, menyebabkan perbedaan dalam
memahaminya.
7. Accessible, informasi dikatakan accessible bila tersedia pada saat diperlukan
dalam format yang sesuai dengan kepentingannya.
Dalam usaha meningkatkan kualitas informasi, paling tidak terdapat dua
pertimbangan, yaitu: manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi
dikatakan bernilai apabila manfaat dari informasi tersebut lebih efektif dibandingkan
dengan biaya untuk mendapatkannya.
2.2.2 Pengertian Perencanaan Strategi
Istilah Perencanaan Strategi adalah istilah yang lebih umum digunakan dalam
dunia bisnis, sedangkan istilah Manajemen Strategis sering digunakan dalam bidang
akademik. Jadi, menurut David pada bukunya (diterjemahkan oleh Paulyn Sulistio
dan Harryadin mahardika, 2006, p5-6): ”Perencanaan Strategis atau manajemen
strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi,
mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi dapat mencapai tujuannya ”.
11
2.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut pendapat Turban, Rainer dan Porter (2003, p15) Sistem Informasi
adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis
data, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.
O’Brien (2003, p.7) menjelaskan bahwa sistem informasi adalah kombinasi
yang terorganisir dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi
dan sumber data dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi
dalam suatu organisasi.
Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi (O’brien, 2003, p.11)
Gambar 2.2 mengilustrasikan sebuah sistem informasi yang menampilkan
sebuah konsep dasar dari kerangka kerja untuk komponen dan aktivitas-aktivitas
utama dalam sebuah sistem informasi. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
1. Orang, Perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan adalah lima sumber
utama dari sebuah sistem informasi.
a. Sumber daya orang mencakup:
1. End user, yaitu orang yang menggunakan sistem informasi.
12
2. IS Specialist, yaitu orang yang mengembangkan, memelihara, dan
mengoperasikan sistem informasi.
b. Sumber daya perangkat keras mencakup:
1. Mesin-mesin seperti komputer dan peralatan lainnya.
2. Media data seperti rekaman, disket, kertas kerja, dan lainnya.
c. Sumber daya perangkat lunak mencakup:
1. Programs yang mengarahkan dan mengendalikan perangkat komputer.
2. Procedures, yaitu serangkaian instruksi pengolahan informasi.
d. Sumber daya data mencakup, data dan basis pengetahuan.
e. Sumber daya jaringan mencakup:
1. Media komunikasi seperti kabel-kabel, satelit, dan teknologi wireless.
2. Jaringan seperti internet, intranet, dan extranet.
2. Sumber daya data akan diolah melalui aktivitas pengolahan informasi sehingga
menjadi macam-macam produk informasi yang dapat digunakan oleh end users.
3. Pengolahan informasi mencakup aktivitas input, proses, output, storage, dan
pengendalian.
Gambar 2.2 Klasifikasi Aplikasi Sistem Informasi (O’Brien, 2003, p.24)
Gambar 2.3 mengilustrasikan pengelompokan aplikasi dari sistem informasi
kedalam bentuk dukungannya pada organisasi, yaitu:
Information Systems
Operation Support Systems
Management Support Systems
Transaction Processing Systems
Process Control Systems
Enterprise Collaboration
Systems
Management Information
Systems
Decision Support Systems
Executive Information
Systems
13
1. Sistem pendukung operasi (Operation Support Systems), dimana menghasilkan
berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan yang bersifat internal
dan eksternal dalam suatu perusahaan meliputi:
a. Transaction Processing Systems, mengolah data yang diperoleh dari
transaksi-transaksi bisnis, update operational databases, dan menghasilkan
berbagai dokumen bisnis. Contoh: pengolahan, penjualan dan persediaan,
serta sistem akuntansi.
b. Process Control Systems, memonitor dan mengontrol kegiatan industri.
Contoh: sistem produksi.
c. Enterprise Collaboration Systems, mendukung kelompok kerja, komunikasi
perusahaan, dan kolaborasi kerja. Contoh: e-mail, chat client, dan sistem
video conferencing.
2. Sistem pendukung manajemen (Management Support Systems), merupakan
aplikasi-aplikasi sistem informasi uang berfokus dalam menyediakan informasi
dan mendukung keputusan manajerial, meliputi:
a. Management Information Systems, menyediakan dan menampilkan
informasi-informasi dalam bentuk tampilan layar dan laporan-laporan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan. Contoh : sistem analisis
penjualan, sistem analisis produksi, dan sistem analisis biaya.
b. Decision Support Systems, menyediakan dukungan bersifat ad-hoc dalam
proses pengambilan keputusan oleh para manajer dan professional bisnis
lainnya. Contoh : sistem perencanaan harga produk, sistem peramalan
keuntungan, dan sistem analisis resiko bisnis.
c. Executive Information Systems, menyediakan informasi-informasi kritis dari
berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan informasi para eksekutif.
14
Contoh : sistem yang memberikan kemudahan akses dalam melakukan
analisis kondisi bisnis, analisis persaingan bisnis, dan pengembangan
perencanaan strategis perusahaan.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan sistem informasi adalah sistem yang
dirancang untuk dapat menginput, memproses, menghasilkan output, melakukan
penyimpanan dengan melakukan perangkat keras, perangkat lunak, tenaga kerja,
prosedur dan data yang dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan,
pengontrolan, pengkoordinasikan, dan analisis masalah.
2.4 Metode Analisis Bisnis
Gambar 2.3 Model Lima Kekuatan Porter (Rangkuti, 2001, p11)
2.4.1 Model bersaing Porter
1. Persaingan diantara perusahaan sejenis
Persaingan antar perusahaan merupakan kekuatan yang paling berpengaruh
diantara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan suatu perusahaan hanya dapat
dikatakan berhasil jika strategi tersebut dapat memberikan keunggulan bagi
perusahaan dibanding strategi dari pesaingnya. Tingkat persaingan semakin tinggi
bila jumlah perusahaan di dalam industri yang sama tersebut generik yang secara
Persaingan antar perusahaan
Potensi Pengembangan Produk Substitusi
Kekuatan Tawar-menawar
Penjual/pemasok
Persaingan tawar-menawar
pembeli/konsumenKemungkinan masuknya pesaing
15
potensial akan berhasil untuk mengungguli perusahaan lain dalam suatu industri,
yaitu:
a. Strategi keunggulan biaya menyeluruh
Perusahaan menitik beratkan pada pengurangan biaya, sehingga dapat
menerapkan harga yang rendah. Dengan demikian pesaing yang tidak efisien
dalam mengolah biayanya akan kalah dalam bersaing.
b. Strategi diferensiasi
Perusahaan menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah dihadapi oleh
industri, baik dari segi merek, teknologi, karakteristik khusus, pelayanan
pelanggan, jaringan distribusi, serta dimensi lainnya.
c. Strategi Fokus
Perusahaan mendidik suatu segmen tertentu dan hanya fokus pada konsumen
segmen tersebut. Produk yang dihasilkan juga hanya diperuntukkan bagi segmen
yang menjadi sasarannya. Strategi fokus juga dapat merupakan paduan dari
kedua strategi diatas, dimana perusahaan hanya fokus pada segmen tertentu
sehingga menghemat biaya dan melakukan diferensiasi produk yang
diperuntukkan bagi konsumen sasaran.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ancaman munculnya pesaing baru sangat besar apabila batasan terhadap
pesaing baru rendah dimana pangsa pasar memungkinkan munculnya pesaing baru,
dan bila perusahaan yang sudah mapan tidak memperhatikan usaha-usaha pesaing
baru untuk merebut pangsa pasar.
Ada beberapa faktor hambatan yang dapat mempermudah atau mempersulit
pendatang baru untuk masuk kedalam dunia bisnis:
16
a. Jumlah biaya dan sumber daya
Perusahaan yang telah lama berdiri memiliki keuntungan dalam hal biaya operasi
dan sumber daya, diantaranya dapat berupa kerja sama yang baik dengan suplier
atau pelanggan, karyawan yang sudah terampil, teknologi terbaru, atau lokasi
yang strategis.
b. Merek dagang dan kepercayaan konsumen
Banyak konsumen yang fanatik terhadap suatu merek dagang tertentu (brand
minded) hal ini merupakan salah satu hambatan bagi pendatang baru untuk dapat
memasuki pasar karena untuk memperkenalkan suatu merek baru dan
memperoleh kepercayaan konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama serta
biaya yang tinggi.
c. Kebutuhan modal
Semakin besar jumlah investasi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan baru bila
ingin memasuki pasar dapat mengurangi masuknya pendatang baru tersebut.
3. Potensi pengembangan produk substitusi
Produk pengganti adalah salah satu ancaman bagi perusahaan. Dengan begitu
konsumen memiliki alternatif pilihan selain produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
yang mungkin memiliki keuntungan lain dibandingkan dengan produk perusahaan.
Perusahaan harus melakukan tindakan pencegahan untuk menangani ancaman dari
produk pengganti agar perusahaan dapat tetap bersaing.
17
Pada beberapa kondisi dapat dikatakan tekanan produk pengganti meningkat,
antara lain:
a. Harga produk pengganti lebih rendah dibandingkan dengan harga produk yang
dihasilkan perusahaan.
b. Biaya peralihan konsumen ke produk lain turun.
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam
suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada
sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan
baku sangat mahal.
Sering kali kepentingan yang dicari oleh pemasok dan produsen adalah saling
memberikan harga yang masuk akal, memperbaiki kualitas, mengembangkan jasa
baru, pengiriman just in time, dan mengurangi biaya persediaan, dengan demikian
memperbaiki profitabilitas jangka panjang untuk semua pihak.
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen
Ketika konsumen membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar-menawar
mereka menjadi kekuatan utama yang mampengaruhi intensitas persaingan dalam
suatu industri.
Kekuatan tawar-menawar konsumen juga menjadi lebih tinggi ketika yang
dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Ketika kondisinya seperti ini,
konsumen sering kali dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan
paket aksesori hingga ke tingkat yang lebih tinggi.
18
2.4.2 Analisis Value Chain
Menurut David (2006, p.205) yang diterjemahkan oleh paulyn sulistio dan
Harryadin mahardika, Analisis Value Chain (Value chain analysis-VCA) mengacu
pada proses dimana suatu perusahaan menentukan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas organisasi dari pembelian bahan mentah, lalu produksi barang, hingga
pemasaran barang tersebut.
Sedangkan menurut Porter (1993, p.33-40) setiap perusahaan merupakan
sekumpulan kegiatan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan,
dan mendukung produknya. Rantai nilai suatu perusahaan serta cara perusahaan
menyelenggarakan setiap kegiatannya merupakan cerminan dari riwayat, strategi,
dan dasar perusahaan dalam mengimplementasikan strateginya, serta keadaan
ekonomi yang melandasi kegiatan itu sendiri.
Rantai nilai menggambarkan nilai total, dan terdiri atas aktivitas nilai (Value
Activities) dan marjin. Aktivitas nilai adalah kegiatan fisik dan teknologis yang
diselenggarakan perusahaan. Ini merupakan unsur-unsur pembangunan yang
digunakan perusahaan untuk menciptakan produk yang bernilai bagi para
pembelinya. Marjin adalah selisih antara nilai total dengan biaya kolektif untuk
menyelenggarakan aktivitas nilai.
Aktivitas ini dapat dibagi kedalam dua golongan besar, aktivitas primer
(aktivitas utama) dan aktivitas sekunder (aktivitas pendukung), untuk lebih jelasnya
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Primer
1. Inbound Logistics : meningkatkan hubungan dengan suplier berserta semua
kegiatan yang diperlukan untuk penerimaan, penyimpanan, dan penyebaran
masukan ke produk, seperti penanganan material, pergudangan, pengendalian
19
persediaan, penjadwalan kendaraan pengangkut, pengembalian barang kepada
pemasok.
2. Operations : adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mengubah masukan
menjadi produk akhir. Seperti masinasi, pengemasan, perakitan, pemeliharaan
alat-alat, pengujian, pencetakan, dan pengoperasian fasilitas.
3. Outbound Logistics : semua kegiatan yang diperlukan untuk pengumpulan,
penyimpanan, dan pendistribusian fisik produk kepada pembeli. Seperti
pergudangan barang jadi, penanganan material, operasi kendaraan pengirim,
pengolahan pesanan, dan penjadwalan.
4. Marketing and Sales : aktivitas yang memberitahukan pembeli tentang barang
dan jasa, mempengaruhi pembeli untuk membeli barang atau jasa tersbut dan
memfasilitasi pembelian mereka. Seperti periklanan, promosi, wiraniaga,
penentuan quota, pemilihan penyalur, hubungan dengan penyalur, penetapan
harga.
5. Service : semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga agar barang atau jasa
bekerja secara efektif untuk pembeli setelah terjual dan diantar. Seperti
pemasangan, perbaikan, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian
produk.
b. Aktivitas Sekunder
Adalah aktivitas yang menunjang aktivitas primer dan aktivitas pendukung
lainnya dengan menyediakan masukan yang dibeli, teknologi, sumber daya manusia,
serta sejumlah fungsi dalam perusahaan lainnya.
Aktivitas pendukung tersebut diantaranya adalah:
20
1. Procurement: mengatur dan mengkoordinir pengadaan barang-barang untuk
melaksanakan kegiatan operasional. Seperti pembelian bahan baku dan peralatan
pendukung termasuk aset perusahaan.
2. Human Resource Management: melibatkan banyak kegiatan seperti perekrutan,
seleksi, pemberian kompensasi, pelatihan dan pengembangan karyawan serta
menjaga hubungan antar karyawan.
3. Technological development: mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
perangkat keras, piranti lunak, prosedur dan pengetahuan teknis.
4. Administration and Infrastructure: melayani kebutuhan perusahaan dan mengikat
semua bagian bersama, terdiri dari fungsi atau departemen-departemen seperti
akuntansi, keuangan, perencanaan, hukum dan hubungan dengan pemerintahan,
dan lain-lain.
Kegiatan utama dan kegiatan perusahaan menurut porter dapat dilihat pada gambar
2.5 dibawah ini:
Gambar 2.4 Lantai Nilai (Porter, 1993, p34 )
Infrastruktur Perusahaan Manajemen Sumber Daya Manusia Pengembangan Teknologi Pembelian Logistik Operasi Logistic Pemasaran Pelayanan Ke ke & Dalam keluar penjualan
MARJIN
21
2.4.2.1 Analisis Jaringan Nilai (value network)
Value networks adalah bentuk ringkas untuk perusahaan-perusahaan yang
bisa di modelkan sebagai value networks, yang tergantung kepada mediating
technology, untuk menghubungkan para klien dan konsumen yang berharap untuk
terhubung satu sama lain. Mediating technology, teknologi yang menengahi,
memfasilitasi hubungan-hubungan pertukaran diantara konsumen yang terdisitribusi
dalam jarak dan waktu. Perusahaan itu sendiri bukan jaringan. Perusahaan hanya
menyediakan layanan jaringan. Arti dari nilai jaringan menggarisbawahi bahwa
faktor penting dari suatu nilai pada setiap konsumen adalah kumpulan, atau jaringan,
dari konsumen-konsumen yang terhubungkan.
Primary activities dari value network adalah:
a. Network promotion and contract management.
b. Service provisioning.
c. Network infrastructure operation.
Sedangkan support activities meliputi infrastructure, human resource
management, technology development (network infrastructure development yaitu
aktivitas yang berhubungan dengan desain, pengembangan, dan implementasi dari
infrastruktur jaringan dan service development yaitu semua yang berhubungan
dengan modifikasi dari sekumpulan besar dari kontrak konsumen yang
memungkinkan dan juga modifikasi dari perusahaan), dan procurement.
2.4.3 Analisis SWOT
Menurut Robbins, dan Coulter (1999, p229) Analisis SWOT adalah kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahan suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan
serta ancaman-ancaman dari lingkungannya.
22
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan Peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis
harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2001, p18-19).
Berikut ini adalah pengertian dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (threats):
a. Kekuatan (strength)
Kekuatan adalah suatu keunggulan sumber daya, keterampilan, dan
kemampuan lainnya yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar yang
dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan.
b. Kelemahan (weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, atau kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu
perusahaan.
c. Peluang (opportunity)
Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan.
d. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan.
23
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
Matriks SWOT. Menurut David 2006, p284), Matriks SWOT adalah alat untuk
mencocokkan hal yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi:
1. SO (Strengths-Weakness), menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan
peluang eksternal.
2. WO (Weakness-Opportunities), bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan manfaatkan peluang eksternal.
3. ST (Stengths-Threats), menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
4. WT (Weakness-Opportunities), adalah taktik defensif yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Cara membuat analisis SWOT menurut David (2006, p286)
1. Tuliskan peluang dan ancaman eksternal kunci perusahaan (EFE).
2. Tuliskan kekuatan dan kelemahan internal kunci perusahaan (IFE).
3. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi SO
dalam sel yang ditentukan.
4. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi
WO dalam sel yang ditentukan.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi
ST dalam sel yang ditentukan.
6. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi
ST dalam sel yang ditentukan.
24
Biarkan Selalu Kosong Strength
Tuliskan Kekuatan
Weakness
Tuliskan Kelemahan
Opportunities
Tuliskan Peluang
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
Threats
Tuliskan Ancaman
Strategi ST
Gunakan Kekuatan
untuk menghindari
Ancaman
Strategi WT
Minimalkan kelemahan
dan hindari ancaman
Gambar 2.5Matriks SWOT (David, 2006, p.287)
2.4.3.1 Matriks EFE
Menurut David (2006, p143) Matriks EFE adalah suatu matriks yang
memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,
hukum, teknologi, dan persaingan.
Tabel 2.1
Matriks EFE Faktor Internal Utama Bobot (i) Peringkat (ii) Rata-rata tertimbang (i*ii)
Peluang
Ancaman
Total
(sumber: David, 2006, p.207)
Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan:
1. Buat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit
eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk
peluang dan ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan
25
peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman. Usahakan untuk sespesifik
mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif (Metode
Compairing).
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi
bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang
tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat
ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau
dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan
dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang
seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor tersebut,
dimana 4= respons perusahaan superior, 3=respons perusahaan diatas rata-rata,
2=respons perusahaan rata-rata, 1=respons perusahaan jelek. Peringkat didasari
pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat didasarkan
pada perusahaan (company-based), sedangkan bobot dalam tahap-2 didasarkan
pada industri (industry-based). Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan
peluang dapat diberi peringkat 1,2,3,4
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
nilai tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total
nilai tertimbang bagi organisasi.
26
2.4.3.2 Matriks IFE
Menurut David (2006, p206) Matriks IFE adalah suatu alat formulasi yang
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional
bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
hubungan antara area-area tersebut.
Tabel 2.2
Matriks IFE
Faktor Internal Utama Bobot (i) Peringkat (ii) Rata-rata tertimbang (i*ii)
Kekuatan
Kelemahan
Total
(sumber: David, 2006, p.145)
Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap:
1. Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit internal.
Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal mencakup kekuatan dan
kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah
sespesifik mungkin, gunakan persentase, rasio, dan angka komparatif.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Tanpa memandang
apakah faktor kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang
dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus
diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama
(peringkat=1) atau kelemahan minor (peringkat=2), kekuatan minor
27
(peringkat=3), atau kekuatan utama (peringkat=4). Perhatikan bahwa kekuatan
harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan
peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di
langkah 2 adalah berdasarkan industri.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-
rata tertimbang untuk masing-masing variabel.
5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan
total rata-rata tertimbang untuk organisasi.
2.4.4 Matriks Internal – Eksternal
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci: total rata-rata tertimbang IFE pada
sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Matriks IE dapat dibagi
menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama,
rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi kedepan, integrasi
kebelakang, dan integrasi horizontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi
ini. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, dan VII dapat dikelola dengan cara
terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan; penetrasi pasar dan pengembangan
produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. Ketiga,
rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan
IX adalah tuai atau divestasi. Organisasi yang berhasil mampu mencapai portfolio
bisnis yang diposisikan dalam atau sekitar sel I dalam Matriks IE.
Tabel 2.3
Matriks IE
28
Total Nilai EFE berbobot Kuat 3.00-4.00 Sedang 2.00-2.99 Lemah 1.00-1.99
4.00 3.00 2.00 1.00
Tumbuh dan Bina (I) Tumbuh dan Bina (II)
Pertahankan dan Pelihara
(III) Tinggi
3.00-4.00
3.00
Strategi Intensif: * Penetrasi Pasar * Pengembangan Pasar * Pengembangan
Produk Strategi Integratif * Integrasi kebelakang * Integrasi kedepan * Integrasi horizontal
Strategi Intensif: * Penetrasi Pasar * Pengembangan Pasar * Pengembangan
Produk Strategi Integratif * Integrasi kebelakang * Integrasi kedepan * Integrasi horizontal
* Penetrasi Pasar * Pengembangan
Produk
Sedang Pertahankan dan
Pelihara (V) 2.00-2.99
2.00
Tumbuh dan Bina (IV)
Strategi Intensif: * Penetrasi Pasar * Pengembangan Pasar * Pengembangan
Produk Strategi Integratif
* Integrasi kebelakang * Integrasi kedepan * Integrasi horizontal
* Penetrasi Pasar * Pengembangan
Produk
Panen atau Divestasi (VI)
RendahPertahankan dan
Pelihara (VII) 1.00-1.99
1.00
* Penetrasi Pasar * Pengembangan
Produk
Panen atau Divestasi (VIII)
Panen atau Divestasi (IX)
Tota
l Nila
i IFE
ber
bobo
t
(Sumber: David, 2006, p.301)
2.4.5 Tahap Keputusan (Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif-QSPM)
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning
Matrix-QSPM). Teknik QSPM ini secara objektif mengindikasikan analisis
perumusan strategi. QSPM menggunakan input dari analisis (Matriks EFE, Matriks
IFE, Matriks CPM, Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE,
Matriks Grand Strategy) untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi.
QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi
29
alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2006, p308).
2.4.5.1 Langkah-langkah membuat Matriks QSPM.
Menurut David (2006, p310) ada enam langkah dalam membuat Matriks
QSPM, langkah-langkahnya antara lain:
Langkah 1 Membuat daftar peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan
atau kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM.
Informasi ini harus diambil langsung dari Matriks EFE dan IFE. Minimum
sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci
internal yang harus dimasukkan dalam QSPM.
Langkah 2 Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.
Bobot ini identik dengan yang ada pada Matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan
dalam kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan
internal.
Langkah 3 Evaluasi matriks tahap 2 (Matriks SWOT, Matriks SPACE, BCG, IE,
Grand Strategy), dan identifikasi alternative strategi yang harus dipertimbangkan
organisasi untuk diimplementasikan.
Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke
dalam set yang independen jika memungkinkan.
Langkah 4 Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores - AS)
Didefinisikan sebagai angka yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari
masing-masing strategi dalam set alternative tertentu. Nilai Daya Tarik
30
(Attractiveness Scores-AS) ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor
internal atau eksternal kunci. Nilai Daya Tarik harus diberikan untuk masing-masing
strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi
lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan Nilai Daya Tarik
adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik.
Langkah 5 Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractineness Scores - TAS)
Didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah 2) dengan Nilai
Daya Tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya tarik
mengindikasikan daya tarik relative dari masing-masing alternative strategi, dengan
hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal
yang terdekat.
Langkah 6 Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik
Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana
yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi
mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor
internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
Tabel 2.4
Matriks QSPM
Alternatif strategi
Faktor kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Faktor internal
Faktor eksternal
(sumber: David, 2006, p.309)
2.4.6 Analisis Area, Fungsi, dan Proses bisnis
Menurut Martin (1990, p.43-p.60), fungsi bisnis adalah sekumpulan aktivitas di
dalam perusahaan yang dapat mendukung pencapaian misi perusahaan. Fungsi bisnis
31
biasanya dikelompokkan kedalam area-area fungsional perusahaan, yakni area-area
utama dimana sekumpulan aktivitas perusahaan berjalan. Fungsi bisnis dapat dipecah
menjadi proses bisnis, yakni tindakan-tindakan atau aktivitas spesifik yang memiliki
titik awal dan akhir, atau dapat diartikan memiliki input dan menghasilkan output.
Proses bisnis berhubungan dengan entitas dan subjek data, entitas adalah orang,
tempat atau benda, baik itu nyata maupun abstrak, yang berkaitan tentang data atau
informasi apa yang disimpan. Sedangkan subjek data adalah pengelompokkan dari
entitas-entitas data.
Analisis area, fungsi dan proses dapat memberikan kerangka kerja yang jelas
dalam membangun sebuah perusahaan yang berbasis pada informasi. Teknik analisis
ini mengambil satu persatu area bisnis yang ada sebagai objek dan kemudian
menganalisisnya secara spesifik. Teknik analisis ini menggunakan diagram dan
matrik untuk memodelkan dan merekam data serta semua kegiatan yang ada dalam
sebuah perusahaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas
tentang hubungan dan interaksi antara aspek-aspek informasi dalam sebuah
perusahaan. Diagram dan matrik tersebut dirancang untuk dapat dimengerti oleh
manajemen, end users, dan pemakai data. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan
komunikasi diantara kelompok-kelompok ini.
Analisis area, fungsi, dan proses bisnis dilakukan untuk menfasilitasi
perancangan sebuah sistem dan menjamin agar sistem tersebut dapat bekerja dengan
baik. Analisis area, fungsi, dan proses bisnis adalah merupakan salah satu tahap
analisis pada perancangan strategi sistem informasi yang sangat baik untuk
digunakan dalam menentukan kebutuhan informasi yang sesuai dan
menempatkannya pada orang yang tepat (Martin, 1990, p.197).
32
Tujuan dari analisis area, fungsi, dan proses bisnis menurtu Martin (1990,
p.198) adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan penjelasan dari lingkup bisnis serta bagaimana kegiatan
didalamnya saling berhubungan.
2. Menyediakan kerangka arsitektur untuk membangun sebuah sistem dalam sebuah
perusahaan yang berbasis informasi.
3. Menyediakan suatu kerangka kerja dari sistem yang dibangun terpisah agar tetap
dapat saling berhubungan dan berkerja sama.
4. Memicu pandangan untuk menghasilkan prosedur perusahaan yang menunjang
era komputer, jaringan informasi, serta database yang fleksiber secara lebih
efisien.
5. Mengidentifikasikan kebutuhan yang memprioritaskan pada pusat aktivitas
informasi dan perancangan sistem.
Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam memilih area bisnis yang akan
dianalisis menurut Martin (1990, p.209) adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan yang mendesak untuk sebuah automatisasi dari area bisnis.
2. Dampak potensial dari sasaran sebuah perusahaan.
3. Dampak kemampuan bersaing dari sebuah sistem yang baru.
4. Prioritas manajemen.
5. Potensi untuk melakukan automatisasi pada sebuah bisnis area.
6. Biaya dan kesulitan dalam memelihara sistem yang ada.
7. Keahlian dan ketersediaan dari staff pengembang.
Karakteristik dari analisis area, fungsi dan proses bisnis menurut Martin (1990,
p.216) adalah sebagai berikut:
33
1. Analisis dilakukan pada setiap area bisnis secara terpisah.
2. Adanya keterlibatan dari end user.
3. Fokus pada proses dan data utama yang digunakan, bukannya prosedur operasi.
4. Menciptakan kerangka arsitektur yang memungkinkan penyatuan sistem-sistem
yang dirancang secara terpisah.
5. Tidak terikat pada teknologi.
6. Tidak terikat pada struktur organisasi yang ada.
7. Tidak terikat pada sistem dan prosedur yang berjalan.
8. Menghasilkan kemungkinan untuk merubah struktur organisasi.
Salah satu analisis yang perlu dilakukan dalam perencanaan strategi sistem
informasi adalah membuat model yang menggambarkan proses-proses, aktivitas-
aktivitas, dan informasi-informasi utama serta hubungan keterkaitannya satu sama
lain dalam sebuah model bisnis (Ward, 2002, p.129).
Model diagram dan matrik yang digunakan dalam analisis area, fungsi dan
proses bisnis menurut Ward (2002, p.195) adalah sebagai berikut:
1. Functional Decomposition Diagrams, menggambarkan bagaimana fungsi dari
area bisnis di dekomposisi menjadi proses bisnis, kemudian proses bisnis tersebut
di dekomposisi kembali menjadi proses yang lebih spesifik. Berguna dalam
menjelaskan aktivitas-aktivitas dari setiap unit bisnis.
2. Entity Relationship Models, menggambarkan hubungan yang relevan dari
entitas-entitas kunci atau entitas kelompok dalam sebuah perusahaan. Berguna
sebagai dasar dari sebuah arsitektur informasi.
34
Macam-macam hubungan dalam suatu entity relationship model menurut Martin
(1990, p.163) dapat dinotasikan dengan menggunakan cardinality sysmbols,
sebagai berikut ini:
A di asosiasikan dengan satu dan hanya satu B :
A di asosiasikan dengan nol atau satu B:
A di asosiasikan dengan satu atau beberapa B:
A di asosiasikan dengan nol, satu atau beberapa B:
A di asosiasikan dengan lebih dari satu B:
Gambar 2.6KEY (cardinality sysmbols) (Martin, 1990, p.163)
3. Matrix, memetakan hubungan antara subjek data, fungsi, proses serta area bisnis
dan unit organisasinya. Memperlihatkan proses/aktivitas mana yang membuat
(create), membaca (read), memperbaharui (update), atau menghapus (delete)
data yang tersimpan. Berguna dalam memadukan fungsi dan subjek data secara
benar berdasar pada keterkaitannya.
2.5 Jenis dan Metode Penelitian
2.5.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam proses penulisan skripsi ini adalah studi
kasus yang dilakukan dengan mempelajari kasus penerapan suatu aktivitas di
lapangan, mengamati dan melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait.
2.5.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yakni dengan cara
melakukan penelitian studi kasus pada objek penelitian, kemudian melaporkannya
A B
A B
A B
A B
A B
35
dalam bentuk laporan deskriptif yang menggambarkan hasil penelitian yakni
penerapan strategi perusahaan dan penerapan sistem informasi.
2.6 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dengan melakukan kegiatan berikut:
1. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan akan dilakukan untuk memperoleh data di tempat objek
penelitian secara langsung dengan menggunakan metode observasi dan wawancara
baik secara tatap muka langsung maupun melalui telepon dan atau email.
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis dengan
mempelajari beberapa sumber literature yang berkaitan dengan topik penelitian yang
dilakukan.
2.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan:
1. Analisis Faktor Pendukung Keberhasilan (Critical Success Factor).
2. Analisis Key Performance Indicator (KPI)
2.7.1 Analisis Faktor Pendukung Keberhasilan (Critical Success Factors)
Menurut Ward (2002, p.209) mendefinisikan CSF sebagai area tertentu dalam
perusahaan, dimana jika hasil dari area tersebut memuaskan, maka akan menjamin
keberhasilan perusahaan dalam bersaing. Area tersebut adalah area kunci dimana
’sesuatu harus berjalan dengan baik dan benar’, sehingga keberhasilan bisnis dapat
dicapai dan terus berkembang.
36
Manfaat analisis CSF menurut Ward (2002, p.209) adalah sebagai berikut:
1. Analisis CSF merupakan teknik yang paling efektif dalam melibatkan manajemen
senior dalam mengembangkan strategi sistem informasi. Karena CSF secara
keseluruhan telah berakar pada bisnis dan memberikan komitmen bagi
manajemen puncak dalam menggunakan sistem informasi, yang diselaraskan
dengan pencapaian tujuan perusahaan melalui area bisnis yang kritis.
2. Analisis CSF menghubungkan proyek SI yang akan di implementasikan dengan
tujuannya, dengan demikian sistem informasi nantinya akan dapat direalisasikan
agar sejalan dengan strategi bisnis perusahaan.
3. Dalam wawancara dengan manajemen senior, analisis CSF dapat menjadi
perantara yang baik dalam mengetahui informasi apa yang diperlukan oleh setiap
individu.
4. Dengan menyediakan suatu hubungan antar tujuan dengan kebutuhan informasi,
analisis CSF memegang peranan penting dalam memprioritaskan investasi modal
yang potensial.
5. Analisis CSF sangat berguna dalam perencanaan sistem informasi pada saat
strategi bisnis tidak berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan, dengan
memfokuskan pada masalah-masalah tertentu yang paling kritis.
6. Analisis CSF sangat berguna apabila digunakan sejalan dengan analisis Value
Chain dalam mengidentifikasikan proses yang paling kritis, serta memberikan
fokus pada pencapaian tujuan memlalui kegiatan-kegiatan yang paling tepat untuk
dilaksanakan.
CSF adalah sesuatu yang dapat menghentikan perusahaan beraktivitas lebih
lanjut jika sasaran telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
37
CSF dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1. Faktor penentu aktif
Maksudnya adalah manajer mampu secara langsung mempengaruhi
keberadaan faktor penentu tersebut. Selain itu manajer menentukan informasi yang
dapat membantu dalam mengidentifikasikan kegiatan pengontrolan.
2. Faktor penentu pasif
Maksudnya adalah dimana manajer tidak dapat mempengaruhi penentu secara
langsung.
3. Faktor penentu eksternal
Merupakan faktor-faktor yang menonjol yang berasal dari dalam lingkungan
perusahaan itu sendiri.
4. Faktor penentu internal
Merupakan faktor-faktor yang menonjol yang berasal dari luar lingkungan.
2.7.2 Analisis Key Performance Indicator (KPI)
Menurut Tozer (1996, p.141), key performance indicator merupakan sebuah
komposisi yang diperoleh dari beberapa ukuran dimana bersifat tidak tetap dan bisa
berubah.
Key performance indicator juga merupakan suatu indikator yang membantu
dalam menilai:
1. Unjuk kerja dari sebuah fungsi.
2. Tingkat keberhasilan dalam meraih sasaran dan tujuan.
3. Perilaku critical success factors.
38
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan key performance
indicator, antara lain:
1. Mengidentifikasi keputusan yang telah dibuat.
2. Menyelidiki karakter lingkungan pengambilan keputusan.
3. Menilai jangkauan informasi yang dibutuhkan.
4. Menyelidiki proses pengambilan keputusan.
5. Mengarahkan sensitivitas analisis akibat pengaruh dari penundaan waktu.
6. Mengembangkan format presentasi yang tepat.
7. Mengerjakan seluruh lapisan dari proses dan info pendukung.