BAB 2 ANALISA DATA - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01617-DS...

19
4 BAB 2 ANALISA DATA 2.1 Data Umum 2.1.1 Nasi Bogana Nasi bogana merupakan salah satu masakan khas Tegal. Nasi bogana terdiri dari nasi putih bercampur dengan berbagai lauk tertentu, misalnya sambal goreng ati ampela, ayam suwir opor kuning, opor telur, tumis kacang panjang, tempe tumis cabai maupun lauk lainnya yang menggugah selera. Artikel situs berita inilahkoran.com pada tanggal 10 Januari 2013 menjelaskan, bahwa banyak masyarakat Cirebon yang meyakini bahwa nasi bogana merupakan simbol rasa syukur pembawa berkah. Nasi bogana memiliki bentuk menyerupai nasi tumpeng, namun pada hakikatnya nasi bogana sangat berbeda dengan nasi lainnya. Nasi jenis ini dilengkapi dengan rempah-rempah alami, dan di dalamnya tersimpan berbagai macam lauk pauk. Istimewanya, masakan itu dipercaya memberi keberkahan pada keturunan keluarga dan kesuburan pada sawah para petani. Hal itu diakui Ratu Raja Arimbi Nurtina, Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, yang mengatakan bahwa nasi bogana itu simbol rasa syukur. Di dalamnya, ada banyak rempah-rempah dan hasil bumi seperti kacang-kacangan, buncis, ayam kampung, tahu, dan tempe. Nasi bogana sendiri sangat terkenal di Indonesia dan saat ini hampir dijual di seluruh daerah Jakarta dengan harga yang relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp 15.000,- hingga Rp 25.000,- satu porsinya. Bahkan, nasi bogana biasanya dijual di hampir seluruh restoran Sunda maupun restoran Jawa, dan kadang-kadang di warung makan tertentu dengan lauk yang berbeda. Nasi bogana dapat dikategorikan sebagai makanan cepat saji karena bentuknya yang sederhana membuat konsumen dapat menikmatinya kapan saja. Biasanya, nasi bogana dibungkus atau dikemas dengan menggunakan daun pisang sehingga hampir serupa dengan cara penyajian nasi rames atau nasi campur, yaitu disajikan di atas daun pisang dengan menggunakan nasi yang telah dimasak. Di atas nasi, ada juga yang meletakkan lagi daun pisang dengan ukuran yang lebih kecil untuk menampung lauk-pauknya. Pengemasannya biasanya dilakukan dengan membungkus daun pisang terluar dengan menggunakan tali, maupun dikunci dengan menggunakan dua batang kayu pada kedua sisinya. Penyimpanannya dilakukan dengan penghangat makanan untuk menjaga suhunya agar tetap hangat. Proses pengemasan nasi bogana dengan menggunakan daun pisang, sesungguhnya sudah merupakan tradisi atau ciri khas dari nasi bogana itu sendiri. Walaupun demikian, saat ini beberapa restoran atau gerai menjual nasi bogana tanpa menggunakan daun pisang dan meninggalkan tradisi tersebut.

Transcript of BAB 2 ANALISA DATA - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01617-DS...

4

BAB 2

ANALISA DATA

2.1 Data Umum

2.1.1 Nasi Bogana

Nasi bogana merupakan salah satu masakan khas Tegal. Nasi bogana terdiri dari nasi putih bercampur dengan berbagai lauk tertentu, misalnya sambal goreng ati ampela, ayam suwir opor kuning, opor telur, tumis kacang panjang, tempe tumis cabai maupun lauk lainnya yang menggugah selera.

Artikel situs berita inilahkoran.com pada tanggal 10 Januari 2013 menjelaskan, bahwa banyak masyarakat Cirebon yang meyakini bahwa nasi bogana merupakan simbol rasa syukur pembawa berkah. Nasi bogana memiliki bentuk menyerupai nasi tumpeng, namun pada hakikatnya nasi bogana sangat berbeda dengan nasi lainnya. Nasi jenis ini dilengkapi dengan rempah-rempah alami, dan di dalamnya tersimpan berbagai macam lauk pauk. Istimewanya, masakan itu dipercaya memberi keberkahan pada keturunan keluarga dan kesuburan pada sawah para petani. Hal itu diakui Ratu Raja Arimbi Nurtina, Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, yang mengatakan bahwa nasi bogana itu simbol rasa syukur. Di dalamnya, ada banyak rempah-rempah dan hasil bumi seperti kacang-kacangan, buncis, ayam kampung, tahu, dan tempe.

Nasi bogana sendiri sangat terkenal di Indonesia dan saat ini hampir dijual di seluruh daerah Jakarta dengan harga yang relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp 15.000,- hingga Rp 25.000,- satu porsinya. Bahkan, nasi bogana biasanya dijual di hampir seluruh restoran Sunda maupun restoran Jawa, dan kadang-kadang di warung makan tertentu dengan lauk yang berbeda. Nasi bogana dapat dikategorikan sebagai makanan cepat saji karena bentuknya yang sederhana membuat konsumen dapat menikmatinya kapan saja.

Biasanya, nasi bogana dibungkus atau dikemas dengan menggunakan daun pisang sehingga hampir serupa dengan cara penyajian nasi rames atau nasi campur, yaitu disajikan di atas daun pisang dengan menggunakan nasi yang telah dimasak. Di atas nasi, ada juga yang meletakkan lagi daun pisang dengan ukuran yang lebih kecil untuk menampung lauk-pauknya. Pengemasannya biasanya dilakukan dengan membungkus daun pisang terluar dengan menggunakan tali, maupun dikunci dengan menggunakan dua batang kayu pada kedua sisinya. Penyimpanannya dilakukan dengan penghangat makanan untuk menjaga suhunya agar tetap hangat.

Proses pengemasan nasi bogana dengan menggunakan daun pisang, sesungguhnya sudah merupakan tradisi atau ciri khas dari nasi bogana itu sendiri. Walaupun demikian, saat ini beberapa restoran atau gerai menjual nasi bogana tanpa menggunakan daun pisang dan meninggalkan tradisi tersebut.

5

Dalam tradisi Jawa, nasi bogana seringkali digunakan dalam acara-acara khusus tertentu seperti pernikahan dan perayaan ulang tahun. Nasi bogana juga seringkali disajikan pada acara-acara keluarga dan perkumpulan sosial lainnya. Sering juga nasi bogana disajikan dengan kerupuk atau emping dan disantap dengan tambahan makanan lainnya, misalnya kecap manis, sambal terasi, dan sebagainya.

2.1.2 Nasi Langgi

Nasi langgi merupakan nasi tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah. Nasi langgi juga disajikan dengan berbagai macam lauk yang sedap untuk dinikmati dan seringkali disajikan sebagai salah satu menu untuk tradisi tasyakuran. Biasanya, nasi ini disajikan bersama dengan lauk pauk berupa telur dadar iris, irisan ketimun, kemangi, suwiran ayam opor, sambal goreng hati udang, kering kentang, dan kerupuk udang. Dengan variasi lauk yang ada padanya, nasi langgi juga tergolong ke dalam masakan nasi tradisional dengan rasa yang khas.

Situs koransolo.com tanggal 13 April 2012 menyatakan bahwa di daerah Solo, menu ini bisa dijumpai di sejumlah restoran, terutama restoran yang bercita rasa kuliner tradisi Jawa. Sesungguhnya yang membuat menu ini terasa istimewa bukanlah nasinya, melainkan lauknya yang beraneka ragam. Pilihan lauk tersebut menjadikan menu ini banyak diminati oleh masyarakat, terutama warga Solo yang rindu dengan makanan tradisional. Bahkan, banyak pula masyarakat yang suka membawa menu ini untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh bagi orang-orang terdekat mereka. Sama seperti nasi bogana, nasi langgi pada umumnya dikemas dengan menggunakan daun pisang yang menggugah selera.

2.1.3 Nasi Bali

Seperti namanya, nasi Bali merupakan masakan nasi tradisional khas Bali. Masakan khas Bali biasanya kaya akan bumbu dan pedas rasanya. Banyak bumbu yang digunakan dalam proses memasaknya, dan biasanya nasi Bali dilengkapi dengan lauk berupa tum ayam, sate ikan atau sate lilit, sayur nangka, jukut urab, sambal matah, serta telur pindang Bali. Walaupun demikian, penggunaan bumbu khas Bali menjadi yang terutama dan terpenting untuk menjadikan menu ini sebagai menu khas Bali. Artikel kidnesia.com tanggal 8 April 2011 tentang nasi Bali menjelaskan bahwa cara masak dan bumbu lauk serta sayurannya bermacam-macam, sehingga memiliki rasa khas Bali yaitu pedas, banyak bumbu, dan juga gurih.

Sesungguhnya, cita rasa Bali sungguh terasa khas pada makanan lokal daerah tersebut. Hal ini dikarenakan oleh campuran bumbu dan rempah-rempahnya yang khas dan biasanya digunakan pada masakan kari dan sayur-sayuran khas Bali. Nasi Bali biasanya dijual di kedai pinggir jalan, serta dibungkus pula dengan menggunakan daun pisang. Hingga saat ini, nasi Bali

6

juga sudah dapat ditemukan di beberapa restoran masakan nasi tradisional di luar daerah Bali.

2.1.4 Nasi Bakar

Nasi bakar merupakan nasi yang dibakar atau dipanggang dengan api arang selama lebih kurang 10 menit menggunakan bumbu dan bahan-bahan tertentu sambil dibungkus dengan menggunakan daun pisang. Kemasan daun pisang biasanya dibuka ketika nasi bakar akan dikonsumsi. Nasi bakar adalah menu tradisional Indonesia yang baru dikembangkan pada awal tahun 2000-an, dan merupakan turunan dari nasi timbel yang juga dibungkus dengan daun pisang. Sekepal nasi bakar biasanya diisi dengan suwiran ayam, ikan, dan terkadang teri.

Nasi bakar pada dasarnya serupa dengan nasi goreng, di mana berbahan utama nasi yang dilengkapi dengan bumbu. Hanya saja, keduanya memiliki proses masak yang berbeda, sehingga kedua masakan ini juga memiliki cita rasa yang berbeda pula. Nasi bakar biasanya memiliki rasa yang gurih ketika disantap.

Artikel kompas.com tanggal 7 Maret 2012 menjelaskan jenis nasi bakar cukup bervariasi, tergantung dari kreativitas pembuatnya. Nasi ditaburi semacam serundeng yang rasanya gurih bercampur manis. Sebagai pelengkap, ditambahkan tiga potong kecil ikan asin. Resep nasi bakar yang disediakan oleh Andria ini adalah nasi bakar ikan cakalang yang ditambah dengan beberapa jenis sayuran dan merupakan menu kuliner khas Manado.

2.1.5 Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dikutip dari citraleka.com, usaha kecil menengah (UKM) adalah sebuah usaha berskala kecil yang dimiliki oleh perseorangan ataupun kelompok. Bidang yang digarap UKM sangatlah beragam, bisa berupa salon kecantikan, toko kelontong, restoran, kerajinan tangan, makanan dan minuman (pangan), dan lain sebagainya. Biasanya usaha tersebut digagas oleh satu atau dua orang pendiri.

Definisi UKM sendiri sangat berbeda di tempat atau daerah yang berlainan. Berbagai negara memiliki definisi mereka sendiri mengenai ukuran bisnis yang dikategorikan sebagai UKM. Dengan kategori tersebut, jenis bisnis skala kecil ini memiliki hak dan kewajiban khusus berkaitan dengan legalitas status perusahaan dan besaran pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Misalnya di Australia, batas jumlah pekerjanya adalah 15 orang, sedangkan di Amerika Serikat UKM bisa mempekerjakan hingga 500 orang karyawan.

UKM merupakan benih yang memampukan tumbuhnya bisnis besar serta menyediakan layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi bisnis besar dinilai kurang efisien secara biaya. Dengan ukuran yang kecil, UKM memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan, operasional,

7

serta fleksibilitas. Berikut ini adalah beberapa contoh kelebihan yang dimiliki oleh UKM:

1. Fleksibilitas Operasional UKM biasanya dikelola oleh kelompok kecil yang masing-masing anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat UKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan (misalnya: pergeseran selera konsumen, trend produk, dan lain-lain) cukup tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif dibandingkan bisnis skala besar.

2. Kecepatan Inovasi Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam UKM, produk-produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan diluncurkan dengan segera. Meski ide cemerlang itu berasal dari pemikiran karyawan – bukan pemilik – kedekatan diantara mereka membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah didengar, diterima, dan dilaksanakan.

3. Struktur Biaya Rendah Kebanyakan UKM tidak punya ruang kerja khusus di kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra dalam operasinya. UKM juga menerima bantuan dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan bank dalam bentuk kemudahan pajak, donasi, maupun hibah. Faktor ini berpengaruh besar bagi pembiayaan dalam pembentukan dan operasional.

4. Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik

UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai titik balik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini memampukan UKM untuk fokus di sektor produk atau pasar yang spesifik.

Namun demikian, di balik kelebihan yang dimilikinya, ternyata UKM juga memiliki kelemahan yang dapat membuat pengelolanya mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatannya. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UKM dalam menjalankan kegiatannya:

1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan Sedikitnya jumlah pengambil keputusan dalam UKM menyebabkan UKM seringkali harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan pokok bisnisnya, yaitu produksi, penjualan, dan pemasaran. Hal ini tentunya bisa mengakibatkan tekanan jadwal yang besar sehingga membuat mereka tidak bisa focus menyelesaikan permasalahan satu per satu.

2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan UKM pada umumnya memiliki anggaran yang kecil sehingga seringkali UKM harus membagi-bagi dana yang dimilikinya untuk membiayai berbagai kebutuhan seefisien mungkin. Modal yang kecil

8

juga memaksa UKM untuk menjalankan kebijakan penghematan yang ketat, terutama untuk mencegah kekurangan biaya operasional sekecil apapun.

3. Kurangnya Tenaga Ahli UKM biasanya tidak mampu untuk membayar jasa tenaga ahli untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan UKM yang sangat serius, apalagi jika dibandingkan dengan lembaga bisnis besar yang mampu mempekerjakan tenaga ahli. Kualitas produk barang atau jasa yang dihasilkan tanpa tenaga ahli sangat mungkin berada di bawah standar tertentu.

2.1.6 Sifat dan Karakteristik Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam rangka membuat desain kemasan yang menarik bagi produk-produk pangan lokal UKM, ada beberapa sifat dan karakteristik UKM yang harus menjadi bahan pertimbangan, diantaranya sebagai berikut:

1. Memiliki modal yang terbatas 2. Memiliki teknologi yang cenderung tradisional 3. Memiliki kualitas produk yang rendah 4. Jangkauan pemasaran yang sangat terbatas 5. Sangat sulit untuk melakukan ekspansi pasar 6. Memiliki masalah untuk mendapatkan kredit dari bank 7. Sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai 8. Cenderung kekurangan fasilitas

2.1.7 Label Pada Kemasan

Label kemasan atau yang disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar, atau deskripsi produk lainnya yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan cara apapun pada wadah atau pengemas produk. Label kemasan harus berukuran cukup besar untuk menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur, atau lekang karena air, gosokan, maupun pengaruh sinar matahari.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996, yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada bab IV Pasal 30-35 dari Undang-Undang ini diatur hal-hal yang berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan.

Tujuan pelabelan pada kemasan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan

9

2. Sebagai sarana komunikasi antara produsen kepada konsumen tentang hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen, terutama yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik

3. Memberi petunjuk yang tepat kepada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum

4. Sarana periklanan kepada konsumen 5. Memberikan rasa aman bagi konsumen

Informasi yang tertera pada label kemasan tidak boleh menyesatkan konsumen. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada label kemasan khususnya untuk makanan dan minuman (bahan pangan), sekurang-kurangnya harus dicantumkan hal-hal berikut:

1. Nama produk Di samping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan. Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia dan dapat ditambahkan dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.

2. Daftar bahan yang digunakan Daftar bahan penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah untuk komposisi yang diketahui secara umum atau makanan dengan luas permukaan tidak lebih dari 100cm2, maka daftar bahan penyusun produk tidak perlu dicantumkan.

3. Berat bersih atau isi bersih Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas.

4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia Label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik pembuat atau pengepak atau importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam buku telepon.

5. Keterangan tentang halal Pencantuman tulisan Halal merupakan hal yang penting dan diatur oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama No. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang diolah menurut hukum-hukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus

10

melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP POM MUI, badan POM dan Departemen Agama.

6. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai:

• Best before date Produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati.

• Use by date Produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati.

Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label setelah pencantuman best before/use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedangkan produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluwarsa adalah sebagai berikut:

• Sayur dan buah segar • Minuman beralkohol • Vinegar/cuka • Gula/sukrosa • Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18

bulan • Roti dan kue dengan umur simpan kurang atau sama dengan

24 jam

Selain itu, keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label kemasan adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara penggunaan, petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau pernyataan khusus lainnya, misalnya harus disimpan pada suhu dingin atau beku.

2.2 Data Khusus

2.2.1 Profil Andria

Nasi tradisional Andria pertama kali didirikan pada tahun 1999. Pada mulanya, UKM ini berdiri dengan nama Nasi Bogana Ala Maria. Nama ini digunakan hingga pada tahun 2011. Pada tahun 2011, UKM ini mengalami proses pergantian kepemilikkan serta pergantian nama perusahaan. Hingga akhirnya pada tahun 2012, UKM ini resmi menggunakan nama brand Andria.

Andria memiliki visi untuk memperkenalkan kembali makanan tradisional Nusantara yang berbahan dasar nasi kepada masyarakat serta mengajak masyarakat untuk memiliki pola hidup sehat. Bagi UKM ini,

11

makanan tradisional berarti makanan yang benar-benar otentik seperti yang dibuat pada masa lampau, yaitu tanpa bahan pengawet, menggunakan bahan-bahan yang alami, serta mempertahankan cita rasa nasi tradisional yang khas. Andria sangat menjunjung tinggi kesehatan produknya, di mana UKM ini sungguh-sungguh berkomitmen untuk tidak menggunakan bahan pengawet apapun terhadap produknya.

UKM ini dikelola oleh Andria Bintoro, yang merupakan seorang arsitek, pengajar, pelatih yoga, serta praktisi kesehatan yang tentunya sangat menjunjung tinggi kesehatan hidup. Baginya, bisnis dalam bidang kuliner merupakan sebuah kepercayaan tertinggi yang diberikan oleh konsumen kepadanya, karena itu berarti konsumen mempercayainya dengan sepenuh hati terhadap apa yang diproduksinya untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk mengarahkan bisnis ini sebagai bisnis yang jujur, bersih, menyehatkan masyarakat, serta dapat memperkenalkan kepada masyarakat sesungguhnya apa yang dimaksud dengan makanan tradisional Nusantara berdasarkan ciri khas atau karakteristiknya.

Nasi tradisional Nusantara menjadi menu yang diangkat oleh UKM ini sebagai produk utama karena pada saat ini masakan tradisional Indonesia, khususnya nasi tradisional, ternyata masih mendapatkan citra negatif di mata masyarakat lokal, terlebih lagi di mata masyarakat internasional. Masakan tradisional Indonesia seringkali dianggap kotor dan tidak sehat, oleh karena itu biasanya masyarakat internasional kurang ingin menyantap makanan tradisional Indonesia. Pandangan inilah yang ingin diubah oleh UKM ini. Andria memiliki harapan agar masyarakat semakin sadar betapa pentingnya untuk mengkonsumsi makanan yang sehat serta semakin baiknya citra makanan tradisional di mata masyarakat lokal maupun internasional.

Nasi Tradisional Andria Jalan Mangga 24 No. E 136, Kepa Duri, Jakarta Barat Telp. 021-5682611, 021- 91260736, 0818-168845, 0811-195996 Website: www.nasibogana.com

2.2.2 Data Produk

Andria menyediakan beberapa menu unggulan yang seluruhnya merupakan nasi tradisional Nusantara. Berikut ini adalah data mengenai produk Andria.

12

1. Nasi Bogana

Gambar 1: Nasi Bogana Andria

Sumber: Foto oleh Andria Bintoro

Nasi bogana dapat dinikmati dengan harga Rp 18.000,- per porsinya. Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa serundeng daging sapi, sambal goreng hati, kari ayam suwir, telur ayam pindang, orek tempe serta tumis kacang panjang.

2. Nasi Langgi

Gambar 2: Nasi Langgi Andria

Sumber: Foto oleh Andria Bintoro

Nasi langgi dapat dinikmati dengan harga Rp 18.000,- per porsinya. Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa empal daging sapi, telor dadar iris, tempe goreng kering, udang goreng serta sambal kelapa.

3. Nasi Bali

Gambar 3: Nasi Bali Andria

Sumber: Foto oleh Andria Bintoro

13

Nasi Bali dapat dinikmati dengan harga Rp 18.000,- per porsinya. Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa empal daging sapi, ayam bumbu Bali, tempe goreng kering, telor ayam pindang serta tumis kacang panjang bumbu kuning.

4. Nasi Bakar Ikan Cakalang

Gambar 4. Nasi Bakar Ikan Cakalang Andria

Sumber: Foto oleh Andria Bintoro

Nasi bakar ikan cakalang memiliki harga Rp 18.000,- per porsinya. Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa ikan cakalang pedas dan sayur-sayuran.

5. Nasi Tumpeng

Gambar 5. Nasi Tumpeng Andria

Sumber: Website Andria

Nasi tumpeng disajikan dengan variasi lauk-pauk dengan kisaran harga Rp 25.000,- hingga Rp 30.000,- per porsinya, dengan minimal pemesanan 20 porsi. Nasi tumpeng memiliki beberapa pilihan lauk, yaitu empal daging sapi, ayam goreng, telur dadar, telur ayam pindang, mie goreng Jawa, kentang balado, tempe kering manis, sayur urab, tumis kacang panjang, serta orek tempe.

Andria memiliki jasa pengiriman (delivery service), khususnya untuk wilayah Jakarta Barat, Tanjung Duren dan sekitarnya untuk pembelian minimum 5 porsi. Pengiriman untuk wilayah Jakarta lainnya memiliki minimum pembelian 20 porsi. Andria juga melayani catering untuk

14

kebutuhan pesta, acara kantor, syukuran, dan acara-acara lainnya. Jasa pengiriman produk di daerah Jakarta Barat dan sekitarnya dikenakan biaya hingga Rp 50.000,- di luar daerah Jakarta Barat hingga Rp 100.000,- dan di daerah luar Jakarta mencapai angka Rp 100.000,- hingga ke atas.

Produk yang ditawarkan oleh Andria memiliki daya tahan yang tidak terlalu lama, yaitu sekitar 6 jam hingga 12 jam, karena produknya tidak menggunakan bahan pengawet apapun. Cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang umur produk adalah dengan meletakkannya di dalam lemari pendingin, namun tidak lebih dari 2 hari. Apabila ingin dikonsumsi kembali, dapat dipanaskan dengan menggunakan microwave atau dikukus.

2.2.3 Pengemasan Produk Andria

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengemasan produk Andriajuga menggunakan daun pisang sebagai bahan utamanya. Penggunaan daun pisang sebagai kemasan utama dilakukan dengan beberapa alasan. Daun pisang merupakan bahan alami yang sehat dan aman digunakan untuk pengemasan makanan serta memberikan aroma yang khas dan menggugah selera terhadap masakan. Andria menggunakan daun pisang sebanyak 3 lembar sebagai kemasannya untuk menjaga kekedapan dan kelembaban produknya, sehingga produknya tetap bersih dan nikmat dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu.

Penggunaan daun pisang memang sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala untuk mengemas makanan. Inilah sesungguhnya yang menjadi ciri khas otentik dari tradisionalitas menu nasi tradisional Nusantara. Selain karena aromanya yang khas dan menggugah selera, saat ini daun pisang digunakan juga untuk mempertahankan nilai orisinil dari kemasan nasi tradisional Nusantara. Namun demikian, dalam mengemas nasi tradisional harus memperhatikan kebersihan daun pisang pembungkusnya. Dapat dikatakan bahwa daun pisang merupakan bahan pengemas nasi tradisonal terbaik hingga saat ini, sehingga merupakan salah satu karakteristik utama dari kemasan nasi tradisional Nusantara yang harus dipertahankan.

Setelah produk dibungkus dengan daun pisang, biasanya dikunci dengan menggunakan dua batang kayu atau lidi atau tusuk gigi. Hal ini untuk memastikan agar kemasan daun pisang tidak terbuka sehingga menyebabkan makanan di dalamnya tumpah keluar. Setelah itu, kemasan daun pisang bagian luar biasanya ditempelkan label yang berisikan informasi mengenai brand produk sebagai identifikasi. Teknis pengemasan yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu hingga saat ini, hingga menyebabkan munculnya pendapat yang mengatakan bahwa “bukanlah nasi tradisional Nusantara apabila tidak dikemas dengan menggunakan daun pisang”.

Saat ini pengemasan produk dalam jumlah banyak hanya dilakukan dengan menggunakan kantong plastik, dengan kuantiti pada masing-masing kantongnya sebanyak 10 bungkus. Perhitungan ini penting untuk dilakukan karena apabila diisi dengan jumlah peroduk lebih dari 10 bungkus, dapat membuat produk menjadi tertekan dan rusak bentuknya, karena daun pisang

15

tidak memiliki struktur kemasan yang kuat terhadap tekanan. Selain itu, jumlah produk sebanyak 10 buah per kantong juga memudahkan dalam proses penghitungan jumlah produk yang didistribusi. Selanjutnya, setiap kantong plastik yang berisikan produk dimasukkan kembali ke dalam sebuah kontainer, sehingga dapat dengan mudah didistribusikan kepada konsumen.

Pengemasan dengan hanya menggunakan daun pisang – walaupun memiliki nilai otentik tinggi – namun sesungguhnya memiliki beberapa kelemahan seperti yang telah disebutkan di atas. Lemahnya identifikasi hanya melalui label, masalah struktur yang kurang kuat terhadap tekanan, serta tidak efektif dalam penghitungan produk merupakan permasalahan desain dan struktur kemasan yang harus diselesaikan.

2.2.4 Analisa Kemasan Andria

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kemasan Andria juga serupa dengan kemasan nasi bogana merek lainnya, yaitu dengan menggunakan daun pisang yang dikunci dengan menggunakan dua batang tusuk gigi. Penggunaan daun pisang sebagai pengemas dan tusuk gigi sebagai pengunci didasarkan pada nilai kebersihan dan orisinalitas produk. Penulis telah melakukan analisa terhadap kemasan Andria saat ini. Analisa ini mencakup kelebihan serta kekurangan desain visual serta struktur produk, yaitu sebagai berikut.

1. Kelebihan Kemasan Produk Andria • Penggunaan daun pisang untuk pengemasan produk aman bagi

konsumen dan merupakan bahan yang alami serta ramah lingkungan

• Penggunaan daun pisang menjadikan produk memiliki aroma yang khas dan mampu menggugah selera konsumen

• Memiliki tingkat orisinalitas tinggi sebagai kemasan nasi tradisional Nusantara, sehingga merupakan hal yang harus dipertahankan

• Penggunaan tusuk gigi sebagai pengunci kemasan memiliki tingkat kebersihan yang tinggi

• Penggunaan daun pisang sebanyak 3 lembar menjaga kualitas produk agar tetap lembab, vakum, serta tertutup rapat.

2. Kelemahan Kemasan Produk Andria • Kemasan yang hanya berupa daun pisang tidak memiliki

struktur yang kuat terhadap tekanan, sehingga menyulitkan proses distribusi

• Kesamaan teknis pengemasan produk dengan kompetitor (daun pisang dengan label) menjadikan identifikasi produk Andria kurang signifikan dan kurang menarik secara visual

• Distribusi produk dalam jumlah banyak menggunakan kantong plastik yang tidak ramah lingkungan dan cenderung merusak isi produk

16

• Menyulitkan konsumen saat mengkonsumsi produk, karena biasanya membutuhkan peralatan makan tambahan lain, misalnya piring

• Kemasan saat ini menyulitkan konsumen untuk membuka atau menutup kembali produk

• Kemasan saat ini masih menyulitkan Andria untuk melakukan penghitungan produk yang akan dikirim

• Desain label kemasan yang kurang menarik perhatian konsumen

• Kemasan yang hanya berupa daun pisang cenderung membuat tangan konsumen menjadi kotor dan berminyak

• Belum memiliki desain yang dapat membedakan varian produknya, sehingga menyulitkan konsumen untuk mengidentifikasinya

2.2.5 Hasil Penelitian Kualitatif

Dalam rangka mendapatkan data serta informasi tambahan yang akurat dan valid mengenai pandangan serta kenyamanan konsumen terhadap desain kemasan produk Andria saat ini, Penulis telah melakukan penelitian kualitatif melalui metode Focus Group Discussion (FGD). Metode penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 8 orang responden. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dengan metode tersebut.

Ketika responden menerima kemasan produk Andria, sebagian besar merasakan bahwa kemasannya membuat tangan kotor ketika dipegang, secara khusus untuk nasi bakar ikan cakalang, karena hasil pembakaran pada kemasan daun pisang. Namun demikian, kemasan berupa daun pisang merupakan kemasan produk yang terbaik untuk mengemas produk nasi tradisional Indonesia, dikarenakan nilai tradisional yang tinggi serta aroma yang khas, sehingga merupakan material kemasan yang harus dipertahankan.

Menurut responden, kemasan Andria saat ini sudah cukup baik karena menggunakan 3 lembar daun pisang, sehingga responden merasa lebih mantap ketika memegang kemasan produk secara langsung. Namun demikian, kemasan saat ini juga cenderung membatasi kemudahan konsumen untuk menikmati produk. Ada beberapa responden merasa kesulitan untuk menikmati produk tanpa menggunakan peralatan makan berupa piring. Mereka menilai bahwa mengkonsumsi produk tanpa menggunakan alas berupa piring membuat mereka kesulitan dan kurang nyaman untuk menggenggam produk, sehingga produk rentan jatuh ketika dikonsumsi. Responden juga menyatakan bahwa dengan kemasan seperti saat ini, mereka akan merasa nyaman apabila mengkonsumsi produk dalam kondisi duduk dan dengan menggunakan meja.

Responden menilai bahwa kemasan produk Andria saat ini cukup praktis untuk dibawa ke mana-mana, hanya saja tetap membutuhkan kantong plastik sebagai pembungkusnya. Mereka menyatakan bahwa struktur kemasan berupa daun pisang tidak memiliki daya tahan terhadap tekanan sehingga produk mudah rusak dan tercecer keluar apabila tidak dimasukkan

17

ke dalam kantong plastik. Responden juga sempat menyebutkan bahwa mereka membutuhkan sebuah wadah seperti styrofoam untuk dapat membawa produk ke mana-mana dengan mudah. Sejauh ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kebutuhan konsumen akan pengemasan produk yang lebih aman, kuat, tidak mengotori tangan, memudahkan konsumsi produk, serta tidak merusak produk.

Menurut responden, sangat baik dan memungkinkan apabila akan dibuat sebuah kemasan yang dapat memudahkan mereka dalam mengkonsumsi serta membawa produk. Namun demikian, kemasan daun pisang yang mengemas produk harus tetap dipertahankan, karena di sanalah nilai otentik dari nasi tradisional Nusantara yang harus dipertahankan. Kemasan produk yang baru, walaupun akan dibuat lebih modern, namun harus tetap menunjukkan sisi tradisionalitas baik secara bentuk atau struktur maupun elemen warna yang digunakan serta elemen desain grafis lainnya, sehingga look and feel dari produk tetap terjaga. Menurut responden, hal ini secara psikologis akan membuat mereka lebih tertarik.

Pada kemasan juga dapat ditambahkan ruang untuk meletakkan peralatan makan seperti sendok, serta perlengkapan makan lainnya seperti serbet kertas. Bagi responden, ketersediaan alat-alat ini dalam kemasan sangat memudahkan mereka untuk mengkonsumsi produk, serta membuat produk lebih praktis untuk dikonsumsi kapan pun dan di mana pun. Mereka mengaku tidak akan menggunakan tangan langsung untuk mengkonsumsi produk, karena nasi tradisional Indonesia memang bukan tipe kuliner yang bisa diperlakukan seperti itu. Lebih dari itu, responden menyatakan bahwa salah satu yang harus dipertahankan dari kemasan produk adalah kerapihan kemasan, karena secara tidak langsung mencitrakan isi yang ada di dalam kemasan tersebut.

Responden juga menyatakan adanya kebutuhan akan kemasan untuk distribusi produk dalam jumlah besar, yang akan memudahkan ketika mereka membeli produk dalam jumlah cukup besar. Kemasan atau kontainer besar ini harus dapat menampung produk dengan jumlah tertentu tanpa merusak produk di dalamnya, sehingga pertimbangan jumlah untuk memudahkan penghitungan produk serta pertimbangan berat produk perlu menjadi perhatian khusus dalam membuat kemasan atau kontainer besar ini. Responden menyatakan bahwa kontainer ini hanya digunakan untuk membawa produk saja dengan desain yang khas terhadap brand, sehingga tidak dibutuhkan struktur yang kompleks, yang cenderung menyulitkan mereka dalam mengeluarkan isi produk dari dalamnya.

2.2.6 Target Market

Psikografi

Aktif, senang berkumpul, memiliki banyak kegiatan, senang mengadakan acara, mencintai makanan tradisional

18

Demografi Jenis Kelamin : Pria - Wanita Usia : 27 – 50 tahun Kewarganegaraan : Indonesia Pekerjaan : Ibu rumah tangga, Karyawan Kelas Sosial : A – B

Geografi Perkotaan besar (Jakarta) dan daerah sekitarnya

2.2.7 Analisa SWOT

Analisa SWOT di bawah ini disesuaikan dengan topik dan lingkup proyek Tugas akhir yang dikerjakan Penulis, yaitu analisa mengenai kemasan Andria saat ini.

Strength

1. Menggunakan kemasan dengan bahan utama daun pisang yang memiliki aroma khas menggugah selera, mudah didapat serta ramah lingkungan

2. Kemasan saat ini sangat mempertahankan tradisionalitas dan nilai otentik produk

3. Menggunakan daun pisang sebanyak 3 lembar, sehingga kekedapan isi produk, kualitas dan kebersihan produk tetap terjaga

Weakness

1. Kemasan berupa daun pisang tidak memiliki struktur yang kuat terhadap tekanan, sehingga produk mudah rusak

2. Desain visual label yang terkesan seadanya dan kurang menarik secara visual

3. Kontainer produk dalam jumlah besar masih menggunakan kantong plastik, sehingga cenderung merusak isi produk (kemasan dalam)

4. Kesamaan teknis pengemasan produk dengan kompetitor (daun pisang dengan label) menjadikan identifikasi produk Andria kurang signifikan bila dibandingkan kompetitornya

5. Kemasan saat ini tidak memudahkan konsumen saat mengkonsumsi produk, karena biasanya membutuhkan peralatan makan tambahan lain, misalnya piring

6. Kemasan saat ini belum memiliki kejelasan sistem desain identitas yang dapat membedakan varian produknya, sehingga menyulitkan konsumen untuk mengidentifikasinya

7. Kemasan yang hanya berupa daun pisang cenderung membuat tangan konsumen menjadi kotor dan berminyak

8. Kemasan saat ini menyulitkan konsumen untuk membuka atau menutup kembali produk apabila produk tidak habis dikonsumsi

19

9. Kemasan saat ini membatasi perilaku konsumen, di mana membuat konsumen harus menikmatinya dalam posisi duduk atau menggunakan meja

Opportunity

1. Pencanangan program good design products made in Indonesia oleh Menteri Perdagangan sejak tahun 2006 mendukung Andria sebagai salah satu UKM untuk memiliki desain kemasan yang menjual dan berdaya saing tinggi

2. Masih banyak kompetitor sekelas Andria juga belum memiliki kemasan yang menarik secara visual sesuai dengan kaidah ilmu DKV

Threat

1. Pandangan negatif bahwa nasi tradisional Nusantara biasanya tidak bersih oleh masyarakat lokal maupun internasional mengenai makanan tradisional khas Indonesia karena kemasannya

2. Telah ada sejumlah gerai nasi tradisional Nusantara yang memiliki desain kemasan lebih praktis dan modern, sehingga lebih memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi dan membawa produk

2.3 Data Pembanding (Kompetitor)

2.3.1 Pusat Nasi Bakar

Gambar 6. Outlet Pusat Nasi Bakar, Jl. Arteri Kelapa Dua Raya No. 1

Sumber: Website resmi Pusat Nasi Bakar

Berdasarkan situs (website) resmi Pusat Nasi Bakar, brand ini berdiri untuk pertama kali pada tanggal 23 Juli 2007. Kemudian di tahun yang sama, membuka satu cabang lagi sehingga tercatat pada tahun 2007 dua outlet telah dibuka. Melihat animo masyarakat yang sudah lumayan mengenal brand,

20

Pusat Nasi Bakar bergerak cepat sehingga pada akhir tahun 2008 tercatat empat outlet yang telah dibuka. Tahun 2009 sudah buka lagi di tiga tempat di Jakarta. Rencananya pada awal tahun 2010, Pusat Nasi Bakar sudah siap membuka satu tempat lagi.

Pusat Nasi Bakar telah membuka total sebelas gerai (outlet) sampai pada tahun 2013. Di masing-masing outlet memiliki kurang lebih tujuh karyawan. Harga makanannya pun sangat relatif, yaitu antara Rp 21.500 sampai dengan Rp 30.000. Terdapat tujuh kenikmatan rasa nasi bakar istimewa yang ditawarkan oleh Pusat Nasi Bakar kepada pelanggan, yaitu nasi bakar telur, nasi bakar ayam, nasi bakar daging empal, nasi bakar daging rendang, nasi bakar cumi, nasi bakar udang, dan nasi bakar ikan tuna.

Pusat Nasi bakar memiliki visi dan misi tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, yaitu sebagai berikut.

Visi: Menciptakan dan mengangkat masakan asli Indonesia agar dikenal oleh masyarakat nasional dan internasional, juga meningkatkan ekonomi bangsa dan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan di mana pun Pusat Nasi Bakar berada.

Misi: Menggunakan produk asli bangsa Indonesia, dari tenaga kerja sampai bahan baku makanan, dan menjaga kualitas dan pelayanan.

Beberapa jenis menu masakan yang ditawarkan oleh Pusat Nasi Bakar beserta harganya hingga pada tahun 2013 dikutip dari website resmi Pusat Nasi Bakar adalah sebagai berikut.

1. Nasi Bakar Pusat (Telur) Rp 21.500,- 2. Nasi Bakar Pusat (Ayam) Rp 25.000,- 3. Nasi Bakar Pusat (Sapi) Rp 28.000,- 4. Nasi Bakar Pusat (Daging Rendang) Rp 29.000,- 5. Nasi Bakar Pusat (Ikan) Rp 28.000,- 6. Nasi Bakar Pusat (Cumi) Rp 30.000,- 7. Nasi Bakar Pusat (Udang) Rp 30.000,- 8. Nasi Goreng Pusat (Seafood) Rp 24.500,- 9. Nasi Goreng Pusat (Ayam) Rp 22.000,- 10. Iga Bakar Pusat 11. Sop Iga Pusat

Untuk kemasan produk, Pusat Nasi Bakar juga mengunakan daun pisang sebagai pengemas utama produknya. Hanya saja, brand ini telah menggunakan kemasan dengan material kertas yang ramah untuk makanan (food grade paper) menyerupai kotak atau box, sehingga konsumen sudah dapat menikmati produk dengan lebih mudah dan praktis.

21

2.3.2 Bogana Delivery

Gambar 7. Tampilan Promosi Website Bogana Delivery

Sumber: Website resmi Bogana Delivery

Dikutip dari website resmi Bogana Delivery, brand ini memiliki beberapa jenis menu yang serupa dengan Andria, yaitu sebagai berikut.

1. Nasi Bogana, yang merupakan nasi gurih disajikan dengan lauk-pauk berupa sambal goreng tempe, kacang panjang, ayam kari suwir, dendeng age, sambal goreng hati, serta telur pindang.

2. Nasi Bali, yang merupakan nasi gurih disajikan dengan lauk-pauk berupa ayam suwir bumbu Bali, tumis kari kacang panjang, dendeng sapi balado, kering tempe kacang, serta telur pindang.

3. Nasi bakar, yang merupakan nasi gurih disajikan dengan lauk-pauk berupa ikan cakalang atau ikan tongkol, daun melinjo, daun kemangi, serta cabe rawit.

Bogana Delivery menggunakan bahan-bahan pilihan sehingga produknya terasa lezat di lidah konsumen. Bahan-bahan yang digunakan antara lain beras Pandan Wangi yang pulen dan harum, kelapa segar pilihan untuk membuat nasi gurih, telur segar pilihan untuk membuat telur pindang, tempe berkualitas untuk membuat orek atau sambal goreng tempe, kacang panjang segar, ayam segar untuk ayam kari suwir dan ayam suwir bumbu

22

Bali, daging sapi pilihan untuk dendeng oge, hati sapi berkualitas untuk sambal goreng hati yang lezat, serta bumbu-bumbu pilihan lainnya.

Saat ini, Bogana Delivery telah memiliki banyak klien seperti Niaga Tower, Wisma Bumi Putera, Wisma Mulia, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, dan sejumlah besar klien lainnya. Kemasan yang digunakan serupa dengan Andria, yaitu dengan menggunakan daun pisang yang ditempelkan label brand. Hanya saja, untuk jasa pengiriman produk Bogana Delivery sudah memiliki kemasan berupa kotak atau box, sehingga melindungi isi produk serta memudahkan konsumen.

Harga yang ditawarkan pun bervariasi sesuai dengan porsi yang dipesan, serta penggunaan material kemasan seperti apa yang diinginkan oleh konsumen. Nasi dengan kemasan daun pisang porsi sedang Rp 18.000,- sedangkan porsi besar Rp 21.000,-. Nasi box dengan isi nasi bungkus daun pisang porsi sedang dengan buah, air mineral dan kerupuk seharga Rp 26.000,- sedangkan porsi besar dengan buah, air mineral dan kerupuk seharga Rp 29.000,-

Gambar 8. Kemasan Bogana Delivery

Sumber: Website resmi Bogana Delivery