BAB 2 halaman 6-49

download BAB 2 halaman 6-49

of 39

description

bg

Transcript of BAB 2 halaman 6-49

13

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang konsep perilaku, pengetahuan, sikap, keluarga, lanjut usia, gizi pada usia lanjut, kerangka konseptual, serta hipotesis penelitian.2.1 PerilakuDari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2010: 20). Menurut Skinner (1983) dalam Mubarak (2007), perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan menjadi 3 macam domain yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan nyata atau perbuatan (Mubarak, 2007: 27).2.1.1 Pengetahuan2.1.1.1 Pengertian pengetahuanPengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan(1) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat mengandung vitamin C, jamban merupakan tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepty, dan sebagainya. Untuk mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).(2) Memahami (Comprehension)Memahami suatu objek bukan sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar-benar tentang objek yang diketahui. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras tempat-tempat penampungan air tersebut (Notoatmodjo, 2010).(3) Aplikasi (Aplication)Aplikasi diartikan apabila orang yang sudah memahami objek yang dimaksud dapat menerapkan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi lain. Misalnya orang yang telah paham metodelogi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja (Notoatmodjo, 2010).(4) Analisis (Analysis)Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa tingkat pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi (Notoatmodjo, 2010).(5) Sintesis (Synthesis)Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya mampu meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan mampu membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca (Notoatmodjo, 2010).(6) Evaluasi (Evaluation)Evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan(1) PendidikanPendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2012: 83).(2) PekerjaanLingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Mubarak, 2012: 83).(3) UmurSemakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya (Wawan, 2010: 17)(4) MinatSebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak, 2012: 83).

(5) PengalamanPengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Mubarak, 2012: 83).(6) Kebudayaan lingkungan sekitarKebudayaan dimana kita hidup dan didasarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang (Mubarak, 2012: 84).(7) InformasiKemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2012: 84).2.1.1.4 Cara memperoleh pengetahuanMenurut Notoatmodjo (2012, hal: 10) berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

(1) Cara memperoleh kebenaran non ilmiahCara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:(1) Cara coba salahCara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan jika kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain dan dicoba terus sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya mengapa cara ini disebut metode coba (trial) dan gagal atau salah (error) atau metode coba salah (coba-coba) (Notoatmodjo, 2012).(2) Secara kebetulanPenemuan secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan (Notoatmodjo 2012: 12).(3) Berdasarkan Pengalaman PribadiPengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan hal lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut (Notoatmodjo, 2012: 13).(4) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera (Notoatmodjo, 2012: 15).(5) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir pada deduksi ini berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus (Notoatmodjo, 2012: 16).(2) Cara modern atau cara ilmiahCara modern atau cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih dikenal dengan metodelogi penelitian atau research methodelogy. Cara ini pertama kali dikembangkan oleh Francois Bacon. Pertama ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan, segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan, gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif induktif verifikatif seperti yang dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2012: 19).2.1.1.5 Cara pengukuran pengetahuanMenurut Hidayat (2009: 38-39) alat pengukuran pengumpulan data antara lain:(1) Angket/kuesionerMerupakan alat ukur dengan cara subjek diberikan angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan kepada responden. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia. Angket terdiri atas tiga jenis yakni angket terbuka (tidak berstruktur), angket tertutup (berstruktur) dan checklist.(2) ObservasiMerupakan alat ukur dengan cara memberikan observasi secara langsung kepada responden yang dilakukan penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Alat ukur observasi ini dapat digunakan apabila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja atau responden kecil.(3) Wawancara Merupakan metode dalam pengumpulan data mewawancarai secara langsung dari responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung, dan dapat dilakukan apabila ingin tahu hal-hal dari responden serta mendalam serta jumlah responden sedikit.2.1.1.6 Kriteria tingkat PengetahuanSkor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam prosentase. Misalnya, tingkat pengetahuan: baik bila prosentase: 76-100%, cukup bila prosentase: 56-75%, dan kurang bila prosentase: 56% (Nursalam, 2008: 120).2.1.2 Sikap (Attitude)2.1.2.1 Pengertian SikapSikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan, senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010: 29). Sikap adalah hanya suatu kecederungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut (Mubarak, 2007: 26).2.1.2.2 Komponen pembentuk sikapMenurut Wawan (2010) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu:(1) Komponen kognitif (Cognitive)Komponen kognitif adalah representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.(2) Komponen afektif Komponen afektif adalah perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. (3) Komponen konatif Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara tertentu. Berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tedensi perilaku.Menurut Mubarak (2012: 84) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap sesuatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek sikap dan kecenderungan individu untuk bertindak (trend to behave).2.1.2.3 Faktor pembentuk sikapMenurut Azwar (2013: 30) dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berikut akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam membentuk sikap manusia :(1) Pengalaman pribadiApa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Middlebrook mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.(2) Pengaruh orang lain yang dianggap pentingOrang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan.(3) Pengaruh kebudayaanKebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.(4) Media massaSebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.(5) Lembaga pendidikan dan lembaga agamaLembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan , diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

(6) Pengaruh faktor emosionalSikap juga merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.2.1.2.4 Tingkatan SikapSeperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya antara lain (Notoatmodjo, 2010: 30):(1) Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).(2) Menanggapi (responding)Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.(3) Menghargai (valuing)Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.(4) Bertanggung jawab (responsible)Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya risiko lain.

2.1.2.5 Sifat sikapSifat dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan, 2010: 34).1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.2.1.2.6 Pengukuran sikapBeberapa teknik pengukuran sikap antara lain:1) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat favourable (Wawan, 2010: 38).2) Skala Likert (Method of Summateds Rattings)Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorable. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari lima point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval yang sama (equal interval scale) (Wawan, 2010: 39).3) Unobstrutive MeasuresMetode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan (Wawan, 2010: 40).4) Multidimensional ScalingTeknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat undimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadang kala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala item (Wawan, 2010: 40).5) Pengukuran Involuntary Behavior (pengukuran terselubung)(1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden.(2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden.(3) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.(4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya (Wawan, 2010: 40).2.1.3 Praktik atau Tindakan (Psikomotor)Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas dari organisme yang bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2010: 20). Pemberian informasi-informasi akan meningkatkan pengetahuan, selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo, 2007: 163).2.1.3.1 Jenis-jenis TindakanMenurut Notoatmodjo (2007: 149-150), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni:(1) Persepsion (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.(2) Respons terpimpin (guided response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat dua.(3) Mekanisme (mecanism)Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah dapat mencapai praktik tingkat tiga.

(4) Adaptasi (adaptation)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.2 Keluarga2.2.1 Pengertian keluargaMenurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007: 22).Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Sudiharto, 2007: 22).Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Sudiharto, 2007: 22).Menurut Friedman (2010), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Sudiharto, 2007: 22).2.2.2 Fungsi Keluarga2.2.2.1 Fungsi AfektifFungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun keberlanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian (Friedman, 2010: 86).2.2.2.2 Fungsi sosialisasi dan status sosialSosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Pemberian status sosial kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, seperti ras, kebangsaan , agama, ekonomi, politik dan pendidikan (Friedman, 2010: 87). 2.2.2.3 Fungsi perawatan kesehatanFungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap budaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang memengaruhi kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga (Friedman, 2010: 88).

2.2.2.4 Fungsi reproduksiSalah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin ketersediaan anggota baru untuk masyarakat. Reproduksi masih mendominasi fungsi primer keluarga, yang merupakan justifikasi keberadaan keluarga di masyarakat (Friedman, 2010: 88).2.2.2.5 Fungsi ekonomiFungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup seperti finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Sumber ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan yang adekuat (Friedman, 2010: 88).2.2.3 Bentuk keluarga2.2.3.1 Keluarga intiAdalah keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran, terdiri atas suami, istri dan anak-anak biologis, adopsi, atau keduanya (Friedman, 2010: 9).2.2.3.2 Keluarga asalMerupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan (Friedman, 2010: 9).2.2.3.3 Keluarga besar Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (Friedman, 2010: 9).2.2.3.4 Keluarga binuklirAdalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerja sama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010: 26).2.2.3.5 Keluarga kohabitasiAdalah keluarga yang terbentuk dari pasangan kumpul kebo. Keluarga inti tidak hanya kaum muda yang tinggal bersama tanpa menikah, tetapi individu yang lebih tua, dan janda atau individu yang bercerai juga mulai tinggal bersama tanpa menikah, sering kali untuk alasan pertemanan dan berbagai sumber finansial yang terbatas(Friedman, 2010: 26).2.2.3.6 Keluarga homoseksualAdalah keluarga yang terbentuk dari dua atau lebih individu yang berbagi orientasi seksual yang sama (misalnya pasangan gay dan lesbian). Keluarga homoseksual terbentuk pertama-tama dari kekasih, teman, anak kandung dan anak adopsi, kerabat dan bahkan mantan kekasih. Keluarga homoseksual tidak perlu tinggal dalam rumah yang sama (Friedman, 2010: 9).2.2.4 Tugas keluarga di bidang kesehatan2.2.4.1 Mengenal masalah kesehatanKesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga (Efendi&Makhfudli, 2009: 184).2.2.4.2 Memberi perawatan pada anggota keluargaKetika memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga harus memperhatikan keadaan penyakitnya, sifat dan perkembangan keluarga yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber yang ada dalam keluarga, serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit (Efendi&Makhfudli, 2009: 184).2.2.4.3 Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehatKetika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya higiene sanitasi dan upaya pencegahan penyakit (Efendi&Makhfudli, 2009: 184).2.2.4.4 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakatKetika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal yakni keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga (Efendi&Makhfudli, 2009: 184).2.2.5 Kiat sehat lanjut usiaBerikut ini kiat sehat untuk mencapai lansia yang sehat menurut Fatmah (2011: 91).1) Buatlah masakan dengan bumbu yang tidak merangsang seperti pedas atau asam karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan.2) Kurangilah pemakaian garam, yaitu tidak lebih dari 4 gram per hari; Hal ini ditujukan untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi.3) Kurangilah asupan santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah tidak tinggi, karena santan kelapa dan daging berlemak mengandung kolesterol yang tinggi.4) Perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang berkalsium tinggi seperti susu dan ikan, karena pada lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang.5) Perbanyaklah mengkonsumsi makanan berserat dan sayuran mentah agar pencernaan lancar dan tidak sembelit.6) Kurangilah mengkonsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi agar gula darahnya normal, khususnya bagi penderita kencing manis supaya tidak terjadi komplikasi lain.7) Gunakanlah sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digoreng. Minyak mengandung kolesterol, dan kolesterol di dalam pembuluh darah dapat menyumbat pembuluh darah sehingga mengakibatkan penyakit jantung.8) Perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus, karena makanan tersebut tidak mengandung kolesterol dan mudah dicerna tubuh.9) Buatlah masakan agar lunak dan mudah dikunyah, sehingga kesehatan gigi terjaga.2.3 Lanjut Usia2.3.1 Pengertian Lanjut UsiaMenurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesehjateraan pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011: 1).Menurut Surini & Utomo (2003), lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Azizah, 2011: 1).2.3.2 Batasan Lanjut UsiaMenurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam Padila (2013: 4), ada 4 tahapan yaitu :1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun3) Lanjut usa tua (old) usia 75-90 tahun4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun2.3.3 Tugas Perkembangan Lanjut UsiaSeiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. Hal ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977) dan Havighurst (1953) dikutip oleh Potter dan Perry (2005). Tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi :1) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup2.3.4 Perubahan fisiologi tubuh akibat penuaan Menjadi lansia merupakan proses yang alami dalam kehidupan. kemunduran dalam berbagai fungsi organ tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lansia. Berikut ini adalah perubahan fisiologi pada lansia yang mempengaruhi kebutuhan gizinya.2.3.4.1 Perubahan hormonPertambahan usia menyebabkan terjadinya peningkatan sensitivitas hormon kolesistokinin, yaitu hormon yang mengontrol asupan makanan. Kombinasi antara peningkatan konsentrasi CCK dalam tubuh dan peningkatan sensitivitas CCK terhadap rasa kenyang pada lansia menyebabkan terjadinya anoreksia. Pada lansia, waktu yang dibutukan untuk mengosongkan lambung terjadi lebih lama. Hal ini menjelaskan mengapa lansia memiliki efek kenyang lebih lama dibandingkan usia yang lebih muda. Selain CCK, hormon yang mempengaruhi anoreksia dan penurunan berat badan pada lansia yaitu leptin, opioid, nitrit oksida, dan sitokin (Fatmah, 2010: 85).2.3.4.2 Penurunan fungsi dari sistem gastrointestinalPenurunan fungsi dari sistem gastrointestinal yang terjadi pada lansia seperti tanggalnya gigi yang mempengaruhi kenyamanan untuk makan; penurunan sensitivitas indera penciuman dan perasa, dapat menurunkan selera makan; penurunan sekresi saliva mengakibatkan pengeringan rongga mulut yang dapat mempengaruhi cita rasa; penurunan produksi asam lambung dan enzim pencernaan; penurunan kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi (absorpsi); serta penurunan motilitas usus yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan (Fatmah, 2010: 85).2.3.4.3 Perubahan komposisi tubuhPada manusia, komposisi tubuh dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu jaringan lemak dan jaringan bebas lemak. Jaringan lemak terdiri atas seluruh kandungan lemak dalam tubuh, sedangkan untuk jaringan bebas lemak terdiri atas otot, tulang, dan cairan ekstraselular. Kandungan jaringan lemak secara keseluruhan mengambil bagian tubuh sebesar 11%. Kandungan jaringan lemak terdiri dari 20% air dan 80% jaringan adiposa. Dari seluruh jaringan adiposa tersebut, 10% merupakan lemak esensial dan sisanya 90% merupakan lemak non-esensial (Fatmah, 2010: 86). 2.3.4.4 PenyakitKemajuan di bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan serta meningkatnya kondisi sosial akan meningkatkan harapan hidup. Peningkatan harapan hidup berdampak pada pergeseran pola penyakit dan masalah terkait yang ditimbulkannya. Penyebab utama kematian bukan lagi penyakit-penyakit infektif, tetapi telah beralih ke penyakit-penyakit degeneratif. Usia lanjut merupakan usia risiko saat terkena penyakit degeneratif paling besar selama daur kehidupan (Fatmah, 2010: 86). 2.3.4.5 Pengobatan Pengobatan yang sedang dijalani lansia dapat mempengaruhi kebutuhan lansia akan zat gizi. Obat-obatan yang dikomsumsi untuk menyembuhkan penyakit dapat menimbulkan efek samping dan meghasilkan interaksi negatif dengan zat-zat gizi dalam tubuh. beberapa obat, misalnya obat untuk pasien kanker, dapat menurunkan nafsu makan, bahkan dapat menyebabkan mual, muntah, dan berbagai rasa tidak enak lainnya. Keadaan ini dapat berakibat buruk pada status gizi pasien. Penggunaan antibiotik dalam pengobatan penyakit dapat membunuh bakteri penghasil vitamin K yang terdapat di usus (Fatmah, 2010: 87).2.4 Gizi pada lanjut usia2.4.1 PengertianGizi adalah makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Zat-zat yang terdapat dalam makanan mempengaruhi kesehatan itulah yang disebut zat gizi. Sedangkan ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan dengan kesehatan tubuh dinamakan ilmu gizi. Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang pencegahan dan pengobatan diet pada lansia. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indera rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah (Azizah, 2011: 54).2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansiaMenurut Fatmah (2010: 84-87) rincian faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan kecukupan zat gizi lansia dijelaskan berikut ini.2.4.2.1 UsiaSeiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral meningkat karena ketiganya berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.2.4.2.2 Jenis kelaminDibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan kalori, protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan aktivitas fisik.2.4.2.3 Faktor lingkunganPerubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan napsu makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia..2.4.2.4 Penurunan aktivitas fisikSemakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang dilakukannya semakin menurun. Hal ini terkait dengan penurunan kemampuan fisik yang terjadi secara alamiah. Pada lansia yang aktivitas fisiknya menurun, asupan energi harus dikurangi untuk mencapai keseimbangan energi dan mencegah terjadinya obesitas, karena salah satu faktor yang menentukan berat badan seseorang adalah keseimbangan antara masukan energi dan keluaran energi. Aktivitas fisik yang memadai diperlukan untuk mengontrol berat badan. Selain memberi keuntungan pada kontrol berat badan, aktivitas fisik juga memberikan keuntungan lain, di antaranya yaitu efek positif terhadap metabolisme energi, memberikan latihan pada jantung, dan menurunkan risiko diabetes mellitus karena aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin. Penurunan aktivitas fisik pada lansia dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif.2.4.3 Penilaian status gizi lansia2.4.3.1. Penilaian klinisCara pengukuran didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan epitel atau bagian tubuh lain terutama pada mata, kulit dan rambut. Selain itu, pengamatan juga dapat dilakukan pada bagian tubuh yang dapat diraba dan dilihat. Cara ini relatif murah dan tidak memerlukan peralatan canggih, namun hasilnya sangat subjektif dan memerlukan tenaga terlatih (Fatmah, 2010: 54).2.4.3.2. Penilaian biokimiaMerupakan cara penilaian yang lebih sensitif dan mampu menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti hiperlipidemia, kurang kalori protein, dan anemia defisiensi zat besi (Fe) dan asam folat. Plasma dan serum memberikan gambaran hasil masukan jangka pendek, sedangkan cadangan dalam jaringan menggambarkan status gizi dalam waktu lama (jangka panjang) (Fatmah, 2010: 54).2.4.3.3. Penilaian dietetikBiro et al. (2002) mendefinisikan penilaian dietetik sebagai penilaian yang menggambarkan kualitas dan kuantitas asupan dan pola makan lansia melalui pengumpulan data dalam survei konsumsi makanan. Pada penilaian diet jangka pendek, ukuran porsi makanan yang dikonsumsi adalah ukuran nyata, sedangkan pada jangka panjang, ukuran porsi makanan yang dikonsumsi adalah ukuran porsi yang umum atau biasa dipakai (Fatmah, 2010: 54).2.4.3.4. Penilaian antropometriAntropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh manusia secara kuantitatif. Antropometri seringkali digunakan sebagai perangkat pengukuran antropologi biologi yang bersifat cukup objektif dan terpercaya. Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada pria dan wanita yang bervariasi sesuai tahapan penuaan, dapat mempengaruhi antropometri. Akibatnya, nilai standar antropometri dari populasi dewasa tidak dapat diterapkan pada kelompok lansia. Seleksi variabel-variabel antropometri untuk menentukan status gizi lansia harus berdasarkan validitas, ketersediaan standarisasi teknik-teknik pengukuran, data rujukan serta kepraktisan.Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Akan tetapi, pengukuran tinggi badan lansia sangat sulit dilakukan mengingat adanya masalah postur tubuh seperti terjadinya kifosis atau pembengkokan tulang punggung, sehingga lansia tidak dapat berdiri tegak. Oleh karena itu, pengukuran tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan (Fatmah, 2010: 57).2.4.3.5. Index Masa Tubuh (IMT)IMT = berat badan (kg) tinggi badan (m)2Menurut Fatmah (2010: 77) IMT berhubungan erat dengan berat badan populasi tiap-tiap etnis dan jenis kelamin, tetapi kurang dipengaruhi oleh tinggi badan. Bentuk tubuh seseorang berkaitan dengan jenis kelamin, etnis, jenis aktivitas fisik, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status pernikahan, keturunan, dsb. Oleh karena itu, untuk menghindari bias pada penilaian status gizi individu atau kelompok, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut.Pengelompokan IMT untuk klasifikasi status gizi lansia berdasarkan standar WHO (WHO, 1999) dan menurut Departement Kesehatan RI (Depkes RI, 2005) adalah seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :Tabel 2.1 Kategori status gizi lansia berdasarkan IMT (WHO, 1999)IMTStatus Gizi

30 kg/m2Gizi kurang NormalGizi lebihObesitas

Sumber: Fatmah (2010: 77)

Tabel 2.2 Kategori status gizi lansia berdasarkan IMT (Depkes RI, 2005)IMTStatus Gizi

25 kg/m2Gizi kurang NormalGizi lebih

Sumber: Fatmah (2010: 77)2.4.4 Kebutuhan zat gizi lansia2.4.4.1 Pengertian angka kecukupan giziAngka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya tiap-tiap zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan sehari-hari untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, aktivitas fisik, dan keadaan fisiologis seperti hamil atau menyusui. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi. Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat. Dari berbagai jenis zat gizi yang tercantum dalam AKG, zat gizi menunjukkan penurunan dengan semakin bertambahnya usia adalah energi. Sebenarnya, kebutuhan energi antara pria dan wanita di Indonesia tidak jauh berbeda, terutama pada masa usia produktif. Perbedaan kecukupan gizi hanya terdapat pada golongan usia 19-65 tahun ke atas. Di dalam tabel AKG, kebutuhan energi untuk pria dengan golongan usia 10-65 tahun ke atas cenderung stabil, yaitu 2050-2060 kkal; sedangkan pada wanita, dimulai dari 19 tahun ke atas sampai dengan 65 tahun ke atas terdapat perbedaan yang signifikan. Sejak usia 19 tahun, wanita mengalami penurunan kebutuhan energi (Fatmah, 2010: 83).Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Lansia (WNPG, 2004):Zat giziPria(berat badan = 62 kg)Wanita(berat badan = 54 kg)

Energi (kkal)Protein (g)Vitamin A(RE)Vitamin D (g)Vitamin E (mg)Vitamin K (mg)Tiamin (mg)Ribovlafin (mg)Niasin (mg)Vitamin B12Asam folat (g)Piridoksin (mg)Vitamin C (mg)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Zinc (mg)Iodium (g)Selenium (g)2050606001515651,01,31,62,44001,7908006001313,4150301600455001515550,81,11,42,44001,575800600129,815030

Sumber: Fatmah (2010, hal : 83)2.4.4.2 Cara menghitung AKG lanjut usiaMenurut Fatmah (2010: 88) berikut ini akan diuraikan cara-cara untuk menghitung energi, protein dan lemak yang dibutuhkan oleh lanjut usia dalam upaya memenuhi AKG lanjut usia.

1) Energi Kebutuhan energi lansia berusia di atas 60 tahun adalah 2200 kalori bagi pria, dan 1850 kalori bagi wanita. Komposisi zat gizi harian yang dianjurkan bagi lansia adalah 60-65% karbohidrat, 15-25% protein dan 10-15% lemak. Kebutuhan kalori pada usia 50-60 tahun akan menurun 10% (WKPG, 1998).Perhitungan kebutuhan energi menggunakan rumus WHO (1985) yang telah disesuaikan dijelaskan sebagai berikut :Langkah 1Menimbang berat badan lansia, lalu dihitung BMR-nya dengan rumus:BMR pria= (13,5- berat badan) + 487 kaloriBMR wanita= (10,5- berat badan) + 596 kaloriSumber: Fatmah (2010: 88).Langkah 2Menghitung AKG energi lansia dengan rumus:BMR x faktor aktivitas individu (ringan, sedang, berat) pada umumnya yang digunakan adalah ringan karena aktivitas lanjut usia adalah tingkat ringan.Tabel 2.4 Tingkatan Aktivitas Fisik menurut Jenis KelaminJenis kelaminAktivitas RinganAktivitas SedangAktivitas Berat

Pria Wanita 1,56 X BMR1,55 X BMR1,76 X BMR1,70 X BMR2,10 X BMR2,00 X BMR

Sumber: Fatmah (2010: 88).2) Protein Kebutuhan protein lansia per hari dalam kondisi sehat adalah 0,8 g/kgBB atau 15-25% dari kebutuhan energi. Kelebihan protein dapat membebani kerja ginjal. Pada lansia yang memiliki status gizi buruk dan atau sedang dalam taraf penyembuhan sakit, maka kebutuhan proteinnya adalah sekitar 1,2-1,8 g/kgBB/hari (Fatmah, 2010: 88).3) Lemak Asupan lemak harian bagi lansia tidak melebihi 15% kebutuhan energi. Lansia sebaiknya menggunakan minyak nabati (asam lemak tak jenuh) dan mengkonsumsi ikan yang mengandung asam lemak tak jenuh adalah lebih baik dibandingkan protein hewan lainnya (Fatmah, 2010: 88).2.4.5 Kebutuhan zat makro lanjut usia2.4.5.1 Asupan energi pada lanjut usiaEnergi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang dibutuhkan oleh orang dewasa karena perbedaan aktivitas fisik yang dilakukan. Selain itu, energi juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik seperti saat masih muda. Oleh karena itu, mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun ke atas menjadi sangat penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Dengan demikian, sudah selayaknya membatasi jumlah asupan makanan, agar tubuh tidak kegemukan. Bahkan, ada yang menganjurkan agar berat badan berada di bawah standar. Untuk lansia kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta pada 60-69 tahun. Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia >60 tahun pada pria adalah 2200 kalori dan pada wanita ialah 1850 kalori (Fatmah, 2010: 100).2.4.5.2 Karbohidrat dan serat1) Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Setiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsinya seperti bernapas, kontraksi jantung dan otot, serta untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolah raga dan bekerja. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Hal ini terbukti dari jumlah kebutuhan karbohidrat yang begitu tinggi pada kebutuhan rata-rata perharinya, yaitu sebesar 80% pada negara berkembang (Fatmah, 2010: 100).2) Serat Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah selulosa karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa. Meskipun tidak dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat memperbesar volume feses sehingga akan memperlancar defekasi. Sumber serat yang baik adalah sayuran, buah-buahan, serealia dan kacang-kacangan. Memakan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang banyak, mempunyai fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber serat juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang semua itu sangat dibutuhkan untuk memelihara kesehatan tubuh manusia (Fatmah, 2010: 108).2.4.5.3 ProteinProtein adalah suatu substansi kimia dalam makanan yang terbentuk dari serangkaian atau rantai-rantai asam amino. Protein dalam makanan di dalam tubuh akan berubaha menjadi asam amino yang sangat berguna bagi tubuh yaitu untuk membangun dan memelihara sel, seperti sel otot, tulang, enzim dan sel darah merah. Selain fungsinya sebagai pembangun dan pemelihara sel, protein juga dapat berfungsi sebagai sumber energi dengan menyediakan 4 kalori per gram, namun sumber energi bukan merupakan fungsi utama protein (Fatmah, 2010: 110).2.4.5.4 Lemak Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya dibandingkan penghasil energi yang lain (karbohidrat dan protein). Satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan satu gram protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4 kilokalori. Fungsi lain dari lemak adalah sebagai pelarut vitamin A,D,E, dan K untuk keperluan tubuh. Lemak yang terdapat di dalam makanan terdiri dari beberapa jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh dibagi lagi menjadi dua, yaitu asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh ganda (Fatmah, 2010: 112).2.4.5.5 Cairan Cairan sangat dibutuhkan oleh manusia karena sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air dan cairan. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang hilang karena aktivitas, manusia perlu menggantinya, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh. selain itu, kekurangan cairan dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit pada sistem ekskresi. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup, kerja usus tidak dapat maksimal sehingga timbul sembelit. Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, minuman ringan, alkohol, es maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum air putih 1,5-2 Liter/hari. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal, dll (Fatmah, 2010: 118).2.4.6 Kebutuhan zat mikro lanjut usia2.4.6.1 Vitamin Beberapa dari zat makanan penting yang diperlukan tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak dan air telah diketahui khasiat dan manfaatnya, namun dalam pengertian makanan yang bergizi, makanan tersebut harus mengandung vitamin dan mineral karena kekurangan maupun kelebihan vitamin akan menyebabkan gejala macam-macam penyakit. Terdapat beberapa jenis vitamin seperti vitamin A, B, C, D, E dan K. beberapa di antara jenis vitamin tersebut bermanfaat bagi sistem imunitas tubuh dan mencegah timbulnya radikal bebas pada lansia, misalnya vitamin A, B6, B12, asam folat, vitamin C dan E (Fatmah, 2010: 124).2.4.6.2 Mineral Pada dasarnya kebutuhn gizi orang lanjut usia hampir sama dengan kebutuhan gizi orang dewasa, tetapi sedikit berbeda dalam hal kuantitas atau jumlahnya. Dianjurkan bagi lansia mengikuti pola makan tertentu untuk menjaga kesehatannya yaitu 50% karbohidrat, 20% protein, dan 20-30 % lemak. Dianjurkan pula makan sesuai dengan pedoman empat sehat lima sempurna sebagaimana yang telah kita kenal selama ini, yaitu nasi atau sumber karbohidrat lainnya, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan disempurnakan dengan minum susu. Beberapa jenis mineral yang menunjang kebugaran di usia lanjut dan mempunyai efek anti penuaan adalah kalsium (Ca), zat besi (Fe), zinc (Zn), selenium (Se), magnesium (Mg), mangan (Mn), kromium (Cr) dan kalium (K) (Fatmah, 2010: 130).2.4.6.3 Suplemen Adapun suplemen yang dianjurkan untuk dikonsumsi lansia adalah suplemen yang mengandung zat gizi vitamin D, B6, asam folat, kalsium (Ca), dan zinc (Zn). Selain itu, juga terdapat suplemen dengan komposisi antioksidan seperto beta-karoten, lycopen, vitamin C, vitamin E dan selenium. Suplemen yang mengandung zat gizi ini umumnya berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menghambat kerusakan membran sel yang disebabkan oleh oksiidator. Konsumsi suplemen bagi lansia dianjurkan 1 buah atau 1 tablet per hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam konsumsi suplemen untuk lansia adalah asupan zat gizi suplemen tidak boleh melebihi 100% dari angka kecukupan yang dianjurkan, menggunakan suplemen sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter atau ahli gizi dan juga memperhatikan tanggal kadaluwarsa pada label kemasannya (Fatmah, 2010:135).2.4.7 Pedoman Umum Gizi seimbang (PUGS) lansia IndonesiaMenurut Fatmah (2010: 89-91) untuk mendapatkan gizi yang seimbang lansia perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:1) Makan aneka ragam makananMengkonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan menurunkan kemungkinan terjadinya kekurangan zat gizi tertentu.2) Makan sumber karbohidrat kompleksDianjurkan agar lansia mengurangi konsumsi gula-gula sederhana (gula pasir, sirup) dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh selain berfungsi sebagai sumber energi juga berfungsi sebagai sumber serat. Contohnya, umbi dan serealia tetap dalam jumlah sesuai anjuran. Tujuannya untuk menjamin cukup serat dan tidak bersifat refined carbohydrate (karbohidrat buatan).3) Batasi konsumsi lemak dan minyakKonsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah ke arah jantung). Selain itu, juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut berupa asam lemak tak jenuh ganda. Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.4) Makan cukup sumber zat besiSumber zat besi dari hewani (daging merah) dan nabati (sayur hijau pekat) dikonsumsi secara bergantian. Konsumsi zat besi masih penting mengingat tingginya angka anemia di Indonesia.5) Minum airMinum air sangatlah penting bagi metabolisme tubuh. cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti cairan yang hilang (dalam bentuk keringat dan urin), serta membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Orang dewasa dianjurkan minum sebanyak 2-2,5 L per hari. Ketentuan ini berlaku pula pada lansia (minum lebih dari 6-8 gelas per hari). Air haruslah bersih, aman, jumlahnya cukup, dan telah didihkan. Tujuannya adalah untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme.6) Kurangi jajanKhususnya jajanan makanan dan minuman yang mengandung gula murni dan lemak yang tinggi. Hal ini mengurangi risiko diabetes melitus.7) Perbanyak konsumsi hewan lautHewan laut yang dimaksud disini adalah ikan, karena hewan laut yang lain cenderung memiliki tingkat kolesterol tinggi. Lemak tak jenuh omega-3 yang ada di dalam ikan telah terbukti dapat memberikan perlindungan mencegah aterosklerosis.8) Gunakan garam beryodiumPerlu dibatasi konsumsi garam, makanan berpengawet, atau makanan yang diolah dengan garam. Hal ini untuk mencegah hipertensi. Penggunaan garam beryodium masih perlu digalakan mengingat tingginya gangguan akibat kekurangan yodium.9) Perbanyak konsumsi sayur dan buah berwarna hijau, kuning, oranyeKonsumsi sayur dan buah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan serat, vitamin C, provitamin A, dan vitamin E yang bertujuan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan dini. Selain itu, salah satu masalah yang banyak diderita lansia adalah sembelit atau konstipasi dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Sumber serat yang baik bagi manula adalah sayuran, buah-buahan segar, dan biji-bijian utuh.

10) Hindari minuman beralkoholSelain menyebabkan iritasi lambung, minuman beralkohol memiliki kandungan energi yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan obesitas.11) Dianjurkan untuk minum susu skim atau rendah lemakBanyak lansia yang mengalami diare jika mengkonsumsi susu. Hal ini terjadi karena di dalam ususnya tidak terkandung enzim pencerna (laktosa) yang cukup, sehingga laktosa dicerna oleh mikroba usus besar dan menimbulkan diare. Produk-produk susu yang sudah difermentasi, misalnya yoghurt dan keju tidak dapat menimbulkan diare, karena sebagian besar laktosanya telah digunakan mikroba dalam proses fermentasi.12) SarapanSarapan sangat bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik lansia hingga tengah hari saat makan siang memberi asupan energi bagi lansia.13) Berhati-hati menggunakan makanan dalam kemasanBiasakan membaca label sebelum membeli bahan makanan dalam kemasan.2.4.8 Pola menu lanjut usia Menurut Fatmah (2010: 92-93) penyusunan menu pada lanjut usia harus tetap berpedoman pada pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Beberapa penyakit yang diderita sebagian lansia harus menjadi pertimbangan dalam menyusun menu mereka. Beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan bahan makanan yang harus dihindari menjadi pertimbangan bagi kita dalam memilih bahan makanan sebagai bahan utama menu mereka.

Tabel 2.5 Berbagai jenis makanan berdasarkan sumber zat giziKelompok MakananJenis Makanan

Sumber karbohidrat

Sumber protein HewaniSumber proteinNabatiBuah-buahan

Sayuran

Makanan jajanan

Susu Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang, nangka, makaroniDaging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, bakso dagingKacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncomPepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nagka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomatBayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, saladaBika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risolesSusu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim.

Sumber: Fatmah (2010: 92-93)

Tabel 2.6 Menu untuk lanjut usia dalam sehariWaktu Menu Porsi

Pagi SelinganSiang

Selingan Malam Roti-telur-susuPapaisNasiSemurPepes tahuSayur bayam Pisang Kolak pisangMie basoPepaya1 gelas2 bungkus1 piring1 potong1 bungkus1 mangkok1 buah1 mangkok1 mangkok1 buah

Sumber: Hasdianah (2012: 155)Penyusunan menu pada lansia lebih kompleks dan membutuhkan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada masa lansia, beberapa penyakit dapat terjadi pada lansia, dan bahkan sering muncul sebagai komplikasi. Diantara beberapa penyakit yang sering muncul adalah rematik, konstipasi (susah buang air besar), hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan beberapa penyakit degeneratif lainnya. Sama halnya dengan menu bagi bayi dan balita, susunan menu bagi lansia memang harus diperhatikan secara khusus. Menu untuk mereka harus lebih banyak mengandung cairan dan dengan porsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa, tetapi frekuensi makan mereka dapat diberikan lebih sering. Cairan dibutuhkan bagi lansia untuk mengurangi terjadinya dehidrasi akibat penurunan jumlah sel dalam tubuh. sebagaimana diketahui, sel mengandung cairan intraselular dan ekstraselular. Semakin bertambah usia seorang lansia, maka jumlah sel dalam tubuhnya akan berkurang dan menyusut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah cairan dalam tubuh. jika terjadi kekurangan cairan, maka salah satu akibat yang paling cepat dialami lansia adalah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar (BAB) (Fatmah, 2010: 93).2.4.9 Dampak ketidakcukupan gizi lansia1) MalnutrisiLansia yang mengalami masalah nutrisi disebabkan oleh sejumlah faktor, yaitu fisik, patologis dan psikososial. Faktor ini dapat menyebabkan malnutrisi pada lansia, dan jika semuanya bergabung maka akan mengakibatkan keburukan status nutrisi, yang akhirnya dapat membahayakan status kesehatan mereka. Semua kondisi malnutrisi dapat tejadi pada lansia, tetapi malnutrisi protein dan kalori merupakan kondisi yang paling banyak dialami oleh lansia. Kondisi ini menyebabkan penurunan berat badan dan peningkatan risiko kerusakan kulit akibat luka tekan serta risiko peningkatan infeksi (Fatmah, 2010: 140).2) AnemiaAnemia didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar Hb rendah karena kondisi patologis. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah menjadi berada di bawah normal. Dari suatu hasil studi terlihat bahwa pada kelompok lansia yang cukup sehat secara fisik dan sosio-ekonomi, anemia sangat jarang dijumpai. Prevalensi anemia pada lansia meningkat secara signifikan setelah usia 75 tahun. Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit kronik dan defisiensi kronik (Fatmah, 2010: 140). 3) OsteoporosisOsteoporosis adalah keadaan yang ditandai dengan penurunan densitas yang cepat dan penipisan jaringan tulang. Osteoporosis dapat pula diartikan sebagai keadaan rendah masa tulang dan kerusakan mikro arsitektur jaringan tulang yang mengakibatkan meningkatnya kerapuhan tulang dan risiko keretakan tulang. Secara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan densitas masa tulang yang berada di bawah nilai rujukan pada usia dewasa muda. Osteoporosis adalah salah satu penyebab kematian dan kesakitan di dunia (Fatmah, 2010: 157).4) Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner merupakan salah satu bentuk utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah). PJK bukan disebabkan oleh kuman, virus, maupun mikroorganisme lainnya, tetapi dapat menyerang banyak orang. PJK bukanlah penyakit menular, tetapi dapat ditularkan. Kemungkinan penularan tersebut adalah melalui suatu bentuk penularan sosial yang berkaitan dengan gaya hidup manusia (Fatmah, 2010: 150). 2.5 Kerangka KonseptualKerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007 : 49).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap:Pengalaman pribadiPengaruh orang lain yang dianggap pentingKebudayaan Media masaLembaga pendidikan dan agamaemosionalFaktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:PendidikanPekerjaanUmurMinatPengalamanKebudayaan lingkungan sekitarInformasi Media cetakMedia elektronik

Sikap keluarga terhadap gizi lansia :Pedoman Umum Gizi Seimbang lansiaPola menu lansiaKiat sehat lansiaKebutuhan zat gizi lanjut usiaKebutuhan zat makroKebutuhan zat mikro Dampak ketidakcukupan gizi lansiaTingkat Pengetahuan keluarga terhadap gizi lansia :Tahu (know)Pedoman Umum Gizi Seimbang lansiaPola menu lansiaKiat sehat lansiaKebutuhan zat gizi lanjut usiaKebutuhan zat makroKebutuhan zat mikro Dampak ketidakcukupan gizi lansia

MemahamiAplikasiAnalisisSintesis Evaluasi

Tindakan

Keterangan :: diteliti: Mempengaruhi: tidak diteliti: Berhubungan

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga terhadap Gizi Lanjut Usia

2.6 Hipotesis PenelitianHipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2014: 64). Hipotesis dalam penelitian ini adalah H1 (alternatif) yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap gizi lanjut usia.

6