BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Anggaran 2 ... -...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Anggaran 2 ... -...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Anggaran
2.1.1 Pengertian Anggaran
Tujuan kebanyakan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan
(laba), yakni dengan memaksimalkan laba kotor dan meminimalkan biaya yang
dikeluarkan. Agar dapat mencapai tujuannya ini secara maksimal, dibutuhkan
perencanaan yang matang. Salah satunya adalah dengan membuat anggaran.
Anggaran itu sendiri menurut Shim dan Siegel (2000, p3) merupakan titik
fokus dari keseluruhan proses perencanaan dan pengendalian.
Menurut Garrison dan Noreen (2000, p402), anggaran adalah rencana rinci
tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya
lainnya untuk suatu periode tertentu.
Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p27) mendefinisikan perencanaan dan
pengendalian laba (juga sering disebut penganggaran) diartikan sebagai proses
yang ditujukan untuk membantu melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan dan
pengendalian secara efektif.
Nafarin (2000, p10) menyatakan anggaran sebagai suatu rencana keuangan
periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan, serta
merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan
secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka
waktu tertentu.
9
Carter dan Usry (2002, p15-1) berpendapat bahwa ”profit planning is the
development of an operational plan to achieve a company’s goals and objectives.”
Profit planning disini, menurut Carter dan Usry, adalah sinonim dengan
budgetting (penganggaran).
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah
suatu perencanaan finansial secara periodik, yang juga berfungsi sebagai
pengendali dan pengawas yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
2.1.2 Keunggulan dan Keterbatasan Anggaran
Anggaran sendiri memiliki keunggulan serta keterbatasan. Menurut
Garrison dan Noreen (2000, p404), manfaat dari program penganggaran adalah
sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi rencana manajemen melalui
organisasi.
2. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan merencanakan masa
depan. Bila penyiapan anggaran tidak diperlukan, maka akan terlalu banyak
manajer yang harus menghabiskan waktunya untuk mengatasi berbagai
masalah darurat.
3. Proses penganggaran merupakan alat alokasi sumber daya pada berbagai
bagian dari organisasi agar dapat digunakan seefektif mungkin.
4. Proses pengganggaran dapat mengungkap adanya kemandegan potensial
sebelum terjadinya.
5. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan cara
mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian. Penganggaran ikut
10
memastikan agar setiap orang dalam organisasi mengarah pada sasaran yang
sama.
6. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang dapat berlaku sebagai
benchmark untuk mengevaluasi kinerja pada waktu berikutnya.
Sedangkan keterbatasan anggaran menurut Carter dan Usry (2002, p15-4-
15-5), diterjemahkan oleh penulis, adalah sebagai berikut:
1. Ramalan bukanlah ilmu pasti; sejumlah penilaian dipresentasikan berdasarkan
estimasi/perkiraan. Karena anggaran berdasarkan ramalan terhadap kegiatan-
kegiatan yang akan datang, maka revisi atau modifikasi terhadap anggaran
perlu dilakukan ketika dibutuhkan perubahan rencana. Jika kinerja aktual
melenceng dari anggaran, alasannya mungkin saja karena ramalannya yang
salah.
2. Anggaran mungkin memfokuskan perhatian manajer kepada suatu tujuan yang
tidak seiring dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Suatu sistem
anggaran dianggap kurang bagus jika memotivasi manajer melakukan tindakan
yang bukan merupakan yang terbaik bagi organisasi.
3. Diperlukan komitmen dari manajemen puncak dan kerja sama seluruh anggota
manajemen. Jika manajemen puncak tidak mendukung proses penganggaran,
maka manajemen bawah akan menganggap proses penganggaran sebagai
kegiatan yang tidak berarti.
4. Penggunaan berlebihan terhadap anggaran sebagai alat evaluasi bisa berakibat
munculnya tingkah laku yang tidak sesuai. Manajemen mungkin saja sengaja
11
melakukan tindakan yang menguras sumber daya perusahaan demi mencapai
tujuan anggaran pribadinya.
5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peran administrasi.
Eksekutif terkadang merasa terbatasi oleh anggaran.
6. Pembuatan memakan waktu. Terkadang manajemen sering tidak sabar karena
mengharapkan terlalu banyak dalam waktu yang terlalu singkat.
Keterbatasan lainnya menurut Nafarin (2000, p13) yaitu bila pihak yang
merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka
menggerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak akan efektif.
Dalam rangka mengatasi keterbatasan-keterbatasan anggaran tersebut,
dibutuhkan partisipasi dari seluruh bagian organisasi. Manajemen puncak perlu
menjelaskan manfaat dan tujuan pembuatan anggaran, sehingga tidak menganggap
anggaran sebagai suatu paksaan ataupun kekangan, melainkan menganggapnya
sebagai informasi yang dapat digunakan untuk membawa mereka ke arah tujuan
organisasi.
2.1.3 Macam-Macam Anggaran
Terdapat bermacam-macam anggaran menurut berbagai sudut pandang.
Berikut pengelompokan anggaran menurut Nafarin (2000, p17-18):
1. Menurut dasar penyusunan:
a. Anggaran variabel (fleksibel), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
interval kapasitas tertentu. Merupakan suatu seri anggaran yang dapat
disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda. Misalnya
anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1.000 unit.
12
b. Anggaran tetap (statis), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu
tingkat kapasitas tertentu. Misalnya penjualan direncanakan 1.000 unit,
dengan demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan
1.000 unit tersebut.
Shim dan Siegel (2000, p69) juga memberikan pendapat mengenai
perbedaan anggaran fleksibel dan statis, bahwa anggaran fleksibel berguna
untuk mengendalikan biaya, diarahkan untuk beberapa aktivitas bukan hanya
satu aktivitas, dan bersifat dinamis serta tidak statis. Sedangkan anggaran statis
(tetap) hanya diarahkan untuk satu tingkat aktivitas dan memiliki masalah
dalam pengendalian biaya.
Tabel 2.1 Contoh anggaran laporan laba rugi statis
HAMPTON FREEZE, INC. Laporan Laba Rugi yang Dianggarkan
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2000
Penjualan (100.000 unit seharga $20) $ 2.000.000 Dikurangi harga pokok penjualan (100.000 unit seharga $13) 1.300.000 Gross margin 700.000 Dikurangi beban penjualan dan administrasi 577.800 Laba operasional bersih 122.200 Dikurangi beban bunga 14.000 Laba bersih $ 108.200
Sumber: Garrison dan Noreen (2000, p426)
2. Menurut cara penyusunan:
a. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periode
tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir
periode anggaran.
b. Anggaran kontiniu adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan
perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan
13
perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami
perubahan.
3. Menurut jangka waktunya:
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat
dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk
keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat
dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. anggaran untuk keperluan
investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut
anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang diperlukan
sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya:
a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan
laba rugi. Anggaran operasional antara lain terdiri dari:
• Anggaran penjualan
Menurut Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p160-161), dua
pendekatan yang berbeda digunakan untuk rencana penjualan,
tergantung pada karakteristik perusahaan, yaitu:
1. Pendekatan harga jual per unit. Pertama direncanakan unit yang
hendak dijual dan harga jual per unit untuk tiap produk. Metode ini
diterapkan saat (a) jumlah lini produk kecil, dan (b) harga jual
relatif tinggi. contohnya, pendekatan ini biasanya akan digunakan
untuk dealer mobil (kecuali untuk operasi suku cadang)
14
2. Pendekatan nilai penjualan. Pendekatan ini merencanakan nilai
penjualan dalam satuan uang hanya untuk departemen penjualan.
Pendekatan ini digunakan saat (a) jumlah lini produk banyak, dan
(b) harga jual antar lini produk sangat bervariasi. Pada kasus ini
sering tidak praktis untuk merencanakan unit dan harga individual
untuk semua barang (bayangkan toko bahan makanan).
• Anggaran biaya pabrik;
Anggaran biaya bahan baku
Anggaran biaya tenaga kerja langsung
Anggaran biaya overhead pabrik
• Anggaran beban usaha
• Anggaran laporan rugi laba
b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca.
Anggaran keuangan antara lain terdiri dari:
• Anggaran kas
• Anggaran piutang
• Anggaran persediaan
• Anggaran utang
• Anggaran neraca
Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master
budget). Anggaran induk yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan
perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan.
15
Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulanan dan anggaran
triwulanan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
Anggaran induk menurut Garrison dan Noreen tidak jauh berbeda dengan
Nafarin. Ilustrasi keterkaitan anggaran induk menurut Garrison dan Noreen
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Keterkaitan anggaran induk
Sumber: Garrison dan Noreen (2000, p414)
2.1.4 Zero-Based Budgeting
Menurut Garrison dan Noreen (2000, p429), zero-based budgeting adalah
pendekatan alternatif yang dapat digunakan - terutama pemerintahan dan sektor
nirlaba. Berdasarkan zero-based budgeting, manajer dituntut untuk menentukan
Anggaran Produksi
Anggaran Beban Penjualan dan Administrasi
Anggaran Persediaan Akhir
Anggaran Produksi
Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Anggaran Bahan Langsung
Anggaran Penjualan
Anggaran Kas
Neraca yang Dianggarkan
Laporan Laba Rugi yang Dianggarkan
16
seluruh pengeluaran yang dianggarkan dan tidak sekadar mengadakan perubahan
anggaran tahun sebelumnya. Dasar penyusunannya adalah nol.
Zero-based budgeting menuntut adanya dokumentasi yang memadai.
Selain seluruh skedul yang dibutuhkan dalam pembuatan anggaran induk, manajer
harus menyiapkan serangkaian ”paket keputusan” yang berisi seluruh aktivitas
departemen dibuat ranking sesuai dengan tingkat urgensinya dan biaya dari setiap
aktivitas diidentifikasikan.
Dengan zero-based budgeting, maka manajer lebih atas dapat melakukan
review pada ranking yang telah dibuat, dan melakukan pemotongan aktivitas yang
dianggap tidak urgen serta memotong biaya yang tidak perlu.
Oleh karena itu, zero-based budgeting ini sangat membantu manajer atas
dalam pengambilan keputusan saat menyetujui suatu anggaran.
2.2 Pengertian dan Klasifikasi Biaya
Memahami pengertian biaya sangat penting dalam rangka perencanaan dan
penyusunan anggaran. Berikut akan diuraikan pengertian dan klasifikasi biaya menurut
beberapa ahli.
2.2.1 Pengertian Biaya
Berikut beberapa pengertian biaya:
Menurut Hansen dan Mowen (1999, p36), yang diterjemahkan oleh
Hermawan, A.A., biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan
untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini
atau dimasa yang akan datang bagi organisasi.
17
Carter dan Usry (2002, p2-1) mendefinisikan biaya sebagai ”an exchange
price, a forgoing, a sacrifice made to secure benefit ... the forgoing or sacrifice at
date of acquisition is represented by a current or future diminution in cash or
other assets.”
Berdasarkan pengertian biaya di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah suatu nilai, berupa kas atau nilai ekuivalen kas, yang dikorbankan atau
ditukarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat
memberikan manfaat pada saat ini maupun yang akan datang bagi organisasi.
Orang cenderung menyamakan istilah biaya dengan beban. Namun
menurut Carter dan Usry (2002, p2-2) bahwa ”every expense is a cost, but not
every cost is an expense; assets are costs, for example, but they are not (yet)
expenses”. Jadi, semua beban adalah biaya, namun biaya belum tentu sudah
menjadi beban. Carter dan Usry juga memberi contoh yaitu ”... purchase of raw
materials for cash ... The materials are acquired at some cost, but they are not yet
an expense. When the firm later sells ... , the cost of materials is written off among
expenses on the income statement”. Jadi, contohnya pembelian bahan baku
dengan sejumlah uang, maka timbul biaya. Biaya tersebut baru diakui sebagai
beban setelah barang jadi (yang terbuat dari bahan baku tersebut) dijual oleh
perusahaan.
2.2.2 Klasifikasi Biaya
Garrison dan Noreen (2000, p-47-65), terjemahan Budisantoso Totok A.,
mengklasifikasikan biaya berdasarkan tujuannya, sebagai berikut:
• Tujuan menyiapkan laporan keuangan eksternal
18
1. Biaya produk yaitu biaya yang berisi biaya-biaya yang terkait
dengan baik pembelian maupun produksi barang. Kebanyakan
perusahaan manufaktur membagi biaya manufaktur ke dalam tiga
kategori besar:
a. Bahan langsung. Bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan
dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke
produk tersebut. Termasuk misalnya tempat duduk di pesawat
Boeing yang dibeli dari subkontraktor yang kemudian dipasang
di pesawat-pesawat komersialnya.
b. Tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri
dengan mudah ke produk jadi. Misalnya, tenaga kerja bagian
perakitan.
c. Overhead pabrik. Termasuk seluruh biaya manufaktur yang
tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan
perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak
properti, penyusutan, asuransi fasilitas-fasilitas produksi. Di
dalam perusahaan juga terdapat biaya listrik dan penerangan,
pajak properti, asuransi, penyusutan, dan sebagainya berkaitan
dengan fungsi administrasi dan penjualan. Hanya biaya-biaya
yang berkaitan dengan operasi perusahaan yang termasuk
kategori biaya overhead produksi. Sejumlah nama lain biaya
19
overhead pabrik misalnya biaya manufaktur tidak langsung,
overhead pabrik, biaya pabrik.
Jika kasus perusahaan merupakan non manufaktur, maka overhead
pabrik menjadi overhead, dan tidak ada biaya bahan langsung (jika
memang tidak ada).
2. Biaya periodik yaitu semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya
produk (non produksi). Biaya ini adalah beban dalam laporan laba
rugi dalam periode di mana biaya tersebut terjadi dengan
menggunakan peraturan akuntansi akrual seperti yang telah
dipelajari dalam akuntansi keuangan. Biaya periodik akan
dimasukkan dalam laporan laba rugi sebagai beban dalam periode
terjadinya. Umumnya biaya non produksi dipilah menjadi dua:
a. Biaya penjualan dan marketing, termasuk semau biaya yang
diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan
memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada
konsumen. Biaya marketing meliputi pengiklanan, pengiriman,
perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji
untuk bagian penjualan, biaya gudang produk jadi.
b. Biaya administrasi meliputi biaya eksekutif, organisasional, dan
klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi.
Contohnya, kompensasi eksekutif, akuntansi umum, sekretariat,
humas, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi
umum organisasi secara keseluruhan.
20
• Tujuan memprediksi perilaku biaya untuk merespon perubahan
aktivitas.
Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi atau merespons
perubahan aktivitas bisnis. Bila aktivitas bisnis meningkat atau surut,
biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau mungkin juga
tetap. Biaya ini biasanya dikategorikan menjadi variabel dan tetap.
a. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional
dengan perubahan aktivitas. Aktivitas dapat diwujudkan dengan
berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual,
kilometer, jam kerja, dan sebagainya. Salah satu aspek yang
menarik dari perilaku biaya variabel adalah bahwa biaya variabel
selalu konstan apabila dinyatakan dalam harga per unit. Contoh
biaya variabel adalah biaya bahan langsung.
b. Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa
terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Ketika dikatakan bahwa biaya
bersifat tetap, berarti tetap dalam cakupan yang relevan (relevant
range), yaitu cakupan aktivitas dengan validitas asumsi biaya
variabel dan biaya tetap. Sebagai contoh, asumsi bahwa biaya sewa
untuk sebuah mesin 8.000 dolar per bulan dianggap valid dalam
cakupan yang relevan penggunaan antara 0 sampai 2.000 kali.
Biaya tetap dapat menimbulkan kesulitan apabila harus
menyatakannya dalam biaya per unit, karena akan berbanding
terbalik dengan perubahan aktivitas. Contoh biaya tetap yaitu sewa
21
asuransi, penyusutan dengan metode garis lurus, gaji pegawai, dan
sebagainya.
Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p301), terjemahan Purwatiningsih dan
Maudy W., menyatakan bahwa biaya variabel harus dikaitkan dengan aktivitas
dalam batasan yang relevan dari operasi. Di luar batasan normal, pola biaya
variabel biasanya akan berubah.
• Tujuan menentukan biaya ke objek biaya seperti departemen atau
produk
Biaya dibebankan ke objek biaya dengan berbagai tujuan termasuk
penentuan harga, mempelajari tingkat laba, dan pengendalian. Objek
biaya adalah segala sesuatu yang untuknya data biaya dimaksudkan
termasuk produk, lini produk, konsumen, pekerjaan, dan sub-unit
organisasi. Untuk tujuan ini, biaya dipilah menjadi:
a. Biaya langsung adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri
ke objek biaya yang bersangkutan. Konsep biaya langsung lebih
luas dari pengertian bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Sebagai contoh, jika Reebok membebankan biaya ke berbagai
kantor penjualan regional dan nasional, gaji manajer penjualan di
kantor Tokyo menjadi biaya langsung kantor tersebut.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri
dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Sebagai contoh
(Gordon dan Noreen (2000, p63)), pabrik Campbel Soup
memproduksi sejumlah jenis sup kalengan. Gaji manajer pabrik
22
menjadi biaya tidak langsung dari setiap jenis sup kalengan
mangkuk yang dibuat. Gaji ini disebut juga common cost, yaitu
biaya yang bersama-sama dinikmati oleh sejumlah objek biaya.
Jadi, biaya tertentu mungkin masuk kategori langsung atau tidak
langsung tergantung dari objek biayanya. Misalnya, gaji manajer
pabrik di Campbel Soup bisa menjadi biaya langsung jika objek
biayanya adalah divisi produksi.
• Tujuan pembuatan keputusan
a. Biaya diferensial. Setiap alternatif keputusan bisnis dapat
memperoleh konsekuensi biaya dan manfaat tertentu. Perbedaan
biaya antara dua alternatif keputusan disebut biaya diferensial.
Contohnya, alternatif distribusi perusahaan apakah melalui
pengecer atau distribusi langsung ke rumah-rumah.
b. Opportunity cost adalah manfaat potensial yang akan hilang bila
salah satu alternatif telah dipilih dari sejumlah alternatif yang
tersedia. Contohnya, Steve, seorang karyawan yang bekerja di
perusahaan yang memberinya gaji $20.000 tiap tahun. Dia
berencana untuk belajar lagi di perguruan tinggi. Karena untuk
bersekolah berarti dia tidak bisa bekerja dan tidak dapat
menghasilkan sebesar $20.000 maka sejumlah tersebut adalah
opportunity cost yang terjadi apabila dia menuntut pendidikan lagi.
c. Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah
23
oleh keputusan apapun yang dibuat saat ini ataupun masa yang
akan datang. Karena sunk cost tidak dapat diubah oleh keputusan
apapun, sunk cost bukanlah biaya diferensial. Contohnya,
penyusutan aktiva tetap.
2.3 Prosedur Penyusunan Anggaran
Sebelum memasuki prosedur penyusunan anggaran, berikut definisi prosedur
menurut Nafarin (2000, p6) yaitu merupakan suatu urut-urutan seri tugas yang saling
berhubungan yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam. Nafarin
(2000, p7-9) memberi contoh prosedur penyusunan anggaran perusahaan industri antara
lain sebagai berikut:
1. Tahapan penentuan pedoman perencanaan (anggaran)
Anggaran yang akan dibuat pada tahun akan datang, hendaknya
disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan
demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran.
Tahun anggaran biasanya dari tanggal 1 Januari suatu tahun sampai 31
Desember suatu tahun.
Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu top management
(direktur/komisaris) melakukan dua hal, yaitu:
(1) Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti: tujuan, kebijaksanaan,
asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.
24
(2) Membentuk panitia penyusunan anggaran, yang terdiri dari: direktur
sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekretaris, dan manajer lainnya
sebagai anggota.
2. Tahapan persiapan anggaran
Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan terlebih
dahulu menyusun forecast penjualan (taksiran/ramalan penjualan).
Setelah menyusun forecast penjualan kemudian manajer pemasaran bekerja
sama dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun:
• anggaran penjualan,
• anggaran beban penjualan, dan
• anggaran piutang usaha.
Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan
manajer umum menyusun:
• anggaran produksi,
• anggaran biaya pabrik,
• anggaran persediaan,
• anggaran utang usaha.
Anggaran tersebut di atas dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat
oleh manajer pemasaran.
Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun:
• anggaran beban administrasi dan umum.
Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan para manajer menyusun:
• anggaran laba rugi,
25
• anggaran neraca,
• anggaran kas, dan
• anggaran lainnya.
Dalam tahap persiapan anggaran ini biasanya diadakan rapat antar-bagian yang
terkait saja.
3. Tahapan penentuan anggaran
Pada tahap penentuan anggaran diadakan rapat dari semua manajer
beserta direksi (direktur) dengan kegiatan:
(1) Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen
anggaran.
(2) Mengkoordinasikan dan menelaah komponen-komponen anggaran.
(3) Pengesahan dan pendistribusian anggaran.
4. Tahapan pelaksanaan anggaran
Untuk kepentingan pengawasan tiap manajer membuat laporan realisasi
anggaran. Setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggran disampaikan
pada direksi.
Untuk prosedur penyusunan anggaran pada perusahaan non manufaktur hampir
sama dengan prosedur yang telah diuraikan (Nafarin, 2000, p7-9), namun dibutuhkan
beberapa penyesuaian.
Dalam proses penyusunan anggaran, partipasi berbagai pihak sangatlah berperan
penting. Menurut Anthony dan Govindarajan (2007, p391), terjemahan penulis, proses
penganggaran bisa ”top down” atau ”bottom up”. Pada top down, manajemen senior
menyusun anggaran untuk level manajer di bawahnya. Sedangkan pada bottom up,
26
manajer-manajer level bawah ikut berpartisipasi dalam menyusun nilai anggaran.
Pendekatan top down biasanya jarang berhasil, karena menimbulkan kurangnya
komitmen sehingga akan membahayakan kesuksesan perencanaan. Sebaliknya, dengan
pendekatan bottom up, komitmen lebih terjamin dalam pencapaian tujuan-tujuan
anggaran. Namun, penggunaan pendekatan ini harus hati-hati dikontrol, karena nilai
anggaran yang disusun mungkin terlalu mudah dicapai atau anggaran yang disusun
tidak selaras dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Sebenarnya, proses persiapan
anggaran yang efektif adalah penggabungan kedua pendekatan tersebut. Tim pembuat
angggaran menyiapkan draft anggaran pertama untuk area tanggung jawabnya, yang
mana merupakan pendekatan bottom up; namun mereka melakukannya sesuai petunjuk
yang telah dibuat oleh manajemen atas, yang mana merupakan pendekatan top down.
Manajer senior mereview dan mengkritik proposal anggaran dari manajaer bawah.
Hampir sama dengan pendapat Garrison dan Noreen (2000, p408), yang
diterjemahkan oleh Budisantoso Totok A., mengemukakan bahwa program anggaran
yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam tanggung jawab pengendalian
biaya untuk membuat estimasi anggaran mereka sendiri, yang disebut dengan self
imposed budget atau anggaran partisipatif. Pendekatan ini biasanya dianggap sebagai
metode pembuatan anggaran yang paling efektif. Keunggulan yang biasanya
diungkapkan atas anggaran partisipatif ini adalah:
1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang
pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.
27
2. Oang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan
terpenting dalam pembuatan estimasi anggaran. Dengan demikian, estimasi
anggaran yang dibuat oleh orang semacam itu cenderung lebih akurat dan andal.
3. Orang lebih cenderung mencapai anggaran yang penyusunannya melibatkan orang
tersebut. Sebaliknya, orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang didrop
dari atas.
4. Satu anggaran partisipatif mempunyai sistem kendalinya sendiri yang unik sehingga
jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan
adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain, jika anggaran didrop dari atas, mereka akan
selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realistis untuk
diterapkan dan dicapai.
Anggaran partisipatif mungkin saja terlalu longgar. Dengan demikian, sebelum
anggaran diterima, anggaran harus terlebih dahulu di-review secara cermat oleh atasan
langsung. Jika anggaran tersebut dipandang memerlukan perubahan, maka perubahan
tersebut harus didiskusikan dan dimodifikasi atas kesepakatan kedua belah pihak.
Gambar 2.2 Arah aliran data anggaran dalam sistem penganggaran partisipatif
Sumber: Garrison dan Noreen (2000, p409)
Manajamen Puncak
Manajamen Menengah Manajamen Menengah
Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor
28
Dapat disimpulkan bahwa pembuatan anggaran yang lebih baik adalah yang
melibatkan berbagai pihak dalam organisasi. Orang cenderung lebih mau menjalankan
rencananya sendiri daripada rencana yang dibuat oleh orang lain. Selain itu, mereka
merasa mendapat kepercayaan dari perusahaan jika dilibatkan. Dengan demikian,
mereka akan berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan tersebut dengan
menjalankan perencanaan yang mereka buat dengan sebaik-baiknya.
Anggaran juga jangan dijadikan alat untuk mencari kambing hitam, jika tujuan
yang diinginkan tidak tercapai. Anggaran menjadi tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, dan anggaran lebih dianggap sebagai alat tekanan daripada alat motivasi.
Anggaran yang melibatkan berbagai pihak terkait dapat meminimalisasi hal ini.
2.4 Perbandingan Antara Perencanaan dan Pengendalian
Makna perencanaan dan pengendalian terkadang membingungkan, dan seringkali
kedua istilah ini digunakan untuk mengungkapkan hal yang sama. Namun, menurut
Garrison dan Noreen (2000, p403), perencanaan dan pengendalian merupakan dua
konsep yang sangat berbeda. Perencanaan meliputi penentuan sasaran dan penyiapan
berbagai anggaran untuk mencapai sasaran tersebut. Sedangkan pengendalian meliputi
langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kecenderungan
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan, dan juga untuk
memastikan bahwa seluruh bagian organisasi berfungsi sesuai kebijakan organisasi.
Shim dan Siegel (2000, p12) berpendapat bahwa pada awal periode, anggaran
merupakan rencana. Pada akhir periode, anggaran merupakan alat kendali untuk
29
mengukur kinerja dibandingkan terhadap perkiraan, sehingga kinerja di masa yang akan
datang dapat diperbaiki.
Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p32) mengemukakan bahwa manajemen
tingkat atas memiliki tanggung jawab perencanaan yang lebih luas dibandingkan
manajemen tingkat bawah, dan sebaliknya untuk tanggung jawab pengendalian. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Waktu manajemen yang dialokasikan untuk perencanaan versus pengendalian
Posisi
Proporsi Waktu yang Dipakai
Presiden Komisaris Presiden Direktur Direktur Eksekuti f Direktur Kepala Divisi Kepala Bagian Asisten Kepala Bagian Penyelia Pengawas Asisten Pengawas Tenaga Kerja
Fungsi Perencanaan
Fungsi Pengendalian
Sumber: Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p32)
Perencanaan yang telah dibuat akan berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan, agar tidak bergeser ke arah yang buruk dari perencanaan. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang baik tanpa pengendalian yang efektif
adalah sia-sia.
2.5 Laporan Kinerja
Tujuan utama laporan kinerja, menurut Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p475),
adalah untuk menyampaikan pengukuran hasil kerja, hasil aktual, dan penyimpangan
yang terjadi. Selain itu, laporan kinerja juga memberikan pendalaman yang penting bagi
manajemen mengenai segala segi efisiensi operasional.
30
Format laporan kinerja dapat disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik
organisasi. Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p475) mengemukakan bahwa kriteria
umum dalam pembuatan dan aplikasi laporan kinerja antara lain:
1. Dibuat sesuai dengan struktur organisasi dan letak pertanggungjawaban (artinya
menurut pusat tanggung jawab).
2. Dirancang untuk menjalankan prinsip manajemen pengecualian.
3. Berulang dan berkaitan dengan jangka waktu yang singkat.
4. Disesuaikan dengan kebutuhan pengguna utama.
5. Sederhana, mudah dimengerti, dan berisi informasi penting saja.
6. Akurat dan dirancang untuk menunjukkan dengan tepat penyimpangan yang
penting.
7. Dibuat dan disampaikan segera.
8. Harus memberi dorongan ke arah perbaikan.
Tabel 2.3 Laporan kinerja terhadap anggaran
Identi fier Departemen ______________________ Aktivitas Manajaer Nonkeangan ______________________ Anggaran Aktual Persen Anggaran Periode Sekarang Anggaran Tahun Ini
Aktual Varians Anggaran Aktual Varians Penyebab Varians
Cadangan Anggaran Ekstra untuk Varians
Total
Sumber: Shim dan Siegel (2000, p27)
Melihat contoh-contoh laporan tersebut, pada dasarnya mempunyai kesamaan,
yakni suatu laporan kinerja harus memberikan informasi nilai anggaran, nilai aktual dan
selisih antara nilai aktual dari nilai anggaran. Dari selis ih ini kemudian dapat dibaca
31
kinerja manajemen secara garis besar. Anggaran pada awalnya hanya merupakan
perencanaan, namun anggaran pada akhirnya akan menjadi laporan kinerja, dengan
membandingkan terhadap kegiatan aktual yang terjadi.
2.5.1 Laporan Kinerja Dalam Perusahaan Non Manufaktur
Pengukuran kinerja aktual terhadap sasaran yang direncanakan dapat
dipergunakan pada perusahaan non manufaktur sama seperti terhadap perusahaan
manufaktur. Perusahaan non jasa dan dagang juga menggunakan rencana taktis
yang menetapkan standar kinerja, mengukur hasil aktual, dan membuat laporan
kinerja. (Welsch, Hilton dan Gordon (2000, p488)).
2.5.2 Laporan Kinerja Anggaran Statis
Shim dan Siegel (2000, p69-71) mengilustrasikan laporan kinerja statis
pada Suma Industries, Inc, Departemen Assembly. Perusahaan tersebut
menganggarkan untuk memproduksi 6.000 unit selama bulan Juni.
Laporan kinerja berdasarkan pendekatan anggaran statis tampak sebagai
berikut.
32
Tabel 2.4 Contoh laporan kinerja terhadap anggaran statis
SUMA INDUSTRIES, INC. Anggaran Tenaga Kerja Langsung dan Overhead Variabel
Depart emen Assembly Untuk Bulan Juni
Anggaran Aktual Varians (U atau F)* Produksi dalam unit 6.000 5.800 200 U Tenaga kerja langsung $ 39.000 $ 38.500 $ 500 F Overhead variabel: Tenaga kerja tak langsung 6.000 5.950 50 F Perlengkapan 900 870 30 F Perbaikan 300 295 5 F $ 46.200 $ 45.615 $ 585 F
*Suatu varians yang mewakili perbedaan ant ara biaya aktual dari biaya standar atau biaya yang dianggarkan. U -- Tidak Menguntungkan, F -- Menguntungkan.
Sumber: Shim dan Siegel (2000, p70)
2.6 Sistem Informasi
2.6.1 Pengertian Sistem
McLeod dan Schell, diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004, p9) mengatakan,
“Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan”.
Mathiassen (2000, p9) menyatakan, “System : A collection of components
that implement modeling requirements, function, and interface.”
Menurut O’Brien (2003, p8), terjemahan penulis, sistem adalah kumpulan
dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang bekerja bersama-sama
untuk mencapai tujuan yang sama dengan memasukkan input dan menghasilkan
output dalam suatu proses transformasi yang teratur.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa sistem adalah sekelompok elemen atau subsistem yang terintegrasi dan
33
terjalin satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran tertentu.
2.6.2 Pengertian Informasi
Menurut McLeod dan Schell, (2004, p12), “Informasi adalah data yang
telah diproses, atau yang memiliki arti”.
Romney & Steimbart (2006, p6) menjelaskan beberapa karakteristik
sebuah informasi yang berguna sebagai berikut:
1. Relevant information is relevant if it reduces uncertainty, improves decision
maker’s ability to make preictions, or confirms or corrects their prior
expectations;
2. Reliable information is reliable if it is free from error or bias and
accurately represents the events or activities of the organization;
3. Complete information is complete if it doesn’t omit important aspects of the
underlying events or activities that it measures;
4. Timely information is timely if it is provided in time to enable decision
makers to use it to make decisions;
5. Understandable information is understandable if it is presented in a useful
and intelligible format;
6. Verifiable information is verifiable if two knowledgeable people acting
independently would each produce the same information;
7. Accessible information is accessible if it is available to users when they
need it and in a format they can use.
Dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses dan
berguna, serta dapat membantu dalam pengambilan keputusan bagi si pengguna.
34
2.6.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p12)
adalah, “An arrangement of people, data, processes, and information technology
that interact to collect, process, store, and provide as output the information
needed to support an organization”.
McLeod dan Schell (2004, p4) berpendapat, “Sistem informasi adalah
kombinasi yang terorganisasi yang terdiri dari manusia, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan,
serta menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.”
Dengan demikian, sistem informasi adalah pengaturan sumber daya berupa
orang maupun komputer yang saling berinteraksi untuk menyediakan informasi
yang berguna bagi perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
2.6.4 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut O’Brien (2003, p352), terjemahan penulis, perancangan sistem
menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh sistem untuk memenuhi
kebutuhan informasi user. Perancangan sistem terdiri dari aktivitas perancangan
yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi kebutuhan fungsional yang
telah dikembangkan dalam proses analisa sistem.
2.7 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Mathiassen (2000, p14) mengutarakan pendapatnya bahwa object oriented
analysis and design terbagi dalam empat aktivitas, antara lain: analisis problem-domain,
analisis application domain, architecture design, dan component design.
35
Application-domain analysis
Problem-domainanalysis
Componentdesign
Architecturaldesign
Model
Specifications ofarchitecture
Specifications ofcomponent
Requirementfor use
Gambar 2.3 Kegiatan utama dan hasil dari analisa dan perancangan orientasi objek Sumber: Mathiassen (2000, p15)
2.7.1 Orientasi Objek
Menurut Mathiassen (2000, p4), “Object: An entity with identity, state, and
behaviour”. Jika diterjemahkan, objek adalah suatu entitas dengan identitas,
keadaan dan perilaku tertentu.
Menurut Whitten, Bentley, Dittman (2004, p109), “Object is the
encapsulation of data (called properties) that describes a discrete person, place,
event, or thing, with all of the processes (called methods) that are allowed to use
or update the data and properties”. Jika diterjemahkan, maka objek adalah
enkapsulasi data (yang disebut properti) yang menggambarkan orang, tempat,
kejadian atau barang, dengan seluruh prosesnya (yang disebut method) yang boleh
menggunakan mengupdate data dan propertinya.
36
Jadi dapat disimpulkan object adalah suatu entitas dimana user dapat
menyimpan data dan berasosiasi dengan behaviour.
2.7.2 Rich Picture
Mengacu pada Mathiassen (2000, p26), “rich picture is an informal
drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation.” Jika
diterjemahkan, rich picture adalah sebuah gambaran informal yang mewakili
pemahaman suatu kondisi oleh sang ilustrator. Rich picture juga dapat digunakan
sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antar
pengguna dalam sistem.
2.7.3 Problem Domain Analysis
Mathiassen (2000, p6) mengartikan bahwa ”Problem domain : That part
of a context that is administrated, monitored or controlled by a system.”
Berdasarkan definisi diatas mengandung pengertian bahwa problem domain
merupakan bagian dari suatu konteks yang diadministrasikan, dimonitor, atau
dikontrol oleh sebuah sistem, dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan memodel
sebuah problem domain. Sedangkan model yang terdapat di dalam problem
domain dapat didefinisikan sebagai deskripsi dari class-class, object-object,
structure-structure, dan behaviour di dalam sebuah problem domain, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.4 dibawah ini:
37
Behavior
Classes
Structure
System definition
Model
Gambar 2.4 Aktivitas pada problem domain analysis Sumber: Mathiassen (2000, p46)
2.7.3.1 Classes
Classes disini akan menggambarkan tentang object-object dan
event-event yang mana saja yang akan menjadi bagian dari problem
domain. Menurut Mathiassen (2000, p53), “Class: A description of a
collection of objects sharing structure, behavioral pattern, and attributes”.
Artinya kelas adalah sekumpulan objek-objek yang saling berbagi struktur,
atribut dan pola tingkah laku yang sama.
Mengacu pada Mathiassen (2000, p49), kegiatan kelas akan
menghasilkan event table. Dalam tabel ini dimensi horizontal berisi kelas-
kelas yang terpilih, dimensi vertikal berisi event-event terpilih, dan tanda
cek digunakan untuk mengidentifikasikan objek-objek dari kelas yang
berhubungan dalam event tertentu. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.5
dibawah ini:
38
Tabel 2.5 Contoh Event Table
Sumber: Mathiassen (2000, p50)
2.7.3.2 Structure
Structure di sini harus mencerminkan bagaimana class-class dan
object-object secara konseptual saling terkait secara bersamaan.
Konsep stucture menurut Mathiassen (2000, p69):
1. Class structure, yang meliputi:
a. Generalization
“Generalitation: A general class (the super class) describes
properties common to a group of specialized classes (the
subclasses)”. Jika diterjemahkan, generalisasi adalah suatu kelas
yang umum (kelas super) yang menggambarkan properti umum
untuk suatu grup yang memiliki kelas khusus (sub kelas).
b. Cluster
“Cluster: A collection of related classes”. Artinya, cluster adalah
suatu koleksi dari kelas-kelas yang saling berhubungan.
2. Object structure, yang meliputi:
a. Aggregation
Class
Events Customer Assistant Apprentice Appointment Plan
Reserved v v v v Cancelled v v v Treated v v Employed v v Resigned v v Graduat ed v Agreed v v v
39
“Aggregation: A superior object (the whole) consists of a number
of objects (the parts)”. Artinya, agregasi adalah suatu objek
superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek-objek
(bagian).
b. Association
“Association: A meaningful relation between a number of object”.
Artinya, asosiasi adalah hubungan yang mempunyai arti antar
sejumlah objek.
Hasil dari kegiatan stuktur ini adalah class diagram. Class
diagram menghasilkan ringkasan model problem-domain yang jelas
dengan menggambarkan semua struktur hubungan statik antar kelas dan
objek yang ada dalam model dari sistem yang berubah-ubah.
2.7.3.3 Behavior
Behaviour di sini menggambarkan mengenai suatu tujuan, yaitu
untuk memberi model dinamis yang harus dipunyai oleh object-object pada
problem domain. Tugas utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan
pola perilaku (behaviour pattern) dan atribut dari setiap kelas.
(Mathiassen, (2000, p89))
Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram yang dapat dilihat
pada Gambar 2.5 dibawah ini :
40
/ account open
Open
/ amount deposited
/ account withdrawn
/ account closed
Gambar 2.5 Contoh “Statechart” Sumber: Mathiassen (2000, p90)
Menurut Mathiassen (2000, p93) ada 3 notasi untuk behavioural
pattern yaitu:
• Sequence, dimana event muncul satu per satu secara berurutan.
• Selection, dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event
yang muncul.
• Iteration, dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau berulang
kali.
2.7.4 Application Domain Analysis
Mathiassen (2000, p115) berpendapat bahwa “Application domain: An
organization that administrates, monitors, or controls a problem domain”.
Artinya, application domain adalah suatu organisasi yang mengadministrasikan,
memantau atau mengendalikan suatu problem domain. Tujuan dari application
domain adalah untuk menganalisis kebutuhan dari pengguna sistem.
Pada application domain terdapat tiga aktivitas utama seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.6 dibawah ini:
41
Interfaces
Usage
Functions
System definition
Requirements
Gambar 2.6 Aktivitas application-domain
Sumber: Mathiassen (2000, p117)
2.7.4.1 Usage
Di dalam usage harus mencerminkan bagaimana sistem
berinteraksi dengan actor di dalam sebuah contex. Definisi actor itu sendiri
menurut Mathiassen (2000, p119) adalah “Actor: An abstraction of users
or other system that interact with the target systems”. Jika diterjemahkan,
aktor adalah suatu abstraksi pengguna atau sistem lain yang berhubungan
dengan sasaran suatu sistem. Sedangkan pengertian use case menurut
Mathiassen (2000, p120) adalah “Use case: A pattern for interaction
between the system and actors in the application domain”. Artinya, use
case adalah suatu pola interaksi antara sistem dan aktor-aktor dalam
application domain.
Hasil dari analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari
semua use case dan aktor yang ada digambarkan dalam tabel aktor atau use
case diagram.
42
Menurut Bennet, McRobb dan Farmer (2006, p148), terjemahan
penulis, use case diagram mempunyai dua jenis hubungan (relationship)
yaitu: extend dan include. Hubungan extend digunakan ketika ingin
menunjukan bahwa sebuah use case menyediakan fungsi tambahan yang
mungkin digunakan oleh use case lain, sedangkan hubungan include
digunakan ketika terdapat urutan behavior yang sering kali digunakan oleh
sejumlah use case dan ingin dihindari pengkopian deskripsi yang sama ke
setiap use case yang akan menggunakan perilaku tersebut.
Menurut Whitten, Bentley, Dittman (2004, p687), “Sequence
diagram shows us in great detail how the objects interact with each other
over time”. Sequence menggambarkan bagaimana pesan atau message
dikirim dan diterima antar objek dalam sequence tertentu.
Bennet, McRobb dan Farmer (2006, p329), terjemahan penulis,
menuliskan bahwa sequence diagram membantu seorang analis
mengidentifikasikan rincian dari kegiatan yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsi dari sebuah use case. Tidak ada suatu sequence
diagram yang benar untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah
kemungkinan sequence diagram yang masing-masing diagram tersebut
dapat lebih atau kurang memenuhi dari use case.
43
2.7.4.2 Function
Menurut Mathiassen (2000, p138) “Function: A facility for making
a model useful for actors.” Yang berarti function adalah suatu fasilitas
untuk membuat suatu model yang berguna untuk actors. Function
memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor
dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe
berbeda yaitu:
a. Update, fungsi ini disebabkan oleh event problem domain dan
menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.
b. Signal, fungsi ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari
model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
c. Read, fungsi ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
aktor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
berhubungan dengan informasi dalam model.
d. Compute, fungsi ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam
pekerjaan aktor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang
disebabkan oleh aktor atau model, hasil dari fungsi ini adalah tampilan
dari hasil komputasi.
Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan
kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah
sebuah daftar function-function yang kompleks. Daftar function harus
lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari pelanggan, dan aktor serta
harus konsisten dengan use case.
44
2.7.4.3 User Interface
Mathiassen (2000, p151) menuliskan “Interfaces: Facilities that
make a system’s model and function available to actors”. Yang berarti
nterface adalah fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi yang dapat
dipakai oleh pengguna. Interface menghubungkan sistem dengan semua
aktor yang berhubungan dalam konteks. Kualitas user interface ditentukan
oleh kegunaan atau usability interface tersebut bagi user.
Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user
interface dan elemen-elemen sistem interface yang lengkap, dimana
kelengkapan menunjukkan pemenuhan kebutuhan user. Hasil ini
dilengkapi dengan sebuah diagram navigasi yang menyediakan sebuah
ringkasan dari elemen-elemen user interface dan perubahan antara elemen-
elemen tersebut.
2.7.5 Architecture Design
Menurut Mathiassen (2000, p173), tujuan dari architecture design adalah
untuk menstrukturkan sebuah sistem yang terkomputerisasi. Aktivitas yang
dilakukan dalam architecture design seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.7
dibawah ini.
45
Componentarchitecture
Criteria
Processarchitecture
Analysis document
Architecturalspecification
Gambar 2.7 Aktifitas pada architectural design
Sumber: Mathiassen (2000, p176)
2.7.5.1 Criteria
Menurut Mathiassen (2000, p178), tujuan dari sebuah criteria adalah untuk
mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan. Sebuah perancangan yang baik
harus memperhatikan criteria-criteria seperti terlihat pada tabel 2.6 berikut ini:
46
Tabel 2.6 Kriteria umum
Criterion Ukuran dari
Usable
Secure
Efficient
Correct
Reliable
Maintainable
Testable
Flexible
Comprehensible
Reusable
Portable
Interoperable
Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi
yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis.
Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi
terhadap dat a dan fasilitas.
Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis.
Pemenuhan dari kebutuhan.
Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi.
Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan.
Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat melaksanakan
fungsi yang dibentuk.
Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk.
Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap sistem.
Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang
berhubungan.
Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda.
Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.
Sumber: Mathiassen (2000, p178)
Tidak ada ukuran dan cara-cara yang pasti untuk menghasilkan suatu
desain yang baik. Menurut Mathiassen (2000, p186), sebuah desain yang baik
memiliki tiga ciri-ciri yaitu :
1) Tidak memiliki kelemahan
Syarat ini menyebabkan adanya pendekatan pada evaluasi dari kualitas
berdasarkan review atau eksperimen dan membantu dalam menentukan
prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam kegiatan desain.
2) Menyeimbangkan beberapa kriteria
Konflik sering terjadi antar kriteria, oleh sebab itu untuk menentukan kriteria
mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara untuk menyeimbangkannya
dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu.
47
3) Usable, flexible, dan comprehensible
Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek
pengembangan sistem.
2.7.5.2 Component Architecture
Mathiassen (2000, p190), mengutarakan pendapatnya bahwa
“Component architecture: A system structure of interconnected
components”. Yang berarti arsitektur komponen adalah suatu struktur
sistem dari komponen-komponen yang saling berhubungan.
Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur
(Mathiassen (2000, p193-197)):
1. Arsitektur layered
Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Contoh dari
pola ini adalah model OSI yang sudah menjadi ISO untuk model
jaringan.
2. Arsitektur generic
Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar
muka, function, dan komponen-komponen model.
3. Arsitektur client-server
Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi
sistem di antara beberapa prosesor yang tersebar secara geografis.
Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa
client. Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan
database dan resource yang dapat disebarkan kepada client melalui
48
jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk
menyediakan antarmuka lokal untuk setiap penggunanya.
Berikut adalah tabel 2.7 yang berisi beberapa jenis distribusi dalam
arsitektur client-server dimana U (user), F (function), dan M (model).
49
Tabel 2.7 Jenis Arsitektur client-server
Client Server Architecture
U
U
U+F
U+F
U+F+M
U+F+M
F+M
F+M
M
M
Distributed presentation
Local presentation
Distributed functionality
Centralized data
Distributed data
Sumber: Mathiassen (2000, p200)
2.7.5.3 Process Architecture
Definisi process architecture menurut Mathiassen (2000, p209), “A
system execution structure composed of interdependent process”. Yang
berarti bahwa arsitektur proses adalah struktur eksekusi sistem dari proses-
proses yang saling bergantung. Untuk menjalankan sebuah sistem
dibutuhkan processor, sedangkan external device adalah processor khusus
yang tidak dapat menjalankan program.
2.7.6 Component Design
Tujuan dari component design adalah untuk menentukan kebutuhan di
dalam kerangka arsitektur. Component design diilustrasikan pada gambar 2.8
dibawah ini.
50
Design ofcomponents
Design ofcomponentconnections
Architecturespecifications
Componentspecification
Gambar 2.8 Component Design
Sumber: Mathiassen (2000, p232)
2.7.6.1 Model Component
Mathiassen (2000, p236) menuliskan “Model component: A part of
a system that implements the problem-domain”. Yang berarti model
component adalah suatu bagian dari sistem yang mengimplementasikan
problem domain.
Tujuan dari komponen model adalah untuk mengirimkan data
sekarang dan historis ke function, interface dan pengguna dan sistem yang
lain. Konsep utama dalam desain komponen model adalah struktur.
Hasil dari kegiatan komponen model adalah revisi dari class
diagram dari kegiatan analisis. Kegiatan revisi biasanya terdiri dari
kegiatan menambahkan kelas, atribut dan atau struktur baru yang mewakili
event. Untuk private event (event yang hanya melibatkan satu objek
problem-domain) yang terjadi secara berulang, maka event-event tersebut
direpresentasikan sebagai class baru; dihubungkan agregasi dengan class
asal. Integrasikan atribut-atribut event dalam class baru tersebut.
51
2.7.6.2 Function Component
Menurut Mathiassen (2000, p252), “Function component: A part of
system that implements functional requirements.” Yang berarti komponen
function adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan-
kebutuhan fungsional. Tujuan dari komponen function adalah untuk
memberikan akses bagi user interface dan komponen sistem lainnya ke
model, oleh karena itu komponen function adalah penghubung antara
model dan usage.
Hasil dari kegiatan ini adalah class diagram untuk komponen
function dan perpanjangan dari class diagram komponen model. Berikut
adalah sub kegiatan dalam perancangan komponen function dapat dilihat
pada Gambar 2.9 dibawah ini:
Design functions asoperations
Explore patterns
Function list, classdiagram,andcomponentspecification.
Function-componentspecification
Specify complexoperations
Model-componentspecification
Gambar 2.9 Sub activities in function-component design Sumber: Mathiassen (2000, p252)
52
Sub kegiatan ini menghasilkan kumpulan operasi yang dapat
mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang ditentukan dalam
analysis problem domain dan function list.
1. Merancang function sebagai operation.
2. Menelusuri pola yang dapat membantu dalam mengimplementasi
function sebagai operation.
3. Spesifikasikan operasi yang kompleks.
2.8 Pengertian Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2002, p14) mendefinisikan basisdata
sebagai sekumpulan data yang memiliki relasi yang terhubung secara logis yang
digunakan secara bersama, dan sebuah penjelasan dari data ini, dirancang untuk
memenuhi informasi yang dibutuhkan suatu perusahaan.
McLeod dan Schell (2004, p130) mengatakan basisdata adalah kumpulan
file. Definisi umum dari basisdata itu sendiri adalah kumpulan dari semua data
berbasis komputer dari sebuah perusahaan. Sedangkan pengertian khusus dari
basisdata adalah kumpulan data di bawah kontrol software DBMS software.