BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
XT Square merupakan tempat wisata baru milik Pemerintah Kota Yogyakarta
yang saat ini dikelola oleh sebuah perusahaan milik BUMD (Badan Usaha Milik
Daerah) bernama Jogjatama Visesha. Tempat wisata ini menyatakan dirinya sebagai
pusat kesenian dan kerajinan kota Yogyakarta, yang mengembangkan konsep “what
to see”, “what to eat”, dan “what to buy” atau mereka sebut sebagai konsep ONE
STOP SHOPPING untuk membedakan dirinya dari tempat wisata lain. Konsep ONE
STOP SHOPPING didukung oleh adanya tiga zona utama di XT Square, yaitu zona
kerajinan, zona pertokoan dan zona kuliner sehingga para wisatawan bisa menikmati
aneka ragam hiburan dalam satu tempat. Melalui pengembangan konsep ini
manajemen XT Square berharap akan menarik perhatian masyarakat dan dijadikan
sebagai pemicu untuk meraih kunjungan para wisatawan.
Selanjutnya, manajemen XT Square mencoba menawarkan kerjasama dalam
berbagai bentuk dengan banyak pihak untuk bisa membantu mereka meraih
kunjungan para wisatawan. Misalnya kerjasama dengan para pengrajin. Manajemen
XT Square berupaya mengumpulkan para pengrajin dan menawarkan tempat khusus
untuk mereka bisa menjajakan produk yang mereka punya kepada konsumen di zona
kerajinan. Dengan begitu, baik pengrajin maupun pihak manajemen sama-sama
diuntungkan, karena melalui XT Square para pengrajin dibantu mendapat konsumen,
dan melalui para pengrajin, pihak manajemen dibantu mendapatkan kunjungan
wisatawan. Di sisi lain, bersama dengan Tu Ye Maris, XT Square menghadirkan
wahana wisata 3D Art yang disebut-sebut sebagai yang terbesar di dunia, yakni De
Mata Trick Eye Museum.
2
Selain itu, bentuk kerjasama lain yang dilakukan oleh pihak manajemen XT
Square adalah bersama dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia)
mencoba menjaring wisatawan dengan pemasangan brosur-brosur atas rangkaian
produk XT Square di hotel dan restoran yang ada di berbagai daerah. Melalui
kerjasama ini diharapkan masyarakat yang tertarik akan apa yang ditawarkan oleh XT
Square dalam brosur tersebut dapat segera berkunjung kesana. Perlu diketahui bahwa
pihak manajemen XT Square bekerjasama pula dengan komunitas senam yang
didirikan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi XT Square berada yang
diharapkan mampu menambah publisitas akan tempat wisata ini.
Akan tetapi, usaha pihak manajemen untuk menarik kedatangan para
wisatawan dengan kerjasama yang mereka lakukan tersebut dirasa kurang mendapat
respon positif dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari sepinya suasana XT Square
dari kunjungan wisatawan. Bahkan hampir seperti tidak ada aktifitas yang terjadi di
dalamnya.
Pihak manajemen mengatakan bahwa pada dasarnya jumlah kunjungan
wisatawan di XT Square mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu di tahun
2014 sekitar 2000 orang per hari, dibandingkan jumlah pengunjung di tahun 2013
sekitar 1000 orang per hari dan di tahun 2012 sekitar 250 orang per hari. Meskipun
keadaan tersebut sempat mengalami penurunan yang cukup drastis di bulan April
akibat hujan abu vulkanik dan menurun pula selama bulan puasa dua tahun ini.
Keadaan meningkatnya jumlah kunjungan tersebut ternyata belum dirasa mencapai
kesuksesan oleh pihak manajemen karena hanya sukses di titik traffic-nya saja,
sedangkan untuk cash flow dan penjualan masih sangat kurang. Pihak manajemen
mengatakan bahwa XT Square bisa dikatakan benar-benar sukses ketika titik traffic,
cash flow dan penjualan sama-sama mengalami peningkatan.
3
Namun sebagian besar para pedagang yang rutin berjualan di XT Square
ternyata tidak membenarkan bahwa dalam satu hari di sepanjang tahun 2013 jumlah
pengunjung mencapai seribu orang dan di tahun 2014 mencapai dua ribu orang. Akan
tetapi, mereka membenarkan jika jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2014 lebih
banyak dibandingkan tahun 2013. Kondisi peningkatan itupun terjadi dalam waktu-
waktu tertentu.
XT Square berdiri pada tahun 2012. Akan tetapi, hingga saat ini tidak sedikit
masyarakat Yogyakarta yang ternyata tidak mengetahui keberadaan tempat wisata
baru ini. Rupanya pihak manajemen menyadari akan hal itu. Pada dasarnya, ada
banyak produk menarik yang ditawarkan oleh pihak XT Square dalam upaya meraih
kunjungan para wisatawan. Misalnya saja seperti mengadakan pagelaran musik yang
dinamakan Kampayo setiap malam harinya. Pagelaran musik ini dipelopori oleh
keluarga musisi, penyanyi, dan artis panggung Yogyakarta. Jenis musik yang
ditawarkan pun beragam dan berbeda setiap harinya. Ada musik keroncong, dangdut,
campursari, rock, pop dan jazz. Namun ternyata belum mampu menambah jumlah
kunjungan wisatawan secara stabil, meskipun sudah ada banyak publisitas akan
pagelaran tersebut.
Pada dasarnya, pihak manajemen telah melakukan promosi melalui berbagai
media untuk memperkenalkan semua produk yang coba ditawarkan di atas kepada
masyarakat luas. Media tersebut meliputi media cetak, media elektronik maupun
online. Promosi tersebut dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Promosi tersebut juga dilakukan dengan menggunakan bauran promosi (promotion
mix), seperti sales promotion, personal selling, direct marketing, publicity, dan
advertising.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih dalam lagi tentang bagaimana praktik promosi yang selama ini
dijalankan oleh pihak manajemen XT Square dalam memperkenalkan rangkaian
4
produk mereka kepada masyarakat sebagai pemicu untuk bisa meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan. Penelitian ini menarik untuk diteliti mengingat promosi
memiliki peran penting dalam sukses atau tidaknya sebuah pemasaran dijalankan. XT
Square adalah tempat wisata yang menghadirkan beranekaragam hiburan unik yang
selama ini tidak dimiliki oleh tempat wisata lain di Yogyakarta, bahkan di Indonesia.
Menjadi hal yang disayangkan apabila masyarakat banyak yang belum bahkan tidak
mengetahui kehadiran tempat wisata ini dengan segala produk yang coba ditawarkan.
Ketidaktahuan tersebut tentu akan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan para
wisatawan.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah:
Bagaimana praktik promosi produk wisata yang dilakukan oleh manajemen XT
Square dalam usaha peningkatan jumlah kunjungan wisatawan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memaparkan praktik promosi produk wisata yang dilakukan oleh
manajemen XT Square kepada masyarakat sebagai pemicu untuk bisa
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
2. Untuk menganalisis hasil penelitian mengenai praktik promosi produk wisata
yang dilakukan oleh manajemen XT Square kepada masyarakat sebagai
pemicu untuk bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
5
D. Manfaat Penelitian
Akademik: Untuk menambah konstribusi kajian ilmu di bidang promosidan
penerapannya.
Praktik: Untuk memberikan masukan pada perusahaan berkaitan dengan praktik
komunikasi pemasaran.
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan membahas suatu fenomena praktik promosi produk wisata
yang dilakukan oleh manajemen XT Square dalam usaha untuk bisa meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini menarik untuk diteliti mengingat promosi
merupakan aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya
pemasaran.
1. Promosi
Promosi adalah kegiatan memberitahukan produk atau jasa yang hendak
ditawarkan kepada calon konsumen/wisatawan yang dijadikan target pasar. Kegiatan
promosi idealnya dilakukan secara berkesinambungan melalui beberapa media yang
dianggap efektif dapat menjangkau pasar, baik cetak maupun elektronik, namun
pemilihannya sangat tergantung pada target pasar yang hendak dituju.
Berikut adalah beberapa penjelasan tentang arti promosi atau promosi
penjualan yang disediaan oleh beberapa ahli marketing (Pengantar Pariwisata,
Herman Bahar, 2002: 103):
Promosi penjualan adalah setiap kegiatan bukan tatap muka yang berhubungan
dengan promosi penjualan, tetapi seringkali mencakup periklanan.
Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya untuk memberikan
informasi atau meyakinkan para konsumen yang potensial mengenai kegunaan
6
suatu produk atau jasa dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik
melanjutkan atau memulai pembelian pada harga tertentu.
Promosi adalah pencarian peluang-peluang usaha dan organisasi dana, harta
kekayaan, dan kemampuan manajemen untuk terjun ke dalam usaha dengan
tujuan mencari laba.
Definisi lain menjelaskan bahwa promosi merupakan arus informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau suatu organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Di samping itu,
promosi juga merupakan semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk
mendorong permintaan. Pada dasarnya, suatu pertukaran akan terjadi karena adanya
permintaan dan juga penawaran sehingga dari sanalah permintaan tersebut akan
mendorong terjadinya suatu pertukaran (Pinandita, 2012: 35).
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Menginformasikan (informing), dapat berupa:
a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru.
b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
d. Menjelaskan cara kerja suatu produk.
e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan.
f. Meluruskan kesan yang keliru.
g. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli.
h. Membangun citra perusahaan.
7
Membujuk pelanggan sasaran untuk:
a. Membentuk pilihan merek.
b. Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.
d. Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga.
e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan penjual/ wiraniaga.
Mengingatkan dapat terdiri atas:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam
waktu dekat.
b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan.
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak adanya kampanye iklan.
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.
Konsumen sebagai sasaran promosi diharapkan untuk menerima, mengakui
dan memberikan tanggapan terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Promosi
menitikberatkan pada usaha menciptakan kesadaran kepada konsumen tentang
produk hingga akhirnya konsumen bersedia melakukan pertukaran. Salah satu
variabel dalam pemasaran adalah promosi, sangat penting dilakukan oleh perusahaan
dalam memasarkan produknya.
Adapun langkah-langkah pengembangan promosi yang efektif seperti yang
dikemukakan oleh Kotler (1995), yaitu: mengidentifikasi target pasar, menentukan
tujuan komunikasi, merancang pesan, menyelesaikan saluran komunikasi,
menetapkan jumlah anggaran promosi, menentukan alat promosi, mengukur hasil
promosi, mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi.
Promosi tempat tujuan wisata sangat diperlukan oleh daerah-daerah yang
memiliki banyak potensi di tanah air. Tentunya upaya kegiatan ini mejadi sangat
penting dalam kerangka penyelenggaraan otonomi daerah Indonesia sampai
8
Pemerintah Daerah Tingkat II. Promosi tempat wisata yang dirancang dengan baik
akan memberikan tambahan penerimaan asli daerah, dan mendorong proses
multiplier perkembangan ekonomi lokalitas di sekitar daerah tujuan wisata.
2. Bauran Pemasaran dan Bauran Promosi
2.1 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari berbagai tahapan atau elemen
yang diperlukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan eksekusi atau
pelaksanaan keseluruhan operasi pemasaran (Jefkins, 1997: 8).
Perlu diketahui bahwa promosi sudah lama dianggap sebagai komunikasi
perusahaan satu-satunya dalam berhubungan dengan konsumen. Namun ini
menyebabkan tidak optimalnya usaha keseluruhan komunikasi perusahaan, karena
jika dilihat secara terpisah, promosi bisa berjalan berlainan dengan unsur-unsur
bauran komunikasi lainnya.
Unsur-unsur komunikasi lain yang harus dikordinasikan dengan promosi
adalah harga, outlets, dan segala tindakan perusahaan yang mungkin dirasa konsumen
sebagai suatu yang mengkomunikasikan penawaran produk perusahaan secara
keseluruhan. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan sebutan konsep dasar 4P yang
diperkenalkan pertama kali oleh E. Jerome Mc. Carthy, yang kemudian
dikembangkan oleh Kotler (seperti yang dikutip oleh Yulianto, 2010), yaitu:
1. Product (Produk). Produk menurut Kotler dan Amstrong yang dikutip oleh
Ronald (2013: 239) adalah “A product as anything that can be offered to a
market for attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy a
want or need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.
9
Menurut Tjiptono (1999:95) secara konseptual produk adalah pemahaman
subyektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha
untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta
daya beli.
Jenis dari produk itu sendiri, antara lain: barang (seperti: makanan, minuman,
kebutuhan kantor, dan sebagainya); jasa (seperti: bioskop, kantor pengacara,
jasa pengiriman, dan sebagainya); experience (seperti: wahana Rama-Shinta,
sarana Terjun Payung, dan sebagainya); event (seperti: Pekan Raya Jakarta,
Ngaben, Olimpiade); person (seperti: artis, olahragawan, public figure);
tempat (seperti: area wisata, museum, situs sejarah); organisasi (seperti:
YLKI, Parpol, Yayasan Pecinta Satwa); informasi (seperti: ensiklopedia, film
dokumenter, guides book, peta); dan ide/ gagasan (seperti: solusi terhadap
pemecahan masalah, konsultansi).
Di sisi lain, adapula yang disebut dengan produk wisata. Salah Wahab (seperti
yang dikutip oleh Mustika, 2009: 31) menyatakan bahwa produk wisata
merupakan daerah tujuan wisata. Suatu tempat kunjungan wisata harus
memiliki sejumlah atraksi wisata tertentu, yang dapat dianggap sebagai
produk yang perlu dikembangkan dan dibentuk untuk memenuhi selera
bermacam-macam wisatawan pada pasar-pasar wisata yang berbeda pula.
2. Price (Harga). Harga memiliki nilai komunikasi yang sangat penting lebih
dari pada sekedar menginformasikan kepada konsumen nilai tukar produk.
Harga sering digunakan oleh penjual untuk menunjukkan kualitas produk
yang ditawarkan. Harga mengkomunikasikan berbagai hal kepada orang
dalam berbagai keadaan.
10
3. Promotion (Promosi). Menurut Swastha (seperti yang dikutip oleh Yulianto,
2010: 16) promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang
dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Melalui promosi diusahakan
informasi yang diberikan mengenai keberadaan produk dapat menarik
perhatian dan minat khalayak sasaran dari penjualan produk itu sendiri.
Tujuan dari promosi itu sendiri adalah menginformasikan, mempengaruhi,
dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan
bauran pemasarannya.
4. Place (tempat atau outlets atau toko pengecer). Pengecer tempat produk
didapatkan memiliki nilai komunikasi yang signifikan bagi konsumen. Toko
sebagaimana halnya manusia juga memiliki kepribadian yang dirasakan oleh
konsumen dan sering dikaitkan dengan barang-barang yang ditempatkan
dalam toko tersebut. Keputusan mengenai tempat harus dilihat dari sasaran
komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar produk bisa mendapatkan halo effect
dari retail outlets tempat ia ditempatkan.
Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan sebagai usaha komunikasi
perusahaan adalah pemberian pelayanan, jaminan dan penelitian pemasaran. Dengan
demikian jelaslah bahwa promosi hanyalah salah satu aktifitas yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan secara total penawaran produk. Gabungan dari
semua unsur ini disebut dengan bauran promosi (promotion mix).
2.2 Bauran Promosi
Bauran promosi (promotion mix) merupakan gabungan dari berbagai jenis
promosi yang ada untuk suatu produk yang sama agar hasil dari kegiatan promo yang
dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal. Bauran promosi tersebut sering
dikenal pula dengan istilah bauran promosi(marketing communications mix). Bauran
11
promosi(marketing communication mix/promotion mix) merupakan ramuan sekaligus
penerapan lima alat promosi utama perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan
pemasaran. Alat-alat tersebut adalah:
a. Advertising
Menurut Setiadi (seperti yang dikutip oleh Ronald, 2013: 236) periklanan
merupakan bentuk komunikasi yang dibayar dan bersifat non-personal. Dalam iklan
terjadi proses identifikasi sponsor yang berupaya membujuk dan mempengaruhi
konsumen. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan kepada audiens sasaran. Fungsi utama iklan antara lain: (1)
informative: menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk dan sejarah produk;
(2) persuading: mempengaruhi khalayak untuk membeli; (3) reminding:
menyegarkan informasi yang telah diterima khalayak; dan (4) entertainment:
menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima informasi.
Terdapat ruang lingkup periklanan untuk mencapai sasaran. Dalam hal ini,
para pengiklan akan mempergunakan berbagai jenis media, baik cetak maupun
elektronik, dan berikut adalah media-media iklan yang paling sering digunakan
(Brannnan, 2005: 54):
1. Televisi
Televisi dapat digunakan sebagai media nasional maupun regional. Televisi
sangat fleksibel dalam menyampaikan pesan sponsor, mulai dari pemilihan waktu
sampai adanya jaminan penyampaian ulasan informasi untuk audiens tertentu.
Televisi merupakan salah satu media iklan yang potensial, karena jangkauannya yang
luas.
12
2. Radio
Media ini dapat berfungsi sebagai media lokal, regional dan nasional. Pada
masa ini radio telah menawarkan tantangan kreatif yang menarik di mana kita harus
mengundang para pendengar untuk menciptakan image tertentu. Dengan
menggunakan radio, akan sedikit membantu menekan biaya iklan serendah mungkin.
3. Surat Kabar
Dengan menggunakan media surat kabar, dapat memungkinkan dalam
penyampaian pesan akan lebih kompleks dan lebih panjang dibandingkan dengan
televisi maupun radio. Pembaca lebih suka memanfaatkan waktu luang dengan
membaca surat kabar lebih rinci.
4. Majalah
Media ini dapat dikatakan lebih bersifat khusus, karena majalah secara khusus
dirancang untuk media perorangan dengan meng-ekspose hanya pada satu objek
tertentu saja. Oleh karena itu, bagi para pemasang iklan disarankan untuk memilih
majalah sesuai produk yang ditawarkan. Sehingga dapat dikatakan, bahwa media
yang bersifat khusus ini sangat ideal sebagai media iklan.
5. Iklan Outdoor
Media ini banyak memiliki ragam dan tingkatan. Poster-poster besar yang
berukuran 48-sheet merupakan versi iklan outdoor yang paling menonjol. Akan
tetapi, iklan yang berukuran besar bukan merupakan satu-satunya pilihan. Terdapat
juga alat transportasi, seperti bus atau taksi yang dapat menjadi media iklan yang
sangat menarik, karena pesan-pesan yang dibuat dapat dibawa kemana pun alat
transportasi tersebut berjalan.
13
b. Sales Promotion
Tjiptono (1997: 229) menjelaskan bahwa promosi penjualan merupakan
bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur
untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah
barang yang dibeli pelanggan. Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik
pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru,
mendorong pelanggan membeli lebih banyak, menyerang aktifitas promosi pesaing,
meningkatkan impulse buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya) atau
mengupayakan kerja sama yang lebih erat dengan pengecer. Jadi, dalam promosi
penjualan ini dampak jangka pendek lebih diutamakan.
c. Direct Marketing
Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang
terukur atau transaksi di sembarang lokasi (Tjiptono, 1997: 232).
Definisi direct marketing menurut Belch dan Belch yang dikutip oleh
Kennedy dan Soemanagara (2006: 26), “direct marketing is a system of marketing by
which organizations communicate directly with the target consumer to generate a
response or transaction.” Belch seolah menggambarkan adanya suatu hubungan yang
sangat dekat dengan pasar sasaran dan memungkinkan terjadinya proses komunikasi
dua arah. Dalam hal ini komunikasi langsung bertujuan untuk memperoleh respons
atau transaksi yang terjadi secara langsung dalam waktu singkat.
Oleh karena itu, seringkali direct marketing dipandang sebagai kegiatan
promosiyang memudahkan konsumen untuk berhubungan dengan berkomunikasi
langsung dengan pemasar.
14
d. Personal Selling
Definisi personal selling menurut Kotler yang dikutip oleh Ronald (2013:
236) adalah presentasi pribadi oleh tenaga penjual perusahaan dengan tujuan menjual
dan membina hubungan dengan pelanggan. Personal selling merupakan suatu bentuk
komunikasi interpersonal dengan cara tatap muka secara langsung antara tenaga
penjual dengan individu atau organisasi untuk menginformasikan, membujuk, dan
mengingatkan untuk mengambil tindakan yang tepat saat itu juga kemungkinan untuk
mendapat feedback dari audiens sasaran ada.
Personal selling is traditionally perceived as an interpersonal
communication tool that involves face-to-face activities undertaken by
individuals, often representing an organization, in order to inform,
persuade or remind an individual or group to take appropriate action, as
required by the sponsor’s representative. A salesperson engages in
communication on a one-to-one basis where instantaneous feedback is
possible (Fill, C. 2006: 14).
e. Publicity
Kotler (2002: 149), mendefinisikan publisitas sebagai informasi publik
mengenai sebuah perusahaan, barang atau jasa yang tampil di media massa sebagai
suatu jenis baru. Informasi yang tercantum dalam publisitas bukan merupakan iklan,
tetapi sebuah berita. Publisitas adalah aktifitas untuk mempromosikan perusahaan
atau produknya dengan memuat berita mengenai subyek itu tanpa perlu membayar
biaya pemuatan berita tersebut. Publisitas ini merupakan bagian dari fungsi yang
lebih luas meliputi usaha-usaha untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan
yang menguntungkan antara organisasi dengan masyarakat termasuk pula pemilik
perusahaan, karyawan, lembaga pemerintah, penyalur, serikat buruh disamping juga
calon pembeli. Dengan kata lain, public relations dan publisitas adalah berbagai
program untuk mempromosikan dan/ atau melindungi citra perusahaan atau masing-
masing produknya (Kotler, 2002: 626).
15
Tabel 1.1
Kiat komunikasi/promosi umum
Periklanan Promosi
Penjualan
Public
Relations
Penjualan Personal Pemasaran
Langsung
1. Cetak dan
sebarluaskan
iklan
1. Pengemasan
luar
2. Pengemasan
dalam
3. Film
4. Brosur dan
buklet
5. Poster dan
selebaran
6. Buku
petunjuk
7. Pencetakan
iklan kembali
8. Papan
pengumuman
9. Tanda
pameran
10. Tampilan
pada tempat
pembelian
11. Bahan audio
visual
12. Symbol dan
logo
1. Kontes,
permainan,
undian, lotre
2. Premi dan
hadiah
3. Penarikan
contoh
4. Pasar malam
dan pameran
dagang
5. Pameran
6. Demonstrasi
7. Pemberian
kupon
8. Potongan
harga
9. Pendanaan
dengan buga
rendah
10. Hiburan
11. Kelonggaran
tukar tambah
12. Kupon
barang
dagangan
13. Tie_ins
1. Kotak pers
2. Pidato
3. Seminar
4. Laporan
tahunan
5. Sumbangan
6. Sponsor
7. Publisitas
8. Humas
9. Lobi
10. Media
identitas
11. Majalah
perusahaan
12. Peringatan
peristiwa
1. Presentasi
penjualan
2. Pertemuan
penjualan
3. Program insentif
4. Contoh/sample
5. Pasar malam dan
pameran dagang
6. Belanja lewat TV
1. Katalog
2. Surat
3. Pemasaran
dengan
telepon
4. Belanja
lewat alat
elektronik
Sumber: Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran Indonesia (2001:
775)
16
3. Karakteristik dan Efektifitas Bauran Promosi (Promotion Mix/Marketing
Communications Mix)
Pada dasarnya, riset diperlukan dalam menetapkan saluran yang paling efektif
dan efisien untuk mencapai target audien. Bahkan bisa juga mendapatkan publisitas
program melalui event media dan berita. Pemasar harus mampu me-review dan
mengkomparasikan antara biaya, profil audien yang dicapai melalui media tersebut
dengan kecocokan tujuan media, pesan dan positioning.
DeLozier (1976: 166) menjelaskan “promotion mix is about one of several
activities in which companies engage to communicate their total product offering”.
Setiap elemen dalam marketing mix harus dipertimbangkan dalam pengembangan
program karena merupakan inti dari upaya pemasaran. Riset digunakan untuk
menguraikan dan memperjelas produk, harga, tempat, promosi dan keputusan yang
berhubungan dengannya.
Perlu diketahui bahwa tiap elemen dalam bauran promosimemiliki
karakteristik dan kekuatan yang berbeda. Dalam pemanfaatannya pun diperlukan
analisa terhadap kapasitas mereka untuk menciptakan awareness hingga berakhir
pada penjualan.
17
Gambar 1.1: The relative effectiveness of the tools of the marketing communications
mix
(Sumber: Fill & Barbara, 2006: 18)
Bauran promosidapat dikombinasikan antara satu dengan yang lain. Seperti yang
dinyatakan oleh Fill (2006: 13) berikut:
The marketing communications mix consists of a set of tools (disciplines)
that can be used in various combinations and different degrees of intensity
in order to communicate with a target audience. In addition to these tools
or methods of communication, there are the media, or the means by which
marketing communications messages are conveyed. Tools and media
should not be confused, as they have different characteristics and seek to
achieve different goals.
F. KERANGKA KONSEP
Dari semua kerangka pemikiran tersebut, peneliti akan memilih beberapa
konsep kunci dan menyusun sebuah kerangka konsep yang sesuai untuk menganalisis
fenomena praktik promosi produk wisata XT Square sebagai permasalahan pokok
dalam penelitian ini. Kerangka konsep yang disusun nantinya akan digunakan sebagai
18
panduan dalam melakukan pembahasan dan analisis sampai menarik kesimpulan
penelitian setelah semua data terkumpul.
Bagan 1.1: Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa manajemen XT Square
mencoba memperkenalkan produk wisata mereka kepada wisatawan melalui praktik
promosi dengan menerapkan elemen-elemen bauran promosi di dalamnya. Promosi
tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di XT Square
itu sendiri. Promosi merupakan salah satu usaha untuk menyampaikan pesan kepada
publik, terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Tanpa
adanya promosi, baik konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan
mengetahui akan keberadaan produk.
Dalam penelitian ini peran promosi menjadi sangat penting mengingat
fungsinya yang akan berdampak pada suksesnya tujuan pemasaran XT Square
sendiri. Konsep tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk indikator atau
XT Square Promosi Produk Wisata
Bauran Promosi:
Advertising
Personal Selling
Sales Promotion
Direct Selling
Publicity
Jumlah Kunjungan
Wisatawan
19
uraian setiap konsep agar bisa digunakan sebagai bahan analisis penelitian. Adapun
penjabaran dari kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 1.2: Tabel Penjabaran Kerangka Konsep Penelitian
No. Konsep Definisi Indikator/ Uraian
1. Product
(Produk)
Sesuatu yang ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan
perhatian, dibeli, dipergunakan
dan yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan
konsumen (Kotler dan
Amstrong, 1996: 274).
XT Square memiliki banyak
variasi produk yang meliputi
barang, event, experience,
tempat, dan person yang
dibuat dan ditawarkan untuk
memenuhi serta memuaskan
kebutuhan wisatawan.
2. Advertising
(Periklanan)
Bentuk komunikasi yang
dibayar dan bersifat non-
personal. Dalam iklan terjadi
proses identifikasi sponsor yang
berupaya membujuk dan
mempengaruhi konsumen.
Periklanan memerlukan elemen
media massa sebagai sarana
untuk menyampaikan pesan
kepada audiens sasaran
(Setiadi, 2003: 252).
XT Square menggunakan
iklan sebagai salah satu sarana
untuk memperkenalkan
produk mereka kepada
masyarakat luas, terutama
target audiens. Iklan melaui
media cetak dan media
elektronik pun sudah
dilakukan. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui
bagaimana konsep periklanan
ini diterapkan oleh pihak
manajemen XT Square
sehingga dapat mendukung
tujuan penelitian.
3. Selling
Promotion
(Promosi
penjualan)
Tjiptono (1997: 229)
menjelaskan bahwa promosi
penjualan merupakan bentuk
persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif
yang dapat diatur untuk
merangsang pembelian produk
dengan segera atau
meningkatkan jumlah barang
yang dibeli pelanggan.
Pihak manajemen XT Square
menggunakan alat promosi
penjualan seperti potongan
harga, penawaran khusus, dan
hiburan khusus.
20
4. Publicity
(Publisitas)
Kotler (2002: 149),
mendefinisikan publisitas
sebagai informasi publik
mengenai sebuah perusahaan,
barang atau jasa yang tampil di
media massa sebagai suatu jenis
baru. Informasi yang tercantum
dalam publisitas bukan
merupakan iklan, tetapi sebuah
berita, tanpa biaya.
Peneliti menggunakan konsep
ini mengingat adanya banyak
pemberitaan, baik mengenai
produk-produk XT Square
maupun XT Square itu sendiri
di media.
5. Personal
Selling
(Penjualan
Personal)
Suatu bentuk komunikasi
interpersonal dengan cara tatap
muka secara langsung antara
tenaga penjual dengan individu
atau organisasi untuk
menginformasikan, membujuk,
dan mengingatkan untuk
mengambil tindakan yang tepat
saat itu juga kemungkinan
untuk mendapat feedback dari
audiens sasaran ada (Kotler,
1998: 77).
Pihak manajemen XT Square
telah melakukan upaya
penjualan personal kepada
para wisatawan, salah satunya
melalui Sunday Morning.
6. Direct
Selling
(Pemasaran
Langsung)
Menurut Belch dan Belch yang
dikutip oleh Kennedy dan
Soemanagara (2006: 26),
“direct marketing is a system of
marketing by which
organizations communicate
directly with the target
consumer to generate a
response or transaction”.
Melalui penjualan secara
langsung ini, XT Square
berupaya menarik perhatian
masyarakat dengan
memanfaatkan katalog yang
mereka buat sekaligus melalui
pemasaran dengan telepon.
7. Promotion
(Promosi)
Arus informasi atau persuasi
satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau
organisasi kepada tindakan
yang menciptakan pertukaran
dalam pemasaran (Swastha,
Promosi menjadi bagian yang
sangat penting dalam
menghubungkan perusahaan
dengan saluran distribusi dan
pelanggan sasaran. Dalam hal
ini, manajemen XT Square
21
1996: 237). pun melakukan promosi
sebagai salah satu usaha untuk
membantu menjaring
wisatawan.
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi Terkait dengan Objek Penelitian
G. Metodologi
a. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus
deskriptif yang bersifat kualitatif. Menggunakan metode studi kasus karena
memungkinkan peneliti menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan aspek how
and why atau bagaimana suatu fenomena terjadi dan menjelaskannya secara deskriptif
maupun teoritis (Yin, 1996: 1). Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu
sistem yang terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu
melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber
informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan
tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau
suatu individu. Dengan kata lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti
menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program,
event, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara
terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
selama periode tertentu (Creswell, 1998).
Menurut Yin (2006: 46) studi kasus sendiri dapat dibagi menjadi beberapa
jenis tergantung obyek yang diteliti. Ada tipe studi kasus tunggal holistik, tunggal
terjalin, multikasus holistik, dan multikasus terjalin. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan studi kasus tipe tunggal terjalin, karena di dalam penelitian ini penulis
fokus pada suatu kasus namun menyangkut beberapa unit analisis yaitu tentang
22
praktik promosi produk wisata yang diterapkan melalui bauran promosi yang
dilakukan oleh manajemen XT Square Yogyakarta.
Peneliti memilih jenis penelitian deskriptif kualitatif karena metode penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001: 3) adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara utuh. Dalam hal ini, peneliti hanya ingin memaparkan situasi
dan peristiwa, mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai kondisi yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan yang dalam hal ini adalah praktik
promosi produk wisata yang dilakukan oleh manajemen XT Square dalam usaha
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Jawaban penelitian ini akan mencapai
tingkat pemahaman yang mendalam bila peneliti mampu menjabarkan dan
menjelaskannya secara lebih komperhensif, rinci dan menyeluruh mengenai praktik
promosi yang dijalankan tersebut.
b. Objek Penelitian
Secara khusus, Yin (2006) menjelaskan bahwa objek yang dapat diangkat
sebagai kasus bersifat kontemporer, yaitu sedang berlangsung atau telah berlangsung
tetapi masih menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat dan khusus pada saat
penelitian ini dilakukan.
Objek yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah praktik promosi
produk wisata XT Square Yogyakarta. Fenomena ini mencakup proses penerapan
promosi melalui penggunaan elemen-elemen bauran promosi yang telah dilakukan
oleh manajemen XT Square dari bulan September tahun 2013 hingga bulan Oktober
tahun 2014.
23
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September tahun 2013 hingga bulan
Oktober tahun 2014. Penelitian ini dilakukan di XT Square yang beralamat di jalan
Veteran Umbulharjo Yogyakarta.
d. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bersifat open-ended, di mana
peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di
samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti
bahkan bisa meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap
peristiwa tertentu dan bisa menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian
selanjutnya (Yin, 2006).
Selain itu, data dari penelitian ini diperoleh dari wawancara secara mendalam
berdasarkan beberapa pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya. Namun untuk
menghasilkan data yang lebih, wawancara dapat ditambahkan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang muncul secara spontan selama proses wawancara berlangsung.
Wawancara akan dilakukan dengan mewawancarai pihak yang terlibat secara
langsung atas praktik promosi produk wisata XT Square Yogyakarta dan pihak yang
berperan mendukung hal tersebut.
2. Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi langsung dalam proses pengumpulan
data, yaitu dengan cara mengamati dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui
penglihatan dan pendengaran pada kegiatan promosi produk wisata yang dilakukan
oleh pihak manajemen XT Square.
24
b. Data sekunder
Metode ini diperlukan guna melengkapi hal-hal yang dirasa belum cukup
dalam data-data yang telah diperoleh melalui data primer, yaitu wawancara dan
observasi. Pengumpulan data melalui data sekunder ini terdiri dari website dan
dokumentasi (meliputi surat, momerandum, agenda, laporan-laporan suatu peristiwa,
proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping maupun artikel) (Yin, 2006).
e. Teknik Analisis Data
Aktivitas dalam analisis data, peneliti menggunakan empat komponen utama
yang harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Empat komponen utama tersebut
adalah: pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan/
verifikasi. Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan,
dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan
Huberman yang menekankan kepada tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan (Pawito, 2007).
Jadi tahapan analisis data dalam penelitian ini akan dimulai setelah
pegumpulan data dari hasil wawancara, observasi langsung dan analisis dokumen
selesai dilakukan. Semua data yang telah terkumpul kemudian disaring kembali untuk
melihat mana data yang diperlukan untuk proses penelitian dan mana data yang
kurang diperlukan. Setelah melakukan pengelompokan data baru kemudian data bisa
dianalisis melalui pencocokan data dengan teori dan konsep yang relevan atau yang
dikenal dengan teknik analisis data pattern matching. Hasil analisis ini kemudian bisa
digunakan untuk menarik kesimpulan berupa jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
25
f. Validitas Data
Pada uji validitas data menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data tersebut sebagai
pembanding (Moleong, 2001). Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
triangulasi sumber data, yaitu membandingkan data yang didapat dari wawancara
dengan hasil pengamatan langsung di lapangan; melakukan pengecekan kembali
mengenai pernyataan seorang informan dengan pernyataan informan lain yang sama-
sama mengetahui kasus tersebut; membandingkan apa yang dikatakan data dengan
materi yang didapat melalui studi pustaka, teori maupun pendapat akademisi dan
pengamat; serta membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.
Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula
mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.