BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/bab...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/bab...
22
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analisis SWOT
Menurut Kurtz (2008,45), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan
strategik yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan
dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal.
Menurut Kurtz (2008,46), langkah dari SWOT analisis dapat dilihat pada gambar
2.2
Gambar 2.1: Langkah Analisa SWOT Menurut Kurtz (2008,46)
23
Menurut Fred David (1997,134), analisa SWOT adalah adalah metode
perencanaan strategis yang berfungsi untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman suatu perusahaan. Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis dan mengidentifikasikan faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Untuk mengembangkan strategi yang mempertimbangkan profil SWOT, juga
dikenal sebagai Matriks SWOT atau TOWS ditunjukkan pada tabel 2.1
Strengths Weakness
Opportunities S-O Strategies W-O Strategies
Threats S-T Strategies W-T Strategies
Tabel 2.1: SWOT/TWOS Matrix
● S-O Strategi: mendapatkan peluang dari kekuatan yang ada.
● W-O Strategi: menganalisa dan mengatasai kelemahan meraih peluang.
● S-T Strategi: mengidentifikasi dan mengatasi ancaman dengan menggunakan
kekuatan perusahaan.
● W-T Strategi: mencegah ancaman dari luar karena kelemahan dari
perusahaan.
24
2.2 Analisis Five Force Porter
Gambar 2.2: Five Force Porter (Recklies, 2001,p2)
Five Force Porter diperkenalkan pertama kali oleh Michael E. Porter tahun
1980.Model analisis ini berdasarkan pandangan strategi perusahaan yang harus
menemukan peluang dan ancaman dalam lingkungan luar organisasi. Porter
mengidentifikasi lima kekuatan kompetitif yang membentuk setiap industri dan setiap
pasar (Recklies, 2001,p1), berikut penjabaran dari lima kekuatan kompetitif tersebut:
● Bergaining Power of Suppliers (kekuatan pemasok)
Yang dimaksud oleh pemasok disini adalah seluruh sumber daya yang dibutuhkan
25
untuk menyediakan produk atau jasa.Hubungan yang terlalu tergantung dengan
pemasok dapat mengurangi pilihan strategis untuk organisasi.
Kekuatan pemasok cenderung kuat dalam kondisi seperti dibawah ini:
● Pasar didominasi oleh sedikit pemasok besar.
● Tidak ada substitusi untuk pemasok tersebut.
● Biaya untuk pindah pemasok tinggi.
● Bargaining power of customers (kekuatan pelanggan)
Kekuatan pelanggan menentukan seberapa besar pelanggan dapat memaksakan
tekanan pada marjin dan volume, kekuatan pelanggan cenderung tinggi ketika:
● Pembelian dalam jumlah besar.
● Produk tidak terdiferensiasi dan dapat digantikan oleh banyak substitut.
● Perpindahan produk relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang relatif
tinggi.
● Pelanggan memiliki marjin yang rendah dan sensitif terhadap harga.
● Pelanggan dapat menghasilkan produk tersebut.
● Pelanggan mengetahui biaya produksi produk.
● Threat of new entrants (Ancaman pendatang baru)
Kompetisi dalam sebuah industri akan menjadi lebih tinggi, lebih mudah bagi
perusahaan lain untuk memasuki industri yang sama. Ancaman dari pendatang baru
dapat bergantung pada sejauh mana hambatan untuk masuk, yaitu sebagai berikut:
26
● Skala ekonomi (persyaratan minimum untuk operasi yang dapat
menguntungkan)
● Tingginya biaya investasi awal dan biaya tetap.
● Kesetiaan terhadap merek oleh pelanggan.
● Perlindungan terhadap properti intelektual seperti paten, lisensi, dan
sebagainya.
● Kelangkaan sumber daya yang penting.
● Akses bahan mentah yang dikuasai oleh pemain yang telah ada.
● Jalur distribusi dikendalikan oleh pemain yang telah ada.
● Pemain yang telah ada memiliki hubungan yang dekat dengan pelanggan,
misalnya dengan kontrak jangka panjang.
● Biaya pergantian yang tinggi bagi pelanggan.
● Tindakan hukum dan pemerintahan.
● Threat of substitutes (Ancaman dari substitusi)
Ancaman dari substitusi ada ketika tersedia produk alternatif yang lebih murah
harganya atau performanya lebih baik dengan fungsi yang sama. Mereka berpotensi
untuk menarik jumlah volume pasar yang cukup berarti dan dapat mengurangi
volume penjualan potensial untuk pemain yang telah ada.Kategori ini dapat termasuk
juga produk pelengkap (komplemen). Mirip dengan ancaman terhadap pendatang
baru, ancaman dari subsitusi dapat ditentukan oleh faktor seperti:
● Kesetiaan terhadap merek oleh pelanggan.
● Hubungan yang dekat dengan pelanggan.
27
● Harga performa produk pengganti.
● Tren pada saat ini.
● Competitive rivalry between existing players (persaingan antara pemain yang
sudah ada)
Kekuatan ini menggambarkan intensitas persaingan antara pemain yang telah ada
dalam suatu industri.Tekanan kompetisi yang tinggi menghasilkan penekanan pada
harga, marjin dan profit bagi setiap perusahaan dalam industri. Kompetisi antara
pemain yang telah ada cenderung tinggi ketika:
● Terdapat banyak pemain dangan ukuran yang hampir sama.
● Para pemain memiliki strategi yang sama.
● Tidak terdapat terlalu banyak diferensiasi antar pemain dan produknya,
cenderung banyak kompetisi harga.
● Laju pertumbuhan pasar rendah.
2.3 Strategi Pemasaran
Untuk dapat mendapatkan menarik perhatian atau awareness di pasar pada saat
peluncuran bisnis ini, tentu dibutuhkan strategi pemasaran yang baik dan tepat.
Strategi yang digunakan adalah dengan menentukan STP (Segmentation, Targeting,
Positioning) dan juga menggunakan 7P (Product, Price, Promotion, Place, Process,
Physical Evidence, People).
28
2.3.1 STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
Menurut Kotler & Keller (2009:292) Semua strategi pemasaran dibuat berdasarkan
STP. Segmentation (Segmentasi), Targeting (Pembidikan), dan Positioning
(Penetapan posisi).
● Segmenting
Segmentasi pasar adalah proses mengelompokan pasar keseluruhan yang
heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki
kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan, prilaku dan respon terhadap program-
program pemasaran spesifik.
● Targeting
Targeting diartikan sebagai kegiatan menentukan pasar sasaran, yaitu tindakan
memilih satu atau lebih segmen untuk dilayani, Analisis targeting adalah kegiatan
mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dan memilih segmen-segmen
sasaran.
● Positioning
Istilah penentuan posisi (positioning) dipopulerkan pertama kali oleh Al Ries dan
Jack Trout pada tahun 1972. Strategi positioning merupakan strategi yang berusaha
menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran, sehingga
terbentuk citra (image) produk yang lebih unggul dibandingkan pesaing. (Ali
Hasan:2008:204) Langkah dalam strategi pemasaran harus memperhatikan
keterkaitan antara Segmentasi,Targeting,Positioning, berikut adalah keterkaitan
strategi pemasaran:
29
Tabel 2.2: Keterkaitan Strategi Pemasaran
Segmentasi Target Positioning
● Mengidentifikasi
variable
segmentasi dengan
segmentasi pasar
● Mengembangkan
segment yang
menguntungkan
● Mengevaluasi daya
tarik segment yang
ada.
● Memilih segment
yang menjadi
sasaran.
● Mengidentifikasi
konsep positioning
untuk segment
yang menjadi
sasaran.
● Memilih,
mengembangkan
dan
mengkomunikasik
an konsep
positioning yang
dipilih.
(Sumber: Fandy Tjiptono, 2008)
2.3.2 Marketing Mix 7P
Untuk pemasaran jasa diperlukan bauran pemasaran yang diperluas dengan
penambahan unsur yang telah berkembang. Pemasaran jasa dikatakan sebagai salah
satu bentuk produk yang berarti setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan dari
satu pihak ke pihak lainnya dan bersifat tidak berwujud. Sedangkan alat pemasaran
tersebut dikenal dengan istilah “4P” dan dikembangkan menjadi “7P” yang dipakai
30
sangat tepat untuk pemasaran jasa. Menurut Kotler dan Keller (2008:4) 7P
didefinisikan sebagai berikut:
● Produk (product)
Menurut Philip Kotler adalah: “A product is a thing that can be offered to a market to
satisfy a want or need”. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk
dapat berupa sub kategori yang menjelaskan dua jenis seperti barang dan jasa yang
ditujukan kepada target pasar.
● Harga (price)
Definisi harga menurut Philip Kotler adalah: “Price is the amount of money charged
for a product or service”. Harga merupakan sejumlah nilai uang yang mempunyai
nilai tukar untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu
produk atau jasa. Harga merupakan bauran pemasaran yang bersifat fleksibel di mana
suatu harga akan stabil dalam jangka waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat
meningkat atau menurun yang terdapat pada pendapatan dari hasil penjualan.
● Tempat/distribusi (place)
Definisi menurut Philip Kotler mengenai distribusi adalah : “The various the
company undertakes to make the product accessible and available to target
customer”. Tempat merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia pada konsumen sasaran.
Distrubusi memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan guna
memastikan produknya. Hal ini dikarenakan tujuan dari distribusi adalah
31
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada
waktu dan tempat yang tepat.
● Promosi (promotion)
Definisi promosi menurut Kotler adalah: “Promotion includes all the activities the
company undertakes to communicate and promote its product the target market”.
Promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan per usahaan untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.
● Orang (people)
People menurut Philip Kotler yaitu proses seleksi, pelatihan, dan pemotivasian
karyawan yang nantinya dapat digunakan sebagai pembedaan perusahaan dalam
memenuhi kepuasan pelanggan.
● Bukti fisik (physical evidence)
Bukti fisik menurut Philip Kotler yaitu bukti yang dimiliki oleh penyedia jasa yang
ditujukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen. Bukti fisik
merupakan wujud nyata yang ditawarkan kepada pelanggan ataupun calon pelanggan.
● Proses (process)
Proses yaitu semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasa
disampaikan yang merupakan sistem penyajian atas operasi jasa (Boom dan Bitner
yang dikutip oleh Buchari Alma (2000:234). Proses merupakan bentuk kegiatan yang
dilakukan untuk memasarkan produk barang atau jasa kepada calon pelanggan.
2.3.3 AIDA (Attention, Interest, Desire, Action)
AIDA dikenal sebagaimana seorang pemasar merancang pesan yang disampaikan
dengan kata yang tepat sehingga terjadinya pengambilan keputusan akan pembelian
32
produk. Tetapi tidak semua pemasar dapat menyampaikan pesannya dengan baik
sehingga terjadinya keraguan pembeli dalam memilih kebutuhan dan keinginannya.
Rancangan pesan tersebut dijelaskan oleh beberapa para ahli dalam
mengklarifikasikan teori AIDA, sebagai berikut :
Menurut Kotler menjelaskan “Teori AIDA (Attention, Interest, Desire, andAction)
merupakan suatu pesan yang harus mendapatkan perhatian, menjadi ketertarikan,
menjadi minat, dan mengambil tindakan. Teori ini menyampaikan akan kualitas dari
pesan yang baik” .
Sedangkan menurut Tjetjep Djatnika (2007) menjelaskan “ Teori
AIDAmerupakan pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis
yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap
menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika
berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih
jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas
ketertarikannya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa AIDA merupakan alat
penyampaian suatu pesan yang ideal kepada konsumen dimana melalui suatu tahapan
yang terdiri dari perhatian (attention/awareness), ketertarikan (interest), minat
(desire), dan mengambil tindakan (action). Di mana seorang pemasar harusmenyadari
bahwa pesan yang disajikan terdapat tentang AIDA, yaitu :
1) Attention (Perhatian)
33
Menimbulkan perhatian pelanggan berarti sebuah pesan harus dapat menimbulkan
perhatian baik dalam bentuk dan media yang disampaikan. Di mana perhatian itu
bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen atau konsumen yang
akan dijadikan target sasaran. Hal tersebut dapat dikemukan lewat tulisan dan
gambar yang menonjol dan jelas, perkataan yang menarik atau mudah diingat, dan
mempunyai karakteristik tersendiri. Pesan yang menarik perhatian merupakan suatu
langkah awal bagi perusahaan dimana pesan tersebut akan dikenal, diketahui, dan
diingat oleh konsumen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses awareness /
kesadaran akan adanya produk yang disampaikan ke konsumen.
2) Interest (Ketertarikan)
Tertarik berarti pesan yang disampaikan menimbulkan perasaan ingin tahu, ingin
mengamati, dan ingin mendengar serta melihat lebih seksama. Hal tersebut terjadi
karena adanya minat yang menarik perhatian konsumen akan pesan yang ditunjukkan.
3) Desire (Keinginan)
Pemikiran terjadi dari adanya keinginan. Hal ini berkaitan dengan motif dan motivasi
konsumen dalam membeli suatu produk. Motif pembelian dibedakan menjadi 2, yaitu
motif rasional dan emosional. Di mana motif rasional mempertimbangkan konsumen
akan keuntungan dan kerugian yang didapatkan. Sedangkan motif emosional terjadi
akibat emosi akan pembelian produk.
4) Action (Tindakan)
Tindakan terjadi dengan adanya keinginan kuat konsumen sehingga terjadi
pengambilan keputusan dalam melakukan pembeli produk yang ditawarkan.
34
2.4 E-Business
Berdasarkan definisi dari IBM (1997) e-business adalah transformasi dari proses
bisnis utama melalui penggunaan teknologi Internet (Chaffey, 2009, p13). Menurut
Chaffey sendiri e-business atau electronic business adalah seluruh pertukaran
informasi yang menggunakan media elektronik, baik dalam organisasi dan dengan
pemegang kekuasaan di luar organisasi yang berada dalam cakupan proses bisnis.
Dalam berbisnis pasti terdapat pelaku e-business yaitu alat atau media atau sumber
daya yang digunakan, objek atau kegiatan yang menjadi sasaran, tujuannya, dan
keuntungan yang diberikan contoh sebagai berikut:
● Pelaku dalam E-Business seperti Organisasi, konsumen, perusahaan, supplier,
pekerja, & rekan bisnis.
● Alat/Media/Sumber Daya yang Digunakan seperti Teknologi informasi dan
komunikasi komputer, data yang telah terkomputerisasi, Internet, dan alat
elektronik lainnya yang sudah maju pada jaman sekarang.
● Kegiatan Sasaran seperti Kegiatan bisnis
o Proses bisnis utama
o Pembelian, penjualan,pelayanan, transaksi
o Operasi bisnis utama
● Tujuan harus Terkoordinasi, Komunikasi, dan Pengelolaan organisasi
o Transformasi proses bisnis
o Sharing informasi
35
● Keuntungan
o Pendekatan yang aman, fleksibel, dan terintegrasi
o Memberikan nilai bisnis yang berbeda
o Efisien
o Peningkatan produktivitas dan keutungan
Dengan demikian, maka akan dengan mudah mendefinisikan e-bisnis dalam satu
arti utuh, yaitu: E-bisnis adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh
organisasi, individu, atau pihak-pihak terkait untuk menjalankan dan mengelola
proses bisnis utama sehingga dapat memberikan keuntungan dapat berupa berupa
keamanan, fleksibilitas, integrasi, optimasi, efisiensi, atau/dan peningkatan
produktivitas dan profit.
2.5 E-Commerce
Teori E-Commerce menurut Laudon & Laudon (1998), E-Commerce adalah suatu
proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan
dari perusahaan ke perusahaan dengan computer sebagai perantara transaksi bisnis. E-
Commerce atau yang biasa disebut juga dengan istilah Ecom atau Emmerce atau EC
merupakan pertukaran bisnis yang rutin dengan menggunakan transmisi Electronic
Data Interchange (EDI), email, electronic bulletin boards, mesin faksimili, dan
Electronic Funds Transfer yang berkenaan dengan transaksi-transaksi belanja di
Internet shopping, Stock online dan surat obligasi, download dan penjualan
36
software,dokumen, grafik, musik, dan lain-lainnya, serta transaksi Business to
Business (B2B). (Wahana Komputer Semarang 2002).
2.6 Mobile Commerce
Menurut Chaffey (2009, p177), mobile commerce atau m-commerce adalah
komunikasi dan transaksi elektronik menggunakan perangkat mobile seperti laptop,
PDA dan telepon genggam, biasanya menggunakan sambungan nirkabel. Keuntungan
dengan menggunakan jaringan nirkabel atau mobile adalah penggunanya dapat
mengakses dari manapun dan nyaman digunakan karena tidak memerlukan
sambungan tetap seperti dengan kabel (Chaffey, 2009, p179).
Mobile commerce dan perkembangannya dalam transaksi niaga berbasis
telepon selular berkembang tidak hanya di sektor jasa keuangan, tetapi semakin
menyelam jauh di sektor bisnis. Pengguna perangkat mobile terus menunjukan
peningkatan tiap tahunnya. Bahkan kini satu orang bisa memiliki lebih dari satu
perangkat mobile. Bukan tidak mungkin nantinya jumlah perangkat mobile yang
digunakanakan lebih besar dari jumlah penduduk. Hasil studi Accenture dari 1.100
responden di Asia menunjukkan bahwa pasar ponsel Asia tumbuh 25% setiap
tahunnya. Indonesia dengan jumlah penduduknya yang besar tentu memiliki potensi
yang juga besar. Selain itu, 69% dari respon tersebut memilih ponsel sebagai alat
pembayaran. Angka ini menjadi indikasi adanya bisnis dari pertumbuhan pengguna
ponsel ini. Indonesia m-commerce atau transaksi niaga berbasis ponsel memang
belum banyak bahkan untuk negara Asia lainnya. Akan tetapi dalam hal konsumsi,
37
pengguna peranggakat mobile tumbuh kian cepat. Ditambah lagi menurut studi
Nielsen bahwa 48% pengguna Internet di Indonesia mengakses Internet via ponsel.
Hal ini menjadi penanda potensial untuk bisnis. Mobile commerce yang sering
disebut m-commercesecara umum merupakan aktivitas peragangan berbasis
perangkat bergerak, seperti ponsel. Oleh karena itu m-commerce menawarkan
kemudahan, baik bagi konsumen maupun produsen dalam hal bertransaksi. Hal ini
diyakini dapat memberikan nilai tambah dalam kegiatan jual beli barang maupun
jasa.
Perkembangan m-commerce secara nyata dapat terlihat terutama di sector
perbankan. Sektor ini menjadi paling ramai dalam pemanfaatan perangkat mobile,
dibandingkan sector lainnya, mulai dari transaksi melalui pesan singkat (SMS),
hingga aplikasi yang dibenamkan dalam perangkat mobile. Persaingan pun terlihat
semakin sengit, berbagai inovasi bermunculan agar dapat memenangi kompetisi ini.
Sebut saja Commonwealth Bank, yang menanamkan fitur investasi dalam layanan
mobile banking-nya. Melalui layanan tersebut nasabah dapat memanufaktur fluktuasi
harga saham sehingga melakukan pembelian dan penjualan berbagai jenis investasi.
Sekali lagi, semuanya dapat dilakukan cukup dilakukan dengan ponsel yang dimiliki
nasabah. Selain perbankan, operator provider juga telah menjalani praktek m-
commerce meskipun tidak secara menyeluruh. Layanan T-Cash dari Telkomsel
misalnya, menyediakan bentuk pembayaran transaksi melalui perangkat mobile.
Namun pelanggan tidak dapat mendapatkan barang atau jasa yang dapat dibeli secara
virtual, melainkan harus mendatangi tokonya langsung.
38
2.7 Social Commerce
Social commerce adalah hal baru dalam dunia bisnis e-commerce. Jika sebelumnya
social media merupakan tempat untuk para penggunanya berinteraksi satu sama lain
antar pengguna Internet. Namun kali ini peran social media juga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat untuk bertransaksi jual-beli secara online. Menurut Paul Marsden
(2010), social commerce merupakan gabungan dari social media dan e-commerce
yang lebih kepada aktifitas e-commerce yang menggunakan peran dari social media,
media online yang mendukung interaksi sosial dan kontribusi bagi para pengguna
untuk meningkatkan pengalaman dalam berbelanja online.
Dalam penyederhanaan konsep dari social commerce merupakan adaptasi dari
konsep word of mouth yang telah diaplikasikan dalam konsep e-commerce. Menurut
Dennison, Bourdage-Braun, Chetuparambil, 2009), saat ini konsumen mencari cara
Gambar 2.3: Konsep Social Commerce
39
untuk memanfaatkan keahlian masing-masing yang memahami apa yang mereka beli
dan membuat lebih banyak menerima informasi yang akurat untuk keputusan
pembelian. Didukung perkembangan dalam penggunaan internet yang meningkat,
konsumen telah meningkatkan ekspektasinya dari pengalaman interaksi ritel. Oleh
sebab itu, konsumen saat ini mencari keterbukaan dari para pihak penjual. Membuka
kesempatan untuk saling berbagi pengalaman, wawasan, pendapat dan saran untuk
memastikan pihak penjual menampilkan lebih pada pengalaman sosial mereka dan
menambah kredibilitas yang signifikan bagi para pengguna social commerce.
Dalam social commerce, Marseden (2010) mengungkapkan bahwa terdapat 6
dimensi dalam social commerce yaitu:
● Social Shopping
Social shopping merupakan segala tindakan atau aktifitas bagi orang-orang untuk
saling berbagi/menyebarkan kegiatan mereka untuk berbelanja online secara bersama.
(Synchronous shopping).
● Rating & Review
Adalah salah satu alat dalam social commerce dalam memberikan nilai dalam bentuk
rating dan review sebagai informasi yang dapat disebarkan atau dibagikan kepada
orang-orang mengenai pendapat, pandangan, dan pengalamannya terhadap produk
tersebut.
● Recommendation & Referrals
Berbeda dengan rating & review yang dapat disajikan untuk semua orang tentang
gambaran kelebihan maupun kekurangan suatu produk. Recommendation &Referrals
lebih mengarahkan orang lain dengan nilai positif baik dalam hal pengalaman
40
berbelanja ataupun produk tersebut sehingga orang dapat menilai ukuran keuntungan
dari berbelanja online.
● Forum & Communities
Forum adalah pioneer dalam social media dan telah popular serta efektif untuk
digunakan. Forum terkait membantu untuk menelusuri produk, pemilihan dan rujukan
dengan menyediakan lingkungan yang moderat pada berbagi kategori yang ada
dengan e-commerce platform.
● Social Media Optimization
Merupakan toolset yang dirancang dalam bentuk konteks social commerce untuk
dapat menarik pengunjung ketujuan e-commerce dengan cara mempromosikan dan
mempublikasikan tujuan dan kontennya melalui social media.
● Social Ads & Apps
Paid-for ads yang ada pada platform social media atau berupa aplikasi untuk
melakukan promosi untuk mengarahkan orang-orang kepada e-commerce.
2.8. Business Plan
Sebuah business plan merupakan sebuah dokumen tertulis yang merincikan usaha
atau bisnis yang diusulkan. Perencanaan tersebut harus menggambarkan status yang
ada pada saat ini, kebutuhan yang diharapkan dan hasil yang diproyeksikan dari
bisnis baru. Setiap aspek dari bisnis perlu dicakup, proyek, pemasaran, riset dan
pengembangan, manufaktur, manajemen, resiko kritis, pendanaan, dan milestone atau
41
penjadwalan. Business plan merupakan peta jalan bagi pengusaha agar perusahaanya
sukses (Kuratko dan Hodgetts, 2007, p351).
Menurut Kuratko dan Hodgetts (2007, pp 353-354), bagi pengusaha melalui
business plan memiliki manfaat sebagai berikut:
● Waktu, usaha, penelitian dan disiplin dibutuhkan untuk menyusun
business plan mendorong pengusaha untuk melihat usaha tersebut secara
kritis dan objektif.
● Analisis kompetitif, ekonomi dan keuangan termasuk dalam subyek
business plan pengusaha untuk menutup pengawasan asumsinya mengenai
keberhasilan usaha.
● Karena seluruh aspek usaha harus terdapat dalam perencanaan, pengusaha
mengembangkan dan memerika strategi operasi dan hasil yang diharapkan
untuk evaluator luar.
● Business plan mengkuantifikasi tujuan, menyediakan tolak ukur untuk
membandingkan perkiraan dengan hasil yang sebenarnya.
● Business plan menyediakan pengusaha sebuah alat komunikasi untuk
menuntun usaha menuju kesuksesan.
Selain memiliki manfaat bagi pengusaha, business plan juga memiliki manfaat
bagi sumber pendana yang membacanya, antara lain:
● Business plan menyediakan rincian potensi pasar dan perencanaan untuk
mengamankan pangsa pasar tersebut.
42
● Melalui laporan keuangan prospektif, business plan menggambarkan
kemampuan bisnis untuk membayar hutang atau memberikan
pengembalian yang memadai kepada ekuitas.
● Perencanaan mengidentifikasi resiko kritis dan peristiwa penting dengan
membahas rencana darurat yang memberikan kesempatan untuk
keberhasilan usaha.
● Dengan menyediakan gambaran yang komprehensif dari seluruh operasi,
business plan memberikan sumber keuangan yang jelas, dokumen singkat
yang berisi informasi yang diperlukan untuk bisnis dan evaluasi keuangan.
● Untuk sumber pendana yang tidak memiliki pengetahuan dari pengusaha
atau usaha, business plan menyediakan panduan yang berguna untuk
menilai kemampuan pengusaha individu dalam hal perencanaan dan
kemampuan manajerial.
2.9. Pembiayaan Usaha (modal awal)
Menurut McKeever (2011, pp 51-59), kebanyakan pada saat memulai bisnis,
modal didapatkan dari tujuh sumber daya yang tersedia. Ketujuh sumber daya
tersebut jika diurutkan berdasarkan frekuensinya adalah sebagai berikut:
● Simpanan orang yang memulai usaha
Kebanyakan usaha dibiayai melalui simpanan pribadi. Jika melakukan pembiayaan
dengan metode ini, tidak perlu khawatir kewajiban untuk membayar pinjaman atau
membuat investor senang.
43
● Uang dari teman dekat dan saudara
Bantuan yang diberikan dapat berupa hadiah, pinjaman atau investasi berupa
ekuitas. Perbedaan besarnya tampak dari ketersediaan uang dan bunga pinjaman atau
pengembalian investasi. Selain itu ada alternative pinjaman, yaitu pinjaman hybrid,
dimana peminjam memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah atau tanpa bunga
sama sekali dan memberitahu bahwa bisa dikembalikan ketika sudah mampu.
● Melakukan pengecekan kebutuhan kas dan melakukan pemotongan biaya
Kurangi pengeluaran untuk hal-hal yang kurang atau tidak penting.
Caranya mungkin bisa memulai bisnis di rumah atau meminjam peralatan
mahal yang telah dimiliki oleh bisnis yang telah ada daripada membelinya.
● Menjual atau menjaminkan aset
Cara lain untuk mendapatkan uang adalah dengan yang telah ada atau
menjaminkannya. Perlu diingat bahwa dengan meminjamkan menjual aset, maka
pemberi pinjaman akan mendapatkan hak milik atas aset tersebut. Aset akan
dikembalikan jika seluruh uang pinjaman telah dikembalikan beserta dengan
bunganya. Jika gagal melunasi pinjaman beserta bunganya, maka pemberi pinjaman
akan mengambil aset tersebut.
● Uang dari pendukung atau pihak lain yang tertarik pada bisnis yang dibuat
Banyak jenis bisnis memiliki pengikut yang setia. Pelanggan yang peduli
terhadap bisnis seperti pemilik bisnis itu sendiri. Konsumen tersebut
bersedia mendukung pemilik bisnis dengan kondisi yang berbeda
dibandingkan dengan investor komersil
44
● Pinjaman dari bank
Bank selalu ingin melihat business plan yang digunakan untuk pengajuan
peminjaman. Mereka menarik perhatian pemilik tabungan untuk menaruh deposit,
dan menggunakan deposit tersebut untuk dipinjamkan kepada pencari dana. Ketika
mereka meminjamkan dana, mereka memberikan bunga yang cukup untuk memenuhi
biaya pendanaan mereka dan menghasilkan keuntungan. Setiap transaksi yang dibuat
dengan bank akan menjadi pinjaman dan memiliki jadwal pembayaran. Bank
meminimalkan resiko dengan memastikan peminjamnya memiliki aset yang cukup
untuk membayar mereka kembali, walaupun bisnis yang dikembangakn sedang
buruk.
2.10 Venture Capital
Seorang venture capitalist adalah orang yang menginvestasikan uang dalam
bentuk ekuitas dalam sebuah bisnis dengan harapan mendapatkan profit di masa
mendatang. Venture capitalist amatir bertaruh kepada ide pengusaha untuk ekspansi
atau bisnis baru. Mereka menginvestasikan uang dengan harapan dapat memperkaya
diri mereka. Pengusaha perlu untuk menunjukkan pada calon investor bagaimana
investor mendapatkan keuntungan dengan berinvestasi ke dalam bisnis yang dimiliki.
McKeever menyarankan agar meminjam uang separuh dari jumlah yang diperlukan,
terutama pada saat memulai bisnis yang baru. Jika pada tahap memperluas bisnis
yang telah ada, pastikan bahwa pembayaran kas dapat ditangani dengan baik yang
dimana penting untuk pembayaran pinjaman. Biasanya meminjam terlalu banyak
45
lebih membahayakan daripada meminjam terlalu sedikit. Jika menghadapi situasi
dimana harus meningkatkan jumlah kas, sebaiknya melakukan penjualan aset
daripada melakukan peminjaman (Mckeever, 2011, p60).
2.11 Businesss Canvas Model
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), dalam business canvas model terdapat
elemen- elemen yang disebut the 9 building blocks.
2.11.1 Customer Segments
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), customer segments building blocks
mendefinisikan sejumlah kelompok atau orang yang berbeda, yang menjadi sasaran
perusahaan untuk diraih dan dilayani. Sebuah perusahaan harus menentukan pilihan
dalam memilih segmen mana yang akan dilayani dan mana yang tidak.
● Mass Market
Model bisnis yang berfokus pada mass market tidak akan membedakan setiap
segmen pelanggan yang berbeda. Value Propositions, Distribution Channel, dan
Customer Relationships semua berfokus pada satu kelompok besar Pelanggan yang
memiliki kebutuhan yang sama.
● Niche Market
Model bisnis yang fokus untuk mendapatkan target pada niche market melayani
segmen pelanggan yang spesifik saja. Value Propositions, Distribution Channel, dan
Customer Relationship disesuaikan dengan kebutuhan spesifik niche market.
46
● Segmented
Beberapa model bisnis membedakan antara segmen pasar dengan sedikit
perbedaan kebutuhan.
● Diversified
Perusahaan dengan model bisnis diversified melayani dua segmen pelanggan yang
tidak berhubungan dan memiliki kebutuhan yang berbeda.
● Multi-sided Platforms
Beberapa perusahaan melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang saling
memiliki ketergantungan antara satu dan lainnya.
2.12.2 Value Propositions
Value Propositions Building Blocks menjelaskan gabungan produk dan layanan
yang memberikan nilai bagi segmen pelanggan tertentu (Osterwalder & Pigneur,
2010). Jadi value propositions merupakan keuntungan yang ditawarkan oleh
perusahaan terhadap pelanggan. Berikut ini adalah elemen-elemen yang dapat
menciptakan nilai.
● Newness
Merupakan value propositions yang memuaskan kebutuhan baru, dimana
sebelumnya belum pernah dirasakan pelanggan karena belum pernah ditawarkan
sebelumnya.
● Performance
Meningkatkan kinerja produk atau layanan secara tradisional telah menjadi cara
yang umum dalam menciptakan nilai.
47
● Customization
Menciptakan nilai dengan menyesuaikan produk dan layanan terhadap kebutuhan
spesifik pelanggan individual.
● “Getting the Job Done”
Nilai yang diciptakan dengan membantu pelanggan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
● Design
Design merupakan elemen yang penting dalam menciptakan nilai suatu produk
atau jasa, namun juga sulit untuk diukur.
● Brand/Status
Pelanggan menemukan nilai dengan menggunakan sebuah brand spesifik tersebut.
● Price
Nilai yang didapat dari harga yang lebih rendah dari produk atau jasa dengan value
yang sama. Value Propositions ini memuaskan kebutuhan para pelanggan yang
sensitif terhadap harga.
● Cost Reduction
Menciptakan nilai dengan membantu pelanggan mengurangi biaya.
● Risk Reduction
Nilai yang didapat dari pengurangan resiko yang terjadi saat membeli produk atau
jasa.
● Accessibility
Menciptakan nilai dengan membuat produk atau jasa tersedia bagi pelanggan,
dimana sebelumnya kekurangan akses dalam mendapatkannya.
48
● Convenience/Usability
Penciptaan nilai dengan menemukan cara penggunaan yang lebih mudah.
2.11.3 Channels
Channels Building Block memaparkan bagaimana sebuah perusahaan meraih dan
berkomunikasi dengan segmen pelanggan untuk menyampaikan value propositions
(Osterwalder & Pigneur, 2010). Channels memiliki beberapa fungsi seperti
meningkatkan awareness pelanggan mengenai produk/layanan perusahaan, membantu
pelanggan menilai value propositions perusahaan, Tempat bagi pelanggan dalam
membeli produk/jasa, menyampaikan value propositions kepada pelanggan, serta
menyediakan post-purchase customer support. Channel memiliki 5 fase yang berbeda
seperti yang dijelaskan berikut.
● Awareness - Yaitu bagaimana meningkatkan awareness akan produk dan
layanan perusahaan.
● Evaluation - Bagaimana membantu pelanggan menilai value propositions
perusahaan.
● Purchase - Bagaimana cara agar pelanggan dapat membeli produk atau jasa
secara spesifik.
● Delivery - Bagaimana menyampaikan value propositions perusahaan kepada
pelanggan.
● After Sales - Bagaimana menyediakan layanan purna jual kepada pelanggan.
49
2.11.4 Customer Relationships
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), Customer Relationship Building Blocks
memaparkan tipe-tipe hubungan yang diciptakan oleh perusahaan terhadap
pelanggan. Customer Relationship dapat dibedakan menjadi beberapa kategori seperti
berikut.
● Personal Assistance. Pelanggan dapat berkomunikasi langsung dengan
representatif untuk mendapat bantuan saat proses penjualan atau setelah
pembelian selesai.
● Dedicated Personal Assistance. Hubungan dengan pelanggan berdasarkan
dedikasi layanan representatif terhadap pelanggan individual.
● Self-Service. Perusahaan tidak melakukan direct relationship terhadap
pelanggan, perusahaan menyediakan keperluan untuk pelanggan dalam
melayani dirinya sendiri.
● Automated Services. Tipe relationship yang menggabungkan bentuk mutakhir
dari self-service dengan proses otomatis.
● Communities. Perusahaan menggunakan user community untuk lebih terlibat
dengan pelanggan dan memfasilitasi hubungan sesama anggota komunitas.
● Co-creation. Menciptakan nilai bersama dengan pelanggan.
2.11.5 Revenue Streams
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), Revenue Streams Building Blocks
mewakili kas yang dihasilkan perusahaan dari setiap pelanggan (biaya harus
dikurangi dari penghasilan untuk menghasilkan pendapatan). Revenue streams dalam
50
usaha berbeda-beda. Beberapa cara dalam menciptakan revenue streams adalah
sebagai berikut.
● Asset Sale. Merupakan revenue stream yang berasal dari menjual hak
kepemilikan menjadi produk fisik.
● Usage Fees.Revenue stream yang dihasilkan dari penggunaan layanan,
semakin banyak layanan yang digunakan maka pelanggan membayar lebih.
● Subscription Fees. Revenue stream yang dihasilkan dari penjualan akses
berkelanjutan dari sebuah layanan.
● Lending/Renting/Leasing. Revenue stream yang diciptakan dengan
memberikan seseorang hak eksklusif untuk menggunakan sebuah aset
dalam jangka waktu tertentu dan membayar biaya dari jasa tersebut.
● Licensing. Revenue stream yang dihasilkan dari memberikan pelanggan
izin untuk menggunakan properti intelektual yang dilindungi dan
pelanggan membayar biaya licensing sebagai gantinya.
● Brokerage Fees. Revenue streams yang berasal dari jasa intermediasi yang
dilaksanakan, atas nama dua pihak atau lebih.
● Advertising. Revenue stream yang didapat dari biaya pengiklanan produk
tertentu.
Setiap revenue stream memiliki mekanisme harga yang berbeda. Tipe dari
mekanisme harga dibagi dua yaitu:
● Fixed Menu Pricing. Menentukan harga berdasarkan variabel statis.
● Dynamic Pricing. Harga berubah berdasarkan kondisi pasar.
51
2.11.6 Key Resource
Key resources building blocks menjelaskan mengenai aset-aset penting yang
diperlukan untuk menjalankan model bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2010). Resource
ini membantu menciptakan value propositions, menggapai pasar, menjaga hubungan
dengan pelanggan serta memperoleh revenue. Key resources dapat dikategorikan
sebagai berikut:
● Physical. Kategori ini mencakup aset fisik seperti fasilitas produksi,
gedung, kendaraan, mesin, sistem, sistem point-of-sales, dan jaringan
distribusi.
● Intellectual. Kategori ini mencakup resource seperti merek, proprietary
knowledge, hak paten dan hak cipta, kemitraan, dan database pelanggan.
● Human. Kategori ini adalah resource dari sumber daya manusia.
● Financial. Kategori ini mencakup elemen-elemen seperti kas, lini kredit,
atau stock option pool dalam mempekerjakan key employee.
2.11.7 Key Activites
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), key activities building blocks merupakan
hal-hal yang paling penting dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan model
bisnis. Key activities dapat dikategorikan sebagai berikut:
● Production. Aktivitas ini mencakup merancang, membuat, dan
menyampaikan produk dalam kuantitas yang banyak dan/atau berkualitas
tinggi.
52
● Problem Solving. Berhubungan dengan menemukan solusi baru dalam
memecahkan masalah pelanggan individual.
● Platform/Network. Model bisnis yang dirancang dengan platform sebagai
key resource didominasi oleh platform atau jaringan terkait key activities.
2.11.8 Key Partnerships
Key partnerships building blocks menjelaskan jaringan supplier dan partner yang
membuat model bisnis berjalan (Osterwalder & Pigneur, 2010). Perusahaan
menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi resiko,
atau memperoleh sumber daya. Dalam menciptakan kemitraan dapat dibagi menjadi
tiga jenis motivasi yaitu:
● Optimization and Economy of Scale. Kemitraan antara buyer-supplier
berfungsi untuk mengoptimalkan alokasi dari sumberdaya dan aktifitas.
● Reduction or Risk and Uncertainty. Kemitraan dapat membantu
mengurangi resiko pada lingkungan kompetitif yang menggambarkan
ketidakpastian.
● Acquisition of Particular Resources and Activities
2.11.9 Cost Structure
Cost structure building block menjelaskan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam mengoperasikan model bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2010). Biaya-biaya
yang dikeluarkan dapat dihitung setelah mengetahui apa saja key resources,
53
keypartnerships, dan key activities perusahaan. Cost Structure dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
● Cost-driven. Model bisnis cost-driven memfokuskan pada memangkas biaya
dengan metode efisiensi. Pendekatan ini membidik pada menciptakan dan
menjaga cost structure tetap minimal, menggunakan value propositions
yang rendah, otomatisasi yang maksimal, dan extensive outsourcing.
● Value-driven. Fokus dari model bisnis value-driven adalah penciptaan nilai.
Karakterisasi dari model bisnis ini biasanya adalah premium
valuepropositions dan personalize-service tingkat tinggi.
2.12 Idea Generations
Tingginya pengguna Internet khususnya di Indonesia tentu membuka peluang dari
sisi pandang bisnis, berkembangannya teknologi Internet memberi dampak yang
positif seperti memudahkan untuk bekerja, belajar hingga yang paling penting adalah
Gambar 2.4: Business Canvas Framework
54
untuk berkomunikasi yang dimana dengan dilakukan secara online memberikan
banyak kelebihan seperti tidak terbatas waktu dan tempat. Hal tersebut tentu erat
kaitannya dengan alat komunikasi berjenis smartphone & tablet PC. Tingginya
permintaan alat komunikasi tersebut ditunjukkan dari beberapa akhir tahun terus
meningkat dari segi penjualan hingga penggunaannya. Saat ini smartphone atau alat
komunikasi lainnya menjadi salah satu kebutuhan penting selain untuk
berkomunikasi, smartphone & tablet pc digunakan untuk mendukung kegiatan
keseharian bagi penggunanya.
Alasan memilih Social Media Commerce adalah Social Minded yang mendasari
tingginya pengguna Internetsaat ini. Selain itu bertransaksi secara online melalui
gadget juga tidak ketinggalan dan menjadi tren saat ini dimana kelebihan yang
ditawarkan kian menarik masyarakat. Hingga saat ini dalam pengaksesannya masih
dilakukan secara terpisah dan tidak sedikit aktifitas tersebut dicampur secara
bersamaan sehingga dapat menganggu pengguna lainnya. Hal tersebut dikarenakan
belum adanya pengembangan untuk menyediakan dua hal tersebut dalam satu wadah
sehingga penggunaan dari sosial media dan bertransaksi sesuai pada tempatnya. Oleh
karena itu untuk mengatasi hal tersebut diperlukan sebuah platform untuk dapat
memenuhi kebutuhan dari para pengguna tersebut dimana social media commerce
sebagai ide dari bisnis ini.