BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan...

14
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari kata Sansekerta disebut dhyana. Ch’an atau Zen diajarkan pertama kali oleh Bodhidharma yang berasal dari India (Purser, 2013: 36). Bodhidharma membawa Ch’an atau Zen ke Cina dan berkembang untuk beberapa abad, kemudian perkembangan Zen berlanjut di Jepang, yang dikenal dengan Buddha Zen. Biksu Buddha bernama Eisai membawa Zen ke Jepang dan mendirikan sekolah Zen Rinzai. Selain Rinzai, ada sekolah Zen lainnya di Jepang, yaitu sekolah Soto yang didirikan oleh Dogen. Kedua sekolah Zen tersebut memiliki perbedaan, yaitu sekolah Rinzai menekankan pada inspirasi spontan yang dicapai melalui penggunaan koan (cerita atau dialog yang menggambarkan interaksi antara ahli Zen dengan muridnya), sedangkan sekolah Soto menekankan pada pencapaian akan pencerahan secara bertahap yang dicapai melalui meditasi. Zen didapat dari pengalaman sehingga diperlukan pemahaman praktek agar dapat memahami Zen itu sendiri. Zen melatih kepekaan panca indera, meningkatkan pandangan tentang estetika, dan melatih pikiran untuk melebihi pikiran yang diskriminatif. Menurut Engel dalam Antariksa (2002: 54), Zen telah mempengaruhi segala aspek kehidupan orang Jepang, tidak hanya berhubungan dengan seni, lembaga sosial, pemerintahan, namun juga berhubungan dengan arsitektur dan seni pertamanan. Seni klasik Zen seperti lukisan, kaligrafi, upacara minum teh, puisi, serta taman Jepang dipandang sebagai ekspresi dan cara untuk menerangkan pikiran agar bebas dari hambatan dan ikatan. Banyak ahli Zen yang juga terkenal sebagai penulis kaligrafi, penulis puisi, pelukis, maupun pemusik (Purser, 2013: 37-38). Terdapat tujuh karakteristik dalam Zen menurut Hisamatsu dalam Zhao (2009: 13), di antaranya adalah fukinsei (asimetris), kanso (kesederhanaan), shizen (kealamian), dan datsuzoku (bebas dari ikatan). Urutan dalam karakteristik ini tidak menunjukkan tingkat kepentingan dari karakteristik tersebut, melainkan masing-masing karakteristik memiliki makna yang sama

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep dan Karakteristik Zen

Zen (禅 ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari kata

Sansekerta disebut dhyana. Ch’an atau Zen diajarkan pertama kali oleh

Bodhidharma yang berasal dari India (Purser, 2013: 36). Bodhidharma

membawa Ch’an atau Zen ke Cina dan berkembang untuk beberapa abad,

kemudian perkembangan Zen berlanjut di Jepang, yang dikenal dengan Buddha

Zen. Biksu Buddha bernama Eisai membawa Zen ke Jepang dan mendirikan

sekolah Zen Rinzai. Selain Rinzai, ada sekolah Zen lainnya di Jepang, yaitu

sekolah Soto yang didirikan oleh Dogen. Kedua sekolah Zen tersebut memiliki

perbedaan, yaitu sekolah Rinzai menekankan pada inspirasi spontan yang

dicapai melalui penggunaan koan (cerita atau dialog yang menggambarkan

interaksi antara ahli Zen dengan muridnya), sedangkan sekolah Soto

menekankan pada pencapaian akan pencerahan secara bertahap yang dicapai

melalui meditasi. Zen didapat dari pengalaman sehingga diperlukan pemahaman

praktek agar dapat memahami Zen itu sendiri. Zen melatih kepekaan panca

indera, meningkatkan pandangan tentang estetika, dan melatih pikiran untuk

melebihi pikiran yang diskriminatif.

Menurut Engel dalam Antariksa (2002: 54), Zen telah mempengaruhi segala

aspek kehidupan orang Jepang, tidak hanya berhubungan dengan seni, lembaga

sosial, pemerintahan, namun juga berhubungan dengan arsitektur dan seni

pertamanan. Seni klasik Zen seperti lukisan, kaligrafi, upacara minum teh, puisi,

serta taman Jepang dipandang sebagai ekspresi dan cara untuk menerangkan

pikiran agar bebas dari hambatan dan ikatan. Banyak ahli Zen yang juga terkenal

sebagai penulis kaligrafi, penulis puisi, pelukis, maupun pemusik (Purser, 2013:

37-38).

Terdapat tujuh karakteristik dalam Zen menurut Hisamatsu dalam Zhao

(2009: 13), di antaranya adalah fukinsei (asimetris), kanso (kesederhanaan),

shizen (kealamian), dan datsuzoku (bebas dari ikatan). Urutan dalam

karakteristik ini tidak menunjukkan tingkat kepentingan dari karakteristik

tersebut, melainkan masing-masing karakteristik memiliki makna yang sama

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

8

pentingnya. Karakteristik tersebut merupakan cara untuk mengekspresikan

pengenalan akan ‘diri yang tak berbentuk’ atau ‘kekosongan’. Pengenalan ini

disebut satori, yaitu penerangan atau kesadaran akan diri sendiri. Pada sub bab

di bawah ini penulis akan menjelaskan mengenai makna karakteristik tersebut.

2.1.1 Fukinsei (不均不均不均不均斉斉斉斉))))atau Asimetris Fukinsei (不均斉) berarti asimetris. Menurut Hisamatsu dalam Zhao

(2009: 14), asimetris berarti tidak teratur, tidak rata, atau tidak seimbang.

Dalam bentuk, bentuk simetris dinyatakan dengan lingkaran. Namun ada

bentuk lingkaran yang sisinya tidak rata dan tidak seimbang. Bentuk

lainnya adalah bentuk segi empat yang panjang sisinya tidak sama. Bentuk

yang sisinya tidak sama atau tidak seimbang dapat dikatakan asimetris.

Dalam angka, asimetris ditunjukkan dengan angka ganjil, sedangkan angka

genap merupakan simetris. Angka dua, empat, enam, delapan, dan sepuluh

dapat dibagi dengan angka dua, hal tersebut dapat dikatakan sebagai

simetris. Namun angka satu, tiga, lima, tujuh, dan sembilan merupakan

angka ganjil dan dikatakan sebagai asimetris. Di dalam seni ikebana dan

kaligrafi terdapat tiga gaya, yaitu formal, semi formal, dan informal.

Asimetris dapat dikatakan informal, sedangkan simetris digambarkan

dengan gaya formal.

2.1.2 Kanso (簡簡簡簡素素素素) atau Kesederhanaan

Kanso ( 簡 素 ) merupakan karakteristik kedua yang berarti

kesederhanaan. Menurut Hisamatsu dalam Zhao (2009: 14),

kesederhanaan merupakan sesuatu yang tidak menyolok. Kesederhanaan

dalam warna berarti warna tersebut tidak menyolok dan tidak terlihat

adanya perbedaan warna. Sebagai contoh, dalam lukisan, tinta yang

digunakan adalah tinta hitam Cina. Lukisan tersebut hanya mengandalkan

tinta hitam yang bertujuan untuk memperlihatkan isi dari lukisan tersebut,

dan tidak menyolok serta berwarna-warni.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

9

2.1.3 Shizen (自然自然自然自然) atau Kealamian

Menurut pendapat Hisamatsu dalam Zhao (2009: 15), shizen (自然)

berarti sesuatu yang alami, wajar, natural, atau bukan buatan. Kealamian

tersebut sama dengan tidak adanya paksaan atau tidak ada maksud tertentu.

Kealamian yang sesungguhnya adalah tanpa pikiran atau tanpa tujuan yang

muncul dari penyangkalan yang polos atau kealamian yang terjadi secara

kebetulan dan niat yang biasa. Seperti pada mangkuk teh yang bentuknya

asimetris secara alami, bentuknya yang tidak beraturan dan asimetris

merupakan kealamian yang wajar dan tidak dipaksakan, serta lebih

menarik dibandingkan dengan mangkuk teh yang bentuknya simetris.

2.1.4 Datsuzoku (脱俗脱俗脱俗脱俗) atau Bebas dari Ikatan

Menurut Hisamatsu dalam Zhao (2009: 16), datsuzoku (脱俗) secara

singkat berarti bebas dari kebiasaan, adat, rumus, peraturan, atau tidak

terikat dengan sesuatu. Hal ini termasuk kebebasan atau tidak adanya

batasan dalam berpikir dan bertindak. Bebas dari keterikatan juga berarti

tidak mematuhi atau menaati peraturan, baik tidak mematuhi peraturan

yang telah ada maupun tidak mematuhi peraturan yang akan ada. Berbagai

macam peraturan akan menjadi penghalang aktifitas dan kreatifitas.

Karakteristik ini berhubungan dengan asimetris yang meninggalkan aturan

dan kesempurnaan, serta berhubungan dengan kreatifitas seniman dalam

mengekspresikan pemahamannya terhadap alam ke suatu karya seni.

2.2 Konsep Rumah Jepang Kontemporer

Jepang merupakan masyarakat yang kuno dan tradisional, namun juga

merupakan masyarakat modern yang mengalami industrialisasi dan urbanisasi

yang sangat pesat pada masa Meiji dan juga pada masa sesudah Perang Dunia II.

Pada masa modern, Jepang dihadapkan dengan desakan akan kebutuhan tempat

tinggal dan harga lahan tempat tinggal yang mahal sehingga Jepang

bereksperimen dengan cara baru untuk menyediakan tempat tinggal yang aman

dan nyaman bagi masyarakatnya sendiri. Pada awal Jepang modern, mayoritas

orang Jepang tinggal di daerah pedesaan. Rumah di pedesaan sangat luas

sehingga keluarga yang tinggal di dalamnya adalah keluarga besar. Proses

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

10

urbanisasi yang telah ada sebelumnya berlanjut, dan kebanyakan orang pindah

ke daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan dan mendapatkan kehidupan yang

lebih mudah. Walaupun banyak orang yang kembali sementara ke daerah

pedesaan selama dan setelah Perang Dunia II untuk mencari makan dan keluar

dari kehancuran yang sangat besar di kota, proses urbanisasi segera pulih seiring

dengan pembangunan kembali dan modernisasi yang sangat pesat. Pada masa

modern, mayoritas orang Jepang tinggal di daerah perkotaan dan sangatlah

mahal apabila memiliki rumah pribadi. Pada umumnya rumah di perkotaan

memiliki ukuran 2LDK (2 Bedrooms, Living room, Dining room, Kitchen), yaitu

dua kamar tidur (satu untuk orang tua dan satu lagi untuk anak), ruang keluarga,

ruang makan, dan dapur. Dengan kata lain, rata-rata keluarga Jepang pada masa

modern adalah keluarga inti. (Young, 2007: 166).

Menurut Ronald (2009: 564), walaupun ada perubahan pada bentuk rumah,

terdapat beberapa ciri yang tetap ada pada rumah Jepang yang nampak untuk

mempertahankan keaslian ruang. Hal yang paling jelas terlihat adalah genkan

yang menandakan peralihan area antara bagian dalam dan luar. Area tersebut

dipakai sebagai tempat untuk melepas sepatu dan mengganti dengan alas kaki

lainnya (Ozaki, 2002: 218). Hal ini merupakan suatu ciri yang menetap dan

dapat terlihat pada rumah Jepang. Rumah modern Jepang memiliki toilet dan

kamar mandi yang terpisah dengan adanya pembagian antara area membersihkan

badan dan berendam untuk mencegah kontaminasi. Mesin cuci terdapat pada

area kamar mandi atau beranda, dan tidak pernah diletakkan di dapur.

Kebersihan dari tiap ruangan dalam rumah dijaga dengan cara ketika memasuki

atau meninggalkan ruangan, perlu memakai atau melepas alas kaki yang berbeda.

Keberlangsungan interior Jepang ditunjukkan dengan bertahannya washitsu

(ruangan bergaya Jepang) yang di dalamnya terdapat tatami (alas lantai ruangan

gaya Jepang) dan shouji (pintu sorong model Jepang yang dilapisi oleh kertas).

Nakagawa dalam Ronald (2009: 564) menjelaskan bahwa pada masa modern,

chanoma (ruang keluarga) dan zashiki (ruang duduk ala Jepang untuk

menyambut tamu) digabung menjadi living room (ruang keluarga atau ruang

tamu). Namun, kamar tidur bergaya Jepang yang menggunakan tatami telah

digantikan dengan kamar tidur bergaya barat. Perubahan ini tidak hanya

tercermin pada kebiasaan baru dari penggunaan tempat tidur, tetapi juga berarti

bahwa kamar tersebut memiliki dinding yang kokoh dan pintu sebagai pembatas

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

11

(Ozaki, 2002: 220). Jumlah rumah yang memiliki kamar tidur bergaya barat

yang dibatasi dengan dinding kokoh dan pintu tersebut naik dari 17% pada tahun

1970-an menjadi 66% pada tahun 1990-an (Ozaki, 2002: 223). Meskipun

demikian, masih tetap ada ruangan yang menggunakan tatami dan terletak di

sebelah ruang tamu (living room) seperti yang ditunjukkan dengan angka tiga

dan angka dua (dapur, ruang makan, dan ruang tamu) pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Denah Rumah Jepang Kontemporer

Sumber: Housing as a Reflection of Culture : Privatised Living and Privacy in

England and Japan (2002)

Berikut ini merupakan keterangan dari gambar 2.1. Pada gambar tersebut

terdapat dua denah, yaitu sebelah kiri merupakan denah lantai satu (1F) dan

sebelah kanan merupakan denah lantai dua (2F). Untuk denah lantai satu, angka

satu (1) menunjukkan pintu/jalan masuk. Dapur, ruang makan, dan ruang tamu

ditunjukkan oleh angka dua (2). Pada sisi bawah angka dua (2), terdapat ruang

ala Jepang bertatami yang ditandai dengan angka tiga (3). Kemudian pada sisi

kanan atas terdapat angka empat (4) yang menunjukkan kamar mandi, angka

lima (5) menunjukkan ruang cuci, dan angka enam (6) adalah toilet. Sedangkan

pada denah lantai dua, kamar tidur ditunjukkan oleh angka tujuh (7). Kemudian

angka delapan (8) menunjukkan lemari, angka sembilan (9) merupakan beranda,

dan juga terdapat toilet yang ditunjukkan oleh angka enam (6).

Rumah pada umumnya memiliki bentuk dasar. Sugiyama (2001: 31)

mengungkapkan pendapat bahwa bentuk dasar sebuah rumah adalah bentuk

persegi empat seperti berikut:

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

12

まっすぐの壁があると、その端は直角に曲がり、またまっすぐの壁があって直角に曲がる…。すなわち四角の箱形が、すべての家の基本にあると考えてしまいがちなのです。

Terjemahan:

Begitu ada dinding lurus, pada ujungnya membelok secara

tegak lurus, kemudian ada dinding lurus lagi dan membelok

secara tegak lurus. Bentuk tersebut adalah bentuk kotak

persegi yang merupakan bentuk dasar pada semua rumah.

Selain bentuk rumah, atap rumah juga memiliki bentuk dasar. Sumino

(2011: 132) mengungkapkan bahwa ada empat bentuk dasar atap rumah seperti

yang terlihat pada gambar 2.2, yaitu kirizumayane (切妻屋根), hougyouyane

(方形屋根), yosemuneyane (寄棟屋根), dan irimoyayane (入母屋屋根).

Gambar 2.2 Bentuk Atap (1)

Sumber: Wakariyasui Zugaku to Seizu (2011)

Berikut ini adalah keterangan dari gambar 2.2. Kirizumayane ditunjukkan oleh

nomor satu (1), yaitu atap yang pada kiri dan kanannya memiliki kemiringan

pada umumnya dan juga merupakan bentuk dasar atap rumah. Sedangkan

hougyouyane ditunjukkan oleh nomor dua (2), yaitu atap yang memiliki bentuk

seperti piramida. Yosemuneyane ditunjukkan oleh nomor tiga (3), yaitu bentuk

atap yang banyak digunakan di rumah pada umumnya dan memiliki kemiringan

pada empat sisinya. Dan terakhir adalah irimoyayane yang ditunjukkan oleh

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

13

nomor empat (4), yaitu bentuk atap yang dimiliki oleh bangunan gaya Jepang

yang ada sejak dulu.

Selain empat bentuk atap tersebut, ada bentuk atap lainnya seperti yang

terlihat pada gambar 2.3, yaitu katanagareyane (片流れ屋根), rokuyane atau

rikuyane (陸屋根), manekiyane (招き屋根) atau sashikakeyane (差しかけ屋根), hakamakoshiyane (はかま腰屋根).

Gambar 2.3 Bentuk Atap (2)

Sumber: Yane no Katachi (2014)

Berikut ini adalah keterangan dari gambar 2.3. Katanagareyane (5), yaitu

bentuk atap yang belakangan ini sedang populer dan banyak digunakan di

rumah terutama yang berlokasi sempit. Rokuyane atau rikuyane (6), yaitu

bentuk atap yang horisontal/mendatar. Manekiyane atau sashikakeyane (7),

yaitu bentuk atap yang sekarang ini dikatakan sebagai bentuk paling cocok.

Hakamakoshiyane (8), yaitu bentuk atap seperti kirizumayane, namun ada

bagian yang terpotong (Koyoo: 2014).

2.3 Konsep Arsitektur Minimalis dan Zen

Ketika orang Amerika terbuka terhadap praktik Jepang, budaya timur dan

barat mulai saling berkomunikasi. Hasilnya adalah perkembangan dari Gerakan

Minimalis setelah Perang Dunia II. Gerakan ini adalah tergabungnya seni

tradisional Jepang ke dalam seni utama di dunia barat. Selama berabad-abad,

arsitektur Zen merupakan praktik sejarah yang digunakan dalam perkembangan

kuil Zen yang sederhana. Namun seiring dengan mulainya orang Amerika

merefleksikan budaya Jepang, mereka mulai meniru kesederhanaan, minimal,

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

14

gaya seni yang timbul melalui pengamatan mereka. Dan akhirnya setelah

berabad-abad tidak tersentuh, arsitektur Zen mulai mengalami pembaharuan.

Seorang arsitek yang memainkan peran utama dalam perubahan tersebut adalah

Frank Lloyd Wright, yaitu salah satu arsitek paling terkenal sepanjang masa.

Wright menghargai kehalusan yang ada pada arsitektur Zen. Ia melihat bentuk

sederhana bukan sebagai rasa yang hambar, namun sebagai cara untuk

menciptakan ruang yang futuristik dan menyegarkan untuk dirasakan. Arsitektur

minimalis nampak ketika unsur yang sangat sedikit dipakai dalam menciptakan

bangunan yang sederhana, misalnya menggunakan beton, kaca, dan baja sebagai

satu-satunya sumber untuk menciptakan bangunan kotak (Morales, 2015: 27).

Dua karakteristik utama dari gaya dan desain Zen adalah mengekspresikan

kesederhanaan dan ketenangan. Pencarian akan kedamaian dan ketenangan telah

membawa para perancang dan dekorator untuk melihat ke budaya timur dan

keharmonisan serta keseimbangan yang alami dari rumah Asia untuk

kesederhanaan dalam kesenian dan desain. Dengan meningkatnya intensitas

dalam kehidupan sehari-hari dan bertambahnya tekanan di sekolah, kantor,

maupun di rumah, budaya barat telah beralih ke desain interior sebagai

pendekatan untuk mencari hiburan dan ketenangan. Desain Zen semakin menjadi

popular di dunia saat ini mulai dari praktik perubahan hidup dalam mental dan

spiritual diri, hingga perubahan secara fisik dari kehidupan seseorang dan

kondisi kerja. Desain Zen mendukung keyakinan bahwa rasa senang dapat

ditemukan pada kejadian paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ruang

Zen tidak berfokus pada kemewahan yang tidak berguna di dalam suatu ruangan,

melainkan dirancang untuk mencegah gangguan agar meningkatkan fokus pada

pikiran dan ketenangan (Gorel, 2015: 75-76).

2.4 Konsep Kyoushou Juutaku

Dalam 150 tahun terakhir, telah banyak tertulis di barat mengenai arsitektur

Jepang, terutama rumah Jepang. Sejak Perang Dunia II, perubahan terbesar

terjadi di perumahan Jepang. Banyak rumah tradisional Jepang yang kebanyakan

kegiatan sehari-harinya dilakukan di dalam satu ruangan, telah tergantikan oleh

rumah bergaya barat dan bertingkat yang memiliki ruangan dibatasi oleh dinding.

Fenomena perumahan baru muncul dalam 20 tahun terakhir ini, yaitu kyoushou

juutaku, yang juga disebut dengan rumah mikro. Beberapa rumah mikro ini

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

15

dibangun pada lokasi yang seukuran dengan satu tempat parkir, dan beberapa

rumah berukuran sekecil 28 m² (Neuliep, 2015: 147).

Kyoushou juutaku diartikan sebagai micro house atau rumah mikro, yaitu

rumah yang didirikan di lahan yang sempit. Sawa (2007: 11) mengungkapkan

pendapat mengenai kyoushou juutaku sebagai berikut:

家づくり雑誌などですっかり定着してきた「狭小住宅」という言葉、明確な定義がありそうでなさそうだが、手っ取り早く言えば、「狭い土地に建てたこだわりの家」。勝手に定義すれば、「おおむね二〇坪以下の狭い土地で、日当たりが悪い、変形地など悪条件の土地の上に建て主のこだわりや思いを詰め込んで、建築家などの専門家の知識と経験を頼りに建てた小さな住宅」の総称といったところか。

Terjemahan:

Istilah ‘kyoushou juutaku’ yang telah melekat pada majalah

mengenai bangunan rumah, dan tidak memiliki definisi yang

jelas, namun secara singkat didefinisikan sebagai ‘Rumah

yang dibangun di tanah yang sempit.’ Jika didefinisikan

secara umum, ‘Rumah kecil yang pada umumnya dibangun

di atas tanah sempit yang berukuran kurang dari 66 m²,

memiliki pencahayaan sinar matahari yang kurang, dibangun

di atas tanah yang memiliki kondisi tidak menguntungkan,

dan dibangun dengan mengandalkan pengetahuan serta

pengalaman dari para ahli seperti arsitek.’ Selain pendapat di atas, Gaja, Suzuki, dan Ikegawa (2002: 29) juga

menjelaskan pendapat mengenai kyoushou juutaku seperti di bawah ini:

ここ数年ブームといえるほど、建築家によって設計され た狭小住宅と呼ばれる敷地の小さな家(建坪平均約15 坪)が数多く建築されている。今日の狭小住宅においては、 敷地が狭小かつ変形であるにもかかわらず、居住者は吹 抜け空間を用いて採光、通 風、室内空間の広がりなどの要素を取り入れることで、居住空間の快適性に向上させ たいと考えるようになってきた。

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

16

Terjemahan:

Rumah yang banyak dibangun pada lokasi berukuran kecil

yang disebut kyoushou juutaku dan dirancang oleh arsitek

(rata-rata luas dari bangunan sekitar 50 m²) dapat dikatakan

laku pada beberapa tahun ini. Pada kyoushou juutaku

sekarang ini, walaupun lokasinya sempit dan juga ada

perubahan bentuk, penghuni rumah ingin meningkatkan

kenyamanan ruang hunian dengan memasukkan elemen

seperti perluasan interior, ventilasi, dan penerangan.

Teknik perancangan bangunan rumah untuk mengatasi lokasi yang sempit

dapat dilihat dari perumahan masa kini, terutama bangunan rumah penduduk

yang ada di kota. Ada kalanya rumah dibangun pada lokasi yang bentuknya

tidak masuk akal. Ada yang dibangun dengan lokasi yang sempit dan

memanjang. Seharusnya dapat diperoleh perumahan dengan kondisi lingkungan

yang sehat dan nyaman, namun terdapat berbagai kendala seperti kekurangan

sinar matahari, pertukaran udara (ventilasi), dan ruang (Manabe, 2004: 5).

Gambar 2.4 Contoh Lokasi Kyoushou Juutaku

Sumber: Sumai to Denka (2004)

Menurut Manabe (2004: 6), ada beberapa kendala dari perumahan yang

dibangun di lahan yang sempit, antara lain:

1. Ruang Kosong (空間)

Ruang kosong tidak cukup dan kemungkinan bentuk dari lokasi yang

tersedia tidak wajar, penggunaan ruang kosong juga menjadi hal yang lebih

sulit dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya berbagai macam

upaya dalam penghematan ruang untuk ruang bagian dalam pada rumah

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

17

seperti ruang kegiatan sehari-hari, ruang penyimpanan, ruang bergerak, dan

untuk ruang bagian luar pada rumah seperti tempat parkir, tempat berlalu-

lalang, jalur evakuasi, tempat jemuran, dan sebagainya. Ada beberapa cara

untuk menghemat ruang pada lokasi yang sempit seperti memanfaatkan ruang

di atas langit-langit rumah, ruang bawah tanah, atau ruang di bawah tangga.

2. Sinar Matahari (太陽光)

Pencahayaan sinar matahari merupakan persyaratan dasar dari rumah

yang dikategorikan sehat, namun sinar matahari terhalang karena bangunan

saling berdekatan. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, ada peraturan

secara hukum mengenai batas ketinggian dan kemiringan bangunan sehingga

tidak menghalangi bangunan lainnya. Cara agar dapat memasukkan cahaya

matahari ke dalam rumah adalah dengan adanya lubang cahaya pada atap

rumah atau dengan pengadaan ruang terbuka seperti taman dalam rumah.

3. Udara (空気)

Ventilasi merupakan persyaratan dasar yang harus ada di sebuah rumah,

namun jika bangunan rumah terlalu padat dan berdekatan, pertukaran udara

pun menjadi tidak baik. Salah satu cara untuk mengatasi pertukaran udara

yang buruk adalah dengan adanya ruang terbuka seperti taman dalam rumah

sehingga dapat terjadi pertukaran udara.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

18

2.5 Makna Warna

Berikut ini penulis akan memaparkan tentang makna warna pada warna

putih dan warna coklat.

Tabel 2.1 Makna Warna Putih

Sumber Makna

Haller (2012: 565) 1. bersih, steril

2. kejelasan

3. kesucian

4. kesederhanaan

5. efisiensi

Stone, Adams, Morioka (2008: 30) 1. kesempurnaan

2. pernikahan

3. kebersihan

4. kebaikan, kesucian

5. penerangan

6. kehalusan

7. kesederhanaan

8. kebenaran

Skinner (2001: 37) 1. potensi yang tak terbatas

2. kesatuan

3. penyelesaian

4. kebenaran

5. kebersihan

6. kesegaran

7. kesederhanaan

8. kesucian

Seperti yang terlihat pada tabel 2.1, Haller (2012: 565) mengungkapkan

bahwa warna putih memiliki makna, yaitu bersih, steril, kejelasan, kesucian,

kesederhanaan, dan efisiensi. Sedangkan Stone, Adams, dan Morioka (2008: 30)

berpendapat bahwa warna putih bermakna kesempurnaan, pernikahan,

kebersihan, kebaikan, kesucian, penerangan, kehalusan, kesederhanaan, dan

kebenaran. Skinner (2001: 37) juga menjelaskan bahwa warna putih memiliki

makna potensi yang tak terbatas, kesatuan, penyelesaian, kebenaran, kebersihan,

kesegaran, kesederhanaan, dan kesucian.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

19

Tabel 2.2 Makna Warna Coklat

Sumber Makna

Uematsu (2013: 117) 1. ketenangan

2. sederhana

3. anggun

Haller (2012: 564) 1. kehangatan

2. alami, membumi

3. keselamatan

4. dapat diandalkan

5. kesungguhan

6. pendukung

Skinner (2001: 49)

1. warna tanah

2. kealamian

3. kepadatan

4. kesederhanaan

Seperti yang terlihat pada tabel 2.2, Uematsu (2013: 117) mengungkapkan

bahwa warna coklat memiliki makna ketenangan, sederhana, dan anggun. Selain

itu, warna coklat memiliki berbagai makna sesuai pendapat Haller (2012: 564),

yaitu kehangatan, alami, membumi, keselamatan, dapat diandalkan,

kesungguhan, dan pendukung. Sedangkan menurut Skinner (2001: 49), warna

coklat memiliki makna warna tanah, kealamian, kepadatan, dan kesederhanaan.

Warna yang dimiliki Jepang secara tradisi mendukung warna alami dari

permukaan kayu yang tidak dicat. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai

kesederhanaan, kerendahan hati, dan pengendalian yang dipandang sebagai

contoh yang sempurna dari estetika atau keindahan budaya Jepang, dan telah

menemukan pengungkapan dari berbagai seni dan adat budaya asli (Cavallaro,

2013: 34-35).

Warna yang memiliki makna kesederhanaan bukan merupakan warna terang

atau cerah yang termasuk ke dalam warna menyolok seperti warna merah, jingga,

dan kuning. Sugiyama (2001: 37) mengungkapkan pendapat mengenai warna

menyolok seperti berikut ini:

赤や黄色、水色といった派手な色使いの壁、ベランダの手すりなどには凝ったデザイン。

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen...7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Karakteristik Zen Zen ( ) berasal dari kata Cina yakni ‘Ch’an’ yang diambil dari

20

Terjemahan:

Penggunaan warna menyolok seperti warna merah, kuning,

dan biru muda pada dinding, pagar pengaman pada beranda

dan sebagainya merupakan desain yang memperhatikan

sampai yang sekecil-kecilnya.