BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai....

64
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen (Baroto, 2002, p13). Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efektif, produktif, dan optimal. Production Planning and Control merupakan aktivitas dalam sistem produksi. Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mengelola pesanan dari pelanggan. 2. Meramalkan permintaan. 3. Mengelola persediaan. 4. Menyusun rencana agregat. 5. Membuat jadwal induk produksi.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai....

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi.

Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu

produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku,

mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen (Baroto, 2002, p13).

Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan

produksi agar lebih efektif, produktif, dan optimal. Production Planning and

Control merupakan aktivitas dalam sistem produksi.

Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling

terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas

bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi,

pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC)

adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut.

Aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara

umum adalah sebagai berikut:

1. Mengelola pesanan dari pelanggan.

2. Meramalkan permintaan.

3. Mengelola persediaan.

4. Menyusun rencana agregat.

5. Membuat jadwal induk produksi.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

35

6. Merencanakan kebutuhan.

7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.

8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja disbanding kapasitas

produksi.

9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas.

Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa digunakan pada

perusahaan-perusahaan adalah:

1. Sistem produksi proyek

2. Flexible Control system

3. Material Requirement Planning

4. Just in Time

5. Optimized Production Technology

6. Continuous Process Control Sistem

Berdasarkan cara pembuatan atau masa pengerjaan produksi dapat

diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut :

1. Engineering to order (ETO), penyiapan fasilitas sampai pembuatan dalam

memenuhi pesanan dilakukan oleh perusahaan. Produk yang dipesan

biasanya berjumlah satu unit dan memiliki spesifikasi yang sangat berbeda

antara pesanan yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat dalam

pembuatannya sangat banyak.

2. Made to order (MTO), pesanan yang diterimadisesuaikan dengan fasilitas

produksi yang dimiliki perusahaan.

3. Assembly to order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan dilakukan

dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

36

4. Made to stock (MTS) , perusahaan memproduksi dengan cara menstok hasil

produksi nya untuk memenuhi permintaan, dan tidak melayani pesanan.

Berdasarkan ukuran jumlah produk yang dihasilkan, produksi dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Produksi proyek, jumlah operasi dan sumber daya yang digunakan banyak,

sedangkan unit yang diproduksi hanya satu.

2. Produksi batch, produksi yang dihasilkan banyak jenisnya, namun dalam

jumlah produksi yang sedang.

3. Produksi massal, jenis produk yang diproduksi lebih sedikit dari batch,

namun jumlah unit yang diproduksi sangat besar.

Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan

fasilitas produksi), produksi dikelompokkan menjadi:

1. Produksi flow shop

2. Produksi fleksibel.

3. Produksi job shop

4. Produksi kontinu

Jenis-jenis produksi diatas dapat menentukan sistem produksi yang digunakan.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

37

2.2 Persediaan

2.2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang

menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan (Render dan Heizer, 2001,

p314). Ada enam penggunaan persediaan, yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi

permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian

dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.

4. Untuk menghindari hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,

kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan “barang-dalam-proses” dalam persediaannya.

2.2.2 Jenis Persedian

Menurut Render dan Heizer (2001, pp314-315), perusahaan

mempertahankan 4 jenis persediaan: (1) persediaan bahan mentah, (2) persediaan

barang-dalam-proses (Work-in-process -- WIP), (3) persediaan MRO

(perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi), dan (4) persediaan barang jadi.

Persediaan barang mentah telah dibeli, namun belum di proses. Bahan

mentahnya dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang berbeda-

beda. Persediaan barang-dalam-proses telah mengalami beberapa perubahan

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

38

tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan

waktu (disebut waktu siklus). MRO merupakan persediaan yang dikhususkan

untuk perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan barang jadi

selesai dan menunggu untuk dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam

persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin

tidak diketahui.

2.2.3 Fungsi persediaan

Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas

dari suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001,

p314), yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi

permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan

hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim

dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok.

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar.

4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga.

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

39

2.3 Perencanaan Proses

2.3.1 Pengertian Perancangan Proses

Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses

pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini

menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier),

memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan.

Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem

kerja yang akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas yang

diperlukan.

2.3.2 Alat Bantu dalam Perencanaan Proses

Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses

pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini

menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier),

memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan.

Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem

kerja yang akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas yang

diperlukan.

Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu:

1) Struktur Produk

Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen

pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level

0 dan komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

40

seterusnya. Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent

dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child.

Manfaat Struktur Produk adalah :

1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.

2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan suatu produk.

Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu :

1. Explosion

Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan

dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah

2. Implosion

Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan

dimulai dari komponen sampai induk atau level atas.

Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p28) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi

Gambar 2.1 Struktur Produk

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

41

2) Bill Of Material (BOM)

Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen

yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master

Production Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari

bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur

atau mebuat produk akhir.

Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi:

1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)

Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan

merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen

yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-

modul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir

atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut

disebut modular bill.

2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills

Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk

perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan

agar dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill

untuk perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill

atau angka peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of

Material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya

ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya.

Sehingga bill ini diberi kode agar diperlakukan secara khusus; lead

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

42

timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan

induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam persediaan.

Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:

1. Single-Level BOM

BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu

level komponen-komponen pembentuknya.

2. Multi-Level BOM

BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0

sampai level paling bawah.

3. Indented BOM

BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.

4. Summarized BOM

BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang

dibutuhkan.

3) Peta proses operasi

Menurut Sutalaksana (1979, p21) peta proses operasi merupakan suatu

diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami

oleh bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak

dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan

juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih

lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat

atau alat atau mesin yang dipakai.

Berikut adalah contoh peta proses operasi (OPC) pajangan:

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

43

Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p31) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi

Gambar 2.2 Peta Proses Produksi Pajangan

2.4 Peramalan

Setiap hari para manajer membuat keputusan tanpa mengetahui apa yang

akan terjadi di masa depan. Persediaan dipesan tanpa kepastian berapa jumlah

penjualannya; peralatan baru dibeli padahal tidak ada kepastian permintaan

terhadap produk; dan investasi dilakukan tanpa pengetahuan berapa laba yang

akan diperoleh. Dalam menghadapi ketidakpastian para manajer selalu berusaha

membuat estimasi yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi di masa depan.

Membuat estimasi yang baik adalah tujuan utama peramalan (Render dan Heizer,

2001, p46).

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

44

Dalam suplemen ini kita mengkaji berbagai jenis peramalan, dan model-

model peramalan seperti rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, dan

regresi linear. Tujuannya adalah untuk menunjukan pada manajer bahwa ada

banyak cara memprediksi masa depan. Disajikan pula tinjauan tentang subjek

peramalan penjualan perusahaan dan menjelaskan bagaimana menyiapkan,

memantau, dan menilai keakuratan peramalan. Peramalan yang baik adalah

bagian penting dari operasi jasa dan manufaktur yang efisiensi; dan juga

merupakan sarana pembentukan model yang penting unruk pengambilan

keputusan.

2.4.1 Pengertian Peramalan

Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-

peristiwa masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan

memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis.

Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan. Atau

peramalan bisa mencakup kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan

penilaian yang baik oleh manajer (Render dan Heizer, 2001, p46).

Menurut Sumayang (2003, p23), peramalan penting artinya karena dengan

peramalan yang tepat guna diharapkan akan meningkatkan efisiensi produksi.

Sesungguhnya terdapat perbedaan antara Peramalan dengan Perkiraan.

Peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data

masa lalu, untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang sedangkan

perkiraan dengan cara subjektif dan atau tidak dari data-data masa lalu,

memperkirakan sesuatu di masa yang akan datang. Sehingga dengan demikian,

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

45

peramalan selalu memerlukan data-data dari masa lalu dan apabila tidak ada data

masa lalu maka penentuan sesuatu di masa yang akan datang dapat dilakukan

dengan cara perkiraan. Untuk melakukan perkiraan diperlukan keahlian,

pengalaman, dan pertimbangan seorang manajer operasi. Sedangkan untuk

melakukan peramalan diperlukan ilmu pengetahuan statistik dan teknologi

(Sumayang, 2003, p24).

2.4.2 Horizon Waktu

Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu masa depan yang

mendasarinya (Render dan Heizer, 2001, p46). Tiga kategori yang bermanfaat

bagi manajer operasi adalah:

1. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi

umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan

untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja,

penugasan, dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya

berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat

dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi,

penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau

lebih; digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal,

lokasi fasilitas, atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

46

Peramalan jangka menengah dan jangka panjang mempunyai tiga ciri yang

membedakan keduanya dari peramalan jangka pendek. Peramalan jangka

menengah dan jangka panjang berhubungan dengan isu yang lebih kompetentif

dan mendukung keputusan manajemen berkaitan dengan perencaanaan dan

produk, pabrik, dan proses. Kedua, peramalan jangka pendek biasanya

menggunakan metodologi yang berbeda dari pada peramalan yang lebih panjang

waktunya. Teknik-teknik matematis seperti rata-rata bergerak (moving averages),

penghalusan eksponensial {exponential smoothing), dan ekstrapolasi trend

adalah biasa untuk proyeksi jangka pendek. Dan ketiga, peramalan jangka

pendek cenderung lebih akurat daripada peramalan jangka yang lebih panjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan berubah setiap hari, sehingga

ketika horison waktu semakin panjang, keakuratan peramalan akan berkurang.

Dengan demikian ramalan penjualan perlu diperbarui secara teratur untuk

mempertahankan nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus

dikaji kembali dan diperbaiki (Render dan Heizer, 2001, p47).

2.4.3 Jenis-Jenis Peramalan

Menurut Render dan Heizer (2001, p47), organisasi menggunakan tiga

jenis peramalan ketika merencanakan masa depan operasinya, yaitu:

1. Ramalan ekonomi membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat

inflasi, suplai uang permulaan perumahan, dan indikator-indikator

perencanaan lain.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

47

2. Ramalan teknologi berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi, yang

akan melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membutuhkan

pabrik, dan peralatan baru.

3. Ramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau jasa

perusahaan. Ramalan ini, disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan

produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak

sebagai masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan, dan

personalia.

2.4.4 Metode Peramalan

Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan

permintaan dalam produksi. Namun yang lebih penting adalah bagaimana

memahami karateristik suatu metode peramalan agar sesuai dengan situasi

pengambilan keputusan. Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu

peramalan, faktor yang menentukan hasil yang sebenarnya, tipe pola data dan

berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu,

beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam dua kategori

utama, yaitu metode peramalan kuantitatif dan metode peramalan kualitatif

(Makridakis et.al., 1999, p19-24).

2.4.4.1 MetodePeramalan Kualitatif

Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat,

ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode

tertentu. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

48

memiliki ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih

sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan

metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus

berlanjut di masa mendatang.

Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu :

a. Model deret berkala (time series)

Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa

lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala

menggunakan riwayat permintaan masa lalu dalam membuat ramalan untuk

masa depan. Tujuan metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan

pola dalam deret berkala historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke

masa depan.

Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series (Baroto, 2002,

p31) adalah sebagai berikut:

1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan

data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend,

musiman, siklikal, atau random.

2. Mencoba beberapa metode time series – yang sesuai dengan pola

permintaan tersebut – untuk melakukan peramalan. Metode yang

dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya

dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

49

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah

dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE,

MAPE, atau lainnya. Sebaiknya nilai tingkat kesalahan ini ditentukan

dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan

maksimal dalam peramalan.

4. Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba.

Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan

yang telah ditetapkan.

5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah

dipilih.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat

adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang

paling tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan

menjadi :

1. Pola Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar

nilai rata-rata yang konstan (deret seperti itu adalah “stasioner”

terhadap nilai rata-ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak

meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini.

Demikian pula suatu pengendalian kualitas yang menyangkut

pengambilan contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan yang

secara teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

50

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p35) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.3 Pola Data Horisontal

Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan

stationer mencakup metode yang naif, rata-rata sederhana, moving

averages, dan autoregressive moving average (ARMA) model

(metode Box-Jenskins). (Hanke dan Wichern, 2005, p75).

2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor

musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari

pada minggu tertentu). Penjualan dari produk minuman ringan, es

krim, dan bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p33) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.4 Pola Data Musiman

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

51

Teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan seasonal

mencakup dekomposisi clasical, census x-12, winter’s exponensial

smoothing, multiple regression dan ARIMA models (metode Box-

Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).

3. Pola Siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi

ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus

bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama

lainnya menunjukkan jenis pola data ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p34) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.5 Pola Data Siklis

Teknik yang harus dipertimbangkan pada peramalan seri cyclical

mencakup dekomposisi clasical, economic indicator, model-model

econometric, multiple regression, dan model-model ARIMA (metode

Box-jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).

4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan

sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan,

produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau

ekonomi lainnya mengikuti pola trend selama perubahannya

sepanjang waktu.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

52

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p32) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.6 Pola Data Trend

Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan trend

mencakup moving averages. Holt’s exponential smoothing, regresi

sederhana, growth curves, model-model exponential, dan

autoregressive integrated moving average (ARIMA) model (metode

Box-Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76).

b. Model kausal

Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan

suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut

dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari varibel tak

bebas. Setelah hubungan ini ditemukan, nilai-nilai masa mendatang dapat

diramalkan cukup dengan memasukkan nilai-nilai yang sesuai untuk

varibel-variabel independen. Metode peramalan kausal mengasumsikan

bahwa permintaan akan suatu produk bergantung pada satu atau beberapa

faktor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

53

2.4.4.2 Metode Peramalan Kualitatif atau Teknologis

Metode peramalan ini tidak memerlukan data yang serupa seperti metode

peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu

dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan dan pengetahuan

yang telah didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari

sejumlah orang yang terlatih.

Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau manajer dalam membuat

prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka

panjang. Penggunaan pertimbangan dalam peramalan, tampaknya tidak ilmiah

dan bersifat sementara. Tetapi bila data masa lalu tidak ada atau tidak

mencerminkan masa mendatang, tidak banyak alternatif selain menggunakan

opini dari orang-orang yang berpengetahuan. Ramalan teknologis terutama

digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk membantu perencana dan untuk

melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik

tertentu.

Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Metode eksploratoris

Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian

morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya

dan bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat

semua kemungkinan yang ada.

b. Metode normatif.

Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis

sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang,

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

54

kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai,

berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia.

2.4.5 Teknik Peramalan untuk Data Trend

Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu

series yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan

pertumbuhan atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu

yang panjang. Dengan kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai

trend jika nilai harapannya berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut

diharapkan menaik atau menurun selama periode dimana peramalan diinginkan.

Biasanya data runtut waktu ekonomi mengandung suatu trend.

Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut

waktu yang mengandung trend adalah rata-rata bergerak, pemulusan

eksponensial linier dari Holt, regresi sederhana, model ARIMA (metode Box-

Jenkins) (Hanke dan Wichern, 2005, p75-76).

2.4.5.1 Metode Asosiatif

Model asosiatif bergantung kepada pengenalan variabel yang dapat

dikaitkan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel yang menjadi

perhatian kita. Metode utama yang dikenal dan digunakan secara luas dalam

metode ini adalah regresi.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

55

Berikut ini rumus – rumus regresi linear sederhana :

( )tbya

ttn

yttynb

bay tt

−=

−=

+=

∑ ∑∑ ∑ ∑

22

Dimana: y = nilai peramalan

a = konstanta y

b = nilai kemiringan

n = jumlah data

t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus

berlanjut untuk periode yang diramalkan).

2.4.5.2 Metode Peramalan Double Exponential Smoothing Satu Parameter

Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing)

dengan menambahkan parameter α dalam modelnya untuk mengurangi faktor

kerandoman. Biasanya yang sering digunakan adalah Double Exponential

Smoothing satu parameter supaya peramalan dapat menghasilkan hasil yang

mulus.

Dasar pemikirannya serupa dengan rata – rata bergerak linier yang secara

matematis dapat ditunjukan dengan rumus :

( )

mbaF

SSb

SSa

SSS

SXS

ttmt

ttt

ttt

ttt

ttt

+=

−−

=

−=

−+=

−+=

+

)(1

2

)1(.

1.

'''

'''

'')1(

'''

)1('

αα

αα

αα

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

56

Dimana: tX = Data penerimaan pada periode t

a = Faktor atau konstanta pemulusan

mtF + = Perkiraan untuk periode t

Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N

data periode terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan

eksponensial tunggal mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan

mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya.

Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil

perkiraan terakhir, karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung

nilai-nilai pengamatan sebelumnya.

2.4.5.3 Metode Peramalan Dekomposisi

Metode Dekomposisi mendasarkan penganalisaan untuk mengidentifikasi

tiga faktor utama yang terdapat dalam suatu deret waktu, yaitu faktor trend,

faktor siklus, dan faktor musiman. Di dalam beberapa hal, peramal hanya

mendasarkan penyusunannya pada dua faktor yang penting yaitu trend dan

musiman. Faktor trend menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, dan

dapat meningkat, menurun atau tidak berubah. Pengukuran perkembangan faktor

trend dilakukan untuk periode waktu yang panjang dengan menghilangkan

variasi musim dan variasi siklus. Faktor siklus menggambarkan baik turunnya

ekonomi atau industri tertentu. Faktor musiman berkaitan dengan fluktuasi

periodik dengan panjang konstan. Perbedaan antara musiman dan siklus adalah

bahwa musiman berulang dengan sendirinya pada interval yang tetap seperti

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

57

tahun atau bulan, sedangkan faktor siklus mempunyai jangka waktu yang lebih

lama dan lamanya berbeda dari satu siklus ke siklus yang lainnya.

Ada beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisi suatu deret

waktu, dengan tujuan untuk mengisolasikan masing-masing komponen dari deret

itu setepat mungkin. Konsep dasar dari dekomposisi ini adalah data empiris di

mana yang pertama adalah pergeseran musim, kemudian trend dan terakhir

adalah siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat

ditaksir, tetapi dapat diidentifikasi (Makridakis et.al., 1999, p150-156).

Langkah-langkah dekomposisi :

1. Pada deret data yang sebenarnya (Xt) hitung rata-rata bergerak yang

panjangnya (N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari rata-rata

bergerak adalah menghilangkan unsur musiman dan keacakan. Meratakan

sejumlah periode yang sama dengan panjang pola musiman akan

menghilangkan unsur musiman dengan membuat rata-rata dari periode

yang musimannya tinggi dan periode yang musimannya rendah. Karena

galat acak tidak mempunyai pola yang sistematis, maka perata-rataan ini

juga mengurangi keacakan.

2. Pisahkan rata-rata bergerak N periode (langkah satu) dari deret data semula

untuk memperoleh unsur trend dan siklus.

3. Pisahkan faktor musiman dengan menghitung rata-rata untuk tiap periode

yang menyusun panjang musiman secara lengkap.

4. Identifikasi bentuk trend yang tepat (linear, eksponensial, kurva-S, dan

lain-lain) dan hitung nilainya untuk setiap periode (Tt).

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

58

5. Pisahkan hasil langkah empat dari hasil langkah dua (nilai gabungan dari

unsur trend dan siklus) untuk memperoleh faktor siklus.

6. Pisahkan musiman, trend dan siklus dari data asli untuk mendapatkan unsur

acak yang ada, Et.

Metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif

dan bentuknya dapat bervariasi. Model aditif berbentuk :

Xt = It + Tt + Ct + Et

Model multiplikatif berbentuk :

Xt = It x Tt x Ct x Et

2.4.5.4 Statistik Ketepatan Peramalan

2.4.5.4.1 Ukuran Statistik Standar

Jika Xt merupakan data aktual untuk periode t dan Ft merupakan

ramalan (atau nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka

kesalahan didefinisikan sebagai :

ttt FXe −=

Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu,

maka akan terdapat n buah galat dan ukuran statistik standar berikut dapat

didefinisikan :

Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)

∑==

n

tet

nMAE

1

1

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

59

2.4.5.4.2 Ukuran-Ukuran Relatif

Karena adanya keterbatasan MAE sebagai suatu ukuran ketepatan

peramalan, maka muncul usulan alternatif – alternatif lain yang diantaranya

menyangkut galat persentase. Tiga ukuran yang sering digunakan

(Makridakis, 1999, p61-62) adalah :

• Galat Persentase (Percentage Error)

100*⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −=

t

tt

XFX

PE

• Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)

tn

tPE

nMPE ∑ =

=1

1

• Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage

Error)

tn

tPE

nMAPE ∑ =

=1

1

PE dapat digunakan untuk menghitung kesalahan persentase setiap

periode waktu. Nilai-nilai ini kemudian dapat dirata-ratakan untuk

memberikan nilai tengah kesalahan persentase (MPE). Namun MPE mungkin

mengecil karena PE positif dan negatif cenderung saling meniadakan. Dari

sana MAPE didefinisikan dengan menggunakan nilai absolut dari PE.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

60

2.5 Safety Stock

Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga

disebut sebagai “buffer stock”, yang digunakan untuk memenuhi permintaan

pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba.

Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:

Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data

permintaan selama periode yang bersangkutan.

Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S = 2(x-x)

n∑

Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,

x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,

n = jumlah periode data permintaan.

2.6 Master Production Schedule (MPS)

2.6.1 Pengertian MPS

Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk

(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang

produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan

industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan

kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan

mengimplementasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang

merupakan hasil dari proses perencanaan produksi dinyatakan dalam bentuk

agregat, jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari proses penjadwalan

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

61

produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item

yang ada dalam Item Master and BOM (Bill of Material) files.

Aktifitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan

bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses

transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari

MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk

keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.

MPS sering didefinisikan sebagai anticipated build schedule untuk item-

item yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master schedule). MPS

membentuk jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian

manufakturing, sehingga seyogyanya bagian pemasaran juga mengetahui

informasi yang ada dalam MPS terutama berkaitan dengan ATP (Available To

Promise) agar dapat memberikan janji yang akurat kepada pelanggan.

Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas

melakukan empat fungsi utama berikut :

1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan

kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements

planning = M&CRP).

2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and

purchase orders) untuk item-item MPS.

3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan

kapasitas.

4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk

(delivery promises) kepada pelanggan.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

62

Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p146)

Gambar 2.7 Proses Penjadwalan Produksi

Sebagai suatu aktifitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) yang

terlihat pada gambar 3.7, MPS membutuhkan lima input utama yaitu antara lain :

• Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses

penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan

ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).

• Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,

stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock),

pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released

production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus

mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan

menentukan berapa banyak yang harus dipesan.

• Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS

harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan

sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

63

• Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang

harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu

tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam

file induk dari item (Item Master File).

• Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk

mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP

menentukan kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS,

menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan umpan-balik kepada

perencana atau penyusun jadwal produksi induk (Master Scheduler) untuk

mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian

antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas tersedia.

2.6.2 Teknik Penyusunan MPS

Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS

Item No : Description : Lead time : Safety stock : On Hand : Demand Time Fences : Planning Time Fences :

Period Past Due 1 2 3 4 5 6 Forecast Actual Order (AO) Project Available Balance (PAB) Available to Promise (ATP) Master Schedule (MS)

Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p152)

Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 2.1

MPS adalah sebagai berikut :

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

64

a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.

b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau

memanufaktur suatu produk.

c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa

periode sebelumnya.

d) Description menyatakan deskripsi produk secara umum.

e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai

antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang.

f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana

dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak

diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat

ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.

g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan

di mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani

sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.

h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk

item yang dijadwalkan itu.

i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat

pasti.

j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa

produk pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:

PAB t < DTF = PABt-1 + MSt – AO

PAB DTF < t < PTF = PABt-1 + MSt – AO atau Ft (pilih yang besar)

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

65

k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item

atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia

untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian

pemasaran dapat membuat janji yang tepat bagi pelanggan.

ATPt = ATPt-1 + MSt – AOt

l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang

diantisipasi untuk produk atau item tertentu.

2.7 Material Requirement Planning (MRP)

2.7.1 Pengertian MRP

MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik

transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk

produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem MRP

dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan

akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien.

Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand

didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-

kondisi pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku

cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi

permintaan konsumen pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola

dengan metoda titik pemesanan. Sebaliknya untuk dependent demand tidak

dipengaruhi oleh kondisi -kondisi pasar dan hanya tergantung pada permintaan

suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah :

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

66

- Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang

lain yang berada pada level yang lebih tinggi

- Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain

- Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam

pembuatan suatu produk jadi

- Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan

- Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang

diperlukan dalam rencana MPS/JIP

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP

Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan

informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan,

pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk

membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan

perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya.

Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai

berikut :

1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

Menentukan secara tepat kapan sutu pekerjaan harus selesai (atau meterial

harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah

direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

67

2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan

secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua

kebutuhan minimal setiap item.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus

dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada

pabrik sendiri.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang

sudah direncanakan

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang

dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan

indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan

menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih

tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu

pesanan harus dilakukan.

Beberapa manfaat dari MRP (Render dan Heizer, 1997, p362), adalah:

- Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen

- Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja

- Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik

- Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar

- Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada

konsumen

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

68

2.7.3 Input MRP

Sebagai suatu sistem, MRP membutuhkan lima input utama (Gaspersz,

2001, p177) seperti pada gambar 3.8 berikut :

PerencanaanKapasitas(CapacityPlanning)

1. MPS2. Bill of Materials3. Item Master4. Pesanan-pesanan5. Kebutuhan

PerencanaanKebutuhan

Material (MRP)

- Primary (orders) Report - Action Report - Pegging Report

Umpan Balik

OUTPUT :PROSES :INPUT :

Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p178)

Gambar 2.8 Proses Kerja dari MRP

Kelima sumber input utama pada gambar 3.8 di atas adalah :

1. Master Production Schedule (MPS) yang suatu rencana terperinci

tentang tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk

diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan

dibutuhkan, dan kapan produk itu akan diproduksi.

2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar jumlah komponen, campuran

bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk.

MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya

setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bagan

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

69

bahan dalam komputer harus selalu benar dan dapat menggambarkan

bagaimana produk itu dibuat.

3. Item master merupakan suatu file yang berisi informasi tentang

material, parts subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan

kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity),

waktu tunggu yang direncanakan (planned lead times), ukuran lot (lot

size), stok pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau

hasil, dan berbagai informasi penting lainnya yang berkaitan dengan

suatu item.

4. Pesanan-pesanan (orders) berisi tentang banyaknya dari setiap item

yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on-hand di

masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu: shop

orders or work orders or manufacturing orders berupa pesanan-pesanan

yang akan dibuat atau diproduksi di dalam pabrik, dan purchase orders

yang merupakan pesanan-pesanan pembelian suatu item dan pemasok

eksternal.

5. Kebutuhan-kebutuhan (requirements) akan memberitahukan tentang

banyaknya masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi

stock on-hand di masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis

kebutuhan, yaitu kebutuhan internal dan eksternal. Kebutuhan internal

digunakan dalam pabrik untuk membuat produk lain, dan kebutuhan

eksternal yang akan dikirim ke luar pabrik berupa: pesanan pelanggan

(customer orders), service parts, dan sales forecasts.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

70

2.7.4 Mekanisme Dasar dari Proses MRP

Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP

Part no : Description: BOM UOM : On hand : Lead time : Order policy : Safety stock : Lot size : period Past due 1 2 3 4 5 6 7 8 gross requirement scheduled receipts projected available balance 1 net requirement planned order receipts planned order release projected available balance 2

Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p180)

Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit

2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan

komponen atau material yang akan dirakit

3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau

mengirim suatu komponen.

4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai

antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang.

5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.

6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa

periode sebelumnya.

7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk

menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.

8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

71

9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai

pada setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross

requirement sama dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk

komponen, kuantitas gross requirement diturunkan dari Planned Order

Release induknya.

10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima

pada periode tertentu.

11. Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material

yang ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat

dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya

dengan Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan

Gross Requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada

rumus adalah sebagai berikut :

PAB I = (PAB II)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t

12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen

yang harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk

memenuhi Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan

nol jika Projected Available Balance I lebih besar dari nol dan sama

dengan minus jika Projected Available Balance I kurang sama dengan dari

nol.

Net Requirement = -(PAB I)t + Safety stock

13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan

pada suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama

dengan Net Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing)

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

72

bergantung kepada Order Policy-nya. Selain itu juga harus

mempertimbangkan Safety stock juga.

14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus

dilakukan atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika

dibutuhkan oleh induk itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan

ditetapkan dengan periode Lead time sebelum dibutuhkan.

15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material

yang ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat

dihitung dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net

Requirements.

PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t – (Gross Requirement) t +

(Planned Order Receipt) t

atau dapat disingkat :

PAB II = (PAB I)t + (Planned Order Receipt)t

2.7.5 Prosedur Sistem MRP

Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat

langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada

setiap item. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

- Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.

- Lotting : Penentuan ukuran lot.

- Offsetting : Penetapan besarnya lead time.

- Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

73

2.7.6 Output Sistem MRP

Output dari sistem MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana

produksi yang dibuat atas dasar lead time. Rencana pemesanan memiliki dua

tujuan yang hendak dicapai. Kedua tujuan trsebut adalah :

- Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah

- Memproyeksikan kebutuhan kapasitas

Rencana pemesanan dan rencana produksi dari output sistem MRP

selanjutnya akan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

- Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus

dilakukan/direncanakan baik dari panrik sendiri maupun pemasok.

- Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.

- Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan.

- Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.

Output dari sistem MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang

merupakan tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.

2.8 Analytical Hierarchy Process (AHP)

2.8.1 Pengertian Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process (AHP) atau dikenal dengan istilah analisis

keputusan berjenjang, merupakan suatu alat pengambilan putusan yang

sederhana, dengan mensortir persoalan-persoalan kompleks menjadi beberapa

jenjang (hirarki) yang sederhana, untuk kemudian diselesaikan dan pada

akhirnya membentuk suatu hierarki yang tersusun menjadi satu kesatuan. AHP

merupakan salah satu alat analisis dengan cara memberikan peringkat terhadap

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

74

alternatif keputusan yang ada dan memilih salah satu alternatif yang terbaik. Inti

dari proses AHP adalah suatu metode untuk memecahkan permasalahan yang

kompleks dan tidak terstruktur dengan cara menguraikan komponen–komponen

sistem ke dalam suatu hirarki, memberikan nilai numerik secara subjektif untuk

menentukan tingkat kepentingan dari setiap variabel atau komponen yang

dianggap penting dan pada akhirnya melakukan sintesis dari pendapat tadi untuk

menentukan variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang keluar sebagai

hasil analisis.

Pada dasarnya pengambilan keputusan dalam metode AHP didasarkan

pada 3 hal yaitu :

1. Penentuan prioritas.

2. Penyusunan hirarki.

3. Konsistensi logis.

Terdapat dua macam hirarki yaitu hirarki struktural dan hirarki fungsional,

yang merupakan dasar analisis metode AHP. Untuk menggunakan prinsip pokok

AHP maka metode ini menyatukan dua aspek kuantitatif dan kualitatif. Secara

kuantitatif, AHP melakukan perbandingan dan penilaian untuk mendapatkan

solusi. Sedangkan secara kualitatif yaitu dengan mendefinisikan masalah dan

penilaian.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

75

2.8.2 Manfaat Analytical Hierarchy Process

Manfaat dari AHP adalah :

• Dapat menilai suatu permasalahan secara optimal dan berkelanjutan.

• AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dan beberapa perbandingan

berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.

• Metoda AHP dapat memberikan suatu solusi permasalahan lebih baik,

dengan cara pengelompokkan.

• Dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang rumit.

• Penjaringan informasi dari opini untuk identifikasi objektif.

2.8.3 Langkah-Langkah dalam Metode Analytical Hierarchy Process

Secara umum, langkah–langkah yang harus dilakukan dalam melakukan

metode AHP adalah :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, kriteria, sub

kriteria dan alternatif.

Berikut adalah tabel bobot kepentingan (preference level):

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

76

Tabel 2.3 Preference Level

Preference Level Numerical Value Equally Preferred 1 Equally to Moderately Preferred 2 Moderately Preferred 3 Moderately to Strongly Preferred 4 Strongly Preferred 5 Strongly to Very Strongly Preferred 6 Very Strongly Preferred 7 Very Strongly to Extremely Preferred 8 Extremely Preferred 9

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Dalam membandingkan

pengumpulan objek berpasangan digunakan bobot dari masing–masing

kebijakan tersebut; langkah yang ditempuh adalah dengan menggunakan

matriks bobot dari setiap objek.

4. Dilanjutkan dengan menghitung eigen value dan menguji konsistensinya

dengan menggunakan rasio konsistensi sebagai ukuran (CR) dan besarnya

CR yang ditolerir tidak lebih dari 10 %.

Cara memperhitungkan konsistensi :

a. Menentukan weighted sum vector = diselesaikan dengan hasil perkalian Row

Averages dengan matriks awal.

b. Menentukan Consistency Vector = Averages Row

vector sum weighted

c. Menghitung λ dan Consistency Index. CI =1nn

−−λ

Dimana n = jumlah item dan λ adalah rata-rata dari Consistency Vector.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

77

d. Menghitung Consistency Vector. CR =RICI dimana RI adalah random index

yang didapat dari tabel random index di bawah.

Tabel 2.4 Random Index

N RI 2 0.003 0.584 0.905 1.126 1.247 1.328 1.419 1.4510 1.49

Untuk mengetahui hasil yang konsisten, maka hasil dari CR <= 0.10. Jika

hasil CR lebih besar dari 0.10 maka matriks keputusan harus dievaluasi

ulang.

2.9 Sistem Informasi

2.9.1 Pengertian Sistem

Menurut pendapat McLeod (2001, jilid 1, p11), sistem adalah sekelompok

elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu bidang

fungsional cocok dengan definisi ini. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber

daya seperti manusia, material, uang, mesin, dan informasi dimana sumber daya

tersebut bekerja menuju tercapainya suatu tujuan yang ditentukan oleh pemilik

atau manajemen

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

78

Menurut pendapat Davis (1984, p67), sistem dapat terbagi menjadi dua

yaitu abstrak maupun fisik. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur

gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sebagai contoh, sebuah sistem

teologi adalah sebuah susunan gagasan mengenai Tuhan, manusia, dan

sebagainya. Sedangkan contoh dari sistem fisik adalah sistem peredaran darah

(jantung dan urat-urat darah yang menggerakkan darah ke seluruh tubuh).

Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi

bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti, sebuah sistem

bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari

unsur yang dapat dikenal sebagai saling melengkapi karena satunya maksud,

tujuan atau sasaran. Sistem fisik lebih dari sekedar konseptual, karena dapat

memperlihatkan kegiatan atau perilaku. Model umum sebuah sistem terdiri dari

masukan, pengolah, dan keluaran (Davis, 1984, p68).

2.9.2 Pengertian Informasi

Berdasarkan pendapat McLeod (2001, p15), informasi adalah data, yang

telah diproses, atau data yang memiliki arti. Terdapat empat dimensi informasi

menurut McLeod (2001, p145), yaitu:

- Relevansi

Informasi memiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah yang

ada. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan tanpa

membaca seluruh informasi mengenai subyek lain.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

79

- Akurasi

Idealnya, semua informasi harus akurat tetapi peningkatan ketelitian sistem

menambah biaya. Karena alasan tersebut, manajer terpaksa menerima

ketelitian yang kurang dari sempurna.

- Ketepatan Waktu

Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah sebelum situasi

krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan menghilang. Manajer harus

mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang sedang

terjadi sekarang, selain apa yang telah terjadi pada masa lampau.

- Kelengkapan

Manajer harus dapat memperoleh informasi yang memberi gambaran

lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian

informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.

2.9.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005, p5) sistem informasi dapat merupakan kombinasi

teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan

sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi

dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk

berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat

fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran

komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data).

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

80

Sumber : www.prenhall.com/mcleod

Gambar 2.9 Piramida Sistem Informasi

Gambar 2.9 menunjukkan bahwa sistem informasi telah dikembangkan

untuk mendukung seluruh organisasi, dari level eksekutif hingga level

operasional. Sistem informasi manajemen diperuntukkan bagi kebutuhan

informasi para manajer dalam perusahaan. Sistem informasi eksekutif dirancang

untuk digunakan oleh level strategis perusahaan. Lima area fungsional

menunjukkan keunikan sistem informasi yang berbeda-beda yang dibutuhkan

oleh masing-masing area.

2.9.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

informasi umum untuk manajer dalam perusahaan atau dalam subunit fungsional

perusahaan. Subunit dapat didasarkan pada area fungsional atau tingkatan

manajemen. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai

dalam bentuk laporan dan keluaran dari berbagai simulasi model matematika,

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

81

dimana model laporan ataupun keluaran dapat disajikan dalam bentuk tabel atau

grafik (McLeod, 2001, jilid 1, p326).

Berdasarkan pendapat McLeod (2001, jilid 1, p327) sistem informasi

manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang

menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa.

Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal (perusahaan

atau subunit dibawahnya). Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu

sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang

terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut

tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus, dan keluaran dari

simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh

manajer maupun non-manajer dalam perusahaan saat mereka membuat

keputusan untuk memecahkan masalah.

2.9.5 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem

Menurut McLeod (2001, jilid 1, p234) analisis sistem adalah penelitian atas

sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau

diperbaiki. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem

yang ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh

pengguna sistem. Sedangkan menurut Cushing (1991, p327), analisis sistem

dapat didefinisikan sebagai proses penyelidikan kebutuhan informasi pemakai

didalam suatu organisasi agar dapat menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk

desain suatu sistem informasi.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

82

Menurut Mulyadi (1993, p51) perancangan sistem adalah proses

penerjemahan kebutuhan pemakai ke dalam alternatif rancangan sistem

informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.

Sedangkan menurut Cushing (1991, p348) perancangan sistem adalah proses

penyiapan spesifikasi yang terperinci untuk pengembangan suatu sistem baru.

Dari definisi diatas, perancangan sistem dapat disimpulkan suatu proses

penyiapan spesifikasi dalam menterjemahkan kebutuhan pemakai dalam

pengembangan sistem baru.

2.9.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Menurut McLeod (2001, p184) System life Cycle (SLC) adalah sebuah

proses yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis

komputer. SLC terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah-langkah

pendekatan sistem. Karena tugas-tugas tersebut mengikuti suatu pola yang

teratur dan dilakukan secara top-down, maka seringkali disebut sebagai

pendekatan air terjun. Pola SLC dapat dilihat pada gambar 3.2.

Empat tahap pertama dalam SLC, secara bersama-sama dinamakan siklus

hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle) – SDLC. Tahap

kelima adalah tahap penggunaannya, yang berlangsung sampai tiba waktunya

untuk merancang sistem itu kembali. Proses merancang kembali mengakibatkan

siklus tersebut akan berulang.

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

83

1. TahapPerencanaan

2. TahapAnalisis

3. TahapRancangan

4. TahapPenerapan

5. TahapPenggunaan

Sumber : McLeod (2001, p24)

Gambar 2.10 Pola Perputaran dari SLC

Langkah-langkah dari masing-masing tahap (McLeod, 2001, p186-203)

adalah :

1. Tahap Perencanaan

a. Menyadari masalah

b. Mendefinisikan masalah

c. Menentukan tujuan sistem

d. Mengidentifikasi kendala – kendala sistem

e. Membuat studi kelayakan

f. Menyiapkan usulan penelitian sistem

g. Menyetujui atau menolak penelitian proyek

h. Menetapkan mekanisme pengendalian

2. Tahap Analisis

a. Mengumumkan penelitian sistem

b. Mengorganisasikan tim proyek

c. Mendefinisikan kebutuhan informasi

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

84

d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem

e. Menyiapkan usulan rancangan

f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek

3. Tahap Rancangan

a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci

b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigursi sistem

c. Mengevaluasi berbagai teknik konfigurasi sistem

d. Memilih konfigurasi terbaik

e. Menyiapkan usulan penerapan

f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem

4. Tahap Penerapan

a. Merencanakan penerapan

b. Mengumumkan penerapan

c. Membuat sumber daya perangkat lunak

d. Menyiapkan database

e. Menyiapkan fasilitas fisik

f. Mendidik peserta dan pemakai

g. Menyiapkan usulan cutover

h. Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru

i. Masuk ke sistem baru

5. Tahap Penggunaan

a. Menggunakan sistem

b. Audit sistem

c. Memelihara sistem

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

85

d. Mempersiapkan usulan rekayasa ulang

e. Menyetujui atau menolak rekayasa ulang sistem

2.10 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek

2.10.1 Pengertian Objek

Paradigma dari konsep berorientasi objek merupakan strategi

pengembangan yang berdasarkan pada konsep bahwa sistem seharusnya

dibangun dari kumpulan komponen yang reusable (dapat digunakan kembali)

yang dinamakan objek. Objek meliputi pemisahan data dan fungsi yang sama

dengan yang dilakukan dalam konsep terstruktur. Walaupun konsep berorientasi

objek mirip dengan konsep terstruktur, tetapi sebenarnya berbeda.

Objek mempunyai arti kombinasi dari data dan logik yang mewakilkan

entitas dari kenyataan. Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik,

konsep ataupun secara perangkat lunak. Definisi yang formal dari objek adalah

sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan

untuk sebuah aplikasi.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p4) objek merupakan suatu entitas dengan

identitas, state (keadaan) dan behavior (kelakuan). Keadaan dari objek adalah

satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat muncul, dan dapat

secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek biasanya

diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi nilai

dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan

objek lainnya. Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan

bereaksi terhadap permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

86

kelompok pesan yang direspon oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek).

Kelakuan dari objek mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat kita lakukan

terhadap objek tersebut dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh objek

untuk kita.

Setiap objek mempunyai identitas yang unik. Identitas yang unik ini

membuat kita dapat membedakan dua objek yang berdeda, walaupun kedua

objek tersebut mempunyai keadaan dan nilai yang sama pada atributnya.

2.10.2 Kaitan Analisis dan Perancangan dengan Orientasi Objek

Untuk merancang suatu aplikasi piranti lunak, pada tahap awal diperlukan

deskripsi dari permasalahan dan spesifikasi aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja

persoalan yang ada dan apa yang harus dilakukan sistem.

Penekanan analisis adalah pada proses investigasi atas permasalahan yang

dihadapi tanpa memikirkan definisi solusi terlebih dahulu. Jadi dalam tahap

analisis, dikumpulkan informasi mengenai permasalahan, spesifikasi sistem

berjalan, serta spesifikasi sistem yang diinginkan. Sedangkan penekanan dalam

desain adalah pada logika solusi dan bagaimana memenuhi spesifikasi yang

dibutuhkan serta konstrain atau batasan yang ada.

Inti dari analisis dan perancangan berorientasi objek adalah untuk

menekankan pertimbangan atas domain permasalahan beserta solusinya dari

sudut pandang objek. Tahap analisis berorientasi objek lebih ditekankan untuk

mencari dan mendefinisikan objek atau konsep yang ada dalam domain

permasalahan. Contohnya dalam membangun aplikasi perpustakaan, analisis

bertujuan mendapatkan penjabaran objek seperti buku, petugas perpustakaan,

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

87

dan sebagainya. Tahap perancangan berorientasi objek, penekanan terletak pada

bagaimana mendefinisikan objek-objek logik dalam aplikasi yang akan

diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman berorientasi objek seperti

C++, Smalltalk, Java, atau Visual Basic (Larman, 1998, p6).

2.10.3 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Tiga buah konsep atau teknik dasar dalam analisis dan perancangan

berorientasi objek yaitu :

o Pembungkusan (Encapsulation)

Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara

sederhana berarti pengelompokkan data dan fungsi (yang disebut sebagai

metode). Secara tradisional, data dan fungsi dalam sebuah program adalah

independen. Seperti dalam pemrograman modular dan abstraksi data,

pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan fungsi

yang beroperasi pada data tersebut. Setiap objek kemudian mempunyai

sebuah set data dan set fungsi secara logik.

o Pewarisan (Inheritance)

Dalam object oriented programming kita dapat menciptakan objek baru

yang diturunkan dari objek lain. Objek baru ini sering disebut dengan objek

turunan (derived class) sedangkan objek induknya sering disebut dengan

base class. Sifat yang terkandung pada objek turunan adalah sifat hasil

pewarisan dari sifat-sifat yang terdapat pada objek induk. Jadi kita dapat

membuat objek baru yang memiliki kemampuan lebih dibansing dengan

objek induknya dengan menambahkan sifat baru kedalam objek tersebut.

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

88

o Polimorfisme (Polymorphism)

Polimorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk

menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

Polimorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang

berbeda (bahkan dari subtipe yang berbeda) dapat menggunakan properti

dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

2.11 Unified Modeling Language (UML)

2.11.1 Diagram UML

Menurut Roff (2003, p11-13), UML bisa dibagi dalam dua bagian utama,

yaitu :

1. Structural Diagram

Class diagram dan implementation diagram termasuk dalam bagian ini.

Dengan dua kategori ini, kita bisa menemukan empat tipe spesifik dari

diagram yaitu :

- Class dan object diagram

- Component dan deployment diagram

2. Behavioral Diagram

Behavioral diagram digunakan untuk menunjukkan bagaiman aliran proses

antara komponen, kelas, pengguna dan sistem. Ada lima behavioral

diagram dalam UML, yaitu :

- Use case diagram

- Activity diagram

- Sequence diagram

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

89

- Collaboration diagram

- Statechart diagram

Terdapat tiga buah diagram inti yang paling sering digunakan untuk

membangun sistem yaitu use case diagram (untuk menggambarkan kebutuhan

pengguna sistem), sequence diagram (untuk menganalisis setiap use case dan

memetakannya ke dalam class), dan class diagram (untuk menentukan struktur

berorientasi objek). Ketiga diagram ini akan dapat meng-cover 80% dari

kebutuhan pemodelan objek ketika membangun aplikasi bisnis dengan teknologi

objek (Ambler, 2002, online).

Menurut Booch (1999, p99-100), jika ingin memodelkan suatu aplikasi

yang sederhana yang akan dijalankan pada sebuah mesin tunggal, maka diagram

yang dapat digunakan adalah use case diagram, class diagram (untuk pemodelan

struktural), dan interaction diagram (untuk pemodelan behavioral). Jika

pemodelan difokuskan juga pada aliran proses, maka dapat menambahkan

statechart diagram dan activity diagram yang dapat menggambarkan tingkah laku

dari sistem. Sedangkan jika sistem itu terdapat client atau server, maka diagram

yang diperlukan untuk menggambarkan sistem adalah use case diagram, activity

diagram, class diagram, interaction diagram, statechart diagram, component

diagram, dan deployment diagram.

2.11.1.1 Class dan Object Diagram

Menurut Mathiassen et al. (2000, p53) class diagram merupakan

deskripsi dari kumpulan obyek yang saling berbagi struktur, pola tingkah

laku dan atribut. Class diagram digunakan untuk merepresentasikan bagian-

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

90

bagian pokok yang berbeda (kelas), hubungan mereka satu sama lain dan

dalam subsistem mana kelas itu berada. Class diagram termasuk atribut dan

operasi dan juga berbagai tipe tugas/peran dan asosiasi (Roff, 2003, p11).

Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan

batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut.

Atribut dari suatu kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki

oleh kelas tersebut. Atribut mempunyai tipe yang menjelaskan tipe

instansiasinya.

Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari

sebuah objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah

operasi dapat berupa perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak

boleh mengubah kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat

mengubah keadaan dari sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi

tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek.

Hubungan antar kelas terdiri dari :

• Association

Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung

diantara objek. Kesatuan objek yang terhubung merupakan hubungan

khusus, yang menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara

seluruh atau sebagian.

Company Person-Employer

1

-Employee

*

Gambar 2.11 Association

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

91

• Aggregation

Aggregation atau agregasi adalah hubungan “bagian dari” atau “bagian

keseluruhan”. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi

menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut

kemudian merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu.

Agregasi adalah bentuk khusus dari association.

Company Departmen

1 *

Gambar 2.12 Aggregation

• Composition

Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek

“bagian” tidak dapat berdiri sendiri tanpa objek “keseluruhan”. Jadi

mereka terkait dengan kuat satu dengan yang lainnya.

Company Departmen

1 *

Gambar 2.13 Composition

• Generalization

Generalization adalah menggambarkan hubungan khusus dalam objek

anak/child yang menggantikan objek parent / induk . Dalam hal ini,

objek anak memberikan pengaruhnya dalam hal struktur dan tingkah

lakunya kepada objek induk.

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

92

Vehicle

Bus Truck Car

Gambar 2.14 Generalization

Sedangkan object diagram sangat mirip dengan class diagram, kecuali

kebalikan dari kelas, object diagram menunjukkan objek yang merupakan

instance dari kelas. Objek merupakan sesuatu yang unik dan individual,

sedangkan kelas lebih umum. Object diagram menggambarkan sekumpulan

objek-objek dan hubungannya. Object diagram digunakan untuk

menggambarkan struktur data, static snapshots dari instance dari class

diagram. object diagram adalah class diagram yang dilihat dari sudut

pandang objek.

2.11.1.2 Component dan Deployment Diagram

Component diagram menggambarkan organisasi dan dependensi

diantara sekumpulan komponen-komponen. Component diagram digunakan

untuk mengilustrasikan bagaimana komponen dari sistem berinteraksi satu

sama lain.

Transaction

«table»Account

ATM-GUI

Interface

Gambar 2.15 Component Diagram

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

93

Deployment diagram menggambarkan bagaimana komponen akan

bekerja setelah diinstal pada sistem dan bagaimana sistem ini berinteraksi

satu sama lain.

Server:BankServer

:Transactions

«table»AccountDB : Account

Interface1

client:ATMKiosk

:ATM-GUI

Gambar 2.16 Deployment Diagram

2.11.1.3 Use Case Diagram

Use case diagram menampilkan sekumpulan use case dan aktor, serta

hubungan diantaranya, dimana dapat menggambarkan fungsionalitas yang

diharapkan dari sebuah sistem. Sebuah use case merepresentasikan sebuah

interaksi antara aktor dengan sistem. Seorang aktor adalah sebuah entitas

manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila

kita sedang menyusun kebutuhan sebuah sistem, mengkomunikasikan

rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua fitur yang ada

pada sistem.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

94

Sumber: www.agiledata.org

Gambar 2.17 Contoh Use Case Diagram

Jenis-jenis hubungan dalam use case dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut

ini.

Tabel 2.5 Jenis Hubungan dalam Use Case

R e la tio nsh ip F u n c tion N o ta tio nA sso c ia tio n K o m u n ik asi p a th an ta ra seb u ah ac to r d an seb u ah u se case

yan g ik u t b e rp e ran se rtaE xten d M eru pak an fu n gsi tam b ah an d a ri b ehavio u r k e d a lam u se

case yan g tid ak d ik e tah u i < < ex ten d > >

U se ca se gen era liza tio n

H u b u n gan an ta ra u se case u m u m d en gan use case yan gleb ih sp esifik yan g m eru p ak an tu ru n an d an b en tu ktam b ah an d a ri u se ca se

In c lu d e M eru pak an fu n gsi tam b ah an d ari b eh avio u r tam b ah an k ed a lam use case yan g seca ra ek sp lisit m en ggam b ark anad an ya p en am b ah an

< < inc lu d e> >

Sumber : Booch, Jacobson, Rumbaugh (1999, p65). The Unified Modelling Language Reference Manual. Addison Wesley Inc.

2.11.1.4 Activity Diagram

Activity diagram digunakan untuk menganalisa behavior dalam use

case yang lebih kompleks dan menunjukkan interaksinya satu sama lain.

Activity diagram mirip dengan statechart diagram sejauh merepresentasikan

aliran data; bagaimanapun, activity diagram digunakan untuk memodelkan

aliran kerja bisnis selama desain use case. Activity diagram biasanya

digunakan untuk merepresentasikan aktivitas bisnis yang kompleks,

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

95

membantu unutk mengidentifikasi use case atau interaksi antara dan dalam

use case (Roff, 2003, p13).

Sumber: www.agiledata.org

Gambar 2.18 Contoh Activity Diagram

2.11.1.5 Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan

di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa

message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas

dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horisontal (objek-objek yang terkait).

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau

rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event

untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger

aktivitas tersebut, proses dan perubahan yang terjadi secara internal dan

output apa yang dihasilkan.

Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal.

Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek

lainnya, dimana beberapa message tersebut dapat dipetakan menjadi metode

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

96

dari class. Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses,

biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message.

Campaign Manager :Clients :Campaign :Advert

getName()

listCampaign()*getCampaignDetails()

listAdverts()

addNewAdvert()

*getAdvertDetails()

Advert():newAd:Advert

Object lifeline Activation Object Creation

Sumber: Bennett, McRobb, Farmer (2002, P235) Object-Oriented Systems Analysis and Design Using UML

Gambar 2.19 Contoh Sequence Diagram

2.11.1.6 Collaboration Diagram

Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek

seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-

masing objek dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message

memiliki sequence number, di mana message dari level tertinggi memiliki

nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama.

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00449-TISI-Bab 2.pdf38 tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).

97

2.11.1.7 Statechart Diagram

Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan

(dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari

rangsangan yang diterima. Pada umumnya statechart diagram

menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu

statechart diagram). Diagram ini menekankan pada metode (event) dari

objek. Statechart diagram menampilkan sebuah state machine, yang terdiri

dari state, transition, event, dan activity. Dalam UML, state digambarkan

berbentuk segi empat dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai

kondisinya saat itu. Transisi antar state umumnya memiliki kondisi guard

yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan

dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai akibat dari event tertentu

dituliskan dengan diawali garis miring. Titik awal dan akhir digambarkan

berbentuk lingkaran berwarna penuh dan berwarna setengah.

Sumber: www.agiledata.org

Gambar 2.20 Contoh Statechart Diagram