BAB 1 (OMA)

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri (Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995). Menurut Teele (1991) dalam Commisso et al. (2000), 33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA (Bluestone, 1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4

Transcript of BAB 1 (OMA)

Page 1: BAB 1 (OMA)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang

disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah

(Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi karena beberapa

faktor penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab

utama dari kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada

silia mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan

atas), dan bakteri (Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza,

Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus

hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).

Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak

mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman,

1995). Menurut Teele (1991) dalam Commisso et al. (2000), 33% anak akan

mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun

pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami

satu episode OMA (Bluestone, 1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis

media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan

40% anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5 tahun yang datang berkunjung

ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertiga kunjungan ke dokter didiagnosa

sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk

follow-up penyakit otitis media tersebut (Teele et al., 1989). Menurut

Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa 19% hingga

62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA dalam

tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami

paling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di

Amerika Serikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan

2 tahun, diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep medis dari Otitis Media Akut (OMA)

Page 2: BAB 1 (OMA)

2. Bagaimana konsep keperawatan dari Otitis Media Akut (OMA)

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui konsep medis dari Otitis Media Akut (OMA)

2. Mengetahui konsep keperawatan dari Otitis Media Akut (OMA)

Page 3: BAB 1 (OMA)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 Definisi

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang

disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah

(Smeltzer, 2001).

Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

periosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).

2.1.2 Stadium

Stadium Otitis Media Akut dibagi menjadi :

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Terdapat gambaran retraksi/penonjolan membran tympani akibat tekanan

negatif di dalam telinga tengah kadang berwarna normal atau keruh pucat.

Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa

akibat virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh

membran tympani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium Supurasi

Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel ephitel

superfisial. Serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,

menyebabkan membran tympani menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu

meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.Apabila tekanan nanah di

kavum timpani tidak berkurang, maka terjadiiskemia, akibat tekanan pada

kepiler-kepiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis

mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai

daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan

Page 4: BAB 1 (OMA)

terjadi rupture.Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi)

pada stadiumini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan

nanahkeluar ke liang telinga luar.Dengan melakukan miringotomi, luka insisi

akan menutup kembali,sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang

tempat rupture tidak mudah tertutup kembali

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau

virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi ruptur membran tympani

dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan

anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut

stadium perforasi.

5. Stadium Resolusi

Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani

perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka

sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik

atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa

pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap

dengansekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA

dapatmenimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret

menetap dikavum timpani tanpa terjadinya perforasi

Page 5: BAB 1 (OMA)

2.1.3 Etiologi

1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari

otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba

eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga

tengah juga akan terganggu

2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya

(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis

alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar

kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA

dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak

horisontal.

3. Bakteri

Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah

Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,

dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,

Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.

2.1.4 Patofisiologi

Otitis media akut terjadi akibat terganggunya factor pertahanan

tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Factor penyebab

utama adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi

kuman terganggu. Factor pencetusnya adalah infeksi saluran napas atas.

Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya pendek,

lebar, letaknya agak horizontal.

Otitis media akut sering diawali dengan infeksi pada saluran napas

seperti radang tenggorokan atau menyebar ke telinga tengah lewat saluran

eustachius. Saat bakteri melewati saluran eustachius dapat menyebabkan

infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan disekitar

tersumbatnya saluran dan sel-sel darah putih akan dating untuk melawan

bakteri. Sel darah putih ini akan membunuh bakteri dan mengorbankan

dirinya sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dan lender dalam

telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran eutachius

Page 6: BAB 1 (OMA)

menyebabkan lender dan nanah yang dihasilkan sel-sel ditelinga tengah

terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lender dan nanah bertambah banyak pendengaran terganggu

karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang

telinga dengan organ pendengaran ditelinga dalam tidak dapat bergerak

bebas. Selain itu telinga akan terasa nyeri dan yang paling berat cairan

nanah dan lender terlalu banyak dapat merobek gendang telinga karena

tekanannya dan pada akhirnya robekan membrane timpani tersebut

terinfeksi oleh adanya bakteri piogenik.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur

klien.

a. Stadium Hiperemi

Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius

yang mengalami hiperemi dan edema

Demam

Pendengaran biasanya masih normal

b. Stadium Oklusi

Nyeri dan demam bertambah hebat

Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus

Pendengaran mulai berkurang

c. Stadium Supurasi

Keluar sekret dari telinga

Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani

ruptur

Demam berkurang

Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme

konduksi udara dalam telinga tengah

d. Stadium Koalesen

Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari

e. Stadium Resolusi

Page 7: BAB 1 (OMA)

Pendengaran membaik atau kembali normal.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

b. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane

timpani

c. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis

(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

d. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk

melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk

menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.

2.1.7 Penatalaksanaan

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada

stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas,

dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan

antipiretik.

Stadium Oklusi

Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang

di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5%

dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12

tahun dan pada orang dewasa).

Stadium Presupurasi

Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan

penisilin/ampisilin).

Stadium Supurasi

Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila

membran tympani masih utuh.

Stadium Perforasi

Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.

Stadium Resolusi

Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan

perforasi membran tympani menutup.

Page 8: BAB 1 (OMA)

2.1.8 Komplikasi

1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara

benar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah

termasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberian

antibiotik.

2. Mastoiditis

3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani

4. Keseimbangan tubuh terganggu

5. Peradangan otak kejang

6. Sebelum adanya antibiotic, otitis media akut dapat menimbulkan berbagai

komplikasi intracranial antara lain:

  Abses otak otogenik

  Abses ekstradural

  Meningitis otogenik

  Hidrosefalus otikus

2.2 KONSEP KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

A. Biodata

OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, danseringkali

terjadi pada usia anak.

B. Keluhan

Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada

telinga bagian tengah.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke

rumah sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya

fungsi pendengaran.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.

Tanyakan tindakan apa yang telah dilakukan.

Page 9: BAB 1 (OMA)

E. Pemeriksaan Fisik

Otoskopi

- Perhatikan adanya lesi pada telinga luar

- Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan

ruptur pada membran tympani

- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani

Tes bisik

Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan

tes bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran

pada sisi telinga yang sakit

Tes garpu tala

- Tes Rinne

Pada uji rinne didapatkan hasil negatif

- Tes Weber

Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan

pendengaran.

3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di

telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diagnosis

prognosis penyakit

2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

Nyeri yang dirasakan klien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang

skala 0-10

Page 10: BAB 1 (OMA)

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Observasi tanda tanda vital dan

keluhan klien

3. Jelaskan sebab dan akibat

nyeri pada klien serta

keluarganya

4. Atur posisi senyaman mungkin

5. Kompres dingin di sekirtar

area telinga

6. Ajarkan tehnik relaksasi dan

distraksi

7. Observasi tanda tanda vital dan

keluhan klien

8. Kolaborasi dngan tim medis

dalam pemberian analgetik

1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam

menentukan tindakan selanjutnya

2. Mengetahui keadaan umum dan

perkembangan kondisi klien.

3. Dengan sebab dan akibat nyeri

diharapkan klien berpartisipasi dalam

perawatan untuk mengurangi nyeri

4. Posisi yang tepat dan mencegah

ketegangan otot serta mengurangi

nyeri

5. Kompres dingin bertujuan

mengurangi nyeri teralihkan oleh

rasa dingin di sekitar area telinga

6. Klien mengetahui tehnik distraksi

dan relaksasi sehinggga dapat

mempraktekkannya bila mengalami

nyeri

7. Mengetahui keadaan umum dan

perkembangan kondisi klien.

8. Menghilangkan /mengurangi keluhan

nyeri klien

2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan

pendengaran.

Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi

Kriteria hasil :

Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan,

bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.)

INTERVENSI RASIONAL

Page 11: BAB 1 (OMA)

1. Identifikasi metode komunikasi

yang diinginkan klien dan catat

pada rencana perawatan metode,

seperti : tulisan, berbicara, bahasa

inyarat

2. Kaji kemampuan untuk menerima

pesan secara verbal.

- Jika ia dapat mendegar pada

satu telinga, berbicara dengan

perlahan dan dengan jelas

langsung ke telinga yang baik

(hal ini lebih baik daripada

berbicara dengan keras).

Tempatkan klien dengan

telinga yang baik

berhadapan dengan pintu.

Dekati klien dari sisi telinga

yang baik.

- Jika klien dapat membaca

ucapan :

Lihat langsung pada klien

dan bicaralah lambat dan

jelas.

Hindari berdiri di depan

cahaya karena dapat

menyebabkan klien tidak

dapat membaca bibi anda.

- Perkecil distraksi yang dapat

menghambat konsentrasi klien.

Minimalkan percakapan

1. Dengan mengetahui metode komunikasi

yang diinginkan oleh klien maka metode

yang akan digunakan dapat disesuaikan

dengan kemampuan dan keterbatasan

klien

2. Pesan yang ingin disampaikan oleh

perawat kepada klien dapat diterima

dengan baik oleh klien.

Page 12: BAB 1 (OMA)

jika klien kelelahan atau

gunakan komunikasi

tertulis.

Tegaskan komunikasi

penting dengan

menuliskannya.

- Jika ia hanya mampu bahasa

isyarat, sediakan penerjemah.

Alamatkan semua komunikasi

pada klien, tidak kepada

penerjemah. Jadi seolah-olah

perawat sendiri yang langsung

berbicara kepada klien dnegan

mengabaikan keberadaan

penerjemah.

3. Gunakan faktor-faktor yang

meningkatkan pendengaran dan

pemahaman.

Bicara dengan jelas, menghadap

individu.

Ulangi jika klien tidak

memahami seluruh isi

pembicaraan.

Gunakan rabaan dan isyarat

untuk meningkatkan

komunikasi.

Validasi pemahaman individu

dengan mengajukan pertanyaan

yang memerlukan jawaban lebih

dari ya dan tidak.

3. Memungkinkan komunikasi dua arah

anatara perawat dengan klien dapat

berjalan dnegan baik dan klien dapat

menerima pesan perawat secara tepat.

Page 13: BAB 1 (OMA)

3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di

telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran

sampai pada tingkat fungsional.

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tanda-tanda awal

kehilangan pendengaran yang

lanjut.

2. Ajarkan klien untuk menggunakan

dan merawat alat pendengaran

secara tepat

.

3. Instruksikan klien untuk

menggunakan teknik-teknik yang

aman dalam perawatan telinga

(seperti: saat membersihkan

dengan menggunakan cutton bud

secara hati-hati, sementara waktu

hindari berenang ataupun kejadian

ISPA) sehingga dapat mencegah

terjadinya ketulian lebih jauh.

4. Instruksikan klien untuk

menghabiskan seluruh dosis

antibiotik yang diresepkan (baik itu

antibiotik sistemik maupun lokal)

1. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga

atau terhadap masalah-masalah

pendengaran rusak secara permanen.

2. Keefektifan alat pendengaran tergantung

pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian

serta perawatannya yang tepat.

3. Apabila penyebab pokok ketulian tidak

progresif, maka pendengaran yang tersisa

sensitif terhadap trauma dan infeksi

sehingga harus dilindungi.

4. Penghentian terapi antibiotika sebelum

waktunya dapat menyebabkan organisme

sisa resisten sehingga infeksi akan

berlanjut.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diagnosis

prognosis penyakit

Page 14: BAB 1 (OMA)

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

Respon klien tampak tersenyum.

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan informasi kepada klien

seputar kondisinya dan gangguan

yang dialami.

2. Diskusikan dengan klien mengenai

kemungkinan kemajuan dari fungsi

pendengarannya untuk

mempertahankan harapan klien

dalam berkomunikasi.

3. Berikan informasi mengenai

kelompok yang juga pernah

mengalami gangguan seperti yang

dialami klien untuk memberikan

dukungan kepada klien.

4. Berikan informasi mengenai

sumber-sumber dan alat-lat yang

tersedia yang dapat membantu

klien

1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia

dapat berkomunikasi dengan efektif

tanpa menggunakan alat khusus,

sehingga dapat mengurangi rasa

cemasnya.

2. Harapan-harapan yang tidak realistik

tidak dapat mengurangi kecemasan,

justru malah menimbulkan ketidak

percayaan klien terhadap perawat.

3. Memungkinkan klien untuk memilih

metode komunikasi yang paling tepat

untuk kehidupannya sehari-hari

disesuaikan dnegan tingkat

keterampilannya sehingga dapat

mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

4. Dukungan dari bebarapa orang yang

memiliki pengalaman yang sama akan

sangat membantu klien.

Page 15: BAB 1 (OMA)

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan

suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya

bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.

Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya saluran/tuba

eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat

infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut,

kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor

penyebab terjadinya OMA pada anak.

Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain:

Stadium Hiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium

Resolusi.

Dimana manifestasi dari OMA juga tergantung pada letak stadium

yang dialami oleh klien.

Terapi dari OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien.

Dari perjalanan penyakit OMA, dapat muncul beberapa masalah

keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain: gangguan rasa

nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsi pendengaran, gangguan

komunikasi, dan kecemasan.

3.2 Saran

Sebaiknya seorang perawat dapat melaksankan asuhan keperawatan

kepada klien sinusitis sesuai dengan indikasi penyakit

Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan

pada pasien sinusitis dengan baik dan benar

Page 16: BAB 1 (OMA)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.Jakarta.

2. Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit

THT. FKUI : Jakarta.

3. Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

4. Iskandar, Nurbaiti.2006.Ilmu penyakit Telinga Hidung Tenggorokan untuk

Perawat.Jakarta:FKUI

5. http://www.scribd.com/doc/36493975/OTITIS-MEDIA

6. http://www.scribd.com/doc/4825625/Otitis-Media-Akut , 2 Oktober 2011

7. http://pediatrics.uchicago.edu/chiefs/ClinicCurriculum/documents/

AcuteOtitisMedia-Hersman.pdf, 3 Oktober 2011