BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller...

35
5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. (a) Strength (Kekuatan) Merupakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya. (b) Weakness (Kelemahan) Masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain, sehingga ini menjadi kelemahan bagi perusahaan. (c) Opportunity (Peluang) Merupakan suatu kesempatan dimana perusahaan dapat melakukan operasi dalam menghadapi tantangan dan untuk menjadikan kesempatan itu menjadi sebuah keuntungan. (d) Threat (Ancaman) Merupakan suatu bahaya yang biasanya terjadi karena perkembangan yang kurang menguntungkan, dimana akan memberikan dampak seperti pengurangan laba dan penjualan jika tidak dilakukan tindakan untuk bertahan. Lebih lanjut menurut Keller (2009), manfaat dari analisis SWOT adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi sehingga mampu menganalisis apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam organisasi untuk mendapatkan strategi yang tepat dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengatasi segala ancaman dan mengurangi kelemahan yang ada sehingga organisasi dapat bertahan dan mampu untuk berkembang. Menurut Riadi (2013), analisis SWOT memiliki fungsi untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut memiliki

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

5

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analisis SWOT

Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,

threat) adalah evaluasi keseluruhan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman.

(a) Strength (Kekuatan)

Merupakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan

perusahaan lainnya.

(b) Weakness (Kelemahan)

Masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dibandingkan dengan

perusahaan lain, sehingga ini menjadi kelemahan bagi perusahaan.

(c) Opportunity (Peluang)

Merupakan suatu kesempatan dimana perusahaan dapat melakukan operasi dalam

menghadapi tantangan dan untuk menjadikan kesempatan itu menjadi sebuah

keuntungan.

(d) Threat (Ancaman)

Merupakan suatu bahaya yang biasanya terjadi karena perkembangan yang

kurang menguntungkan, dimana akan memberikan dampak seperti pengurangan

laba dan penjualan jika tidak dilakukan tindakan untuk bertahan.

Lebih lanjut menurut Keller (2009), manfaat dari analisis SWOT adalah

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi sehingga mampu

menganalisis apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam

organisasi untuk mendapatkan strategi yang tepat dengan menggunakan kekuatan

dan peluang yang ada untuk mengatasi segala ancaman dan mengurangi kelemahan

yang ada sehingga organisasi dapat bertahan dan mampu untuk berkembang.

Menurut Riadi (2013), analisis SWOT memiliki fungsi untuk mendapatkan

informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal

(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).

Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut memiliki

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

6

6

sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi

bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi

pemasukan yang diinginkan.

Lebih lanjut menurut Riadi (2013), analisis SWOT dapat digunakan dengan

berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya

yang sering digunakan adalah sebagai kerangka atau panduan sistematis dalam diskusi

untuk membahas kondisi alternatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan

perusahaan.

2.2 Green Computing

Menurut Kochhar dalam jurnalnya yang berjudul Eco-Friendly Computing: Green

Computing (2011), green computing adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan

efisiensi penggunaan sumber daya dalam komputasi. Istilah ini umumnya berkaitan

dengan penggunaan sumber daya komputasi dalam hubungannya dengan meminimalkan

dampak lingkungan, memaksimalkan kelayakan ekonomi dan memastikan tugas-tugas

sosial.

Menurut Sheik dalam jurnalnya yang berjudul Green Computing-Embrace a

Secure Future (2010), green computing mengacu pada komputasi ramah lingkungan atau

TI. Ini adalah studi dan praktek merancang, manufaktur, menggunakan, dan membuang

ICT efisien dan efektif dengan meminimalkan yang berdampak buruk bagi lingkungan.

Dengan demikian, green IT mencakup dimensi kelestarian lingkungan, ekonomi efisiensi

energi dan biaya total kepemilikan, yang meliputi biaya pembuangan dan daur ulang.

Menurut Webber (2009), green computing bukan masalah memperkenalkan

perubahan dalam lingkungan kerja yang statis. Sebaliknya, green computing menangani

variabel terbaru untuk persamaan di bisnis TI. Terdapat tiga karakteristik utama dari

green computing: (1) peralatan TI harus efisien, (2) kapasitas peralatan TI harus sesuai

dengan tugasnya, dan (3) biaya kepemilikan peralatan TI harus sudah termasuk biaya

pengolahan ulang yang tepat.

Menurut Murugesan (2012), green IT juga dikenal sebagai green computing

adalah studi dan praktik merancang, membuat, dan menggunakan komputer, server,

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

7

7

monitor, printer, perangkat penyimpanan dan jaringan secara efisien dan efektif dengan

minimalkan dampak terhadap lingkungan. Green IT juga tentang penggunaan TI untuk

mendukung, membantu, meningkatkan inisiatif lingkungan lainnya dan juga untuk

membantu menciptakan green awareness. Dengan demikian, green IT mencakup

perangkat keras, piranti lunak, peralatan, strategi, dan praktik yang dapat meningkatkan

dan mendorong kelestarian lingkungan.

Menurut Joseph dalam jurnalnya yang berjudul Optimization of Operating

Systems towards Green Computing, green computing adalah studi dan praktik sumber

daya komputasi yang efisien dan ramah lingkungan dengan konservasi energi listrik.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan di industri komputer menunjukkan minat

lebih dalam komputasi hijau karena menghemat energi dan biaya pengeluaran.

Menurut Stollenmayer (2011), manfaat green computing adalah: (a) pengurangan

konsumsi energi, (b) pengurangan penggunaan bahan baku, (c) pengurangan penggunaan

air, (d) pengurangan jumlah sampah, (e) pengurangan jumlah daur ulang, dan (f)

pengurangan polusi.

Menurut Speshock (2010), manfaat green computing adalah: (a) tanggung jawab

sosial dan praktik etis, (b) penghematan biaya, (c) kekuatan dalam persaingan, (d)

menaati peraturan pemerintah dan programnya, dan (e) green consumer demands.

2.3 Green Hardware

Menurut Murugesan (2012), green hardware tidak dapat dibangun dengan hanya

memiliki langkah tambahan dalam siklus hidup perangkat keras. Perlu ada upaya bersama

pada setiap tahap siklus hidup dari perangkat keras, dikembangkan sampai akan

digunakan dan didaur ulang atau dibuang. Green hardware perlu melakukan beberapa

tahapan sehingga perusahaan lebih mudah dalam menerapkan green.

Lebih lanjut dikatakan Murugesan (2012), green hardware merupakan konsumsi

energi dengan membuat perubahan kecil pada bagaimana perilaku menggunakan

komputer. Sebagian besar komputer desktop yang sedang berjalan banyak memakan

energi, bahkan ketika tidak menggunakannya lagi, karena pengguna terkadang selalu

meninggalkan desktop mereka dalam keadaan menyala, hal itu dapat meningkatkan

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

8

8

pengeluaran listrik yang berlebihan. Cara mengurangi konsumsi energi komputer dengan

mengikuti beberapa langkah berikut:

(a) Menyalakan fitur manajemen daya pada komputer. Tanpa perlu mengorbankan

kinerja, dapat juga memprogram komputer untuk secara otomatis mematikan sumber

daya saat tidak menggunakan sistem komputer.

(b) Mematikan sistem ketika tidak digunakan. Hal ini merupakan penghematan energi

paling mendasar, dengan melakukan hal tersebut, dapat mengurangi pemakaian

energi.

(c) Menggunakan screensaver. Screensaver kosong lebih menghemat daya daripada

menampilkan gambar bergerak yang terus-menerus memakan daya dari komputer.

Tetapi ini hanya mengurangi konsumsi energi monitor sebagian kecil saja.

2.4 Green Software

Menurut Twente Research and Education on Software Engineering (TRESE)

(2013), green computing dapat dicapai pada software dan dengan software. Melakukan

penghijauan melalui software memiliki tujuan untuk menghemat energi dengan bantuan

software. Penghijauan pada software memiliki tujuan untuk menghemat energi dengan

bantuan software. Penghijauan pada software bertujuan untuk mengurangi dampak pada

lingkungan yang disebabkan oleh software itu sendiri.

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012), green software merupakan

software ramah lingkungan yang dapat membantu menjaga kestabilan lingkungan. Cara

bagaimana sebuah software dikembangkan dan ditambahkan atributnya dapat

memberikan dampak bagi lingkungan. Pengembangan tersebut dapat berupa

modifiability, reusability, portability, dan performance attributes. Murugesan dan

Gangadharan juga membuat klasifikasi pada green software dan membaginya menjadi

empat kategori, yaitu:

(a) Software yang lebih ”hijau” dan mengonsumsi energi lebih sedikit.

(b) Software terintegrasi yang membantu hal-hal lain menjadi ”hijau”.

(c) Software pelaporan ketahanan atau Carbon Management Software (CMS).

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

9

9

(d) Software yang dapat beradaptasi pada perubahan cuaca, memperkirakan implikasi dan

membentuk respon yang baik dan bijaksana.

Menurut jurnal yang berjudul International Journal of Software Engineering and

Its Applications (2013), green software adalah software yang bertanggung jawab untuk

emisi CO2 sebagai komponen hardware. Green software memiliki efek yang tidak

langsung pada lingkungan dengan mengoperasikan dan mengelola hardware yang

mendasari berjalannya software. Green Software memiliki andil dalam mendukung

kelestarian lingkungan.

2.5 Green Data Center

Menurut Bullock (2009), Green data center adalah data center yang dapat

beroperasi dengan efisien, energi maksimal, dan dampak lingkungan minimal. Termasuk

mesin, listrik, pencahayaan, elektrisitas, dan peralatan TI (server, jaringan, media

penyimpanan).

Menurut Toledo (2011), green data center serupa dengan data center biasa yang

digunakan untuk media penyimpanan, manajemen, dan distribusi data. Yang

membedakannya adalah hardware, elektrisitas, dan sistem komputer. Semuanya didesain

untuk mencapai efisiensi maksimal, dan meminimalkan dampak lingkungan.

Menurut Dell dalam jurnalnya yang berjudul Managing The Data Center By

Efficient Use of IT Resouces (2012), green data center ditentukan dengan efisien dimana

data center mengubah sumber daya ke dalam perhitungan. Pengelolaan fasilitas ini akan

fokus dalam meminimalkan limbah TI dan memecahkan masalah buruknya pemanfaatan

TI dan alokasi sumber daya untuk peralatan yang relatif kurang produktif.

Menurut Milojkovic (2010), green data center berarti data center berkelanjutan

secara efisien dalam proses, energi, dan peralatan yang digunakan. Perusahaan mulai

beralih ke green data center dikarenakan tingginya biaya listrik sehubungan dengan

operasional data center. Ini adalah cara untuk mengurangi biaya operasional perusahaan

dalam infrastruktur TI.

2.6 E-Waste

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

10

10

Menurut Jehan dalam YLKI online (2012), e-waste adalah barang elektronik yang

dibuang karena sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-waste

perlu diwaspadai karena mengandung 1000 material. Sebagian besar dikategorikan

sebagai bahan beracun dan berbahaya (B3) seperti logam berat (merkuri, timbal,

kromium, cadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium, tembaga, dan lainnya).

Menurut Himpalaunas online (2011), e-waste adalah sampah atau limbah berupa

perangkat keras atau barang elektronik yang dibuang karena usang atau rusak. Sampah

ini harus mendapat perhatian lebih karena mengandung bahan beracun dan berbahaya

(B3). Limbah elektronik setiap tahunnya mengalami peningkatan mengingat tumbuh

pesatnya penggunaan barang elektronik seperti ponsel, televisi, atau komputer. Menurut

data PBB, setiap tahunnya antara 20-50 juta ton e-waste dibuang tanpa diproses dengan

cara ramah lingkungan. Apabila dibuang secara langsung tanpa melalui pengolahan, zat

dari e-waste yang ada dapat meresap ke dalam tanah, air, dan akhirnya dapat mencemari

lingkungan sekitar.

Menurut Chatterjee dan Kumar dalam jurnalnya yang berjudul Effective

Electronic Waste Management and Recycling Process Involving Formal and Non-Formal

Sectors (2009), e-waste adalah limbah yang paling cepat berkembang di dunia industri

dan urban. Dengan pertumbuhan besar di sektor elektronik dan hardware, permintaan

produk elektronik telah ditingkatkan pula. Perubahan fitur lebih cepat dalam perangkat

elektronik dan ketersediaan produk ditingkatkan sehingga memaksa konsumen untuk

membuang produk elektronik dengan cepat. Generasi ini telah menimbulkan

kekhawatiran terhadap e-waste.

Lebih lanjut menurut Chatterjee dan Kumar dalam jurnalnya yang berjudul

Effective Electronic Waste Management and Recycling Process Involving Formal and

Non-Formal Sectors (2009), sumber utama dari e-waste adalah hardware disposal dan

barang-barang elektronik dari kantor pemerintah, sektor publik dan swasta, akademis

serta lembaga penelitian. Konsumen rumah tangga juga memberikan kontribusi volume

yang signifikan dalam produk elektronik.

2.7 Green IT Policy

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

11

11

Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012), organisasi harus mengembangkan

Green IT policy selaras dengan kebijakan lingkungan secara keseluruhan dan inisiatif.

Green IT policy meliputi kerangka organisasi yang ditempatkan untuk menerapkan

kriteria lingkungan dalam kegiatan TI. Hal ini mendefinisikan sejauh mana green issues

yang dikemas dalam prosedur organisasi membimbing penggunaan, sumber dan

pembuangan infrastruktur teknis TI, kegiatan infrastruktur TI, dan penggunaan TI di

perusahaan yang lebih luas.

Masih dalam sumber yang sama, menurut Murugesan dan Gangadharan (2012),

jatuh tempo Green IT policy mencerminkan pertimbangan lingkungan secara sistematik,

menyerap value chain aktivitas TI secara berulang atau tidak teratur dan didasarkan pada

upaya yang tidak terkoordinasi. Kebijakan (policy) membuat organisasi untuk melakukan

Green IT. Namun, tidak semua policy diharapkan dapat dilaksanakan dengan lancar dan

tidak semua praktik diharapkan menjadi policy.

Lebih lanjut menurut Murugesan dan Gangadharan (2012), Green IT policy tidak

hanya mengenai penggunaan TI di perusahaan tetapi juga dapat mencakup kebijakan

mengenai pengelolaan setelah TI tidak dapat digunakan. Hal ini termasuk kebijakan

mengenai pengelolaan e-waste salah satunya yaitu proses recycling. Proses recycling

adalah proses daur ulang TI yang sudah tidak dapat digunakan. Proses Green IT policy

yaitu recycling dapat menjadi panduan kebijakan recycling TI yang tidak dapat

digunakan lagi di dalam suatu perusahaan dan melibatkan pihak-pihak yang bersangkutan

dalam melakukan recycling tersebut.

2.8 Balanced Scorecard

Menurut Kaelani (2010) Balanced Scorecard (BSC) terdiri dari dua kata:

scorecard dan balanced. Awalnya BSC adalah kartu skor yang digunakan untuk mencatat

skor dari hasil kerja eksekutif. Dalam kartu skor ini kelak skor kinerja aktual akan

dibandingkan dengan skor kinerja yang direncanakan. Hasil perbandingan kemudian

digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari eksekutif.

Lebih lanjut menurut Kaelani (2010), Kata balanced atau berimbang

dimaksudkan bahwa kinerja eksekutif harus diukur secara berimbang, yaitu dari aspek

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

12

12

keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, serta interen dan

eksteren. Oleh karena kinerja eksekutif dinilai berdasarkan kartu skor yang dirumuskan

secara berimbang, diharapkan eksekutif akan memusatkan perhatian dan usahanya pada

ukuran kinerja non keuangan dan yang bersifat jangka panjang.

Menurut Gaspersz (2011), BSC adalah suatu konsep manajemen yang membantu

menerjemahkan strategi kedalam tindakan yang lebih dari sekedar suatu sistem

pengukuran operasional yang taktis. BSC dapat membantu organisasi untuk

menerjemahkan visi dan strategi kedalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan

indikator yang semuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.

Menurut Kaplan dan Norton yang diterjemahkan oleh Rangkuti (2011) BSC

merupakan satu set ukuran yang memungkinkan manajer senior mendapatkan pandangan

bisnis yang cepat tetapi menyeluruh termasuk ukuran keuangan yang memuat hasil

program yang telah dilaksanakan untuk melengkapi ukuran keuangan dan ukuran

operasional tentang kepuasan pelanggan, proses internal dan inovasi dan ukuran operasi

dari aktivitas perbaikan organisasi yang merupakan pemacu kinerja keuangan di masa

depan.

Sementara, Anthony, Banker, Kaplan, dan Young yang diterjemahkan oleh

Rangkuti (2011) mendefinisikan BSC sebagai ukuran dan sistem manajemen yang

menunjukkan kinerja suatu unit bisnis dari empat perspektif: Keuangan, pelanggan,

proses bisnis internal, dan pertumbuhan.

Menurut Atkinson, Banker dan Young yang diterjemahkan oleh Rangkuti (2011)

definisi BSC adalah ukuran dan sistem manajemen yang memandang kinerja suatu unit

bisnis dari empat perspektif: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta

pembelajaran dan pertumbuhan.

Metode ini dikemukakan oleh Kaplan dari Harvard Business School dan Norton,

Presiden Renaissance Solution Inc dalam Umar dalam buku Uha (2013), mengukur

kinerja perusahaan dengan menggunakan BSC. Istilah balanced berarti keseimbangan,

sedangkan scorecard adalah kartu yang dipakai untuk mencatat skor hasil kinerja

seseorang atau kelompok. BSC adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau

kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat skor hasil kinerja. BSC

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

13

13

merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan dan non keuangan serta aspek

internal dan eksternal organisasi/perusahaan.

Masih dalam sumber yang sama, menurut Kaplan dari Harvard Business School

dan Norton, Presiden Renaissance Solution Inc dalam Umar dalam buku Uha (2013),

BSC juga merupakan alat yang sangat menekankan budaya partisipasi setiap anggota

organisasi atau komunitas. Alat ini juga memastikan bahwa semua program senantiasa

hadir dan dikembangkan untuk menopang pencapaian visi dan misi organisasi atau

komunitas. Melalui BSC lalu dilakukan pendekatan untuk mengukur kinerja

organisasi/perusahaan dengan mempertimbangkan empat aspek atas perspektif, yaitu: (a)

perspektif keuangan, (b) perspektif pelanggan, (c) perspektif proses bisnis internal, dan

(d) perspektif proses belajar dan berkembang.

Gambar 2.1 Model BSC (Traditional BSC)

Sumber : Kaelani (2010)

Menurut Rangkuti (2011), terdapat beberapa tujuan utama dari pembuatan BSC,

yaitu:

(a) Menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

14

14

(b) Melakukan pengukuran untuk memberi informasi kepada karyawan tentang faktor

pendorong keberhasilan perusahaan saat ini dan akan datang.

(c) Menyalurkan energi para senior untuk membawa perusahaan menuju ke arah

tercapainya tujuan jangka panjang.

Masih dalam sumber yang sama, menurut Rangkuti (2011) ada beberapa manfaat

utama sistem BSC dalam mendukung proses manajemen strategis antara lain:

(a) Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis.

Untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, personel perlu menempuh

langkah-langkah strategis dalam hal permodalan yang memerlukan langkah besar

berjangka panjang. Selain itu sistem ini juga menuntut personel untuk mencari

inisiatif-inisiatif strategis dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.

(b) Menghasilkan program kerja yang menyeluruh.

Sistem BSC merumuskan sasaran strategis melalui keempat perspektif. Ketiga

perspektif non-keuangan hendaknya dipicu dari aspek keuangan.

(c) Menghasilkan business plan yang terintegrasi.

Sistem BSC dapat menghasilkan dua macam integrasi:

• Integrasi antara visi dan misi perusahaan dengan program.

• Integrasi program dengan meningkatkan profit bersih.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

15

15

Gambar 2.2 Peta strategi BSC

Sumber: Moeheriono (2012)

Menurut Gaspersz (2013), terdapat empat faktor penghambat dalam implementasi

rencana-rencana bisnis strategis, yaitu:

a) Hambatan visi (vision barrier).

Tidak banyak orang dalam organisasi yang memahami strategi organisasi itu sendiri.

Berdasarkan survei, hanya sekitar 5% karyawan yang memahami strategi perusahaan

internal.

b) Hambatan orang (people barrier).

Banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak terkait dengan strategi

organisasi. Berdasarkan survei, hanya sekitar 25% dari manajer yang memiliki insetif

terkait dengan strategi perusahaan.

c) Hambatan sumber daya (resource barrier).

Waktu, energi, dan uang tidak dialokasikan pada hal-hal yang penting (kritis) dalam

organisasi. Misalnya, anggaran tidak dikaitkan dengan strategi bisnis, sehingga

menghasilkan permborosan sumber daya. Berdasarkan survei, sekitar 60% organisasi

tidak mengaitkan anggarannya dengan strategi perusahaan.

d) Hambatan manajemen (management barrier).

Manajemen menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk strategi organisasi dan terlalu

banyak waktu untuk pembuatan keputusan taktis jangka pendek. Berdasarkan survei,

sekitar 86% tim eksekutif menghabiskan waktu kurang dari satu jam per bulan untuk

mendiskusikan strategi perusahaan mereka.

2.9 Balanced Scorecard: Key Performance Indicator (KPI)

Menurut Parmenter (2010), key performance indicator (KPI) adalah metrik

finansial atau pun non-finansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi

menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi. KPI digunakan dalam

intelijen bisnis untuk menilai keadaan suatu bisnis dan menentukan suatu tindakan

terhadap keadaan tersebut. KPI sering digunakan untuk menilai aktivitas-aktivitas yang

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

16

16

sulit diukur seperti keuntungan pengembangan kepemimpinan, perjanjian, layanan, dan

kepuasan.

Menurut Soemohadiwidjojo (2015), KPI harus dilakukan secara cermat untuk

mencerminkan indikator kinerja kunci yang sesuai dengan sasaran strategis dan critical

success factor organisasi. Indikator kinerja yang terpilih tersebut juga harus dapat

diimplementasikan dalam kegiatan operasional organisasi, divisi, serta aktivitas individu.

Untuk menguji apakah indikator kinerja tersebut cukup sederhana, mudah dipahami,

dimonitor serta dikelola sehingga cocok untuk dijadikan KPI, indikator kinerja tersebut

harus memenuhi kriteria SMART-C sebagai berikut:

(a) Specific (spesifik): Indikator kinerja harus dapat didefinisikan secara spesifik.

(b) Measureable (terukur): indikator kinerja harus dapat diukur secara objektif, baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

(c) Attainable (realistis/dapat dicapai): sasaran/target yang ditetapkan untuk indikator

kinerja harus masuk akal dan memungkinkan untuk dicapai.

(d) Relevant (relevan): indikator kinerja yang dipilih sesuai dengan lingkup bisnis dan

aktivitas atau proses bisnis organisasi/divisi terkait.

(e) Time-Bound (batasan waktu): pencapaian sasaran/target indikator kinerja memiliki

batasan waktu yang jelas.

(f) Challenging (menantang): sasaran/target indikator kinerja yang ditetapkan merupakan

peningkatan dari pencapaian periode sebelumnya dan menjadi tantangan manajemen

untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

17

17

Gambar 2.3 Ilustrasi Proses Cascading KPI dalam Organisasi

Sumber : Soemohadiwidjojo (2015)

Lebih lanjut menurut Soemohadiwidjojo (2015), cascading KPI dapat dilakukan

dengan beberapa cara berikut:

(a) Identical.

Cascading secara identical dicirikan dengan definisi, ukuran, dan sasaran KPI unit

kerja yang identik dengan KPI level diatasnya. Namun, dalam penyelarasan secara

horisontal masing-masing unit kerja diberikan nilai target yang berbeda-beda. Cara

ini cocok untuk diterapkan pada unit kerja/divisi dengan struktur regional atau

geografis.

(b) Contributory.

Cascading secara contributory dicirikan dengan definisi, ukuran, dan sasaran KPI

pada level yang lebih rendah memberikan kontribusi pada KPI level diatasnya. Cara

ini cocok untuk diterapkan pada divisi dengan struktur berbasis proses. Cascading

secara contributory juga merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk

menyelaraskan KPI antar unit kerja yang berbeda secara horisontal.

(c) Shared.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

18

18

Cascading secara shared dicirikan dengan ukuran dan sasaran KPI yang sama antara

level yang lebih rendah dan level diatasnya. Cara ini cocok untuk diterapkan pada

kelompok kerja yang memiliki tanggung jawab dan lingkup kerja yang sama.

(d) Support.

Terkadang terdapat KPI organisasi yang pencapaiannya harus didukung oleh divisi

terkait. Namun, karena sifat dari KPI tersebut, divisi terkait harus mengembangkan

KPI yang tidak sama persis dengan KPI organisasi. Dengan cara cascading seperti ini

ada kemungkinan KPI level divisi yang menjadi hasil cascade memiliki deskripsi,

ukuran, dan sasaran yang tidak terkait langsung dengan KPI organisasi, tetapi KPI

divisi tersebut tetap mencerminkan kinerja utama divisi terkait. Inilah cara cascading

KPI yang dikategorikan sebagai support.

Menurut Velimirovic et al (2011), bahwa KPI memberitahu performa

sebelumnya, performa sekarang, dan yang paling berguna untuk memprediksi performa

kedepannya. KPI digunakan dalam intelijen bisnis untuk menilai keadaan kini suatu

bisnis dan menentukan suatu tindakan terhadap keadaan tersebut.

2.10 IT Balanced Scorecard

IT Balanced Scorecard (IT BSC) merupakan hasil adopsi yang dilakukan oleh

Grembergen (2000) dari BSC yang dipopulerkan sebelumnya oleh Kaplan dan Norton. IT

BSC melihat bahwa customer dari departemen TI adalah user dan kontribusi dari

departemen TI dilihat dari pandangan manajemen, Sementara internal business process

melihat bagaimana aplikasi yang diolah oleh TI disampaikan ke pengguna. Secara garis

besar, hasil adopsi BSC menjadi IT BSC adalah:

Tabel 2.1 Adopsi BSC menjadi IT BSC

Traditional BSC IT BSC

• Financial � • Corporate Contribution

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

19

19

• Customer � • User Orientation

• Internal Business Process � • Operational Excellence

• Learning and Growth � • Future Orientation

Sumber: Grembergen (2000)

Menurut Grembergen (2000), penggunaan IT BSC merupakan cara untuk

membantu penyelarasan antara TI dan bisnis. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah

fasilitas yang memadai bagi pelapor manajemen, menumbuhkan kesepakatan antara

stakeholder mengenai tujuan strategis TI, menunjukan kegunaan dan nilai tambah TI dan

mengkomunikasikan kinerja, risiko, dan kemampuan TI.

Menurut Grembergen (2000), ada empat perspektif dalam IT BSC yaitu:

(a) Business/corporate contribution perspective.

Mengevaluasi kinerja TI dan sistem informasi berdasarkan pandangan dari

manajemen eksekutif para direktur dan shareholder dan menangkap nilai bisnis dari

investasi TI.

(b) User orientation perspective.

Mengevaluasi kinerja TI dan sistem informasi berdasarkan pandangan dari pengguna

dengan tujuan untuk melakukan evaluasi penggunaan TI demi kemajuan perusahaan

di masa yang akan datang dengan terus menekankan pada kepuasan dan kepentingan

pengguna.

(c) Operational excellence perspective.

Menilai kinerja TI, efektivitas dan efisiensi proses TI yang digunakan. Berfokus pada

proses TI yang digunakan untuk mendukung proses bisnis.

(d) Future orientation perspective.

Menggambarkan seberapa baik TI memposisikan diri untuk kebutuhan-kebutuhan di

masa mendatang. Mewakili manusia dan sumber daya teknologi yang dibutuhkan

oleh TI untuk memberikan layanannya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

20

20

Gambar 2.4 Model IT Balanced Scorecard (IT BSC)

Sumber : Kaelani (2010)

Menurut Grembergen dan Bruggen (1997), ada beberapa tujuan dari pembuatan

IT BSC, yaitu:

(a) Untuk mendapatkan kontribusi bisnis yang beralasan dan baik dari investasi TI.

(b) Menjadi penyedia pilihan dalam menjalankan proses sistem informasi.

(c) Untuk mengukur kinerja internal maupun eksternal TI untuk memenuhi kebutuhan

jangka panjang.

Menurut Keyes (2005), ada beberapa manfaat dari IT BSC antara lain:

(a) Perusahaan dapat mengembangkan analisis kinerja TI secara luas dan spesifik.

(b) Meningkatkan efektivitas proyek TI untuk memenuhi kebutuhan strategis perusahaan.

(c) Memberikan pengertian yang lebih luas dan penerimaan dari inisiatif TI.

(d) Meningkatkan hubungan dan dialog antara TI dengan perusahaan serta unit bisnis

pelanggan.

(e) Teknologi lebih diposisikan untuk meningkatkan keunggulan bersaing.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

21

21

Gambar 2.5 Contoh peta strategi departemen TI

Sumber: Luis dan Biromo (2013)

Menurut Rangkuti (2013), sebuah tujuan strategis adalah pernyataan tentang apa

yang akan diwujudkan sebagai penjabaran visi dan misi organisasi. Dalam penentuan

tujuan strategis menggunakan BSC, tujuan strategis perlu dijabarkan ke dalam seluruh

perspektif yang ada. Tujuan strategi menunjukkan bagaimana tindakan-tindakan yang

harus dilakukan untuk melaksanakan strategi demi kemajuan suatu organisasi atau

perusahaan.

Lebih lanjut menurut Rangkuti (2013), tujuan strategis harus dinyatakan dalam

bentuk SMART, yaitu spesifik, dapat diukur (measurable), dapat dicapai (attainable),

berorientasi pada hasil (realistic), serta memiliki batas waktu pencapaian (timely).

Sementara sasaran harus mendukung tujuan strategis yang ingin dicapai menggunakan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

22

22

alat ukur untuk mengukur sasaran yang ada. Tolak ukur ini merupakan key performance

indicator. Seperti tujuan strategis, sasaran strategi juga dijabarkan ke dalam seluruh

perspektif BSC.

Tabel 2.2 Ukuran/Parameter Perspektif Orientasi Pengguna

Ukuran/Parameter

1. Preferred IT supplier

• % aplikasi yang diatur TI.

• % aplikasi yang disediakan TI.

• % aplikasi in-house.

2. Partnership with user

• Indeks keterlibatan pengguna dalam pembuatan aplikasi strategis baru.

• Indeks keterlibatan pengguna dalam pengembangan aplikasi baru.

• Frekuensi rapat komite pengendali TI.

3. User Satisfaction

• Indeks user friendliness of applications

• Indeks kepuasan pengguna.

• Indeks ketersediaan aplikasi dan sistem.

• Indeks fungsionalitas aplikasi.

• % pengembangan aplikasi dan operasi di dalam Service Level Agreement (SLA).

Sumber: Grembergen, Van, Bruggen, dan Rik Van (2002)

Menurut Grembergen (2000), perspektif orientasi pengguna memiliki tiga fokus

yang harus diperhatikan, yaitu: (a) menjadi penyedia aplikasi, (b) kerjasama dengan

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

23

23

pengguna, dan (c) kepuasan pengguna. Pengukuran terhadap pengguna seharusnya

memiliki peran yang penting dalam mengevaluasi fungsi TI secara keseluruhan.

Pengguna utama harus dilibatkan dan diikutsertakan dalam pengukuran dan pengambilan

keputusan ini sehingga semua dapat berjalan baik, lancar dan sesuai rencana.

Tabel 2.3 Ukuran/Parameter Perspektif Keunggulan Operasional

Ukuran/Parameter

1. Efisiensi pengembangan piranti lunak

• % perubahan dan penyesuaian yang dilakukan sepanjang tahap pengembangan.

• Jumlah kerusakan per poin fungsi pada tahun pertama produksi.

• Jumlah poin fungsi per orang per bulan.

• Rata-rata jumlah hari keterlambatan dalam menyediakan software.

• Rata-rata peningkatan budget yang tidak diharapkan.

• % proyek dijalankan di dalam SLA.

• % kode yang digunakan ulang.

• % aktivitas pemeliharaan.

• Penumpukan kerja yang terlihat dan yang tidak terlihat.

2. Efisiensi operasi

• % tidak tersedianya mainframe.

• % tidak tersedianya jaringan.

• Waktu respon per kategori pengguna.

• % pekerjaan yang terselesaikan pada waktu yang ditetapkan.

• % of reruns.

• Waktu rata-rata antara kegagalan sistem.

• Rasio biaya operasional.

3. Kemahiran PC dan PC software

• Rata-rata waktu untuk penyediaan.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

24

24

4. Manajemen masalah

• Rata-rata waktu jawaban help desk.

• % pertanyaan terjawab dalam waktu yang ditetapkan.

• % solusi dalam SLA.

5. Pendidikan pengguna

• % pengguna yang telah mendapatkan pendidikan (per-teknologi/aplikasi).

• Kualitas indeks pendidikan

6. Pengaturan staf TI

• Jumlah waktu orang yang dapat ditugaskan secara internal atau eksternal.

• % waktu orang yang ditugaskan pada proyek.

• Indeks kepuasan staf TI.

7. Penggunaan software komunikasi

• % staf TI yang dapat mengakses fasilitas groupware (internet atau intranet).

• % staf TI yang menggunakan fasilitas groupware secara efektif.

Sumber: Grembergen, Van, Bruggen, dan Rik Van (2002)

Menurut Grembergen (2000), perspektif ini untuk mengetahui seberapa efektif

dan efisien proses TI. Perspektif ini berfokus pada pengukuran dan peningkatan dua

proses dasar divisi TI, yaitu proses pengembangan aplikasi TI yang baru dan operasi

komputer. TI harus mampu memberikan layanan yang bermutu tinggi kepada

penggunanya dengan biaya serendah mungkin. Hal ini hanya dapat dicapai dengan

melakukan pengaturan terhadap proses dan dapat ditingkatkan dengan mengikuti ukuran

operasional yang telah ditetapkan.

Tabel 2.4 Ukuran/Parameter Perspektif Orientasi Masa Depan

Ukuran/Parameter

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

25

25

1. Pendidikan tetap karyawan

• Jumlah hari pendidikan/pelatihan per-orang

• Budget pendidikan sebagai suati persentase total IT budget.

2. Keahlian staf TI

• Jumlah tahun keahlian TI per anggota staf.

• Piramida usia staf TI.

3. Usia portofolio aplikasi

• Jumlah aplikasi per kategori usia

• Jumlah aplikasi kurang dari lima tahun.

4. Penempatan dalam teknologi baru

• % budget yang dikeluarkan untuk penelitian TI.

Sumber: Grembergen, Van, Bruggen, dan Rik Van (2002)

Menurut Grembergen (2000), perspektif orientasi masa depan mengevaluasi

kinerja TI dari sudut pandang organisasi TI itu sendiri: (a) proses kepemilikan, (b)

praktisi, dan (3) dukungan dari para profesional. Perspektif orientasi masa depan

menyediakan jawaban bagi para stakeholder mengenai kesiapan TI dalam menghadapi

tantangan masa depan.

Tabel 2.5 Ukuran/Parameter Perspektif Kontribusi Perusahaan

Ukuran/Parameter

1. Kontribusi biaya-biaya TI

• Persentase di atas atau di dalam budget.

• Alokasi budget items yang berbeda.

• IT budget sebagai suatu persentase turnover.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

26

26

• Biaya TI per anggota staf.

2. Menjual pada pihak ketiga

• Keuntungan finansial yang berasal dari penjualan produk dan layanan.

3. Nilai bisnis proyek TI yang baru

• Evaluasi finansial berdasarkan ROI, NPV, IRR, dan PB.

• Evaluasi bisnis berdasarkan information economics.

4. Nilai bisnis fungsi TI

• Persentase kapasitas pengembangan yang digunakan pada proyek strategis.

• Hubungan antara pengembangan baru/investasi infrastruktur/investasi

penggantian atau penempatan ulang.

Sumber: Grembergen, Van, Bruggen, dan Rik Van (2002)

Menurut Grembergen (2000), perspektif ini mengevaluasi kinerja TI dari sudut

pandang manajer eksekutif, dewan direksi, dan para pemegang saham, dan menyediakan

jawaban atas pertanyaan kunci dari pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan

(stakeholders) mengenai nilai TI. Perspektif ini mencakup dua hal yaitu evaluasi

financial jangka pendek dan panjang terhadap proyek dan fungsi TI. Evaluasi financial

jangka pendek meliputi pengendalian biaya TI dan penjualan produk TI, sedangkan untuk

jangka panjang meliputi pengukuran nilai bisnis proyek TI baru dan nilai bisnis fungsi TI.

Dari penjelasan tentang IT BSC maka dapat dilihat bahwa perspektif-perspektif yang ada

merupakan hasil penyesuaian dari tradisional BSC.

Masih dalam sumber yang sama, menurut Grembergen (2000), penting untuk

mengembangkan hubungan sebab akibat dalam IT BSC yang menjelaskan pengukuran

hasil dan performance drivers. IT BSC yang baik membutuhkan perpaduan yang baik

dari dua tipe pengukuran. Hubungan sebab akibat ini perlu didefinisikan ke dalam kartu

skor.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

27

27

Gambar 2.6 Diagram Sebab Akibat

Sumber: Diana et al (2000)

Tabel 2.6 Hubungan Sebab Akibat Antara Keempat Perspektif

JIKA

Keahlian staf TI ditingkatkan.

(Perspektif orientasi masa depan)

MAKA

Akan menghasilkan kualitas pengembangan sistem/aplikasi yang lebih baik.

(Perspektif penyempurnaan operasional)

MAKA

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

28

28

Akan memenuhi kebutuhan pengguna.

(Perspektif operasi pengguna)

MAKA

Akan meningkatkan dukungan terhadap proses bisnis.

(Perspektif kontribusi perusahaan)

Sumber: Diana dan et al (2000)

Menurut Grembergen (2000), hubungan sebab akibat ini harus dapat

menggambarkan keseluruhan dari BSC. Lebih sering diadakannya pelatihan terhadap staf

TI dan proses pelatihan yang lebih baik (perspektif orientasi masa depan) akan menjadi

pemicu kinerja untuk menghasilkan kualitas pengembangan sistem yang lebih baik

(perspektif penyempurnaan operasional) sehingga akan meningkatkan kepuasan

pengguna (perspektif orientasi pengguna).

2.11 Green IT Balanced Scorecard

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An Introduction to the

Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System (2011), salah satu

isu penting yang terkait dengan teknologi lingkungan adalah kemungkinan efek rebound.

Artinya sementara teknologi seharusnya membantu dalam mempromosikan sebuah

masyarakat dimana dimungkinkan untuk menyimpan atau memperkuat standar hidup saat

ini, di saat yang sama, penggunaan ini dapat menyebabkan peningkatan penggunaan

sumber daya. Umumnya rebound digambarkan sebagai peningkatan sumber daya energi.

Lebih lanjut menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An

Introduction to the Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System

(2011), secara kuantitatif rebound menunjukan berapa persen dari potensi penghematan

yang mungkin hilang karena pertumbuhan sebagai akibat dari peningkatan efisiensi. Ini

membantu untuk menjelaskan mengapa investasi TI tidak selalu memiliki dampak positif.

Dengan demikian, tercetus BSC untuk membantu perusahaan mendapatkan solusi untuk

lingkungan secara berkelanjutan. Green IT BSC dapat dipandang sebagai alat bantu

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

29

29

manajemen untuk menyelaraskan strategi TI dengan strategi bisnis dari perspektif

kelestarian lingkungan dalam rangka untuk mencapai keunggulan kompetitif. Berikut

perbedaan antara IT BSC dengan Green IT BSC:

Tabel 2.7 Perbedaan IT BSC dengan Green IT BSC

IT BSC Green IT BSC

Kontribusi bisnis

Misi: Untuk mendapatkan bisnis yang

wajar dan berkontribusi untuk investasi TI.

Perspektif keuangan

Misi: Untuk menyelidiki kontribusi

implementasi Green IT dari perspektif

keuangan.

Orientasi pengguna

Misi: Untuk menjadi pemasok andal

dalam sistem informasi.

Orientasi pemangku kepentingan

Misi: Untuk mengukur efisiensi dan

efektivitas Green IT dalam mendukung

kebutuhan pemangku kepentingan.

Orientasi masa depan

Misi: Untuk mengembangkan kesempatan

untuk menjawab tantangan masa depan.

Orientasi masa depan

Misi: Untuk mengintegrasikan lingkungan

dan aspek teknologi demi mencapai

pembangungan berkelanjutan.

Keunggulan operasional

Misi: Untuk memberikan aplikasi dan

layanan TI yang efektif dan efisien.

Perspektif proses

Misi: Untuk mengoptimalkan pemanfaatan

Green IT sesuai dengan siklus hidupnya.

Sumber: Wati dan Koo (2011)

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul A Presentation of the

Green IT Balanced Scorecard from an Environmental Perspective (2011), Green IT BSC

terdiri dari dua pilar yang berbeda yaitu aspek teknologi lingkungan dan keunggulan

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

30

30

kompetitif implementasi Green IT. Kedua faktor tersebut menjadi dasar bagi perumusan

metrik lanjut kartu skor.

Pengukuran pada BSC harus terdiri dari satu kesatuan yang terkait tujuan dan

pengukuran yang konsisten dan saling memperkuat. Meskipun berbagai pendekatan

untuk IT BSC telah diadopsi, peneliti dan praktisi TI harus menyadari penerapan yang

dilakukan harus sejalan dengan keselarasan teknologi lingkungan. Penerepan yang dapat

dilakukan yaitu berupa Green IT yang memadukan teknologi dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan. Green IT harus melakukan pendekatan dengan

lingkungan mengingat pentingya kelestarian dan keberlanjutan ekosistem yang ada di

muka bumi (Molla, 2009).

Gambar 2.7 Green IT BSC

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

31

31

Sumber: Wati dan Koo (2011)

Dibandingkan dengan IT BSC, Green IT BSC menekankan aspek lingkungan TI

bersama dengan perspektif keuangan, orientasi pemangku kepentingan, orientasi masa

depan, dan operasional. Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An

Introduction to the Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System

(2011), tujuan dari Green IT BSC adalah:

(a) Untuk mengevaluasi kinerja teknologi dengan mengintegrasikan aspek lingkungan

secara efektif.

(b) Untuk menyelidiki aset berwujud dan tidak berwujud dari investasi Green IT.

(c) Untuk menyelaraskan kinerja dan bisnis TI dan mengubah hasil menjadi keuntungan

kompetitif.

2.12 Pengukuran Green IT Balanced Scorecard

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An Introduction to the

Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System (2011), untuk

meningkatkan kinerja, top level manajemen telah mengakui bahwa perlu untuk

memahami biaya yang dikeluarkan, pendapatan perusahaan, serta tindakan-tindakan yang

dapat mempengaruhi perusahaan. Beberapa pertanyaan yang harus diperhatikan sebelum

berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan adalah:

(a) Bagaimana top level manajemen mendapatkan investasi pada Green IT untuk

mengembalikan beberapa nilai bisnis?

(b) Bagaimana top level manajemen memastikan bahwa investasi dalam Green IT adalah

keputusan yang tepat, tidak hanya mematuhi peraturan pemerintah, tapi juga untuk

mencapai dan mengubah investasi menjadi keunggulan kompetitif?

(c) Bagaimana top level manajemen mengatur perusahaan dalam investasi Green IT?

Masih dalam sumber yang sama, menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang

berjudul An Introduction to the Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT

Management System (2011), usulan green IT BSC dapat ditunjukkan dalam beberapa

figur antara lain:

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

32

32

(a) Sebagai penilaian teknologi, green IT BSC mengevaluasi risiko lingkungan, dampak

proyek-proyek tertentu dan fasilitas, potensi limbah dan biaya siklus.

(b) Terdiri dari: (1) Green IT Infrastructure Scorecard, (2) Green IT Usage Scorecard,

dan (3) Green IT Strategic Scorecard. Ketiga driver ini yang membuat Green IT BSC

terus bertahan.

2.13 Pengukuran Green IT Balanced Scorecard: Perspektif Proses

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An Introduction to the

Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System (2011), perspektif

pada sisi proses mewakili proses pada Green IT yang dapat digunakan untuk membuat

dan memberikan dukungan kepada aplikasi secara berkelanjutan. Fokus penting dari

teknologi lingkungan adalah untuk meningkatkan proses produksi dengan

mengedepankan aspek lingkungan.

Tabel 2.8 Metrik Perspektif Proses

Perspektif Perspektif Proses

Key issue Untuk mengoptimalkan pemakaian Green IT dalam proses

berkelanjutan.

Objektif Menurunkan jumlah dari polusi teknologi/carbon footprint/

efek gas rumah kaca untuk melakukan proses operasional.

Pengukuran:

• Pollution control index.

• Transportation efficiency assesment.

• Emission ratio.

• Corporate report (ISO 14001, global reporting

initiative, EMAS version).

Mengurangi pemakaian energi dan sumber untuk melakukan

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

33

33

proses operasional.

Pengukuran:

• Management system project scores.

• Corporate report (ISO 14001, global reporting

initiative, EMAS version).

Mengurangi risiko yang berhubungan dengan lingkungan.

• Hazardous waste ratings.

• Risk technology assesment.

• Corporate report (ISO 14001, global reporting

initiative, EMAS version).

• Analisis dampak lingkungan.

Mudah untuk recycle, reuse, dan menguraikan di akhir

proses teknologi.

Pengukuran:

• Life-cycle assesment.

• Material investigation.

• E-waste ratio.

• Corporate report (ISO 14001, global reporting

initiative, EMAS version).

Sumber: Wati dan Koo (2011)

Lebih lanjut menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An

Introduction to the Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System

(2011), fokus penting dari teknologi lingkungan adalah meningkatkan kinerja proses

manufaktur dari sisi ekologi. Hal ini dapat dicapai melalui desain ulang sistem produksi

untuk mengurangi dampak lingkungan secara berkelanjutan, penggunaan teknologi yang

lebih bersih, meminimalkan limbah, dan memaksimalkan penghematan bahan bakar dan

energi.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

34

34

2.14 Pengukuran Green IT Balanced Scorecard: Perspektif Stakeholder

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An Introduction to the

Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System (2011), perspektif

stakeholder merupakan evaluasi Green IT. Green IT BSC menunjukkan bahwa

stakeholder memiliki peranan sangat penting dalam lingkungan dan lingkup bisnis

“hijau”.

Tabel 2.9 Metrik Orientasi Stakeholder

Perspektif Orientasi Stakeholder

Key issue Untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dari Green IT

untuk membangun stakeholder.

Objektif Kepuasan stakeholder.

Pengukuran:

• Survei kepuasan stakeholder.

• Jumlah keluhan stakeholder.

Mengatur keinginan stakeholder.

Pengukuran:

• Jumlah pertemuan dengan stakeholder.

• Jumlah pertemuan dengan service license aggrement.

• Level komunikasi dengan CIO, CEO, dan

stakeholder kunci.

• Capital accesstability.

Mitigasi yang layak dan legal.

Pengukuran:

• Tersedianya prosedur teknologi lingkungan.

• Jumlah penghargaan lingkungan TI.

• Pencatatan kinerja perusahaan yang berkelanjutan.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

35

35

Sumber: Wati dan Koo (2011)

Menurut Funk (2003), melaporkan dan mengevaluasi bahwa ”perusahaan yang

secara aktif mengelola indikator sustainability lebih mampu menciptakan nilai jangka

panjang bagi seluruh stakeholder”. Dengan demikian reaksi stakeholder merupakan

bagian yang sangat penting dan vital, karena reaksi tersebut dapat mempengaruhi

pendapat jangka panjang. Reaksi stakeholder juga merupakan elemen sangat penting,

karena dapat mempengaruhi pendapat jangka pendek dan biaya kinerja perusahaan dalam

jangka panjang yang nantinya akan berdampak luas dan baik terutama pada perusahaan

tersebut.

2.15 Pengukuran Green IT Balanced Scorecard: Perspektif Keuangan

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An Introduction to the

Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System (2011), bahwa

setiap organisasi tentu ingin mengurangi pemakaian energi karena dapat mempengaruhi

pengeluaran pada perusahaan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan

dan juga menurunkan emisi karbon. Green IT BSC menunjukkan pengaruh pada

penerapan teknologi green jika dilihat dari perspektif keuangan. Hal ini mewakili biaya

usaha yang dikeluarkan dan nilai yang diciptakan melalui investasi Green IT.

Tabel 2.10 Metrik Perspektif Keuangan

Perspektif Perspektif Keuangan

Key issue Untuk memeriksa kontribusi penerapan Green IT dari

perspektif keuangan.

Objektif Meningkatkan pertumbuhan penghasilan melalui

implementasi Green IT.

Pengukuran:

• Actual cost versus budgeted expenses.

• Cost recovery versus expense.

Mengurangi risiko biaya lingkungan.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

36

36

Pengukuran:

• Rata-rata dari risiko biaya.

Nilai bisnis dari proyek Green IT

Pengukuran:

• Return of Investment, return of assets, return on

equity.

• Informasi ekonomi.

• Analisis pengeluaran.

Manajemen dari penanaman modal Green IT.

Pengukuran:

• Laju penanaman modal pokok.

Sumber: Wati dan Koo (2011)

Menurut Viederman (1993), dimensi lingkungan dapat secara alami

dipertimbangkan dalam pembangunan berkelanjutan perusahaan dan biasanya dianggap

termasuk sebagai biaya bagi perusahaan.

Menurut Christmann (2000), praktek manajemen lingkungan seperti teknologi

pencegahan polusi dan inovasi teknologi lingkungan dapat mengurangi siklus waktu dan

mengurangi emisi jauh di bawah tingkat yang diperlukan, sehingga dapat memenuhi

biaya yang diwajibkan.

Menurut Claver (2007), ketika perusahaan memutuskan untuk mengintegrasikan

pengelolaan lingkungan ke dalam proses bisnis, maka sumber daya dan kemampuan

dapat dimanfaatkan dalam organisasi tersebut.

2.16 Pengukuran Green IT Balanced Scorecard: Perspektif Future Orientation

Menurut Wati dan Koo dalam jurnalnya yang berjudul An Introduction to the

Green IT Balanced Scorecard as a Strategic IT Management System (2011), future

orientation melibatkan sumber daya dan kemampuan yang diperlukan oleh TI untuk

memberikan layanan yang berkelanjutan.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

37

37

Menurut Sarmento (2007), inovasi green telah menjadi target utama perusahaan

yang ingin mempertahankan keunggulan kompetitif di masa depan. Selain karena

menghemat biaya, perusahaan juga dapat berperan menekan dampak buruk yang dapat

terjadi dan akan merusak lingkungan.

Tabel 2.11 Metrik Future Orientation

Perspektif Future Orientation

Key issue Untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dari teknologi

untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Objektif Penelitian dan pengembangan Green IT.

Pengukuran:

• Jumlah inovasi baru.

• Jumlah hak cipta.

• Nilai (%) anggaran belanja yang dialokasikan untuk

penelitian dan pengembangan baru.

Meningkatkan tingkat Green IT dalam komitmen dan

motivasi organisasi.

Pengukuran:

• Employees green satisfaction index.

• Jumlah sertifikat lingkungan TI.

• Perbaikan proses internal.

Menyempurnakan aksesibilitas dari Green IT berhubungan

dengan ilmu yang berkembang.

Pengukuran:

• Jumlah kerja sama dengan asosiasi lingkungan

internasional (ISO, restriction of hazardous

substances directive).

• Jumlah pelatihan yang berhubungan dengan

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

38

38

pemakaian Green IT.

Sumber: Wati dan Koo (2011)

Menurut Rennings (2000), inovasi green telah secara luas didefinisikan sebagai

proses mengembangkan ide-ide baru, perilaku, produk, dan proses yang berkontribusi

terhadap pengurangan beban lingkungan atau target berkelanjutan yang telah ditentukan

secara ekologis. Perlu ada kerjasama yang konsisten dari banyak pihak demi tercapainya

inovasi green yang akan berdampak baik bagi perusahaan maupun lingkungan.

Menurut Hart (2005), inovasi green terdiri dari inovasi perangkat keras atau

perangkat lunak yang berhubungan dengan green product atau proses, termasuk inovasi

dalam teknologi yang terlibat dalam pemeliharaan energi, penelitian energi alternatif,

pencegahan polusi, daur ulang limbah, desain produk, atau pengolahan lingkungan

perusahaan. Inovasi dapat dilihat sebagai pemaknaan, peningkatan, atau memperbaharui

ide-ide dan praktek yang sudah ada dan perlu untuk dipahami, khususnya kesesuaian

antara ide-ide baru dan praktek baru yang sesuai.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT...5 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis SWOT Menurut Keller (2009), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah evaluasi keseluruhan

39

39

2.17 Kerangka Pikir

Gambar 2.8 Kerangka pikir

Menemukan Masalah

Mencari dan

Membuat Landasan

Teori

Menyusun

Metodologi

- Wawancara

- Survey

- Studi Pustaka

Melakukan Analisis

- KPI

- SWOT

- BSC

Simpulan