SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Raymond McLeod Jr. dan George Schell
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian E-commerce · PDF file2.1 Pengertian E-commerce McLeod...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian E-commerce · PDF file2.1 Pengertian E-commerce McLeod...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian E-commerce
McLeod Pearson (2008:59) mendefinisikan Perdagangan elektronik
atau yang disebut juga e-commerce, adalah penggunaan jaringan komunikasi
dan komputer untuk melaksanakan proses bisnis. Pandangan populer dari e-
commerce adalah penggunaan internet dan komputer dengan browser Web
untuk membeli dan menjual produk.
Perdagangan elektronik e-commerce mencangkup proses pembelian,
penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan atau informasi melalui
jaringan komputer, termasuk internet (Turban, 2012:38). E-commerce sering
dianggap sederhana untuk merujuk kepada pembelian dan penjualan yang
memakai internet (Chaffey, 2009:10).
E-commerce meliputi semua ukuran transaksi yang menggunakan
transmisi digital untuk pertukaran informasi melalui peralatan elektronis.
Atas barang atau jasa dari transaksi tersebut dapat dikirimkan dengan
menggunakan jalur tradisional seperti delivery service atau dengan
mekanisme digital, yaitu dengan cara mendownload produk internet.
Beberapa orang menganggap penggunan definisi e-commerce terlalu
sempit, sehingga banyak yang menggantinya dengan e-business karena
cakupannya lebih luas. Bisnis elektronik (electronic bussines atau e-bussines)
mengarah pada definisi e-commerce yang lebih luas, tidak hanya pembelian
dan penjualan barang saja. Tetapi juga layanan pelanggan, kolaborasi dengan
mitra bisnis. Sebagian lainnya memandang e-bussines sebagai kegiatan selain
pembelian dan penjualan di internet, seperti kolaborasi dan aktivitas intra
bisnis.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas tersebut, transaksi-transaksi
yang dilakukan content provider merupakan transaksi e-commerce. Transaksi
yang dilakukan oleh content provider merupakan pertukaran informasi
dengan menggunakan transmisi digital. Seringkali, content provider
menggunakan internet dalam transaksi penjualannya.
10
2.1.1 Tipe-tipe E-commerce
E-commerce dapat diklasifikasikan berdasarkan bebrapa aspek.
Berikut ini klasifikasi e-commerce berdasarkan pada sifat transaksinya
yaitu: (Turban, 2012:42-43)
● Business-to-business (B2B)
Tipe ini merupakan sebuah transaksi dimana pembeli dan
penjualnya berbentuk organisasi ataupun perusahaan. Adapun
kegiatan-kegiatannya merupakan pembelian dan pengadaan,
supplier management, inventory management, channel
management, kegiatan penjualan, serta layanan. Dalam
transaksi B2B, baik penjual maupun pembeli adalah organisasi
bisnis. Kebanyakan dari e-commerce adalah jenis ini.
● Business-to-Consumer (B2C)
Dalam tipe ini penjualnya adalah organisasi atau perusahaan
sedangkan pembelinya adalah individual. Transaksi B2C
meliputi pertukaran produk fisik atau produk digital, dan
biasanya lebih kecil dibandingkan transaksi B2B. Penjual
adalah perusahaan dan pembeli adalah perorangan. B2C
disebut juga e-tailing.
● Consumer-to-business (C2B)
Pada tipe C2B konsumen memberitahukan kebutuhan atas
produk atau jasa tertentu, dan para pemasok bersaing untuk
menuediakan produk atau jasa tersebut ke konsumen,
Contohnya di Priceline.com, di mana pelanggan menyebutkan
produk dan harga yang diinginkan, dan Priceline mencoba
untuk menemukan pemasok yang memenuhi kebutuhan
tersebut.
● Consumer-to-consumer (C2C)
Dalam C2C, seorang menjual produk ke orang lain. Istilah ini
dapat digunakan untuk menjelaskan orang–orang yang
menjual produk dan jasa ke satu sama lain.
11
● Intrabusiness (intraorganizational) commerce
Dalam situasi ini perusahaan menggunakan EC secara internal
untuk memperbaiki operasinya, Kondisi khusus dalam hal ini
disebut juga sebagai EC B2E (business-to-its-employees).
● Government-to-citizens (G2C)
Dalam kondisi ini sebuah entitas (unit) pemerintah
menyediakan layanan ke para arganya melalui teknologi EC.
Unit-unit pemerintah dapat melakukan bisnis dengan berbagai
unit pemerintah lainnya serta dengan berbagai perusahaan
(G2B).
● Perdagangan mobile (mobile commerce—m-commerce)
Ketika e-commerce dilakukan dalam lingkungan nirkabel,
seperti dengan menggunakan telepon seluler untuk mengakses
internet dan berbelanja, maka hal ini disebut m-commerce.
● Collaborative Commerce
Collaborative commerce adalah saat induvidu atau group
melakukan komunikasi atau berkolaborasi secara online, maka
dapat dikatakan bahwa mereka terlibat collaborative
commerce.
2.1.2 Komponen E-commerce
Dibandingkan dengan perdagangan biasa atau tradisional, pada e-
commerce terdapat mekanisme-mekanisme tertentu yang unik dan
berbeda. Dalam mekanisme pasar e-commerce terdapat beberapa
komponen yang terlibat, yakni (Turban, 2012):
● Customer
Costumer merupakan para pengguna Internet yang dapat
dijadikan sebagai target pasar yang potensial untuk diberikan
penawaran berupa produk, jasa, atau informasi oleh para
penjual.
● Penjual
Penjual merupakan pihak yang menawarkan produk, jasa, atau
informasi kepada para customer baik individu maupun
organisasi. Proses penjualan dapat dilakukan secara langsung
12
melalui website yang dimiliki oleh penjual tersebut atau
melalui marketplace.
● Produk
Salah satu perbedaan antara e-commerce dengan traditional
commerce terletak pada produk yang dijual. Pada dunia maya,
penjual dapat menjual produk digital. Produk digital yang
dapat dikirimkan secara langsung melalui Internet.
● Infrastruktur
Infrastruktur pasar yang menggunakan media elektronik
meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan juga sistem
jaringannya.
● Front end
Front end merupakan aplikasi web yang dapat berinteraksi
dengan pengguna secara langsung. Beberapa proses bisnis
pada front end ini antara lain: portal penjual, katalog
elektronik, shopping cart, mesin pencari dan payment
gateway.
● Back end
Back end merupakan aplikasi yang secara tidak langsung
mendukung aplikasi front end. Semua aktivitas yang berkaitan
dengan pemesanan barang, manajemen inventori, proses
pembayaran, packaging, dan pengiriman barang termasuk
dalam bisnis proses back end.
● Intermediary
Intermediary merupakan pihak ketiga yang menjembatani
antara produsen dengan konsumen. Online intermediary
membantu mempertemukan pembeli dan penjual,
menyediakan infrastruktur, serta membantu penjual dan
pembeli dalam menyelesaikan proses transaksi. Intermediary
tidak hanya perusahaan atau organisasi tetapi dapat juga
individu. Contoh intermediary misalnya broker dan
distributor.
13
● Partner bisnis lain
Partner bisnis merupakan pihak selain intermediary yang
melakukan kolaborasi dengan produsen.
● Support services
Ada banyak support services yang saat ini beredar di dunia
maya mulai dari sertifikasi dan trust service, yang menjamin
keamanan sampai pada knowledge provider.
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan E-commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012:42-
43), e-commerce memiliki manfaat dan kelebihan bagi berbagai pihak
yakni:
1. Bagi Perusahaan
Ketersediaan pasar nasional dan internasional
Penurunan biaya operasional, distribusi dan penarikan
informasi
2. Bagi Masyarakat
Akses ke sejumlah besar produk dan jasa tanpa batas,
24 jam sehari
Memberikan layanan informasi dengan mudah dan
nyaman, kepada orang-orang di kota, desa dan
berbagai negara.
Sedangkan kekurangan e-commerce menurut E. Turban, David K, J.
Lee, T. Liang, D. Turban (2012:68), e-commerce memiliki beberapa
keterbatasan, secara teknologi dan nonteknologi, yang telah
memperlambat pertumbuhan dan penerimaanya. Keterbatasan
teknologi meliputi kurangnya standar keamanan yang diterima secara
universal, bandwidth telekomunikasi yang tidak cukup dan mahalnya
akses. Keterbatasan nonteknologi meliputi persepsi bahwa e-
commerce tidak aman, dasar hukumnya yang belum lengkap, serta
kurangnya penjual dan pembeli besar yang penting.
14
2.2 Pengertian Customer Relationship Management
Menurut Kotler dan Keller (2008:148) CRM adalah proses mengelola
informasi rinci tentang pelanggan perorangan dan semua titik kontak
pelanggan secara seksama untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan. Titik
kontak pelanggan adalah semua kejadian di mana pelanggan menghadapi
merek dan produk dari pengalaman actual ke komunikasi pribadi atau massal
hingga observasi biasa. CRM memungkinkan perusahaan menyediakan
layanan pelanggan real-time yang sempurna melalui penggunaan informasi
akun perorangan yang efektif. Berdasarkan apa yang mereka ketahui tentang
setiap pelanggan yang dinilai, perusahaan dapat menyesuaikan penawaran
pasar, layanan, program, pesan, dan media. CRM penting karena pendorong
utama profitabilitas perusahaan adalah nilai kolektif basis pelanggan
perusahaan.
Chaffey (2009) mendefinisikan CRM sebagai pendekatan untuk
membangun dan mempertahankan hubungan bisnis jangka panjang dengan
pelanggan. Menurut Yahya (2008:82) CRM adalah sebuah strategi bisnis
menyeluruh dalam suatu perusahaan yang memungkinkan perusahaan
tersebut secara efektif bisa mengelola hubungan dengan para pelanggan.
Dengan demikian melalui CRM perusahaan dapat melakukan pendekatan
sehingga dapat menarik sejumlah informasi mengenai kebutuhan dan
keinginan pelanggan. CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam
seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat
profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang
pelanggan tersebut.
CRM mendukung suatu perusahaan untuk menyediakan pelayanan
kepada pelanggan secara real time dengan menjalin hubungan dengan tiap
pelanggan yang berharga melalui penggunaan informasi tentang pelanggan.
Berdasarkan apa yang diketahui dari pelanggan, perusahaan dapat membuat
variasi penawaran, pelayanan, program, pesan, dan media. Melalui sistem
yang menerapkan CRM, perusahaan membentuk hubungan yang lebih dekat
dengan pelanggan, dimana perusahaan dapat mengetahui kebutuhan
pelanggan dan menyediakan pilihan produk atau layanan yang sesuai dengan
permintaan mereka.
15
2.2.1 Komponen Customer Relationship Management (CRM)
Kincaid (2003:116), membagi CRM kedalam tiga komponen
utama, yaitu:
1. Manusia (People)
Manusia adalah faktor utama nomor satu, karena CRM
sebenarnya adalah bagaimana mengelola hubungan atau relasi
antara manusia, sehingga diperlukan sentuhan pribadi dan
manusiawi. Dalam hal ini adalah karyawan yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan
pelaksanaan CRM, karena merekalah yang melakukan CRM
sebagai suatu aktifitas atau keinginan perusahaan. Dengan
adanya penerapan CRM telah terjadi suatu perubahan
paradigma pemasaran, bila sebelumnya produksi menjadi
fokus utama maka dalam penerapan CRM, pelangganlah yang
menjadi fokus utama.
2. Proses (Process)
Impelementasi CRM akan merubah proses usaha yang telah
ada sebelumnya. Baik proses usaha yang melibatkan
pelanggan secara langsung maupun yang tidak. Pada CRM
seluruh fungsi usaha yang ada harus berfokus kepada
pelanggan. Proses-proses CRM:
a. Identifikasi
Identifikasi pelanggan dan prospek berdasarkan data
yang ada, siapa pelanggan yang menguntungkan, dia
tinggal dimana dan mengapa dia menguntungkan.
Kebanyakan perusahaan hanya peduli seberapa besar
keuntungan yang diperoleh dari pelangganya tanpa
tahu siapa pelangganya yang telah memberikan
keuntungan.
b. Diferensiasi
Segmentasikan pelanggan berdasarkan tingkah laku,
demografi, ekspetasi pelanggan secara sederhana
dibagi menjadi tiga kelompok:
16
Most Valuable Customer (MVC): adalah
pelanggan yang saat ini memberikan profit
besar bagi perusahaan.
Most Growable Customer (MGC): adalah
pelanggan yang menjadi sangat bahagia bila
kita mampu menjalani lebih banyak lagi bisnis
dengan mereka.
Below Zero Customer (BZW): adalah
pelanggan yang membuat rugi karena biaya
untuk melayani lebih besar dari pemasukan.
c. Interaksi
Membuat rencana terbaik untuk berinteraksi dengan
pelanggan, kemudian membuat program kesetiaan
pelanggan, cross selling, dan sebagainya. Semakin
lama interaksi terjadi, semakin tahu satu sama lain,
semakin enggan pelanggan pindah kepesaing karena
pelanggan akan merasa berat untuk memulai hubungan
baru dengan pesaing. Interaksi dapat dilakukan dengan
e-mail, telepon dan fax, surat, serta tatap muka.
d. Personalisasi
Produk maupun program loyalitas yang disesuaikan
dengan keinginan pelanggan secara terus-menerus
menggunakan semua informasi yang telah didapat
sebelumnya untuk membuat barang dan jasa sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
3. Teknologi (Technology)
Teknologi memiliki peranan dalam CRM. Pertama, adalah
membangun database pelanggan melalui sistem operasi
hingga interaksi. Kedua, menganalisa siapa pelanggan paling
bagus, dia beli apa, berapa sering. Ketiga, melaksanakan
aktifitas penjualan, marketing dan customer service dengan
menyatukan saluran komunikasi berbeda (operational CRM).
Salah satunya adalah dengan digital marketing. Digital
Marketing adalah penggunaan internet dan penggunaan
17
teknologi interaktif lain untuk membuat dan menghubungkan
dialog antara perusahaan dan konsumen yang telah
teridentifikasi. Pengguna teknologi yang digunakan yaitu:
a. Website perusahaan
Website merupakan komponen besar yang sebaiknya
dimiliki oleh setiap perusahaan, karena selain berfungsi
sebagai tempat rujukan informasi yang resmi mengenai
sebuah perusahaan, juga bisa digunakan untuk
membangun brand.
b. E-Mail Direct Marketing
Database e-mail pelanggan sangat penting untuk
dimiliki karena memiliki peran yang sangat strategis
dalam menjaga loyalitas pelanggan. Database ini bisa
digunakan untuk mengirimkan infomasi mengenai
produk terbaru, penawaran khusus, atau bahkan untuk
menyebar undangan bagi mereka untuk berpartisipasi
dalam riset pengembangan produk.
c. Social Media
Social Media adalah media yang sangat efektif untuk
membangun interaksi yang baik dengan konsumen dan
membantu mempertahankan loyalitas pelanggan.
Dengan interaksi yang baik ini perusahaan akan
memperoleh feedback dari konsumen untuk
membangun produk dari twitter, facebook, youtube,
linkedIn, Google+ hingga yang baru-baru ini menjadi
popular Pinterest.
d. Advertising Online
Mengiklankan produk secara online juga sangat baik
untuk membangun awareness dari calon pelanggan
kita yang perlu diperhatikan adalah media periklanan
seperti apa yang akan dipilih dan budget yang akan
dikeluarkan harus dianggarkan terlebih dahulu jangan
sampai perusahaan tidak memperoleh ROI (Return On
Investment). Bentuk iklan di media digital sangat
18
beragam, mulai dari banner, hingga search engine
marketing.
2.2.2 Tujuan CRM
Menurut Caesar (2009), tujuan CRM yaitu:
1) Menggunakan hubungan dengan pelanggan untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan.
2) Menggunakan informasi untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan.
3) Mendukung proses penjualan berulang kepada pelanggan.
Perusahaan yang ideal adalah yang melakukan CRM guna
mengoptimalkan keuntungan dengan cara menjalin hubungan yang
lebih dekat dan harmonis dengan pelanggannya. Dengan mengelola
Customer relationship diharapkan dapat menciptakan keunggulan
kompetitif secara terus menerus terhadap produk dan pengelolaan
pelanggan.
2.2.3 Dimensi dalam Customer Relationship Management
Anton dan Petouhoff (2002) mengemukakan dimensi Customer
Relationship Management sebagai berikut:
1. People
People atau dalam hal ini adalah Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah salah satu faktor penting dalam pengertian
marketing mix ini. Di sini orang atau SDM meliputi:
Karyawan atau pekerja, Manajemen, Budaya atau kultur,
Layanan pelanggan atau Customer service. Dengan memiliki
SDM yang sangat unggul, maka tentu akan sangat menunjang
dalam pekerjaan dan dapat memberikan hasil yang maksimal
terutama bagi konsumen. Kesan pertama yang didapatkan oleh
seorang konsumen terhadap SDM sebuah produk ataupun jasa
akan sangat berarti. Kesan pertama yang baik akan membuat
konsumen kembali membeli produk kita. Sebaliknya kesan
yang buruk akan membuat pelanggan yang pertama kali
datang tidak akan kembali untuk kedua kalinya.
19
2. Process
Dalam sebuah industri, terutama industri yang bergerak
dibidang jasa atau pelayanan, maka proses adalah faktor yang
lebih dominan. Dalam pengertian marketing mix, proses ini
meliputi hal tentang bagaimana melayani pelanggan dengan
sempurna tanpa membedakan gender. Melayani dengan baik
tidaklah cukup, proses melayani terkait dengan marketing mix
harus dilakukan dengan sempurna. Jangan melewatkan
sedikitpun celah untuk kesalahan, walaupun manusia adalah
tempatnya kesalahan. Di sini sebuah peroses akan dimulai dari
saat pelanggan melakukan kontak pertama dengan produk atau
jasa kita, hingga semua hal selesai dilakukan dan konsumen
merasa puas.
3. Technology
yakni menggunakan kemajuan teknologi dan riset untuk
memperoleh suatu produk yang akan menjadi kebutuhan
pasar, contoh: Saat ini dalam melakukan transaksi belanja
online, seseorang tidak hanya dapat melakukannya melalui PC
komputer melainkan dapat juga melalui aplikasi smartphone
yang yang dapat diunduh di Google Play Store atau iStore.
2.2.4 Fase-Fase CRM
Terdapat 3 fase CRM yang mengilustrasikan cara untuk
berfikir tentang pelanggan dan nilai bisnis dan komponen dari CRM
(O'Brien dan Marakas, 2010:314-315):
1. Acquire
Bisnis bergantung pada perangkat lunak CRM dan database
untuk membantu memperoleh pelanggan baru dengan
melakukan pekerjaan seperti mengatur kontak dari pelanggan,
penjualan kepada pelanggan yang potensial, penjualan,
pemasaran langsung, dan pemenuhan atas permintaan. Tujuan
dari fungsi CRM adalah untuk membantu pelanggan
merasakan nilai dari sebuah produk unggulan yang ditawarkan
oleh perusahaan.
20
2. Enhance
Web memberikan kemudahan bagi CRM untuk account
management, customer service, dan alat-alat bantu lainnya
untuk membantu pelanggan merasa senang dengan layanan
yang sangat baik dari respon yang diberikan oleh seluruh tim,
baik dari tim pemasaran, layanan, bahkan dari mitra bisnis.
Perusahaan juga menyediakan fitur tambahan seperti cross sell
dan up sell untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Nilai
yang didapat adalah pelanggan akan melakukan
onestopshopping.
3. Retain
Dengan perangkat lunak CRM yang ada dan database
membantu perusahaan untuk melakukan analisa,
mengidentifikasi, dan menentukan pelanggan yang loyal.
Perusahaan memberikan hadiah khusus bagi pelanggan yang
loyal sehingga pelanggan tetap dapat loyal. Nilai yang didapat
oleh pelanggan adalah mendapat hubungan pelanggan yang
lebih personal dengan ”perusahaan mereka sendiri”.
2.2.5 Aktivitas Marketing pada CRM
Terdapat 4 kegiatan marketing yang meliputi CRM (Chaffey,
2011:452) yaitu sebagai berikut :
1. Customer selection
Customer selection berarti mendefinisikan tipe-tipe pelanggan
yang perusahaan akan pasarkan. Itu berarti
mengidentifikasikan golongan pelanggan yang berbeda untuk
mengembangkan penawaran dan untuk menargetkan selama
acquisition, retention, dan extension.
2. Customer acquisition
Customer acquisition mengacu pada kegiatan pemasaran yang
dimaksudkan untuk membentuk relasi dengan pelanggan baru.
21
3. Customer retention
Customer retention mengacu pada aktivitas pemasaran yang
dilakukan olehsuatu organisasi untuk menjaga pelanggan-
pelanggan yang ada.
4. Customer extension
Customer extension mengacu pada meningkatkan kedalaman
atau rentang produk yang akan dibeli oleh pelanggan dari
sebuah perusahaan.
2.2.6 Aspek CRM
Menurut Rainer dan Cegielski (2011:312-319), sistem CRM
dalam organisasi terdiri atas dua komponen utama, yaitu operational
CRM dan analytical CRM yang akan dijelaskan berikut ini:
1) Operational CRM
CRM operasional adalah komponen dari CRM yang
mendukung proses bisnis yang dilakukan oleh front-office.
Proses-proses ini adalah proses yang berinteraksi langsung
dengan pelanggan seperti penjualan, pemasaran, dan
pelayanan. Dua komponen utama dalam CRM operasional
adalah customer facing applications dan customer-touching
applications. Jenis aplikasi yangdapat termasuk sebagai
customer-facing applications adalah customer service and
support, sales force automation (SFA), pemasaran, dan
campaign management. Sedangkan beberapa jenis aplikasi
yang termasuk sebagai customer-touching applications adalah
search and comparison capabilities, FAQ, dan respon
otomatis melalui e-mail.
2) Analytical CRM
Sistem analytical CRM menganalisa perilaku dan persepsi
pelanggan yang nanti dapat digunakan untuk menyediakan
actionable business intelligence. Sebagai misal, sistem
analytical CRM menyediakan informasi dari permintaan dan
transaksi pelanggan, serta respon pelanggan terhadap
pemasaran, penjualan, dan pelayanan dari organisasi.
22
Beberapa teknologi penting pada analytical CRM adalah data
warehouses, data mining, pendukung keputusan, dan teknologi
business intelligence.
2.2.7 Manfaat CRM
Menurut Chaffey (2011:487), dengan menggunakan internet
untuk relationship marketing e-CRM maka terdapat beberapa manfaat
yang dapat dicapai dan ditingkatkan yaitu :
1. Penargetan lebih efektif dalam hal biaya (Targeting more cost-
effectively)
Targeting secara tradisional, misalkan untuk mail secara
langsung, seringkali berdasarkan pada daftar mailing yang
diurutkan pada kriteria yang berarti tidak semua orang yang
dihubungi berada pada target market. Penggunaan e-CRM
dapat mengatasi hal tersebut, dimana perusahaan dapat
menghubungi pelanggannya sesuai target market dengan lebih
baik.
2. Mencapai penyesuaian untuk massa pesanan pemasaran
(Achieve mass customization of the marketing messages)
Penggunaan teknologi memungkinkan untuk mengirim mail
langsung yang sesuai dengan pelanggan dengan biaya yang
rendah dan dapat menyediakan web page untuk kelompok
pelanggan kecil.
3. Meningkatkan kedalaman, memperluas dan sifat alami dari
hubungan itu sendiri (Increase depth, breadth, and nature of
relationship).
Media internet sebagai penghubung dapat mempermudah
penyediaan informasi mengenai pelanggan yang dibutuhkan.
Contoh, penyediaan web page yang dibuat untuk kebutuhkan
customer dengan informasi-informasi tertentu.
4. Sebuah pembelajaran dari hubungan bisa dicapai dengan
menggunakan peralatan yang berbeda dalam seluruh siklus
hidup pelanggan (A learning relationship can be achieved
using different tools throughout the customer lifecyle) Sebagai
23
contoh, fitur untuk merangkum produk yang telah dibeli pada
website atau terdapat fitur search untuk memberikan
kemudahan bagi pelanggan dalam mengakses informasi, dan
lainnya.
5. Biaya yang lebih rendah (Lower cost)
Dengan menghubungi pelanggan melalui email atau melalui
web page memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan
dengan physical mail.
2.3 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Dalam suatu proses konsumsi, pelanggan tidak akan berhenti hanya
sampai pada proses konsumsinya saja, namun pelanggan akan melakukan
proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya yang disebut
dengan evaluasi alternatif pasca pembelian atau pasca konsumsi, di mana
hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi tersebut adalah pelanggan merasa
puas (satisfaction) atau tidak puas (dissatisfaction) terhadap konsumsi produk
atau jasa yang telah dilakukannya (Iskandar dan Bernarto,2007).
Menurut Philip Kotler (2008:158) “kepuasan merupakan tingkat
perasaan di mana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja
produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan”. Kepuasan dan
ketidakpuasan pelanggan akan suatu produk sebagai akhir dari suatu proses
penjualan memberikan dampak tersendiri kepada perilaku pelanggan terhadap
produk tersebut. Kepuasan pelanggan dapat tercapai dengan adanya kegiatan
pemasaran, karena tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan
kebutuhan konsumen. Kepuasan pelanggan dapat ditunjukkan melalui sikap
pembelian.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan dipengaruhi oleh adanya kesesuaian rasa antara harapan awal
pelanggan sebelum mengkonsumsi produk atau jasa dengan kinerja dan
manfaat yang didapat setelah mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.
Apabila pelanggan mendapat kinerja dan manfaat di bawah harapan yang
mereka inginkan, maka pelanggan tentu akan merasa kecewa atau tidak puas.
Sebaliknya, apabila pelanggan mendapat kinerja dan manfaat yang sama atau
bahkan di atas harapan mereka, maka pelanggan akan merasa puas dan
24
bahkan sangat puas terhadap produk atau jasa yang telah mereka pilih untuk
dikonsumsi.
2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
Strategi pemasaran diperlukan perusahaan untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan. Variabel yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan adalah “strategi produk, harga, promosi, lokasi, pelayanan
karyawan, fasilitas dan suasana yang merupakan atribut-atribut
perusahaan” (Tjiptono, 2006:61). Strategi ini merupakan faktor-faktor
yang memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
1. Produk
Layanan produk yang baik dan memenuhi selera serta harapan
konsumen. Produk dapat menciptakan kepuasan pelanggan.
Dasar penilaian terhadap pelayanan produk ini meliputi: jenis
produk, mutu atau kualitas produk dan persediaan produk.
2. Harga
Harga merupakan bagian yang melekat pada produk yang
mencerminkan seberapa besar kualitas produk tersebut. Dasar
penilaian terhadap harga meliputi: tingkat harga dan
kesesuaian dengan nilai jual produk, variasi atau pilihan harga
terhadap produk.
3. Promosi
Dasar penelitian promosi yang mengenai informasi produk dan
jasa perusahaan dalam usaha mengkomunikasikan manfaat
produk dan jasa tersebut pada konsumen sasaran. Penelitian
dalam hal ini meliputi: iklan produk dan jasa, diskon barang
dan pemberian hadiah-hadiah.
4. Lokasi
Tempat merupakan bagian dari atribut perusahaan yang berupa
lokasi perusahaan dan konsumen. Penilaian terhadap atribut
lokasi meliputi: lokasi perusahaan, kecepatan dan ketepatan
dalam transportasi.
25
5. Pelayanan Karyawan
Pelayanan karyawan merupakan pelayanan yang diberikan
karyawan dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dalam usaha memuaskan konsumen. Dasar
penilaian dalam hal ini pelayanan karyawan meliputi:
kesopanan, keramahan, kecepatan dan ketepatan.
6. Fasilitas
Fasilitas merupakan bagian dari atribut perusahaan yang
berupa perantara guna mendukung kelancara operasional
perusahaan yang berhubungan dengan konsumen. Dasar
penilaian meliputi penataan barang, tempat penitipan barang,
kamar kecil dan tempat ibadah.
7. Suasana
Suasana merupakan faktor pendukung, karena apabila
perusahaan mengesankan maka konsumen mendapatkan
kepuasan tersendiri. Dasar penilaian meliputi: sirkulasi udara,
kenyamanan dan keamanan.
2.3.2 Dimensi Kepuasan Pelanggan
Hawkins dan Lonney dikutip dalam Tjiptono (2004:101)
mengemukakan bahwa dimensi atau dari kepuasan terdiri atas:
1. Kesesuaian Harapan
Merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja produk yang
diharapkan oleh pelanggan dengan yang dirasakan oleh
pelanggan, meliputi :
Produk yang diperoleh sesuai atau melebihi dengan
yang diharapkan.
Pelayanan oleh karyawan yang diperoleh sesuai atau
melebihi dengan yang diharapkan.
Fasilitas penunjang yang didapat sesuai atau melebihi
dengan yang diharapkan.
26
2. Minat berkunjung kembali
Merupakan kesedian pelanggan untuk berkunjung kembali
atau melakukan pembelian ulang terhadap produk terkait,
meliputi :
Berminat untuk berkunjung kembali karena pelayanan
yang diberikan oleh karyawan memuaskan.
Berminat untuk berkunjung kembali karena nilai dan
manfaat yang diperoleh setelah mengkonsumsi produk.
Berminat untuk berkunjung kembali karena fasilitas
penunjang yang disediakan memadai.
3. Kesediaan merekomendasikan
Merupakan kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan
produk yang telah dirasakannya kepada teman atau keluarga,
meliputi :
Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli
produk yang ditawarkan karena pelayanan yang
memuaskan.
Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli
produk yang ditawarkan karena fasilitas penunjang
yang disediakan memadai.
Menyarankan teman atau kerabat untuk membeli
produk yang ditawarkan karena nilai atau manfaat yang
didapat setelah mengkonsumsi sebuah produk jasa.
2.3.3 Kepuasan Pelanggan dan Pengukurannya
Penilaian kepuasan pelanggan mempunyai tiga bentuk yang berbeda
yaitu:
a. Positif disconfirmation, dimana kinerja lebih baik dari
harapan.
b. Simple confirmation, dimana kinerja sama dengan harapan.
c. Negatif disconfirmation, dimana kinerja lebih buruk dari
harapan.
27
Pengukuran kepuasan (Kotler, 2009:36) dapat diukur dengan
beberapa cara, kepuasan dapat diukur dengan menanyakan secara
langsung kepuasan pelanggan dengan menggunakan skala.
Ada beberapa metode yang biasa digunakan perusahaan untuk
mengukur kepuasan pelanggannya (Kotler, 2009), yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer
oriented) perlu menyediakan akses yang mudah serta nyaman
bagi para pelanggan untuk menyampaikan saran, kritik,
pendapat dan keluhan mereka.
2. Pembeli bayangan (Ghost Shopping)
Yaitu dengan mempekerjakan beberapa ghost shopper yang
berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial
produk perusahaan dan kemudian menilai cara perusahaan
melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab
pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhan.
3. Analisis pelanggan beralih (Lost Customer Analysis)
Sedapat mungkin perusahaan seharusnya menghubungi para
pelanggan yang telah beralih ke perusahaan lain agar dapat
memahami mengapa hal itu terjadi dan agar dapat mengambil
kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya.
4. Survey kepuasan pelanggan
Melalui survey, perusahaan akan memperoleh tanggapan
secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan kesan
positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap
pelanggannya. Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan
merupakan bagian dari pengalaman pelanggan terhadap suatu
produk yang ditawarkan. Berdasarkan pengalaman yang
diperolehnya pelanggan memiliki kecenderungan untuk
membangun nilai-nilai ekspektasi tertentu. Nilai ekspektasi
tersebut akan memberikan dampak bagi pelanggan untuk
melakukan perbandingan terhadap kompetitor dari produk
yang pernah dirasakannya. Secara langsung penilaian tersebut
28
akan mempengaruhi pandangan dan penilaian pelanggan
terhadap perusahaan kompetitor.
2.3.4 Karakteristik Kepuasan Pelanggan
Hawkins, Mothersbaugh & Best (2007) menyebutkan bahwa outcome
atau hasil yang diharapkan dari adanya kepuasan pelanggan adalah
peningkatan penggunaan, pembelian ulang, loyalitas dan word of
mouth. Sedangkan menurut Kotler & Amstrong (2009) karakteristik
dari pelanggan yang puas adalah sebagai berikut:
1. Loyal terhadap produk
Pelanggan yang terpuaskan cenderung akan menjadi loyal.
Pelanggan yang puas terhadap produk yang dikonsumsinya
akan mempunyai kecenderungan untuk membeli ulang dari
produsen yang sama. Keinginan untuk membeli ulang karena
adanya keinginan untuk mengulang pengalaman yang baik dan
menghindari pengalaman yang buruk.
2. Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif
Kepuasan adalah merupakan faktor yang mendorong adanya
komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth
communication) yang bersifat positif. Hal ini dapat berupa
rekomendasi kepada calon pelanggan yang lain dan
mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk dan
perusahaan yang menyediakan produk.
3. Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli
produk lain. Hal ini merupakan proses kognitif ketika adanya
kepuasan.
2.4 Pengertian Loyalitas
Kotler dan Keller (2009:138) mendefinisikan loyalitas (loyalty)
sebagai komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau
mendukung kembali produk atau jasa yang disukai dimasa depan meski
pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan
29
beralih. Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang
menjaga kelangsungan maupun kelangsungan kegiatan usahanya.
Menurut Tjiptono (2011:481) loyalitas pelanggan merupakan perilaku
pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang
sama secara berulang kali (bisa dikarenakan memang hanya satu-satunya
merek yang tersedia, merek termurah, dan sebagainya).
Indikator yang digunakan untuk variabel loyalitas menurut (Tjiptono,
2006) adalah:
a) Penggunaan ulang layanan
b) Tertanamnya secara positif layanan di benak pelanggan
c) Selalu menjadi pilihan utama bagi pelanggan
2.4.1 Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Pelanggan merekomendasikan loyalitas mereka pada suatu
perusahaan atau merek dengan membeli berulang kali, membeli
produk atau jasa tambahan perusahaan tersebut, dan
merekomendasikannya pada orang lain. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari Griffin (2005:31), yang menyatakan bahwa
karakteristik pelanggan yang loyal antara lain:
a) Melakukan pembelian berulang secara teratur.
b) Membeli antar lini produk atau jasa.
c) Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
d) Mereferensikan kepada orang lain.
Untuk menjadi pelanggan yang loyal seorang harus melalui
beberapa tahapan, pelangan yang loyal timbul secara bertahap. Proses
ini dilalui dalam jangka waktu tertentu, dengan kasih sayang, dan
dengan perhatian yang diberikan pada tiap-tiap tahap pertumbuhan.
Setiap tahap memiliki kebutuhan khusus. Dengan mengenali setiap
tahap dan memenuhi kebutuhan khusus tersebut, perusahaan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengubah pembeli
menjadi pelanggan atau klien yang loyal.
30
Menurut Griffin (2005:35), ada 8 (delapan) tahapan loyalitas, yaitu:
1) Suspect
Meliputi semua orang yang akan membeli produk atau jasa
perusahaan. Disebut Suspect karena yakin bahwa mereka akan
membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai
perusahaan dan produk atau jasa yang ditawarkan.
2) Prospek (prospect)
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk
atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk
membelinya. Para prospect ini meskipun mereka belum
melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan
perusahaan dan produk atau jasa yang ditawarkan karena
seseorang telah merekomendasikan produk atau jasa tersebut
padanya.
3) Prospek yang diskualifikasi (disqualified of prospect)
Yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan produk atau
jasa tertentu atau tidak mempunyai kemampuan untuk
membeli produk atau jasa.
4) Pelanggan pertama kali (First time buyer)
Yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kalinya.
Mereka masih menjadi konsumen dari produk atau jasa
pesaing.
5) Pelanggan berulang (repeat customer)
Yaitu konsumen telah melakukan penelitian suatu produk
sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan
pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau
membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua
kesempatan yang berbeda pula.
6) Klien (client)
Client membeli semua produk atau jasa yang ditawarkan yang
mereka butuhkan dan membeli secara teratur. Hubungan
dengan jenis pelangan ini sudah kuat dan berlangsung lama,
yang membuat mereka terpengaruh oleh tarikan persaingan
produk lain.
31
7) Penganjur (advocate)
Seperti layaknya Client, Advocate membeli seluruh produk
atau jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan
pembelian secara teratur. Sebagai tambahan mereka
mendorong teman-teman mereka agar membeli produk atau
jasa tersebut. Ia membicarakan tentang produk atau jasa
tersebut, melakukan pemasaran untuk perusahaan dan
membawa konsumen untuk perusahaan tersebut.
8) Pelanggan atau klien yang hilang
Seseorang yang pernah menjadi pelanggan atau klien tetapi
belum membeli kembali sedikitnya dalam satu siklus
pembelian yang normal.
2.4.2 Dimensi Loyalitas Pelanggan
Menurut Grifin dalam Hurriyati (2010:130) karakteristik loyalitas
konsumen terbagi atas:
1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes regular repeat
purchase).
Yakni, konsumen telah membeli atau menggunakan suatu
produk atau jasa lebih dari satu kali dan dilakukan secara
berkala.
2. Membeli diluar lini produk/jasa (Purchase across product and
services lines).
Yakni, konsumen membeli atau menggunakan produk atau
jasa yang dikeluarkan oleh perusahaan diluar produk atau jasa
yang biasa digunakan atau dibeli.
3. Merekomendasikan pada orang lain (Refers to others).
Yakni, konsumen menyarankan atau menganjurkan kepada
orang lain sebagai bentuk kepercayaannya pada suatu produk
atau jasa.
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari
pesaing (Demonstrates an immunity to the full of competition).
Yakni, konsumen tidak terpengaruh dengan adanya penawaran
dari competitor meskipun penawaran yang lebih menarik.
32
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian
terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama
seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian
penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
1 Sanaullah Nazir,
Sheraz Khan,
Raja Ahmed
Jamil, Qazi
Shujaat
Mehmood (2014)
Impact of
Customer
Relationship
Management on
Customer
Satisfaction in
Hotelling Industry
Metode yang
digunakan dalam
jurnal ini aadlah
kuantitatif dengan
menyebarkan
kuesioner kepada
pengunjung hotel
di Islamabad
Hasil penelitian dari
jurnal ini adalah untuk
mengetahui Customer
Relationship
Management terhadap
Kepuasan Pelanggan
pada Industri Hotel.
Berdasarkan pada
literatur yang sudah ada,
hipotesis mengenai
hubungan antara
Customer Relationship
Management terhadap
Kepuasan Pelanggan
adalah positif.
Persamaan dalam penelitian ini yakni sama-sama meneliti tentang hubungan atau
pengaruh antara Customer Relationship Management terhadap Kepuasan Pelanggan.
Penelitian ini juga sama- sama menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan
metode Purposive Sampling dalam penentuan sampel.
33
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Perbedaan dalam penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda antara e-commerce
dengan industri hotel. Pada penelitian di jurnal ini kuesioner menggunakan main study
dan pilot study dimana peneliti mengantisipasi 10 dari 130 responden kurang cakap
dalam mengisi kuesioner.
2 Sevcan Kirmaci
(2012)
Customer
Relationship
Management and
Customer Loyalty;
A Survey in the
Sector of Banking
Metode yang
digunakan dalam
jurnal ini adalah
kuantitatif dengan
menyebarkan
kuesioner kepada
357 pelanggan
nasabah T.C.
Ziraat Bankasi
Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa
Customer Relationship
Management yang
didesain sedemikian
rupa memberikan
dampak positif Loyalitas
Pelanggan yang dicapai
melalui Kepuasan
Pelanggan. Pada
penelitian ini dinyatakan
bahwa terdapat dua
tujuan dari Customer
Relationship
Management yaitu untuk
mendapatkan pelanggan
baru dan untuk
mempertahankan
pelanggan yang sudah
ada.
Persamaaan dalam penelitian ini yakni pada penelitian ini Customer Relationship
Management memberikan dampak Loyalitas Pelanggan melalui tahap Kepuasan
Pelanggan terlebih dahulu, sama halnya seperti yang penulis buat.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda antara e-commerce
dengan industri perbankan. Selain itu, perbedaan pada jurnal ini yakni pada jurnal ini
hipotesa tentang Kepuasan Pelanggan tidak dinyatakan.
34
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
3 Andreas Iskandar
dan Innocentius
Bernarto. (2007)
Pengaruh Kualitas
Pelayanan
Restoran Platinum
Lippo Karawaci
Terhadap
Loyalitas
Pelanggan,
Kepuasan
Pelanggan
Variabel
Intervening
Teknik penelitian
yang digunakan
adalah deskriptif.
Peneliti
menggunakan data
primer yakni
individu atau
mahasiswa UPH.
Peneliti
menyebarkan
kuesioner tertutup
kepada
respondennya
untuk
mempermudah
pemberian tanda
pada informasi
yang diperlukan.
Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa
kualitas pelayanan
mempengaruhi positif
terhadap kepuasan
pelanggan. Kemudian,
kepuasan pelanggan
mempengaruhi positif
terhadap loyalitas
pelanggan.
Persamaan dalam penelitian ini yakni sama-sama memiliki variabel intervening
kepuasan pelanggan untuk mencapai suatu variabel loyalitas. Hasil penelitian juga sama-
sama menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif terhadap
loyalitas.
Perbedaan dalam penelitian variabel independent antara penulis yakni CRM dengan
variabel pada jurnal ini yakni kualitas pelayanan. Perbedaan lain terdapat pada teknik
penyebaran kuesioner. Pada jurnal ini penyebaran kuesioner dilakukan secara tertutup
sedangkan penulis melakukan teknik kuesioner terbuka.
35
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
4 Anggita Putri
Iriandini, Edy
Yulianto, M.
Khollid Mawardi
(2015)
Pengaruh
Customer
Relationship
Management
terhadap Kepuasan
Pelanggan dan
Loyalitas
Pelanggan (Survey
pada Pelanggan
PT. Gemilang
Libra Logistics,
Kota Surabaya)
Metode yang
digunakan pada
penelitian ini
adalah kuantitatif
dengan jenis
penelitian
eksplanatori.
Teknik
pengumpulan data
dalam penelitian
adalah dengan
menyebarkan
angket kepada
pelanggan PT.
Gemilang Libra
Logistics sejumlah
55 orang.
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa
variabel Kepuasan
Pelanggan tidak
memiliki pengaruh
terhadap Loyalitas
Pelanggan PT. Gemilang
Libra Logistics, tingkat
loyalitas bukan
disebabkan karena
kepuasan yang tinggi,
melainkan karena
ketidakinginan untuk
berpindah ke perusahaan
lain yang nantinya
membutuhkan waktu
untuk mengurus hal-hal
administratif yang rumit
dan panjang.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode kuantitatif dengan
Analisis Jalur atau Path Analysis.
Perbedaan penelitian ini adalah hasil penelitian dimana penelitian pada jurnal
menyatakan bahwa Kepuasan Pelanggan tidak berpengaruh terhadap Loyalitas,
sedangkan pada penelitian yang penulis teliti menyatakan bahwa Kepuasan Pelanggan
berpengaruh pada Loyalitas.
2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan pada tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas mengenai
variabel Customer Relationship Management, Kualitas Produk, dan Loyalitas
maka berikut ini adalah kerangka pemikiran teoritis yang akan diterapkan
dalam penelitian ini:
36
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Penulis (2017)