Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

15
DRAFT LAPORAN AKHIR 11-1 BAB 11 IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG INVESTASI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN 11.1. Identifikasi Lingkungan Strategis dan Alternatif Strategi Pengembangan KSK Kaur Identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal Kawasan strategis Kabupaten didahului dengan pemahaman tentang arah kebijakan yang selanjutnya diikuti dengan analisis SWOT, yaitu menganalisis kekuatan (Strength/S), kelemahan (Weakness/W), peluang (Opportunity/O) dan ancaman (Threat/T). Analisis SWOT (Rangkuti, 2005) merupakan jenis analisis yang digunakan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat meminimumkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis (strategi dan kebijakan) dikaitkan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran. 11.1.1. Arah Kebijakan Visi : Kaur Mandiri dan Sejahtera Berbasis Agribisnis dan Agroindustri Misi : 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan perbaikan tingkat kualitas hidup yang layak dan bermartabat;

description

kebijakan

Transcript of Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

Page 1: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-1

BAB 11

IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG INVESTASI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

11.1. Identifikasi Lingkungan Strategis dan Alternatif Strategi Pengembangan KSK Kaur

Identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal Kawasan strategis Kabupaten didahului

dengan pemahaman tentang arah kebijakan yang selanjutnya diikuti dengan analisis SWOT, yaitu

menganalisis kekuatan (Strength/S), kelemahan (Weakness/W), peluang (Opportunity/O) dan

ancaman (Threat/T).

Analisis SWOT (Rangkuti, 2005) merupakan jenis analisis yang digunakan untuk memaksimalkan

kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat meminimumkan kelemahan dan

ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis (strategi dan kebijakan) dikaitkan dengan visi,

misi, tujuan dan sasaran.

11.1.1. Arah Kebijakan

Visi :

“ Kaur Mandiri dan Sejahtera Berbasis Agribisnis dan Agroindustri”

Misi :

1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan perbaikan tingkat kualitas hidup yang layak dan

bermartabat;

2. Pemberdayaan masyarakat dengan mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi;

3. Meningkatkan produktifitas ekonomi masyarakat dalam pengelolaan potensi sumber daya alam

melalui pengembangan IPTEK;

4. Meningkatkan aksebilitas melalui peningkatan sarana dan prasarana (termasuk sarana produksi

pertanian dan nelayan) untuk memacu percepatan pelaksanaan pembangunan wilayah dan

regional;

5. Fasilitasi atau penyediaan Permodalan bagi masyarakat yang ada di desa yang tidak bisa

mengakses modal ke Perbankan.

Page 2: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-2

Arah kebijakan dalam pengembangan Kawasan Strategis kabupaten Kaur dan Lebong ke depan

adalah peningkatan daya saing dan nilai tambah industri komoditas unggulannya secara

berkelanjutan dan berkeadilan. Arah kebijakan ini dianggap telah mengakomodasi kepentingan

ekonomi (daya saing dan nilai tambah), sosial (berkeadilan) dan lingkungan (berkelanjutan) dalam

pengembangan industri pengembangan komoditas unggulan daerah.

11.1.2. Analisis SWOT

(i) Kekuatan (S)

Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bengkulu sebagai produsen Kopi dan

karet. Kecamatan – kecamatan yang termasuk Kawasan stategis memiliki potensi dan kekuatan;

(i)Kecamatan Muara Sahung memiliki luas wilayah 29.217 Ha merupakan sentra produksi karet dan

kopi, di mana karet dan kopi merupakan komoditi andalan Kabupaten Kaur sekaligus merupakan

komoditi unggulan Provinsi Bengkulu, (ii).Kecamatan Muara Sahung berperan sebagai Outlet atau

pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Selatan sekaligus jalur lalu lintas barang dan jasa dari dan

ke Sumatera Selatan, sehingga jika akses infrastruktur di kecamatan tersebut

ditingkatkan diharapkan Kecamatan Muara Sahung dapat keluar dari keterisoliran dan

ketertinggalan. Simpul-simpul ekonomi tersebut akan menjadi pemicu pertumbuhan

ekonomi masyarakat sekitarnya dan umumnya masyarakat Kabupaten Kaur (iii). Adanya peningkatan

status jalan dalam rencana pengembangan wilayah, di mana Kabupaten Kaur telah menjalin kerja

sama dengan Kabupaten Ogan Kumiring Ulu (OKU) di Provinsi Sumatera Selatan untuk meningkatkan

status jalan antara Kabupaten Kaur (Kecamatan Muara Sahung) ke Propinsi Sumatera Selatan

(Kabupaten OKU) menjadi jalan Negara (iv). Kecamatan Kaur Tengah memiliki luas wilayah 4.064 Ha

merupakan daerah sentra produksi komoditas karet, sesuai dengan komoditi unggulan Kabupaten

Kaur dan komoditi Propinsi Bengkulu, (v). Kecamatan Luas dengan luas wilayah 12.849 Ha

merupakan daerah sentra produksi kopi, di mana kopi merupakan salah satu komoditi

unggulan Kabupaten Kaur sekaligus juga menjadi komoditi unggulan propinsi Bengkulu (vi). sesuai

dengan RTRW Kabupaten Kaur tahun 2011, Kecamatan Muara Sahung merupakan Kawasan

Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) yaitu kawasan strategis kabupaten yang bertumpu pada fungsi

pertumbuhan wilayah dengan pengembangan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

Page 3: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-3

(ii) Kelemahan (W)

Pengembangan komoditas unggulan (Kopi dan Karet) dipercaya mampu mempromosikan

perkembangan perekonomian, namun dalam kaitannya dengan pengembangan produk, nilai tambah

dan diversifikasi produk yang dihasilkan industri pengolahan komoditas unggulan kabuapten Kaur

dan Lebong dianggap belum optimal. Selain itu, terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari

pengembangan industri Kopi dan karet, seperti kerusakan lingkungan dan konflik sosial. Dampak

negatif ini terjadi karena terdapat distorsi tata kelola dan implementasi peraturan perundang-

undangan terutama terkait dengan perizinan.

(iii) Peluang (O)

Dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan Kopi dan Karet dicirikan dengan adanya peningkatan

pangsa pasar domestic, nasional maupun pasar internasional. Seiring dengan peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, perkembangan permintaan pasar komoditas

kopi dan karet meningkat secara konsisten.

(iv) Ancaman (T)

Prospek positif industri komoditas kopi dan karet ternyata juga diwarnai dinamika yang mengarah

pada isu perubahan iklim sebagi akibat dari kerusakan lingkungan (emisi karbon, degradasi lahan dan

kehilangan biodiversity) dan juga dikaitkan dengan konflik sosial. Pertumbuhan ekonomi sebagai

hasil pengembangan kopi dan karet diklaim menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan

lingkungan dan konflik sosial.

11.1.3. Alternatif Strategi

Berdasarkan identifikasi lingkungan strategis di atas, beberapa alternatif strategi pengembangan

industri Komoditas unggulan di kawasan strategis dapat dirumuskan sebagai berikut :

(i) Strategi S-O (menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang).

Kekuatan yang dimiliki industri Kopi & Karet digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan

berupa promosi, advokasi dan kampanye positif publik tentang industry komoditas kopi dan karet di

pasar domestic, nasional dan internasional. Masih dalam strategi S-O, pengembangan industri ini

Page 4: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-4

sudah harus dilakukan melalui pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk

untuk memanfaatkan peningkatan permintaan Kopi & Karet dan produk turunannya yang prospektif.

(ii) W-O (menangulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang).

Dampak negatif yang ada terhadap lingkungan di atasi dengan kebijakan penerapan standar

pembangunan yang berkelanjutan.

Konflik sosial yang ada di atasi dengan kebijakan pengembangan mekanisme resolusi konflik,

terutama terkait dengan sertifikat lahan dan Hak Guna Usaha, pengembangan aksesibilitas petani

terhadap sumber daya untuk peningkatan produktivitas dan peremajaan. Sementara, masalah

perizinan di atasi dengan kebijakan reformasi tata kelola perizinan dan transparansi informasi.

Kebijakan menanggulangi kelemahan di atas digunakan untuk memanfaatkan peluang melalui

penerapan kebijakan pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk.

(iii) S-T (menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman)

Kekuatan industri Kopi dan karet nasional digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan

promosi, advokasi dan kampanye publik tentang industri Kopi dan Karet di kabupaten Kaur. Selain

itu, pemanfaatan hutan diatur dengan pengendalian konversi hutan alam dan lahan untuk (Kopi &

Karet).

(iv) W-T (memperkecil kelemahan untuk mengatasi ancaman)

Dampak negatif terhadap lingkungan yang ada di atasi dengan kebijakan penerapan reformasi tata

kelola perizinan dan transparansi informasi, pengendalian konversi hutan alam. Sementara, dampak

sosial negatif di atasi dengan pengembangan mekanisme resolusi konflik, terutama terkait dengan

sertifikat lahan dan HGU, pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya untuk

peningkatan produktivitas dan peremajaan.

Hasil analisis lingkungan strategis industri Komoditas unggulan (kopi & karet) dan alternatif strategi

pengembangan disajikan pada Tabel 11.1. Strategi yang disusun diarahkan agar terfokus bukan

bermacam-macam (broad base) dan penerapannya merupakan kombinasi strategi bukan salah satu

strategi. Pertimbangan ini digunakan untuk menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan

strategis. Dengan demikian komponen alternatif strategi yang disusun dapat

Page 5: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-5

digunakan/dikombinasikan dengan komponen lain dalam alternatif strategi yang berbeda. Dalam

perspektif ini, arah kebijakan dapat digunakan sebagai strategi dasar.

11.1.4. Alternatif Kebijakan

Dengan menggunakan analisis SWOT, diperoleh 8 alternatif kebijakan yang penting dan strategis

untuk dilaksanakan dalam mendukung Investasi pengembangan kawasan strategis, yaitu :

1. Pengembangan produk (hilir dan samping) dan peningkatan nilai tambah

2. Penguatan dan penegakan hukum dalam pembangunan industry berbasis komoditas

unggulan yang berkelanjutan .

3. Tata kelola perizinan

4. Transparansi informasi pembangunan pengembangan perkebunan kopi & karet

5. Pengembangan aksisibilitas petani terhadap sumber daya

6. Pengendalian konversi hutan alam dan lahan

7. Dorongan penerapan prinsip dan kriteria standart pengelolaan lingkungan

8. Pengembangan mekanisme resolusi konflik

Selanjutnya kebijakan tersebut diidentifikasi berdasarkan ketersediaan dukungan peraturan dan

perundang-undangan secara Nasional.

11.2. Identifikasi Lingkungan Strategis dan Alternatif Strategi Pengembangan KSK Lebong

11.2.1. Arah Kebijakan

Visi :

“Terwujudnya Masyarakat Lebong Yang Sejahtera dan Mandiri “

MISI :

1. Peneingkatan dan Pengembanagn sarana dan prasarana Infrastruktur yang baik

2. Pemanfataan sumber daya lokal yang arif dan bijaksana

Page 6: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-6

11.2.2. Analisis SWOT

(i) Kekuatan (S)

Kabupaten Lebong merupakan Sentara produksi beras dan ikan air tawar di Provinsi Lebong. Luas

tanam lahan pertanian di KSK mencapai 4.275 ha (29,26 %) dari total luas sawah Kab. Lebong 14,610

Ha, dengan produksi 20.258 ton (43,43 %) dari total produksi padi Kab lebong 46.640 ton.

Jika dilihat pendapatan daerah dari sector pertanian, terdapat peningkatan yang signifikan dari

tahun ke tahun, pada tahun 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lebong atas

dasar harga berlaku telah mencapai 1,075 triliun rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

2000 sebesar 0,515 triliun rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009, PDRB Kabupaten

Lebong mengalami peningkatan. Untuk periode 2009-2010, pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebong mengalami percepatan. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebong sebesar

4,63 persen, mengalami percepatan di tahun 2010 menjadi 5,19 persen. Hal ini dikarenakan sektor

pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Apalagi sektor pertanian memberikan

sumbangan terbesar bagi PDRB Kabupaten Lebong yaitu sebesar 78 persen.

Disamping itu, masih tersedia banyak lahan yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan

pengembangan komoditas padi yang diintegrasikan dengan budi daya perikanan air tawar.

(ii) Kelemahan (W)

Pengembangan komoditas unggulan padi dan ikan air tawar dipercaya mampu mempromosikan

perkembangan perekonomian, namun dalam kaitannya dengan pengembangan produk, nilai tambah

dan diversifikasi produk yang dihasilkan industri pengolahan komoditas unggulan kabuapten Lebong

dianggap belum optimal. Selain itu, akan terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari

pengembangan industri padi dan perikanan air tawar, seperti tingginya konversi lahan persawahan

menjadi tanaman perkebunan dengan laju 6–10 % / tahun. Konversi lahan yang menjadi hal yang

paling sering dihadapi. Alih fungsi lahan yang terjadi saat ini pada dasarnya terjadi akibat politik

pembangunan yang tidak jelas arahnya dan tidak terintegrasi sehingga kebijakan pembangunannya

cenderung pragmatis. Sering kali pembangunan di satu sektor mengorbankan sektor lain. Prinsipnya,

apa yang menguntungkan saat ini, itulah yang dilakukan, tanpa pertimbangan jangka panjang.

Disamping itu kondisi infrastruktur irigasi pertanian sudah banyak mengalami kerusakan. Dampak

negatif ini terjadi karena terdapat distorsi tata kelola dan implementasi peraturan perundang-

undangan terutama terkait dengan perizinan.

Page 7: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-7

(iii) Peluang (O)

Trend permintaan beras lebong cenderung meningkat, dicirikan dengan adanya peningkatan pangsa

pasar domestic, regional dan nasional. Disamping itu ketersediaan infrastruktur pendukung, tenaga

kerja banyak, fasilitas perkreditan tersedia.

Tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan nutrisi telah mengubah persepsi bahwa bahan

makanan yang merupakan sumber karbohidrat tidak hanya beras, tetapi juga didapatkan dari

sumber-sumber yang lain. Selain itu, pada saat ini banyak pihak-pihak seperti pemerintah melalui

Departemen Pertanian, restoran, hotel, pendidikan boga yang mempromosikan makanan

berkarbohidrat pengganti beras.

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, perkembangan

permintaan pasar beras dan ikan meningkat secara konsisten.

(iv) Ancaman (T)

Ancaman dapat bersumber baik pemerintah daerah, kecamatan maupun desa yang sejauh ini belum

membuat program yang bertujuan untuk mengembangkan industri yang berbasis komoditas padi

KSK lebong. Bantuan seperti permodalan, penelitian, alih teknologi dan fasilitasi kelembagaan belum

dirasakan. Prospek positif industri komoditas padi dan ikan air tawar ternyata juga diwarnai

dinamika yang mengarah pada isu perubahan iklim sebagi akibat dari kerusakan lingkungan (emisi

karbon, degradasi lahan dan kehilangan biodiversity) dan juga dikaitkan dengan konflik sosial.

Pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pengembangan kopi dan karet diklaim menimbulkan dampak

negatif berupa kerusakan lingkungan dan konflik sosial.

11.2.3. Alternatif Strategi

Berdasarkan identifikasi lingkungan strategis di atas, beberapa alternatif strategi pengembangan

industri Komoditas unggulan di kawasan strategis dapat dirumuskan sebagai berikut :

(i) Strategi S-O (menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang).

Kekuatan yang dimiliki industri Kopi & Karet digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan

berupa promosi, advokasi dan kampanye positif publik tentang industry komoditas padi dan ikan air

tawar. Masih dalam strategi S-O, pengembangan industri ini sudah harus dilakukan melalui

Page 8: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-8

pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk untuk memanfaatkan

peningkatan permintaan padi dan produk turunannya yang prospektif.

(ii) W-O (menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang).

Dampak negatif yang ada terhadap lingkungan di atasi dengan kebijakan penerapan standar

pembangunan yang berkelanjutan.

Konflik sosial yang ada di atasi dengan kebijakan pengembangan mekanisme resolusi konflik,

terutama terkait dengan sertifikat lahan dan Hak Guna Usaha, pengembangan aksesibilitas petani

terhadap sumber daya untuk peningkatan produktivitas dan peremajaan. Sementara, masalah

perizinan di atasi dengan kebijakan reformasi tata kelola perizinan dan transparansi informasi.

Kebijakan menanggulangi kelemahan di atas digunakan untuk memanfaatkan peluang melalui

penerapan kebijakan pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk.

(iii) S-T (menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman)

Kekuatan industri nasional digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan promosi, advokasi

dan kampanye publik tentang industri padi dan ikan air tawar di kabupaten Lebong. Selain itu,

pemanfaatan hutan diatur dengan pengendalian konversi hutan alam dan lahan.

(iv) W-T (memperkecil kelemahan untuk mengatasi ancaman)

Dampak negatif terhadap lingkungan yang ada di atasi dengan kebijakan penerapan reformasi tata

kelola perizinan dan transparansi informasi, pengendalian konversi lahan. Sementara, dampak sosial

negatif di atasi dengan pengembangan mekanisme resolusi konflik, terutama terkait dengan sertifikat

lahan dan HGU, pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya untuk peningkatan

produktivitas.

Hasil analisis lingkungan strategis industri Komoditas unggulan dan alternatif strategi pengembangan

diarahkan agar terfokus bukan bermacam-macam (broad base) dan penerapannya merupakan

kombinasi strategi bukan salah satu strategi. Pertimbangan ini digunakan untuk menyesuaikan

dengan perkembangan lingkungan strategis. Dengan demikian komponen alternatif strategi yang

disusun dapat digunakan/dikombinasikan dengan komponen lain dalam alternatif strategi yang

berbeda. Dalam perspektif ini, arah kebijakan dapat digunakan sebagai strategi dasar.

Page 9: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-9

11.2.4. Alternatif Kebijakan

Dengan menggunakan analisis SWOT, diperoleh 8 alternatif kebijakan yang penting dan strategis

untuk dilaksanakan dalam mendukung Investasi pengembangan kawasan strategis, yaitu :

1. Pengembangan produk (hilir dan samping) dan peningkatan nilai tambah

2. Penguatan dan penegakan hukum dalam pembangunan industry berbasis komoditas

unggulan yang berkelanjutan .

3. Tata kelola perizinan

4. Transparansi informasi pembangunan pengembangan perkebunan Padi dan ikan air tawar

5. Pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya

6. Pengendalian konversi hutan alam dan lahan

7. Dorongan penerapan prinsip dan kriteria standart pengelolaan lingkungan

8. Pengembangan mekanisme resolusi konflik

Dari hasil analisis tersebut, kebijakan pendukung yang diperlukan untuk pengembangan investasi di

KSK Kaur dan Lebong provinsi Bengkulu memiliki persamaan strategis dan kebijakan yang mendasar

sebagaimana yang diuraikan diatas.

Alternatif kebijakan tersebut selanjutnya dijelaskan sesuai ketersediaan dukungan kebijakan yang

ada baik secara nasional maupun daerah. Berikut pada tabel 11. 1 di uraikan beberapa

peraturan/Perundangan-undangan ditingkat nasional yang mendukukung pelaksanaan investasi dan

pengembangan kawasan startegis di kabupaten.

Page 10: Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung

DRAFTLAPORAN AKHIR

DRAFTLAPORAN AKHIR

11-10

Tabel 11. 1. Kebijakan Nasional dan usulan kebijakan Pendukung

Investasi di Kawasan Strategis kabupaten

Dukungan Peraturan Perundang-undangan (Nasional) Rencana Dukungan Perda pendukung Investasi di KSK

1. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 2. Kepmen tentang Pengembangan Kawasan

strategis

1. Perda Tentang penanaman Modal di daerah

2. Perda Tentang RTRW kabupaten1. UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup2. UU No.32 tentang Pemerintahan daerah

3. Perda tentang Klaster industry4. Perda tentang Lembaga Pengelola

KSK

1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

5. Perda tentang tata kelola perizinan

1. UU No.14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik

6. Perda Tentang Pembinaan Informasi

1. UU No.26 tahun 2007 tentang Tata Ruang2. UU No. 60 tahun 2012 tentang Perubahan atas PP

No.10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan

7. Perda Tentang baku Mutu Lingkungan

8. Perda RTRW

3. UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Pedoman teknis Pelaksanaan Indikasi Geografis, Deptan, 2012

1. UU No.7 Tahun 2012 tentang Penangan Konflik Sosial

9. Perda tentang penangan Konflik berbasis komunitas

Sumber : Konsultan 2012