BAB 1 - Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji...

43
TUGAS PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI “FLAVONOID DAUN KATUK” Disusun Oleh: Kelas: F Syifa’ Robbani 125100301111002 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Transcript of BAB 1 - Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji...

Page 1: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI“FLAVONOID DAUN KATUK”

Disusun Oleh:

Kelas: F

Syifa’ Robbani 125100301111002

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDewasa ini terdapat beberapa macam penyakit yang disebabkan

oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena radikal bebas. Radikal bebas (free radical) atau sering juga disebut senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS) adalah sebuah molekul atau atom yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas bersifat tidak stabil, sangat reaktif dan dapat merebut elektron dari molekul lain dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya. Molekul yang kehilangan elektron ini dapat bersifat reaktif, terutama asam lemak tidak jenuh yang kemudian ditransformasikan menjadi radikal bebas yang sangat reaktif. Antioksidan yang terdapat dalam tubuh harus terdapat dalam jumlah yang memadai. Sistem pertahanan tubuh yang dapat digunakan untuk melawan radikal bebas sangat dipengaruhi oleh tersedianya zat-zat gizi dalam tubuh yang berasal dari makanan (Astuti, 2008).

Upaya mempertinggi status antioksidan dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung zat-zat gizi antioksidan maupun antioksidan non gizi (komponen bioaktif), sehingga kadar antioksidan endogen dalam tubuh dipertahankan tetap tinggi. Ada dua kelompok sumber antioksidan, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami atau yang terkandung dalam bahan alami). Antioksidan alami berasal dari senyawa fenolik seperti golongan flavonoid. Salah satu contoh produk metabolit sekunder yang bagus adalah golongan flavonoid (Astuti, 2008).

Terdapat beberapa jenis bahan alami yang mengandung flavonoid, diantaranya adalah daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr. Daun katuk sangat banyak di Indonesia, terutama di Pedesaan. Hal ini menjadikan daun katuk berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku dalam memproduksi flavonoid. Warna hijau daun katuk disebabkan oleh adanya zat warna alami yang disebut flavonoid. Di dalam ubi jalar ungu menurut Steed and Truong (2008), di dalam daun katuk segar mengandung papaverin dalam flavonoid 580/ 100 gram. Hal ini menyebabkan daun katuk berpotensi untuk diekstrak flavonoid yang terdapat di dalamnya.

Senyawa yang paling mudah ditemukan adalah salah satunya flavonoid karena senyawa ini adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan. Oleh karena jumlahnya yang melimpah di alam, manusia lebih banyak

Page 3: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

memanfaatkan senyawa ini dibandingkan dengan senyawa lainnya sebagai antioksidan.

Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan metode kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa murni yang diperoleh dengan berbagai metode yang berbeda, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah diketahui struktur molekulnya biasanya dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa Jumlah Nilai dan Absorbansi aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus Androgunus (L) Merr.)?

2. Apa saja senyawa fitokimia pada daun katuk terutama flavonoid?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Jumlah Nilai dan Absorbansi aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus Androgunus (L) Merr.)

2. Mengetahui senyawa flavonoid dan fitokimia pada daun katuk

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan dan sebagai bahan pelajaran untuk dapat mendeskripsikan senyawa flavonoid.

Page 4: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun KatukDaun katuk adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus(L)

Merr, family uphorbiaceae. Nama daerah: Memata (Melayu), Simani (Minangkabau), Katuk (Sunda), Kebing dan Katukan (Jawa), Kerakur (Madura). Terdapat di berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di dataran dengan ketinggian 0-2100 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbentuk perdu. Tingginya mencapai 2-3 m. Cabang-cabang agak lunak dan terbagi. Daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm. Bunga tunggal atau berkelompok tiga (Anonim, 2011a). Gambar daun katuk terdapat pada Gambar 2.1. Menurut Anonimb (2011), tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut:Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : RosidaeOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : SauropusSpesies : Sauropus androgynus (L.) Merr.

Gambar 2.1 Daun Katuk

Katuk (Sauropus androgynus) merupakan obat yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Kandungan kimia katuk adalah protein, lemak, kalsium, fosfat, besi, vitamin A, B, C, steroid, flavonoid dan polifenol. Pemanfaatan tanaman ini sebagai obat tradisional sangat bervariasi, seperti untuk pelancar ASI, obat demam, obat bisul dan

Page 5: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

darah kotor. Selain itu akarnya berkhasiat sebagai obat frambusia, susah kencing dan obat panas (Subekti, 2006).Selainitu, Soedibyo (1998) menambahkan bahwa dalam daun katuk jugamengandung senyawa steroid dan polifenol. Komposisi kimia daun katuk dapat dilihat pada Tabel 1. Penelitian-penelitian terdahulu telahmembuktikan bahwa khasiat dari daun katuk salah satunya adalah dapat meningkatkan produksi ASI. Peningkatan produksi ASI ini diduga karena adanya efek hormonal dari kandungan kimia sterol pada daun katuk yang bersifat estrogenik (Soedibyo, 1998).

Daun katuk kaya akan besi, provitamin A dalam bentuk β-carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya. Dalam 100 gram daun katuk mengandung 72 kalori, 70 gram air, 4,8 gram protein, 2 gram lemak, 11 gram karbohidrat, 2,2 gram mineral, 24 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg besi, 31,11 µg vitamin D, 0,10 mg vitamin B6 dan 200 mg vitamin C (Santoso, 2009).

Daun katuk tua terkandung air 10,8%, lemak 20,8%, protein kasar, 15.0%, serat kasar 31,2%, abu 12,7%, dan BETN 10.2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tepung daun katuk mengandung air 12%, abu 8,91%, lemak 26,32%, protein 23,13%, karbohidrat 29,64%, β-carotene (mg/100 g) 165,05 dan energi (kal) 134,10. (Santoso, 2009).

Tabel 1. Komposisi kimia daun katuk per 100 gram bagian yangdapat dimakan

2.2 Flavonoid

Flavonoid terutama terdiri atas antosianidin, flavonol, flavone,flavanol, flavanone, dan isoflavon (Spencer et al., 2003). Komponen

Page 6: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

flavonoid yang dianalisis pada penelitian kali ini adalah golongan flavonol dan flavone. Senyawa yang dianalisis dari golongan flavonol terdiri atas quercetin, kaempferol, dan myricetin, sedangkan dari golongan flavone terdiri atas apigenin dan luteolin. Pengidentifikasian dibatasi hanya pada kedua golongan ini, dikarenakan kedua golongan senyawa ini merupakan komponen flavonoid yang mayoritas (secara kualitatif) terdapat dalam sayuran (Lee, 2000). Selain itu, kedua golongan senyawa ini merupakan flavonoid yang paling banyakditeliti dalam studi antikarsinogenesis (Hertog et al., 1992).Struktur senyawa flavonoid terdapat pada Gambar 2.2.

O

OHOH

OH

OH

floretin

O

OOH

OH

OH

apigenin

O

OOH

OH

OH

OH

kaemferol

OOH

OH

OH

OH

OH

epikatecin

OOH

OH

OH

OH

pelargonidin

+

O

OH OCH

OH

OH

sulfuretin

Gambar 2.2 Struktur Flavonoid

Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.

Pola biosintesis pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada tahap tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2).kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yaitu kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintes utamadari cincin aromatik yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propana dapat menghasilkan berbagai

Page 7: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

gugus fungsi seperti pada ikatan rangkap, gugus hidroksi, gugus karbonil, dan sebagainya. Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.

2.3 Sifat Fisik dan Kimia FlavonoidFlavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia

senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan.

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan seperti kata pepatah lama suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri, maka umumnya flavonoid larut cukupan dalam 11 pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).            Flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti hepatoprotektif, antitrombotik, antiinflamasi, dan antivirus (Stavric dan Matula, 1992). Sifat antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil, anionsuperoksida, radikal peroksil, dan alkoksil (Huguet, et al., 1990; Sichel,et al.,1991). Senyawa flavonoid ini memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap ion Fe (Fe diketahui dapat  mengkatalisis beberapa proses yang  menyebabkan terbentuknya radikal bebas). Aktivitas antiperoksidatif flavonoid ditunjukkan melalui potensinya sebagai pengkelat Fe (Afanas‟av,et al., 1989 ; Morel,et al.,1993).            Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak inidikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena ituwarnanya berubah bila

Page 8: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).

Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetic senyawa senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:1.      Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.2.      Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.            Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.            Secara fisis, flavonoid bersifat stabil. Namun, secara kimiawi ada 2 jenis flavonoid yang kurang stabil, yaitu:

1. Flavonoid O-glikosida; dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan eter (R-O-R).  Flavonoid jenis ini mudah terhidrolisis.

2. Flavonoid C-glikosida; dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan C-C. Flavonoid jenis ini sukar terhidrolisis, tapi mudah berubah menjadi isomernya. Misalnya viteksin, dimana gulanya mudah berpindah ke posisi 8. Perlu diketahui, kebanyakan gula terikat pada posisi 5 dan 8, jarang terikat pada cincin B atau C karena kedua cincin tersebut berasal dari jalur sintesis tersendiri, yaitu jalur sinamat.

2.4 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit SekunderPrinsip dari pemisahan (isolasi) adalah adanya perbedaan sifat

fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecendrungan dari molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk labus (adsorpsi, penserapan) (Harborne, 1987).

Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair vakum, kromatografi cair vakum adalah kromatografi kolom yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi 2,5 cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan dalam pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut ditambahkan adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak. Campuran ini digenis sampai homogen, dikeringkan dan dimasukkan ke dalam corong G-3 kemudian diratakan.

Page 9: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring. Elusi diawali dengan pelarut non polar dilarutkan dengan kombinasi pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan setiap kali elusi untuk bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan 25 ml pelarut, untuk 10-30 gram ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini, diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan ekstrak dipermukaan kolom setipis mungkin dan rata. Masing-masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom kemudian dihisapkan pompa vakum. Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah terpisah sehingga menghasilkan sejumlah fraksi (Soediro, dkk.,1986).

2.5 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid2.5.1 Isolasi Flavonoid

Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapatmelarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarutpolar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut semipolar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk tujuanskrining maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut methanol atauetanol. Hal ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkan senyawa–senyawa mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang kental, selanjutnya dipisahkankandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi, yang biasanyaberdasarkan kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996).            Senyawa flavonoid diisolasi dengan tekhnik maserasi,mempergunakan poelarut methanol teknis. Ekstraksi methanol kental kemudian dilarutkan dalam air. Ekstrak methanol–air kemudian difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Masing–masing fraksiyang diperoleh diuapkan, kemudian diuji flavonoid. Untuk mendeteksiadanya flavonoid dalam tiap fraksi, dilakukan dengan melarutkansejumlah kecil ekstrak kental setiap fraksi kedalam etanol.Selanjutnya ditambahkan pereaksi flavonoid seperti : natriumhidroksida, asam sulfat pekat, bubuk magnesium–asam klorida pekat,atau natrium amalgam–asam klorida pekat. Uji positif flavonoidditandai dengan berbagai perubahan warna yang khas setiap jenisflavonoid (Geissman, 1962).

Cara lain yang dapat dipakai untuk pemisahan adalah ekstraksi cair-cair, kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Isolasi dan pemurnian dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas preparatif dengan pengembangan yang dapat memisahkan komponen paling baik (Harborne, 1987). Flavonoid (terutama glikosida) mudah mengalami degradasi enzimatik ketika dikoleksi dalam bentuk segar. Oleh karena itu disarankan koleksi yang dikeringkan atau dibekukan. Ekstraksi menggunakan solven yang sesuai dengan tipe flavonoid yg dikehendaki. Polaritas menjadi pertimbangan utama. Flavonoid kurang polar (seperti isoflavones, flavanones, flavones

Page 10: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

termetilasi, dan flavonol) terekstraksi dengan chloroform, dichloromethane, diethyl ether, atau ethyl acetate, sedangkan flavonoid glycosides dan aglikon yang lebih polar terekstraksi dengan alcohols atau campuran alcohol air. Glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air. Flavonoid dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi, antara lain:a.       Sitroboratb.      AlCl3c.       NH3

Sebelum melakukan suatu isolasi senyawa, maka yang dilakukan adalah ekstraksi terlebih dahulu.

a.  EkstraksiEkstraksi artinya mengambil atau menarik suatu senyawa yang

terdapat dalam suatu bahan dengan pelarut yang sesuai. Proses yang terjadi dalam ekstraksi adalah terlarutnya senyawa yang dapat larut dari sel melalui difusi, tergantung dari letak senyawa dalam sel dan juga permeabilitas dinding sel dari bahan yang akan di ekstraksi.

Ekstraksi adalah suatu proses atau metode pemisahan dua atau lebih komponendengan menambahkan suatu pelarut yang hanya dapat melarutkan salahsatu komponennya saja. Dalam prosedur ekstraksi, larutan berair biasanya dikocok dengan pelarutorganik yang tak dapat larut dalam sebuah corong pemisah. Zat–zatyang dapt larut akan terdistribusi diantara lapisan air dan lapisanorganik sesuai dengan (perbedaan) kelarutannya. Padaekstraksi senyawa – senyawa organik dari larutan berair, selain airatau eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena, kloroform dan sebagainya. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yanglebih kecil dari pada bila jumlah pelarutnya banyak tapi ekstraknyahanya sekali (Markham, 1988).            Metode ekstraksi terdiri atas dua jenis yakni ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Ekstraksi panas menggunakan cara refluks dan destilasi uap sedangkan ekstraksi secara dingin menggunakan cara maserasi,perkolasi dan soxhletasi.1) Ekstraksi Secara Panas

(a) Ekstraksi Secara Refluks.Ekstraksi secara refluks adalah cara berkesinambungan dimana

cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam sampel.(b)Ekstraksi Secara Destilasi Uap

            Ekstraksi secara destilasi uap adalah cara yang digunakan untuk menyaring saampel yang mangandung minyak yang mudah menguap ataumengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi padatekanan udara normal.Destilasi merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan perbedaan titik didih dari senyawa. Biasa digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri.

Page 11: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

2) Ekstraksi Secara Dingin(a) Ekstraksi Secara Maserasi

            Secara harfiah berarti merendam. Ekstraksi secara maserasi merupakan cara penyarian yang palingsederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalamcairan penyari. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.

(b) Ekstraksi Secara Perkolasi            Perkolasi adalah suatu cara penarikan dengan memakai alat yang yang disebut perkolator, dimana simplisia terendam dalam cairan penyari sehingga zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Ekstraksi secara perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk sampel yang telah dibasahi.

(c) Ekstraksi Secara SoxhletasiMerupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan pemanasan

untuk destilasi pelurut sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui serbuk simplisia. Metode ini efisiensi dalam pemanfaatan pelarut tetapi berisiko pembentukan artefak akibat penggunaaan panas. Ekstraksi secara soxhletasi merupakan cara penyarian sampel secaraberkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uapcairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari sampel di dalam klonson dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon.

b.  Kromatografi Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik

pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Kromatografi secara garis besar dapat dibedakan menjadi kromatografi kolom dankromatografi planar. Kromatografi kolom terdiri atas kromatografi gas dan kromatografi cair, sedangkan kromatografi planar terdiri ataskromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas (Anwar, 1994).             Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat

Page 12: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler .

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda (Harborne, 1987).

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Kecepatan senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut (Harborne, 1987).

Kemampuan senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika tergantung pada besar atraksi antara senyawa dengan gel silika. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada gel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya karena senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan (Harborne, 1987).Penyerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan gel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada gel silika -untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti- dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan (Harborne, 1987). Dalam hal ini, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.

Jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk ikatan-ikatan hydrogen, terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan gel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting dimana hal ini akan mempengaruhi mudahnya proses senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika. Ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika

Page 13: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik, termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut. Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut tidak berkerja dengan baik, maka dapat mencoba dengan pelarut lainnya (Harborne, 1987).

Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).1.  Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan plat atau lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang bertindak sebagaifasa diam. Fase bergerak ke atas sepanjang fase diam danterbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahandan sensitif (Khopkar, 1990). Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian pelat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) dan selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).

Pada prinsipnya KLT dilakukan berdasarkan pada penggunaan fasa diam untuk menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Fasa diam yang biasadigunakan dalam KLT adalah serbuk silika gel, alumina, tanah diatomedan selulosa (Harborne, 1987). Adapun carakerja dari KLT yakni larutan cuplikan sekitar 1% diteteskan denganpipet mikro pada jarak 1-2 cm dari batas plat. Setelah eluen ataupelarut dari noda cuplikan menguap, plat siap untuk dikembangkandengan fasa gerak (eluen) yang sesuai hingga jarak eluen dari batasplat mencapai 10-15 cm. Mengeringkan sisa eluen dalam plat dengandidiamkan pada suhu kamar. Noda pada plat dapat diamati langsung dengan menggunakan lampu UV atau dengan menggunakan pereaksi semprot penampak warna. Setelah noda dikembangkan dan divisualisasikan,identitas noda dinyatakan dengan harga Rf (retardation factor)(Anwar, 1994).

Tujuan mendapatkan identitas noda dengan harga Rf untuk mencari pelarut untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh darikromatografi kolom, menyigi arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis atau metilasi, identifikasi flavonoid secarako-kromatografi dan isolasi flavonoid murni skala kecil (Markham,1988).KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem

Page 14: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Roy, et. all, 1991).Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini menurut Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman (2007) adalah :

• Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.• Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorisensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.• Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi.• Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Harborne, 1987).

Keuntungan kromatografi lapis tipis adalah dapat memisahkan senyawa yang sangat berbeda seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintesis, kompleks organik dan anorganik serta ion anorganik dalam waktu singkat menggunakan alat yang tidak terlalu mahal. Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan beberapa mikrogram. Kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan kromatografi kertas adalah dapat digunakan pereaksi asam sulfat pekat yang bersifat korosif, kelemahannya adalah harga RF yang tidak tetap (Gritten, et. al., 1991).a)  KLT Preparatif

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.b)  KLT 2 Dimensi

KLT 2 arah atau 2 dimensi bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda .

Sampel ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem fase gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Lempeng diangkat, dikeringkan dan

Page 15: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

diputar 90° dan diletakkan dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak kedua sehingga bercak yang terpisah pada pengembangan pertama terletak dibagian bawah sepanjang lempeng, lalu dikromatografi lagi.

Deteksi dengan KLT dapat dilakukan dengan cara:1.      Sinar tampak2.      Sinar UV3.      Pereaksi warna

2.  Kromatografi Kolom            Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan dan pemurnian senyawa dalam skalapreparative. Kromatografi kolom dapat dilakukan pada tekanan atmosferatau dengan tekanan lebih besar dengan menggunakan bantuan tekananluar (Khopkar, 1990).  Kromatografikolom prinsipnya mudah memilih ukuran, kemasan (packing), dan isikolom sesuai jenis serta jumlah cuplikan yang akan dipisahkan. Kolomyang digunakan dan kromatografi ini dapat berupa gelas, plastik ataunilom. Ukuran kolom yang lazim digunakan mempunyai diameter 2 cm danpanjang 45 cm. Untuk memilih kemasan (Packing) yang akan digunakandalam kolom biasanya menggunakan selulosa, silika gel, alumina, arang(charcoal) (Anwar, 1994).

Adapun cara kerja dari kromatografi kolom yakni langkah pertama mengemas kolom(packing) dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan kolom kemas yangserba sama. Selanjutnya kemasan kolom dijadikan bubur dalam gelaspiala memakai pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalamkolom. Kemasan dibiarkan turun dan pelarut yang berlebihandikeluarkan melalui keran. Selanjutnya langkah kedua menempatkanlarutan cuplikan pada (bagian atas) kolom sehingga terbentuk pitayang siap untuk dielusi lebih lanjut. Cuplikan harus dilarutkan dalampelarut yang volumenya sedikit. Pelarut yang dipakai harus samadengan pelarut untuk mengelusi (Markham, 1988).

 3. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)            High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya (Done dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978).

Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada, besarnya berat molekul (BM) dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data spektroskopik seperti Nucleic Magnetic Resonance Spectrosphotometer (NMR), Infrared spectrophotometer, ultra violet spectrumeter, dan mass Spectrophotometer. Semua data-data ini dapat

Page 16: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih tipe HPLC yang tepat untuk digunakan (Johnson dan Stevenson, 1978)            Berdasarkan Hukum Dasar "like dissolves like" maka sangat mudah untuk memutuskan tipe KCKT yang akan dipilih. Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita dapat melihat bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat menggunakan kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jika sampelnya larut dalam air; bila dapat larut dalam pelarut organik maka digunakan pelarut- pelarut organik sebagai rasa gerak. Fasa diamnya adalah Sephadex atau Bondagel Seri E untuk rasa gerak air dan Styragel atau MicroPak TSK gel untuk rasa gerak organik. Bila BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus ditentukan adalah apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam air, maka kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi penukar ion dapat digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh penambahan asam atau basa atau bila pH larutan bervariasi lebih dari 2 (dua) satuan pH dari pH 7, maka kromatografi penukar ion adalah pilihan utama. Bila kelambatan tidak dipengaruhi oleh asam dan basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi rasa terbalik adalah pilihan terbaik. Tipe Eksklusi menggunakan ukuran poros yang kecil dan rasa air dapat juga dicoba.

c.   Metode Spektroskopi            Spektroskopi merupakan suatu metode untuk penentuan rumus struktur dari suatu senyawa. Menurut Anwar (1994) bahwa spektroskopi bila dibandingkandengan metode kimia konvensional (metode basah), spektroskopi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : Jumlah zat yang diperlukan untuk analisis relatif kecil dan zat tersebut sering kali dapat diperoleh kembali dan waktu pengerjaannya relatif cepat.

Dasar metode spektroskopi adalah molekul pada suatu energi level tertentu,misalnya E1,disinari dengan sinar tertentu. Sinar ini akan melewati molekul itudan seterusnya melewati suatu detektor. Selama molekul itu tidakmenyerap sinar itu maka sinar yang terdeteksi akan sama intensitasnyadengan sinar yang berasal dari sumber. Pada frekuensi yangmemungkinkan terjadinya pemindahan energi level molekul misalnya dariE1 keE2,maka sinar akan diserap oleh frekuensi yang memungkinkan terjadinyapemindahan energi level molekul misalnya dari E1ke E2,maka sinar akan diserap oleh molekul dan tidak akan tampak dalamdetektor (Siregar, 1988).1). Spektrofotometri Ultra Lembayung (UV)            Spektrofotometri UV adalah suatu alat yang menggambarkan antara panjang gelombang atau frekuensi lawan intensitas serapan (absorbansi). Spektrosfotometri UV ini menghasilkan radiasi (cahaya) dengan panjang gelombang 200– 400 nm (Anwar, 1994). Pada umumnya spektrofotometri UV umumnyahanya menunjukkan jumlah peak (puncak ) yang kecil jumlahnya.Puncak-puncak dilaporkan sebagai panjang gelombang.

Page 17: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

            Spektrofotometri ini biasanya juga digunakan untuk mendeteksi konjugasi. Molekul-molekul yang tidak mempunyai ikatan rangkap atau hanya mempunyai satu ikatan tidak menyerap sinar 200-800 nm. Lainhalnya dengan senyawa-senyawa yang mempunyai sistem konyugasi yang dapat menyerap sinar pada daerah ini, semakin panjang sistem konyugasinya maka makin besar panjang gelombang absorpsi (Siregar,1988).

Untuk menganalisis struktur dari senyawa-senyawa dari metabolitsekunder seperti senyawa flavonoid, spektroskopi UV merupakan carayang terbaik untuk mengkarakterisasi jenis-jenis senyawa flavonoiddan menentukan pola oksigenasi. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebasyang terdapat pada inti flavonoid dapat ditentukan juga denganmenambahkan pereaksi geser (Markham, 1988). 2) Spektrum Flavonoid Umum            Spektroskopi serapan lembayung dan serapan sinar tampak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Disamping itu, kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi (pereaksi geser) ke dalam larutancuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Cara ini berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugushidroksil fenol (Markham, 1988 : 38).Spektrum flavonoid (gambar 2) biasanya ditentukan dalam larutan denganpelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada rentang240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatannisbi maksimal tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifatflavonoid dan pola oksigenasinya.             Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara (5,7,4‟) adalah kekuatan nisbi yang rendah pada pita Idalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Ciri nisbi ini tidak berubah,bahkan bila pola oksigenasi berubah, sekalipun rentang maksimal serapan pada jenis flavonoid (tabel 2) yang berlainan tumpang tindih sebagai keseragaman polaoksigenasi. Keseragaman dalam rentang maksimal ini akan bergantung pada polahidroksilasi dan pada derajat substitusi gugus hidroksil (Markham, 1988 : 39).

 2.5.2 Cara Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Secara Umum1.  Isolasi Dengan metanol            Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil, santifil dan lain-lain

Page 18: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

2.  Isolasi Dengan Charaux Paris            Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.

3.  Isolasi dengan beberapa pelarut.            Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etanol pekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.4.  Identifikasi Dengan Reaksi warna

                  a. Uji WILSTATERUji ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti δ benzopiron. Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi Wilstater adalah sebagai berikut:- Jingga Daerah untuk golongan flavon.- Merah krimson untuk golongan fLavonol.- Merah tua untuk golongan flavonon.

b. Uji BATE SMITH MATECALVE                    Reaksi warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa   leukoantosianin, reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau  warna ungu.

Page 19: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk(Sauropus Androgunus (L) Merr.)

Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Blois, 1958).Pengukuran antiradikal bebas dengan metode DPPH sebagai senyawa radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri merupakan prosedur sederhana untuk mengukur aktivitas antiradikal. Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmaks 517 nm dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antiradikal maka DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan karena berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH karena adanya penangkapan satu elektron oleh zat antiradikal yang menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi dimana perubahan ini dapat diukur dan dicatat dengan spektrofotometer.

Pemeriksaan aktivitas anti radikal bebas DPPH secara spektrofotometri dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan DPPH. Pengukuran absorbansi sampel dilakukan pada konsentrasi 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm dan 16 ppm yang dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan sampel) pada waktu 0-30 menit. Data hasil pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 515 nm dinyatakan pada gambar berikut.

Gambar 3.1. Hasil analisis Antioksidan dalam Daun Katuk

Dari Gambar 3.1 dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi sampel terhadap kontrol pada setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan nilai absorbansi DPPH mempunyai arti bahwa telah terjadinya penangkapan radikal DPPH oleh sampel. Dengan

Page 20: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

penangkapan radikal tersebut, mengakibatkan ikatan rangkap diazo pada DPPH berkurang sehingga terjadinya penurunan absorbansi. Dari data pengukuran nilai absorbansi pada menit ke-30 dapat dianalisis pengaruh konsentrasi sampel dengan persentase inhibisi dimana peningkatan aktivitas sebanding dengan bertambahnyakonsentrasi. Ditentukan persamaan regresi dan untuk selanjutnya dari persamaan diplotkan aktivitas 50% sehingga diperoleh harga konsentrasi efektif (IC50) yaitu sebesar 80,81 ppm. IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktvitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50- 100 ppm, sedang jika bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika nilai IC50 bernilai 151-200 ppm (Anonim, 2005).

Hal ini terjadi karena semakin tinggi kadar flavonoid maka molekul molekul yang terdapat pada ekstrak daun tanaman obat semakin banyak sehingga molekul yangakan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu juga semakin banyak. Kadar flavonoid dan senyawa fenolik lain di dalam tanaman berbeda-beda di antara setiap bagian, jaringan, dan umur tanaman, serta dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor ini adalah temperatur, sinar ultraviolet dan tampak, nutrisi, ketersediaan air, dan kadar CO2 pada atmosfer (Bohm 1987, diacu dalam Estierte et al. 1999).

Kandungan flavonoid yang merupakan senyawa aktif mampu berperan sebagai antioksidan yang berfungsi membuang radikal bebas pada plasma membran. Kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang terakumulasi pada komponen membran akan mempegaruhi penuaan dan destruksi dari eritrosit yaitu pemendekan masa hidup sel. Flavonoid mempengaruhi aktifitas enzim yang melekat pada membrane plasma yaitu alkalin fosfatase, karbonik anhidrase, dan superoksida dismutase. Bentuk sitosol dan ekstraseluler dari superoksida dismutase (SOD) berperan penting sebagai antioksidan pada pertahanan terhadap radikal bebas dengan mengkatalis perubahan radikal superoksida menjadi hidrogen perioksida (H2O2).            Kandaswami dan Middleton (2004) mengatakan bahwa flavonoid dapat menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah pada tubuh akan menyebabkan aliran darah tidak lancar dan jika dibiarkan dalam waktu yang terlalu lama, kemungkinan besar akan mengumpul bahkan menggumpal pada daerah tertentu. Penggumpalan darah ini dapat mengakibatkan sel-sel tersebut menjadi sel kanker yang dapat aktif apabila didukung oleh asupan bahan karsinogenik atau faktor luar lainnya yang dikonsumsi manusia.

Page 21: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Aktivitas antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH akibat adanya penambahan sampel. Nilai serapan larutan DPPH terhadap sampel dihitung sebagai persen inhibisi setelah 30 menit (% inhibisi). Dari data pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang setelah 30 menit dapat dianalisis pengaruh konsentrasi sampel dengan persentase inhibisi seperti dinyatakan pada Gambar 3.

.Gambar 3. Hubungan konsentrasi (ppm) sampel dengan persentase inhibisi (%)

Dengan memasukkan nilai hasil perhitungan ke dalam persamaan linear dengan konsentrasi (ppm) sebagai absis (X) dan nilai persentase inhibisi sebagai ordinat (Y), nilai IC50 dari perhitungan pada saat % inhibisi sebesar 50% dengan persamaan Y = aX + b adalah sebesar 80,81 ppm.

Pemeriksaan aktivitas antiradikal bebas DPPH secara spektrofotometri dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan DPPH pada panjang gelombang 515 nm. Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel. Aktivitas diukur dengan menghitung jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan DPPH. Peredaman tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul Difenil Pikril Hidrazil dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu molekul komponen sampel sehingga terbentuk senyawa Difenil Pikril Hidrazin dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning.

3.2 Phytochemical Analysis and GC-MS profiling in the leaves of Sauropus Androgynus (l) MERR

Pada jurnal ini uji flavonoid menggunakan shinoda’s test dimana 0.5 pelarut menggunakan ethanol,lalu dippanaskan dan kemudia difilter. Ada potongan magnesium dalam bentuk kepingan lalu ditambahkan ke dalam filtrat tersebut dengan tetes demi tetes sampai konsentrasi tertentu. Sebuah warna pink, oranye atau merah ke warna ungu-unguan yang dapat dikatakan bahwa bahan tersebut mengandung flavonoid.

Page 22: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Unsur pokok fitokimia daun katuk secara kualitatif dianalisis dan hasil yang disajikan redapat pada Tabel: 1. analisis spektrum massal senyawa-senyawa yang diidentifikasi dengan menggunakan GC-MS dari ekstrak daun katukethanolic cocok dengan hasil yang ditemukan di NIST/NBS spektral database yang diberikan pada Tabel 2 dan puncak kromatografi terdapat pada Gambar 1. Sifat obat dari unsur fitokimia yang dianalisis terdaftar dalam Tabel 3. Identifikasi senyawa berdasarkan perbandingan hasil spektrum massal dengan orang-orang NIST dan Wiley Perpustakaanhasilnya tidak berbeda jauh [12]. Analisis lebih lanjut dilakukan dengan Spektroskopi Inframerah untuk mengidentifikasi kelompok fungsional yang hadir dalam senyawa terdaftar di atas seperti alkohol, fenol, alkana dan sulfat kelompok hadir dalam senyawa ini.

Gambar 1. Chromatogram Diperoleh dari GC-MS dengan ekstrak Katuk.

GC/MS analisis menunjukkan bahwa setidaknya 8-9 senyawa hadir di ethanolic ekstrak Katuk. Pola fragmentasi senyawa utama adalah 2(1H) Naphthalenone, 3,5,6,7,8,8a-hexahydro-4,8a-dimethyl-6-(1-methylethenyl) waktu retensi 17.27 dan persentase area puncak 41.17. Berikutnya tertinggi ditemukan senyawa adalah waktu retensi Azulene 18,38 dengan 36.20 puncak daerah persen. Senyawa ini telah baik aktivitas farmakologis viz., antikanker, antitumor dan aktivitas. Senyawa Pyrene hexadecahydro dan Squalene dengan persentase daerah puncak 9,07 dan 8.06 masing-masing telah ditunjukkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh manusia. Phytol adalah juga terdeteksi 0.88% relative jumlah dengan 15.00 waktu retensi; senyawa ini diketahui memiliki aktivitas antioksidan antimikroba. Selanjutnya 1 senyawa beralkohol, 14 senyawa Tetradecanediol diidentifikasi yang dilaporkan memiliki properti antimikroba juga ditemukan.

Page 23: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Analisis GC-MS dilaksanakan di Indian Institute of Thanjavur teknologi pengolahan tanaman (IICPT). Ini dilakukan untuk belajar komponen fitokimia hadir dalam ekstrak. 20 g daun bubuk yang direndam dalam 95% etanol untuk 12 jam. Ekstrak yang kemudian disaring melalui Whatmann filter paper No. 41 bersama dengan 2 g natrium sulfat untuk menghapus sedimen dan tetes demi tetesan air di Filtrat. Sebelum penyaringan, kertas filter dengan natrium sulfat yang dibasahi dengan 95% etanol. Filtrat kemudian terkonsentrasi oleh gelembung gas nitrogen ke dalam larutan. Ekstrak terkandung keduanya polar dan nonpolar komponen fitokimia dari tanaman bahan digunakan. 2µl solusi ini dipekerjakan untuk analisis GC/MS. Analisis GC GC-MS analisis dilakukan pada GC Klarus 500 Perlin Elmer sistem terdiri dari AOC-20i autosampler dan gas chromatograph dihubungkan kepada spectrophotometer massa (GC-MS) instrumen mempekerjakan kondisi berikut: kolom Elite-1 dicampurkan silika kapiler kolom

Page 24: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Gambar diatas menunjukkan kromatogram sampel katuk hasil analisis dengan HPLC.High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya (Done dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978).

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa puncakflavonoid yang muncul hanya quercetin (pada menit ke-8.110) dankaempferol (pada menit ke-15.858). Untuk lebih meyakinkan dugaankomponen tersebut, maka dilakukan injeksi sampel yang telahditambahkan standar campuran. Hasil ko-kromatogram ektrak katukdengan standar tersebut dapat dilihat pada Gambar 45. Tabel 18menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak katuk, standarcampuran, dan ekstrak katuk dengan standar campuran.Kandungan flavonol dan flavone pada daun katuk denganperhitungan menggunakan kurva standar memberikan hasil sebagaiberikut : berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 4.50 mgquercetin dan 138.14 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 142.64 mg. Konsentrasi flavonol dan flavone yang diperoleh berdasarkan dry basis(per 100 g sampel kering) adalah 26.22 mg quercetin dan 805.48 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 831.70 mg.

Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan

Page 25: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.

Kandungan flavonol dan flavone pada daun katuk denganperhitungan menggunakan eksternal standar memberikan hasil sebagaiberikut : berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar), yaitu 4.38 mgquercetin dan 146.67 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 151.05 mg. Konsentrasi flavonol dan flavone yang diperoleh berdasarkan dry basis(per 100 g sampel kering) adalah 25.54 mg quercetin dan 855.23 mg kaempferol, sehingga totalnya adalah 880.77 mg.

Katuk memiliki kandungan kaempferol yang sangat tinggi diantara semua sampel yang digunakan, sehingga total flavonol dan flavonenya menjadi jauh lebih tinggi dari sampel lainnya. Daun katuk memiliki kandungan flavonol dan flavone hampir dua kalinya dari kenikir, yang memiliki total flavonol dan flavone ke-dua terbanyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2008) yang menyatakan bahwa seperti yang diketahui bahwa daun katuk mengandung alkaloid tertentu. Alkaloid tersebut jika dikonsumsi akan dioksidasi dalam hati, yang kemudian menghasilkan metabolit. Pengaruh metabolit alkaloid dan metabolitnya adalah menghambat neural. Dalam daun katuk juga terdapat senyawa alkaloid yang juga bersifat antiprotozoa dan antikuman. Ekstrak metanol, ekstrak eter dan ekstrak n-butanol daun katuk mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhosa (Santoso, 2009).

Page 26: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Miean dan Mohamed (2001) melakukan identifikasi yang samapada sampel daun katuk yang dibeli di daerah Malaysia. Namun hasil dari penelitian tersebut cukup berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan kali ini. Pada penelitan Miean dan Mohamed (2001), kandungan quercetin (per 100 gram berat kering) pada daun katuk yaitu sebesar 46.15 mg, sedangkan pada penelitian kali ini hanya teridentifikasi sebesar 26.22 mg. Untuk kandungan kaempferolnya, hasilnya sangat jauh berbeda, pada penelitian ini, komponen kaempferol yang teridentifikasi (per 100 gram berat kering) yaitu sebanyak 805.48 mg, sedangkan pada penelitian Miean dan Mohamed (2001) hanya teridentifiaksi sebesar 32.35 mg. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi tumbuh yang berbeda darisampel. Pengaruh dari waktu pemanenannya dapat pula menjadikemungkinan perbedaan tersebut.

Page 27: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan1.Semakin tinggi konsentrasi sampel yang digunakan maka nilai absorbansi DPPH semakin menurun, ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari sampel. Nilai IC50 yang diperoleh sebesar 80,81, hal ini berarti bahwa flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgu.nus (L) Merr) memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang kuat.

2. Daun Sauropus androgynus daun memiliki tingkat tinggi karotenoid provitamin A, terutama di daun baru dipetik, serta tinggi ntingkat vitamin B dan C, protein dan mineral. Kandungan nutrisi daun biasanya lebih tinggi di daun lebih matang. Sauropus androgynus ekstrak tanaman etanol menunjukkan anti-inflamasi efek pada nitrat oksida aktivitas penghambatan dan aktivitas antioksidan. Penyelidikan ini dapat digunakan untuk mengotentikasi alasan ilmiah radical- gratis pemulungan dengan penggunaan tanaman dalam pengobatan atau pencegahan timbulnya gangguan mematikan seperti arthritis, kanker payudara, aterosklerosis, dll Dan juga itu adalah langkah yang tepat dalam arah mencari Novel dan kromatografi gas lebih efektif dan massa Analisis spektroskopi yang menunjukkan adanya berbagai senyawa dengan variabel kimia struktur salah satunya flavonoid.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada jurnal diatas adalah flavonoid mempunyai peran yang sangat penting dalam tubuh manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sampai level berapa kombinasi perlakuan tepung daun katuk dan rimpang kunyit memberikan keuntungan lebih tinggi.

Page 28: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011a. Manfaat dan Efek Samping Daun Katuk. http://www.smallcrab.com/kesehatan/408-manfaat-dan-efek-samping-daun-katuk. (Diakses tanggal 7 Maret 2011).

, 2011b, 2011. Katuk Sauropus androgynus (L.) Merr.http://www.plantamor.com/index.php?plant=1116 (Diakses tanggal 7 maret 2011).

Agusal, A. 1997. Analisis Kimia Ekstrak Daun Katuk dengan GCMS. Warta Tumbuhan Obat Indonesia.

Aziz, S.S.R. dan Muktiningsih. 2006. Studi Manfaat Daun Katuk. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran. No.151.

Benjapak, N., P. Swatsitang. Dan S. Tanpanich. 2008. Determination Anxioxidant Capacity and Nutritive Values of Pak-Wanban. KKU Sci Journal.

Ekawati dan Wiwid. 2008. Studi Makroskopis, Mikroskopis dan Skrining Fitokimia Daun Katuk. UNAIR Press. Surabaya.

Hardsojo,S.W.S. 2004. Isolasi dan Identifikasi Asam Fenolat pada Daun Katuk (Sauropus Androgynus L.merr). MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Hardsojo,S.W.S. 2003. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid pada Daun Katuk (Sauropus Androgynus L.merr). MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Harbourne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB Press. Bandung.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid (Terjemahan Kosasih Padmawinata). ITB Press. Bandung.

Meda, A., Mikhail, J. dan John, C. 2005. Determination of the total phenolic, flavonoid, and proline content in Burkina fasan money, as well as their radical scavenging activity. Food Chemistry. 91: 571-577

Page 29: BAB 1 -    Web viewPermukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas ... Ini merupakan tingkatan uji coba, jika satu pelarut atau campuran pelarut ... MAKARA SAINS. Vol.8 No.1

Santoso, Urip. 2008.Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kualitas Telur dan Berat Organ Dalam. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, BengkuluJalan Raya Kandang Limun, Bengkulu.

Senthamarai Selvi. V* and Anusha Basker. 2012. Phytochemical Analysis and GC-MS profiling in the leaves ofSauropus Androgynus (l) MERR. International Journal of Drug Development & Research. January-March 2012. Vol. 4 Issue 1 . ISSN 0975-9344.

Subekti, S. 2006.Penggunaan tepung daun katuk dan ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus) sebagai substitusi ransum yang dapat menghasilkan produk puyuh jepang yang rendah kolesterol. Fakultas peternakan IPB. Bogor.

Zuhra, C.F. J.B. Tarigan, dan H, Sihotang. 2012. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk(Sauropus Androgunus (L) Merr.)Jurnal Biologi Sumatera, Januari 2008, Vo.3 No.1 hlm. 7 – 10 ISSN1907-5537.