BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka dan responsnya. Yang dimaksud dengan tindakan mengancam muka dalam penelitian ini adalah tindakan yang dapat menjatuhkan harga diri seseorang. Tindakan tersebut mengakibatkan adanya respons dari orang tersebut untuk menyelamatkan harga dirinya. Penelitian ini penting karena harga diri merupakan kebutuhan dasar yang diinginkan manusia setelah kebutuhan psikis yang lain, seperti rasa aman dan cinta, di samping kebutuhan fisik/biologis (Ryckman, 2008:422426). Manusia akan selalu mempertahankan harga diri dan menyelamatkan harga diri ketika dia terancam oleh pihak lain. Tindakan mengancam muka dapat terjadi dalam proses komunikasi. Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi. Tindakan mengancam muka (TMM) disebut juga dengan face- threatening acts. TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain, menghalangi keinginan pihak lain, membatasi kebebasan orang lain, bahkan menjatuhkan harga diri pihak lain. Di dalam komunikasi, masing- masing penutur harus menghormati nama baik atau harga diri pihak lain. Oleh karena itu, tindak tutur TMM harus sedemikian mungkin dihindari karena dapat merugikan bahkan menjatuhkan harga diri lawan tutur. 1

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka

dan responsnya. Yang dimaksud dengan tindakan mengancam muka dalam

penelitian ini adalah tindakan yang dapat menjatuhkan harga diri seseorang.

Tindakan tersebut mengakibatkan adanya respons dari orang tersebut untuk

menyelamatkan harga dirinya. Penelitian ini penting karena harga diri merupakan

kebutuhan dasar yang diinginkan manusia setelah kebutuhan psikis yang lain,

seperti rasa aman dan cinta, di samping kebutuhan fisik/biologis (Ryckman,

2008:422—426). Manusia akan selalu mempertahankan harga diri dan

menyelamatkan harga diri ketika dia terancam oleh pihak lain. Tindakan

mengancam muka dapat terjadi dalam proses komunikasi. Bahasa memegang

peranan penting dalam komunikasi.

Tindakan mengancam muka (TMM) disebut juga dengan face-

threatening acts. TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama

baik pihak lain, menghalangi keinginan pihak lain, membatasi kebebasan orang

lain, bahkan menjatuhkan harga diri pihak lain. Di dalam komunikasi, masing-

masing penutur harus menghormati nama baik atau harga diri pihak lain. Oleh

karena itu, tindak tutur TMM harus sedemikian mungkin dihindari karena dapat

merugikan bahkan menjatuhkan harga diri lawan tutur.

1

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

2

Faktanya, TMM tidak selalu dapat dihindari. Terkadang, pihak satu

(selanjutnya disebut P1) dapat mengancam muka pihak lain (selanjutnya disebut

P2), misalnya, dengan cara menanyakan hal-hal negatif yang berkaitan dengan

diri lawan tutur. Berikut merupakan salah satu contoh adanya tindak ancaman

muka oleh P1 dan respons dari P2. Dialog berikut diambil dari “Kabar Petang” di

TVOne dengan judul dialog “Nikah Kilat Bupati”.

1) P1 : “Bagaimana mengurus rakyat banyak kalau mengurus

rumah tangga saja belum bisa?”

P2 : “Ya terima kasih. Saya sangat sadar betul saya bukan

manusia sempurna, saya bukan manusia superior (…) Tadi

disampaikan saya seolah olah sebagai penjahat, saya katakan

ini bagian dari kepentingan politik, tapi itu hanya tahu di

permukaan. Yang tahu persis bahwa itu adalah saya sendiri.”

(14/KP/021212/NKB/001)

Dialog tersebut merupakan dialog antara P1 (pemandu acara) dan P2

(narasumber: Aceng Fikri, mantan Bupati Garut). Konteks pembicaraan dalam

dialog tersebut adalah persoalan Aceng, yang pada waktu itu masih menjabat

sebagai bupati, menikah dan setelah empat hari menikah, istrinya tersebut

diceraikan. Dalam dialog di atas, P1 melakukan TMM dengan memberikan

penilaian negatif terhadap hal yang dilakukan P2. P1 menganggap bahwa P2

(sebagai bupati) tidak dapat mengurus rakyatnya. Mendapat ancaman demikian,

P2 merespons dengan merendahkan diri dan mengakui bahwa dirinya bukan

manusia sempurna yang luput dari salah dan dosa. Tuturan P2 tersebut bermakna

tidak literal karena terdapat maksud bahwa P2 berharap masyarakat dapat

memaklumi kesalahannya.

Selain contoh di atas, terdapat berbagai tindak mengancam muka dan

respons yang lain karena hal tersebut sering terjadi dalam komunikasi. Hal yang

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

3

menarik adalah keadaan tersebut ada dalam talkshow yang ditayangkan di televisi,

sehingga pihak terancam akan mencari berbagai cara untuk merespons agar dapat

menyelamatkan harga dirinya. Strategi tersebut tentu tidak terlepas dari faktor-

faktor luar bahasa, misalnya latar belakang sosial, budaya, ekonomi penutur,

kedudukan penutur di masyarakat, dan situasi ketika terancam. TMM dan respons

tersebut dapat ditinjau dari kajian pragmatik dan sosiolinguistik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat tiga rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Apa saja bentuk-bentuk TMM?

2. Apa saja bentuk-bentuk respons terhadap TMM?

3. Mengapa muncul bentuk-bentuk TMM dan respons yang berbeda-beda?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini,

yaitu:

1. memaparkan bentuk-bentuk TMM,

2. memaparkan bentuk-bentuk respons terhadap TMM,

3. menjelaskan faktor-faktor penyebab munculnya bentuk-bentuk TMM dan

respons yang berbeda-beda.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

4

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis

maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu inventaris kajian pragmatik dan sosiolinguistik, terutama tentang

kesantunan berbahasa. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan terhadap masyarakat Indonesia umum dalam hal mengancam muka

dan meresponsnya. Seharusnya, dalam berkomunikasi, kita harus berusaha untuk

tidak mengancam muka orang lain. Akan tetapi, dalam kondisi dan tujuan

tertentu, tindakan tersebut dapat dibenarkan, misalnya ketika menginterogasi

seorang tersangka untuk mendapat keterangan yang lengkap. Ketika mendapat

TMM yang dapat menjatuhkan harga diri, diperlukan respons untuk

menyelamatkan harga diri. Kedua tindakan tersebut seharusnya dituturkan dengan

cara yang baik dan santun. Hal tersebut merupakan upaya dalam menjaga

hubungan antarsesama, terutama dalam komunikasi. Selain itu, hal tersebut

merupakan wujud refleksi untuk menjadikan diri penulis, khususnya, dan diri

masyarakat Indonesia umumnya menjadi pribadi yang lebih baik dalam kehidupan

bermasyarakat, utamanya dalam berkomunikasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam ranah kajian pragmatik dalam aspek

kesantunan berbahasa, khususnya tindakan mengancam muka. Posisi penelitian

ini terhadap kajian pragmatik adalah melengkapi kajian pragmatik mengenai

tindakan mengancam muka; bahwa selama ini TMM seharusnya dihindari, dalam

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

5

penelitian ini TMM justru digunakan sebagai karakteristik talkshow di televisi

yang mengangkat topik-topik atau permasalahan di Indonesia.

Dalam kajian pragmatik, terdapat pembahasan prinsip kesopanan. Salah

satu teori dalam prinsip kesopanan adalah teori face-threatening acts (tindakan

mengancam muka) dari Brown dan Levinson atau yang disebut TMM, yang di

dalamnya terdapat konsep „muka‟. Teori tersebut meliputi TMM dan responsnya.

Untuk mendukung analisis, digunakan kajian sosiolinguistik. Dalam kajian

sosiolinguistik, terdapat teori mengenai komponen tutur SPEAKING dari Dell

Hymes yang dapat digunakan untuk mengkaji faktor yang menyebabkan

munculnya bentuk-bentuk TMM dan responsnya.

Ruang lingkup yang kedua terkait bahan, data, dan objek penelitian.

Bahan penelitian ini adalah dialog-dialog yang diindikasikan memuat adanya

TMM dan responsnya. Dialog diambil dari talkshow “Mata Najwa” dan “Prime

Time” yang tayang di Metro TV, serta “Suara Anda” dan “Kabar Petang” yang

tayang di TV One. Dari dialog-dialog dalam beberapa episode dan segmen,

diambil data berupa tuturan yang berisi TMM dan responsnya.

Pengumpulan bahan penelitian dilakukan mulai Januari 2015 sampai

Maret 2015. Video-video tersebut diunduh dari youtube.com. Terdapat 15 video

yang dijadikan bahan. Dari video-video tersebut, berhasil ditranskripsi 252 dialog.

Dari 252 dialog tersebut, terdapat 157 dialog yang berisi tuturan TMM. Untuk

keperluan analisis, diambil 52 sampel yang dapat mewakili masing-masing ciri

khas data.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

6

1.6 Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terkait kesantunan berbahasa. Penelitian-

penelitian yang telah dilakukan lebih sering meneliti cara orang memperlakukan

orang lain, termasuk cara menyelamatkan muka orang lain, sementara penelitian

ini berkaitan dengan tindakan yang justru mengancam muka orang lain. Penelitian

ini mengambil lima tinjauan pustaka yang paling dekat dengan objek penelitian.

Dari kelima tinjauan pustaka tersebut, belum ada penelitian terkait TMM dan

responsnya dalam talkshow di televisi. Kelima penelitian yang sudah dilakukan di

atas dapat menjadi acuan pengerjaan penelitian ini mengenai strategi kesopanan

dalam berbahasa.

Kelima tinjauan tersebut adalah penelitian yang berupa skripsi maupun

disertasi yang dilakukan oleh Nadar (2006), Amaroh (2010), Amaliah (2011),

Sundus (2012), dan Yuni (2013). Nadar membahas realisasi strategi kesopanan

untuk penolakan dalam tuturan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Amaroh

mengulas jenis tindak tutur yang mengancam muka dan strategi kesantunanya.

Amaliah meneliti kesantunan narasumber dan pembawa acara dalam dialog

“Suara Anda”. Sundus melakukan penelitian terkait TMM dan menyimpulkan

bahwa strategi TMM dapat mengurangi derajat keburukan Chelsea akibat

kekalahan. Yuni melakukan penelitian terkait kesantunan berbahasa dalam “Mata

Najwa”.

Secara lebih terperinci, kelima penelitian tersebut dipaparkan sebagai

berikut. Nadar (2006) melakukan penelitian terkait kesantunan berbahasa dalam

disertasinya yang berjudul “Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

7

Indonesia (Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesantunan Berbahasa)”.

Nadar menemukan adanya perbedaan dan persamaan cara menolak dalam bahasa

Inggris dan bahasa Indonesia. Dengan merujuk pada teori Brown dan Levinson

terkait strategi kesantunan, Nadar menyimpulkan persamaan cara menolak dalam

kedua bahasa tersebut adalah adanya strategi kesantunan berbahasa, yaitu

memberikan alasan, membuat penawaran, meminta maaf, dan berterima kasih.

Beberapa persamaan maupun perbedaan tersebut dipengaruhi faktor latar

belakang budaya, yaitu bahwa orang Indonesia cenderung kolektif dan orang

Inggris cenderung individualis.

Amaroh (2010) melakukan penelitian tindakan pengancaman muka

dalam skripsinya yang berjudul “Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi

Kesantunan dalam Rubrik „Pembaca Menulis‟ di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian

Pragmatik)”. Penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu penelitian terhadap surat

aduan dan surat tanggapan. Hasil penelitian Amaroh mengenai surat aduan,

ditemukan ada delapan jenis tindak tutur yang mengancam muka negatif lawan

tutur, yaitu tindakan memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat,

bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah. Sementara itu, tindak tutur yang

mengancam muka positif lawan tutur ada empat, yaitu menuduh, mengeluh,

mengkritik, dan menghina. Dari surat tanggapan, ditemukan tiga jenis tindak tutur

yang mengancam muka negatif, yaitu ucapan terima kasih, pembelaan, dan

melakukan janji. Tindak tutur yang mengancam muka positif ada dua, yaitu

meminta maaf dan mengakui kesalahan. Cara pengaduan yang lebih efisien adalah

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

8

dengan cara lebih berterus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka (Amaroh,

2010: 154).

Amaliah (2011) meneliti kesantunan berbahasa dalam dialog “Suara

Anda” di Metro TV. Hasil penelitian tersebut berupa skripsi dengan judul

“Strategi Bertutur Pemandu Acara dan Narasumber: Sebuah Analisis Kesantunan

Berbahasa dalam Program Dialog „Suara Anda‟ Metro”. Dari hasil penelitiannya,

Amaliah menyatakan bahwa strategi kesantunan yang sering digunakan pemandu

acara dan narasumber adalah strategi kesantunan positif substrategi menghindari

pertentangan dengan cara membatasi pendapat. Pembatasan pendapat tersebut

dilakukan sebagai penanda kehati-hatian atas tuturan yang diucapkan dan

berimplikasi terbangunnya citra positif di antara keduanya. Prinsip kerja sama

Grice dalam maksim kualitas dilanggar dengan tujuan menjaga hubungan sosial.

Sundus (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Sikap Menjaga Muka

dalam Laporan Pertandingan Kekalahan Chelsea dalam „Bridge Kids‟: Sebuah

Analisis Pragmatik” meneliti laporan pertandingan kekalahan Chelsea yang

dikhususkan untuk anak-anak. Simpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa

terdapat maksud-maksud terselubung yang bertujuan untuk melindungi muka

Chelsea akibat kekalahan yang didapat. Strategi bald on-record dan positive

redressive merupakan strategi yang dominan digunakan. Dengan menggunakan

strategi dalam teori face-threatening acts (FTA) derajat keburukan Chelsea akibat

kekalahan dapat dikurangi (Sundus, 2012:87).

Penelitian mengenai kesantunan berbahasa juga dilakukan oleh Yuni

(2013) dengan judul artikel “Kesantunan Berbahasa dalam „Mata Najwa‟

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

9

(Tinjauan Pragmatik)”. Yuni meneliti kesantunan berbahasa dari segi pembawa

acara, yaitu Najwa Shihab sebagai tuan rumah “Mata Najwa”. Dalam

simpulannya, Yuni menyebutkan ada lima kelompok tuturan yang dapat dikatakan

santun, yaitu tuturan yang (1) menunjukkan sikap menghormati mitra tutur, (2)

menunjukkan sikap peduli pada mitra tutur, (3) menunjukkan sikap menghormati

orang ketiga, (4) menunjukkan sikap rendah hati, dan (5) menunjukkan sikap

percaya pada mitra tutur.

Seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian ini berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan

sudut pandang pihak pertama (P1) yang harus menaati prinsip kesopanan,

termasuk mengurangi kemungkinan mengancam muka atau menyelamatkan muka

pihak kedua (P2). Dalam penelitian ini, dicobalah sebuah analisis dari sudut

pandang yang berbeda; P1 melakukan TMM dan P2 harus meresponsnya untuk

menyelamatkan harga diri yang diancam oleh P1. Hal tersebut diharapkan dapat

menjadikan kajian pragmatik dan sosiolinguistik lebih komprehensif.

1.7 Landasan Teori

Sebelum membicarakan metode penelitian, perlu dipaparkan beberapa

landasan teori untuk menyelaraskan konsep antara penulis dan pembaca.

Penelitian ini termasuk dalam ranah kajian pragmatik dan sosiolinguistik. Dalam

kajian pragmatik, teori yang dipakai adalah teori dasar tindak tutur dalam

pragmatik dan teori tindakan mengancam muka dalam kesantunan berbahasa.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

10

1.7.1 Kajian Pragmatik

Konsep-konsep dalam pragmatik merupakan konsep dasar yang akan

dijadikan pijakan utama dalam penelitian ini. Dalam proses komunikasi, penutur

dan lawan tutur sebaiknya dapat saling menghormati. Pragmatik merupakan

kajian eksternal bahasa. Kajian pragmatik tepat digunakan dalam penelitian ini

karena terdapat kondisi ancaman muka dan perlunya respons terhadap ancaman

muka tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu contoh faktor eksternal yang

muncul dalam proses komunikasi.

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal; bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2009:4). Pragmatik mempelajari faktor-faktor

yang menentukan pilihan berbahasa seseorang dalam interaksi sosial dan efek dari

pilihan tersebut terhadap orang lain (Crystal, 1941:120). Lebih spesifik lagi,

Leech (1993:ix) menyatakan bahwa pragmatik merupakan studi mengenai makna

tuturan dalam situasi-situasi tertentu. Situasi tersebut meliputi aspek penutur dan

lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan

tuturan sebagai produk tindak verbal. Adanya konteks membuat analisis

pragmatik tidak mengenal istilah ambigu dan sinonim karena semua makna dapat

diketahui dari konteksnya (Purwo, 1990:13).

Pragmatik sering kali diperbandingkan dengan semantik. Perbedaan

yang mendasar adalah semantik mengkaji makna yang bebas konteks, sementara

pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Di dalam semantik, kita hanya

bertanya, “Apa artinya X?” sementara di dalam analisis pragmatik, kita bertanya,

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

11

“Apa yang Anda maksud dengan X?” (Leech, 1993:8). Oleh Charles Morris

(dalam Purwo, 1990:15) semantik diberi batasan sebagai telaah mengenai

hubungan formal di antara lambang dan objeknya, sedangkan pragmatik menelaah

hubungan di antara lambang dan penafsirnya. Satuan analisis pragmatik bukanlah

kalimat, melainkan tindak tutur (Purwo, 1994:84).

1.7.1.1 Teori Tindak Tutur (Speech Acts)

Tindak tutur merupakan wujud tuturan yang diucapkan penutur. Teori

tindak tutur (speech acts) ini perlu dipaparkan karena teori ini penting untuk

menentukan kekhasan TMM dan respons terhadap TMM. Dengan mengetahui

teori tindak tutur, dapat ditentukan bentuk-bentuk tindak tutur yang dapat

memberi efek ancaman muka sehingga dapat ditentukan bentuk tindak tutur

respons terhadap TMM.

Tindak tutur berbeda dengan kalimat. Satu tuturan dapat memberi

maksud dua atau lebih tindak tutur (Purwo, 1994:84). Ada delapan jenis tindak

tutur (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:27—40). Berikut adalah paparan dari

delapan jenis tindak tutur tersebut.

a. Tindak tutur langsung (La)

Tindak tutur langsung merupakan tindak tutur yang modus kalimatnya

sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Modus kalimat berita

digunakan untuk maksud memberitakan, modus kalimat bertanya digunakan untuk

maksud bertanya, dan modus kalimat perintah digunakan untuk maksud

memerintah.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

12

b. Tindak tutur tidak langsung (TLa)

Tindak tutur tidak langsung merupakan tindak tutur yang modus

kalimatnya tidak sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Modus

kalimat berita digunakan untuk maksud bertanya atau memerintah, modus kalimat

bertanya digunakan untuk maksud memberitakan atau memerintah. Akan tetapi,

modus kalimat perintah tidak termasuk tindak tutur tidak langsung karena tidak

ada modus perintah yang digunakan untuk memberitakan atau bertanya.

c. Tindak tutur literal (Li)

Tindak tutur literal berarti tindak tutur yang makna kata-katanya sesuai

dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Kata bangga, misalnya, memiliki

makna „besar hati; merasa gagah‟ digunakan untuk maksud memberitakan bahwa

dirinya atau lawan tuturnya bangga dengan makna sesungguhnya.

d. Tindak tutur tidak literal (TLi)

Tindak tutur tidak literal berarti tindak tutur yang makna kata-katanya

tidak sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Kata bagus, misalnya,

memiliki makna sebenarnya „baik sekali; elok‟, tetapi digunakan dalam tuturan

dengan maksud menyindir atau berarti „buruk sekali‟.

e. Tindak tutur langsung literal (La-Li)

Ini merupakan jenis tindak tutur kombinasi. Tindak tutur langsung literal

berarti tindak tutur yang memiliki maksud sesuai dengan modus kalimatnya dan

maknanya sesuai dengan makna kata-kata yang dituturkan. Jika seseorang ingin

memerintah, dia akan menggunakan kalimat perintah dan kata-kata yang

bermakna perintah, merupakan salah satu contoh tindak tutur langsung literal.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

13

f. Tindak tutur langsung tidak literal (La-TLi)

Tindak tutur langsung tidak literal berarti tindak tutur yang memiliki

maksud sesuai dengan modus kalimat, tetapi makna kata tidak sesuai dengan

maksud tuturan. Seseorang memerintah menggunakan kalimat perintah, tetapi

bukan dengan kata-kata yang bermakna sesuai perintah yang dimaksud.

g. Tindak tutur tidak langsung literal (TLa-Li)

Tindak tutur tidak langsung literal berarti tindak tutur yang modus

kalimatnya tidak sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang digunakan

sesuai dengan makna sebenarnya. Misalnya, seseorang ingin bertanya dengan

menggunakan kalimat berita, tetapi kata-kata yang digunakan memiliki makna

sebenarnya, bukan kiasan.

h. Tindak tutur tidak langsung tidak literal (TLa-TLi)

Tindak tutur tidak langsung tidak literal berarti tindak tutur yang modus

kalimatnya tidak sesuai dengan maksud tuturan sekaligus kata-kata yang

digunakan tidak sesuai dengan makna sebenarnya.

Dalam penelitian ini, didapatkan pola penggunaan tindak tutur. Tindak

tutur yang sering digunakan sebagai TMM adalah tindak tutur tidak langsung

literal (TLa-Li) dan langsung literal (La-Li). Sesuai paparan di atas, TLa-Li

merupakan tindak tutur yang tujuan tuturannya tidak sama dengan modus kalimat,

tetapi maknanya sama, misalnya, seseorang yang mengancam muka dengan

menanyakan kabar buruk dapat menggunakan modus kalimat pernyataan atau

sebaliknya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek ancaman muka. Tindak

tutur lain yang digunakan adalah La-Li, misalnya, seseorang yang mengancam

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

14

muka dengan memberi tantangan langsung menggunakan kalimat perintah agar

lawan tutur melakukan tantangan. Tindak tutur La-Li lebih sedikit digunakan

daripada TLa-Li karena TLa-Li dianggap lebih sopan.

Dengan didapatkannya TMM, dapat diperoleh respons terhadap TMM.

Pola tindak tutur TMM yang dominan digunakan adalah Tla-Li. Sementara itu,

setelah dilakukan pengamtan, diperoleh pola bahwa bentuk tindak tutur dalam

respons terhadap TMM yang paling dominan adalah tindak tutur La-TLi.

1.7.1.2 Teori Kesantunan Berbahasa

Kesantunan merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi. Brown

dan Levinson (dalam Rahardi, 2009:27) memberikan konsep bahwa pada

dasarnya kesantunan merupakan sebuah upaya penyelamatan muka. Di dalam

teori kesantunan berbahasa, terdapat teori face-threatening acts yang berhubungan

dengan tindak ancaman muka dan responsnya. Teori tersebut mendasari konsep

„muka‟, „ancaman muka‟, dan „respons terhadap ancaman muka.

Teori kesantunan berbahasa telah dirumuskan oleh beberapa pakar, di

antaranya Lakoff (1972), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978) dan Leech

(1983). Masing-masing pakar mendefiniskan prinsip kesantunan secara berbeda-

beda. Dalam penelitian ini, digunakan teori kesantunan bahasa yang dirumuskan

Brown dan Levinson karena dalam teorinya tersebut, mereka memaparkan konsep

tentang muka yang berkenaan dengan harga diri seseorang. Teori tersebut tepat

digunakan untuk menganalisi tindakan tuturan dalam talkshow di televisi. Muka di

sini berarti harga diri setiap orang yang harus dipertimbangkan oleh setiap peserta

pertuturan (Wijana dan Rohmadi, 2009:132). Yule (2006:102—120)

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

15

mengistilahkan muka dengan wajah yang memiliki arti wujud pribadi seseorang

dalam masyarakat; mengacu pada makna sosial dan emosional yang setiap orang

memiliki dan mengharapkan orang lain untuk mengetahui. Di dalam interaksi

sosial, penutur memiliki keinginan untuk dihormati karena mereka memiliki

konsep „muka‟ yang diartikan sebagai citra diri yang harus diperhatikan oleh

lawan tutur (Wijana dan Rohmadi, 2009:59).

Oleh Brown dan Levinson, muka dibagi menjadi dua, yaitu muka negatif

dan positif. Brown dan Levinson (1978:66) mendefinisikan muka negatif dan

positif sebagai berikut.

Negative face: the basic claims to territories, personal preserves, rights

to non-distraction, in example to freedom of action and freedom from

imposition.

Positive face: the positive consistent self-image or „personality‟

(crucially including the desire that this self-image be appreciated and

approved of) claimed by interactants.

Muka negatif berarti keinginan warga masyarakat agar tindakannya tidak

dihalang-halangi oleh pihak lain, muka positif berarti keinginan warga masyarakat

agar dirinya dapat diterima oleh pihak lain (Nadar, 2006:2). Muka positif

merupakan citra diri, ide-ide, atribut-atribut, milik, prestasi, yang dimiliki

seseorang dihargai atau diakui oleh lawan tuturnya sebagai hal yang baik (Purwo,

1994:90; Wijana dan Rohmadi, 2009:60). Muka positif juga berarti kebutuhan

untuk diterima, disukai orang lain, diperlakukan sebagai anggota dari kelompok

yang sama, dan mengetahui bahwa keinginannya dimiliki bersama dengan yang

lainnya (Yule, 2006:102—120). Muka negatif merupakan citra diri seseorang

yang ingin dihargai dengan cara dibiarkan bebas melakukan tindakan, keinginan

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

16

untuk tidak diejek, diserang, atau dihinakan oleh lawan tuturnya (Purwo, 1994:90;

Wijana dan Rohmadi, 2009: 60).

Pada praktiknya, teori Brown dan Levinson berfokus pada tindakan

mengancam muka dan strategi kesopanan untuk mengurangi ancaman muka

tersebut (Leech, 2014:33). Menurut Brown dan Levinson (dalam Purwo,

1994:90), sebuah tindak tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka. Mereka

menyebutnya sebagai face-threatening act (FTA) atau tindakan mengancam muka.

Tindakan mengancam muka ialah jika seorang penutur mengatakan sesuatu yang

mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan

dengan nama baiknya sendiri (Yule, 2006:103). Tindakan yang tidak santun

adalah tindakan yang menghambat atau menghalangi keinginan dan kehendak

seseorang (Rahardi, 2009:27). Karena muka terdiri atas muka positif dan muka

negatif, tindakan yang melanggar muka dapat dibedakan menjadi dua. Nadar,

setelah mencermati konsep muka dari Brown dan Levinson, menguraikan bentuk-

bentuk tindakan yang melanggar muka positif dan muka negatif (dalam Rahardi,

2009:27).

Tindakan yang melanggar muka negatif adalah sebagai berikut.

(1) Ungkapan yang menunjukkan perintah dan permintaan, saran, nasihat,

peringatan, ancaman, tantangan; merupakan TMM yang dilakukan P1 untuk

menekan P2 melakukan sesuatu seperti yang diinginkan oleh P1, misalnya,

tindakan perintah“Tolong tutup pintu itu!”, tindakan saran “Sebaiknya

Anda menutup pintu itu,” tindakan ancaman, “Jika Anda ingin selamat,

tutup pintu itu!”

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

17

(2) Ungkapan tentang tawaran, janji; merupakan ungkapan yang menunjukkan

tindakan P1 yang menekan P2 untuk menerima atau menolak sesuatu,

misalnya, “Anda mau memesan menu A atau B?”

(3) Ungkapan tentang pujian, ungkapan perasaan negatif yang kuat seperti

kebencian dan kemarahan; merupakan ungkapan yang menunjukkan

tindakan P1 yang menginginkan sesuatu yang dimiliki P2 dan menginginkan

agar P2 memberikannya pada P1, misalnya, “Sepatu Anda bagus sekali,

seandainya saya dapat memilikinya.”

Tindakan yang melanggar muka positif adalah sebagai berikut. Masing-

masing bentuk TMM berikut diterangkan lebih terperinci pada bab selanjutnya

yang memaparkan bentuk-bentuk TMM beserta contoh dan analisisnya.

(1) ungkapan ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan atau

mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan, penghinaan;

(2) ungkapan tentang pertentangan, ketidaksetujuan, tantangan;

(3) ungkapan tentang emosi yang tidak terkontrol yang membuat orang lain

merasa dibuat takut atau dipermalukan;

(4) ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-hal yang bersifat tabu atau yang

tidak selayaknya dalam situasi tertentu;

(5) ungkapan tentang kabar buruk mengenai lawan tutur, menyombongkan berita

baik, tidak memedulikan perasaan lawan tutur;

(6) ungkapan yang memecah-belah pendapat seperti masalah politik, ras, agama,

pembebasan wanita;

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

18

(7) ungkapan yang menunjukkan ketidak-kooperatifan, misalnya menyela

pembicaraan;

(8) ungkapan tentang sebutan atau menunjukkan status lawan tutur pada

perjumpaan pertama yang membuatnya tidak senang.

Di dalam interaksi sosial, kita harus mengakui bahwa terkadang terdapat

tuturan-tuturan yang dapat mengancam muka atau yang disebut tindakan

mengancam muka (Cutting, 2008:43). Ketika tuturan mengancam muka terpaksa

diucapkan, ada beberapa strategi kesantunan yang dapat dipakai untuk

memperbaiki tuturan tersebut. Brown dan Levinson menyebutnya strategi positif

dan strategi negatif (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:135). Dalam analisis ini,

strategi tersebut dilihat dari sudut pandang teori tindak tutur.Kajian pragmatik,

utamanya kesantunan berbahasa teori tindakan mengancam muka yang telah

dipaparkan di atas digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk TMM dan

responsnya. Dengan demikian, rumusan masalah pertama dan kedua dapat

terjawab.

1.7.2 Kajian Sosiolinguistik

Kajian kedua yang dipakai adalah kajian sosiolinguistik. Kajian ini

digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu faktor-faktor peyebab

munculnya TMM dan responsnya dalam talkshow di televisi. Dalam kehidupan

bermasyarakat, manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai masyarakat

sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam bertutur

akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitarnya (Wijana dan Rohmadi,

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

19

2006:7). Situasi dan kondisi yang tidak terpisahkan dari perkembangan tersebut menjadi

dasar munculnya kajian sosiolinguistik. Fokus studi sosiolinguistik adalah bahasa dan

dimensi kemasyarakatan (Ohoiwutun, 1996:9).

Sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan

bahasa, khususnya perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan

faktor sosial (Nababan, 1986:2). Sementara itu, Chaer dan Agustina (2010:2)

menyatakan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin (sosiologi

dan linguistik) yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan

bahasa dalam masyarakat. Wardhaugh (1986:12) mendefinisikan sosiolinguistik

sebagai berikut.

“Sosiolinguistics will be concerned with investigating the relationship

between language and society with the goal of a better understanding of

the structure of language and of how languages function in

communication.”

Ahli bahasa banyak yang merumuskan pengertian sosiolinguistik dan

topik-topik di dalamnya. Hymes memperkenalkan sebuah istilah ethnography of

speaking kemudian mengubahnya menjadi ethnography of communication dengan

pendekatan baru untuk memahami penggunaan bahasa (Johnston dan Marcellino,

2010:3--4). Dell Hymes menandai bahwa terjadinya peristiwa tutur antara penutur

dan mitra tutur dipengaruhi oleh faktor-faktor. Agar mudah diingat, dia

menyebutnya dengan SPEAKING, yaitu setting, participant, ends, act, key,

instrumentalities, norm, dan genre (Wijana dan Rohmadi, 2006:9). Berikut adalah

paparan masing-masing faktor tersebut.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

20

1.7.2.1 Setting

“Setting including the time and place, physical aspects of the situation

such as arrangement of furniture in the classroom (Hymes dalam Johnston dan

Marcellino, 2010:7). Setting mencakup waktu dan tempat, aspek psikologis dari

situasi tertentu. Secara ringkas, setting mencakup latar dan suasana. Latar

mengacu pada waktu dan tempat terjadiya tindak tutur dan biasanya mengacu

kepada keadaan fisik. Suasana mengacu pada latar psikologis, atau batasan

budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu jenis suasana tertentu (Sumarsono

dan Patana, 2007:326—335).

1.7.2.2 Participant

Participant dipakai untuk menunjuk kepada minimal dua pihak dalam

bertutur. Participant melibatkan dua dimensi sosial manusia, yakni dimensi

horizontal (menyangkut hubungan penutur dan mitra tutur yang terbangun

sebelumnya) dan dimensi vertikal (berkaitan dengan masalah umur, kedudukan,

status sosial, dan semacamnya (Rahardi, 2001:29—31). Dalam penelitian ini,

penutur (P1) adalah pemandu acara, mitra tutur (P2) adalah narasumber, dan

pendengar (P3) adalah publik/penonton.

1.7.2.3 Ends

Ends adalah maksud atau tujuan pembicaraan (Wijana dan Rohmadi,

2006:9). “Ends including the purpose of the event itself as well as the individual

goals of the participants (Hymes dalam Johnston dan Marcellino, 2010:7).”

Masing-masing partisipan dapat memiliki ends yang berbeda.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

21

1.7.2.4 Act

Bentuk pesan menyangkut cara sesuatu itu (topik) dikatakan atau

diberitakan. Keterampilan bertutur merupakan prasyarat bagi seseorang untuk

mengungkapkan sesuatu karena itu perlu dipelajari oleh tiap peseta tutur. Isi pesan

berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan

topik. Peserta tutur tentu tahu apa yang sedang dipercakapkan orang, dan kapan

yang dikatakan itu berubah, serta bagaimana mempertahankan topik itu menjadi

bahan pembicaraan (Sumarsono dan Patana, 2007:326—335).

1.7.2.5 Key

Key atau kunci mengacu pada cara, nada, atau jiwa (semangat) tindak tutur

dilakukan. Kunci serupa dengan modalitas dalam kategori gramatika (Sumarsono

dan Patana, 2007:326—335). Nada bisa santai, serius, tegang, kasar, dan

sebagainya (Rahardi, 2001:29—31).

1.7.2.6 Instrumentalities

Instrumentalities yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturan

(Wijana dan Rohmadi, 2006:9). Menunjuk kepada saluran tutur (channel) dan

bentuk tutur (form of speech). Saluran tutur adalah alat yang digunakan untuk

meunculkan tuturan agar sampai pada mitra tutur. Sarana yang dimaksud dapat

berupa saluran lisan, tertulis, bahkan sandi atau kode tertentu. Bentuk tutur dapat

berupa bahasa, termasuk dialek dan variasi bahasa yang lain (Rahardi, 2001:29—

31).

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

22

1.7.2.7 Norm

Terdiri atas norma interaksi dan norma interpretasi. Norma interaksi

merupakan perilaku khas dan sopan santun tutur yang mengikat yang berlaku

dalam kelompok masyarakat (Sumarsono dan Patana, 2007:326—335). Norma

interpretasi memungkinkan pihak-pihak terlibat untuk memberikan interpretasi

terhadap mitra tutur. Norma interpretasi berkaitan erat dengan sistem kepercayaan

masyarakat tutur tersebut (Rahardi, 2001:29—31).

1.7.2.8 Genre

Genre menunjuk kepada jenis kategori kebahasaan yang sedang

dituturkan. Genre menyangkut kategori wacana seperti percakapan, cerita, pidato,

dan semacamnya. Orang yang berpidato berbeda dengan orang yang bercerita

(Rahardi, 2001:29—31). Hymes mengatakan bahwa genre sering terjadi bersama-

sama dengan peristiwa tutur tetapi harus tetap diperlakukan berbeda dari peristiwa

tutur. Keduanya bisa terjadi dalam peristiwa berbeda (dalam Sumarsono dan

Patana, 2007:326—335).

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian menurut tahapan strategi terdiri atas tiga tahapan,

yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode pemaparan

hasil analisis data (Sudaryanto, 1986:57). Berikut adalah metode yang dilakukan

dalam penelitian ini.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

23

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak

dengan teknik simak bebas libat cakap. Artinya, tidak ada keterlibatan langsung

untuk menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya

sebagai pemerhati (Kesuma, 2007:46). Dialog-dialog yang disimak adalah dialog

yang ada dalam beberapa video talkshow “Mata Najwa” dan “Prime Time” yang

tayang di Metro TV, serta “Suara Anda” dan “Kabar Petang” yang tayang di TV

One. Acara talkshow tersebut dipilih karena adanya indikasi ciri khas dialog yang

memuat TMM dibanding acara talkshow lain yang ada di televisi. Video tersebut

diunduh melalui youtube.com. Pengumpulan video tersebut dilakukan dari bulan

Januari 2015 sampai bulan Maret 2015.

Setelah mengunduh video-video tersebut, setiap dialog yang ada dalam

talkshow didengarkan dengan saksama. Selanjutnya, digunakan teknik lanjutan

berupa teknik catat. Dialog-dialog tersebut ditranskripsi sehingga didapat data

tertulis. Transkripsi yang digunakan adalah transkripsi ortografis. Pengumpulan

data diakhiri dengan klasifikasi data atau pengelompokkan kartu data

(Sudaryanto, 1988:6).

1.8.2 Metode Analisis Data

Setelah dialog-dialog tersebut terkumpul, langkah selanjutnya adalah

analisis data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan

pragmatis. Metode padan pragmatis merupakan metode padan yang alat

penentunya lawan tutur (Kesuma, 2007:49). Metode ini digunakan untuk

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

24

mengidentifikasi tuturan yang digunakan untuk ancaman muka dan respons

terhadap TMM. Untuk keperluan tersebut, digunakan teknik pilah unsur tertentu.

Mula-mula, dialog-dialog yang telah terkumpul diidentifikasi jenis

kalimatnya atau modus kalimatnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan daya

pilah pragmatis, yaitu dengan melihat reaksi lawan tutur (P2) terhadap tuturan

penutur (P1). Modus kalimat menentukan jenis tuturan langsung atau tidak

langsung dengan melihat maksud kalimat tersebut dituturkan. Setelah itu, dilihat

makna kata dalam tuturan sesuai atau tidak dengan maksud tuturan. Hal tersebut

menentukan jenis tindak tutur literal atau tidak literal. Apabila hal itu telah

dilakukan, dapat diketahui jenis tindak tutur dalam setiap tuturan dalam semua

dialog yang terkumpul. Setelah mengetahui jenis tindak tutur masing-masing

tuturan, dipilah tuturan yang dapat memberi efek ancaman muka berdasarkan teori

ciri tuturan yang dapat mengancam muka. Dari tuturan yang dapat memberi efek

ancaman muka, diperoleh bentuk-bentuk TMM sehingga dapat menjawab

rumusan masalah pertama. Selanjutnya, setelah mengetahui bentuk-bentuk TMM,

dapat diketahui pula bentuk respons terhadap TMM. Analisis terhadap respons

TMM dilakukan dengan cara yang sama dalam analisis TMM. Analisis tersebut

menjawab rumusan masalah yang kedua.

Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu faktor yang

mempengaruhi strategi respons terhadap TMM, digunakan analisis SPEAKING

Dell Hymes dalam kajian sosiolinguistik. SPEAKING terdiri atas komponen tutur

yang berupa tempat, waktu, suasana tuturan, partisipan, tujuan atau maksud,

pokok tuturan, kunci tuturan, instrumen, norma-norma, dan jenis tuturan. Tahapan

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85839/potongan/S1-2015... · TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain,

25

kedua berakhir dengan penemuan kaidah (Sudaryanto, 1986:58) tentang TMM

dan responsnya.

1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah dianalisis, selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data.

Metode penyajian yang dilakukan adalah metode formal dan informal. Metode

formal digunakan dengan menampilkan tabel untuk menunjukkan hasil analisis.

Selanjutnya, metode informal digunakan untuk menguraikan hasil analisis data

dan menjelaskan tabel dengan kata-kata. Metode informal tersebut digunakan

untuk memudahkan pemahaman paparan penelitian.

1.9 Sistematika Penyajian

Setiap hasil penelitian tentu perlu disajikan dalam bentuk pelaporan

karya. Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab 1 berisi bab pendahuluan.

Dalam bab ini terdapat sembilan subbab, yaitu latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, data dan metode penelitian, serta sistematika penyajian.

Bab II membahas bentuk-bentuk TMM dengan empat subbab yang merupakan

paparan dari masing-masing bentuk tersebut. Bab III berisi bentuk-bentuk respons

terhadap TMM dengan empat subbab yang merupakan paparan dari masing-

masing bentuk respons terhadap TMM. Bab IV membahas faktor yang

menyebabkan munculnya bentuk-bentuk TMM dan respons terhadap TMM

dengan lima subbab. Bab 5 merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.