Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung
-
Upload
budiirawanoku -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of Bab 11 Identifikasi Kebijakan Pendukung
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-1
BAB 11
IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG INVESTASI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
11.1. Identifikasi Lingkungan Strategis dan Alternatif Strategi Pengembangan KSK Kaur
Identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal Kawasan strategis Kabupaten didahului
dengan pemahaman tentang arah kebijakan yang selanjutnya diikuti dengan analisis SWOT, yaitu
menganalisis kekuatan (Strength/S), kelemahan (Weakness/W), peluang (Opportunity/O) dan
ancaman (Threat/T).
Analisis SWOT (Rangkuti, 2005) merupakan jenis analisis yang digunakan untuk memaksimalkan
kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat meminimumkan kelemahan dan
ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis (strategi dan kebijakan) dikaitkan dengan visi,
misi, tujuan dan sasaran.
11.1.1. Arah Kebijakan
Visi :
“ Kaur Mandiri dan Sejahtera Berbasis Agribisnis dan Agroindustri”
Misi :
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan perbaikan tingkat kualitas hidup yang layak dan
bermartabat;
2. Pemberdayaan masyarakat dengan mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi;
3. Meningkatkan produktifitas ekonomi masyarakat dalam pengelolaan potensi sumber daya alam
melalui pengembangan IPTEK;
4. Meningkatkan aksebilitas melalui peningkatan sarana dan prasarana (termasuk sarana produksi
pertanian dan nelayan) untuk memacu percepatan pelaksanaan pembangunan wilayah dan
regional;
5. Fasilitasi atau penyediaan Permodalan bagi masyarakat yang ada di desa yang tidak bisa
mengakses modal ke Perbankan.
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-2
Arah kebijakan dalam pengembangan Kawasan Strategis kabupaten Kaur dan Lebong ke depan
adalah peningkatan daya saing dan nilai tambah industri komoditas unggulannya secara
berkelanjutan dan berkeadilan. Arah kebijakan ini dianggap telah mengakomodasi kepentingan
ekonomi (daya saing dan nilai tambah), sosial (berkeadilan) dan lingkungan (berkelanjutan) dalam
pengembangan industri pengembangan komoditas unggulan daerah.
11.1.2. Analisis SWOT
(i) Kekuatan (S)
Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bengkulu sebagai produsen Kopi dan
karet. Kecamatan – kecamatan yang termasuk Kawasan stategis memiliki potensi dan kekuatan;
(i)Kecamatan Muara Sahung memiliki luas wilayah 29.217 Ha merupakan sentra produksi karet dan
kopi, di mana karet dan kopi merupakan komoditi andalan Kabupaten Kaur sekaligus merupakan
komoditi unggulan Provinsi Bengkulu, (ii).Kecamatan Muara Sahung berperan sebagai Outlet atau
pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Selatan sekaligus jalur lalu lintas barang dan jasa dari dan
ke Sumatera Selatan, sehingga jika akses infrastruktur di kecamatan tersebut
ditingkatkan diharapkan Kecamatan Muara Sahung dapat keluar dari keterisoliran dan
ketertinggalan. Simpul-simpul ekonomi tersebut akan menjadi pemicu pertumbuhan
ekonomi masyarakat sekitarnya dan umumnya masyarakat Kabupaten Kaur (iii). Adanya peningkatan
status jalan dalam rencana pengembangan wilayah, di mana Kabupaten Kaur telah menjalin kerja
sama dengan Kabupaten Ogan Kumiring Ulu (OKU) di Provinsi Sumatera Selatan untuk meningkatkan
status jalan antara Kabupaten Kaur (Kecamatan Muara Sahung) ke Propinsi Sumatera Selatan
(Kabupaten OKU) menjadi jalan Negara (iv). Kecamatan Kaur Tengah memiliki luas wilayah 4.064 Ha
merupakan daerah sentra produksi komoditas karet, sesuai dengan komoditi unggulan Kabupaten
Kaur dan komoditi Propinsi Bengkulu, (v). Kecamatan Luas dengan luas wilayah 12.849 Ha
merupakan daerah sentra produksi kopi, di mana kopi merupakan salah satu komoditi
unggulan Kabupaten Kaur sekaligus juga menjadi komoditi unggulan propinsi Bengkulu (vi). sesuai
dengan RTRW Kabupaten Kaur tahun 2011, Kecamatan Muara Sahung merupakan Kawasan
Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) yaitu kawasan strategis kabupaten yang bertumpu pada fungsi
pertumbuhan wilayah dengan pengembangan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-3
(ii) Kelemahan (W)
Pengembangan komoditas unggulan (Kopi dan Karet) dipercaya mampu mempromosikan
perkembangan perekonomian, namun dalam kaitannya dengan pengembangan produk, nilai tambah
dan diversifikasi produk yang dihasilkan industri pengolahan komoditas unggulan kabuapten Kaur
dan Lebong dianggap belum optimal. Selain itu, terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari
pengembangan industri Kopi dan karet, seperti kerusakan lingkungan dan konflik sosial. Dampak
negatif ini terjadi karena terdapat distorsi tata kelola dan implementasi peraturan perundang-
undangan terutama terkait dengan perizinan.
(iii) Peluang (O)
Dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan Kopi dan Karet dicirikan dengan adanya peningkatan
pangsa pasar domestic, nasional maupun pasar internasional. Seiring dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, perkembangan permintaan pasar komoditas
kopi dan karet meningkat secara konsisten.
(iv) Ancaman (T)
Prospek positif industri komoditas kopi dan karet ternyata juga diwarnai dinamika yang mengarah
pada isu perubahan iklim sebagi akibat dari kerusakan lingkungan (emisi karbon, degradasi lahan dan
kehilangan biodiversity) dan juga dikaitkan dengan konflik sosial. Pertumbuhan ekonomi sebagai
hasil pengembangan kopi dan karet diklaim menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan
lingkungan dan konflik sosial.
11.1.3. Alternatif Strategi
Berdasarkan identifikasi lingkungan strategis di atas, beberapa alternatif strategi pengembangan
industri Komoditas unggulan di kawasan strategis dapat dirumuskan sebagai berikut :
(i) Strategi S-O (menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang).
Kekuatan yang dimiliki industri Kopi & Karet digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan
berupa promosi, advokasi dan kampanye positif publik tentang industry komoditas kopi dan karet di
pasar domestic, nasional dan internasional. Masih dalam strategi S-O, pengembangan industri ini
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-4
sudah harus dilakukan melalui pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk
untuk memanfaatkan peningkatan permintaan Kopi & Karet dan produk turunannya yang prospektif.
(ii) W-O (menangulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang).
Dampak negatif yang ada terhadap lingkungan di atasi dengan kebijakan penerapan standar
pembangunan yang berkelanjutan.
Konflik sosial yang ada di atasi dengan kebijakan pengembangan mekanisme resolusi konflik,
terutama terkait dengan sertifikat lahan dan Hak Guna Usaha, pengembangan aksesibilitas petani
terhadap sumber daya untuk peningkatan produktivitas dan peremajaan. Sementara, masalah
perizinan di atasi dengan kebijakan reformasi tata kelola perizinan dan transparansi informasi.
Kebijakan menanggulangi kelemahan di atas digunakan untuk memanfaatkan peluang melalui
penerapan kebijakan pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk.
(iii) S-T (menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman)
Kekuatan industri Kopi dan karet nasional digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan
promosi, advokasi dan kampanye publik tentang industri Kopi dan Karet di kabupaten Kaur. Selain
itu, pemanfaatan hutan diatur dengan pengendalian konversi hutan alam dan lahan untuk (Kopi &
Karet).
(iv) W-T (memperkecil kelemahan untuk mengatasi ancaman)
Dampak negatif terhadap lingkungan yang ada di atasi dengan kebijakan penerapan reformasi tata
kelola perizinan dan transparansi informasi, pengendalian konversi hutan alam. Sementara, dampak
sosial negatif di atasi dengan pengembangan mekanisme resolusi konflik, terutama terkait dengan
sertifikat lahan dan HGU, pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya untuk
peningkatan produktivitas dan peremajaan.
Hasil analisis lingkungan strategis industri Komoditas unggulan (kopi & karet) dan alternatif strategi
pengembangan disajikan pada Tabel 11.1. Strategi yang disusun diarahkan agar terfokus bukan
bermacam-macam (broad base) dan penerapannya merupakan kombinasi strategi bukan salah satu
strategi. Pertimbangan ini digunakan untuk menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan
strategis. Dengan demikian komponen alternatif strategi yang disusun dapat
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-5
digunakan/dikombinasikan dengan komponen lain dalam alternatif strategi yang berbeda. Dalam
perspektif ini, arah kebijakan dapat digunakan sebagai strategi dasar.
11.1.4. Alternatif Kebijakan
Dengan menggunakan analisis SWOT, diperoleh 8 alternatif kebijakan yang penting dan strategis
untuk dilaksanakan dalam mendukung Investasi pengembangan kawasan strategis, yaitu :
1. Pengembangan produk (hilir dan samping) dan peningkatan nilai tambah
2. Penguatan dan penegakan hukum dalam pembangunan industry berbasis komoditas
unggulan yang berkelanjutan .
3. Tata kelola perizinan
4. Transparansi informasi pembangunan pengembangan perkebunan kopi & karet
5. Pengembangan aksisibilitas petani terhadap sumber daya
6. Pengendalian konversi hutan alam dan lahan
7. Dorongan penerapan prinsip dan kriteria standart pengelolaan lingkungan
8. Pengembangan mekanisme resolusi konflik
Selanjutnya kebijakan tersebut diidentifikasi berdasarkan ketersediaan dukungan peraturan dan
perundang-undangan secara Nasional.
11.2. Identifikasi Lingkungan Strategis dan Alternatif Strategi Pengembangan KSK Lebong
11.2.1. Arah Kebijakan
Visi :
“Terwujudnya Masyarakat Lebong Yang Sejahtera dan Mandiri “
MISI :
1. Peneingkatan dan Pengembanagn sarana dan prasarana Infrastruktur yang baik
2. Pemanfataan sumber daya lokal yang arif dan bijaksana
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-6
11.2.2. Analisis SWOT
(i) Kekuatan (S)
Kabupaten Lebong merupakan Sentara produksi beras dan ikan air tawar di Provinsi Lebong. Luas
tanam lahan pertanian di KSK mencapai 4.275 ha (29,26 %) dari total luas sawah Kab. Lebong 14,610
Ha, dengan produksi 20.258 ton (43,43 %) dari total produksi padi Kab lebong 46.640 ton.
Jika dilihat pendapatan daerah dari sector pertanian, terdapat peningkatan yang signifikan dari
tahun ke tahun, pada tahun 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lebong atas
dasar harga berlaku telah mencapai 1,075 triliun rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
2000 sebesar 0,515 triliun rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009, PDRB Kabupaten
Lebong mengalami peningkatan. Untuk periode 2009-2010, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Lebong mengalami percepatan. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebong sebesar
4,63 persen, mengalami percepatan di tahun 2010 menjadi 5,19 persen. Hal ini dikarenakan sektor
pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Apalagi sektor pertanian memberikan
sumbangan terbesar bagi PDRB Kabupaten Lebong yaitu sebesar 78 persen.
Disamping itu, masih tersedia banyak lahan yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan
pengembangan komoditas padi yang diintegrasikan dengan budi daya perikanan air tawar.
(ii) Kelemahan (W)
Pengembangan komoditas unggulan padi dan ikan air tawar dipercaya mampu mempromosikan
perkembangan perekonomian, namun dalam kaitannya dengan pengembangan produk, nilai tambah
dan diversifikasi produk yang dihasilkan industri pengolahan komoditas unggulan kabuapten Lebong
dianggap belum optimal. Selain itu, akan terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari
pengembangan industri padi dan perikanan air tawar, seperti tingginya konversi lahan persawahan
menjadi tanaman perkebunan dengan laju 6–10 % / tahun. Konversi lahan yang menjadi hal yang
paling sering dihadapi. Alih fungsi lahan yang terjadi saat ini pada dasarnya terjadi akibat politik
pembangunan yang tidak jelas arahnya dan tidak terintegrasi sehingga kebijakan pembangunannya
cenderung pragmatis. Sering kali pembangunan di satu sektor mengorbankan sektor lain. Prinsipnya,
apa yang menguntungkan saat ini, itulah yang dilakukan, tanpa pertimbangan jangka panjang.
Disamping itu kondisi infrastruktur irigasi pertanian sudah banyak mengalami kerusakan. Dampak
negatif ini terjadi karena terdapat distorsi tata kelola dan implementasi peraturan perundang-
undangan terutama terkait dengan perizinan.
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-7
(iii) Peluang (O)
Trend permintaan beras lebong cenderung meningkat, dicirikan dengan adanya peningkatan pangsa
pasar domestic, regional dan nasional. Disamping itu ketersediaan infrastruktur pendukung, tenaga
kerja banyak, fasilitas perkreditan tersedia.
Tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan nutrisi telah mengubah persepsi bahwa bahan
makanan yang merupakan sumber karbohidrat tidak hanya beras, tetapi juga didapatkan dari
sumber-sumber yang lain. Selain itu, pada saat ini banyak pihak-pihak seperti pemerintah melalui
Departemen Pertanian, restoran, hotel, pendidikan boga yang mempromosikan makanan
berkarbohidrat pengganti beras.
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, perkembangan
permintaan pasar beras dan ikan meningkat secara konsisten.
(iv) Ancaman (T)
Ancaman dapat bersumber baik pemerintah daerah, kecamatan maupun desa yang sejauh ini belum
membuat program yang bertujuan untuk mengembangkan industri yang berbasis komoditas padi
KSK lebong. Bantuan seperti permodalan, penelitian, alih teknologi dan fasilitasi kelembagaan belum
dirasakan. Prospek positif industri komoditas padi dan ikan air tawar ternyata juga diwarnai
dinamika yang mengarah pada isu perubahan iklim sebagi akibat dari kerusakan lingkungan (emisi
karbon, degradasi lahan dan kehilangan biodiversity) dan juga dikaitkan dengan konflik sosial.
Pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pengembangan kopi dan karet diklaim menimbulkan dampak
negatif berupa kerusakan lingkungan dan konflik sosial.
11.2.3. Alternatif Strategi
Berdasarkan identifikasi lingkungan strategis di atas, beberapa alternatif strategi pengembangan
industri Komoditas unggulan di kawasan strategis dapat dirumuskan sebagai berikut :
(i) Strategi S-O (menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang).
Kekuatan yang dimiliki industri Kopi & Karet digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan
berupa promosi, advokasi dan kampanye positif publik tentang industry komoditas padi dan ikan air
tawar. Masih dalam strategi S-O, pengembangan industri ini sudah harus dilakukan melalui
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-8
pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk untuk memanfaatkan
peningkatan permintaan padi dan produk turunannya yang prospektif.
(ii) W-O (menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang).
Dampak negatif yang ada terhadap lingkungan di atasi dengan kebijakan penerapan standar
pembangunan yang berkelanjutan.
Konflik sosial yang ada di atasi dengan kebijakan pengembangan mekanisme resolusi konflik,
terutama terkait dengan sertifikat lahan dan Hak Guna Usaha, pengembangan aksesibilitas petani
terhadap sumber daya untuk peningkatan produktivitas dan peremajaan. Sementara, masalah
perizinan di atasi dengan kebijakan reformasi tata kelola perizinan dan transparansi informasi.
Kebijakan menanggulangi kelemahan di atas digunakan untuk memanfaatkan peluang melalui
penerapan kebijakan pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk.
(iii) S-T (menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman)
Kekuatan industri nasional digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan promosi, advokasi
dan kampanye publik tentang industri padi dan ikan air tawar di kabupaten Lebong. Selain itu,
pemanfaatan hutan diatur dengan pengendalian konversi hutan alam dan lahan.
(iv) W-T (memperkecil kelemahan untuk mengatasi ancaman)
Dampak negatif terhadap lingkungan yang ada di atasi dengan kebijakan penerapan reformasi tata
kelola perizinan dan transparansi informasi, pengendalian konversi lahan. Sementara, dampak sosial
negatif di atasi dengan pengembangan mekanisme resolusi konflik, terutama terkait dengan sertifikat
lahan dan HGU, pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya untuk peningkatan
produktivitas.
Hasil analisis lingkungan strategis industri Komoditas unggulan dan alternatif strategi pengembangan
diarahkan agar terfokus bukan bermacam-macam (broad base) dan penerapannya merupakan
kombinasi strategi bukan salah satu strategi. Pertimbangan ini digunakan untuk menyesuaikan
dengan perkembangan lingkungan strategis. Dengan demikian komponen alternatif strategi yang
disusun dapat digunakan/dikombinasikan dengan komponen lain dalam alternatif strategi yang
berbeda. Dalam perspektif ini, arah kebijakan dapat digunakan sebagai strategi dasar.
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-9
11.2.4. Alternatif Kebijakan
Dengan menggunakan analisis SWOT, diperoleh 8 alternatif kebijakan yang penting dan strategis
untuk dilaksanakan dalam mendukung Investasi pengembangan kawasan strategis, yaitu :
1. Pengembangan produk (hilir dan samping) dan peningkatan nilai tambah
2. Penguatan dan penegakan hukum dalam pembangunan industry berbasis komoditas
unggulan yang berkelanjutan .
3. Tata kelola perizinan
4. Transparansi informasi pembangunan pengembangan perkebunan Padi dan ikan air tawar
5. Pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya
6. Pengendalian konversi hutan alam dan lahan
7. Dorongan penerapan prinsip dan kriteria standart pengelolaan lingkungan
8. Pengembangan mekanisme resolusi konflik
Dari hasil analisis tersebut, kebijakan pendukung yang diperlukan untuk pengembangan investasi di
KSK Kaur dan Lebong provinsi Bengkulu memiliki persamaan strategis dan kebijakan yang mendasar
sebagaimana yang diuraikan diatas.
Alternatif kebijakan tersebut selanjutnya dijelaskan sesuai ketersediaan dukungan kebijakan yang
ada baik secara nasional maupun daerah. Berikut pada tabel 11. 1 di uraikan beberapa
peraturan/Perundangan-undangan ditingkat nasional yang mendukukung pelaksanaan investasi dan
pengembangan kawasan startegis di kabupaten.
DRAFTLAPORAN AKHIR
DRAFTLAPORAN AKHIR
11-10
Tabel 11. 1. Kebijakan Nasional dan usulan kebijakan Pendukung
Investasi di Kawasan Strategis kabupaten
Dukungan Peraturan Perundang-undangan (Nasional) Rencana Dukungan Perda pendukung Investasi di KSK
1. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 2. Kepmen tentang Pengembangan Kawasan
strategis
1. Perda Tentang penanaman Modal di daerah
2. Perda Tentang RTRW kabupaten1. UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup2. UU No.32 tentang Pemerintahan daerah
3. Perda tentang Klaster industry4. Perda tentang Lembaga Pengelola
KSK
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. Perda tentang tata kelola perizinan
1. UU No.14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik
6. Perda Tentang Pembinaan Informasi
1. UU No.26 tahun 2007 tentang Tata Ruang2. UU No. 60 tahun 2012 tentang Perubahan atas PP
No.10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
7. Perda Tentang baku Mutu Lingkungan
8. Perda RTRW
3. UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Pedoman teknis Pelaksanaan Indikasi Geografis, Deptan, 2012
1. UU No.7 Tahun 2012 tentang Penangan Konflik Sosial
9. Perda tentang penangan Konflik berbasis komunitas
Sumber : Konsultan 2012