Bab 1 pabrik etanol

13
1 BAB I STRATEGI PERANCANGAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia saat ini sebagian besar masih bertumpu pada bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%, gas alam 28,57%, dan batubara 15,3%. Persediaan bahan bakar tersebut semakin berkurang. Cadangan minyak bumi akan habis sekitar 12 tahun lagi, gas 30 tahun dan batu bara masih bisa dimanfaatkan hingga 70 tahun ke depan. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ini menjadi masalah besar dan perlu solusi yang mendesak. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mendorong pengembangan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak (Kemenristek, 2012). Salah satu langkah solusinya adalah memanfatkan bioetanol sebagai alternatif pengganti. Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan. Bioetanol dapat dijadikan energi alternaif menggantikan bahan bakar fosil. Pendirian pabrik bioetanol dapat mendukung progam pemerintah dalam mengembangkan enregi baru dan terbarukan. Kebutuhan etanol si Indonesia terus meningkat hingga saat ini Indonesia masih mengimpor etanol untuk memenuhi kebutuhan etanol di Indonesia. Pendirian pabrik etanol dapat mengurang kuota impor etanol inonesia. Kebutuhan impor etanol dapat dilihat pada tabel 1.1.

description

pabrik etanol

Transcript of Bab 1 pabrik etanol

  • 1

    BAB I

    STRATEGI PERANCANGAN

    1.1 Latar Belakang

    Kebutuhan energi Indonesia saat ini sebagian besar masih bertumpu pada

    bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%,

    gas alam 28,57%, dan batubara 15,3%. Persediaan bahan bakar tersebut semakin

    berkurang. Cadangan minyak bumi akan habis sekitar 12 tahun lagi, gas 30 tahun dan

    batu bara masih bisa dimanfaatkan hingga 70 tahun ke depan. Ketergantungan

    terhadap bahan bakar fosil ini menjadi masalah besar dan perlu solusi yang

    mendesak. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, pemerintah

    mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5 Tahun 2006 tentang kebijakan

    energi nasional untuk mendorong pengembangan sumber energi alternatif sebagai

    pengganti bahan bakar minyak (Kemenristek, 2012). Salah satu langkah solusinya

    adalah memanfatkan bioetanol sebagai alternatif pengganti.

    Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan.

    Bioetanol dapat dijadikan energi alternaif menggantikan bahan bakar fosil. Pendirian

    pabrik bioetanol dapat mendukung progam pemerintah dalam mengembangkan

    enregi baru dan terbarukan.

    Kebutuhan etanol si Indonesia terus meningkat hingga saat ini Indonesia

    masih mengimpor etanol untuk memenuhi kebutuhan etanol di Indonesia. Pendirian

    pabrik etanol dapat mengurang kuota impor etanol inonesia. Kebutuhan impor etanol

    dapat dilihat pada tabel 1.1.

  • 2

    Tabel 1.1 Impor Etanol Indonesia

    Tahun Kapasitas Impor (Kl/tahun)

    2007 2595596

    2008 87760.26

    2009 97515.38

    2010 220252.6

    2011 631015.4

    2012 1772204

    2013 1734238

    (Kemenperin, 2013)

    Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel dengan bahan baku tumbuhan.

    Bioetanol dapat dihasilkan dari proses fermentasi gula, yang kemudian dilanjutkan

    dengan proses purifikasi. Singkong dapat dijadikan bahan baku untuk memproduksi

    bioetanol karena singkong mengandung pati 35 -40 %bb. Singkong tersebar hampir

    diseluruh Indonesia sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya. Di Inonesia,

    singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan

    tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga singkong sangat fluktuatif dan

    tidak memberikan keuntungan. Pengembangan bioetanol berbahan baku singkong

    diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi terbaharukan dan mengurangi impor

    etanol Indonesia.

    Sebagai bahan bakar, bioetanol mempunyai beberapa kelebihan diantaranya

    lebih ramah lingkungan karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92, lebih

    tinggi dari premium (nilai oktan 88). Hal ini menyebabkan bioetanol dapat

    menggantikan fungsi zat aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai

    oktan. Zat aditif yang sering digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun

    zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol

  • 3

    merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan

    relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari

    bioetanol ialah cara pembuatannya yang lebih sederhana yaitu fermentasi

    menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007).

    1.2 Penetapan Kapasitas Produksi

    Dalam memenuhi program pemanfaatan bioetanol untuk bahan bakar

    kendaraan, pemerintah telah membuat road map teknologi bioetanol, yaitu pada

    periode tahun 2011 -2015 dapat memanfaatkan bioetanol sebesar 15% dari konsumsi

    premium yaitu sebanyak 2.780.000 kL/tahun. Saat ini terdapat 15 pabrik bioetanol di

    seluruh Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 360.000 kiloliter etanol per

    tahun. Sementara kebutuhan etanol Indonesia mencapai 2,5 juta kiloliter per tahun.

    Indonesai masih mengimpor etanol sebesar 1,7 juta kL/tahun. Oleh karena itu,

    berdasarkan bahan baku yang tersedia kami berusaha untuk membantu pemerintah

    mengurangi import bioetanol sebanyak 3,53% atau sekitar 60.000 kL/tahun.

    Tabel 1.1 Produksi Tanaman Ubi Kayu di Seluruh Provinsi

    Provinsi Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/Ha)

    Indonesia 1091946 23627955 21.63839146

    Aceh 2861 36491 12.75463125

    Sumatera Utara 42915 1322301 30.81209367

    Sumatera Barat 5810 240751 41.4373494

    Riau 3904 100256 25.68032787

    Jambi 2522 36017 14.28112609

    Sumatera Selatan 9466 152519 16.11229664

    Bengkulu 3805 49205 12.93166886

    Lampung 352047 9148597 25.98686255

    Bangaka Belitung 1053 18097 17.18613485

    Kepulauan Riau 692 7929 11.45809249

  • 4

    DKI Jakarta 0 0 0

    Jawa Barat 99941 2172924 21.74206782

    Jawa Tengah 156709 3398454 21.68639963

    DI Yogyakarta 61227 942880 15.39974194

    Jawa Timur 146472 3209028 21.90881534

    Banten 5993 88405 14.75137661

    Bali 9305 153299 16.47490596

    NTB 4588 60469 13.17981691

    NTT 86707 868285 10.01401271

    Kalimatan Barat 12952 206413 15.93676652

    Kalimantan

    Tengah

    3971 47548 11.97381012

    Kalimantan

    Selatan

    6450 104992 16.27782946

    Kalimantan

    Timur

    4676 81863 17.50705731

    Sulawesi Utara 4711 61328 13.01804288

    Sulawesi Tengah 4860 97903 20.14465021

    Seulawesi Selatan 23690 460639 19.44444913

    Sulawesi

    Tenggara

    13206 243190 18.41511434

    Gorontalo 394 4827 12.25126904

    Sulawesi Barat 2429 50631 20.8443804

    (BPS,2013)

    Dalam 1 hektar lahan perkebunan ketela bisa didapat 21,638 ton, sehingga

    total produksi yang akan tersedia di pulau Jawa adalah sebanyak 9.811.691 ton/tahun.

    Dengan konversi per 1 ton ketela adalah sebanyak 150 liter bioetanol (Leen

  • 5

    dkk,2007). Untuk memproduksi bioetanol dengan kapasitas 60.000 kL/tahun

    dibutuhkan singkong 400.000 ton/tahun. Lokasi pabrik pembuatan bioetanol

    berbahan baku singkong adalah di pulau Jawa tepatnya di kota Banjarnegara, Jawa

    Tengah. Kapasitas produksi salah satu pabrik bioetanol berbahan baku singkong

    yang telah beroperasi di daerah Jawa Timur adalah sebanyak 14.400 kL/tahun,

    sehingga atas referensi tersebut maka desain kapasitas produk yang kami punya

    dinilai cukup untuk sebuah pabrik bioetanol beroperasi.

    1.3 Bahan Baku dan Produk

    1.3.1 Spesifikasi Bahan Baku

    Singkong/ Ubi Kayu

    Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah

    perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya

    dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya

    sebagai sayuran. Singkong bisa mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak

    jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian

    membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata

    bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar.

    Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi

    singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin.

    Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat

    terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.

    Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat

    namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada

    daun singkong karena mengandung asam amino metionina.

    Singkong (Manihot utilissima) mengandung karbohidrat cukup tinggi

    yaitu sebanyak 30% - 40% dalam 100 gram singkong, dengan demikian

  • 6

    singkong dapat dipakai sebagai pengganti beras. Pada dasarnya olahan

    singkong dalam industri dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi

    singkong (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung

    singkong atau tepung tapioka. Tepung tapioka digunakan dalam industri

    makanan atau pakan ternak, dekstrin, glukosa (gula). Dekstrin digunakan

    dalam industritekstil, industri makanan dan industri kimia seperti etanol dan

    senyawa organik lainnya.

    Tepung tapioka tersusun atas granula-granula pati berukuran 5-35

    mikron,memiliki sifat bieerefringent yang kuat serta tersusun atas 20%

    amilosa dan 80% amilopektin sehingga mempunyai sifat mudah mengembang

    (swelling) dalam air panas. Pati singkong sangat cepat dikenal dan telah

    digunakan secara permanen dalam beberapa industri yang menggunakan pati,

    sedangkan jenis pati yang lain kurang mendapat tempat penting. Salah satu

    alasan mengapa hal ini terjadi adalah karena sifat pati singkong yang unik.

    Pati ini dengan cepat akan tergelatinisasi oleh pemanasan dengan air dan

    larutannya setelah pendinginan secara komparatif tetap cair. Selanjutnya,

    larutan tersebut secara relatif lebih stabil dalam hal bahwa larutan tersebut

    tidah cepat memisah kembali ke bentuk yang tidak larut (insoluble form)

    seperti yang terjadi pada pati jagung dan pati kentang (retrogradasi)

    (Novan,2012). Kandungan nutrisi dari singkong terdapat pada tabel 1.2

    Tabel 1.3 Kandungan Nutrisi Singkong

    Nutrisi Kandungan Nutrisi/100 g Singkong

    Protein (g) 1,2

    Lemak (g) 0,3

    Karbohidrat (g) 38

    Kalsium (mg) 33

  • 7

    Besi (mg) 0,7

    Fosfor (mg) 40

    Vit. B1 (mg) 0,06

    (Novan, 2012)

    1.3.2 Spesifikasi Produk

    Etanol

    Etanol atau disebut juga etil-alkohol (C2H6O, C2H5OH) adalah alkohol

    yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Etanol banyak

    dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan serat

    minuman karena sifatnye yang tidak beracun. Etanol tidak berwarna dan tidak

    bersa tetapi memiliki bau yang khas.

    Tabel 1.3 Spesifikasi Bahan Bakar Bioethanol

    Parameter Uji Persyaratan

    Kadar Etanol 99,5% - 99,9%

    Kadar Metanol 0% - 0,5%

    Kadar Cu 0 0,1 mg/kg

    Kadar asam asetat 0 30 mg/L

    Tampakan Jernig dan terang, tidak ada endapan dan kotoran

    Kadar ion klorida (Cl) 0 20 mg/L

    Kandungan belerang (S) 0 50 mg/L

    Kadar washes gum 0 100 mg/100 ml

    (Kementrian ESDM, 2013)

  • 8

    Sifat fisis etanol sebagai berikut:

    Tabel 1.4 Sifat Fisis Etanol

    Komposisi Etanol

    Rumus Molekul C2H6O

    Berat Molekul g/mol 46,7

    Sp. Gravity 0,7939

    Titik Didih (C) 78,65

    Hv (kJ/kg) 845,12

    Combustion heat (kJ/kg) -2,68.104

    Carbon content (wt.%) 52,3

    (Chemical Process Design,2008)

    Sifat Kimia Etanol

    1). Pelarut senyawa organic

    2). Mudah menguap dan terbakar

    3). Bila direaksikan dengan asam halida akan menghasilkan alkil halide

    dan air.

    4). Bila bereaksi dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air.

    5). Dehidrogenasi etanol meghasilkan asetaldehid.

    Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop kerena itu pemurnian

    etanol dengan cara distiliasi biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan

    kemurnian 96%. (Andrew,1976)

    Syarat dan Mutu Etanol (SNI 06-3565-1994)

    1). Alkohol teknis (96,5%) digunakan untuk kepentingan indusrtri dan

    sebagai pelarut bahan bakar.

    2). Alkohol murni (96% 96,5%) digunakan untuk kepentingan farmasi.

    3). Spiritus (88%) merupakan alkohol terdenaturasi.

  • 9

    4). Alkohol absolute (99,5% - 99,8%) tidak mengandung air sama sekali,

    digunakan untuk kepentingan farmasi dan bahan bakar kendaraan.

    Etanol dapat diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilena ataupun

    secara biologis melalaui fermentasi gula dengan ragi (Mills,1987).

    Hidrasi Etilena

    Etanol yang digunakan untuk kebutuhan industri sering kali dibuat

    dari senyawa petrokimia, utamanya adalah melalui hidrasi etilena:

    C2H4(g) + H2O(g) CH3CH2OH(l)

    Fermentasi

    Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman

    beralkohol) dan kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi.

    Spesies ragi tertentu (misalnya Saccharomyces cerevisiae) mencerna gula

    dan menghasilkan etanol dan karbon dioksida:

    C6H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2.

    Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai

    fermentasi. Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada

    jenis ragi yang paling toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat

    bertahan pada lingkungan 15% etanol berdasarkan volume.

    Untuk menghasilkan etanol dari bahan-bahan pati, misalnya serealia,

    pati tersebut haruslah diubah terlebih dahulu menjadi gula. Dalam

    pembuatan bir, ini dapat dilakukan dengan merendam biji gandum dalam

    air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang beru berkecambah

  • 10

    tersebut akan menghasilkan enzim amilase. Biji kecambah gandum

    ditumbuk, dan amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula.

    Untuk etanol bahan bakar, hidrolisis pati menjadi glukosa dapat

    dilakukan dengan lebih cepat menggunakan asam sulfat encer,

    menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua cara

    tersebut.

    1.4 Lokasi

    Pemilihan lokasi pabrik adalah berdasarkan asal ketersediaan bahan baku

    singkong,

    yaitu di pulau Jawa tepatnya di daerah Jawa Barat (2172924 ton/tahun), Jawa Tengah

    (3398454 ton/tahun), Jawa Timur (3209028 ton/tahun), Banten (88405 ton/tahun) dan

    D.I. Yogayakarta (942880 ton/tahun), sehingga untuk memudahkan akses daerah

    daerah di Jawa, maka kami akan mendirikan pabrik bioetanol ini di kota

    Banjarnegara, Jawa Tengah. Banjarnegara merupakan kota penghasil singkong di

    Jawa Tengah. Tanaman singkong umumnya banyak ditemukan di kawasan yang

    mengalamikesulitan air, seperti kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya, dikarenakan

    bahan baku yang lebih berat dibandingkan dengan produknya (weight loosing),

    sehingga lokasi pabrik harus mendekati bahan baku.

    1.5 Pemilihan Proses

    Proses proses Produksi Bioetanol dari Singkong

    a. Separate Hydrolysis and Fermentation (SHF)

    Pembuatan bioetanol berbahan baku singkong denga proses Separate

    Hydrolysis and Fermentation (SHF) terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan

    bahan baku, pembuatan slurry, liqufiksi, hidrolisa (saccaryfikasi), fermentasi,

    dan pemurnian. Pada proses ini tahap hidrolisa dan fermentasi berlangsung

    secara terpisah, keluaran dari proses liquifikasi dihidrolisis terledih dahulu

  • 11

    kemudian masuk ke fermentor setelah itu dipisahkan. Diagram alir proses SHF

    dapat dilihat pada gambar 1.1.

    Gambar 1.1 Diagram Alir Proses Separate Hydrolysis and Fermentation

    b. Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF)

    Pembuatan bioetanol berbahan baku singkong denga proses Simultaneous

    Saccharification and Fermentation (SSF) terdiri dari beberapa tahap yaitu

    persiapan bahan baku, pembuatan slurry, liqufiksi, simultan hidrolisa

    (saccaryfikasi) fermantasi, dan pemurnian. Pada proses ini tahap hidrolisa dan

    fermentasi berlangsung secara simultan atau besamaan dalam satu wadah.

    Setelah slurry melalui tahap liquifikai, keluran dari proses liquifikasi kemudian

    masuk ke wadah tempat berlasungnya proses hirolisa dan fermetasi dan

    kemudian proses pemisahan. Diagram alir proses SSF dapat dilihat pada gambar

    1.2.

    Potongan

    Singkong

    (chips)

    Grinding

    (proses

    penggilingan)

    Proses

    pembuatan

    slurry

    Liquifikasi

    Hidrolisa

    (saccaharifikasi) Fermentasi Distilasi dehidrasi

    Etanol

    99,5%

  • 12

    Gambar 1.2 Diagram Alir Proses Simultaneous Saccharification and Fermentation

    c. Simultaneous Liquefaction, Saccharification and Fermentation (SLSF)

    Pembuatan bioetanol berbahan baku singkong denga proses Simultaneous

    Liquefaction, Saccharification and Fermentation (SLSF) terdiri dari beberapa

    tahap yaitu persiapan bahan baku, pembuatan slurry, simultan liquifikasi

    hidrolisa (saccaryfikasi) fermantasi, dan pemurnian. Pada proses ini tahap

    liquifikasi, hidrolisa, dan fermentasi berlangsung secara simultan atau besamaan

    dalam satu wadah. Setelah chip digrinding dan dibuat slurry kemudian slurry

    masuk ke wadah tempat berlasungnya proses liquifikasi, hirolisa dan fermetasi

    dan kemudian proses pemisahan. Diagram alir proses SSF dapat dilihat pada

    gambar 1.3.

    Potongan

    Singkong

    (chips)

    Grinding

    (proses

    penggilingan)

    Proses

    pembuatan

    slurry

    Liquifikasi

    kasi

    Hidrolisa (saccaharifikasi) dan

    Fermentasi Distilasi dehidrasi

    Etanol

    99,5%

  • 13

    Gambar 1.3 Diagram Alir Proses Simultaneous Liquefaction, Saccharification and

    Fermentation

    Tabel 1.5 Perbandingan Proses proses Produksi Bioetanol

    Jenis Proses Kelebihan Kekuranngan

    Separate Hydrolysis and

    Fermentation (SHF)

    Yield tinggi

    Biaya opersi lebih

    murah

    Biaya instalasi

    tinggi

    Simultaneous Saccharification

    and Fermentation (SSF)

    Biaya instalasi rendah Yield rendah

    Biaya opersai

    tinggi

    Simultaneous Liquefaction,

    Saccharification and

    Fermentation (SLSF)

    Biaya instalasi rendah Yield rendah

    Biaya opersai

    tinggi

    Berdasarkan kelebihan dan kekurangan masing- masing proses, maka proses

    yang paling menguntungkan untuk diaplikasikan pada pabrik bioetanol adalah

    proses Separate Hydrolysis and Fermentation (SHF) karena proses ini

    menghasilkan yield yang lebih besar dengan biaya opersi yang rendah.

    Potongan

    Singkong

    (chips)

    Grinding

    (proses

    penggilingan)

    Proses

    pembuatan

    slurry

    Liquifikasi,

    Hidrolisa

    (saccaharifik

    asi) dan

    Fermentasi

    Distilasi dehidrasi Etanol 99,5%