Bab 1 Vio Terbaru

download Bab 1 Vio Terbaru

of 8

Transcript of Bab 1 Vio Terbaru

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada awal tahun 2013 tepatnya pada tanggal 22 Maret 2013, Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi dalam koran analisa daily mengungkapkan kerisauannya tentang kenaikan angka kematian ibu melahirkan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang mencapai 106 kematian per 1.000 ibu melahirkan. Bertitik tolak kepada pernyataan tersebut, ternyata masalah angka kematian tidak hanya terjadi pada ibu melahirkan saja tetapi juga terjadi pada anak yang dilahirkan. Selanjutnya, angka kematian ibu dan anak yang tinggi tersebut pada faktanya bukan hanya terjadi di Provinsi Kalimantan Timur tetapi juga terjadi pada hampir seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Berikut adalah grafik angka kematian anak pada provinsi yang tersebar di Indonesia pada tahun 2012 (______, 2013).Angka kematian anak paling tinggi terdapat di daerah Papua, Maluku dan Sulawesi. Hal tersebut dapat dipahami terjadi karena pada daerah tersebut sarana kesehatan masih kurang memadai, tingkat pendidikan masih rendah sehingga pengetahuan tentang kehamilan adalah rendah, dan mayoritas ibu hamil didaerah tersebut adalah wanita yang belum dewasa yang berisiko untuk hamil. Bila dilihat secara khusus pada daerah Sumatera Utara, angka kematian anak pada propinsi Sumatera Utara masih dapat dikatakan tinggi jika dibandingkan dengan propinsi lain yang berada di Pulau Jawa dan Sumatera. Menurut Survei Demogravi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) secara berturut-turut adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL) untuk provinsi Sumatera Utara adalah 20,40 dan 54 per 1000 kelahiran. Jika diartikan dengan bahasa yang sederhana, dapat dikatakan bahwa dalam 100 kelahiran di Sumatera Utara akan terjadi 2 kematian anak neonatal, 4 kematian bayi dan 5-6 kematian balita. Dapat dibayangkan jika kejadian seperti ini terus berlanjut, bahaya yang serius telah mengancam negara Indonesia karena kehilangan gernerasi-generasi yang akan menjadi penerus bangsa. Sebagaimana diketahui bersama bahwa nasib suatu negara berada di tangan generasi penerus.Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pada daerah tertentu di Sumatera Utara sarana kesehatan masih kurang memadai dan pada daerah tertentu tingkat pendidkan masih rendah. Hal ini sesuai dengan data kesehatan Sumatera Utara tahun 2007 yang mengungkapkan bahwa dari 1.560.375 jiwa perempuan berusia diatas 10 tahun hanya 26.766 jiwa tamat dari universitas, 29. 077 tamat dari diploma, 295.588 jiwa tamatan SMA, 322. 142 jiwa tamat SLTP dan 464.065 tamat SD. Itu berarti hanya sebagian kecil perempuan di Sumatera Utara yang memasuki Universitas dan dari setiap jenjang atau satuan pendidikan banyak yang tidak melanjutkan sekolah. Misalnya jika dilihat antara jumlah perempuan dari tingkat SD ke SMP ditemukan 141.923 jiwa yang tidak melanjut ke SLTP. Dengan demikian secara absrak dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tingginya AKA ada kaitannya dengan tingkat pendidikan wanita hamil suatu daerah tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang secara otomatis tingkat pengetahuan akan meningkat.Selain masalah AKB, Indonesia juga mengalami masalah dalam AKI. AKI adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas pada tiap kelahiran hidup dalam wilayah dan waktu tertentu. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 diperoleh suatu fakta yang menyatakan bahwa AKI yang terdapat di Indonesia adalah 228/100.0000 kelahiran hidup (KH) yang artinya dalam 400 kelahiran akan mengakibatkan seorang ibu meninggal dunia. AKI di Indonesia setiap 5 tahun cenderung menurun. Pada tahun 1995 angka AKI adalah sebesar 390/100.000 kelahiran yang mengalami penurunan menjadi 118/100.000 kelahiran pada tahun 2012. Ini berarti selama 17 tahun AKI menurun sebanyak 272/100.000 kelahiran. Jika dihubungkan dengan pendidikan, pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun mulai tahun ajaran 1994/1995. Terjadinya penurunan AKI yang signifikan dimulai pada tahun 1995 sampai pada tahun 2012. Dengan demikian, indikasi ini juga menunjukkan bahwa pendidikan yang baik mempengaruhi pengetahuan termasuk diantaranya pengetahuan tentang kehamilan (____________)Menurut Depkes (Hermiyanti, _______) hasil SKRT 2001 penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 28%, ekslamsi 24%, infeksi 11 %, partus lama 5%, abortus 5%. Selanjutnya menurut hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan pernafasan 36,9 %, prematuritis 32,4 %, sepsis 12 %, hipotemi 6,8 %, kelainan darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis 20,5%, kelainan kongenital 18,1%, pnumonia 15,4%, prematuritas dan BBLR 12,8%, dan RDS 12,8%. Semua penyebab kematian ibu dan anak tersebut pada dasarnya dapat diminimalkan dengan pengetahuan yang cukup tentang bahaya tanda-tanda tersebut dan dengan intensif melakukan pemeriksaan. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya AKI saat melahirkan adalah persoalan pendidikan. Hal tersebut diuangkapkan oleh utusan Presiden untuk MDGs Indonesi Prof. Dr. Nila F Moeloek di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK). Beliau mengungkapkan, bahwa sebanyak 33% wanita Indonesia tidak tamat sekolah dasar. Rata-rata Ibu di Indonesia tidak mengerti jika pada saat kehamilan harus menjaga kesehatan. Hal tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut kurang memiliki pengetahuan terhadap kondisi kehamilan akibat rendahnya pendidikan mereka. Pernyataan ini juga senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh dr. Sri Hermiyanti dalam artikelnya yang berjudul Ibu Sehat Bayi Selamat yang mengungkapkan kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali tanda bahaya dan terlambat membawa ibu ke fasilitas kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian ibu (Koran Sindo,__________)Selanjutnya selain faktor pengetahuan ibu hamil, faktor kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC adalah perlu. Sebagaimana diketahui tujuan dari kunjungan ANC secara umum adalah untuk mencegah terjadinya akibat yang fatal karena bahaya-bahaya atau gangguan kehamilan yang tidak terdeteksi secara dini. Dengan melakukan kunjungan ANC secara teratur diharapkan tanda-tanda bahaya kehamilan dapat diatasi dengan cepat dan tepat sehingga keselamatan ibu dan anak dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Tentu saja hal ini akan memberikan dampak yang sangat baik terhadap penurunan AKI dan AKB. Dari data dinas kesehatan Sumatera Utara diperoleh informasi bahwa pada setiap kabupaten dari sejumlah ibu hamil yang terdata, ternyata rata-rata 50 % mengalami gangguan kehamilan. Dari sejumlah ibu hamil yang mengalami kompilasi kehamilan, 50% sudah teratasi dengan baik karena melakukan kunjungan ANC pada puskesmas-puskesmas terdekat. Dengan demikian diperoleh suatu kesimpulan sementara bahwa kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC adalah berpengaruh terhadap solusi bahaya kehamilan pada umumnya dan bahaya kehamilan trimester tiga pada khususnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumya, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan trisemester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC. Rencana penelitian tersebut peneliti kemas dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Trisemester Tiga dengan Kepatuhan Kunjungan ANC di Klinik Harapan Keluarga Tembung

1.2. Rumusan MasalahFakta-fakta tentang permasalah penelitian ini telah diungkapkan dalam latar belakang. Berangkat dari latar belakang yang telah diungkapkan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC ?.1.3. Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumSecara umum, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah adanya hubungan pengetahuan ibu secara umum tentang tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC dan untuk menelaah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC. 2. Untuk mencegah terjadinya resiko bahaya kehamilan trimester tiga pada ibu primigravida.

1.4. Manfaat Penelitian1.4.1. Bagi PenelitiManfaat penelitian ini bagi peneliti diantaranya adalah untuk menambah wawasan peneliti yang berkaitan dengan adanya hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC dan untuk menambah pengalaman peneliti dalam hal menelaah adanya hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC.1.4.2 Bagi Ibu PrimigravidaMenambah wawasan dan pengetahuan ibu primigravida mengenai adanya hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC sehingga ibu primigravida terhindar dari resiko bahaya kehamilan yang terjadi khususnya pada trimester tiga.1.4.3 Bagi Tempat PenelitianSebagai bahan masukan bagi bidan ataupun tenaga kesehatan yang terlibat di dalamnya untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan ibu hamil dan anak pada umumnya serta ibu primigravida pada khususnya.

1.4.4. Bagi PendidkanPenelitian ini hendaknya bermanfaat sebagai bahan untuk penelitian lanjut ataupun sebagai bahan referensi dan informasi bagi setiap orang yang membutuhkan.1.5. Hipotesis PenelitianH0: Tidak ada hubungan pengetahuan ibu primigravida terhadap tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC.Ha: Ada hubungan pengetahuan ibu primigravida terhadap tanda bahaya kehamilan trimester tiga dengan kepatuhan kunjungan ANC8