Bab 1 dan 2

6
MAKALAH KEARIFAN LOKAL HALMAHERA DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBER DAYA GENETIK Untuk memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Konservasi Sumber Daya Genetik Disusun oleh: Kelompok 9 Kelas B M. Hendiriau S 125040200111049 Saifullah Abdurrahman 125040201111044 Siti Armach S 125040201111242 Annisa Nurfazrina Indriani 125040218113022 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

konservasi sumber daya genetik

Transcript of Bab 1 dan 2

  • MAKALAH

    KEARIFAN LOKAL HALMAHERA DALAM UPAYA KONSERVASI

    SUMBER DAYA GENETIK

    Untuk memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Konservasi Sumber Daya Genetik

    Disusun oleh:

    Kelompok 9

    Kelas B

    M. Hendiriau S 125040200111049

    Saifullah Abdurrahman 125040201111044

    Siti Armach S 125040201111242

    Annisa Nurfazrina Indriani 125040218113022

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia memiliki sumber daya dan keanekaragaman hayati yang sangat

    penting dan strategis bagi kelangsungan hidup masyarakat. Ini bukan semata-mata

    karena posisinya sebagai salah satu negara terkaya di dunia dalam keanekaragaman

    hayati (mega-biodiversity), tetapi karena keterkaitan yang erat dengan kekayaan

    keanekaragaman budaya lokal yang dimiliki oleh bangsa ini (keragaman mega-

    budaya). Indonesia juga memiliki sumber daya genetik yang banyak, dimana sumber

    daya genetik tersebut dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk

    mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya

    langsung untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui

    pemuliaan. Bagi SDG tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, maka dapat

    dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan Indikasi Geografis. Pemanfaatan

    SDG secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik

    yang terdapat di dalam SDG tanaman untuk merakit variertas unggul baru melalui

    kegiatan pemuliaan tanaman.

    Keaneka ragaman sumberdaya genetik semakin berkurang sebagai akibat dari

    perubahan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

    kelestarian sumber daya genetik adalah faktor iklim (climate), tanah (edaphic), dan

    organisme pengganggu (biotic). Di samping sebagai faktor pembatas, faktor iklim

    juga sudah dirasakan menjadi salah satu faktor yang dapat menstimulasi upaya

    pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya genetik. Disadari bahwa sumberdaya

    genetik di Indonesia belum teridentifikasi dan terdokumentasi dengan baik. Di

    samping itu juga sudah dirasakan adanya degradasi terhadap keaneka ragaman hayati

    akibat kepunahan. Perhatian dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menjaga

    kelestarian sumberdaya genetik spesifik di berbagai tempat di Indonesia. Kegiatan

    pengelolaan SDG diarahkan pada upaya penyelamatan, pemanfaatan, dan

    pengembangan sumberdaya genetik lokal spesifik. Sumberdaya genetik dengan

  • keunggulan lokal perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai sumber plasma nutfah

    untuk perbaikan genetik tanaman maupun hewan.

    Penyelamatan sumber daya genetik dapat dilakukan dengan penerapan

    kearifan lokal setempat yang peduli akan lingkungan alam, karena masyarakat

    tradisional ini pada umumnya didasarkan pada akumulasi pengetahuan lokal dan

    kebijakan yang telah dipatuhi sebagai tradisi dan hukum adat yang turun temurun

    dalam pemanfaatan alam (Sutrisno & Silitonga 2004).

    1.2 Identifikasi Masalah

    Keragaman sumber daya genetik semakin berkurang akibat perubahan iklim

    maupun kegiatan manusia yang dapat menghilangkan sumber daya genetik disuatu

    wilayah. Banyak kegiatan-kegiatan manusia yang tidak mematuhi peraturan dan

    hukum alam maupun hukum adat, seperti eksploitasi secara berlebihan terhadap

    sumber daya sampai alih fungsi lahan yang mengakibatkan adanya degradasi sumber

    daya genetik.

    1.3 Maksud Tujuan dan Manfaat

    Maksud tujuan dan manfaat penuliasan makalah ini untuk mengetahui

    kearifan-kearifan lokal suatu daerah dalam upaya untuk menjaga dan melestarikan

    sumber daya genetik yang ada di suatu wilayah. Dalam masyarakat Dayak

    Kalimantan Tengah dan masyarakat Tugutil memiliki kekayaan budaya/tradisi lokal

    dalam pengelolaan lingkungan hidup. Budaya/tradisi local ini sarat dengan nilai-nilai

    kearifan dan sudah diterapkan semenjak jaman nenek moyang dahulu kala hingga

    kini. Mengetahui keanekaragaman sumberdaya genetik yang memiliki potensi untuk

    dikembangkan lebih lanjut dalam program budidaya pertanian sekaligus sebagai

    upaya untuk dapat mencegah terjadinya erosi pengetahuan tradisional yang dimiliki

    masyarakat.

  • 1.4 Kerangka Pemikiran

    Kearifan lokal sudah diturunkan dari sejak nenek moyang dalam mengarungi

    kehidupan, selain itu kearifan lokal juga selalu memperhatikan lingkungan alam.

    Nenek moyang dahulu selalu meyakini dan bersinergi dengan alam. Hilangnya nilai-

    nilai kearifan lokal ini telah menyebabkan krisis ekologi yang menciptakan situasi

    ketidakseimbangan dalam ekosistem. Masyarakat diharapkan menyadari bahwa krisis

    ekologi dapat disimpan kembali melalui kearifan lokal. Untuk menyimpan krisis

    ekologi, etika masyarakat suku asli perlu dilakukan dan diterapkan kembali, hal ini

    sangat diperlukan dalam upaya konservasi sumber daya genetik. Keragaman sumber

    daya genetic yang semakin berkurang akibat ulah manusia yang kurang memikirkan

    alam lingkungan. Dengan adanya studi-studi mengenai kearifan lokan di suatu daerah

    dapat menumbuhkan kembali kearifan-kearifan lokal yang mulai pudar, seperti

    halnya di Halmahera yang di lakukan sebuah penelitian yang dibahas dalam makalah

    ini. Dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui kearifan lokal dalam upaya

    konservasi sumber daya alam/genetic di Halmahera.

    Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan masih dapat bertahan

    hidup meskipun pengaruh dari luar. Kearifan lokal adalah abadi karena orang-orang

    mempertahankan filosofi hidup mereka, Hidup Basudara (hidup harmonis) yang

    berisi keyakinan bahwa manusia dan alam harus hidup berdampingan. Praktek

    konservasi berbasis kearifan lokal yang mengambil bentuk hutan suci Gosimo,

    Matakau, Pohon Kelahiran (Pohon Lahir) dan Pohon Kematian (Pohon Kematian)

    merupakan bagian dari pengetahuan lokal yang terus diajarkan ke yang berikutnya

    generasi. Hal ini menjadi warisan leluhur yang sangat berharga dalam konservasi

    hutan.

  • BAB II. Metodologi

    2.1 Tempat dan Waktu

    Penelitian dilaksanakan di Desa Dodaga, Tukur-Tukur, Tutuling Jaya Tobaino

    (Totodoku) Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Desa-desa tersebut

    merupakan kawasan yang banyak dihuni oleh suku Tugutil dan berada di dekat (zona

    penyangga) kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Penelitian dilakukan pada

    bulan April sampai dengan Mei 2006.

    2.2 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain sebagai

    berikut: Alat tulis, kamera dan perlengkapan pendukung survey lainnya. Selain itu hal

    yang paling penting adalah quisoner yang digunakan untuk melakukan wawancara

    terhadap informan asli daerah tersebut.

    2.3 Metode Penelitian

    Metode penelitian ini yakni dengan melakukan pengamatan secara mendalam

    dan wawancara terhadap lingkungan sosial Metode Penelitian yang digunakan adalah

    eksplorasi deskriptif, dengan pertimbangan bahwa untuk dapat mendokumentasikan

    pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan plasma nutfah pertanian dan obat-

    obatan membutuhkan penggalian informasi yang tepat dan kajian cermat dan

    mendalam. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Triangulasi

    yaitu dengan memadukan beberapa teknik pengumpulan data seperti pengamatan

    dilapangan, wawancara dan penelusuran dokumen.

    Pemillihan responden di setiap desa di sekitar Taman Nasional dilakukan

    secara sengaja (purposive) disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah

    responden yang diambil (Soehartono, 1999) yaitu responden yang dianggap dapat

    mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti dan juga statusnya didalam

    masyarakat seperti Kepala wilayah kecamatan, Kepala Desa/dusun tokoh adat, ahli

    pengobatan tradisional dan masyarakat umum lainnya yang dianggap memiliki

  • pengetahuan terhadap permasalahan yang diteliti. Data yang terkumpul dianalisis

    secara deskriptif kualitatif.

    2.4. Pelaksanaan Penelitian

    Pengkajian dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan apresiasi, identifikasi,

    karakterisasi, eksplorasi terhadap responden atau informan yang mengetahui secara

    detai mengenai kearifan lokal setempat. Pendokumentasian dan pencatatan mengenai

    kearifan lokal, untuk mencapai output kegiatan dilakukan serangkaian kegiatan

    sebagai berikut:

    1. Koordinasi internal dan antar institusi

    Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan antara

    team peneliti atau dengan pemangku adat. Koordinasi ini dilakukan dalam upaya

    untuk stimulasi, menyamakan persepsi dan sinergi agar terlaksana kegiatan penelitian

    dan pendokumentasian mengenai kearifan lokal yang diteliti, serta kehidupan sosial

    yang ada di dalamnya.

    2. Pengambilan data penelitian

    Pengambilan data dengan cara kegiatan sosialisasi serta melakukan

    wawancara terhadap responden atau informen yang dapat mewakili permasalahan

    yang sedang dilakukan penelitian

    3. Apresiasi dan Sosialisasi SDG kepada Stakeholders maupun masyarakat

    Apresiasi dilakukan kepada stakeholders di Pemkab dan Pemprov. Dalam

    apresiasi ini disampaikan pentingnya inventarisasi, koleksi, pelestarian dan

    pengembangan sumberdaya genetik lokal sebagai suatu kekayaan daerah. Dengan

    kearifan lokal yang ada di daerah setempat yang sangat dihormati masyarakat,

    sehingga pelestarian sumber daya genetik dengan kearifan lokal setempat sangatlah

    membantu menjaga plasma nutfah di daerah setempat.

    Suhartono,I.1999. Metode Penelitian Sosial. Suatu Teknik Penelitian Bidang

    Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.