Bab 2 Isi Tugas Presentasi BHL

14
BAB II ISI A. Landasan Teori 1. Disiplin Kedokteran Menurut keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Bab II Nomor 17/KKI/KEP/VIII/2006 tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran, disiplin kedokteran adalah aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi. 2. Etika Kedokteran Etik berasal dari kata Yunani yaitu ethos, yang berarti “yang baik atau yang layak. Etik kedokteran yang ada saat ini merupakan hasil revisi dari teori yang dikemukakan Hipokrates (Soeparto dkk., 2006). Etika kedokteran sudah mulai berjalan sejak masa Hipokrates sampai pada pertengahan abad ke-20. Etika merupakan kajian mengenai moralitas-refleksi terhadap moral secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku baik pada masa lampau, sekarang atau masa mendatang. Etika merupakan norma-norma, nilai-niai atau pola

description

BAB 2

Transcript of Bab 2 Isi Tugas Presentasi BHL

BAB IIISI A. Landasan Teori 1. Disiplin Kedokteran Menurut keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Bab II Nomor 17/KKI/KEP/VIII/2006 tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran, disiplin kedokteran adalah aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.2. Etika KedokteranEtik berasal dari kata Yunani yaitu ethos, yang berarti yang baik atau yang layak. Etik kedokteran yang ada saat ini merupakan hasil revisi dari teori yang dikemukakan Hipokrates (Soeparto dkk., 2006). Etika kedokteran sudah mulai berjalan sejak masa Hipokrates sampai pada pertengahan abad ke-20. Etika merupakan kajian mengenai moralitas-refleksi terhadap moral secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku baik pada masa lampau, sekarang atau masa mendatang. Etika merupakan norma-norma, nilai-niai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat (Wiliam, 2005). Pada Kode Etik Kedokteran (2010) disebutkan bahwa, etika itu dibentuk dari dua perkataan yaitu mores of a community dan ethos of the people. Hal ini mencerminkan hakikat perilaku seorang dokter harus selalu mengacu pada adat istiadat masyarakat dan akhlak serta kesopanan dalam kehidupan sehari-hari dan tugasnya (Soeparto dkk., 2006).Tujuan adanya pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan seorang calon dokter menjadi lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional (Hanafiah dan Amir, 2007).3. Kode Etik ProfesiKode etik profesi merupakan suatu aturan tertulis untuk mengatur perilaku masing-masing profesi dan tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh semua anggota profesi dalam menjalankan pelayanannya kepada masyarakat. Kode etik ini disusun oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Ruang lingkup kode etik bagi profesi umumnya meliputi:a. Kewajiban umumb. Kewajiban terhadap masyarakatc. Kewajiban terhadap teman sejawatd. Kewajiban terhadap diri sendiri (Notoatmodjo, 2010).4. SIP (Surat Izin Praktik) Menurut Undang-undang Republik Indonesia tentang Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004 disebutkan:1.) SIP (Surat Izin Praktik) merupakan bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter atau dokter gigi yang telah mememnuhi persyaratan unutk menjalani praktik kedokteran.2.) Surat izin praktik dokter/dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya diberikan paling banyak tiga tempat.3.) Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk satu tempat.Selain itu juga tercantum dalam Pasal 38 ketentuan dari SIP yaitu:pada pasal 36 disebutkan, dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi spesialis lulusan pendidikan dokter dan dokter gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus memiliki SIP (Surat Izin Praktik). Dalam Pasal 37 Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 dokter dan dokter gigi harus memilki surat:a. Surat registrasi dokter atau surat registasi dokter gigi.b. Mempunyai tempat praktik.c. Memiliki organisasi dari organisasi profesi.Untuk surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang:a. Surat registrasi dokter dan dokter gigi masih berlaku.b. Tempat praktik masih sesuai dengan tempat yang tercantum di surat izin praktik.Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.5. Pelanggaran Etika Masyarakat yang melihat adanya bentuk pelanggaran etika dari seorang dokter maupun dokter gigi dapat mengajukan kasus-kasus pelanggaran etika tersebut pada lembaga IDI ataupun PDGI. Namun banyakan dari pengetahuan masyarakat ini masih terbatas dan tidak mengerti, sehingga dalam pelanggaran etik murni pun penanganan keburu diajukan ke pengadilan sebelum ditangani MKEK atau MKEKG. Secara spesifik mengenai Kodeki (Kode Etik Kedokteran Indonesia) atau disebut juga etika profesi dokter adalah merupakan pedoman bagi dokter Indonesia dalam melaksanakan praktik kedokteran dalam pasal 8 huruf f UU nomor 2009 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu, etika profesi adalah kode etik dokter gigi yang disusun oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Penegakan etika profesi kedokteran ini dilakukan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) yang tercantum dalam Pasal 1 angka 3 Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Kerja Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Indonesia, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) ialah salah satu badan otonom Ikatan Dokter Indonesa (IDI) yang dibentuk secara khusus di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang untuk menjalankan tugas kemahkamahan profesi, pembinaan etika profesi dan atau tugas kelembagaan dan dalam tingkatannya masing-masing. Menurut Hanafiah dan Amir 2007, MKEK merupakan lembaga independen yang memiliki suatu kewenangan khusus dalam mengukur tindakan pelanggaran terhadap kode etik kedokteran. Adapun sanksi yang diberikan kepada dokter yang melanggar kode etik, disusun secara bertahap seperti berikut :1) Penasehatan 2) Peringatan 3) Pembinaan (pembinaan perilaku etis)4) Re-schooling untuk pelanggaran berat.Dengan demikian, MKEK adalah lembaga penegak etika profesi kedokteran (kodeki), di samping MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia) yakni lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi. Sehingga kode etik kedokteran (kodeki) merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan yang penyusunannya diserahkan kepada organisasi profesi (IDI) sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat terhadap setiap anggota pada organisasi profesi tersebut. Jika terjadi pelanggaran maka pasien atau penggugat dapat melakukan pelaporan, dalam beberapa upaya yang dapat ditempuh yakni:a. Melaporkan kepada MKEK/MKDKI. b. Melakukan mediasi.c. Menggugat secara perdata.d. Jika ternyata ada kesengajaan dalam tindakan tenaga kesehatan tersebut, maka dapat dilakukan upaya pelaporan secara pidana.6. Pengertian MKDKIMenurut Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di tingkat provinsi, disebut juga MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan menetapkan sanksi. MKDKI merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia diatur dalam pasal 55 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertanggung jawab kepada Konsil Kedokteran Indonesia. Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri atas seseorang ketua, wakil ketua, dan sekertaris. Keanggotaan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri dari tiga orang dokter dan tiga orang dokter gigi dari organisasi profesi masing-masing, seorang dokter dan dokter gigi mewakili asosiasi rumah sakit, dan tiga orang sarjana hukum. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dibentuk oleh Departemen Kesehatan. Rencana pembentukan MKDKI dan KKI dilakukan melalui pembahasan bersama organisasi profesi, asosiasi, dan institusi pendidikan kedokteran. Dokter yang sudah menjalankan praktik tidak akan lepas dari kemungkinan pelanggaran/kelalaian medis. Untuk itu diperlukan proses pendisiplinan dokter praktik. Proses pendisiplinan menganut kaidah-kaidah hokum disiplin profesi kedokteran. Hukuman maksimal dari proses penegakkan disiplin adalah pencabutan registrasi dokter yang melanggar/lalai.7. Kewenangan MKDKIMenurut pasal 64 Undang-Undang Nomor 29 tahunn 2004 tentang Praktik Kedokteran, majelis ini dibentuk untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan Praktik Kedokteran. Penegakkan disiplin yang dimaksud adalah penegakkan aturan-aturan dan/atau penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanaan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.Berdasarkan Pasal 55 Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, tugas MKDKI adalah menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan oleh masyarakat, serta menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam menjalankan tugasnya bersifat independen tidak terpengaruh oleh lembaga manapun.MKDKI akan menentukan suatu permasalahan merupakan pelanggran etika atau pelanggaran disiplin. Pelanggaran etika penyelesaiannya akan dilakukan oleh organisasi profesi, sedangkan pelanggaran disiplin akan dilakukan pemberian sanksi oleh MKDKI. Sangksi disiplin yang diberikan terhadap pelanggaran disiplin kedokteran berdasarkan pasal 69 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dapat berupa :a. Pemberian peringatan tertulis.b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.Menurut pasal 66 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, setiap orang yang mengetahi atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan Praktik Kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada ketua majelis kehormatan disiplin kedokteran Indonesia. Pengaduan itu memuat: a. Identitas pengadu dan pasien b. Nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan c. Waktu tindakan dilakukan d. Alasan pengaduan e. Alatbukti bila adaf. Pernyataan tentang kebenaran pengaduan.

Apabila orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi tersebut tidak mampu mengadukan secara tertulis, dapat mengadukan secara lisan kepada MKDKI atau MKDI-Provinsi. Menurut Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VII/2006 pasal 6 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, MKDKI atau MKDI-P melakukan pemeriksaan awal. Majelis pemeriksaan awal dapat melakukan investigasi untuk melengkapi berkas dalam pemeriksaan awal. Majelis pemeriksaan awal melakukan pemeriksaan awal antara lain aduan, alat bukti, menetapkan pelanggaran etik atau disiplin dan menolak pengaduan karena tidak memenuhi syarat pengaduan atau tidak termasuk dalam wewenang MKDKI melengkapi seluruh alat bukti ketika dari hasil pemeriksaan awal ditentukan bahwa pengaduan yang diajukan adalah pelanggaran etik, maka MKDKI melanjutkan pengaduan tersebut kepada organisasi profesi, namun bila pada pemeriksaan awal ditentukan bahwa pengaduan tersebut adalah dugaan pelanggaran disiplin maka ditetapkan majelis pemeriksaan disiplin oleh ketua MKDKI. Setiap keputusan majelis pemeriksaan awal kurun waktu 14 hari kerja harus disampaikan kepada ketua MKDKI. Menurut Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 pasal 7 tentang Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 hari kerja sesudah hasil pemeriksaan awal diterima, MKDKI segera membentuk majelis pemeriksaan disiplin untuk MKDKI dan 28 hari untuk MKDKI-Provinsi. Pemeriksa dokter atau dokter gigi yang diadukan dilakukan dalam bentuk sidang majelis pemeriksa disiplin. Pemeriksa dokter atau dokter gigi yang diadukan dilakukan dalam bentuk siding majelis pemeriksa disiplin dan sidang majelis pemeriksa disiplin harus dihadiri oleh dokter atau dokter gigi yang diadukan, dan dapat didampingi oleh pendamping sidang majelis pemeriksa disiplin dilakukan secara tertutup. Adapun sanksi disiplin dapat berupa:1) Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.2) Kewajiban yang harus diikuti yaitu: a) Mengikuti pendidikan formalb) Pelatihan dalam pengetahuan dan ketrampilan di institusi pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan, sekurang-kurangnya 3 bulan dan paling lama 1 tahun.

DAFTAR PUSTAKA Hanifah, M., Amir, A., 2007,Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 4, EGC, Jakarta.Notoatmodjo, S., 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Soeparto, P., Hariadi, R., Koeswadji, H. H., Daeng, B. H., Sukanto, H., Atmodirono, A.H., 2006, Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Wiliam, J.R., 2005, Panduan Etika Medis,Pusat Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.