BAB 2. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 2.1. Gambaran Umum...
Transcript of BAB 2. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 2.1. Gambaran Umum...
4
BAB 2. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Perusahaan
2.1.1. Sejarah Umum Perusahaan
Korporasi Sharp didirikan pada tahun 1912 di Osaka, Jepang, oleh Mr. Tokuji
Hayakawa, dengan nama awal perusahaan Hayakawa Industry Corporation. Mr.
Tokuji Hayakawa kemudian membangun pabrik logam di Tokyo. Pada tahun 1915,
Mr. Hayakawa menemukan pensil mekanik pertama di dunia, yang dinamakan “Ever
Sharp Pencil”. Pensil mekanik tersebut kemudian sangat populer dan menjadi icon
perusahaan. Seiring berjalannya waktu, Hayakawa Industry Co. berkembang pesat
dan unggul dalam hal produksi peralatan elektronik, seperti televisi dan microwave.
Pada tahun 1970, Akira Saeki menjadi President dan mengubah nama Hayakawa
Industry Co. menjadi Sharp Corporation yang diambil dari nama pensil mekanik
“Ever Sharp Pencil” yang pertama kali ditemukan tersebut. Hingga saat ini, SHARP
merupakan nama perusahaan dan menjadi merek dagang yang sangat dikenal dengan
produk elektroniknya.1
SHARP terus berusaha untuk melebarkan sayapnya dan berkembang menjadi
perusahaan elektronik yang unggul di dunia. Hal ini juga ditandai dengan langkah
ekspansi yang diambil korporasi SHARP ke berbagai negara, diantaranya Indonesia.
Di Indonesia, Sharp Corporation memiliki anak perusahaan bernama PT. Sharp
Electronics Indonesia atau juga dikenal sebagai PT. SEID. Perusahaan ini sebelumnya
bernama PT. Yasonta, yang dibangun pada tahun 1970 sebagai perusahaan nasional.
Selanjutnya pada tahun 1994, Sharp Corporation melakukan joint venture dengan
PT. Yasonta, dengan mengakuisisi sebagian jumlah saham dari perusahaan tersebut,
dan merubah nama perusahaan menjadi PT Sharp Yasonta Indonesia (SYI).
SYI merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi barang-barang
elektronik berupa perlengkapan visual seperti televisi berwarna dan LCD,
perlengkapan audio seperti mini compo dan home theater, juga perlengkapan elektrik
1 Intranet SEID, Sejarah SHARP
5
rumah tangga seperti kulkas dan mesin cuci. SYI kemudian terus berkembang
menjadi perusahaan elektronik yang sangat diperhitungkan di Indonesia. Hingga pada
1 April 2005, PT Sharp Yasonta Antarnusa (anak perusahaan SYI) bergabung/Merged
dengan PT. Sharp Yasonta Indonesia, dan sejak May 2005 PT. Sharp Yasonta
Indonesia berganti nama menjadi PT. Sharp Electronics Indonesia.
2.1.2. Kantor Cabang dan Unit Pelayanan Service Perusahaan
Dalam kegiatan operasional perusahaan, PT. Sharp Electronics Indonesia
sangat memperhatikan kualitas dan inovasi produk serta pelayanan yang cepat dan
memuaskan kepada para customer di seluruh Indonesia. Hal tersebut diwujudkan PT.
SEID dengan membuka kantor cabang (Branch) dan unit pelayanan service center
yang terdiri dari SDSS (Sharp Direct Service Station), SSR (Sharp Service
Representative), dan SASS (Sharp Authorized Service Station). Unit atau agen
penyedia layanan service tersebut tersebar di setiap wilayah Indonesia, dengan tujuan
mampu menjangkau dan memberikan fasilitas serta pelayanan terbaik kepada
konsumen di seluruh Indonesia.
Kantor cabang (Branch) merupakan kepanjangan tangan dari PT. Sharp
Electronics Indonesia yang resmi didirikan pada kota-kota besar di Indonesia. Kantor
cabang tersebut didirikan antara lain di Medan, Padang, Pekan Baru, Palembang,
Jakata, Bandung, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Kediri,
Malang, Denpasar, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, Lampung, Pontianak, Palu,
Manado, Jayapura, Tarakan, dan Batam. Keberadaan Branch tersebut berguna sebagai
pemberi layanan after sale service (perbaikan kerusakan/kendala pada barang-barang
elektronik yang sudah dibeli), pengontrol aktivitas service dan penjualan produk
SHARP pada daerah yang diduduki, pemberi layanan konsultasi konsumen mengenai
informasi produk SHARP, serta penjualan dan promosi produk-produk elektronik
yang diproduksi oleh PT. SEID.
Sedangkan Sharp Direct Service Station (SDSS) merupakan suatu unit
layanan service center, yang terletak di berbagai daerah di Indonesia, yang bertujuan
untuk dapat menjangkau dan memberikan pelayanan terbaik secara langsung kepada
konsumen. Apabila konsumen mengalami kerusakan produk, maka proses perbaikan,
pembelian spare part, dan klaim atas garansi yang masih berlaku dapat dilakukan di
6
SDSS. Selain SDSS, terdapat SSR yang juga memberikan pelayanan /service, namun
SSR hanya terdapat pada wilayah tertentu saja. Sama halnya dengan kantor cabang,
SDSS dan SSR merupakan salah satu bagian dari PT. SEID yang menjadi unit
pelayanan service resmi.
Hampir menyerupai SDSS, Sharp Authorized Service Station (SASS) juga
merupakan mitra PT. SEID yang menyediakan layanan service bagi pengguna setia
produk SHARP. Namun, yang membedakan adalah SASS merupakan suatu unit
usaha diluar PT. SEID, yang menjadi agen pemberi layanan/service dan diberi
authorized atau legitimasi resmi dari PT. SEID untuk menjalankan kegiatan usahanya
yaitu pelayanan perbaikan produk elektronik SHARP yang rusak.
Proses kegiatan usaha SASS, seperti pengelolaan, tempat usaha, pengadaan
perkakas, dan pembayaran gaji karyawan/teknisi menjadi tanggungan agen tersebut
sepenuhnya. Agen tersebut mendapat komisi dari ongkos perbaikan produk Sharp dan
penjualan spare part, dengan biaya yang telah ditetapkan oleh PT. SEID. SASS dapat
menggunakan spare part terlebih dahulu, dan dibayarkan setelah perbaikan barang
elektronik milik konsumen Sharp selesai dikerjakan. Apabila unit produk elektronik
yang diperbaiki tersebut masih dalam batas garansi, maka ongkos pengerjaan
ditanggung sepenuhnya oleh PT. SEID, dan SASS dapat mengklaim ongkos kerja
tersebut pada PT. SEID setiap bulannya. Prosedur pelayanan dan sistematika
pembayaran diatur dan dikontrol sepenuhnya oleh PT. SEID, sehingga pelaksanaan
kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik.
2.1.3. Ruang lingkup usaha
PT. Sharp Electronics Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak
dibidang industri manufaktur yang memproduksi berbagai perlengkapan elektronik.
Barang-barang elektronik tersebut dapat berupa perlengkapan elektronik audio, visual,
serta peralatan elekronik rumah tangga, seperti kulkas dan mesin cuci. Dalam industri
tersebut, PT. Sharp Electronic Indonesia terbukti unggul bila dibandingkan dengan
perusahaan sejenis lainnya. PT. SEID mampu mengontrol dan memilih bahan baku
berkualitas dari supplier ternama, kemudian merakit dan memproduksinya menjadi
perlengkapan elektronik yang bermutu tinggi.
7
Kualitas produk elektronik yang diproduksi PT. SEID juga sangat didukung
dengan teknologi modern Sharp Corporation yang berasal dari Jepang, dengan
inovasi-inovasi produk yang menarik dan ramah lingkungan. Salah satu produk
kebanggaan Sharp yakni LCD, terbukti mampu memberikan kepuasan konsumen dan
meningkatkan perkembangan teknologi elektronik di dunia. Dengan demikian, dapat
dikatakan hampir setiap kebutuhan konsumen akan peralatan elektronik dapat
dipenuhi oleh Sharp.
2.1.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar 12, halaman 42.
Untuk Departemen Customer Satisfaction - Strategy & Promotion sendiri, memiliki
struktur kerja seperti:
Gambar 1. Struktur Departemen CS-Strategy&Promotion
Struktur organisasi Customer Satisfaction - Strategy & Promotion diatas
memudahkan manager dan staff dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing-
masing, dengan rantai komando yang jelas, dan garis koordinasi yang memungkinkan
satu sama lain berinteraksi dan berkerjasama dengan mudah. Dalam pelaksanaan kerja
sehari-hari, tim SDSS mencatat kegiatan setiap SDSS di seluruh Indonesia dengan
menggunakan System Aplication Process (SAP), sedangkan tim SASS mengontrol
kerja setiap agen service, dan memberikan kemudahan kepada mereka dalam hal
penyediaan spare part, serta melakukan proses administrasi pembayaran komisi
service teknisi dan keuntungan pembelian spare part.
Selanjutnya, kedua tim ini dibantu oleh tim administrasi yang mengurus
kerapihan data-data pada SAP, kelengkapan berkas, serta pencatatan keuangan.
Sementara itu, bagian Operational Network Support mengambil peran dalam
menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan logistik SDSS, baik penyediaan
tools, equipment, serta persiapan pembukaan SDSS baru. Segala kegiatan yang
CS-Strategy & Promotion Manager
Operational Administration SDSS Team SASS Team IT
Parts Support Tehnical Center
8
berkaitan dengan SAP, dan software atau perangkat teknologi lainnya akan
diselesaikan oleh bidang IT. Dengan demikian, struktur kerja yang ada pada bagian
Customer Satisfaction-Strategy & Promotion sangatlah mampu membuat karyawan
saling berkerja sama dan meningkatkan potensinya secara maksimal.
Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, seluruh keluarga besar Sharp yang
terdiri dari pemegang saham, manajemen, serta karyawan, yang tergabung dalam
suatu struktur organisasi Sharp, berpegang teguh pada pencapaian Visi dan Misi
Perusahaan, serta selalu menegakkan falsafah dan prinsip usaha SHARP.
Falsafah Usaha:
Kami tidak hanya meluaskan volume usaha, tetapi dengan menggunakan teknologi
inovasi kami yang unik, kami bertekad untuk berpartisipasi dalam peningkatan budaya,
kebajikan dan kesejahteraan manusia di dunia.
Adalah tujuan korporasi kami untuk tumbuh bersama dengan para karyawan,
memajukan dan membantu mereka untuk meraih seluruh potensi serta meningkatkan taraf
hidup.
Kemakmuran masa depan kami berkaitan langsung dengan kemakmuran dari para
pelanggan, penjual dan pemegang saham, serta seluruh anggota keluarga Sharp.
Kredo/Prinsip Usaha:
Korporasi Sharp berpegang pada dua prinsip utama:
Kejujuran dan Kreatifitas
Berdasarkan janji kami terhadap prinsip tersebut, kami berusaha agar hasil
usaha kami dapat memberikan kepuasan nyata kepada orang lain, serta memberikan
sumbangan yang bermanfaat kepada masyarakat.
Kejujuran adalah dasar utama etika manusia, selalu bersikap jujur.
Harmoni memberikan kekuatan, saling mempercayai dan berkerja sama.
Kesopanan adalah suatu kebaikan, selalu sopan santun dan saling menghormati.
Kreatifitas membawa kemajuan, tetap menyadari adanya kebutuhan untuk
inovasi dan perbaikan.
Keberanian adalah prinsip hidup yang berguna, menerima setiap tantangan
dengan sikap positip
9
2.1.5. Bidang-bidang Kerja (Job Description).
A. CS- Strategy&Promotion Manager
Manager melakukan fungsi dan peran sebagai pengelola departemen CS-
Stratergy & Promotion guna mencapai tujuan perusahaan. Peranan Manager
departemen ini terutama adalah mendukung dan mewujudkan terciptanya peningkatan
kesetiaan dan kepuasan pelanggan secara umum, serta memberikan layanan purna jual
(after sale service) yang terbaik kepada pelanggan. Sehingga pelanggan di seluruh
wilayah di Indonesia dapat berkonsultasi dan memperbaiki barang elektroniknya yang
mengalami kendala atau kerusakan dengan mudah. CS-Strategy&Promotion Manager
juga berwenang untuk melakukan koordinasi dan memberikan komando kepada setiap
pegawai yang tergabung dalam tim pada departemennya, serta mengambil keputusan
terbaik atas segala permasalahan teknis yang terjadi pada departemen tersebut,
sehingga target dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
B. Technical Center
Technical Center merupakan salah satu bagian dalam CS-Strategy &
Promotion yang bertugas memberikan support kepada setiap unit pelayanan service,
yakni pada seluruh Cabang, SDSS, dan SSR di Indonesia, apabila mengalami suatu
kendala dalam hal teknis perbaikan atau service. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
tim Technical Center selalu siap dalam melakukan perbaikan dan mengatasi
permasalahan yang terjadi pada unit/produk SHARP yang tidak dapat di-
service/diperbaiki oleh Cabang, SDSS maupun SSR. Setiap unit service yang
menghadapi kendala dalam hal tehnik atau perbaikan suatu produk Sharp, dapat
langsung mengirimkan produk tersebut ke kantor pusat service, bagian Technical
Center.
C. Parts Support
Parts Support bertugas mengelola spare parts yang digunakan dalam proses
service yang dilakukan oleh setiap service center, sebagai penggantian spare parts
untuk unit produk Sharp yang rusak. Dalam melaksanakan tugas utamanya, Parts
support melakukan kontrol terhadap setiap spare parts yang masuk dan keluar, atau
10
yang kita kenal dengan istilah inventory control. Parts support bertanggung jawab
atas ketersediaan stock, serta pengelolaan penyimpanan spare parts yang ada dalam
gudang spare parts. Apabila terdapat permintaan atau request dari Branch (kantor
cabang), SDSS, SSR, atau SASS, Parts Support harus mampu menyediakan spare
parts yang diminta tersebut, kemudian melakukan pengepakan dan mengirimnya ke
tempat tujuan dengan menggunakan jasa SPL cargo sebagai mitra pengiriman.
D. Operational Network Support
Berbeda dengan Parts Support yang bertugas menyediakan spare parts saja,
bagian Operational Network Support bertugas untuk memfasilitasi atau menunjang
setiap kebutuhan Branch, SDSS dan SSR, dalam hal kegiatan service diluar
kebutuhan spare parts. Pemberian fasilitas berupa tools, equipment, inventory,
kendaraan, hingga kebutuhan infrastruktur dilakukan karena Branch, SDSS dan SSR
merupakan unit pemberi layanan service yang didirikan dan menjadi tanggung jawab
penuh PT. Sharp Electronics Indonesia. Selain menunjang kebutuhan kepada setiap
unit service, bagian Operational Network Support juga bertugas melakukan
koordinasi dan memberikan informasi atas aktivitas yang dilakukan Branch, SDSS,
dan SSR yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti kegiatan promosi dan aktivitas
usaha lainnya.
E. SDSS Team
SDSS Team bertugas melakukan kontrol atas aktivitas SDSS, yakni dengan
mencatat segala aktivitas pelayanan/service yang dilakukan oleh setiap SDSS di
seluruh Indonesia dalam format baku SAP. Pencatatan ini dilakukan dengan tujuan
mempermudah perusahaan dalam mengontrol dan mengetahui progress aktivitas yang
dilakukan SDSS setiap harinya. Selain itu, dengan adanya pencatatan tersebut,
perusahaan dapat mengetahui secara detail berapa banyak pelanggan yang melakukan
service, bagian atau unit produk apa yang kualitasnya kurang baik atau sering
bermasalah, dan bagaimana kemampuan teknisi dalam memperbaiki dan
menyelesaikan permasalahan produk sehingga dapat memuaskan pelanggan. Tim
SDSS juga bertugas untuk memfasilitasi kebutuhan spare parts SDSS, dengan
melakukan order ke bagian Parts Supports.
11
F. SASS Team
Berbeda dengan SDSS Team, SASS Team tidak melakukan pencatatan
aktivitas setiap SASS seluruh Indonesia dalam format SAP. SASS Team bertugas
mengontrol segala aktivitas usaha/service SASS yang berkaitan dengan produk Sharp,
dengan memperhatikan Laporan Kerja (LK) dan Tanda Terima Barang Reparasi
(TTBR). SASS team memiliki kewenangan untuk mengizinkan atau memberi
authorize atas pengajuan SASS baru yang akan beroperasi, dengan memperhatikan
dan mempertimbangkan kelengkapan berkas administratif yang menjadi syarat
SASS, lokasi yang strategis, kesiapan unit/agen dalam hal infrastruktur dan kualitas
SDM, serta track record penanganan service elektronik dan rekomendasi dari
perusahaan sejenis. Selain untuk merekrut calon agen SASS baru, SASS Team juga
berwenang untuk melakukan kontrol dan melakukan pemberhentian kerjasama atau
penarikan authorize terhadap SASS yang melakukan pelanggaran.
Seperti halnya tim SDSS, dalam hal pemberian layanan dan menunjang
aktivitas setiap SASS, tim SASS bertanggung jawab untuk memfasilitasi setiap
kebutuhan spare parts SASS, dengan melakukan order kepada Parts Support,
kemudian melakukan pengiriman ke SASS tujuan atau dititipkan pada Kantor
Cabang / SDSS yang terdekat dari SASS tersebut. Setelah melakukan pengiriman
spare parts, tim SASS juga bertanggungjawab dalam proses administrasi keuangan,
yakni pemberian komisi ongkos service dan keuntungan penjualan spare part, serta
penagihan pembayaran pembelian spare parts tersebut kepada agen SASS. Proses
pembayaran spare parts dapat ditangguhkan sampai proses service selesai, yang dapat
dipotong dari komisi service teknisi dan keuntungan pembelian spare part apabila
komisi tersebut melebihi harga spare parts.
Terdapat dua jenis SASS dalam pengelolaan SASS PT. SEID, yakni SASS
Central dan SASS Non Central. Dalam hal pelaksanaan aktivitas teknis operasional
harian, tim SASS (HQ) hanya berhubungan dan bertanggung jawab untuk
berkoordinasi dengan SASS Central. Sedangkan untuk SASS Non Central dapat
berkoordinasi dengan kantor cabang dalam melaksanakan aktivitas usaha hariannya.
12
G. Administratif
Sesuai dengan namanya, bagian administratif bertugas dalam melakukan
kegiatan administrative atas segala aktivitas yang dilakukan oleh Cabang, SDSS, SSR
dan SASS, yang telah dilaporkan dan telah di input oleh Branch Administration.
Bagian Administratif berperan dalam melakukan pengecekan SAP mengenai kegiatan
service SDSS, yakni laporan selesai atas pengerjaan service unit/produk elektronik
Sharp dan kelengkapan administrasi lainnya. Kegiatan penting lain yang menjadi
tanggung jawab bagian administratif adalah yang terkait masalah administrasi
keuangan SDSS dan SASS, mengenai pembayaran ongkos kerja teknisi, pembayaran
spare part, pemotongan gaji teknisi/karyawan atas laporan tools hilang, dan masalah
keuangan lainnya dengan berkoordinasi dengan Manager CS-Strategy & Promotion ,
bagian procurement, serta bagian accounting pada main office.
H. IT
Tugas utama IT adalah memberikan kemudahan atas sarana teknologi
pendukung dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing bagian pada
departemen CS- Strategy & Promotion. Hal umum yang menjadi tanggung jawab
bagian IT yaitu mengontrol dan memberikan solusi atas masalah yang terjadi dalam
sistem SAP, SEVA dan perangkat software lain yang digunakan dalam aktivitas kerja.
Bagian IT juga bertanggung jawab dalam mengontrol aktivitas internet dan intranet
user pada masing-masing komputer yang dipakai pegawai. Hal tersebut dilakukan,
agar dapat memperkecil resiko penggunaan situs yang tidak diizinkan oleh karyawan,
sehingga setiap karyawan dapat memanfaatkan waktu kerjanya secara optimal.
13
2.2. Pelaksanaan Magang
2.2.1. Jenis dan Bentuk Kegiatan Magang
Dengan mengacu pada Kerangka Acuan Praktek Kerja Lapangan, dalam
periode Magang ini penulis melakukan praktek kerja secara langsung serta melakukan
pengamatan mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi proses manajemen logistik dan
inventory (Logistic and Inventory Management), yang dilakukan oleh bagian
Operational Network Support, Departemen Customer Satisfaction - Strategy &
Promotion PT. SHARP Electronics Indonesia. Kegiatan pengamatan dan praktek
kerja langsung pada bagian tersebut dilakukan karena pentingnya peranan bagian
tersebut sebagai pelaksana fungsi kontrol dan sumber informasi Kantor Pusat (HQ)
dalam menunjang aktivitas dan kebutuhan logistik Branch, SDSS (SHARP Direct
Service Station), dan SSR (SHARP Service Representative). Adapun rincian
pelaksanaan kegiatan penulis disertai dengan penjelasan prosedur pelaksanaan dan
hasil yang didapat dari pelaksanaan kerja tersebut terdapat dalam pembahasan
prosedur kerja.
2.2.1.1. Peran Bagian/Departemen tempat magang terhadap keseluruhan
Organisasi/ Perusahaan.
Peran Departement Customer Satisfaction – Strategy & Promotion dalam
keseluruhan organisasi PT. Sharp Electronics Indonesia ialah mewujudkan serta
melakukan usaha peningkatan kesetiaan dan kepuasan pelanggan dengan pelayanan
yang cepat dan berinovasi (Speed and Innovation). Usaha tersebut dilakukan terutama
dengan memberikan pelayanan after sale service yang terbaik, sehingga pelanggan
produk SHARP mudah berkonsultasi dan dapat memperbaiki barang elektroniknya
yang mengalami kendala atau kerusakan.
Untuk memberikan pelayanan tersebut, Departement Customer Satisfaction –
Strategy & Promotion bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi, serta
memfasilitasi kebutuhan Kantor Cabang dan unit pelayanan service center yang
terdiri dari SDSS (Sharp Direct Service Station), SSR (Sharp Service Representative),
dan SASS (Sharp Authorized Service Station). Dengan demikian, unit atau agen
14
penyedia layanan/service yang tersebar di setiap wilayah Indonesia tersebut, mampu
memberikan fasilitas serta pelayanan terbaik kepada konsumen di seluruh Indonesia,
sehingga tercapailah tujuan perusahaan.
Dalam menunjang aktivitas dan kebutuhan akan fasilitas Branch, SDSS &
SSR, Departement Customer Satisfaction – Strategy & Promotion dibantu oleh
bagian Operational Network Support. Bagian Operational Network Support berperan
dalam pelaksanaan koordinasi mengenai pelaksanaan operasional dan pengelolaan
inventory serta penyediaan logistik yang dilakukan kantor pusat untuk menunjang
kebutuhan serta pelaksanaan kegiatan setiap unit service (Branch, SDSS, dan SSR)
sehingga setiap permasalahan dan kebutuhan seluruh unit service dapat terakomodir
dengan baik.
2.2.1.2. Target/Sasaran Perusahaan
Secara umum, perusahaan menetapkan target berdasarkan target penjualan
produk elektronik secara keseluruhan dalam satu bulan (nominal tidak dapat
disebutkan). Target yang ditetapkan oleh perusahaan memanglah sangat besar, dan
diperlukan koordinasi usaha yang ekstra kuat dari setiap Divisi, Departemen, Bagian,
serta individu pegawai SHARP sendiri. Namun demikian, bukan berarti target
tersebut mustahil, karena perlu diinformasikan, bahwa ketika penulis melaksanakan
program penelitian dan Praktek Kerja Lapangan, yaitu pada bulan Juli 2010, target
penjualan tersebut tercapai. Konsekuensi dari pencapaian target tersebut adalah
pemberian reward / bonus kepada setiap karyawan berupa pembayaran setengah
bulan gaji.
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai target penjualan bukanlah hanya
merupakan keberhasilan dari Tim Sales saja, tetapi juga menjadi parameter bagi setiap
divisi yang terdapat pada PT. Sharp Electronics Indonesia. Dengan tercapainya target
penjualan, berarti Tim Marketing telah sukses dalam memasarkan dan melakukan
strategi promosi produk dengan baik; Tim Procurement telah memenuhi kebutuhan
bahan baku dengan sangat baik; Tim Produksi TV, Audio, dan HA telah berhasil
memenuhi permintaan konsumen sesuai target pembuatan produk; Tim Brand
Strategy telah berhasil membawa nama besar SHARP menjadi merek dagang dan
produk elektronik yang paling diminati dan sangat diingat oleh para konsumen; Tim
15
HRD telah mampu memberikan motivasi dan arahan serta training kepada para
karyawan, sehingga target yang tinggi dapat dicapai secara bersama-sama; dan yang
terpenting Tim Customer Satisfaction telah menunjukkan keberhasilannya dalam
meningkatkan kesetiaan dan kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang cepat dan
peningkatan produk yang berkualitas dan sangat inovativ.
2.2.2. Prosedur Kerja
Untuk memahami prosedur kerja suatu perusahaan, tentunya mahasiswa tidak
hanya harus mempelajari operasional prosedur atas suatu bidang kerja saja, tetapi juga
perlu melakukan kegiatan pada bidang kerja tersebut secara langsung. Hal yang
pertama kali perlu dilakukan adalah menganalisa tujuan umum dan peranan bidang
kerja dalam keseluruhan organisasi, serta mengetahui secara prinsip jenis pekerjaan
dalam bidang kerja tersebut. Dengan mengetahui tujuan, peranan, dan hal apa yang
dapat dilakukan pada suatu bidang kerja, tentunya kita akan lebih mudah mengikuti
prosedur kerja pada bidang kerja tersebut.
Bagian Operational Network Support, Departemen CS-Strategy & Promotion
PT. Sharp Electronics Indonesia berperan sebagai pelaksana koordinasi mengenai
pelaksanaan operasional dan pengelolaan inventory serta penyediaan logistik yang
dilakukan kantor pusat untuk menunjang kebutuhan serta pelaksanaan kegiatan setiap
unit service (Branch, SDSS, dan SSR). Telah kita ketahui bahwa Branch, SDSS dan
SSR merupakan agen service center resmi PT. Sharp Electronics Indonesia yang
tersebar di seluruh Indonesia, dan mampu menjangkau customer secara langsung.
Oleh karena itu, bagian Operational Network Support CS-Strategy& Promotion
membutuhkan tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi dalam proses operasional,
pengelolaan inventory, serta penyediaan logistik dalam menunjang SDSS dan SSR,
agar tujuan perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan dan melayani kebutuhan
pelanggan dengan cepat dan penuh inovasi (Speed and Innovation), sesuai dengan
Motto yang menjadi landasan Divisi Customer Satisfaction, senantiasa dapat tercapai.
Secara umum, kegiatan yang dilakukan oleh bagian Operational Network
Support CS-Strategy& Promotion merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan
inventory, dan juga penyediaan perlengkapan logistic kepada seluruh Branch, SDSS,
16
dan SSR yang menunjang aktivitas pelayanan/service Branch, SDSS, dan SSR.
Kegiatan pengelolaan inventory dan logistic haruslah dilakukan dengan baik dan
tepat, karena hal tersebut sangat penting dan dapat berpengaruh dalam aktivitas
pelayanan/service kepada pelanggan.
Inventory sendiri memiliki arti “inventory is a stock of items kept by an
organization to meet internal or external customer demand”2. Artinya, inventory
merupakan suatu barang yang disimpan guna memenuhi pelanggan internal atau
eksternal. Barang-barang inventory dalam perusahaan manufaktur seperti SHARP
dapat berupa Raw Material (bahan baku), Spare parts (suku cadang), Work-in-process
product (barang setengah jadi), Item being transported (barang yang sedang dalam
proses pengiriman), dan Tools & Equipment.3 Sedangkan maksud dari pelanggan
internal (internal customer) disini merupakan pelanggan yang berasal dari dalam
organisasi atau dalam hal ini, Branch, SDSS, dan SSR merupakan target/pelanggan
dari CS-Strategy&Promotion PT. SEID. Dengan demikian, kegiatan bagian
Operational Network Support yang melakukan aktivitas penyimpanan dan penyediaan
barang berupa tools dan equipment, untuk disalurkan/dikirim kepada SDSS dan SSR
selaku pelanggan internal, merupakan suatu proses kegiatan Inventory.
Dalam pelaksanaan kegiatan inventory sendiri, kita harus mengetahui
bagaimana cara mengelola inventory dengan baik, yang diulas dalam teori Inventory
Management. Tujuan dari inventory management adalah untuk menyimpan inventory
secukupnya, untuk memenuhi permintaan pelanggan, sekaligus juga untuk menjaga
biaya se-efektif mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan berapa jumlah
optimal inventory yang disimpan sebagai stock, berapa yang akan di-order/dipesan
oleh customer, dan juga berapa jumlah yang akan kita pesan lagi sebagai inventory
berikutnya.4 Inventory juga merupakan salah satu kandidat pengurangan biaya yang
jelas, sehingga harus dikelola sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dengan pelaksanaan
inventory management yang baik, kita dapat memenuhi permintaan pelanggan secara
cepat dan tepat. Dengan demikian, perusahaan yang mampu mengelola inventory
dengan baik, dapat dikatakan perusahaan tersebut telah memenangkan persaingan.
2 Russel & Taylor, Operations Management Along the Supply chain, 6th edition,2009, page 529 3 ibid
4 Ibid, 527, 529
17
Tidak jauh berbeda dengan inventory, dalam konteks supply chain
management, kita dapat mengetahui istilah dan tujuan dari logistik, yaitu “logistic
exists to move and position inventory to achieve desired time, place, and possession
benefit at the lowest total cost”5. Dengan kata lain, kemampuan pengelolaan logistik
sangatlah penting, yakni agar perusahaan dapat meminimalkan biaya, dan
memaksimalkan keuntungan atas waktu, tempat dan kewenangan dari pengiriman
inventory, dengan cara yang effective dan efficient. Hal tersebut menunjukkan bahwa
proses inventory dan logistic sangatlah berkaitan erat.
Peranan penyedia barang atau logistic sangatlah mempengaruhi nilai dari
inventory. Hal ini dikarenakan inventory memiliki keterbatasan nilai, sampai
inventory tersebut dikirim pada waktu dan lokasi yang tepat. Apabila logistik tidak
memenuhi kebutuhan pemesanan inventory pada waktu dan tempat yang tepat secara
konsisten, maka nilai dari inventory tersebut akan hilang sama sekali. Dengan
demikian, penerapan pengelolaan logistic haruslah terintegrasi antara satu kegiatan
dengan kegiatan lain. Dalam buku Supply Chain Logistic Management dibahas
mengenai suatu kesatuan proses kegiatan pengelolaan logistic yang saling terkait satu
sama lain, konsep tersebut dikenal dengan istilah Integrated Logistic.
Gambar 2. Intergrated Logistic
5 Donald J. Bowersocx, David J. Closs, M. Bixby Cooper, Supply chain logistic management, 2009, page
26
Facility Network
Integrated Logistic
Management
Warehousing Material handling Pakaging
Order Processing
Transportation
Inventory
Integrated Logistic
18
Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menjumpai dan
melakukan beberapa kegiatan inventory management dan juga beberapa hal yang
terkait dengan kegiatan integrated logistic sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku
pada persusahaan. Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan penulis selama periode
magang berlangsung, berikut penjelasan prosedur kerja, dan hasil yang penulis dapat
dari proses kerja tersebut adalah sebagai berikut:
A. Aktivitas 1.
Penyesuaian dan pemahaman dasar mengenai tujuan umum dan
culture perusahaan. Serta pengenalan dan pemahaman tujuan dan aktifitas
usaha yang dilakukan departemen CS-Strategy & Promotion , terutama
bagian Operational Network Support dalam menjalankan fungsi logistic &
inventory management guna memfasilitasi kebutuhan Cabang, SDSS, dan
SSR.
Penjelasan:
Dalam tahapan awal periode magang ini, penulis melakukan proses
penyesuaian kerja, disertai dengan pemahaman mengenai culture
perusahaan, serta tujuan umum perusahaan. Penulis juga melakukan
pengamatan dan pemahaman tugas masing-masing bagian yang terdapat
pada departemen CS-Strategy&Promotion, disertai peranannya dalam
mencapai goals perusahaan. Selanjutnya, penulis diberi arahan untuk
mempelajari SOP formal perusahaan, mengenai prosedur yang berlaku
pada departemen CS-Strategy&Promotion mengenai proses logistic dan
inventory management.
Hasil yang didapat:
Penulis memahami nilai-nilai dan culture yang dianut oleh
perusahaan. PT. SEID yang merupakan anak perusahaan Sharp
Corporation yang berasal dari Jepang, tentu saja menganut disiplin usaha
dan budaya bisnis Jepang. Kedisiplinan dan ketertiban kerja adalah hal
mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap karyawan, tanpa pandang bulu. Hal
ini dapat dilihat dari peraturan kerja yang ketat, kedisiplinan jam/waktu
19
kerja, dan juga pemberlakuan pakaian seragam yang sama bagi setiap level
karyawan. Selain itu, perusahaan juga sangat mengamalkan beberapa
pakem yang dianut oleh bangsa Jepang. Pakem tersebut diantaranya adalah
Kaizen (continuous improvement) dan Filosofi 5S, yang merupakan
budaya kerja yang berasal dari negara Sakura (Jepang). Filosofi 5S adalah
perubahan yang lebih baik dan berkesinambungan dimanapun, kapanpun
oleh siapapun. 5S merupakan 5 kata awal dari bahasa Jepang yaitu: SEIRI
(Ringkas), SEITON (Rapi), SEISO (Resik), SEIKETSU (Rawat), dan
SHITSUKE (Rajin).
Selain nilai dan culture, penulis juga memahami tujuan umum
divisi Customer Satisfaction, yakni “To be the First, the Best, and the
Win”. Maksudnya adalah divisi Customer Satisfaction ingin memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan, dengan penciptaan produk dan
sistematika pelayanan yang berinovasi terbaru (The First), dikemas dengan
pelayanan yang terbaik (The Best), sehingga tercapailah kepuasan
pelanggan yang maksimal, sehingga mampu memenangkan persaingan
usaha (The Win).
B. Aktivitas 2
Pengamatan dan pengelolaan data Inventory (Equipment, dan
Tools) Serta melakukan proses checking dan penyesuaian Stock taking
barang untuk laporan inventory bulanan.
Penjelasan:
Dalam hal ini, Penulis melakukan input dan pengelolaan data
mengenai inventory monthly reports. Pengelolaan data inventori (tools
dan equipment) bulanan dimaksudkan agar setiap perlengkapan yang ada
pada gudang, dan juga yang telah dikirim atau terdapat pada masing-
masing Cabang, SDSS, dan SSR dapat terdata dan terkontrol dengan baik,
sehingga para teknisi di setiap Cabang, SDSS, dan SSR dapat menjalankan
aktivitasnya tanpa ada kendala perlengkapan teknisi.
20
Proses input dan pengelolaan data dilakukan pada Ms. Excel,
sehingga proses pengadministrasian perhitungan data dapat dilakukan
dengan mudah. Setelah proses pengolahan data bulanan, penulis
melakukan pengecekan barang yang ada pada gudang penyimpanan untuk
menyesuaikan jumlah aktual dengan jumlah data.
Hasil yang didapat:
Penulis mampu memahami dan mempraktikkan metode pengolaan
data, yakni dalam proses persiapan pembuatan inventory report. Dalam
proses pencatatan data, tools dikelompokkan berdasarkan nama atau jenis
tools, kemudian tools juga dikelompokkan kembali berdasarkan merek dan
kode satuan tools. Pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada format
berikut ini:
Saldo merupakan jumlah barang (tools) yang tersedia pada suatu
waktu tertentu. Saldo akhir pada bulan sebelumnya akan menjadi saldo
awal bulan ini. Kemudian apabila terdapat penerimaan, maka tools akan
dijumlah berdasarkan pengelompokan tools yang sama, kemudian supplier
dan tanggal diterimanya tools dicatat dalam kolom supplier. Permintaan
tools oleh setiap Cabang, SDSS, dan SSR yang berada diseluruh Indonesia
dicatat pada daerah masing-masing, dan akan mengurangi saldo akhir tools
pada bulan tersebut. Hasil akhir/saldo akhir kemudian akan di cek jumlah
aktualnya. Jika terjadi kesalahan perhitungan, maka karyawan dapat
meneliti ulang pekerjaannya. Apabila saldo akhir kurang dari stock limit,
maka akan dilakukan proses inventory management berikutnya, yaitu
melakukan order & purchasing tools.
Nama
ItemTools Merek
Kode
Satuan
Saldo
Awal
Penerimaan (+) Aceh (-)
~ Saldo
Akhir Remark Check
Qty Supplier Repair QTY Remark
Tabel 1. Contoh Form Inventory Report Bulanan
21
Dengan melakukan proses pengamatan dan pengelolaan data ini,
penulis mampu memahami secara nyata bagaimana proses inventory
control dengan data-data yang akurat dan up to date. Yakni bagaimana
proses pengelolaan data dilakukan, dan bagaimana mengelola inventory
dengan baik, menggunakan data-data yang ada.
C. Aktivitas 3
Melakukan proses inventory barang (Tools & Equipment) dan
pelaksanaan quality control pada Warehouse (tempat penyimpanan
barang), sesuai dengan konsep Inventory Management.
Penjelasan:
Dalam hal ini, Penulis mengikuti proses pengecekan dan
penyimpanan barang pada Warehouse. Tools dan Equipment dicek satu-
persatu berdasarkan jenis, merek, dan tipenya. Kemudian dilanjutkan
dengan pendataan jumlah barang, dan ketersediaan barang yang
berkualitas. Barang-barang yang telah rusak selama masa penyimpanan,
akan dipisahkan dan kemudian akan dilakukan proses penghancuran (WO)
Hasil yang didapat:
Penulis memahami metode pengecekan dan pendataan barang-
barang secara langsung, disertai dengan pengelompokan tools dan
equipment berdasarkan jenisnya masing-masing. Selain itu, penulis juga
mengikuti proses quality control sehingga mampu mengetahui kriteria
barang-barang yang masih berkualitas dan layak pakai.
D. Aktivitas 4
Mengikuti proses Request Order yang dilakukan Cabang, SDSS,
dan SSR ke HQ.
22
Penjelasan:
Dalam hal ini, Penulis menerima order dari Cabang, SDSS, dan
SSR yang dilakukan via email. Kegiatan pemesanan (order) menggunakan
form request telah ditentukan dalam format form request order. Kepala
service Cabang, SDSS, dan SSR harus mengetahui dan menandatangani
barang-barang apa saja yang diminta oleh teknisinya.
Setelah form request diterima, kegiatan dilanjutkan dengan
melakukan pendataan barang yang di-order tersebut, melalui data base
tools and inventory report. Maksud dari pendataan tersebut adalah untuk
mengecek apakah unit service (Cabang/SDSS/SSR) yang melakukan
request tersebut telah meminta barang yang sama sebelumnya, dan berapa
lama proses request yang dilakukannya. Apabila Cabang/SDSS/SSR
tersebut belum pernah melakukan request atas barang yang sama
sebelumnya, atau periode permintaan tools/inventory dalam periode waktu
normal, dan tools yang dipesan tersedia dalam gudang penyimpanan, maka
permintaan tersebut dipenuhi. Data barang yang dipenuhi kemudian akan
dilampirkan pada form balasan, yang ditandatangani oleh kepala bagian
Operational Network Support departemen CS-Strategy and Promotion.
Hasil yang didapat:
Penulis mengetahui sistem dan tata cara pemesanan /order yang
dilakukan SDSS dan SSR diseluruh Indonesia. Selain itu, penulis juga
mengetahui bagaimana proses penanganan request setelah surat pengajuan
tersebut diterima. Untuk dapat menunjang kebutuhan SDSS dan SSR
dengan hasil yang maksimal, diperlukan suatu langkah responsive yang
cepat dan penuh tanggung jawab.
Sistem yang dikembangkan oleh PT. Sharp Electronics Indonesia
dalam mengatasi permasalahan jarak dan waktu adalah dengan
memanfaatkan teknologi informasi sebaik mungkin. Hal tersebut
dilakukan dengan proses pengajuan surat melalui email, dan
penandatanganan persetujuan dengan proses Print & Scan sehingga
23
keabsahan tandatangan surat dapat dipertanggungjawabkan, tanpa harus
melalui proses birokrasi yang sulit. Dengan demikian, proses pemesanan
tools dan kebutuhan lainnya dapat dilakukan dalam waktu singkat,
sehingga proses pelayanan dapat berlangsung dengan baik.
E. Aktivitas 5
Proses procurement/ordering tools yang telah out of stock (kurang
dari batas minimum) ke vendor/supplier yang memiliki tools berkualitas
dengan harga murah.
Penjelasan:
Dalam hal ini, penulis mendata/mengecek jumlah tools dalam tools
report. Kemudian proses tersebut dilanjutkan dengan pembuatan list/
daftar nama untuk tools yang sudah mencapai stock limit (3%).
Selanjutnya untuk nama-nama tools yang terdapat dalam list, akan
dibuatkan form request untuk pengajuan pembelian.
Pelaksanaan pembelian dilakukan pertama-tama dengan
menghubungi beberapa vendor/supplier tetap yang menyediakan item tools
yang dibutuhkan, yakni dengan meminta Quotation yang berisi daftar
harga dan spesifikasi tools yang dibutuhkan tersebut. Bagi supplier yang
menawarkan produk dengan kualitas terbaik dan harga yang termurah,
maka produk tersebut akan dipesan, dan diproses pembeliannya.
Setelah mendapatkan harga yang sesuai, bagian Operational
Network Support kemudian membuat Esker pembelian barang, dan
kemudian meminta persetujuan dari manajemen, bagian Akuntansi, dan
Pajak. Apabila Esker tersebut telah disetujui, bagian Procurement
kemudian akan membuat Purchasing Order (PO) dan dikirim ke Vendor,
untuk proses pemesanan dan pembelian tools. Tools yang sudah dipesan,
kemudian akan dikirim oleh Vendor ke bagian Operational Network
Support, dan selanjutnya pembayaran dilakukan oleh PT SEID dengan
cara ditransfer sesuai waktu tempo yang disepakati. Tools yang sudah
dibeli tersebut kemudian didata dalam tools report sebagai penambahan
24
tools. Proses terakhir adalah melakukan proses inventory dalam gudang
penyimpanan tools (warehouse) atau proses pengiriman (Transporting)
apabila Cabang, SDSS, atau SSR mengajukan request.
Untuk permintaan equipment dan inventory yang bersifat temporer
atau hanya pada saat tertentu, proses pembelian dilakukan dengan cara
yang sama. Namun demikian, proses pembelian akan dilakukan dengan
mempertimbangkan terlebih dahulu tingkat urgensi dan kepentingan
pembelian equipment yang diajukan. Setelah menilai pembelian barang
tersebut perlu dilakukan, Esker pembelian kemudian dapat langsung
diajukan.
Hasil yang didapat:
Penulis mengetahui proses pembelian dan pengadaan tools yang
dilakukan oleh bagian Operational Network Support dalam mengelola
ketersediaan stock tools dalam inventory. Selain itu, penulis juga
memahami secara langsung mengenai proses birokrasi pengajuan
pembelian, disertai dengan format pengajuan yang ditetapkan. Proses ini
juga memberikan pengalaman dan pemahaman penulis mengenai proses
pemilihan supplier yang terbaik. Kegiatan tersebut tentu saja dilakukan
dengan pendekatan-pendekatan bisnis yang menuntut dan melatih
kemampuan/skills penulis dalam hal lobby dan negosiasi.
F. Aktivitas 6
Melakukan kontrol bulanan terhadap tools & equipment teknisi,
dan penyediaan penggantian tools rusak dan hilang.
Penjelasan:
Dalam hal ini, penulis meminta laporan Kepala Service di setiap
Cabang, SDSS, dan SSR atas tools & equipment yang ada pada unit
service tersebut sebagai perlengkapan aktivitas pelayanan service untuk
masing-masing teknisi. Setiap Kepala Service mengirimkan daftar tools &
equipment berikut kondisi fisiknya. Apabila terdapat kekurangan tools
25
akibat kerusakan atau kehilangan, maka Kepala Service mengajukan
penggantian tools rusak atau hilang. Laporan tersebut dikirim via email,
dengan melampirkan foto tools apabila ada yang rusak.
Bagi tools rusak, akan dicek pemakaiannya, tanggal pengiriman,
dan jenis kerusakannya. Apabila tools tersebut rusak akibat pemakaian
yang normal dan dalam waktu yang wajar, maka tools akan segera diurus
proses penggantiannya. Namun apabila ternyata tools hilang atau
mengalami kerusakan tidak wajar karena kelalaian teknisi, maka tools
tersebut akan diganti oleh teknisi tersebut dengan proses pemotongan gaji.
Hasil yang didapat:
Dengan mengikuti proses kerja ini, penulis mengetahui dan dapat
mempraktekkan bagaimana pelaksanaan kontrol dan manajemen dilakukan
pada setiap unit service yang lokasinya berjauhan dari kantor pusat (HQ).
Kontrol yang dilakukan terutama kontrol untuk pemakaian tools. Dengan
kontrol tersebut, teknisi akan lebih teliti dan berhati-hati menggunakan
tools dan equipment dalam pelaksanaan aktivitas service sehari-hari.
Dengan demikian, tingkat terjadinya kesalahan service akibat human error
akan semakin berkurang. Selain aktivitas controlling, dalam proses ini
juga penulis belajar bagaimana prosedur dan langkah effektif dalam
melakukan kontrol jarak jauh.
G. Aktivitas 7
Pemenuhan order dari Cabang, SDSS, dan SSR dengan melakukan
proses pengepakan (Packaging) barang dan pengiriman (Transporting)
barang ke Cabang/SDSS/SSR tujuan.
Penjelasan:
Dalam hal ini, penulis mengikuti serangkaian proses pemenuhan
order yang diajukan Cabang/SDSS/SSR, yang dilakukan setelah tahapan
request order Cabang/SDSS/SSR (Aktivitas 4) diterima. Serangkaian
kegiatan tersebut dimulai dari tahap pengecekan ketersediaan barang
(tools/equipment) yang diminta Cabang/SDSS/SSR. Pengecekan dilakukan
26
dengan melihat data base pada laporan tools dan equipment. Apabila
barang yang diminta tersedia dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang
baik, proses pengiriman selanjutnya akan dilakukan. Sedangkan apabila
barang yang diminta tidak tersedia atau mengalami kekurangan jumlah,
maka akan dilakukan proses ordering (Aktivitas 5) kepada supplier yang
telah menjadi mitra langganan perusahaan dalam penyediaan tools dan
equipment.
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya, setelah semua barang yang
dibutuhkan tersedia adalah melakukan proses pengepakan (packaging).
Proses packaging dilakukan agar tools dan equipment yang akan dikirim
dapat dibawa dengan mudah, praktis, dan aman hingga ke lokasi tujuan.
Barang-barang dikemas sedemikian rupa, dengan mengurangi kemasan
produk yang tidak perlu, agar kemasan lebih praktis, dan mengurangi berat
dari kemasan yang akan dikirim. Dengan demikian, barang akan mudah
disatukan dengan tools/equipment lain dalam satu paket kemasan. Selain
itu, biaya pengiriman barang juga akan dapat berkurang sesuai dengan
pengurangan berat kemasan.
Proses pengepakan juga harus mempertimbangkan keamanan
kemasan dan produk (tools/equipment) yang akan dibawa, sampai ke
tempat tujuan. Barang-barang biasanya akan dilapisi dengan benda-benda
halus, seperti kertas dan busa/foam sesuai dengan yang diperlukan, untuk
melindungi barang-barang dari benturan satu sama lain, selama proses
pengiriman. Perlindungan terhadap kemasan juga dapat ditambah sesuai
dengan tingkat kerawanan kerusakan produk selama pengiriman.
Perlindungan ekstra dapat dilakukan dengan menggunakan kayu sebagai
pelapis di sekeliling kemasan.
Setelah proses pengepakan dilakukan dengan rapih, praktis, dan
aman, barang siap untuk dikirim. Proses pengiriman barang dilakukan
dengan menggunakan jasa distribusi (cargo). Biro distribusi yang menjadi
mitra/partner distribusi departemen CS-Strategy & Promotion ke
27
Cabang/SDSS/SSR tujuan adalah SPL Cargo. Dalam hal kerjasama
pengiriman barang, SPL Cargo menjalankan tugas distribusi barang,
sesuai dengan order atau surat jalan yang diberikan oleh bagian
Operational Network Support. Setiap pengiriman yang dilakukan, akan
dicatat nomor, tujuan dan data-data penting mengenai proses pengiriman
tersebut. SPL Cargo kemudian akan memberikan nota dan bukti
pengiriman, sesuai dengan nomor dan tujuan pengiriman. Proses
pembayaran dilakukan secara akumulasi pengiriman selama satu bulan.
Laporan atas terkirimnya barang kemudian disampaikan oleh SPL Cargo
kepada bagian Operational Network Support departemen CS-Strategy &
Promotion .
Hasil yang didapat:
Dengan mengikuti proses kerja ini, penulis mengetahui dan dapat
mempraktekkan bagaimana proses pelaksanaan pengepakan (packaging)
dan pengiriman (transporting) dilakukan. Kegiatan ini sangat berguna,
untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan penulis dalam hal
pengepakan dan pengiriman barang, karena hampir setiap proses bisnis,
terutama pada industri mantufaktur melakukan proses pengepakan dan
pengiriman. Penulis juga dapat mengetahui bagaimana cara mengelola
barang se-effektif mungkin, sehingga proses pengiriman dapat dilakukan
dengan cepat, mudah, praktis, dan aman.
H. Aktivitas 8
Pembuatan laporan tools yang telah dikirim, dengan meminta
dokumentasi tools/equipment yang sudah diinstalasi dan digunakan oleh
teknisi melalui via email.
Penjelasan:
Setelah proses pengiriman tools/equipment dilakukan (Aktivitas 7),
kegiatan yang harus dilakukan oleh departemen CS-Strategy & Promotion
adalah meminta laporan kepada Cabang/SDSS/SSR tujuan, mengenai
28
barang yang telah terkirim. Hal ini dilakukan sebagai langkah cross check,
agar perusahaan dapat mengetahui apakah barang sudah diterima, dan
dalam kondisi baik. Dalam hal ini, penulis meminta laporan
tools/equipment yang sudah diterima, diinstalasi dan digunakan oleh
teknisi melalui via email, untuk selanjutnya dilaporkan kepada Manager
CS-Strategy & Promotion .
Hasil yang didapat:
Dengan mengikuti proses kerja ini, penulis mengetahui pentingnya
suatu laporan dan proses checking barang yang dapat digunakan sebagai
data pengiriman.
I. Aktivitas 9
Membantu proses pengoperasian dan pembukaan SDSS baru
dengan menunjang kebutuhan logistik yang diperlukan.
Penjelasan:
Dalam hal ini, penulis mengikuti proses penyediaan logistik untuk
membantu pelaksanaan pengoperasian dan pembukaan SDSS baru. Dalam
periode Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan penulis, PT Sharp
Electronics Indonesia membuka empat unit SDSS baru, yaitu SDSS
Muara Bungo yang berlokasi di Muara Bungo, Jambi, SDSS Majene di
Makassar, SDSS Bengkalis di Riau, dan SDSS Belitung. SDSS Muara
Bungo dibuka pada 23 Juli 2010, sedangkan Ketiga SDSS lainnya pada
bulan Agustus 2010. Kegiatan yang penulis lakukan adalah kegiatan
pengadaan dan pengiriman barang, seperti yang dijelaskan dalam aktivitas-
aktivitas sebelumnya.
Hasil yang didapat:
Dengan mengikuti proses kerja ini, penulis dapat mengetahui serta
mempraktekkan serangkaian kegiatan pengadaan tools dan equipment
dalam memfasilitasi SDSS yang akan beroperasi.
29
2.2.3. Kendala yang Dihadapi dan Upaya untuk Memecahkannya
2.2.3.1. Kendala yang dihadapi
Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, penulis mendapatkan banyak
sekali ilmu dan pengalaman yang sangat berguna pada dunia kerja, terutama di dalam
bidang manajemen inventori dan logistik. Penulis banyak menemui kesamaan-
kesamaan masalah dan aktivitas usaha manajemen logistik dan inventori yang penulis
pelajari di kelas, dengan praktek di lapangan. Metode-metode strategis dan praktis di
lapangan untuk penyelesaian masalah dan pelaksanaan aktivitas inventory & logistic
management, tentunya akan lebih bermanfaat bagi pengembangan kemampuan
manajemen penulis, dari pada hanya menguasai teori dari mata kuliah tersebut di
dalam kelas saja.
Namun demikian dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja ini, penulis juga
menemui beberapa kendala dan kekurangan perusahaan atas penanganan inventory
management, terutama dalam hal pengelolaan penyimpanan/inventory tools &
equipment yang dilakukan bagian Operational Network Support, department CS-
Strategy & Promotion (aktivitas 3). Hal yang terjadi di lapangan adalah dalam
pelaksanaan penyimpanan barang atau proses inventory, proses klasifikasi atau
pengelompokan barang hanya dilakukan berdasarkan jenis dan nama barang saja. Hal
ini tentunya akan mempersulit proses pengecekan dan kontrol atas quality
management. Adapun proses kontrol yang penulis temui adalah dengan melakukan
pengecekan tools dan equipment satu per satu. Dengan demikian, hal ini dapat
menjadi salah satu kendala perusahaan dalam hal peningkatan efisiensi dan
effektifitas kerja, terlebih apabila jumlah inventory semakin bertambah banyak.
Hal lain yang menjadi kendala dalam peningkatan effisiensi kerja adalah
kurangnya perhitungan atas jumlah quantity yang optimal, dan penentuan waktu yang
tepat dalam proses pemesanan (ordering process) yang dilakukan perusahaan
(aktivitas 5). Pada dasarnya, tools dan equipment adalah kebutuhan logistik yang
mutlak harus dimiliki oleh setiap teknisi. Terutama untuk tools yang memiliki jangka
waktu penggunaan yang ditentukan, dan harus diganti kembali dengan tools baru
setelah barang tersebut tidak layak untuk digunakan. Dengan demikian, berarti tools
merupakan inventory yang selalu harus ada dan dipesan dalam jumlah yang tetap
30
A items
B items
C items
Percentage of inventory items
apabila ketersediaan inventori tersebut kurang dari batas minimum atau biasa dikenal
Continuous Inventory.6
2.2.3.2. Upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan kendala
Untuk memudahkan proses inventory control dalam hal penyimpanan barang
(aktivitas 3), perlu ada klasifikasi yang baik dan aplikatif dalam mengelompokkan
tools dan equipment. Apabila pengelompokan hanya berdasarkan jenis tools saja,
tentunya proses pengecekan dan pencarian tools akan tidak effisien, karena terlalu
banyak jenis dari tools tersebut. Oleh karena itu, harus ada kriteria lainnya yang
menjadi indikator klasifikasi, sehingga proses pencarian dan pengecekan quality
control terhadap tools dapat berlangsung dengan mudah.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengelompokkan tools
berdasarkan persentase nilai atau harga tools dan jumlah quantity dari tools tersebut.
Jenis klasifikasi ini lebih dikenal dengan istilah The ABC Classification System.
Dalam ABC Classification, kita menggolongkan jenis barang-barang sebagai A items,
yakni barang-barang dengan nilai atau harga yang tinggi dan jumlah barang sedikit, B
items dengan barang-barang yang memiliki nilai atau harga sedang dan jumlah yang
cukup banyak (seimbang), dan C items yang merupakan barang barang dengan harga
rendah namun dengan volume barang yang banyak/besar.
Gambar 3. The ABC Clasification System
6 Russel & Taylor, Op. Cit, 532
Per
cen
tage
of
dol
lar
valu
e
The ABC Clasification System
31
Sudah menjadi hal umum, bahwa barang-barang yang memiliki nilai atau
harga yang tinggi, biasanya memiliki turn over atau perputaran barang yang kecil,
sehingga jumlah barang biasanya sedikit. Sedangkan, untuk barang yang tergolong
ekonomis atau memiliki tingkat harga yang rendah, biasanya memiliki volume
kuantitas yang tinggi, dikarenakan tingginya pula tingkat turn over atas barang
tersebut. Untuk itu, kita dapat menggolongkan barang sesuai dengan konsep ABC
Classification, dengan melihat harga dan kuantitas barang tersebut.
Klasifikasi ABC dapat memudahkan kita dalam proses pengecekan dan
melakukan kontrol terhadap tools dan equipment. Hal ini dikarenakan, dengan
menggolongkan setiap barang berdasarkan harga dan kuantitas barang sesuai dengan
klasifikasi ABC, kita dapat dengan mudah menemukan barang yang sering di-order
atau memiliki turn over yang tinggi, yaitu kelompok barang pada klasifikasi C. selain
itu, kita juga dapat meningkatkan perhatian, maintenance, dan quality control yang
tinggi pada barang-barang yang tergolong klasifikasi A, karena memiliki nilai/harga
yang mahal, serta cendrung lebih sedikit dan lebih lama berada pada gudang
dikarenakan tingkat turn over yang rendah. Dan untuk klasifikasi B, kita dapat
memperlakukan kontrol dan perawatan (maintenance) yang cukup, disertai dengan
pengawasan ketersediaan barang yang baik karena posisi klasifikasi B berada diantara
klasifikasi A dan klasifikasi C, dan memiliki turn over yang sedang.
Sedangkan, dalam mengatasi kendala mengenai keterbatasan pengelolaan
inventori (inventory management), terutama dalam hal perhitungan atas jumlah
quantity yang optimal dan penentuan waktu yang tepat dalam proses pemesanan
(ordering process), kita harus menentukan model yang sesuai dengan jenis inventory
ini. Telah dikatakan sebelumnya, bahwa proses ordering atau pemesanan terhadap
inventory berupa tools yang dilakukan bagian Operational Network Support,
merupakan kegiatan inventory yang tetap dan berkelanjutan, atau dikenal dengan
istilah Continuous Inventory. Sistem yang sesuai digunakan dalam continuous
inventory adalah model Economic Order Quantity (EOQ).
32
Lead time
Lead time
Q 2
0
Pengertian model EOQ sendiri adalah “EOQ Model is a formula for
determining the optimal size that minimizes the sum of carrying cost and ordering
cost”7. Berarti, dengan menggunakan EOQ model, kita dapat menentukan jumlah
kuantitas tools yang optimal, pada waktu yang tepat dalam pengadaaan atau proses
pemesanan dan yang terpenting dapat meminimalisir total biaya yang akan
dikeluarkan atas proses inventory tersebut, yakni dengan menggunakan model EOQ.
Namun, dalam model EOQ ini, terdapat beberapa syarat dan asumsi yang harus
dipenuhi, yaitu: permintaan sudah diketahui dan dalam jumlah yang tetap setiap
tahunnya, tidak ada perpendekan waktu, lead time tetap/konstan, dan permintaan
diterima semua dalam satu waktu.
Selain itu, dalam model EOQ kita harus terlebih dahulu menentukan order
cycle yang tepat dalam suatu continuous inventory. Order cycle adalah “the time
between receipt of orders in an inventory cycle”8 atau merupakan suatu jenjang waktu
antara penerimaan order. Dalam pelaksanaan order cycle, kita akan selalu berpatokan
pada waktu dan jumlah quantity dalam inventory level. Sehingga, dengan menentukan
order cycle, kita dapat mengetahui kapan seharusnya melakukan order, dan berapa
banyak kuantitas barang yang akan kita order.
Gambar 4. Inventory Order Cycle
7 Russel & Taylor Op. Cit, 536
8 Russel & Taylor Op. Cit, 537
Order placed
Order placed
Order receipt
Order receipt
Reorder point, R
Order quantity, Q Demand
rate Average Inventory
Time
Inve
nto
ry L
evel
Inventory Order Cycle
33
Qopt √2CoD
Cc =
Pada skema Inventory Order Cycle diatas, proses pemesanan mengacu kepada
waktu dan tingkat kuantitas barang. Pada saat ketersediaan inventory menurun,
dikarenakan proses permintaan yang dilakukan oleh Costomer (Branch, SDSS, dan
SSR) kita harus menentukan reorder point atau saat yang tepat untuk memesan
inventory kembali (order placed). Sehingga ketika persediaan Inventory habis,
persediaan inventory dapat diterima kembali (order receipt) tepat pada waktunya,
yakni sesuai dengan waktu tunggu pesanan (lead time). Dengan melakukan
perhitungan ini, tentunya kita akan dapat memesan inventory pada waktu yang tepat,
sehingga kita dapat meminimalkan carrying cost, ordering cost, dan stock out cost.
Carrying cost sendiri merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menyimpan inventory didalam gudang. Sedangkan ordering cost merupakan biaya
untuk melakukan pemesanan barang-barang yang jumlahnya telah sedikit atau sudah
kurang dari stock limit inventory. Selain itu, terdapat stock out cost yakni kerugian
yang ditanggung oleh perusahaan, karena tidak mampu memenuhi permintaan
konsumen, dikarenakan keterbatasan atau tidak tersedianya inventory.
Kuantitas permintaan optimal (optimal order quantity) terjadi pada poin
dimana kurva total cost berada pada tingkat minimum, yang tepat sejalur dengan titik
perpotongan antara kurva carrying cost dan ordering cost. Dengan demikian kita
dapat menentukan nilai Q (kuantitas) optimal, yakni .
Gambar 5. The EOQ Cost Model
Slope = 0
Carrying cost =
Ordering cost =
Annual cost($)
Minimum total cost
Optimal order, Q opt
Order quantity, Q
C0 D/Q
Cc Q/2 EOQ Cost Model Total Cost
34
Total Cost merupakan penjumlahan dari carrying cost dengan ordering cost,
sehingga kita dapat menentukan total minimum cost dengan melakukan subtitusi nilai
dari optimal order size, yaitu:
Kita juga dapat menentukan jumlah order per tahun, dan menentukan waktu
yang tepat untuk melakukan order dengan melakukan perhitungan:
Keterangan:
C0 (Ordering Cost) = biaya per order (pemesanan) barang
Cc (Carrying Cost) = biaya per carrying/item (penyimpanan) barang
D = annual demand (jumlah order per tahun)
Q = order size/year
Oleh karena itu, kita dapat menggunakan perhitungan dan formula diatas
untuk menentukan jumlah quantity order yang optimal, waktu yang tepat dalam
proses pemesanan (order cycle time), serta total biaya minimum pada proses inventory
barang, yang memenuhi ketentuan Continuous Inventory dalam model EOQ. Sebagai
contoh, kita dapat menghitung tingkat kuantitas pemesanan yang optimal untuk salah
satu jenis tools. Namun demikian, karena keterbatasan data yang diberikan mengenai
biaya pemesanan dan penyimpanan barang, serta belum digunakannya model EOQ
sebagai sistem penentu quantity order yang optimal pada bagian Operational Network
Support, maka untuk perhitungan tingkat kuantitas pemesanan yang optimal penulis
hanya dapat memberikan contoh perhitungan dengan asumsi-asumsi yang diperlukan.
Contoh perhitungan ini dibuat dengan harapan dapat menjadi alternative positif bagi
perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan
inventory management.
Dalam contoh perhitungan ini, penulis mengambil salah satu tools sebagai
sampel perhitungan, yaitu kunci shock. Kunci shock merupakan suatu tools yang
selalu digunakan teknisi, dengan jumlah permintaan yang biasanya tetap setiap
tahunnya, dengan asumsi pemesanan dan pengiriman barang dapat dilakukan tepat
waktu, serta barang dapat dikirim sekaligus. Misalkan biaya yang dikeluarkan untuk
menyimpan kunci shock adalah Rp. 1.000,- per kunci shock dan biaya pemesanan
C0D
Qopt
CcQopt
2 TCmin = +
D
Qopt
Number of order per year =
311 days
D/Qopt
Order Cycle time =
35
yang dikeluarkan adalah Rp. 50.000,- tiap order, dengan jumlah permintaan sebanyak
empat ratus (400) buah pertahun. Dengan demikian kita dapat menghitung kuantitas
pemesanan optimal pertahunnya (Qopt), Total biaya minimum (TCmin), jumlah order
per tahun, dan order cycle time dengan menggunakan rumus-rumus EOQ Cost Model.
Diketahui: C0 (Ordering Cost) = Rp. 50.000,-
Cc (Carrying Cost) = Rp. 1.000,- per kunci shock
D (annual demand) = 400 buah
A. Untuk jumlah order yang optimal, kita dapat menghitungnya dengan
menggunakan rumus:
= √ 2 x 50.000 x 400/1.000 = √40000 = 200 buah
Sehingga jumlah pemesanan optimal adalah sebanyak 200 buah.
B. Sedangkan Total biaya inventori tahunan dapat dihitung menggunakan
rumus:
C. Banyaknya order pertahun dapat dihitung menggunakan formula:
Berarti, pemesanan yang dilakukan tiap tahun adalah 2 kali.
D. Untuk menghitung Order Cycle (siklus pemesanan) kita dapat menghitung
dengan asumsi jumlah hari kerja sebanyak 311 hari kerja.
Sehingga perusahaan melakukan order dalam waktu 155 hari sekali.
Dengan menggunakan formula/rumus dan metode perhitungan seperti diatas,
disertai dengan asumsi-asumsi yang diperlukan, diharapkan pembaca dapat
memahami dan dapat menerapkan proses perhitungan EOQ model. Selain itu,
perusahaan diharapkan juga dapat memperbaiki sistem inventory management untuk
bagian Operational Network Support dengan menggunakan contoh perhitungan
diatas.
Qopt √2CoD
Cc =
C0D
Qopt
CcQopt
2 TCmin = +
= (50.000 x 400/200) + (1.000 x 200/2) = Rp. 200.000
D
Qopt
Number of order per year = = 400/200 = 2 kali per tahun
311 days
D/Qopt
Order Cycle = = 311 / 2 = 155 hari