BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Koperasi ...
Bab 1 Koperasi
-
Upload
liliana-dewi -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Bab 1 Koperasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Badan usaha koperasi merupakan gerakan ekonomi kerakyatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012. Koperasi
merupakan kumpulan dari orang-orang, bukan kumpulan modal (Soemarso,
2008:204). Salah satu jenis koperasi adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi
simpan pinjam merupakan jenis usaha yang memiliki kegiatan usaha terbatas,
dengan transaksi yang sederhana meliputi penghimpunan dana dan
penyaluran kredit kepada anggota dan masyarakat umum.
Muhammad Khafid, dkk. (2010) mengatakan bahwa, untuk mencapai
tujuan-tujuan koperasi, maka pengelolaan koperasi harus dilakukan dengan
benar dan profesional. Salah satu tolak ukur koperasi yang sehat adalah
koperasi yang melakukan pengelolaan keuangan yang benar. Sebagai sebuah
lembaga ekonomi yang menghasilkan suatu laporan keuangan maka masalah
akuntansi koperasi merupakan salah satu masalah penting yang ada di
koperasi.
Sebagai alat pertanggungjawaban, koperasi perlu menyusun laporan
keuangan yang merupakan salah satu sumber informasi yang relevan dan
dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan, perencanaan, maupun
pengendalian koperasi.
1
2
Laporan keuangan koperasi merupakan suatu pelaporan mengenai
pertanggungjawaban kegiatan usaha kepada pihak luar yang mempunyai
hubungan dengan koperasi baik sebagai anggota koperasi maupun sebagai
kreditur yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan yang disusun dan disajikan sekurang-kurangnya satu periode
akuntansi dan dalam penyajian laporan keuangan harus disesuaikan dan
mengacu kepada peraturan tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
yang berlaku. Tetapi dalam praktiknya kebanyakan koperasi tidak mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan dalam penyusunan laporan keuangan. Agar
analisis mendapatkan hasil yang akurat, sebelum melakukan analisis terhadap
kinerja keuangan koperasi harus dilakukan terlebih dahulu analisis kebijakan
akuntansi koperasi terhadap laporan keuangan koperasi untuk mengetahui
kesesuaian kebijakan akuntansi yang diterapkan koperasi dengan peraturan
yang berlaku. Adapun peraturan tentang perlakuan akuntansi koperasi yang
benar mengacu pada Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia nomor 13/Per/M.KUKM/IX/2015 sebagai
standard yang mengatur penyusunan laporan keuangan koperasi.
Koperasi Karyawan Hotel Melia Bali merupakan koperasi yang
beranggotakan 726 orang. Koperasi ini mengelola 3 unit usaha diantaranya
unit simpan pinjam, unit toko, dan unit taxi.
3
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang dituangkan
dalam sebuah skripsi yang berjudul Analisis Kebijakan Akuntansi dalam
Penilaian Kinerja Finansial Pada Koperasi Karyawan Hotel Melia Bali.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kebijakan akuntansi yang diterapkan pada Koperasi
Karyawan Hotel Melia Bali?
2. Apakah kebijakan akuntansi yang dilakukan pada Koperasi Karyawan
Hotel Melia Bali sudah sesuai aturan yang berlaku?
3. Bagaimanakah pengaruh kebijakan akuntansi yang diterapkan pada
Koperasi Karyawan Hotel Melia Bali terhadap laporan keuangan?
4. Bagaimanakah pengaruh kebijakan akuntansi yang diterapkan pada
Koperasi Karyawan Hotel Melia Bali terhadap kinerja finansial?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada koperasi karyawan hotel melia
Bali.
2. Kebijakan akuntansi yang dilakukan pada koperasi karyawan hotel melia
Bali sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
4
3. Pengaruh kebijakan akuntansi yang diterapkan pada koperasi karyawan
hotel melia Bali terhadap laporan keuangan.
4. Pengaruh kebijakan akuntansi yang diterapkan pada koperasi karyawan
hotel melia Bali terhadap kebijakan financial.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Media untuk belajar memecahkan masalah secara ilmiah serta
menerapkan dan membandingkan teori yang telah diterima di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga diperoleh
hasil yang bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam proses
pembelajaran
2. Bagi Politeknik Negeri Bali
Penelitian ini berguna sebagai sumber bacaan ilmiah, tambahan referensi,
informasi, dan wawasan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut dan dapat menunjang kelancaran pendidikan
khususnya bagi jurusan akuntansi
3. Bagi Koperasi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran yang
kiranya dapat dijadikan pertimbangan atau perbandingan kepada koperasi
terkait dalam menentukan kebijakan akuntansi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Akuntansi dan Kebijakan Akuntansi
a. Pengertian Akuntansi
Menurut (Accounting Terminologi Bulletin, 1953 dalam Purnama
2012:9) mendefinisikan bahwa:
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam suatu perilaku (manner) yang signifikan dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang merupakan bagian terkecil (least) dari suatu karakter keuangan, dan interpretasi hasil-hasilnya.
Sedangkan menurut XXXXX menyatakan bahwa:
Akuntansi (accounting) merupakn suatu sistem informasi yang mnegukur aktivitas bisnis, memroses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan yang akan membuat keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas bisnis.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan akuntansi
merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari kegiatan pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhtisaran data menjadi laporan keuangan
serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang akan membuat
keputusan.
b. Pengertian Kebijakan Akuntansi
Perusahaan- perusahaan sebagai suatu entitas bisnis perlu membuat
pilihan diantara berbagai metode akuntansi dalam mencatat dan
5
6
menyiapkan laporan keuangan. Kebijakan akuntansi suatu entitas
adalah prinsip akuntansi yang spesifik dan metode penerapan prinsip
tersebut dipandang yang paling tepat oleh manajemen entitas tersebut
untuk menyajikan posisi keuangan, hasil operasi, perubahan modal,
dan perubahan dalam posisi keuangan dengan sewajarnya. Perubahan-
perubahan akuntansi yang diterapkan oleh entitas merupakan bagian
dari kebijakan akuntansi suatu entitas yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja dari suatu entitas tersebut (Purnama, 2012:10).
2. Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Pedoman ini merupakan penyempurnaan atas pedoman umum
akuntansi koperasi Indonesia sebelumnya, yang berisi praktek penerapan
akuntansi pada koperasi dengan memperhatikan perubahan pada
perkembangan Standar Akuntansi Keuangan yang mengacu pada IFRS.
Pedoman ini menetapkan bentuk, isi penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan koperasi untuk kepentingan internal koperasi. Pedoman ini
merupakan acuan yang harus dipatuhi oleh koperasi yang mana mengatur
informasi keuangan koperasi yang disajikan dalam neraca, laporan
perhitungan hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.
3. Tujuan Laporan Keuangan
a. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
7
keputusan ekonomi yang rasional, seperti anggota, pemerintah,
masyarakat.
b. Informasi bermanfaat yang disajikan dalam laporan keuangan, antara
lain :
1) Informasi mengenai jumlah aset, kewajiban, dan ekuitas.
2) Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah
nilai dan sifat modal.
3) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam
satu periode dan hubungan antara keduanya.
4) Cara usaha simpan pinjam mendapatkan dan membelanjakan kas
serta faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.
5) Kepatuhan usaha simpan pinjam terhadap ketentuan yang berlaku
yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
6) Usaha peningkatan kesejahteraan, merubah kondisi, atau
menyelesaikan permasalahan anggota.
c. Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggungjawaban
penggurus atas penggelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.
4. Komponen Laporan Keuangan Koperasi
Komponen laporan keuangan koperasi terdiri dari:
8
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, yaitu sifat dan jumlah harta atau sumber daya usaha simpan
pinjam koperasi, kewajiban kepada pihak pemberi pinjaman dan
penyimpan serta ekuitas pemilik dalam sumber daya usaha simpan
pinjam koperasi pada saat tertentu, terdiri dari komponen Aset,
Kewajiban dan Ekuitas.
b. Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Laporan Perhitungan Hasil Usaha adalah laporan yang memberikan
informasi tentang perhitungan tentang penghasilan dan beban.
Penyajian akhir dari perhitungan hasil usaha disebut SHU (Sisa Hasil
Usaha)
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah penambahan atau pengurangan
komponen ekuitas koperasi dalam satu periode tertentu.
d. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah informasi mengenai perubahan historis atas
kas dan setara kas koperasi yang menunjukkan secara terpisah
perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah tambahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau
9
rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi
pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan.
5. Karakteristik Kualitatif Akuntansi Koperasi
Laporan keuangan harus memenuhi ketentuan dalam penyajian
kualitatif laporan keuangan, diantaranya:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah kemudahan untuk dipahami oleh pengguna.
b. Relevan
Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk
proses pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan
evaluasi.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias jika dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu
keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu.
d. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan
keuangan antar koperasi atau koperasi dengan badan usaha lain, untuk
10
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
6. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keungan
a. Basis Akuntansi
Untuk mencapai tujuan, laporan keuangan disusun atas dasar
akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui
pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan
yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan
dan pembayaran kas, tetapi juga liabilitas pembayaran kas pada masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan
diterima pada masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lain
yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan.
b. Penyajian Wajar
1) Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar, neraca, kinerja
(aktivitas), dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan
likuiditas, sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh
temponya.
11
3) Laporan arus kas dikelompokkan secara single step.
4) Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis
dengan urutan penyajian sesuai komponen utamanya yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.
Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan berkaitan dengan
pos-pos dalam neraca, laporan perhitungan hasil usaha, laporan
perubahan ekuitas dan Laporan Arus Kas yang sifatnya
memberikan penjelasan, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitaif.
5) Dalam Catatan atas Laporan Keuangan tidak diperkenankan
menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian
dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal
atau persentase.
6) Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Perubahan estimasi akuntansi
Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan
kondisi yang mendasarinya. Selain itu, juga wajib diungkapkan
pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada
periode berjalan maupun pada periodeperiode berikutnya.
b) Perubahan kebijakan akutansi
Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila terdapat peraturan
perundangan atau standar akuntansi yang berbeda
penerapannya; atau diperkirakan bahwa perubahan tersebut
12
akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang
lebih sesuai dalam laporan keuangan.
c) Terdapat kesalahan mendasar
Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif
dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode
sajian dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian. Pada setiap lembar neraca, Laporan
perhitunganhasil usaha,laporan arus kas dan Laporan
perubahan ekuitas, harus diberi pernyataan bahwa “catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari
laporan keuangan.
c. Pengungkapan Lengkap
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan, karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
jika ditinjau dari segi relevansi.
d. Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi.
e. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh
13
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa
pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
f. Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian,sehingga aset atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban
tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian penggunaan
pertimbangan sehat tidak rnemperkenankan, misalnya, pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan
sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau
pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas
andal.
g. Tepat Waktu Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu sehingga
kemanfaatannya tidak berkurang.
h. Konsistensi
1) Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar
periode harus konsiten.
2) Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan
diubah, maka penyajian periode sebelumnya harus direklasifikasi
untuk memastikan daya banding, sifat, dan jumlah. Selain itu,
alasan reklasifikasi juga harus diungkapkan. Dalam hal
14
reklasifikasi dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan
alasannya.
7. Keterbatasan Laporan Keuangan
Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas
infromasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan
karena laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain:
a. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah
lampau.
b. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak
pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak
tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan
keuangan saja.
c. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
d. Hanya melaporkan informasi yang material.
e. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila
terdapat beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian
suatu pos, maka dipilih alternatif yang menghasilkan kenaikan ekuitas
dana atau nilai aktiva yang paling kecil.
f. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan persitiwa sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya (formalitas).
15
8. Akuntansi Aset pada Koperasi
a. Aset Lancar
Yaitu aset aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.
Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
1) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas
2) Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan)
3) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
Aset lancar meliputi komponen perkiraan:
1) Kas, Kas adalah aset yang siap digunakan untuk pembayaran dan
bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum organisasi.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi kas diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya. Pencatatan kas masuk pada akun kas dilakukan
pada saat terjadi penerimaan. Pencatatan kas keluar dilakukan
pada saat terjadi pengeluaran. Sedangkan pencatatan saldo kas
disesuaikan dengan fisik kas per tanggal laporan. Satu rekening
bank, meskipun dikhususkan untuk dana tertentu, tidak
menutup kemungkinan menerima dana lainnya. Oleh karena
itu, pencatatan satu rekening bank bisa dilakukan pada
beberapa dana sekaligus. Kas dinilai sebesar nilai yang
16
diterima dan dikeluarkan. Untuk saldo kas dinilai sesuai
dengan jumlah fisik kas per tanggal laporan
b) Penyajian
Kas disajikan dalam pos aset lancar.
c) Pengungkapan (dalam Catatan Atas Laporan Keuangan)
Hal-hal yang harus dijelaskan seperti rincian jumlah uang kas.
Kas disajikan di neraca sebesar nilai fisik kas dan setara kas per
tanggal laporan. Hal-hal lain yang dianggap perlu, seperti
rincian rekening bank, disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan.
2) Penempatan Dana pada Bank/Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi
Sekunder
Penempatan dana pada bank/usaha simpan pinjam oleh koperasi
sekunder adalah simpanan koperasi pada bank atau usaha simpan
pinjam oleh koperasi sekunder tertentu yang likuid, seperti:
tabungan, giro dan deposito serta simpanan lainnya
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi Bank atau usaha simpan pinjam oleh koperasi
sekunder diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya.
b) Penyajian
Bank atau usaha simpan pinjam oleh koperasi sekunder
disajikan dalam pos aset lancar.
17
c) Pengungkapan
Hal-hal yang harus dijelaskan misalnya rincian simpanan/
tabungan/giro/deposito pada bank-bank yang berbeda.
3) Surat Berharga, adalah investasi dalam berbagai bentuk surat
berharga, yang dapat dicairkan dalam bentuk tunai setiap saat
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset lancar.
c) Pengungkapan
Rincian surat berharga yang dimiliki koperasi.
4) Pinjamanyang diberikan
Pinjaman yang diberikan adalah setiap klaim terhadap pihak lain
baik eksternal maupun internal, yang akan diterima dalam bentuk
kas dan atau aktiva lainnya pada masa yang akan datang.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset lancar
18
c) Pengungkapan
Pinjaman yang diberikan Piutang disajikan di neraca sebesar
saldo pinjaman yang diberikan piutang yang masih belum
dibayar yang bersifat net setelah dikurangi cadangan piutang
yang tidak tertagih atau dihapuskan. Perincian piutang
pinjaman yang diberikan dan penjelasan piutang tak tertagih
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Rincian
piutang pinjaman dari masing-masing anggota
5) Penyisihan Pinjaman Tak Tertagih
Penyisihan Pinjaman Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu,
sebagai “pengurang nilai nominal” piutang pinjaman atas
terjadinya kemungkinan risiko pinjaman tak tertagih, yang
dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian akibat pemberian
pinjaman sesuai karakteristik masing-masing usaha yang dibiayai.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Koperasi dapat membentuk pos penyisihan kerugian akibat
pemberian pinjaman, yang nilainya disesuaikan dengan
perkiraan pinjaman tak tertagih setiap periode sesuai
karakteristik masing-masing usaha yang dibiayai.
b) Penyajian
Saldo penyisihan pinjaman tak tertagih disajikan sebagai pos
pengurang dari pinjaman.
19
c) Pengungkapan Kebijakan akuntansi, metode penyisihan
pinjaman tak tertagih, pengelolaan piutang bermasalah.
6) Perlengkapan, adalah material penunjang yang digunakan untuk
operasional koperasi dengan masa manfaat kurang dari satu tahun
yang masuk dalam kategori perlengkapan adalah perlengkapan
kantor yang jumlahnya material, seperti: buku, alat tulis, dan
stationeri.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset lancar.
c) Pengungkapan
Rincian per jenis perlengkapan pada koperasi. Perlengkapan
disajikan pada neraca berdasarkan nilai fisik dari persediaan
per tanggal laporan. Bila terdapat perbedaan nilai buku dengan
nilai fisik (secara jumlah) maka dilakukan penyesuaian di akhir
periode.
7) Pajak dibayar dimuka
Pajak dibayar dimuka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan
sebagai cicilan beban pajak badan.
20
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan dalam pos aset lancar.
8) Biaya dibayar dimuka
Biaya dibayar dimuka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan
kepada pihak lain untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu.
Termasuk dalam kategori biaya-biaya dibayar dimuka, antara lain,
adalah Sewa Dibayar Dimuka, Asuransi Dibayar Dimuka, dan
Biaya Dibayar Dimuka Lainnya.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan dalam pos aset lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal penting yang berkaitan dengan perjanjian.
9) Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
Pendapatan yang masih harus diterima adalah berbagai jenis
pendapatan koperasi yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan
tetapi belum dapat diterima oleh koperasi;
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
21
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya
b) Penyajian
Disajikan dalam pos aset lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal penting yang berkaitan dengan perjanjian.
10) Aset Lancar Lain
Aset lancar lain adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada
butir 1 sampai dengan 8 di atas.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai
nominalnya
b) Penyajian
Disajikan dalam pos aset lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal penting yang berkaitan dengan perjanjian.
b. Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset,
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta
digunakan dalam kegiatan operasionaldengan kompensasi penggunaan
berupa biaya depresiasi (penyusutan). Aset Tidak lancar meliputi
komponen perkiraan:
1) Investasi Jangka Panjang
22
Investasi jangka panjang adalah aset atau kekayaan yang
diinvestasikan pada koperasi sekunder, koperasi lain atau
perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat
dicairkan, berupa simpanan atau penyertaan modal.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tidak lancar dan dicatat sebesar
nilai nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset tidak lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti rincian dari macam
investasinya, perjanjian, evaluasi prospek.
2) Properti Investasi
Properti Investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian
dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik/koperasi atau lessee melalui sewa pembiayaan) dan dapat
menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau kedua-duanya.
Properti investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau
penyediaan barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam
kegiatan usaha sehari-hari.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tidak lancar dan dicatat sebesar
nilai perolehannya.
23
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset tidak lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan,
rincian atas aset tidak lancar tersebut.
3) Akumulasi Penyusutan Properti Investasi
Akumulasi penyusutan properti investasi adalah “pengurang nilai
perolehan” suatu properti investasi, sebagai akibat penggunaan dan
berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara
sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur
manfaatnya.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk
periode yang bersangkutan dan nilainya disesuaikan dengan
metode penyusutan properti investasi koperasi bersangkutan.
b) Penyajian
Saldo akumulasi penyusutan properti investasi disajikan
sebagai pos pengurang nilai perolehan dari aset tidak lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diungkapkan meliputi metode penyusutan
dan umur manfaat yang digunakan.
24
4) Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi organisasi, yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal organisasi dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun.Aset tetap mencakup perkiraan :
a) Tanah/Hak Atas Tanah
Tanah/hak atas tanah adalah kekayaan yang diinvestasikan
dalam bentuk hak atas tanah;
(1) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar
nilai perolehan.
(2) Penyajian
Disajikan pada pos aset tetap.
(3) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber
perolehan, rincian atas aset dan waktu hak penggunaan.
b) Bangunan , adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk
berbagai bangunan;
(1) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar
nilai perolehannya.
25
(2) Penyajian
Disajikan pada pos aset tetap.
(3) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber
perolehan, rincian atas aset dan metode penyusutannya.
c) Mesin dan Kendaraan, adalah kekayaan yang diinvestasikan
dalam bentuk berbagai jenis mesin, kendaraan atau peralatan
produksi;
(1) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar
nilai perolehannya.
(2) Penyajian
Disajikan pada pos aset tetap
(3) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber
perolehan, rincian atas mesin, kendaraan dan peralatan
produksi serta metode penyusutannya.
d) Inventaris dan Peralatan Kantor, adalah kekayaan yang
diinvestasikan dalam bentuk berbagai bentuk inventaris dan
peralatan kantor
(1) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar
nilai perolehannya.
26
(2) Penyajian
Disajikan pada pos aset tetap.
(3) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber
perolehan, rincian atas inventaris dan metode
penyusutannya.
5) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Akumulasi penyusutan aset tetap adalah “pengurang nilai
perolehan” suatu aset tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat
dari penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan
dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai
dengan umur manfaatnya.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk
periode yang bersangkutan yang nilainya disesuaikan dengan
metode penyusutan aset tetap koperasi yang bersangkutan.
b) Penyajian
Saldo akumulasi penyusutan disajikan sebagai pos pengurang
dari aset tetap.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diungkapkan seperti metode penyusutan
yang digunakan, umur manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan dan sebagainya.
27
6) Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi namun tidak mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk
digunakan dalam kegiatan produksi atau disewakan kepada pihak
lain atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tidak berwujud
yaitu software.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Nilai aset tidak berwujud dicatat sesuai dengan nilai perolehan,
dan mempunyai masa manfaat ekonomis serta dapat diukur
secara andal.
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset tidak lancar.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan :
(1) Umur manfaat atau tarif amortisasi;
(2) Metode amortisasi;
(3) Akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode;
(4) Unsur pada laporan perhitungan hasil usaha yang
didalamnya terdapat amortisasi aset tidak berwujud;
(5) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan penambahan, pelepasan, amortisasi dan
perubahan lainnya secara terpisah.
28
7) Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud adalah “pengurang nilai perolehan” suatu aset
tidak berwujud yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari
penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi amortisasi aset tidak
berwujud dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan
sampai dengan umur manfaatnya.
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Amortisasi aset tidak berwujud untuk setiap periode diakui
sebagai beban untuk periode yang bersangkutan yang nilainya
disesuaikan dengan metode amortisasi aset tidak berwujud
koperasi yang bersangkutan.
b) Penyajian
Saldo akumulasi amortisasi disajikan sebagai pos pengurang
dari aset tidak berwujud.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diungkapkan seperti metode amortisasi
yang digunakan,umur manfaatatau tarif amortisasi yang
digunakan.
8) Aset Tidak Lancar Lain
Aset tidak lancar lain adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana
pada butir 1 sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai
dibangun.
29
a) Pengakuan dan pengukuran (Perlakuan)
Transaksi diakui sebagai aset tidak tetap lain dan dicatat
sebesar nilai nominalnya.
b) Penyajian
Disajikan pada pos aset tidak lancar lain.
c) Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan,
rincian atas aset tidak lancar lain.
9. Kinerja Finansial Koperasi
Menurut Martono (2002;52) kinerja keuangan suatu koperasi atau
badan usaha lain sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders),
seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah,
dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan
laporan laba-rugi dari suatu koperasi atau badan usaha lain, apabila
disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang
nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu koperasi
atau badan usaha lain selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang
akan digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan atau koperasi.
Menurut Mulyadi (1997;419) penilaian kinerja adalah penentuan
secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi,
dan karywannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja secara umum dapat diartikan
sebagai penilaian/ukuran terhadap efektivitas dan efisiensi msing-masing
30
individu atau organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan/organisasi.
Aspek utama dari kinerja keuangan yaitu tercapainya
keseimbangan yang baik antara hutang dan ekuitas. Hutang mempunyai
peranan penting dalam perekonomian. Pemerintah, pengusaha bahkan
perorangan membiayai banyak bisnisnya menggunakan hutang.
Perusahaan atau koperasi memutuskan mengambil sejumlah uang
untuk dipinjam dengan menetapkan berapa besar pinjaman jangka pendek
dan panjang. Pendanaan jangka pendek biasanya untuk membiayai
investasi pada aktiva lancar. Sejumlah perusahaan atau koperasi
mengalami kesulitan keuangan yang sangat mendalam, karena
menggunakan pinjaman jangka pendek untuk investasi jangka panjang.
Kinerja keuangan perusahaan atau koperasi dapat diukur
berdasarkan rasio keuangan dengan analisis rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, rasio profitabilitas. Semakin besar nilai rasio-rasio tersebut,
maka kinerja dapat tercapai. Sedangkan untuk rasio leverage jika semakin
kecil nilainya maka kinerjanya semakin baik.
Informasi kinerja perusahaan atau koperasi terutama profitabilitas
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dilakukan atau dikendalikan di masa datang. Informasi fluktuasi
kenerja sangat penting dan bermanfaat untuk prediksi kapasitas
perusahaan atau koperasi dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya
yang ada. Disampin itu infoemasi kinerja juga berguna dalam perumusan
31
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan atau koperasi dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya.
10. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Martono (2002: 55-60) pada dasarnya alat rasio keuangan
diklasifikasikan menjadi empat (4) kelompok antara lain:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah alat ukur untuk melihat apakah unit usaha
tersebut cukup likuit dalam menjalankan usahanya selama periode
mendatang. Rasio ini terdiri atas:
1) Current Ratio.
Rasio ini menunjukkan sampai dimana hutang-hutang jangka
pendek dapat dibayar dari aktiva-aktiva yang dapat dijadikan uang
pada waktu yang sama misal, jangka waktu pembayaran hutang-
hutang jangka pendek. Secara umum rasio ini bisa dikatakan baik,
jika nilainya mencapai 2 atau 200%.
2) Quick Ratio.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha
dalam utang-utang jangka pendeknya, tanpa mengutamakan
persediaan. Suatu unit usaha dikatakan mampu membayar utang
jangka pendeknya, jika nilainya lebih besar dari satu (1) atau lebih
dari 100%.
32
3) Cash Ratio.
Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu unit usaha dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan
surat berharga yang mudah diuangkan.
b. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas, yaitu merupakan kemampuan dari koperasi mengelola
dana untuk mengetahui sampai seberapa besar laba yang dapat
dihasilkan melalui sumber pendapatan seperti kegiatan penjualan,
pembelian, dan kegiatan lainnya. Semakin cepat perputaran aktiva,
maka akan semakin baik bagi koperasi tersebut. Adapun rasio aktivitas
yang sering digunakan yaitu:
1) Total Asset Turn Over (TATO)
Rasio ini mengukur perputaran dana yang tertanam dalam aktiva
selama periode tertentu yang diinvestasikan untuk menghasilkan
pendapatan. Selain itu juga dapat mengukur perputaran aset yang
dimilki suatu unit usaha.
2) Working Capital Turn Over (WCTO)
Rasio ini menunjukkan keefektikan modal kerja, menunjukkan
hubungan modal kerja dengan penjualan, serta banyaknya
penjualan yang diperoleh suatu unit usaha untuk setiap rupiah
modal kerja.
3) Receivable Turn Over
33
Rasio ini menunjukkan tingkat perputaran piutang dalam suatu
periode tertentu. Semakin tinggi perputarannya berarti semakin
cepat pula pengembalian modal yang tertanam dalam piutang yang
berbentuk kas.
4) Average Collection Period
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha
dalam mengumpulkan jumlah piutang setiap jangka waktu
tertentu.
c. Rasio Leverage
Kreditor jangka panjang maupun jangka pendek akan memperhatikan
benar seberapa banyak kegiatan koperasi atau badan usaha lain yang
dibiayai utang. Jika koperasi atau badan usaha lain mempunyai utang
jangka panjang yang sangat tinggi dalam struktur permodalan koperasi
atau badan usaha lain, maka para kreditor akan berfikir bahwa koperasi
atu badan usaha lain akan mudah gulung tikar dan tidak akan bisa
melunasi utangnya. Demikian dengan pemilik koperasi atau badan
usaha lain akan mempertmbangkan beberapa kembalian yang bisa
didapat dari komposisi banyak sedikitnya utang dalam struktur
permodalan. Rasio ini meliputi:
1) Debt to Total asset.
Rasio menunjukkan berapa persen aset suatu unit usaha yang
diberikan kreditur.
34
2) Debt to Equity
Rasio ini mengukur seberapa jauh suatu unit usaha dibiayai oleh
pinjaman. Semakin tinggi nilainya berarti semakin besar dana
yang dipinjam dari pihak luar.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada
dasarnya menunjukkan seberapa baik koperasi/badan usaha lain dalam
membuat keputusan investasi dan pembiayaan. Koprasi/badan usaha
harus mampu menyiapkan uang dari laba koperasi/badan usaha lain
dalam membayar utang dan membayar deviden dengan
mengoptimalkan pemanfatan seluruh asetnya. Adapun rasio ini yang
sering digunakan antara lain;
1) Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam
menghasilkan laba bersih dari setiap penjualan.
2) Return On Investment (ROI)
Rasio ini mengukur berapa besar tingkat pengembalian atas
investasi.
3) Gross Profit Margin (GPM)
Rasio ini mengukur laba kotor yang dapat dicapai dalam setiap
penjualan.
35
11. Koperasi
a. Pengertian koperasi
Koperasi dikenal sebagai badan usaha yang dibangun dari dan
untuk anggota. Hal ini dikarenakan modal pendirian koperasi berasal
dari anggotanya dan beroperasi berdasarkan keputusan dari semua
anggota yang terdaftar. Menurut UU No 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi menekankan bahwa terdapat kesamaan kepentingan
dan hak para anggotanya sehingga keputusan tertinggi pada koperasi
ditentukan oleh semua anggota koperasi. Berbeda dengan badan usaha
bukan koperasi yang bergantung pada kekuatan pemilik modal usaha
sehingga keputusan diambil sesuai dengan signifikansi kepemilikan
modal. Jadi dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan usaha
ataupun badan hukum yang dijalankan oleh sekelompok orang dan
bukan kumpulan modal dengan melandaskan kegiatannya sesuai
prinsip koperasi untuk menyejahterakan kepentingan anggotanya pada
khususnya
b. Landasan dan asas koperasi
Dalam pelaksanaan kegiatan operasional, UU No 25 Tahun
1992 menyebutkan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan
36
Undang-undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.
Asas ini mengandung makna bahwa diperlukan kesadaran dari setiap
anggota koperasi untuk melaksanakan segala sesuatu di dalam koperasi
dari dan untuk semua anggota koperasi. Sesuai dengan asas tersebut
maka semua anggota akan mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
c. Tujuan Koperasi
UU No 25 Tahun 1992 menyebutkan bahwa tujuan pendirian
koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Dari penjelasan tujuan tersebut, hal ini
mengandung makna bahwa tujuan koperasi tidak berfokus pada
pencarian laba karena tolak ukur utama yang menjadi pertimbangan
adalah kesejahteraan para anggotanya.
d. Prinsip Koperasi
Di dalam himpunan peraturan perundang-undangan di bidang
kelembagaan koperasi menjelaskan bahwa prinsip koperasi terdiri dari
5 (lima) poin penting, yakni:
1) Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.
2) Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
37
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5) Kemandirian.
Prinsip ini mengandung makna bahwa koperasi merupakan
organisasi bagi yang bersedia menggunakan jasa-jasa yang diberikan
secara sukarela dan bertanggung jawab atas status keanggotaan yang
dimiliki.
B. Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel penelitian yang terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi yang diterapkan di dalam koperasi bertujuan untuk
membantu kelancaran dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
agar menghasilkan informasi keuangan yang relevan dan dapat diandalkan.
Adapun kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan yaitu meliputi
sistem pencatatan, kebijakan kas, aset tetap dan penyusutan, pendapatan,
dan beban usaha. Penerapan kebijakan akuntansi di dalam koperasi harus
disesuaikan dengan pedoman umum akuntansi koperasi yang berlaku
2. Kinerja Finansial
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah alat ukur untuk melihat apakah unit usaha
tersebut cukup likuit dalam menjalankan usahanya selama periode
mendatang. Rasio ini terdiri atas current ratio, quick ratio, cash ratio
38
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif aset-aset usaha dalam
menghasilkan pendapatan. Adapun rasio aktivitas yang sering
digunakan yaitu Total Aset Turn Over (TATO), Working Capital Turn
Over (WCTO), Receivable Turn Over, Average Collection Period
c. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan koperasi untuk memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Perusahaan disebut solvabel apabila koperasi mempunyai aktiva atau
kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.
Sedangkan koperasi yang tidak mempunyai aktiva atau kekayaan yang
cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut insolvabel.
d. Rasio Rentabilitas
Rasio ini menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada
dasarnya menunjukkan seberapa baik koperasi/badan usaha lain dalam
membuat keputusan investasi dan pembiayaan. Rasio yang sering
digunakan antara lain Net Profit Margin, Return on Investment, Gross
Profit Margin
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
1. I Putu Eka Satya Wirawan (2015)
Penelitian ini berjudul “Pengakuan Akuntansi Pendapatan Dan Beban
Terhadap Kewajaran Laporan Laba Rugi Pada Roemah Nongkrong
Mailaku”. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perlakuan akuntansi
pendapatan dan beban pada Roemah Nongkrong Mailaku belum
39
sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. Pengakuan pendapatan terjadi
pada saat transaksi penjualan yang dilakukan kepada konumen.
Pengukuran pendapatan diketahui melalui jumlah kas yang diterima pada
saat pembayaran. Adanya kesalahan penerapan konsep penyajian
akuntansi pendapatan yang tidak sesuai dengan SAK ETAP. Perlakuan
akuntansi beban belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. Pengakuan
beban terjadi saat pengecekan persediaan bahan habis pakai. Sehingga
beban akan diukur berdasarkan transaksi pengeluaran kas yang terjadi
terhadap belanja bahan maupun belanja modal. Perbedaan penelitian yang
dilakukan I Putu Eka Satya Wirawan dengan penelitian ini adalah terletak
pada pos-pos yang diteliti, tempat yang dijadikan subjek penelitian, dan
tahun penelitian
2. Penelitian oleh LLLL (2013)
Penelitian ini berjudul AAAAAA. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
cadangan penyisihan piutang tak tertagih yang tidak tersaji dalam laporan
neraca yaitu untuk menghapus piutang tak tertagih yang telah tersaji
berupa akun piutang khusus. Gedung yang bukan merupakan hak milik
koperasi seharusnya tidak disajikan pada neraca yaitu pada pos aset tetap.
Kewajiban membayar pajak yang seharusnya dilakukan oleh koperasi.
Koperasi XXX tidak menyajikan laporan ekuitas dan catatan atas laporan
keuangan yang mana laporan ini tidak lain untuk memperjelas keberadaan
keuangan koperasi. Aset Koperasi Primkoppol telah disusutkan tiap tahun,
namun ada sebagian aset yang telh habis umur ekonomisnya masih
40
dilakukan penyusutan yang dapat menimbulkan dugaan penyimpangan
terhadap penyajian nilai penyusutan yang terdapat dalam laporan
keuangan. Perbedaan penelitian yang dilakukan LLL dengan penelitian ini
adalah terletak tempat yang dijadikan subjek penelitian, dan tahun
penelitian
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Koperasi Karyawan Hotel Melia Bali
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
(Kebijakan Akuntansi)
Analisis
Kinerja
Finansial
dengan 3 rasio
Rasio Aktivitas
Rasio Solvabilitas
Rasio Rentabilitas
Laporan Keuangan
Penilaian Kinerja Finansial
Rasio Likuiditas
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka dan
dapat diukur dalam satuan tertentu. Data kuantitatif yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Koperasi Karyawan
Hotel Melia Bali tahun 2015
b. Data Kualitatif
Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk bukan berupa
angka, sifatnya menunjang data kuantitatif. Data kualitatif dalam
penelitian ini adalah gambaran umum koperasi karyawan hotel melia
bali yang meliputi sejarah singkat koperasi dan struktur organisasi
koperasi.
2. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dan primer.
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan pengurus koperasi mengenai sejarah berdirinya koperasi,
sistem pencatatan yang digunakan dalam koperasi, kebijakan-
12
42
kebijakan akuntansi yang diterapkan koperasi dan mengenai kegiatan
usaha koperasi.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan data yang telah disusun oleh pengurus koperasi. Data
sekunder untuk penelitian ini berupa Laporan Keuangan Koperasi dan
Struktur Organisasi Koperasi.
B. Prosedur pengumpulan data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai pedoman dalam
menyusun proposal ini, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan teknik sebagai berikut
1. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara
langsung dengan pengurus koperasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Adapun data yang diperoleh dalam
wawancara ini adalah informasi mengenai kebijakan akuntansi yang
diterapkan koperasi dan gambaran umum koperasi
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data sekunder dalam bentuk dokumen-
dokumen yang dimiliki koperasi. Data yang diperoleh dalam teknik
dokumentasi yaitu laporan keuangan koperasi tahun 2015.
43
C. Teknik Analisis
1. Analisis Kualitatif Deskriptif
Untuk meneliti permasalahan yang diangkat dalam penelitian di Koperasi
Karyawan Hotel Melia Bali ini, maka penulis melakukan analisis data
menggunakan metode deskriptif yaitu penganalisaan terhadap kenyataan-
kenyataan yang ditemui di lapangan, kemudian menghubungkannya
dengan teori-teori yang penulis dapatkan, sehingga dapat diambil suatu
kesimpulan yang merupakan pemecahan masalah yang dihadapi
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis penilaian kinerja
financial koperasi karyawan yang meliputi rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio leverage, rasio profitabilitas
a. Rasio Likuiditas
1) Current Ratio¿Aset Lancar
KewajibanJangka Pendekx100 %
2) Cash Ratio¿Kas dan Setara Kas
Kewajiban jangka pendekx 100 %
b. Rasio Aktivitas
1) TATO¿ PenjualanTotal Aktiva
2) WCTO ¿Penjualan
Aktiva lancar−hutanglancar
c. Rasio Solvabilitas
1) Total Debt to Equity ¿Total Aset
Total Kewajibanx 100%
44
d. Rasio Rentabilitas
1) Return on Equity ¿Sisa hasilUsaha Sebelum Pajak
Ekuitasx100 %
2) Aset Turn Over ¿Total penjualan
Pendapatanx100%
45
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, BPFE-UGM, Yogyakarta, 2003
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Kieso, Donald E dan Jerry J. Weygandt, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Terjemahan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002
Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.Kukm/Vii/2012 Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Sugiyono, 2013. Metodelogi Penelitian Bisnis. Bandung : ALFABETA
Undang-undang nomor 25 tahun 1992, Tentang Perkoperasian Negara RI, Jakarta, 1992