BAB Irepository.unpas.ac.id/29993/4/6.BAB 1 PALING BENER.docx · Web viewSelain itu pegawai...
Transcript of BAB Irepository.unpas.ac.id/29993/4/6.BAB 1 PALING BENER.docx · Web viewSelain itu pegawai...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi
pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan
misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat
yang ada di instansi tersebut, apabila tidak ditunjang dengan sumber daya manusia
untuk mengendalikan serta mengoperasikannya, maka peralatan dan alat tersebut
tidak mungkin dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Setiap instansi pemerintahan dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber
daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber
daya manusia tidak lepas dari faktor pegawai yang diharapkan dapat berprestasi
sebaik mungkin demi mencapai tujuan instansi pemerintahan. Pegawai merupakan
asset utama instansi dan mempunyai peran yang penting di dalam instansi yaitu
sebagai pemikir, perencana dan pengendali aktivitas instansi.
Pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan keberhasilan
suatu instansi pemerintahan. Untuk mencapai tujuan instansi diperlukan pegawai
yang sesuai dengan persyaratan yang ada di dalam instansi dan pegawai juga
harus mampu menjalankan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh instansi. Setiap
instansi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawainya, dengan
harapan agar tujuan instansi dapat tercapai.
1
2
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan aparatur Negara yang bertugas
menjadi abdi masyarakat dan menyelenggarakan pelayanan bagi masyarakat. PNS
juga menjadi panutan bagi setiap masyarakat sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk dapat melaksanakan tugas
dengan baik, maka pembinaan pegawai perlu diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Hal ini dilakukan agar sumber daya manusia
memiliki sikap dan perilaku yang berintikan pengabdian, kejujuran, tanggung
jawab, disiplin serta wibawa sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai
tuntunan perkembangan masyarakat. Tanpa pegawai betapa sulitnya instansi
dalam mencapai tujuannya, karena merekalah yang menentukan keberhasilan
suatu instansi, dengan memiliki tenaga kerja yang terampil dan motivasi yang
tinggi. Instansi telah memiliki asset yang sangat mahal, sebab pada dasarnya
manusia merupakan subjek dan objek pembangunan.
Kinerja pegawai bukan hanya merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya tetapi
termasuk proses bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja.
Proses mencapai hasil kerja pegawai meliputi disiplin kerja dan prilaku pegawai
di lingkungan kerja. Disiplin kerja pegawai terdiri dari kepatuhan terhadap
intruksi kerja serta menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku, kehadiran dan
kepatuhan pegawai terhadap jam kerja, penggunaan dan pemeliharaan peralatan
3
yang sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan dengan
lancar sedangkan prilaku kerja pegawai terdiri dari beberapa aspek prilaku kerja
pegawai yaitu orientasi pelayanan, integritas, komitmen, kerjasama dan
kepemimpinan. Nilai Evaluasi AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)
Berikut merupakan perbandingan capaian indikator kinerja dengan Satuan Kerja
Perangkat daerah (SKPD) sejenis.
Tabel 1.1
Perbandingan Nilai Evaluasi AKIP SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2016
NO. SKPD Nilai Evaluasi AKIP
1. Sekretariat Daerah 78,6
2 Dinas Bina Marga Dan Pengairan 78,21
3 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan 77,15
4 Dinas Kesehatan 75,86
5 Inspektorat 75,14
6 DPKAD 74,7
7 BPPT 74,22
8 BPPKB 73,84
9 RSUD Kota Bandung 73.79
10 RSKIA 73,39
11 BKD 72,47
12 RSKGM 72,19
13 Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah 70,83
14 Dinas Pendidikan 70,11
15 Dinas Perhubungan 69,87
4
16 Sekretariat DPRD 69,81
17 BPLH 69,04
18 Dinas Tenaga Kerja 68,92
19 Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata 68,82
20 Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil 68,6
21 Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya 68,42
22 Kantor Arpusda 67,78
23 Dinas Pelayanan Pajak 67,43
24 Diskominfo 67
25 Kantor Satpol PP 66,85
26 Dinas Sosial 66,83
27 BAPPEDA 66,57
28 Dinas Pemakaman Dan Pertanaman 65,98
29 BKBPM 65,36
30 Dinas Pemuda Dan Olah Raga 65,33
31
Dinas Pencegahan Dan Penanggulangan
Kebakaran 63,4
Sumber Inspektorat Kota Bandung Tahun 2017
Berdasarkan tabel 1.1. dapat dilihat nilai Evaluasi AKIP (Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah) di atas mengenai perbandingan nilai Evaluasi AKIP
instansi dengan SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Berdasarkan
tabel dan grafik di atas bahwa posisi nilai IKM (Indeks Kepuasan Mayarakat)
instansi masih berada pada urutan 27 dari 31 SKPD. Instansi masih harus
meningkatkan nilai evaluasi AKIP agar lebih kompetitif terhadap SKPD lain.
5
Pemilihan BAPPEDA Kota Bandung didasarkan atas beberapa
pertimbangan yaitu unsur keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik
dilihat dari segi tenaga, dana, maupun dari segi efisiensi waktu serta Kota
Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi
ibu kota Provinsi. Bandung merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bandung merupakan lembaga
teknis dilingkungan Pemerintahan Daerah Tingkat II Kota Bandung. Fungsi dan
peran instansi sebagai lembaga teknis daerah yang bertangung jawab terhadap
perencanaan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam pasal 14 ayat (1),
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa salah
satu urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah adalah urusan
perencanaan dan pengendalian pembangunan.
Kewenangan perencanaan pengendalian tersebut, dipertegas kembali
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, sesuai dengan pasal 7 ayat (2), instansi ini sebagai salah
satu lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas kepala
daerah, mengemban 3 (tiga) urusan yang wajib dilaksanakan, yaitu urusan
penataan ruang, urusan perencanaan pembangunan dan urusan statistik.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung memiliki visi
yaitu Lembaga Perencana Pembangunan Yang Berkualitas, Aspiratif Dan
Aplikatif Guna Mewujudkan Kota Bandung Unggul, Nyaman Dan Sejahtera.
6
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, instansi ini menetapkan 5 (lima) misi
yaitu 1) mewujudkan perencanaan pembangunan yang aspiratif dan aplikatif, 2)
meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem layanan perencanaan pembangunan
yang memadai, 3) meningkatkan iklim dan kerjasama dalam bidang penanaman
modal, 4) mewujudkan aparatur perencana pembangunan daerah yang
professional dan berdisiplin, dan 5) mewujudkan pertanggungjawaban keuangan
yang wajar, akurat, akuntabel, dan pelaksanaan kinerja yang optimal.
Organisasi memanfaatkan peranan sumber daya manusia dalam rangka
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia merupakan
asset organisasi yang sangat penting, karena itu keberadaannya dalam organisasi
tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Manusia selalu berperan aktif dan
dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana,
pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin
terwujud tanpa keikutsertaan pegawai dalam organisasi.
Pegawai yang cakap, mampu dan terampil belum menjamin bahwa
pegawai tersebut memiliki kinerja yang baik. Kinerja pegawai adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Pegawai yang mampu mencapai
hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas maupun kuantitas serta
bekerja secara efektif dan efisien, menunjukkan bahwa pegawai dapat
memanfaatkan waktu dan mempergunakan alat-alat dengan baik. Kinerja pegawai
merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap instansi, tidak
7
terkecuali bagi instansi ini karena kinerja pegawai mempengaruhi keberhasilan
instansi tersebut dalam mencapai tujuannya.
Sebagai instansi teknis pemerintah instansi ini dituntut untuk memberikan
kinerja yang optimal dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah karena
tugas dan fungsi dari instansi ini adalah melaksanakan sebagai urusan pemerintah
lingkup manajemen kepegawaian, sehingga kinerja pegawai instansi ini secara
umum menjadi sorotan dan panutan untuk badan-badan pemerintah Kota Bandung
lainnya.
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2011 tentang Penilaian Kinerja
Pegawai Negeri Sipil. Penilaian kinerja PNS adalah penilaian secara periodik
pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil. Tujuan penilaian kinerja
adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan seorang pegawai
dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya. Hasil
penilaian kinerja digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan
pegawai, antara lain kenaikan pangkat, pendidikan dan pelatihan, serta pemberian
penghargaan.
Pada dasarnya pegawai di instansi ini pada setiap tahunnya memperoleh
hasil penilaian kinerja terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan. Berikut standar
penilaian kinerja yang terdapat pada instansi dapat dilihat pada tabel 1.2 :
8
Tabel 1.2Standar Nilai Kinerja Pegawai
No Nilai (%) Keterangan1 91- ke atas Sangat Baik2 76-90 Baik3 61-75 Cukup4 51-60 Kurang5 50 ke bawah Buruk
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa standar untuk
menentukan kinerja pegawai sudah ditentukan dari Peraturan Pemerintah No. 46
Tahun 2011 yaitu kinerja pegawai yang mendapatkan nilai 91-ke atas merupakan
standar nilai sangat baik, kinerja pegawai yang mendapatkan nilai 76-90
merupakan standar nilai baik, kinerja pegawai yang mendapatkan nilai 61-75
merupakan standar nilai cukup baik, sedangkan kinerja pegawai yang
mendapatkan nilai 51-60 merupakan standar nilai kurang baik, dan kinerja
pegawai yang mendapatkan nilai 50-ke bawah merupakan standar nilai buruk.
Hal ini menentukan bahwa standar-standar nilai akhirnya dapat
menentukan kinerja pegawai yang ada di instansi ini. Pegawai harus
meningkatkan kinerjanya agar dapat memiliki Nilai SKP lebih dari 90 dan
memperoleh kinerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh instansi.
Peraturan Pemerintah ini mensyaratkan setiap Pegawai Negeri Sipil wajib
menyusun SKP (Sasaran kerja Pegawai) berdasarkan rencana kerja tahunan
instansi. SKP itu memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai
dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur. Dengan di
berlakukannya penilaian kinerja pegawai di instansi ini, maka pegawai akan lebih
termotivasi dalam melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan tugas dan tanggung
9
jawab yang diterimanya. Selain itu pegawai dituntut untuk bekerja tepat waktu
dalam menyelesaikan segala tugas yang diberikan beserta pembuatan laporan
dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Tingkat kinerja pegawai pada instansi dapat dilihat berdasarkan grafik
pencapaian kinerja pegawai dibawah ini:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tahun 2013Tahun 2014Tahun 2015Tahun 2016
2013 2014 2015 2016 Tahun
Tingkat Kinerja
52
65
7974
Gambar 1.1Hasil Penilaian SKP Pada BAPPEDA Kota Bandung
Periode 2013-2016Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
Penilaian kinerja yang digunakan oleh instansi ini berbentuk Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) yaitu sasaran kerja pegawai yang ada dalam salah satu unsur di
10
dalam penilaian prestasi kerja PNS yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2011. Berdasarkan gambar 1.1 di atas dapat dilihat pencapaian
kinerja pegawai dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Berdasarkan hasil diatas
terjadi pencapaian kinerja yang fluktuatif. Pada tahun 2013 pencapaian kinerja
pegawai sebesar 52 lalu pada tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu sebesar 65
kemudian pada tahun 2015 mengalami peningkatan kembali sebesar 79 dan pada
tahun 2016 pencapaian kinerja mengalami penurunan sebesar 74.
Dilihat dari tabel Standar Nilai Kinerja Pegawai yang ditetapkan Peraturan
Pemerintah No. 46 Tahun 2011 bahwa angka 74 realisasi pencapaian kinerja
pegawai mendapatkan yudisium kinerja cukup baik. Kondisi tersebut dapat
dikategorikan belum optimal. Hal ini karena tidak sesuai dengan target yang
diharapkan, target yang ditetapkan adalah semua pegawai mendapatkan yudisium
pencapaian kinerja sangat baik dengan rata-rata terhitung sebesar 90.
Gambaran kinerja pegawai diinstansi ini mengenai dimensi kinerja
pegawai yang diperoleh dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dapat dilihat
pada tabel 1.3 berikut ini :
Tabel 1.3Rata-rata Kinerja Pegawai di BAPPEDA Kota Bandung selama 2016
No Dimensi Nilai Nilai Ideal Kriteria1 Kualitas Kerja 79 90 Baik2 Kuantitas Kerja 75 90 Cukup3 Tanggung Jawab 73 90 Cukup4 Kerjasama 82 90 Baik5 Inisiatif 75 90 Cukup
Sumber :Data Sekunder Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
Berdasarkan data tabel 1.3 diatas yang di berikan instansi kepada penulis
penilaian rata-rata sasaran kinerja pegawai (SKP) pada unit kerja di instansi pada
11
periode Januari sampai dengan Desember Tahun 2016, hasil capaian rata-rata SKP
berdasarkan kinerja pegawai sudah baik karna berdasarkan dimensi kualitas kerja
dan dimensi kerjasama melebihi target yang di tetapkan instansi mencapai nilai
rata-rata SKP 79 dan 82. Dilihat dari dimensi kinerja masih ada kriteria nilai
capaian SKP pegawai yang dibawah standar nilai kinerja pegawai. Terdapat 3
dimensi kinerja yang capaian rata-rata kriteria kinerja di bawah standar yaitu
kuantitas kerja, tanggung jawab, dan inisiatif pegawai yaitu rata-rata kriteria
kinerja berdasarkan dimensi ini hanya memperoleh cukup baik artinya belum
mencapai target yang ditetapkan instansi karna nilai yang diperoleh masih kurang
dari standar yang ditetapkan. Sementara dimensi kinerja lainnya yaitu kualitas
kerja dan inisiatif mencapai rata-rata kriteria kinerja baik artinyacapaian rata-rata
kriteria kinerja sudah mencapai target yang ditetapkan instansi karna nilai yang
diperoleh lebih dari standar nilai yang ditetapkan. Masalah kinerja ini juga
diperkuat dengan hasil wawancara dengan Kepala Sub. Bagian kepegawaian di
instansi yang telah dilakukan oleh peneliti, diantaranya :
1. Berdasarkan dimensi kinerja berdasarkan kuantitas kerja dengan indikator
kecepatan. Masih banyaknya pegawai yang tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan yang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sehingga capaian
kinerja berdasarkan dimensi ini belum mencapai standar yang ditetapkan.
2. Berdasarkan dimensi kinerja mengenai tanggung jawab dengan indikator
kesadaran dan kewajiban. Pegawai masih terlihat kurang menyadari akan
tugas dan tanggung jawabnya sehingga banyak pekerjaan yang belum
12
terselesaikan sehingga capaian kinerja berdasarkan dimensi ini belum
mencapai standar yang ditetapkan.
3. Berdasarkan kinerja mengenai inisiatif dengan indikator kemampuan, masih
kurangnya inisiatif dari pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa
menunggu perintah dari pimpinansehingga capaian kinerja berdasarkan
dimensi ini belum mencapai standar yang ditetapkan.
Hal yang menyebabkan nilai rata-rata menjadi dibawah target yang
ditetapkan instansi, yakni capaian SKP pegawai yang tidak merata. Untuk itu
pegawai harus lebih meningkatkan kinerjanya agar lebih baik lagi untuk bisa
mencapai target yang telah di tetapkan intsansi yaitu memiliki nilai SKP lebih dari
nilai standar yang ditetapkan. Perlu diketahui faktor-faktor yang bermasalah yang
dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut Tiffin dan Mc. Cormick dalam
Novitasari, (2011) kinerja pegawai dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu 1)
Variabel individual, meliputi : disiplin, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan
motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pcndidikan, serta faktor individual
lainnya. 2) Variabel situasional meliputi : Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari
metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan
lingkungan fisik (penyinaran, temperatur, dan fentilasi). Faktor sosial dan
organisasi, meliputi peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, pelatihan,
pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pada peningkatan maupun
penurunan kinerja pegawai, yang nantinya akan berdampak pada instansi, Kinerja
pegawai yang tinggi, akan memberikan dampak yang positif terhadap instansi,
13
sedangkan kinerja pegawai yang rendah akan memberikan dampak yang negatif
terhadap instansi. Untuk itu instansi harus mengetahui penyebab penurunan
kinerja pada pegawai dan memberikan solusi agar kinerja pegawai dapat terus
meningkat.
Penulis melakukan wawancara kepada salah satu pimpinan yaitu Bapak
Pratama Noor Apria, S.IP untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan kinerja pegawai kurang optimal. Hasil wawancara diperoleh bahwa
faktor-faktor yang paling mempengaruhi kinerja pegawai di instansi ini adalah
pengawasan kerja dan disiplin kerja. Hasil wawancara juga diperoleh bahwa saat
ini instansi sudah menggunakan aplikasi elektrik remunerasi (imbalan) kerja, yang
bertujuan untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh pegawai, dengan adanya
aplikasi tersebut membuat pimpinan kurang mengawasi bawahannya secara
langsung sehingga membuat bawahan tidak disiplin.
Salah satu upaya meningkatkan disiplin kerja dalam suatu instansi
pemerintahan yaitu dengan melaksanakan program pengawasan yang lebih baik
sesuai dengan peraturan yang ada. Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang
diharapkan, maka pimpinan instansi harus melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan yang dilakukan pegawai secara berkala untuk menghindari kesalahan.
Banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil
kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin
penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya
akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu
sendiri maupun bagi para pekerjanya.
14
Berikut ini adalah hasil observasi dan wawancara peneliti dengan kepala
Sub. Bagian Kepegawaian di instansi mengenai permasalahan pengawasan,
diantaranya :
1. Pimpinan jarang melakukan pengawasan secara langsung, jarangnya
pengawasan langsung dari pimpinan dan kepala bidang setiap unit kerja
menyebabkan kesalahan yang dilakukan pegawai dalam mengerjakan
pekerjaan tidak dapat diatasi sedini mungkin.
2. Tidak adanya standar pengawasan yang diberikan pimpinan kepada pegawai,
pimpinan dan kepala bidang setiap unit kerja masih kurang tegas terhadap
pegawai-pegawai yang sering melanggar peraturan yang ditetapkan instansi.
3. Pimpinan jarang melakukan pemeriksaan kebenaran pekerjaan yang
dikerjakan pegawai, dikarenakan seringnya pimpinan dan kepala bidang setiap
unit kerja melakukan perjalanan dinas dan kerja lapangan ke luar kota dan
rapat-rapat penting.
4. Pimpinan tidak memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan secara
tertulis, hanya secara lisan berupa pujian. Hal ini tentu saja membuat kinerja
pegawai di instansi tidak optimal.
Pengawasan kerja dapat mempengaruhi kinerja pegawai, pernyataan ini
diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Emmanuel Erastus
Yamoah, (2014), dengan judul “Monitoring Employee Performance at the
workplace (Unibank Ghana Ltd). ”Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pemantauan yang efektif dapat meningkatkan kinerja para karyawan, ini sangat
terkait dengan pengaruh pengawasan terhadap kinerja karyawan di Unibank
15
Ghana Ltd. Hal ini juga didukung dengan pendapat dari Armstrong dan Baron
(2010) “Meningkatnya kinerja karyawan apabila koreksi dilakukan tepat waktu.”
Pengawasan kerja bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja
pegawai, karena disiplin kerja juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai pada instansi ini. Disiplin kerja pegawai yang
tinggi dapat meningkatkan kinerja instansi yang lebih optimal lagi, karena tidak
ada lagi organisasi atau insitansi yang berprestasi tanpa melaksanakan disiplin
kerja yang tinggi. Pegawai yang memiliki disiplin kerja yang tinggi akan
melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan tertib, sehingga secara langsung
akan memberikan dampak baik bagi instansi.
Penerapan disiplin dalam suatu organisasi bertujuan agar semua pegawai
yang ada dalam instansi tersebut berbeda, yaitu dengan sukarela mematuhi serta
menaati tata tertib yang berlaku tanpa ada paksaan.Untuk mencapai suatu tujuan
instansi diperlukan adanya pegawai yang penuh kesadaran, kesetiaan, ketaatan
dan rasa tanggung jawab atas segala pekerjaan yang diberikan dan telah
dikerjakan.
Kondisi disiplin kerja pegawai instansi ini, dapat dilihat pada grafik
persentase ketidakhadiran pegawai yang penulis peroleh dari Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian :
16
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
4.49%3.99%
4.31%
3.16%
4.50%
5.63%
4.60%
4.01% 4.13%
3.03%3.42%
4.82%
Persentase Ketidakhadiran Pegawai
Gambar 1.2Persentase KetidakhadiranPegawai Tahun 2016
Berdasarkan gambar 1.2 diatas dilihat bahwa kondisi absensi pegawai
pada instansi ini mengalami peningkatan. Ketidakhadiran pegawai yang
mengalami peningkatan cukup singnifikan terjadi pada bulan juni yaitu
disebabkan banyaknya pegawai yang bolos sehingga kinerja pegawai menurun,
banyaknya pegawai yang bolos pada bulan juni dikarenakan pada saat itu adanya
perayaan idul fitri. Selain itu pada bulan desembar angka ketidakhadiran pegawai
juga mengalami peningkatan yang siginifikan disebabkan banyaknya pegawai
yang bolos sehingga kinerja pegawai menurun, banyaknya pegawai yang bolos
pada bulan juni dikarenakan pada saat itu adanya perayaan tahun baru.
Berdasarkan rekapitulasi absensi pegawai di instansi, maka peneliti
mengindikasikan adanya permasalahan dalam disiplin kerja pegawai. Berikut ini
adalah hasil observasi dan wawancara peneliti dengan kepala Sub. Bagian
Kepegawaian di instansi mengenai permasalahan disiplin pegawai, diantaranya :
Sumber :Data Sekunder Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bandung
17
1. Tingkat ketidakhadiran pegawai masih tinggi, terlihat pada grafik persentase
ketidakhadiran pegawai pada tahun 2016 di atas, terutama pada bulan juni
yang disebabkan adanya perayaan idul fitri dan bulan desember disebabkan
perayaan tahun baru sehingga tugas-tugas yang dikerjakan menumpuk dan
tidak dapat terselesaikan dengan baik sehingga kinerja pegawai menurun.
2. Masih adanya pegawai yang tidak menaati standar kerja, seperti kurangnya
tanggung jawab pegawai terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya
sehingga kinerja pegawai menurun.
3. Masih adanya pegawai yang tidak menaati peraturan kerja, seperti adanya
pegawai yang melalaikan prosedur kerja dan tidak selalu mengikuti pedoman
kerja yang ditetapkan oleh instansi. Sebagai contoh masih adanya pegawai
yang hadir ke kantor tidak tepat pada waktunya, masuk kerja yang secara
aturan dimulai pada pukul 08.00 WIB, ternyata masih ada pegawai yang
datang melebihi waktu mulai kerja pegawai. Selain itu pulang kerja yang
secara aturan pada pukul 16.30 WIB, ternyata masih ada pegawai yang pulang
sebelum waktu pulang kerja sehingga kinerja pegawai menurun.
Disiplin kerja dapat mempengaruhi kinerja pegawai, pernyataan ini
diperkuat dengan adanya penelitian yang telah dilakukan oleh Brigita Ria
Tumilaar (2015), dengan judul “The effect of discipline, leadership, and
motivation on employee performance at BPJS Ketenagakerjaan SULUT” Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa disiplinsecara simultan mempengaruhi kinerja
pegawai dan disiplin secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
pegawaidi BPJS Ketenagakerjaan Sulawesi Utara. Hal ini juga didukung dengan
18
pendapat dari Hasibuan (2014:193), “Semakin baik disiplin karyawan, semakin
tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya.”
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam dengan melaksanakan penelitian pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung dengan judul : “PENGARUH
PENGAWASAN DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
KOTA BANDUNG”
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti
akan mengidentifikasi dan merumuskan masalah dari penelitian.
1.2.1. Identifikasi Masalah Penelititan
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas diketahui bahwa kinerja
pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung
belum terlaksana dengan optimal, hal tersebut dipengaruhi oleh pengawasan kerja
dan disiplin kerja. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul, yaitu :
1. Kinerja pegawai
a. Masih adanya pegawai yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan instasnsi.
19
b. Pegawai masih terlihat kurang menyadari akan tugas dan tanggung jawab
nya sehingga banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.
c. Masih kurangnya inisiatif dari pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan
tanpa menunggu perintah dari atasan atau pimpinan.
2. Pengawasan
a. Pimpinan jarang melakukan pengawasan secara langsung.
b. Tidak adanya standar pengawasan yang diberikan kepada pegawai.
c. Pimpinan jarang melakukan pemeriksaan kebenaran pekerjaan yang
dikerjakan pegawai.
d. Tidak adanya penilaian keberhasilan dari pimpinan sebagai pengukuran
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.
3. Disiplin
a. Tingkat ketidakhadiran pegawai masih tinggi, tugas-tugas yang dikerjakan
menumpuk dan tidak dapat terselesaikan dengan baik.
b. Masih adanya pegawai yang tidak menaati standar kerja, seperti kurangnya
tanggung jawab pegawai terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.
c. Masih adanya pegawai yang tidak menaati peraturan kerja, seperti adanya
pegawai yang melalaikan prosedur kerja dan tidak selalu mengikuti
pedoman kerja yang ditetapkan oleh instansi.
1.2.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
20
1. Bagaimana pengawasan pegawai di BAPPEDA Kota Bandung.
2. Bagaimana disiplin pegawai di BAPPEDA Kota Bandung.
3. Bagaimana kinerja pegawai di BAPPEDA Kota Bandung.
4. Seberapa besar pengaruh pengawasan dan disiplin terhadap kinerja pegawai di
BAPPEDA Kota Bandung baik secara simultan maupun secara parsial.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengawasan
pegawai pada BAPPEDA Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana disiplin pegawai
pada BAPPEDA Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kinerja pegawai
pada BAPPEDA Kota Bandung.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh
pengawasan dan disiplin terhadap kinerja pegawai di BAPPEDA Kota
Bandung baik secara simultan maupun secara parsial.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan hasil yang
bermanfaat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara
akademis maupun praktis.
21
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah hasil akhir dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat digunakan sebagai dokumen
ilimiah yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu terutama yang berkaitan
dengan teori pengawasan, disiplin, dan kinerja pegawai.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Kegunaan penelitian bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan, melatih kemampuan analisis dan berpikir secara sistematis, dan
pengalaman penelitian khususnya dalam bidang manajemen sumber daya
manusia.
2. Bagi instansi
Kegunaan penelitian bagi instansi adalah sebagai masukan bagi instansi,
mengenai pentingnya pengawasan dan disiplin terhadap kinerja pegawai dan
sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan pengawasan dan disiplin yang
efektif.
3. Bagi pihak lain
Kegunaan penelitian bagi pihak lain adalah untuk menambah pengetahuan dan
informasi mengenai pengawasan, disiplin dan kinerja pegawai, sehingga dapat
dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.