BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | … komponen atau bahan baku untuk produk Nata De Coco dari PT....
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN - BINA NUSANTARA | … komponen atau bahan baku untuk produk Nata De Coco dari PT....
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat maka
kebutuhan teknologi informasi merupakan suatu nilai tambah yang cukup penting
jika suatu perusahaan ingin dapat bersaing dengan baik untuk jangka waktu yang
panjang. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas
suatu perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk, namun lebih pada
kualitas produk, kenyamanan, kemudahan serta ketepatan dan kecepatan waktu
dalam pencapaiannya. Penerapan teknologi informasi yang tepat akan dapat
mempermudah dan meningkatkan kepuasan dari pemakainya. Selain itu
penerapan teknologi informasi yang tepat dapat menurunkan biaya secara
keseluruhan maupun berdampak pada peningkatan laba. Seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan berbagai fasilitas aplikasinya serta
semakin ketatnya persaingan maka perusahaan dituntut untuk dapat mengatur
sistemnya agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kualitas dan harga dari suatu produk memang masih memegang peranan
yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan penjualan produk tersebut di
pasar, namun kemampuan perusahaan dalam menyediakan produk tersebut tepat
waktu dan pada jumlah yang tepat seringkali menjadi salah satu faktor penentu
dalam kesuksesan suatu produk. Bagaimana suatu perusahaan dapat menyediakan
produk tepat waktu tentunya tidak terlepas dari peramalan jumlah permintaan
2
konsumen yang dilakukan secara tepat. Peramalan dengan menggunakan metode
yang tepat, ditambah dengan kemampuan manajemen perusahaan dalam
menyusun penjadwalan produksi induk dan perencanaan kebutuhan material yang
tepat akan membawa perusahaan tersebut selangkah lebih maju dibandingkan
dengan kompetitor yang ada.
Dalam penyusunan jadwal produksi induk dan perencanaan kebutuhan
material yang tepat, perusahaan harus memperhitungkan ketersediaan kapasitas
dan ketersediaan sumber daya produksi di pabrik. Karena perencanaan kebutuhan
material yang baik tanpa didukung oleh ketersediaan kapasitas produksi dan
ketersediaan sumber daya tidak akan berguna bagi perusahaan.
PT. Kara Santan Pertama merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi makanan berserat dalam kemasan yang dikenal dengan nama Nata
De Coco. Nata De Coco yang dihasilkan adalah dalam bentuk cup (220g),
standing pouch (360g) dan pillow bag (1000g). Nata De Coco yang produksi oleh
PT. Kara Santan Pertama juga menghasilkan beberapa rasa yaitu rasa vanilla,
cocopandan dan lychee. PT. Kara Santan Pertama menempatkan diri sebagai
perusahaan yang menangani kebutuhan atau pesanan konsumen yang terus
berubah harus berusaha menjaga agar produk yang diinginkan oleh konsumen
selalu tersedia setiap saat pada jumlah yang tepat. Dengan melakukan peramalan
permintaan yang tepat, PT. Kara Santan Pertama dapat senantiasa menyediakan
produk sesuai permintaan konsumen dan dengan demikian dapat bersaing dengan
perusahaan lain.
3
Untuk menjaga kestabilan produksi dan memastikan ketersediaan produk nata
de coco tersebut, PT. Kara Santan Pertama tidak cukup hanya dengan melakukan
peramalan permintaan dengan menggunakan metode yang tepat. Peramalan
kemudian harus ditindaklanjuti dengan perhitungan Aggregate Planning,
Resource Requirement Planning, penyusunan Jadwal Produksi Induk (Master
Production Scheduling = MPS) yang divalidasi dengan Rough Cut Capacity
Planning, yang dilanjutkan dengan pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material
(Material Requirement Planning = MRP) yang kemudian divalidasi dengan
Capacity Requirement Planning, secara tepat berdasarkan struktur produk tersebut
sesuai dengan Bill Of Material yang tepat. Keseluruhan proses tersebut diatas juga
disebut sebagai satu kesatuan Manufacturing Resource Planning (MRP II).
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi di PT. Kara Santan Pertama adalah perusahaan
melakukan aktifitas produksi berdasarkan aktifitas tahun sebelumnya dan
pemesanan bahan baku hanya berdasarkan pada pengalaman pemakaian bahan
baku sebelumnya. Cara seperti ini memungkinkan akan timbul beberapa masalah
seperti pihak perusahaan tidak dapat memprediksi jumlah permintaan konsumen
setiap bulannya, sehingga sering mengalami kekurangan stok produk ataupun
kelebihan produk Nata De Coco. Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan
stok di gudang.
Sehingga perumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana
memprediksi permintaan produk diperiode yang akan datang dan merencanakan
4
komponen atau bahan baku untuk produk Nata De Coco dari PT. Kara Santan
Pertama.
1.3 Ruang lingkup dan Asumsi
1.3.1 Ruang lingkup
Agar pembahasan dalam tugas akhir ini lebih jelas dan terarah maka
berikut adalah ruang lingkup dalam penelitian ini, antara lain :
• Penelitian ini dilakukan pada produk Nata De Coco.
• Peramalan dilakukan pada produk Nata De Coco yaitu jenis cup,
standing pouch dan pillow bag.
• Penelitian tidak memperhitungkan faktor biaya penerapan sistem.
• Data produksi Nata De Coco yang digunakan permalan adalah data dari
bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Mei 2007 Peramalan
dilakukan pada 3 periode kedepan yaitu bulan Juni, Juli dan Agustus.
• Untuk pembahasan dari 1 (satu) bulan ke dalam mingguan digunakan
waktu mingguan sesuai dengan waktu mingguan aslinya dimana pada
bulan Juni memiliki 4 minggu, bulan Juli memiliki 4 minggu dan bulan
Agustus memiliki 5 minggu. Dan untuk waktu produksi 1 (satu) minggu
adalah 5 (lima) hari kerja, dalam 1 hari memiliki 2 shift kerja..
• Metode peramalan yang digunakan adalah Metode Double Moving
Average, Metode Double Exponential Smoothing Satu Parameter dari
Brown, Metode Double Exponential Smoothing Dua Parameter dari
5
Holt, Metode Triple Exponential Smoothing Satu Parameter dari Brown
(Quadratik) dan Metode Regresi Linier (Kausal)
• Metode pemesanan bahan baku yang digunakan adalah: Metode Lot For
Lot (LFL), Metode Economic Order Quantity (EOQ), Metode Period
Order Quantity (POQ) dan Metode Fixed Period Requirement (FPR).
1.3.2 Asumsi
Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
• Data yang digunakan untuk analisa dan pembahasan adalah data-data
pemesanan bahan baku, waktu tunggu bahan baku yang akan digunakan
dari waktu perusahaan melakukan pemesanan sampai pada waktu bahan
baku tersebut tiba di gudang, ukuran lot pemesanan, dan safety stock
bahan baku yang menjadi kebijakan perusahaan atas pertimbangan yang
berdasarkan pengalaman dan pertimbangan harga beli (sumber: Buku
Pengendalian Produksi).
• Data-data yang berkaitan dengan perencanaan agregat adalah data upah
lembur, gaji karyawan, biaya persediaan (sumber: Buku Pengendalian
Produksi).
• Data-data yang berkaitan dengan perencanaan kebutuhan kapasitas
adalah jumlah jam kerja, data jumlah mesin, efisiensi mesin, waktu set-
up mesin (sumber: Buku Pengendalian Produksi).
• Data aktual didapat dari hasil wawancara kepada pihak perusahaan
dimana data aktual yang gunakan adalah peramalan yang telah
diperhitungkan dikurangi safety stock dari perusahaan tersebut.
6
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
Mengendalikan jumlah produksi dan pemesanan bahan baku
Mengusulkan penerapan sistem Manufacturing Resource Planning
(MRP II) pada lini produksi Nata De Coco di PT Kara Santan Pertama.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi perusahaan yaitu sebagai masukan dan
pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan di masa yang akan
datang, sehingga diperoleh:
• Jumlah produksi dan pemesanan bahan baku dapat terkendali dengan
baik, sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan produk dan
juga bahan baku.
• Menggunakan sistem MRP II sebagai penuntun untuk merencanakan
dan mengendalikan produksi di PT. Kara Santan Pertama
• Menyiapkan bahan baku secara efektif dan efisien sehingga dapat
meminimalkan biaya penanganan bahan (biaya pesan dan biaya simpan)
1.5 Gambaran Umum Perusahaan
1.5.1 Sejarah Perusahaan
PT. Kara Santan Pertama merupakan pabrik dengan produk utama nata de
coco. Pada awalnya PT. Kara Santan Pertama didirikan di kepulauan Riau
tepatnya di Pulau Guntung namun karena ketersediaan bahan baku serta pasar
7
terbesar untuk produk nata de coco berada di pulau Jawa, maka untuk
mempermudah dan menghemat biaya transportasi, lokasi pabrik tersebut
dipindahkan ke pulau Jawa, tepatnya di Jalan Mercedes Benz Gg. Pancasila IV
RT 03 / RW 01 Desa Cicadas – Gunung Putri, Bogor 16964. PT. Kara Santan
Pertama memiliki kantor pusat sekaligus gudang distribusi yang berlokasi di Jalan
Baruna 1 Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta 14430. PT. Kara Santan Pertama
didirikan sesuai akte notaris pada tanggal 10 Juni 1997, dengan nomor registrasi
102011501947 tanggal 31 Mei 2000 dan dengan status penanaman modal dalam
negeri. Susunan penanggung jawab PT. Kara Santan Pertama adalah:
Komisaris : Tay Jui Chow
Direktur : Henry Jonathan
Kepala Pabrik / LPGA Manager : Anung Gunanggoro
Manager Produksi 1 : Winarni
Kepala Produksi : Teguh S; Slamet W; Hafzialman
Pengawasan Mutu : Teguh S. Hafzialman
Setelah mengalami kemajuan pada pasar lokal maka PT. Kara Santan
Pertama mencoba untuk melakukan ekspor. Hasilnya banyak negara seperti
Malaysia, Hongkong, Belanda dan Jepang memesan produk yang dihasilkan oleh
PT. Kara Santan Pertama. Proses pengiriman ke negara-negara tersebut biasanya
dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu bulan.
8
1.5.2 Tata Letak
PT. Kara Santan Pertama berbatasan dengan:
Sebelah Barat : rumah penduduk
Sebelah Utara : PT. Simba
Sebelah Timur : PT. Dwi Jaya Tek.
Sebelah Selatan : Gudang Pabrik Gelas
Pabrik PT. Kara Santan Pertama yang berdiri diatas lahan seluas 13.000
m2 ini dibagi menjadi 2 bangunan utama yaitu lokasi produksi ( pabrik ) dan
kantor. Tata letak dalam pabrik disusun sedemikian rupa, sehingga proses
produksi dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Tata letak pabrik PT. Kara
Santan Pertama dapat dilihat dalam lampiran 1.
Selain tata letak, PT. Kara Santan Pertama juga menyediakan beberapa
fasilitas, yaitu:
Karyawan yang bekerja di PT. Kara Santan Pertama mendapat seragam, dan
perlengkapan kerja lainnya seperti sepatu boot, masker, sarung tangan dan
topi.
Musholla
Sarana olahraga
Mess untuk karyawan
9
1.5.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Kara Santan Pertama disahkan oleh direktur
melalui surat keputusan nomor : 001 / SK / SP – KSP / 11 / 2003. Struktur
organisasi pada PT. Kara Santan Pertama dapat dilihat pada lampiran 2.
Secara garis besar peran masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Direktur
Merupakan pimpinan perusahaan yang memegang kendali manajemen
tertinggi di PT. Kara Santan Pertama
2. Manager A
Berperan dalam penyelenggaraan kegiatan bagian produksi I, maintenance,
bagian produksi II. Manager ini yang bertugas untuk menyusun rencana,
menyelenggarakan, dan mengevaluasi kegiatan perusahaan secara umum,
khususnya untuk kegiatan produksi.
3. Manager B
Berperan dalam pengaturan pada bagian produksi dan quality control serta
membawahi urusan administrasi dan keuangan sekaligus perencanaan
pembelian bahan baku.
4. Kepala bagian Produksi
Menyusun rencana, menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan produksi
5. Maintenance
Menjaga dan merawat kelancaran kerja mesin
10
6. Administrasi dan Keuangan
Menyusun rencana, menyelenggarakan, dan mengevaluasi pengelolaan
keuangan perusahaan
7. Supervisor
Merealisasikan rencana, menyelenggarakan dan mengevaluasikan kegiatan
produksi.
1.5.4 Ketenaga Kerjaan
Proses produksi di PT. Kara Santan Pertama dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu: produksi I, produksi II dan Produksi III. Produksi I merupakan bagian yang
menangani bahan baku utama (kelapa), fermentasi, hingga pemotongan nata de
coco yang sudah jadi. Pada bagian ini jumlah karyawan yang dipekerjakan
sebanyak 148 orang. Produksi II merupakan lanjutan dari produksi I, yaitu
menangi perandaman nata de coco, perusahaan nata de cocodan pembuatan sirup.
Karyawan yang bekerja dibagian produksi II sebanyak 23 orang. Untuk produksi
III dimulai dari bagian filling hingga packing. Produksi III dibagi menjadi 2
bagian, yaitu bagian penanganan produk dan bagian quality control, yang masing-
masing ditangani oleh 43 orang dan 9 orang.
Disamping untuk produksi, perusahaan juga mempekerjakan karyawan
untuk bagian maintenance dan bagian PPIC ( Production Planning Inventory
Control). Bagian maintenance bertugas merawat dan menjaga berjalannya mesin,
dikoordinasi oleh supervisor. Jumlah karyawan dibagian maintenance ini
sebanyak 5 orang. Bagian PPIC bertugas mengatur penerimaan bahan material
11
dan pengiriman barang jadi. Bagian ini mempekerjaan 5 orang. Untuk menangani
bagian keuangan dan bagian personalia, perusahaan juga mempekerjakan 5 orang.
Untuk hari-hari biasa karyawan yang bekerja di PT. Kara Santan Pertama
bekerja mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB dengan istirahat pukul 11.30 – 12.30.
Namun jika pesanan cukup banyak maka jam kerja akan dibagi menjadi 2 shift.
Jam kerja shift 1 sama seperti hari biasa, sedangkan jam kerja shift 2 adalah pukul
15.00 – 23.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 17.30 – 18.30.
1.5.5 Spesifikasi Produk
Berikut merupakan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan PT. Kara
Santan Pertama:
1. 1 Kg (1000g)
Tersedia dalam rasa : Vanilla dan Lychee
Orientasi pasar : Lokal dan Ekspor
Gambar 1.1 Nata De Coco Pillow Bag
2. Standing Pouch (360g)
Tersedia dalam rasa : Vanilla, Cocopandan dan Lychee
Orientasi pasar : Lokal dan Ekspor
12
Gambar 1.2 Nata De Coco Standing Pouch
3. Cup (220g)
Tersedia dalam rasa : Vanilla, Cocopandan dan Lychee
Orientasi pasar : Lokal dan Ekspor
Gambar 1.3 Nata De Coco Cup untuk lokal
13
Gambar 1.4 Nata De Coco Cup untuk ekspor
4. Big Cup (220g)
Tersedia dalam rasa : Vanilla, Cocopandan, Lychee, Mango, Strawberry,
Pineapple, Peach dan Durian
Orientasi pasar : Ekspor
Gambar 1.5 Nata De Coco Big Cup
1.5.6 Proses Produksi
Proses produksi nata de coco PT. Kara Santan Pertama merupakan proses
yang berkelanjutan antara tahap yang satu dengan tahap yang lain. Untuk
14
mempermudah penanganan dan pengawasan, maka proses produksi tersebut
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu produksi 1, produksi 2 dan produksi 3.
Produksi 1 merupakan bagian yang menangani bahan baku utama,
fermentasi, hingga pemotongan nata de coco yang sudah jadi. Bahan baku utama
meliputi kelapa, gula, cuka, dan juga kultur Acetobacter xylinum. Pada bagian
produksi 1 ini kelapa akan diolah menjadi santan yang nantinya akan dicampur
dengan gula, dan cuka untuk menghasilkan nata de coco. Nata de coco dari santan
ini merupakan ciri khas dari nata de coco yang dihasilkan oleh PT. Kara Santan
Pertama.
Bagian produksi 2 menangani perendaman nata de coco, perebusan nata de
coco dan pembuatan sirup. Sedangkan produksi 3 menangani filling hingga
packing. Proses produksi nata de coco di PT. Kara Santan Pertama secara lengkap
dapat dilihat pada lampiran 3.
1.5.7 Pengendalian Proses Produksi
Pengendalian mutu di PT. Kara Santan Pertama dimulai dari bahan baku
hingga produk akhir. Untuk pengendalian pada proses produksi ini dilakukan
mulai dari proses pembuatan nata, proses pemasakan sirup, proses filling, sealing ,
hingga produk jadi. Pengendalian pada proses produksi ini dilakukan oleh seorang
quality control inspector dan analisis didasarkan pada standar proses produksi
yang telah ditetapkan perusahaan sebagai berikut:
15
Tabel 1.1 Standar Proses Produksi
No Item Standar
1 Pencampuran
dan pengadukan
a. Waktu Pengadukan: Air + gula 10 menit Air + gula + cuka 5 menit Air + gula + cuka + santan 10 menit Air + gula + cuka + santan + bibit 10 menit b. Bibit
pH 2,5 – 3,5 Brix 7,0 − 8,0
c. Blending solution pH 2,5 – 3,5 Brix 7,0 – 8,0
2 Pemanenan dan
pengerikan
a. Ketebalan nata 1,2 −1,5 cm (khusus Garuda 1,0 ± 0,2 cm)
b. Tekstur kenyal − keras
c. Surface cukup mulus
d. Kulit ari bersih
3 Pemotongan Bentuk kotak, potongan rapi
4 Pengolahan nata Bau / odor normal
5 Sortir Fisik : tidak ada benda asing, kotak, potongan rapi
a. Ukuran 1,5 ± 0,2 cm (khusus Garuda 1,0 ±0,2 cm)
b. Fisik Bersih
6 Rawa nata a. pH 6 tidak berbau asing
b. Putih transparan
c. Klorin total : Max 0,5 ppm
7 Pengasaman
nata
pH 4,0
8 Pemasakan sirup a. Cup Brix 28 pH 4,0
b. SP Brix 38 pH 4.0
c. 1 & 2 kg Brix 38 pH 4.0
d. 2kg Grd Brix 28 pH 4,20
e. Aloe vera Brix 28 pH 4,0
16
No Item Standar
9 Drained Weight
Net Weight
(gram)
a. Cup DW 100gr VS 120ml NW 220gr
b. SP DW 180gr VS 180ml NW 360gr
c. 1 kg DW 600gr VS 400ml NW 1000gr
d. 2 kg DW 1300gr VS 700ml NW 2000gr
e. 2kg Grd DW 1350gr VS 650ml NW 2000gr
f. Aloe vera DW 90gr VS 110ml NW 200gr
g. Big cup DW 100gr VS 120ml NW 220gr
10 Seal automatic a. Cup H1= 170oC H2 =180oC
P1 = 6,5 P2 = 7,0 P3 = 3,0
b. SP H1= 130oC H2 =120oC
c. 1 & 2 kg H= 150oC
11 Pasteurisasi a. Suhu pasteurisasi 90 − 96 oC
b. Suhu produk min 80 oC (Sumber: PT. Kara Santan Pertama)
Berikut adalah penjelasan tentang pengendalian proses produksi:
Proses pencampuran dan pengadukan
Pencampuran dan pengadukan dilakukan secara berurutan dengan
melarutkan gula terlebih dahulu dalam tangki kecil selama ± 10 menit,
kemudian diambil sampel untuk mengetahui kadar gula ( 0brix) dan pH
larutan. Jikakadar gula tidak sesuai dengan standar, dilarutkan ari atau
penambahan gual utnuk mendapatkan larutan yang diharapkan. Setelah itu
ditambahkan acetic acid, diaduk selama ± 5 menit dan diambil sampel.
Kemudian ditambahkan santan, diaduk dan diambil sampel setelah
pengadukan selama ± 10 menit. Proses pencampuran diakhiri dengan
menambahkan bibit ke dalam larutan dan diambil sampel setelah
pengadukan selama ± 10 menit. Larutan ini kemudian dituang ke dalam troy
17
(loyang), ditutup dengan koran dan selanjutnya disusun dalam ruang
fermentasi
Permanenan dan pengerikan
Proses fermentasi berlangsung selama 7 – 10 hari. Pada hari ke-7 tersebut
biasanya nata yang dihasilkan sudah mencukupi standar ketebalan (1,2 -1,5
cm) dan kekenyalan yang diinginkan. Tetapi jika nata yang dihasilkan belum
memenuhi standar permanen dapat ditunda hingga hari ke-10 proses
pemanenan dilakukan dengan membongkar susunan tray pada ruang
fermentasi, kemudian nata diambil dan dimasukkan kedalam fiber berisi air.
Nata yang masih mempunyai kulit ari ini kemudian dibersihkan dengan
melakukan pengerikan. Proses pengerikan bertujuan untuk menghilangkan
kulit ari nata dan membersihkan hingga diperoleh nata lembaran yang siap
untuk dipotong. Kulit ari dikerik dengan menggunakan aluminium, dicuci,
dihitung, dan dimasukkan kedalam drum berisi air. Nata yang telah dikerik
tersebut kemudian diteliti ulang oleh inspeksi untuk memastikan bahwa kulit
arinya benar-benar sudah bersih dan permukaannya cukup mulus. Jika
ditemukan lembaran nata yang kulit arinya belum bersih maka akan dikirim
ulang kebagian pengerikan untuk dibersihkan ulang.
Pemotongan
Nata lembaran yang sudah dibersihkan dan telah disortir, dipotong dengan
mesin pemotong hingga diperoleh nata kotak berukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 cm
atau 1 x 1 x 1 cm. Nata potong ditimbang dan disimpan dalam drum,
kemudian ditambahkan air hingga nata terendam
18
Pengolahan nata : Proses perendaman dan Proses perebusan
− Proses perendaman
Nata dimasukkan kedalam fiber yang tersedia yang sudah dibersihkan
terlebih dahulu. Volume nata dalam fiber adalah 1000 – 1100 kg. Fiber
yang telah berisi nata diisi air untuk pencucian nata. Kemudian diaduk-
aduk hingga rata, setelah itu air dibuang dan diganti dengan air baru
yang bersih untuk perendaman. Setelah direndam selama satu hari, air
rendaman dibuang dan diganti dengan air baru lagi. Apabila warna nata
belum putih (sesuai standar produksi), maka dilakukan penggantian air
hingga didapatkan nata yang cukup putih. Setiap hari, air rendaman
dibuang dan diganti dengan air baru yang bersih
− Proses perebusan
Nata yang direbus adalah nata yang telah memenuhi standar warna untuk
produksi. Nata direbus untuk mencapai standar pH yaitu > 5,5 (6-7). Jika
pH nata ternyata kurang dari 5,5 maka biasanya dilakukan pengadukan
ulang. Perebusan dilakukan dua kali air mendidih. Dalam tiap tahap
perebusan dilakukan selama 20 - 30 menit dengan tekanan uap 2-4 bar.
Pada tahap ini juga diamati bau nata, nata yang memenuhi standar adalah
nata yang berbau normal.
Penyortiran
Penyortiran nata dilakukan diatas meja kaca yang diberi lampu penerangan
dibawahnya. Penyortiran nata adalah proses memisahkan bentuk nata yang
kotak-kotak ( sesuai standar produksi) dengan nata yang bentuknya tidak
19
beraturan. Penyortiran juga dilakukan untuk memisahkan kotoran atau
adanya kemungkinan benda asing lain dari nata.
Pemasakan nata (pengasaman)
Nata hasil sortiran yang sudah lolos dari uji organoleptik dan kimia
dilakukan pemasakan dengan penambahan asam sitrat untuk mendapatkan
pH asam yaitu 4,00
Pemasakan sirup
Perhitungan sirup berdasarkan resep (batch), yang mana resep (batch)
sebanding dengan 145 lt.
Prinsip kerja pemasakan sirup:
− Air dari PHE (50 – 60 0C) dialirkan dalam ketel uap ± 100 lt,
dimasukkan gula dan dilakukan pengadukan dengan baling-baling
motor, kemudian dimasukkan bahan asam sitrat dan asam benzoat.
Dilakukan peneraan sampai batas 145 liter, dan didihkan sampai 100 0C
− Sirup sebelum digunakan untuk produksi, diambil sampelnya oleh
personel produksi dan dianalisakan ke laboratorium. Apabila sudah lolos
dalam uji laboratorium ( sesuai standar proses produksi), maka dapat
ditambahkan flavor atau pewarna ( untuk produk berwarna). Selanjutnya
sirup siap digunakan.
Jumlah adam sitrat dan asam benzoat, hasil pengukuran pH dan brix sirup
serta jumlah flavor yang digunakan dicatat.
20
Proses filling
− Pengisian nata
Pengisian nata dalam kemasan ( slim cup, big cup, standing pouch,
pillow bag) dengan menggunakan centong stainless yang berlubang.
Khusus pengisian nata dengan kemasan slim cup, big cup, dilakukan
dengan menyusunnya kedalam tray, baru dilakukan pengisian dan
dimasukkan dalam mould mesin.
− Pengisian sirup
Pengisian sirup dilakukan secara otomatis melalui mesin pengisi yang
telah diatur volumenya.
Selama proses filling dilakukan inspeksi secara rutin setiap 30 menit
oleh quality control inspector terhadap Drained Weight (DW) dan Net
Weight (NW). Drained Weight dimaksudkan sebagai berat nata
(sebelum diisi sirup) dalam kemasan dikurangi berat kemasan tersebut.
Sedangkan Net Weight dimaksudkan sebagai berat total ( nata + sirup )
dari produk yang sudah di seal dikurangi berat kemasan tersebut. Hasil
inspeksi tersebut kemudian dicatat.
Produk yang sudah sampai tahap filling namun belum di seal disebut
sebagai produk setengah jadi. Pada produk setengah jadi ini juga
dilakukan pemeriksaan pH dan brix.
Penutupan (sealing)
Untuk produk dengan kemasan slim cup, big cup dan standing pouch,
dengan menggunakan mesin JN, sedangkan untuk produk dengan kemasan
21
pillow bag menggunakan mesin seal matic manual. Pengontrolan suhu dan
tekanan mesin seal dilakukan oleh operator setiap 15 – 30 menit.
Pasteurisasi dan pendinginan
Produk yang sudah di seal disusun rapi diatas conveyor pasteurisasi dan
dipisahkan berdasarkan jenis produknya. Suhu yang digunakan 90 – 96 0C
dengan waktu 8 – 10 menit. Disamping suhu pasteurisasi, pengontrolan juga
dilakukan terhadap kondisi air dan suhu produk. Pada umumnya ± 80 0C.
Setelah proses pasteurisasi selesai maka dilanjutkan dengan proses
pendinginan dan pengeringan. Pendinginan dilakukan dengan air yang telah
didinginkan (air chiller) dengan suhu ± 10 0C selama 8 – 10 menit.
Pengecekan proses pasteurisasi ini dilakukan oleh quality control inspector
setiap 30 menit. Selama ini juga dilakukan pengontrolan produk yang rusak /
cacat, produk tersebut kemudian dipisahkan. Pengeringan dilakukan dengan
menggunakan kipas / blower. Tujuannya adalah untuk menghilangkan air
yang masih menempel di kemasan produk, untuk pillow bag dan standing
pouch dilakukan pengeringan lanjutan dengan mengelap produk.
Inspeksi dan pemberian kode
Setelah proses pengeringan, dilakukan inspeksi oleh personel QC in process,
produk yang lolos dari inspeksi kemudian diberi assesoris (sendok, ring-lit
karton, dan stiker), sedangkan untuk produk yang tidak lolos akan di reject
dan dicatat. Setelah produk-produk yang lolos dari inspeksi diberi kode
kadaluarsa dengan mesin ink jet printer. Setelah itu produk dimasukkan
22
dalam karton yang sudah diberi kode kadaluarsa dan dilakukan dengan
menggunakan mesin cartonsealer, kemudian disusun dalam pallet.
1.5.8 Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi nata de coco oleh PT. Kara
Santan Pertama adalah:
Limbah padat
Terdapat beberapa jenis limbah padat pada PT. Kara Santan Pertama, yaitu:
o Kulit Ari
Kulit ari ini berasal dari pengerikan nata yang baru terbentuk dari proses
fermentasi. Kulit ari akan dikumpulkan dalam karung dan dimasukkan
kedalam bak yang berlubang-lubang untuk ditiriskan. Selanjutnya kulit
ari tersebut ditimbun dalam tanah di tempat pembuangan akhir (TPA).
o Koran
Koran ini digunakan untuk menutup tray (loyang ) selama proses
fermentasi. Ketika proses fermentasi selesai maka trau akan dibuka dan
diambil nata yang terbentuk, sementara itu koran penutupnya tidak
terpakai lagi. Koran bekas ini akan dikumpulkan, dimasukkan karung
dan kemudian dibuang di TPA.
o Tempurung dan amplas kelapa
Tempurung ini merupakan limbah yang berasal dari kupasan kelapa.
Tempurung selanjutnya dikumpulkan dan akan diambil seseorang untuk
dijadikan arang. Sementara itu limbah hasil perasan kelapa berupa
23
ampas. Sama seperti termpurung, ampas kelapa ini juga dikumpulkan
dan akan diambil orang. Biasanya ampas ini digunakan untuk pakan
ternak.
Limbah cair
Pengolahan terhadap limbah cair dilakukan khususnya pada limbah
hasil pemanenan nata. Limbah ini merupakan sisa cairan dari proses
fermentasi (larutan yang tidak membentuk lembaran nata). Limbah ini
dikumpulkan dalam oil trap dengan volume 1 ton. Limbah ini biasanya
bersifat asam dengan pH ± 3- 4, oleh karena itu dilakukan penambahan
NaOH, kapur atau kaustik soda hingga pH menjadi ± 5 – 6. limbah ini akan
didiamkan selama ± 4 jam, hingga terjadi pengendapan. Pengendapan ini
dimaksudkan untuk memisahkan minyak dan zat terlarut lain menjadi
endapan/ limbah padat. Selanjutnya limbah yang bening ( lapisan bawah)
akan dibuang sedangkan bagian yang kental ( lapisan atas) diambil dan
dimasukkan karung untuk ditimbun.
1.5.9 Sanitasi
Sanitasi yang dilakukan oleh PT. Kara Santan Pertama meliputi:
1. Sanitasi pekerja
Para pekerja di bagian produksi diwajibkan menggunakan seragam, sepatu
boot, masker, sarung tangan, dan topi. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kontaminasi mikroba dari pekerja ke produk.
24
2. Sanitasi peralatan dan mesin-mesin
Sanitasi peralatan dan mesin-mesin ini bertujuan untuk membersihkan dan
menghilangkan mikroba. Proses ini dilakukan secara rutin, yaitu setiap:
• Setiap persiapan produksi
• Setiap pergantian produksi
• Setiap akhir produksi
• Kondisi khusus dimana diperlukan pembersihan.
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air bersih dan air
produksi. Menggunakan air panas, atau menggunakan bahan kimia
pembersih ( sanitizer ). Pembersihan dengan air atau air panas dapat
dilakukan untuk bejana yang digunakan pada proses produksi. Peralatan
yang boleh dibersihkan dengan air harus terbuat dari bahan baja nirkarat (
stainless steel ). Pembersihan dengan sanitizer dapat menggunakan klorin
400 ppm. Pada bagian mesin yang tidak bersentuhan dengan makanan,
bahan sanitizer yang dapat digunakan adalah larutan 100-200 ppm.
Pembersihan juga dapat dilakukan dengan cara kering yaitu penyapuan
menggunakan kain lap atau penggunaan air compressed.
3. Sanitasi ruangan dan penanganan hama
Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menjaga sanitasi ruangan adalah
dengan menyapu lantai secara berkala atau / dan ketika lantai kotor. Untuk
penerangan, sinar lampu yang diperlukan juga sudah sangat memadai
(terang). Dinding ruangan juga dicat putih sehingga jika terdapat kotoran
akan jelas terlihat. Satu satu hal yang terkait dengan sanitasi ruangan
25
adalah penanganan hama. PT. Kara Santan Pertama melakukan
penanganan hama ini secara berkala, yaitu seminggu sekali. Metode yang
digunakan juga adalah fogging (menggunakan asap). Juga dilakukan
evaluasi terhadap station atau perangkap yang telah dipasang untuk
memastikan ada tidaknya hama (tikus) yang tertangkap dan menambahkan
umpan jika diperlukan. Ada pula pemeriksaan menyeluruh untuk
memastikan tidak ada re-inpest tikut dan serangga pada area pabrik, dan
apabila ada hama yang ditemukan akan dipisahkan dan dimusnahkan.