BAB 1 TEO

download BAB 1 TEO

of 4

description

hjnm

Transcript of BAB 1 TEO

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangInfertilitas merupakan ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memperoleh keturunan walaupun dengan melakukan hubungan seks normal tanpa menggunakan metode kontrasepsi selama satu tahun atau setelah enam bulan apabila istri telah menginjak usia di atas 35 tahun (Firman, 2012). Pasangan infertil di Indonesia mencapai angka 12% atau sekitar 3 juta pasangan, 30% diantaranya disebabkan karena faktor pria. Belakangan ini persentase tersebut meningkat menjadi 40% (Sutyarso dan Hendri, 2003). Infertilitas pada pria banyak terjadi akibat stres kerja dengan angka kejadian 66,8 juta dari total 107,7 juta pekerja pada tahun 2013 berpotensi menimbulkan kerugian terhadap perusahan akibat penurunan performa, efisiensi dan produktivitas kerja (Tjiptoherijanto,2011). Penelitian yang oleh Sheiner pada tahun 2002 menunjukkan bahwa lebih banyak didapatkan pekerja yang infertil dengan latar belakang kelelahan dibanding dengan kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa stres dunia kerja mampu memberikan pengaruh yang merugikan bagi infertilitas pria. Stres kerja merupakan akumulasi stressor pekerjaan yang dinilai sebagai stressful oleh kebanyakan orang. Stress kerja terjadi akibat interaksi antara lingkungan kerja dengan karakteristik individu pekerja dimana beban pekerjaan yang ditangguh melebihi kapasitas kemampuan pekerja (Philip, 2004). Stres kerja yang dialami pekerja dapat dianalogikan dengan stress Paradoxical Sleep Deprivation (PSD) pada hewan coba. Stres PSD tersebut yang dapat menimbulkan stres oksidatif dan akan mengaktifasi sistem hipotalamus-hipofisis-adrenal (HHA). Stres oksidatif yaitu keadaan jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kemampuan tubuh untuk menetralisir zat tersebut. Stres oksidatif bersifat mengoksidasi lipid, protein dan DNA sel, termasuk pada sel Leydig karena mempunyai membran plasma dengan kadar fosfolipid yang tinggi. Kondisi tersebut akan menyebabkan sel Leydig akan rusak sehingga jumlah sel tersebut akan menurun (Agarwal & Sekhon, 2010).Stres PSD juga menyebabkan hipotalamus mengeluarkan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) ke sistem porta hipotalamus-hipofisis. Pengeluaran CRH ke sistem porta mengakibatkan adenohipofisis merespon dengan mengeluarkan Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). ACTH ini selanjutnya mengaktivasi korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid ke sirkulasi darah (Arjadi, 2010). Kadar glukokortikoid yang tinggi yang terjadi selama stres kerja juga dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada sel Leydig pria. Kondisi ini dapat menginduksi apoptosis abnormal sel Leydig melalui beberapa mekanisme yaitu aktivasi sistem Fas, pembelahan procaspase-3, hilangnya potensial membran mitokondria (DeltaPsi) dan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) (Gao et al., 2003). Kadar ACTH yang meningkat akan menimbulkan ekspresi Gonadotropin Inhibitory Hormone (GnIH) di hipotalamus meningkat setelah gonadotropin beredar di sirkulasi darah. Peningkatan kerja GnIH ini mengakibatkan GnRH menurun yang kemudian menyebabkan kadar LH mengalami penurunan. Kadar LH yang menurun akan mengganggu aktivitas sel leydig dalam menghasilkan testosteron. Aktivitas yang menurun dari sel leydig dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian sel yang berdampak pada penurunan jumlah sel leydig tersebut (Arjadi, 2010). Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk) terutama bagian akarnya kini banyak diteliti untuk keperluan terapi reproduksi hal tersebut karena kandungan derivat stereoid stigmaterol pada Purwoceng yang analog dengan testosteron dan bersifat mestimulasi spermatogenesis. Purwoceng juga mengandung vitame E dan antioksidan flavonoid yang menghambat oksidasi jaringan akibat senyawa radikal bebas (Jasaputra et al., 2012). Likopen yang banyak terdapat pada tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu antioksidan yang sangat kuat. Likopen mampu mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien daripada vitamin E dan 12.500 daripada glutahione (Maulida, 2010). Peranan likopen terhadap kesehatan tubuh telah banyak diteliti. Berkaitan dengan infertilitas pria, pemberian suplementasi likopen oral pada pria infertil non perokok dapat memperbaiki jumlah sperma, motilitas, dan morfologi sperma (Suciati et al., 2012; Mohanty et al., 2001). Likopen diketahui mampu menjadi alternatif pada pria yang mengalami infertilitas terkait ROS (Hekimoglu et al., 2009).Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik meneliti pengaruh efek ekstrak Purwoceng dan Likopen terhadap jumlah sel leydig yang telah mendapatkan stress kerja PSD. Penelitian dilakukan pada hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) (Sheiner et al., 2003).B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan jumlah sel Leydig tikus putih (Rattus norvegicus) jantan antara pemberian Granul Efervessen berbagai macam dosis dengan kontrol pada model stres paradoxical sleep deprivation?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui perbedaan jumlah sel Leydig tikus putih (Rattus norvegicus) jantan pemberian Granul Efervessen berbagai macam dosis dengan kontrol pada model stres Paradoxical Sleep Deprivation (PSD).D. Manfaat penelitian

1. Teoritisa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu kesehatan reproduksi khususnya mengenai pengaruh ekstrak Purwoceng dan Tomat terhadap jumlah sel Leydig tikus putih (Rattus norvegicus) jantan pada model stres PSD.b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh ekstrak Purwoceng dan Tomat terhadap jumlah sel Leydig tikus putih (Rattus norvegicus) jantan pada model stres PSD.2. Praktis

a. Bagi Klinisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sebagai salah satu pertimbangan klinisi dalam melakukan terapi terhadap masalah kesehatan reproduksi pria akibat stres dengan pemberian antioksidan. b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang stres kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi pria serta salah satu alternatif pengobatan dengan mengonsumsi antioksidan.