BAB 1 PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN -...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Klaten merupakan Kabupaten yang terletak di antara dua kota besar,yaitu
Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini menjadikan Klaten menjadi persimpangan jalur
transportasi menuju kedua kota tersebut. Selain kedua kota tersebut, juga masih ada
beberapa kawasan tujuan lain yang memanfaatkan Klaten sebagai kawasan transit,
contohnya Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Dampak dari letak Klaten yang
menjadi persimpangan jalur transportasi tersebut, menyebabkan kawasan klaten
menjadi sangat ramai dan cenderung macet, terutama pada peak season atau hari libur
nasional. Kemacetan yang terjadi sering disebabkan karena banyaknya kendaraan
pribadi yang digunakan yang melintas antara dua kota tersebut.
Masyarakat cenderung lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan moda
transportasi massal. Hal ini dikarenakan kesadaran untuk menggunakan transportasi
massal memang masih sangat kurang, selain itu ketersediaan moda transportasi
massal yang memenuhi standar juga masih sangat minim, sehingga tidak
mengherankan apabila masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan
pribadi.
Tingkat kemacetan yang mulai mengkhawatirkan seharusnya dapat
menimbulkan kesadaran betapa pentingnya moda transportasi massal. Tidak hanya
kesadaran masyarakat yang harus ditingkatkan, tetapi juga harus diikuti dengan
perbaikan dan penambahan sarana maupun prasarana yang berkaitan dengan
transportasi massal. Selain dapat mengurangi kemacetan, moda transportasi massal
juga jauh lebih efisien dan hemat energi daripada menggunakan kendaraan pribadi.
Dari segi ekonomi, menggunakan moda transportasi massal juga lebih murah
daripada kendaraan pribadi.
2
Melihat hal tersebut manfaat yang diperoleh dengan menggunakan moda
transportasi massal sangat banyak, sehingga untuk menarik minat masyarakat
menggunakan transportasi massal patut diusahakan oleh pemerintah, maupun para
perencana. Peningkatan fasilitas serta pelayanan sangat dibutuhkan untuk menarik
minat masyarakat agar tertarik untuk menggunakan transportasi massal. Kemudahan,
kenyamanan serta keamanan juga menjadi faktor penting untuk meyakinkan
masyarakat memilih moda transportasi massal.
Dalam usaha menarik minat masyarakat untuk menggunakan fasilitas
transportasi umum, kawasan transit menjadi salah satu elemen penting dalam
pengembangan transportasi massal. Untuk menciptakan suasana mobilitas transit
yang menarik dan menjaga struktur ruang kota, dapat dilakukan dengan konsep
Transit Oriented Development (TOD).
Transit Oriented Development (TOD) mudah dimengerti sebagai konsep
perencanaan dan perancangan kota dengan mengintegrasikan antara tata guna lahan
dan transportasi untuk menciptakan kota yang efisien. Konsep utama dari sistem
TOD adalah nodes yang terfokus pada pusat komersial, pemukiman, dan tempat
transit yang potensial. Keterjangkauan antar tata guna lahan tersebut dengan berjalan
kaki menjadi salah satu poin penting dalam perencanaan TOD.
1.2. Perumusan Masalah
Stasiun Klaten merupakan satu-satunya stasiun kereta api yang masih aktif di
wilayah Klaten. Letaknya yang berdekatan dengan Terminal Baru Klaten menjadikan
kawasan tersebut sarat akan aktivitas transit dan perpindahan moda transportasi.
Namun potensi dari kawasan transit tersebut belum terfasilitasi dengan baik. Integrasi
antar kedua moda transportasi masih sangat kurang. Koneksi antara titik simpul
kurang mendapat perhatian. Sektor pelayanan masih perlu perbaikan, serta sektor
komersial yang menjadi magnet bagi suatu kawasan juga belum berkembang.
3
1.3. Tujuan Perencanaan
Berdasarkan potensi yang terdapat di Klaten, maka tujuan yang ingin dicapai
dari perencanaan kawasan Transit Oriented Development (TOD) di Stasiun Klaten
kota yaitu :
1. Meningkatkan efektifitas pelayanan di Stasiun Klaten Kota agar
memudahkan masyarakat untuk melanjutkan perjalanan.
2. Menjadi katalisator kawasan, agar meningkatkan nilai lingkugan kawasan
yang dapat memberikan daya tarik kawasan tersebut.
3. Membentuk sistem transportasi yang berkelanjutan.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1 Lokasi
Lokasi perencanaan berbasis Transit Oriented Development (TOD) ini berada
dinStasiun Klaten Kota, Desa Tonggalan, Kecamatan Klaten tengah, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah.
1.4.2 Fokus
Dalam perencanaan ini berfokus pada radius 500 meter dari Stasiun Klaten
Kota dengan menerapkan konsep Transit Oriented Development (TOD).Hasil akhir
dari perencanaan ini berupa master plan dari pengembangan Stasiun Klaten Kota
tersebut.
1.4.3 Periode Waktu
Periode waktu untuk perencanaan berbasis Transit Oriented Development
(TOD) yaitu pada tahun 2016-2020, mengikuti masa pemerintahan bupati yang akan
dipilih pada tahun 2015. Pembangunan direncanakan secara bertahap, mulai dari
4
Stasiun Klaten Kota, kemudian Terminal Baru Klaten, lalu kawasan di sekitar Stasiun
Klaten tersebut.
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Penelitian Terkait
Judul Penyusun Tahun Peluang dan Tantangan penerapan Transit Oriented Development (TOD) Pada Penataan Kawasan Stasiun Bogor
Ratu Hilmi Hilna Wulandari
2015
Perencanaan Transit Oriented Development (TOD) di Jakarta Pusat
Deliani Poetriayu Siregar 2015
Perncanaan Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Menuju Sistem Transportasi Berkelanjutan di Stasiun Monorel Bekasi Timur
Vera Aprilia Virdyana 2014
Stasiun Kereta Api Sudirman dan Transit Oriented Development Dukuh Atas
Rahmat Petra Seto Utomo
2014
Masterplan Transit Oriented Development Stasiun Manggarai: Tinjauan Kesesuaian Terhadap Kondisi Ideal Teori dan Kondisi Eksisting Kawasan
Nur Azizah Irawati 2013
Transport Interchange di Kawasan Stasiun Manggarai Berbasis Transit Oriented Development (TOD) Dengan Pendekatan Perilaku Akustik
Rovinida Fitriana 2012
Revitalisasi Stasiun Balapan Surakarta: Pendekatan Transit Oriented Development
Aklima 2012
Peluang dan Tantangan Penerapan Transit Oriented Development di Yogyakarta Pembelajaran Keberhasilan Curitiba dan Bogota
Septian Sofoewan Permana
2012
Apartemen Dosen UGM di Prambanan Penekanan Pada Integrasi Fungsi Apartemen dengan Stasiun Prambanan Sebagai Proyeksi Transit Oriented Development
Alyas Abibawa Widita 2011
Sumber : Analisis Penulis, 2015
5
Tabel tersebut menjelaskan bahwa penelitian yang berfokus pada Transit
Oriented Development (TOD) tidak ada yang mengambil lokasi di Stasiun Klaten
Kota, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan disusun merupakan
karya asli dari penulis.
1.6. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan berisikan paparan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
perencanaan, ruang lingkup, sistematika penulisan dan kerangka acuan kerja.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab tinjauan Pustaka ini berisi pemaparan teori-teori yang berkaitan dengan topik
penelitian, yang digunakan untuk membuat rencana kawasan penelitian.
Bab III Kondisi Eksisting dan Analisis
Bab ini berisi tentang pembahasan pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting,
peraturan, dan keistimewaan dari lahan tersebut. Analisis disini berfungsi untuk
menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, dari objek lokasi eksisting
penelitian.
Bab IV Konsep Rencana
Bab ini berisi konsep perancangan hasil analisa secara komprehensif yang
digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
Bab V Rencana
Bab ini berisi konsep konsep pemikiran peneliti dalam mengembangkan suatu
kawasan penelitiannya yang berdasarkan kondisi lahan, karakter masyarakat, kondisi
perekonomian dan kondisi transportasi di kawasan penelitian, kemudaian
dikembangkan menjadi desain kawasan perencanaan.
6
Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang pembelajaran pembelajaran baik untuk pemerintah,
perencana atau pihak pihak yang terkait yang dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam pengembangan kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD).
1.7. Kerangka Acuan Kerja
1. Persiapan
Proses persiapan merupakan tahapan awal dalam project ini. Langkah-
langkah yang dilakukan berupa :
a. Penentuan unit amatan dan analisis kawasan perencanaan
- Unit amatan dari perencanaan kawasan Stasiun Klaten adalah kondisi
eksisting, sarana infrastruktur, dan pusat-pusat kegiatan pada radius 1
kilometer dari Stasiun Klaten.
- Unit analisis dari perencanaan kawasan Stasiun Klaten berupa kondisi
akses, pemukiman, sektor komersial, serta aktivitas kawasan pada
radius 500 meter dari Stasiun Klaten.
b. Penyusunan kerangka kerja
Kerangka kerja yang dimaksud adalah tahapan dari penyusunan
rencana kawasan Stasiun Klaten. Kerangka kerja digunakan sebagai
panduan dalam penyusunan laporan akhir dari perencanaan kawasan
Stasiun Klaten. tahap ini menentukan proses-proses dalam persiapan,
pengumpulan data, analisis, hingga perencanaan kawasan Stasiun Klaten.
c. Alat instrumen perencanaan
Alat-alat yang akan digunakan dalam perencanaan pengembangan
kawasan Stasiun Klaten ini adalah:
1) Data rencana pola ruang dan struktur ruang Kabupaten Klaten,
serta data kependudukan umum wilayah analisis.
7
2) Data survei kondisi eksisting pada lokasi perencanaan, data ini
berupa data akses kawasan, bangunan eksisting, fasilitas umum,
dan aktivitas kawasan dari wilayah amatan penelitian.
3) Software desain (Auto CAD, Corel Draw, Sketch Up, 3D Max,dan
lain sebagainya) yang digunakan dalam mendesain rencana baik
dalam bentuk 2D (masterplan) maupun 3D (tiga dimensi).
d. Survei lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data-data primer
yang akan digunakan dalam penyusunan rencana kawasan Stasiun Klaten.
Dalam tahap ini dilakukan pengambilan gambar serta pengukuran secara
umum terhadap kondisi lapangan. Survei tersebut berupa :
1) Survei kondisi eksisting kawasan stasiun
Pengamatan terhadap kondisi eksisting bangunan stasiun,
perumahan, perkantoran, sektor komersial, serta akses kawasan di
sekitar Stasiun Klaten. Dalam survei ini dilakukan pengamatan
terhadap wilayah analisis dan dampaknya terhadap wilayah
amatan.
2) Survei aktivitas kawasan
Survei dilakukan dengan mengamati aktivitas di kawasan
Stasiun Klaten seperti kegiatan di permukiman sekitar, Stasiun
Klaten, dan Terminal Klaten. Survei aktivitas ditekankan pada
pusat-pusat kegiatan di kawasan sekitar Stasiun Klaten dan di
wilayah amatan yang dapat berdampak langsung terhadap wilayah
analisis.
3) Survei fasilitas umum di sekitar kawasan perencanaan
Dalam survei ini dilakukan dengan mengamati ketersediaan
serta kondisi fasilitas umum yang berhubungan dengan analisis
maupun penyusunan rencana kawasan Stasiun Klaten.
8
e. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder yang digunakan berupa data kependudukan, pola ruang,
data eksisting, dan perencanaan yang terkait dengan kawasan analisis.
Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait, dalam hal ini adalah
BPS Jawa Tengah, serta Dinas Tata Ruang Jawa Tengah. Data-data
tersebut sudah tersedia dalam web resmi Provinsi Jawa Tengah.
2. Analisis
Tahap kedua dalam proses perencanaan adalah analisis, pada tahapan ini
dilakukan pemilihan data yang dibutuhkan. Data yang sudah terkumpul
dipilah sesuai kebutuhan, kemudian dianalisis guna menentukan skala
prioritas dalam perencanaan yang akan dibuat. Dalam tahap ini dirumuskan
pula potensi dan masalah dari kawasan tersebut, sehingga perencanaan yang
dibuat tepat sasaran menjawab permasalahan yang ada, serta dapat
meningkatkan potensi di kawasan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi data
Klasifikasi dari data yang telah diperoleh, baik data primer
maupun data sekunder, dalam tahap ini dipilih data yang dibutuhkan
terkait analisis dan penyusunan rencana pengembangan kawasan
Stasiun Klaten.
b. Analisis kondisi eksisting
Analisis dilakukan dengan mengacu pada data primer dan data
sekunder. Dari data sekunder yang didapat dicocokkan dengan kondisi
eksisting dari kawasan rencana. Dalam analisis tersebut diamati
tentang kondisi bangunan, perumahan, akses kawasan, aktivitas,
fasilitas umum, serta sektor lain yang terkait dengan perencanaan
pengembangan kawasan Stasiun Klaten.
9
c. Analisis potensi dan permasalahan
Dari hasil amatan dan data sekunder yang ada maka dilakukan
penentuan potensi dan permasalahan yang terjadi di wilayah amatan
perencanaan. Potensi dan masalah yang ditampilkan dibagi
berdasarkan tiap sektor, yaitu kondisi eksisting bangunan, akses
kawasan, komersial, serta aktivitas kawasan, kemudian dirangkum
dalam tabel potensi dan permasalahan wilayah amatan dari
perencanaan pengembangan Stasiun Klaten.
d. Penyusunan arahan rencana
Hasil dari anailisis kawasan penelitian digunakan dalam
penyusunan arahan rencana pengembangan kawasan, dengan
menggunakan konsep-konsep TOD. Konsep-konsep tersebut
dicocokkan dengan analisis yang telah dilakukan dan digunakan
sebagai arahan rencana pengembangan kawasan Stasiun Klaten.
e. Penyusunan laporan analisis kawasan
Setelah tahapan dari analisis dilakukan, maka selanjutnya
dirangkum menjadi laporan analisis kawasan yang akan digunakan
dalam tahapan selanjutnya dalam penyusunan rencana pengembangan
kawasan Stasiun Klaten.
3. Penyusunan rencana
Tahap ini merupakan tahap yang paling utama dalam penelitian ini,
karena pada tahap ini disusun rencana untuk merespon potensi dan masalah
yang dihasilkan dari proses analisis. Rencana yang dihasilkan harus tepat
sasaran dan efektif supaya di masa yang mendatang kawasan tersebut dapat
berkembang secara maksimal dan dapat dijadikan contoh bagi kawasan
perencanaan lainnya. Pada tahap ini, terdapat langkah-langkah kerja sebagai
berikut :
10
a. Perumusan tujuan perencanaan
Tujuan perencanaan dilakukan setelah melakukan analisis
terhadap kondisi kawasan dan disesuaikan dengan arahan rencana
yang telah ada dari Dinas Tata Ruang Jawa Tengah, khususnya di
Kabupaten Klaten
b. Penyusunan masterplan kawasan perencanaan
Pada penyusunan masterplan, perancangan yang dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip yang tertera dalam tinjauan teori.
Dalam perencanaan tersebut terdapat pentahapan dalam
implementasinya, berupa :
1) Pembangunan fasilitas umum
Pembangunan fasilitas umum akan memicu tumbuhnya
kawasan perencanaan. Fasilitas umum berfungsi menjadi
katalisator kawasan yang nantinya akan membentuk karakter dari
kawasan tersebut. Adanya fasilitas yang lengkap akan menjadi
faktor penarik dari suatu kawasan.
2) Penyusunan tata guna lahan
Penataan guna lahan sangat penting dalam perkembangan
suatu kawasan, karena guna lahan akan berdampak pada sirkulasi,
kepadatan, sistem transportasi, serta fungsi dari lahan tersebut.
Sehingga penyusunan tata guna lahan tersebut diprioritaskan
supaya perkembnagan kawasan lebih terarah kepada tujuan utama
dari perencanaan kawasan tersebut.
3) Densify
Hal yang dilakukan setelah tahap penentuan fungsi lahan
adalah memaksimalkan pembangunan lahan tersebut, salah
satunya dengan cara densify (peningkatan kepadatan lahan).
Peningkatan kepadatan lahan tersebut dapat dilakukan dengan cara
merencanakan pembangunan yang berorientasi vertikal, sehingga
11
pemanfaatan lahan lebih efisien dan juga dapat menjaga jarak
perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya yang tentunya akan
mendorong orang untuk berjalan kaki.
c. Penyusunan laporan rencana kawasan
Laporan rencana kawasan disusun berdasarkan tahapan
perencanaan yang telah dibuat. Laporan tersebut merupakan
tanggapan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan
perencanaan menggunakan konsep-konsep TOD yang telah ada
dan disebutkan pada bagian tinjauan pustaka.
4. Penyelesaian
Tahap ke empat atau tahap terakhir dari perencanaan ini adalah
penyelesaian. Pada tahap ini rencana yang dibuat sudah disusun dalam laporan
akhir rencana, dan rencana sudah siap untuk diimplementasikan.