BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

16
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam pernak-pernik aksesoris mewabah dikalangan anak muda dengan adanya modernisasi disegala bidang termasuk didalamnya bidang ketertarikan remaja akan dunia fashion semakin menarik minat tersendiri khususnya pada remaja untuk berkreasi dalam masalah penampilan (Purnadi, 2006). Pergeseran nilai pada remaja pada saat ini semakin mendukung timbulnya gejala tindakan konsumtif yang berlebihan berdasarkan hasil survei disimpulkan bahwa dewasa ini remaja cenderung menilai sesuatu berdasarkan materi. Pada remaja bukan hanya merupakan hobi semata melainkan sebagai pendongkrak kepercayaan diri (Tinambunan, 2006) Sehubungan dengan ini, Surya, (2003) juga menyatakan bahwa seiring dengan adanya perubahan sosial dan ekonomi muncul pula pola perubahan cara berfikir di masyarakat, salah satunya ialah mengenai fashion dan stylist. Menurut Dhiesta, (2002) penampilan sebenarnya tanpa dirubah-rubah sebenarnya sudah sempurna dengan kelengkapan panca indera yang dimiliki, tapi kebanyakan di make-over karena ingin mencari identitas baru dan pencapaian-pencapaian tertentu. Dalam hal ini Arienta, (2006) melakukan sebuah penelitian melalui telesurvei. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa semakin berkembangnya informasi saat ini makin berkembang pula fitur-fitur yang diusung dalam perombakan penampilan. Perkembangan informasi merangsang para remaja untuk terus melakukan perubahan

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam pernak-pernik aksesoris mewabah dikalangan anak muda dengan

adanya modernisasi disegala bidang termasuk didalamnya bidang ketertarikan remaja

akan dunia fashion semakin menarik minat tersendiri khususnya pada remaja untuk

berkreasi dalam masalah penampilan (Purnadi, 2006). Pergeseran nilai pada remaja

pada saat ini semakin mendukung timbulnya gejala tindakan konsumtif yang

berlebihan berdasarkan hasil survei disimpulkan bahwa dewasa ini remaja cenderung

menilai sesuatu berdasarkan materi. Pada remaja bukan hanya merupakan hobi

semata melainkan sebagai pendongkrak kepercayaan diri (Tinambunan, 2006)

Sehubungan dengan ini, Surya, (2003) juga menyatakan bahwa seiring dengan

adanya perubahan sosial dan ekonomi muncul pula pola perubahan cara berfikir di

masyarakat, salah satunya ialah mengenai fashion dan stylist. Menurut Dhiesta,

(2002) penampilan sebenarnya tanpa dirubah-rubah sebenarnya sudah sempurna

dengan kelengkapan panca indera yang dimiliki, tapi kebanyakan di make-over

karena ingin mencari identitas baru dan pencapaian-pencapaian tertentu.

Dalam hal ini Arienta, (2006) melakukan sebuah penelitian melalui telesurvei.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa semakin berkembangnya informasi saat ini

makin berkembang pula fitur-fitur yang diusung dalam perombakan penampilan.

Perkembangan informasi merangsang para remaja untuk terus melakukan perubahan

2

Pada penampilan mereka agar tampak lebih modis dan menarik. Kemudian

Mamed, (2006) mengemukakan bahwa konsep ubahan paling mudah diwujudkan

adalah melakukan modifikasi penampilan pada diri sendiri “ Anak-anak muda

sekarang sangat hobby pada trend berpakaian dan make-up, khususnya pada remaja

putri. Mayoritas konsumen tidak mau memiliki pakaian dan dandanan yang sama

dengan remaja lain, umumnya yang berada di lingkungannya, makanya harus ada

sentuhan khusus dalam penampilannya agar tetap kelihatan paling modis dan berbeda

dengan yang lainnya sesuai dengan trend sekarang. Sebagian besar salon, penjahit

dan butik sering menganggap hal ini sebagai peluang untuk penambahan pemasukan

( Jose, 2007).

Bagi remaja terutama pada remaja akhir, memodifikasi penampilan dan

menjadikan tampil beda sudah menjadi hal yang luar biasa. Memodifikasi penampilan

dapat diartikan sebagai pengubahan penampilan standart menjadi penampilan berbeda

dari yang lain sesuai dengan yang diinginkan. Dalam modifikasi tersebut dapat terjadi

penambahan item penampilan misalnya aksesoris seperti gelang, kalung, jepitan

rambut, jaket, topi, pin dll, maupun perawatan seperti creambath, rebounding, facial,

menggunakan krim pemutih, cat kuku dll agar penampilannya menjadi semakin

cantik sehingga berbuntut eksistensi jati diri. Menurut paroni (Diesta, 2002) pada

rentang usia 15-40 tahun seseorang mengandalkan penampilan luar untuk

menunjukan eksistensinya, sedangkan usia diatas 40 tahun cenderung menikmati

kualitas asal misalnya kesehatan agar mendapatkan kenyamanan pada dirinya sendiri

Pada kelompok usia remaja lebih mengandalkan penampilan luar karena

3

Pada proses pencarian jati diri itulah remaja banyak mencoba-coba

mengekspresikan dirinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa remaja akan

mencoba meniru orang lain sesuai dengan apa yang dirasakan bagi dirinya yaitu

berusaha untuk mempercantik dirinya seperti kebanyakan teman-temannya. (Diesta,

2002) remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk kosmetik

antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi

sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli

yang tidak wajar (Nurjayadi & Sebua, 2001)

Selain itu remaja merupakan pasar sasaran yang harus diperhatikan selain dari

jumlahnya yang besar. Sementara itu Gianto, (1998) ada tiga alasan mengapa remaja

merupakan sasaran pasar yang harus diperhatikan selain dari jumlahnya yang besar

pertama remaja bisa dipandang sebagai konsumen langsung, dengan mengalikan rata-

rata uang saku remaja dengan jumlah populasi mereka akan didapatkan jumlah besar

dana yang harus dipertimbangkan oleh produsen. Kedua remaja dapat dipandang

sebagai pembujuk orang tua remaja bisa mengusulkan membeli mobil , barang

elektronik, perhiasan dan lain-lain semua barang tersebut dapat dibeli sesuai dengan

bujukan remaja ketiga remaja dapat dipandang sebagai konsumen masa depan dengan

bertambahnya waktu remaja yang sekarang masih dibiayai orang tua kelak akan

mempunyai penghasilan sendiri.

Selanjutnya Gerungan, (1998) mengemukakan bahwa dengan perkembangan

sosial umumnya remaja cenderung memisahkan diri dari orang tua menuju kearah

teman sebaya. Remaja umumnya membeli barang-barang yang sedang menjadi

4

kegemaran dikelompoknya. Dengan membeli atau mempunyai barang-barang yang

sedang menjadi trend tersebut remaja merasa dapat lebih percaya diri (Diesta, 2002)

hal tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock (1991) yang mengatakan bahwa masa

remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa transisi

tersebut remaja mengalami berbagai macam perubahan pada aspek-aspek fisik

maupun psikologi sehingga belum mempunyai pertimbangan yang matang dalam

sikap maupun bertingkah laku.

Selanjutnya (Hakim, 2002) menyatakan bahwa salah satu cara remaja

menutupi rasa tidak percaya diri adalah dengan melakukan hal-hal yang kurang wajar

dan mereka cenderung melakukan hal-hal yang menunjukan eksistensinya. Salah satu

caranya ialah dengan membelanjakan uang dengan berlebihan untuk barang-barang

yang sedang trend dan merawat diri sekedar menunjukan bahwa dirinya mampu sama

dengan orang lain bahkan lebih dari orang lain sebagai kompensasi dari rasa kurang

percaya diri yang dimilikinya.

Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin akan

kemampuan diri sendiri, sehingga orang yang bersangkutan tidak perlu cemas dalam

tindakan-tindakannya dan dapat dengan bebas melakukan hal-hal yang disukai dan

bertanggung jawab pada perbuatannya, hangat, sopan, ramah, dapat berinteraksi

dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai kelebihan dan kekurangan

(Darajat, 1990) kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup aman cukup

nyaman serta tau segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan individu tanpa

membandingkan dengan orang lain menurut bandura, kepercayaan diri dapat

5

diartikan sebagai keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang

diharapkan maupun yang diinginkan. (Adianti & Martinah,1991)

Sementara itu, Burns, (1993) juga menyatakan bahwa tiap individu memiliki

kepercayaan diri yang berbeda-beda. Sebagian individu ada yang merasa penuh

percaya diri , individu yang memiliki percaya diri akan mampu menilai lingkungan

sekitarnya dengan lebih baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan situasi

sosial sehingga akan menimbulkan sikap tenang dan seimbang dalam situasi sosial

menurut Hurlock, (1999) kepercayaan diri tumbuh dari proses interaksi yang sehat di

lingkungan sosial individu yang berlangsung secara kontinu dan berkesinambungan.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa lingkungan psikologis dan

sosiologis yang kondusif nyaman dan memuaskan menumbuhkan dan meningkatkan

kepercayaan diri seseorang (Abiatin dan Martaniah, 1998) kepercayaan diri sangat

diperlukan oleh setiap individu terutama bagi remaja dengan adanya percaya diri

seseorang akan dapat bertindak tegas ketika mengalami kegagalan dan akan selalu

optimis dalam menghadapi sesuatu.(Surya, 2003)

Seseorang yang tidak percaya diri akan merasa rendah diri karena orang

tersebut akan memiliki kebiasaan membanding-bandingkan dirinya dan selalu merasa

kalau orang lain lebih baik dari dirinya. Selain itu selalu merasa tidak mampu

mengerjakan sesuatu padahal belum berusaha mencobanya Vallet dan Jatmiko,

(2002). Sehubungan dengan kepercayaan diri dan perilaku membeli Codler, (1990)

menyatakan banyak sekali proses pembelian tanpa pertimbangan yang matang

melainkan hanya meninggikan atau menimbulkan rasa percaya diri bukan

6

berdasarkan kebutuhan. Hal ini seperti perilaku membeli aksesoris dan perawatan diri

yang berlebihan, yang biasanya dilakukan oleh remaja akhir. Perilaku membeli

merupakan kebiasaan individu baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat

dalam mendapatkan barang dan jasa.

Banyak orang yang tidak peduli dan tanpa berpikir dua kali rela

membelanjakan uangnya untuk membeli aksesoris dan perawatan mahal, bahkan

meskipun mereka dengan terpaksa harus mengesampingkan kebutuhan mereka yang

lain (dalam Shandi 2006) dalam membeli barang biasanya remaja kurang

mempunyai pertimbangan yang matang karena remaja masih berada dalam masa

transisi yaitu perpindahan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Iskhak,2000)

Menurut manager pemasaran Kymco Cempaka Putih Jose Anri Gunawan,

(2007) yang terpenting adalah tampilan pada dirinya serta kepuasan dan rasa percaya

diri ketika ia dapat disebut sebagai trend-setter. Untuk mengubah penampilan ini

relatif banyak mengeluarkan biaya, yang terpenting konsepnya harus jelas, karena

apabila terlalu mencolok dan berlebihan atau tidak pas dengan situasi justru akan

kelihatan aneh dan tidak bagus. Apalagi kalau memakai barang-barang yang sedang

in, bermerk dan mahal pasti akan semakin percaya diri.

Perilaku membeli aksesoris dan melakukan perawatan mahal pada remaja

banyak dilakukan untuk mengikuti trend yang sedang marak saat itu serta agar

mereka lebih diterima di kelompoknya (Mahardayani, 1998). Pembelian aksesoris

dan perawatan mahal yang tidak sesuai kebutuhan akan menimbulkan masalah.

Remaja akan kurang percaya diri apabila tidak menampilkan sesuatu yang berbeda

7

dan cantik minimal seperti teman-temannya, dengan penampilan yang modis para

remaja akan lebih percaya diri, bangga karena dirinya dapat menarik perhatian orang

lain. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yaitu tidak jarang para

siswa di sekolah memakai aksesoris-aksesoris yang beraneka ragam dan make-up

yang terlihat jelas dan mencolok, serta membawa alat-alat make-up disekolah.

Bahkan juga sekarang banyak terbit toko-toko atau outlet kecantikan yang

menawarkan harga khusus pelajar sehingga mendorong remaja untuk semakin

menggandrungi dunia fashion (Loekmono 1993)

Perilaku membeli merupakan suatu fenomena psikoekonomik yang banyak

melanda kehidupan masyarakat terutaman yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini

menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan

remaja dikota-kotaaa besar yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial

untuk memenuhi kebutuhannya (Nurdjayadi & Sebua, 2001). Membeli dalam hal ini

tidak lagi dilakukan namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti

sekedar mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh

pengakuan sosial, ingin menjunjung rasa percaya diri dan sebagainya (Nurdjayadi &

Sebua, 2001).

Menurut Engel dkk, (1994) kecenderungan membeli produk, biasanya akan

menjadi penuh arti dan berorientasi pada tujuan, karena diharapkan produk tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan tetapi juga dengan persyaratan mempunyai nilai

lebih. Perilaku membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ; pertama faktor

lingkungan (kebudayaan, kelas sosial, pengaruh pribadi, kelompok awam dan

8

keluarga). Kedua faktor perbedaan individu (sumber daya konsumen,

motivasi,pengetahuan konsumen,sikap,kepribadian,dan gaya hidup). Ketiga faktor

psikologi (belajar, pengolahan informasi, dan faktor produk harga, karakteristik,

kualitas).

Hal yang dikemukakan oleh Engel dkk di atas sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh (Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni’mah) dalam hasil penelitiannya

menyatakan bahwa kecenderungan membeli produk, biasanya berorientasi pada

tujuan. Dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, biasanya

berorientasi pada tujuan. Dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu

produk, seseorang cenderung mempertimbangkan terlebih dahulu faktor –faktor yang

ada pada dirinya serta menimbang keuntungan yang didapat setelah membeli dan

kemudian mengkonsumsi produk yang sudah dibelinya. Dalam studi kasus yang

dilaksanakan oleh Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni’mah ini menyebutkan bahwa

kepercayaan diri menjadi salah satu keuntungan yang didapatkan setelah konsumen

membeli dan mengkonsumsi produk ponds. (dirangkum dalam jurnal ekonomi,

2003).

Sehubungan dengan ini Nafisah, (2001) menyatakan bahwa individu yang

memiliki sikap konsumtif akan mengambilan keputusan membeli secara tidak

realistis. Keputusan membeli bukan karena memenuhi kebutuhan utama melainkan

untuk memperoleh status yang lebih baik. Hal in menunjukan bahwa individu yang

bersikap konsumtif cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah, karena seperti

yang dikemukaakn oleh Lauster, (1992) bahwa irrasional dan tidak realistis adalah

9

ciri individu yang berkepercayaan diri rendah.

Bagi Hanimon, (2000) mengemukakan, bahwa bila remaja hanya memenuhi

kebutuhan penampilan, maka untuk kebutuhan lain akan terabaikan, seperti

kebutuhan sekolah atau kuliah atau kebutuhan lain yang mendesak. Selain itu bila

hanya mengejar aksesoris tanpa memperhatikan kenyamanan akan menimbulkan

masalah pada diri sendiri.

Pernyataan itu sendiri didukung oleh hasil penelitian yang lebih memfokuskan

pada faktor kepribadian yaitu peningkatan kepercayaan diri karena remaja sering

melakukan usaha-usaha tertentu agar dapat tampil lebih percaya diri di kalangan

mereka. Di dalam kehidupan, kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang

berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki individu. Tanpa

adanya kepercayaan diri maka akan banyak timbul permasalahan dalam diri manusia

(Loekmono, 1983).

Hal diatas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kotler, (1997)

disebabkan oleh adanya pengaruh atau referensi dari teman-teman dalam

kelompoknya, dimana teman di dalam kelompoknya tadi akan memberikan pengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Berikutnya

adalah sub budaya merupakan identifikasi dan rasionalisasi yang khas dari perilaku

anggotanya.

Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling

mendasar. Setiap kelompok masyarakat mempunyai suatu budaya dan pengaruh

kebudayaan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Setiap kelompok

10

masyarakat mempunyai suatu budaya dan pengaruh kebudayaan pada perilaku

membeli yang sangat besar (Kotler, 1997). Seseorang ingin agar diterima didalam

lingkungannya untuk itu ia akan melakukan hal –hal yang biasanya dilakukan oleh

komunitas di dalam kelompok tersebut (Nata Widjaya,1998). Karena apabila

seseorang merasa bahwa dirinya diterima didalam suatu kelompok, maka rasa

kepercayaan dirinya akan semakin besar.

Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain disekitar

lingkungannya dan semua itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri (Drajat,

1990). Akan tetapi, apabila remaja memiliki kecenderungan pembelian yang

berlebihan, maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik, yang menjadi asumsi

dan pemikiran penulis yaitu mengapa dengan sangat mudahnya remaja membuat

penampilannya penuh dengan modifikasi, padahal untuk memodifikasi penampilan

akan mengeluarkan biaya yang relatif besar.

Ada beberapa kemungkinan yang mempengaruhi perilaku membeli serta rasa

kepercayaan diri pada seorang remaja tingkat akhir. Mungkin disebabkan oleh adanya

keinginan untuk diterima didalam kelompoknya. Serta adanya pengaruh atau

referensi teman-teman didalam kelompoknya. Dimana teman dalam kelompok tadi

akan memberikan pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap sikap dan

perilaku seseorang. Individu seringkali dipengaruhi oleh kelompok referensi yang ia

sendiri menjadi anggotanya. Pentingnya pengaruh kelompok ini bervariasi untuk

produk dan merk, pengaruh ini cenderung paling kuat kalau produk ini terlihat oleh

orang lain yang dihargai (Kotler, 1997).

11

Pendapat di atas sama seperti pendapat yang dikemukakan oleh Engel, (1994)

yaitu kemungkinan besar perilaku membeli dipengaruhi oleh kelompok, dimana

pendapat dari suatu kelompok kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan

keputusan konsumen, khususnya bila ada keterlibatan yang tinggi. Kelompok acuan

adalah jenis apa saja dari sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku,

termasuk kelompok primer, sekunder dan kelompok aspirasional. Seseorang akan

merasa lebih percaya diri apabila bisa menyesuaikan diri dan berperilaku sama seperti

kelompoknya.

Menurut Loekmono (1983), bahwa rasa percaya diri pada individu

dipengaruhi dalamnya hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting

dalam lingkungan dan kehidupan dan kehidupan sehari-hari . Pendapat ini didukung

Nata Widjaya (dikutip Afiatin dan Martiniah,1998). Untuk meningkatkan percaya diri

seorang remaja membutuhkan pihak lain yang dipercayainya untuk mendorong

keberaniannya dalam mengambil keputusan.

Kemungkinan juga dipengaruhi oleh kebutuhan seseorang akan penghargaan

yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk berdasarkan status

dalam masyarakat. Contohnya, dengan selalu mengikuti trend yang sedang in

seseorang akan lebih mudah terpengaruh oleh informasi dari berbagai media

(Kotler,1997).

Seperti pada kejadian yang muncul yang penulis amati, yaitu kecenderungan

remaja tingkat akhir di salatiga terutama siswi kelas XI Jurusan Sekertaris, SMK

Kristen 1 Salatiga. Memiliki kegemaran dan minat yang berlebihan mengenai hal-hal

12

yang berkaitan dengan modifikasi penampilan. Ada kecenderungan di kalangan siswi

yang merasa bangga apabila memiliki aksesoris sebelum orang lain memilikinya

apalagi aksesoris tersebut adalah aksesoris yang mahal, bermerk dan terkenal.

Membeli aksesoris tertentu yang sedang menjadi trend akan menimbulkan rasa

percaya diri pada remaja, maka tak jarang para remaja seringkali mengabaikan

kebutuhan penting lain demi memiliki aksesoris yang mereka inginkan.

Berkaitan dengan hal tersebut,penulis juga menemui beberapa hal berkenaan

dengan masalah kepercayaan diri siswi SMK Kristen I Salatiga.Siswi yang tidak

begitu mencolok dalam hal penggunaan aksesories terlihat lebih pasif dalam

pergaulan dan kurang terlihat antusias dalam bersosialisasi dengan teman-

temanya.Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya kepercayaan diri sehingga seperti

timbul rasa minder untuk berkumpul dengan teman – temanya dan hanya memilih

beberapa teman saja yang dirasa sesuai dengan dirinya menurut Drajat

(1990).Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain disekitar

lingkunganya dan semua itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul hubungan Antara faktor pendorong perilaku membeli

aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri Siswi Kelas XI Jurusan

Sekertaris, SMK Kristen 1 Salatiga.

13

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan signifikan antara faktor pendorong perilaku membeli

aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada Siswi Kelas XI

Jurusan Sekertaris, SMK Kristen 1, Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara faktor

pendorong perilaku membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan

kepercayaan diri pada remaja tingkat akhir Siswi Kelas XI Jurusan Sekertaris, SMK

Kristen 1 Salatiga.

D. Manfaat penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, antara lain sebagai berikut :

�� � ��������� � ��

������ �������� ��� ���� ����� ���� ������� �������� ���� �� � �� �����

�� �������� ������������ ��������� ���������� ������� ���� �� ����� �����

���������� ����������������� ���� �������� ��� � ��� ����������� �������� ��� �����

�������������������������������������������������������������������������

���������������������������������

14

�� � ������������ ��

�� ������������� ��

�������������� ������� ��������������� ������������������� �� ������

�� ������������ ������������� �������� ������ � �������������������������

�������� � �������� ��������������� ���� �� �� �������� �� ��� ����� ������� ����

������� ����� �� ��� � ����� ������ �� ������ ��������� ���� �� ��� �������� �����

�������������������������������������������������������������������������

����� �������� �������� ��������� ��� ����� ����� �� �� ������ �������

�� ����� �� ������ ���� �������� ���� ���� ��� ���� ������� ���� � ������

������������ �������� ���

�� ! ���"���

#���� � ��� ���� ������� �������� ��� ����� ������� ��� � � ��� ��� �����

� ����� ��� � ����� ������ � ����� ��� � ������ ��������� �� ����� �� ������

������������������� �� ������������ ������������������� ������ ������� ���

������ �������� ��� ����� ������� � ��� ��� ��� � ��������� ��������� �� ��

����������������� �������������� �������� �����������������������������

���� ����� �� �������� $ ��� ��� ��� ����� ���� ������� ���� ���� �� �� ����

����� ���� ���� ��� ���� ���� � ������ ����������� ����� �� ������� ����

��������������� ������������������������������������ ����������������������

�� ���������������������������������������

15

�� #����%� �����&�������

&������ '������� ��� ����� �������� �� ��� �������� � ������ ���� �� �����

������ ��� �������� ���� �� ����� ����� ��������� ������ ��� ���� �� ������� ���

�������� �������� ����� �� �� ������ � ��� � ����� ���������� �������� ���

�������������������� ����� ������������������ ��� ��������������

���������������������������������������

�� #����$ ���� ����

#��������� ���� ������ ��������� �� �� ��� � ��� ��� ����� ������� ��������

��������������������������������������������� ���������������������

����� ����� ��������� �� ������ ������ ���� �� � ����� ���� ��������� �� ������

�������������� ��������

�� � ��� �� ������� ����

#���(� ���� ����� ��� � �������� ��������� ������ ��������� �����

���������������������������������������������

#���((� ���� ����� ������� �� �� ���� �������� ������ �������� ����

������������ ��������� ����� ��������������������� �������� ���

#���(((� ���� ����������� �������� ������������ �������������� )� ������

�������������������������������������������������������������

������� ��������������������

#���(*� ���� ����� �������� ��� ���������� ���� �������� �������� ���� ������

���������������������������

16

#���*� ���� ����� ���������� �� �� ������ �������� ��� �� �� ���� �����

���� �����