BAB 1 Antar Cihaur

27
Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis RTBL KAWASAN CIHAURBEUTI, KABUPATEN CIAMIS 1.1.1.1. Latar Belakang Sebagai bagian dari lingkungan Kabupaten Ciamis, kawasan di Kecamatan Cihaurbeuti memiliki pertumbuhan fisik yang cepat namun berkembang secara organik atau spontan sehingga perkembangannya kurang tertib, tidak selaras dan serasi dengan lingkungannya, sehingga kawasan tersebut menjadi semerawut (sprawl). Suatu kawasan yang berkembang dengan pola demikian memerlukan pengaturan lebih khusus terutama dari segi tata bangunan dan lingkungannya. Diharapkan melalui upaya penataan dengan disiapkannya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, selain untuk mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik, sekaligus juga dapat memberikan arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan untuk perwujudan arsitektur lingkungan setempat agar lebih melengkapi peraturan bangunan yang ada. Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi di daerah perkotaan/urban, maka prioritas penanganan/penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, daerah pusat perdagangan, permukiman campuran, atau pada kawasan yang kondisi geografisnya memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasiannya terhadap lokasi setempat (misal daerah tepian air/water front, perbukitan, dan sebagainya). Pada konteks Kecamatan Cihaurbeuti, pertumbuhannya tidak terlepas dari berbagai potensi yang dimiliki, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam pembangunan pada cakupan wilayah yang lebih luas, mulai dari perdagangan jasa, pariwisata, pertanian lahan basah, peternakan, dan lain-lain. Suatu kota yang baik harus merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegaitan sosial, ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota yang terkendali, suatu produk tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungannya. Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap Persyaratan Tata Bangunan seperti tersirat dalam Undang - Undang No. 28 Tahuan 2002 tentang Bangunan Gedung (pasal 9). RTBL diperlukan sebagai perangkat pengendali pertumbuhan dalam upaya mewujudkan lingkungan perkotaan yang mampu mengakomodasikan mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu. RTBL disusun setelah produk perencanaan tata ruang kota disahkan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah (Perda). Untuk dapat mengendalikan pemanfaatan ruang, suatu rencana tata ruang seyogyanya ditindaklanjuti pula dengan pengaturan di bidang tata bangunan secara memadai melalui Peraturan Bangunan Setempat (PBS). Peraturan Bangunan Setempat yang bersifat khusus yang diperlukan sebagai pengarah perwujudan arsitektur lingkungan perkotaan (urban architecture) terutama pada kawasan atau bagian kota yang tumbuh cepat dan berkembang secara tidak teratur baik dari segi tertib bangunan, I - 1 BAB

Transcript of BAB 1 Antar Cihaur

RTBL KAWASAN CIHAURBEUTI, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN

Latar BelakangSebagai bagian dari lingkungan Kabupaten Ciamis, kawasan di Kecamatan Cihaurbeuti memiliki pertumbuhan fisik yang cepat namun berkembang secara organik atau spontan sehingga perkembangannya kurang tertib, tidak selaras dan serasi dengan lingkungannya, sehingga kawasan tersebut menjadi semerawut (sprawl). Suatu kawasan yang berkembang dengan pola demikian memerlukan pengaturan lebih khusus terutama dari segi tata bangunan dan lingkungannya. Diharapkan melalui upaya penataan dengan disiapkannya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, selain untuk mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik, sekaligus juga dapat memberikan arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan untuk perwujudan arsitektur lingkungan setempat agar lebih melengkapi peraturan bangunan yang ada. Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi di daerah perkotaan/urban, maka prioritas penanganan/penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, daerah pusat perdagangan, permukiman campuran, atau pada kawasan yang kondisi geografisnya memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasiannya terhadap lokasi setempat (misal daerah tepian air/water front, perbukitan, dan sebagainya). Pada konteks Kecamatan Cihaurbeuti, pertumbuhannya tidak terlepas dari berbagai potensi yang dimiliki, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam pembangunan pada cakupan wilayah yang lebih luas, mulai dari perdagangan jasa, pariwisata, pertanian lahan basah, peternakan, dan lain-lain.Suatu kota yang baik harus merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegaitan sosial, ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota yang terkendali, suatu produk tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungannya. Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap Persyaratan Tata Bangunan seperti tersirat dalam Undang - Undang No. 28 Tahuan 2002 tentang Bangunan Gedung (pasal 9).RTBL diperlukan sebagai perangkat pengendali pertumbuhan dalam upaya mewujudkan lingkungan perkotaan yang mampu mengakomodasikan mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu. RTBL disusun setelah produk perencanaan tata ruang kota disahkan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah (Perda). Untuk dapat mengendalikan pemanfaatan ruang, suatu rencana tata ruang seyogyanya ditindaklanjuti pula dengan pengaturan di bidang tata bangunan secara memadai melalui Peraturan Bangunan Setempat (PBS). Peraturan Bangunan Setempat yang bersifat khusus yang diperlukan sebagai pengarah perwujudan arsitektur lingkungan perkotaan (urban architecture) terutama pada kawasan atau bagian kota yang tumbuh cepat dan berkembang secara tidak teratur baik dari segi tertib bangunan, keselamatan bangunan maupun keserasian bangunan terhadap lingkungannya. Peraturan yang bersifat khusus ini disebut juga Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) bersifat melengkapi peraturan bangunan setempat yang telah ada.Dengan mengacu pada rencana tata ruang kota yang berlaku, selanjutnya disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti rencana rinci tata ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan, ragam arsitektural dari bangunan-bangunan sebagai hasil rencana teknis/rancang bangunan (builiding design), terutama pada kawasan/ daerah tertentu yang memiliki karakter khas seperti dimaksud diatas. Dengan arahan tersebut, konsultan perencana kawasan dan bangunan (urban designer dan arsitek) akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat, termasuk didalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.Di dalam proses penyusunannya, suatu RTBL harus memerhatikan dan memenuhi: kepentingan umum atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya setempat, kemampuan daya dukung lahan yang optimal. Karena itu, RTBL harus memuat: Pedoman Rencana Teknik (desain tiga dimensi) Program Tata Bangunan dan Lingkungannya Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunannya (urban/ environmental-builiding design and development guidelines).Mengingat pengembangan kawasan yang ditangani melalui pendekatan perencanaan tata bangunan dan lingkungannya akan menyerap dana yang cukup besar, suatu RTBL harus sudah mencakup progam investasi serta program penanganan administrasinya.Kawasan RTBL adalah bagian dari kawasan perkotaan di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis yang saat ini memiliki fungsi yang sangat strategis dengan berbagai fungsi, yaitu perdagangan dan jasa serta pariwisata yang dinilai mampu untuk berkembang cepat.Isu Pokok Kawasan PerencanaanBeberapa isu permasalahan yang terdapat pada Kawasan RTBL antara lain : Pesatnya perkembangan fungsi perdagangan dan jasa di Kecamatan Cihaurbeuti sebagai hirarki kota III yang merupakan kota penyangga atau dapat dikembangkan sebagai pusat SWP atau pusat Sub SWP. Selain fungsi perdagangan dan jasa, perkembangan Kecamatan Cihaurbeuti dipengaruhi oleh potensi pariwisata. Di sisi lain regulasi untuk pengendalian dan pembangunan pada kawasan yang tumbuh cepat ini belum tersedia. Dorongan untuk berkembang dan exploitasi potensi lokal yang ada tidak terkendali hanya akan berdampak negatif terhadap perkembangan kota dimasa yang akan datang. Seperti kondisi disebagian besar kota-kota di Indonesia, Kecamatan Cihaurbeuti secara umum juga menghadapi masalah-masalah dalam pengendalian pemanfaatan ruang kotanya. Dari beragam fungsi kawasan yang dimiliki oleh Kecamatan Cihaurbeuti, belum semuanya dilengkapi dengan perangkat pengaturan khusus seperti RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan). Kawasan RTBL dalam lingkup Kecamatan Cihaurbeuti memiliki peran yang lebih besar untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya dan mengambil peran-peran yang strategis bagi pengembangan Kabupaten Ciamis secara keseluruhan. Isu P2BMOK dan pengembangan potensi pengembangan rawat inap

Kedudukan dan Pengertian1.3.1. Kedudukan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)Definisi umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan daln lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan/kawasan. Secara ideal RTBL perlu disusun oleh pemerintah daerah setempat. Dalam implementasi di kemudian hari, masih diperlukan pegangan bagi interpretasi bentuk ruang kota atau kawasan dengan besaran bangunan serta lingkungan yang diarapkan, dan pegangan tersebut tertuang alam bentuk rencana, yaitu Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).RTBL dimaksudkan untuk memberikan arahan lingkungan binaan pada kawasan yang dapat memenuhi kepentingan dan aspirasi rakyat, pemanfaatan sumberdaya setempat, dan daya dukung lahan yang optimal, melalui panduan penataan bangunan dan lingkungan, panduan perijinan, serta panduan program investasi. RTBL akan memberikan pegangan nilai estetika ruang pada bentuk rencana bangunan yang diperkenankan dikembangkan pada kawasan tersebut. Diharapkan RTBL ini dapat menjadi pegangan bagi perencana pembangunan atau pengembang (developer) dalam membaca gambaran kebijaksanaan pemerintah daerah terhadap kehendak pengembangan pembangunan pada kawasan tertentu. Dengan demikian pembangunan tersebut nantinya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, baik pembangunan yang dikembangkan pemerintah maupun pembangunan yang diperoleh dari partisipasi non pemerintah (perkantoran, pertokoan, dan fasilitasnya). RTBL ini juga diharapkan dapat mengendalikan cepatnya perkembangan fisik kota akibat pertumbuhan ekonomi kota yang tinggi, sehingga dapat mengembangkan kawasan tanpa merusak potensi kawasan yang sudah ada. RTBL merupakan alat untuk mengendalikan petumbuhan fisik tata bangunan dan lingkungan sejak dini dalam rangka memandu pembangunan. Dengan memberikan arahan secara khusus dan spesifik, RTBL disusun berdasarkan pola penanganan penataan bangunan yang telah dietapkan sebelumnya, dengan cakupan lingkup perencanaan yang lebih mikro.Sebagai sebuah alat pengendali pertumbuhan fisik dengan lingkup yang lebih mikro, RTBL mencakup panduan rencana dan panduan pelaksanaan kegiatan fisik penataan bangunan suatu lingkungan, yang meliputi: Pelaksanaan penataan bangunan pada pembangunan lingkungan yang sudah terbangun, dalam rangka pembangunan parsial/infill peremajaan, pembangunan kembali, revitalisasi atau regenerasi suatu lingkungan; Pelaksanaan penataan bangunan pada lingkungan bangunan yang dilestarikan; Pelaksanaan penataan bangunan pada pembangunan lingkungan baru, potensial berkembang, Lingkungan Siap Bangun (Lisiba), dan Kawasan Siap Bangun (Kasiba). RTBL merupakan salah satu wujud konkret proses menuju arsitektur perkotaan yang memadai, yaitu: layak huni (livable), berjati diri (imageable), dan produktif (enduring).

Gambar 1. 1Struktur Hierarki Peraturan Perundangan tentang Rencana Tata Ruang1.3.1.1. RTBL Sebagai Panduan Perancangan Bangunan dan LingkunganKota merupakan satu kesatuan sistem organisasi, baik yang bersifat sosial, visual maupun fisik yang direncanakan dan dirancang secara terpadu. Dengan demikian perwuudan ruang tidak dapat hanya berpedoman pada panduan yang bersifat dua dimensi (spatial planning), tetapi perlu panduan akan wujud bangunan dan lingkungan yang bersifat tiga dimensi. Perenanaan tata bangunan dan lingkungan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sistem pengelolaan pembangunan perkotaan yang diperlukan sebagai panduan wujd bangunan dan lingkungan serta pengendalian pembangunan. Dengan mengacu pada rencana tata ruang yang ada dan hirarki lebih tinggi, arahan interpretasi wujud ruang kota atau kawasan diberikan dalam bentuk bangunan-bangunan eserta lingkungannya. Rencana yang memberikan panduan tersebut dinaakan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan wujud dari konsep perancangan kota yang ideal sangat dibutuhkan untuk setiap bagian kota berdasarakan hasil dentifikasi pemerintah daerah setempat. Prioritas penanganan terutama dilakukan pada daerah atau pusat-pusat kota yang memiliki pertumbuhan cepat dan memerlukan pengendalian yang tepat, ketat dan khusus seperti pada kawasan pusat kota, kawasan perdagangan atau pada kawasan-kawasan yang membutuhkan perhatian khusus, seperti kawasan preservasi, konservasi, dll.1.3.1.2. RTBL Sebagai Perangkat Pengendalian Penembangan KotaProduk RTBL merupakan serangkaian kebijakan pembangunan fisik yang menyangkut kepentingan publik. Kebijkaan ini merupakan rangakaian yang dirumuskan dari sasarana pembanugnan kota yang ingin dicapai terutama menyangkut kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian dalam penyusunan RTBL tidak hanya aspek estetika kota yang diutamakan, namun bagaimana fungsi ruang atau kawasan berjalan sebagaimana mestinya berdasarakan perangkat pengarah pembangunan yang telah dirumuskan.Melalui RTBL setiap kegiatan pembangunan kota akan diarahkan kepada renacana teknik/rancangan bangunan dan lingkungan yang akan dibangun pada kawasan tertentu. Dengan arahan tersebut, maka pelaku pembangunan akan memiliki pedoman pembangunan fisik yang menyangkut kepentingan umum sekaligus berperan dalam mewujudkan jati diri kawasan yang ingin dicapai yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi yang positif di aspek kehidupan perkotaan.RTBL ditetapkan untuk diberlakukan sebagai salah satu alat pengendali perkembangan kota. Dengan demikian RTBL seyogyanya memiliki dasar hukum yang selaras dan berkesinambungan untuk menunjang peraturan daerah tentang bangunan yang ada atau produk-produk normatif yang diberlakukan untuk kawasan tersebut. Oleh karena itu RTBL harus searah dengan kebijakan-kebijakan pembangunan perkotaan yang telah digariskan dalam rencana tata ruang. Materi RTBL secara berkala wajib dievaluasi kembali. 1.3.2. Pengertian Rencana Tata Bangunan dan LingkunganDalam rangka melandasi pemahaman dalam menyusun rencana tata bangunan dan lingkungan, maka dibutuhkan suatu upaya untuk memperoleh persepsi terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Berdasarkan Peraturan Menteri PU No.06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL, didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan. Unsur-unsur pengertian dasar dari Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut: Bangunan adalah suatu perwujudan fisik yag dibangunan dan digunakan sebagai sarana bagi kegiatan manusia Tata adalah kaidah aturan dan susunana atau sistem Lingkungan adalah daerah atau kawasan degan segala unsur yang termasuk didalamnya Tata Bangunan adalah kaidah aturan dan susunan atau sistem suatu perwujudan fisik erbangn yang digunakan sebagai sarana kegatan manusia Tata Lingkungan adalah kaidah aturan dan susunan atau sistem pada suatu kawasan yag termasuk di dalamnyaRencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah bagian dalam sistem manajemen pembangunan yang berupa panduan wujud bangunan dan lingkungan dalam bentuk tiga dimensi sekaligus sebagai pengendali pengembangan suatu kawasan. Dalam rangka mewujudkan ruang kawasan dibutuhkan rencana yang serasi dan tidak hanya didasari oleh rencana yang bersifat dua dimensi (RTRW dan RDTR), namun dibutuhkan arahan yang lebih detail dan spesifik yang dapat memberikan arahan kualitas wujud kawasan perencanaan ke dalam matra tiga dimensi menurut kaidah-kaidah perancangan.RTBL akan menjadi pegangan dalam memberikan nilai estetiak pada bentuk rencana bangunan yang diperkenankan, dikembangkan pada suatu kawasan. Dengan adanya RTBL, setiap pihak yang berkepentingan (stakeholder) dapat mengetahui kebijakn pemerintah daerah terhadap pengembangan dan pembangunan yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selain sebagai acuan, RTBL merpakan acuan dala mengendalikan perkembangan fisik kota, sehingga dapat mengembangkan potensi yang ada tanpa merusak potensi kawasan kota yang sudah ada.Maksud, Tujuan, Fungsi dan ManfaatMaksud pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis adalah sebagai upaya untuk memberikan bantuan teknis kepada Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam bentuk: Masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi Pemerintah Daerah dalam penanganan tata bangunan dan lingkungan kawasan tertentu. Masukan teknis bagi Pemerintah Daerah dalam bentuk rincian pengendalian perwujudan bangunan dan lingkungan pada kawasan tertentu. Masukan teknis bagi Pemerintah Daerah dalam mengarahkan peran serta seluruh pelaku pembangunan (pemerintah, swasta, masyarakat lokal, investor) dalam mewujudkan lingkungan yang dikehendaki.Tujuan pekerjaan terdiri dari dua hal pokok yaitu : Menyediakan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada kawasan tertentu sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan, bersama masyarakat dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya Menyediakan suatu Program Investasi pembangunan sebagai acuan implementasi dari rencana dan rancangan yang telah disusun, dengan menyertakan masyarakat sekitar sebagai bagian integral dari upaya pembangunan di lingkungan/ kawasan yang dimaksud.Berdasarkan tujuannya, sasaran pekerjaan yang harus dicapai dalam akhir pekerjaan ini mencakup 2 (dua) sasaran utama: Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk Kawasan RTBL sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan, bersama masyarakat dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya. Tersusunnya Program Investasi Pembangunan Kawasan RTBL sebagai bagian upaya peningkatan kualitas permukiman dengan menyertakan masyarakat sebagai bagian integral dari upaya pembangunan di lingkungan/kawasan.Ruang Lingkup1.5.1 Lingkup WilayahSecara umum, lokasi Kawasan RTBL di Kecamatan Cihaurbeuti adalah kawasan yang memiliki karakteristik perkotan dengan perkembangan fisik banguana dan lingkungan realitf pesat disertai dengan iindikasi kompleksitas permasalahan yang tinggi sehingga memerlukan penataan dan pengaturan tata bangunan dan lingkungan. Kawasan ini memiliki luasan 30 60 Ha.1.5.2 Lingkup KegiatanLingkup kegiatan merupakan tahapan yang harus dilakukan dalam proses penyusunan RTBL Kawasan kecamatatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, antara lain: A. Pengumpulan data, mengumpulkan data kuantitatif dan kualitaif dari sumber data primer maupun sekunder sebagai bahan analisis. Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pendataan ini akan diperoleh identifikasi kawasan dari segi fisik, sosial, budaya, dan ekonomi, serta identifikasi atas kondisi di wilayah sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan perencanaan. Data tersebut meliputi: peta (peta regional, peta kota, dan peta kawasan perencanaan, foto-foto (foto udara/citra satelit dan foto-foto kondisi kawasan perencanaan, peraturan dan rencana-rencana terkait; sejarah dan signifikansi historis kawasan, kondisi sosial-budaya, kependudukan, pertumbuhan ekonomi, kondisi fisik dan lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan fasilitas, dan data lain yang relevan.B. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan, melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai dasar penyusunan RTBL. Analisis dilakukan secara berjenjang dari tingkat kota; tingkat wilayah sekitar kawasan; sampai pada tingkat kawasan, dengan komponen analisis seperti: sosial kependudukan, prospek pertumbuhan ekonomi, daya dukung fisik dan lingkungan, aspek legal konsolidasi lahan, daya dukung prasarana dan fasilitas, kajian aspek historis. Dari hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas permasalahan yang telah diidentifikasikan pada tahap pendataanC. Perumusan Potensi dan Masalah, Berdasarkan analisa di lapangan perlu dirumuskan potensi dan masalah yang pemecahannya dapat didekati dengan SWOT untuk penyusunan RTBL.D. Merumuskan materi pokok Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sekurang-kurangnya terdiri dari :a. Program Bangunan dan Lingkungan Program bangunan dan lingkungan harus mempertimbangkan faktor kelayakan baik dari segi ekonomi, sosial daan budaya. Program ditetapkan setelah mempertimbangkan konsep keseragaman kawasan (diversity), seperti keseimbangan pengembangan fungsi perumahan, niaga / usaha, rekreasi dan budaya dan upaya-upaya pelestarian. Program merupakan penjabaran peruntukan lahan yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu tertentu, baik yang menyangkut jenis,jumlah, besaran dan luasan bangunan. Termasuk di dalam program adalah penetapan fungsi-fungsi bangunan (peruntukan lahan mikro), kebutuhan ruang terbuka, fasilitas umum, dan fasilitas sosial.b. Program Investasi Program investasi bersifat jangka menengah (5 tahun), mengindikasikan investasi untuk macam-macam kegiatan yang konsisten dengan program bangunan dan lingkungan, meliputi tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan usulan sumber pendanaannya. Program investasi yang disusun tidak hanya meliputi investasi pembangunan yang akan dibiayai oleh pemerintah dari berbagai sektor, daerah dan pusat, tetapi terutama dari yang akan dapat dibiayai oleh dunia usaha dan masyarakat.i. Rencana Umum (design plan) Rencana Peruntukan lahan mikro Rencana perpetakan Rencana tapak Rencana sistem pergerakan Rencana prasarana /sarana lingkungan Rencana aksesbilitas lingkungan Rencana wujud lingkunganii. Rencana Detail (design-guidelines) Bersifat panduan rencana teknik tata bangunan yang lebih memperjelas pencapaian kualitas minimal visual dan lingkungan yang responsif. Lebih rinci menjelaskan arahan bentuk, dimensi, gubahan, perletakan dan lain-lain dari suatu bangunan, komponen bangunan, ruang terbuka, sarana-prasarana bangunan dan lingkungan sampai dengan materi seperti faade, perletakan dan signage, pedestrian dan lain-lain.iii. Administrasi Pengendalian Program dan Rencana (administration guidelines)c. Arahan Pengendalian pelaksanaan Rumusan arahan substansi teknis kelanjutan dari rencana dan program sebagai masukan teknis bagi peraturan daerah tentang bangunan pada lingkungan tertentu, yang pengembangan lingkungannya telah mengacu kepada RTBL yang disusun Arahan bersifat lokal sesuai dengan batasan lingkungan yang dikendalikan, aturan yang bersifat performance-based sebagai bagian yang tak terpisahkan dari RTBL Merupakan ketentuan umum penatalaksanaan atau manajemen pelaksanaannya.Pendekatan dan MetodologiDalam proses pelaksanaan pekerjaan, terdapat berbagai kegiatan yang memerlukan penanganan berbeda, sesuai dengan karakteristik kegiatan dan sasaran antara (milestone) yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Pendekatan umum yang akan digunakan dalam penanganan pekerjaan ini dikelompokkan kedalam karakteristik kebutuhan penanganan kegiatan, yaitu: Pendekatan terhadap kegiatan pengumpulan data dan informasi Pendekatan terhadap kegiatan identifikasi dan kajian materi & permasalahan Pendekatan terhadap kegiatan perumusan konsep dan penyusunan rencana teknik ruangPendekatan yang digunakan untuk masing-masing karakteristik pekerjaan tersebut akan dijelaskan pada bagian sub-bab berikut ini:1.6.1 Pendekatan1.6.1.1 Pendekatan EksploratifPendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus. Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data & informasi maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna perumusan konsep penanganan.1) Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data & InformasiDalam proses pengumpulan data & informasi, pendekatan eksploratif digunakan mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga eksplorasi data & informasi di lokasi studi yang dilakukan. Sifat pendekatan eksploratif yang menerus akan memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir. Pendekatan eksploratif juga memungkinkan proses pengumpulan data yang memanfaatkan sumber informasi secara luas, tidak terbatas pada ahli yang sudah berpengalaman dalam bidangnya ataupun stakeholder yang terkait dan terkena imbas secara langsung dari kegiatan terkait, namun juga dari berbagai literatur baik dalam bentuk buku maupun tulisan singkat yang memuat teori atau model penanganan kawasan perkotaan, penanganan lahan perkotaan, dan studi kasus penerapan kebijakan pengembangan kawasan perkotaan yang telah dilakukan. Dalam pendekatan eksploratif ini sangat memungkinkan diperoleh informasi-informasi tambahan yang tidak diduga sebelumnya atau yang tidak pernah dikemukakan dalam teori-teori yang ada. Informasi yang didapat dengan pendekatan ini bisa bersifat situasional dan berdasarkan pengalaman sumber. 2) Eksplorasi dalam Proses Analisa dan EvaluasiEksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi dilakukan guna mengelaborasi pokok permasalahan serta konsep-konsep penanganan dan pengembangan kawasan perkotaan yang ada berikut dukungan regulasi dan kebijakan. Eksplorasi perlu mengaitkan konsep-konsep teoritis dengan kondisi dan karakteristik permasalahan melalui pendalaman pemahaman terhadap lokasi pekerjaan..Proses eksplorasi ini akan mengkerucut pada suatu bentuk pendekatan yang konfirmatif dalam menilai keseusaian suatu pola penanganan lahan industri serta kebutuhan rumusan kebijakan yang dapat mengintervensi permasalahan agar pola penanganan terpilih dapat diimplementasikan dan mencapai hasil yang optimal.

1.6.1.2 Pendekatan Studi Dokumenter Dalam Identifikasi dan Kajian Materi PekerjaanPekerjaan ini memiliki kecenderungan sifat studi yang memerlukan dukungan kegiatan kajian, baik terhadap literatur berupa tulisan, jurnal, dan hasil studi terkait, hingga berbagai jenis regulasi dan kebijakan yang terkait dengan upaya pengembangan kawasan khususnya dalam konsep kawasan perkotaan. Untuk itu, diperlukan model pendekatan studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi berbagai dokumen terkait dengan materi pekerjaan. Studi dokumenter memiliki ciri pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-data sekunder seperti: peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait laporan perencanaan pengembangan kawasan perkotaan pada wilayah lain (best practice) Teori maupun konsep-konsep pengembangan kawasan perkotaan, termasuk dalam aspek pendukungnya seperti kelembagaan, pengelolaan kawasan, serta aspek pembiayaan.1.6.1.3 Pendekatan Preskriptif Dalam Perumusan Konsep Pengembangan PerkotaanPendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis pendekatan yang bersifat kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis untuk menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat dalam mendukung suatu strategi penanganan ataupun kebijakan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai suatu rencana alternatif kebijakan untuk kemudian mengeluarkan rekomendasi yang tepat berkaitan dengan kemungkinan implementasi kebijakan dan program-programnya di masa yang akan datang. Dengan penggunaan pendekatan preskriptif ini, diharapkan studi tidak hanya terfokus pada analisa kondisi eksisting, namun juga dapat memperhatikan potensi implikasi pemanfaatan suatu konsepsi penanganan atau kebijakan. 1.6.1.4 Pendekatan Perencanaan1.6.1.4.1 Pendekatan Perencanaan Inkremental - Strategis dan Strategis Proaktif dalam Penyusunan RTBL Kawasan Perkotaana. Pendekatan Incremental - StrategisRencana teknis penataan kawasan perkotan merupakan bagian dari penataan ruang kota, yang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan kota dalam aspek keruangan. Rencana rinci penataan kawasan tersebut memuat serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencapai maksud dan tujuan pembangunan ruang kota, yaitu membentuk wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang kota yang efektif dan efesien. Suatu produk Rencana Teknis penataan kawasan perkotaan yang baik harus operasional, oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan yang ditetapkan harus realistis, demikian pula dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan perencanaan yang realistis adalah: Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota. Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota. Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses pembangunan. Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata. Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan kota. Mengenali aturan main yang berlaku dalam proses pembangunan kota.Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RTBL Kawasan Cihaurbeuti adalah Pendekatan Incremental yang lebih bersifat strategis, dimana sebagian besar kondisi-kondisi awal (pra-kondisi) dari suatu persoalan pembangunan tidak diperhatikan atau diluar kontrol. Adapun karakteristik pendekatan ini antara lain: Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata. Bersifat jangka pendek dan menengah Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategis Mempertimbangkan eksternalitas Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat finalMetoda SWOT merupakan contoh penjabaran dari pendekatan yang bersifat incremental-strategis.b. Pendekatan Strategis-ProaktifPendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari pendekatan incremental-strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis proaktif adalah : Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan pembangunan, tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan dan penyelesaian masalah, yang kemudian dijabarkan pada program-program pembangunan dan alokasi pembiayaan pembangunan. Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun eksternal, dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal sangat kuat dalam membentuk pola tata ruang kawasan yang terjadi. Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang akan datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru, faktor-faktor ketidakpastian, serta kejutan-kejutan lain yang terjadi diluar perkiraan semula. Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan memberikan satu acuan arah-arah pembangunan kawasan. Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action)c. Pencampuran Kedua Pendekatan dalam Pelaksanaan PekerjaanKedua jenis pendekatan ini dapat digunakan dalam pekerjaan ini. Perbedaan penggunaannya hanya terdapat pada kesesuaian sifat pendekatan dengan karakteristik kegiatan yang sedang dilakukan. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut: Dalam perumusan konsepsi dan penyusunan rencana struktur, maka pendekatan incremental-strategis perlu dikedepankan untuk dapat menghasilkan suatu konsepsi pengembangan yang sifatnya cenderung utopis, namun hal ini memang disesuaikan dengan kebutuhan perumusan visi-misi dan tujuan pengembangan kawasan yang memiliki kecenderungan untuk mencapai suatu kondisi yang paling ideal, setidaknya sebagai sebuah target jangka panjang yang perlu diwujudkan Dalam penyusunan rencana pembangunan, program pentahapan, dan aspek pendukung lainnya, perlu dikedepankan pendekatan strategis-proaktif untuk dapat menghasilkan suatu produk dokumen rencana yang realistis dan dapat diimplementasikan sesuai tahapan pelaksanaannya.1.6.1.4.2 Pendekatan Teknis Perencanaan Pendekatan perencanaan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah pendekatan dari segi pemanfaatan daya dukung lahan yang didasarkan pada hubungan antara fungsi-fungsi yang akan dikembangkan. Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan ini adalah mendapatkan hasil rancangan yang dapat mencerminkan pola interaksi antara zona-zona fungsi yang beragam dan jelas dirasakan oleh pemakainya.

A. Aspek-Aspek yang menjadi Dasar dalam Perancangan Dibawah ini merupakan aspek-aspek yang dijadikan dasar dalam perencanaan RTBL Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti adalah:Dari segi fungsi; Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti harus dapat memenuhi tuntutan fungsi kawasan sebagai : Tempat berkumpulnya kelompok manusia (penghuni) dalam rentang waktu yang cukup lama Tempat untuk pengembangan perilaku sosial kemasyarakatan/kehidupan manusia yang melakukan interaksi sosial, budaya maupun ekonomi secara optimal Dapat memberi nilai positif terhadap lingkungan sekitarnya dan umumnya terhadap Kota CiamisDari bentuk rancangan tapak, Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti harus dapat : Mencerminkan fasilitas umum yang efisien dan terencana Sesuai dengan fungsi kegiatan yang dilakukan Mencerminkan kesederhanaan, efisien tanpa mengurangi citra estetisDari segi ekonomi, pembangunan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti harus dapat dilakukan secara bertahap, ekonomis, serta hasil akhirnya dapat dinikmati masyarakat pengguna dengan harga terjangkauDari segi waktu, perencanaan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti harus memungkinkan fleksibilitas, baik perluasan, perubahan fungsi maupun variasi penggunaan sesuai dengan kondisi waktu.Dari segi teknologi, aplikasi perencanaan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti dalam pembangunannya harus memungkinkan penggunaan teknologi maju dalam rancang bangun, tetapi juga harus dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana atau yang sudah ada.B. Kriteria Perencanaan Bangunan Pada dasarnya kriteria perencanaan bangunan yang diterapkan dalam perencanaan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti ini meliputi dua sistem, yaitu :a. Sistem lingkunganMerupakan kriteria perencanaan yang berkaitan dengan segi fisik material dalam bentuk wujud tata letak ataupun fisik bangunan. Pada sistem ini mencakuip : konteks fisik ; klimatologis, geologis, topografis, landuse, bentuk bangunan, pola sirkulasi dan peraturan-peraturan pemerintah maupun daerah yang terkait

konteks kebudayaan ; tradisi, cara hidup, hubungan sosial, politik, ekonomi, religi, ilmu pengetahuan, keindahan (estetis) dan teknologi.b. Sistem manusiaMerupakan kriteria perencanaan yang berhubungan dengan segi non fisik, yang merupakan pendekatan dari segi tingkah laku (behavior approach) manusia sebagai pemakai dari wujud fisik bangunan.Pada sistem ini tercakup : Beberapa aktifitas organis: lapar, haus, belanja, interaksi sosial Tata ruang : fungsional, teritorial Perletakan dan lokasi : statis dan dinamis Sosial : privacy dan public Sensor : penglihatan, perasaan, pendengaran, panas, dingin, keindahan dan keseimbanganKedua sistem tersebut berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan harus dapat diintegrasikan dalam desain bentuk bangunan yang direncanakan di dalam Kawasan Cihaurbeuti.C. Konsep Perancangan Konsep dasar perancangan didasarkan pada perilaku/aktifitas kehidupan sehari-hari yang merupakan konsep utama dalam pendekatan perancangan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti. Pendekatan terhadap konsep penunjang (konsep ramah lingkungan) menjadi alat bantu dalam mendesain secara konkrit.Sasaran utama yang akan dicapai dengan konsep-konsep ini adalah menciptakan suasana lingkungan perkotaan yang nyaman, rapi, aman, terjangkau oleh konsumen pengguna dan tetap peduli terhadap lingkungan.Sasaran lainnya adalah menciptakan suasana Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti ini dalam dimensi yang lebih modern, desain bentuk tipikal bangunan rumah tinggal yang efisien dan efektif serta lingkungan perumahan yang dirancang secara terpadu akan menjadi dinamika Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti ini tanpa meninggalkan sifat kekhasannya, yaitu kesederhanaan.

1.6.2 MetodologiPendekatan dan metodologi yang akan digunakan pada dasarnya mencakup tiga tahapan pengerjaan yang meliputi Tahap Persiapan, Tahap Identifikasi dan Analisis, Tahap Perumusan Rencana, dan Tahap Finalisasi. Keempat tahapan tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan dan membentuk suatu sistematika pemikiran yang sebagaimana digambarkan pada Gambar berikut.1.6.2.1 Tahap PersiapanTahap Persiapan merupakan tahapan yang mengawali pelaksanaan pekerjaan dengan targetan yang ingin dicapai : Tersepakatinya metoda dan rencana kerja Tersusunnya Rencana pelaksanaan survai Terpahaminya gambaran awal permasalahan dan kebutuhan (sintesa & hipotesa) Terumuskannya deliniasi awal kawasan perencanaanKegiatan persiapan ini terbagi 3 (tiga) bagian yaitu : (i) persiapan dasar, (ii) desk studi, dan (iii) survai pendahuluan. a. Persiapan dasar, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertajam serta mendudukan rencana serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang riil akan dilaksanakan. Kegiatan persiapan dasar ini lebih ditekankan pada koordinasi intern dengan pemberi kerja untuk memperoleh kesepakatan mengenai metoda dan rencana kerja yang akan dilaksanakan.b. Desk Studi, dilakukan untuk mempertajam pemahaman tentang diagnosa awal potensi permasalahan pengembangan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti. c. Survai Pendahuluan (Preliminary Survai), merupakan kegiatan peninjauan lokasi Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti yang ditekankan pada: orientasi awal wilayah perencanaan, dan memperoleh gambaran isu permasalahan, hipotesa dan sintesa awal serta deliniasi awal wilayah perencanaan. Secara keseluruhan, metoda yang digunakan pada tahap ini adalah: desk study book review, stakeholders approach dan visualisasi lapangan dengan keseluruhan kegiatan berupa: 1. Me-mobilisasi tenaga-tenaga ahli yang dilibatkan dan penyiapan perangkat-perangkat pekerjaan yang mendukung, seperti: perangkat komputer dan perangkat kantor. 2. Pada bagian ini juga menguraikan isu-isu mengenai Kebijakan Pembangunan Kecamatan Cihaurbeuti, khususnya terkait dengan pengembangan wilayah dan perkembangan industri, baik isu yang menguatkan dan isu yang bersifat melemahkan perencanaan kawasan dan juga identifikasi permasalahan kawasan. 3. Isu dan permasalahan diperoleh dengan metode kajian dan review literatur terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ciamis serta kebijakan-kebijakan sektoral. 4. Mengkaji dan me-review literatur-literatur tersebut dilakukan dengan bersama-sama oleh semua anggota tim dengan metode desk study dan stake holder approach untuk mencapai kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan perencanaan. 5. Selain itu, penyamaan persepsi juga dilakukan untuk desain pengerjaan; jadual pengerjaan; metodologi; deliniasi dan luas kawasan; dan sistematika pengerjaan.6. Survai pendahuluan dilakukan dalam upaya untuk memperoleh gambaran awal serta orientasi kawasan perencanaan melalui metoda visualisasi lapangan (bersifat over view saja, bukan observasi lapangan yang lebih mendalam). Hasil dari kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan ini kemudian dituangkan ke dalam design survai yang akan digunakan dalam survey lapangan pada tahap selanjutnya. .1.6.2.2 Tahap Identifikasi dan AnalisisTahapan ini merupakan rangkaian kegiatan survai lapangan , kompilasi dan analisis yang akan dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari tahapan sebelumnya. Targetan yang ingin dicapai pada tahap ini antara lain : Penajaman gambaran permasalahan Tersepakatinya Wilayah Perencanaan Tersedianya format data sesuai dgn kebutuhan analisa Diperolehnya data serta informasi yang dibutuhkan Tersepakatinya akurasi dan kesahihan data Tersedianya formulasi kebutuhan serta proyeksi penanganan untuk masa yang akan datang Terumuskannya potensi, masalah, peluang dan kendala pengembangan Teridentifikasinya prediksi pengembangan dan permasalahan Tahap ini diawali dengan kegiatan pengumpulan data dan survai yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran nyata kondisi wilayah perencanaan, sehingga diharapkan rencana yang dihasilkan nantinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan. Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam survai ini dibagi atas dua kelompok besar, yaitu Pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer.A. Pengumpulan DataDari hasil telaah awal, konsultan mengidentifikasi kebutuhan data perencanaan ini seperti dalam tabel berikut. Kebutuhan data tersebut tidak terpaku pada jenis data yang tertera pada tabel tersebut setelah melakukan survai dan kajian awal wilayah perencanaan maka desain kebutuhan data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi sesuai kebutuhan dan karakteristik spesifik wilayah perencanaan.

Tabel 1. 1Identifikasi Kebutuhan Data dalam Penyusunan RTBL Kaw. Kec. CihaurbeutiNo.Klasifikasi DataData yang dibutuhkanJenis SurvaiSkala data

PrimerSekunderKab.Kec

Pengamatan LapanganWawancara/ kuesioner

1Fisik Dsar, Sumber daya alam dan LingkunganTopografi

Geologi

Jenis tanah

Kemiringan lahan

Hidrogeologi

Hidrologi

2Kependudukan (trend perkembangan & proyeksi penduduk) Jumlah penduduk

Sebaran penduduk

Komposisi penduduk

Mata pencaharian

Pendapatan

Pertumbuhan penduduk

Kepadatan

Pola pergerakan

3Sosial budayaKondisi sosial dan budaya

Pola Partisipasi

4Kemampuan tumbuh & berkembang dalam skala regionalKecenderungan perkembangan kota

Kebijaksanaan terkait

Fungsi dan peran kota

Sektor unggulan wilayah sekitar

Sistem regional

5Struktur dan pola pemanfaatan ruangGuna lahan / land use

Kecenderungan perkembangan guna lahan

6Kegiatan perekonomian kabupatenJenis aktivitas perekonomian

Lokasi kegiatan ekonomi

Sektor unggulan

Sektor prioritas

PDRB

Kecenderungan pola aktivitas

Kondisi pasar

Skala pelayanan ekonomi yang ada

7TransportasiData Jaringan jalan

Titik konflik

Jumlah & sebaran Terminal

Data angkutan umum

Data Kereta Api/ Stasiun

Volume kendaraan

Permasalahan transportasi

8Fasilitas Umum & socialFasilitas peribadatan

Fasilitas pendidikan

Fasilitas kesehatan

Fasilitas perekonomian

Fasilitas OR & taman

Sarana pos & telekomunikasi

9UtilitasData Air bersih

Data Air Limbah

Data Persampahan

Data Drainase

Data jaringan listrik

Data jaringan telepon

10PertanahanStatus tanah

Kepemilikan tanah

Data ijin lokasi

11Kelembaagan Stakeholder terkait

Pola kelembagaan

Permasalahan

12Hukum dan peraturan PembangunanPeraturan terkait

13Mekanisme administrasi management pembangunanSistem perijinan

14Pembiayaan pembangunanPola pembiayaan

Sumber pembiayaan

15Kebijaksanaan terkaitRencana tata ruang kota yang telah ada

Kebijaksanaan regional terkait

16Data kepustakaanPembiayaan pembangunan dan anggaran pembangunan

Standar kebutuhan ruang

Pola kemitraan & kerjasama pembangunan

Pola manajemen pertanahan

Paket-paket insentif dan disinsentif

a. Pengumpulan data sekunder (survey instansional)Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait. Di samping pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi dengan pihak instansi mengenai permasalahan-permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang sedang dan akan dilakukan terkait pengembangan kawasan perkotaan.b. Observasi Lapangan Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan, dan metode penyebaran kuesioner atau wawancara. Penetuan penggunaan kedua metode ini dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Namun demikian ketiganya diharapkan dapat saling menunjang pengumpulan informasi dan fakta yang diinginkan. Survai primer yang akan dilakukan terdiri dari 4 tipe survai, yaitu :1. Survai land use dan bangunanSurvai yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna lahan eksisting serta bangunan penting yang ada di wilayah perencanaan. Data-data yang diperoleh dari survai ini digunakan untuk menganalisis struktur ruang eksisting dan kemudian menetapkan struktur tata ruang dan penggunaan lahan pada tahun yang direncanakan. 2. Survai infrastrukturSurvai ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dengan cara pengamatan lapangan guna menangkap/ menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik. Disamping itu survai ini dilakukan untuk memperoleh masukan dari para stakeholders terkait mengenai permasalahan dan kondisi infrastruktur kota yang bersangkutan. Masukan tersebut dapat diperoleh melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.3. Survai TransportasiSurvai ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai transportasi kota dengan bentuk survai yang dilakukan adalah berupa pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan dan sistem transportasi sehingga dapat menangkap/ menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik4. Survai Pelaku ekonomiData dan informasi yang ingin didapat dari kegiatan survai ini adalah data pelaku, lokasi, kecenderungan dan potensi pasar, rencana, permasalahan dan keinginan para pelaku tersebut. Pengumpulan data pelaku ekonomi dilakukan dengan cara :

Pengamatan lapangan untuk mengamati pola penyebaran dan jenis intensitas kegiatan ekonomi tersebut Wawancara/kuesioner terhadap pelaku aktivitasSelain survai tersebut diatas, akan diakukan pula survai-survai berikut : 1. Survai Sosial Kependudukan (survai rumah tangga)Pengumpulan data mengenai sosial kependudukan dilakukan dengan survai primer dan sekunder, dengan materi yang dikumpulkan adalah data penduduk dan distribusinya, struktur penduduk, serta sosial kemasyarakatan. Untuk pengumpulan data yang bersumber langsung dari masyarakat akan digunakan wawancara semi-terstruktur. Data yang akan dikumpulkan meliputi jenis data: Data fakta, yaitu data faktual berupa data demografis dan data status lainnya yang melekat pada masyarakat, baik secara individual maupun kolektif; Data sikap, yaitu data mengenai sikap preferensi masyarakat terhadap kondisi dan aspek pelayanan perkotaan, suasana lingkungan, kebijaksanaan yang berlaku dan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan, dengan berbagai nilai, seperti suka atau tidak suka, serta puas atau tidak puas; Data pendapat, yaitu data mengenai pendapat masyarakat terhadap persoalan yang ada pada sistem lingkungan perkotaan. Pernyataan dari masyarakat mengungkapkan ide serta gagasan masyarakat. Data perilaku, yaitu data mengenai perilaku dan tindakan yang dilakukan masyarakat secara individu terhadap suatu hal.Dalam teknik wawancara akan menggunakan cara : Teknik wawancara langsung pada tempat alamat responden Teknik wawancara pada tempat kegiatan masyarakat seperti kampus, jalan, tempat-tempat umum Teknik seminar dengan mengundang responden yang kompetenMasing-masing teknik di atas akan dipergunakan sesuai dengan karakteristik responden, efektivitas dan relevansinya dengan variabel pertanyaan.Seperti telah dipaparkan pada tabel F.2, data-data yang dibutuhkan dapat dikelompokan menjadi : Data biofisik adalah lebih bersifat pada keadaan sumberdaya alamnya yang antara lain: Letak dan luas wilayah dan kawasan Topografi dan kemiringan lereng Geologi, tanah dan geomorfologi Data iklim, yang meliputi data curah hujan, kelembaban, temperatur udara dan jumlah bulan basah/kering (time series : minimal 10 tahun terakhir). Data hidrologi. Keadaan penutupan lahan (hutan, perkebunan, belukar, alang-alang dan lain-lain). Keadaan lahan kritis dan penyebarannya Penggunaan Lahan Kondisi liputan lahan Data lainnya yang diperlukan (banjir, kekeringan, intensifikasi pertanian, perkebunan, industri dan sebagainya).Teknik Pengumpulan Data Bio-Fisik: Pengumpulan data bio-fisik dilaksanakan dengan mewawancarai/ mencatat informasi yang tersedia pada instansi/dinas yang berkompetan atau langsung di stasiun-stasiun yang bersangkutan atau dengan menganalisa/interpretasi peta atau citra/foto udara yang tersedia. Data iklim dapat diperoleh dari instansi/stasiun iklim yang ada di wilayah DAS yang bersangkutan atau stasiun terdekat. Data iklim yang dikumpulkan sedapat mungkin selama jangka waktu sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data hidrologi dan prasarana pengairan diperoleh dari Instansi/Dinas Kimpraswil setempat atau instansi lain. Data Sosial ekonomi yang diperlukan antara lain: Kependudukan (jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan) Ekonomi dan wisata Luas dan Pemilikan lahan Kelembagaan/organisasi masyarakat Sarana/prasarana penyuluhan dibidang pertanian/kehutanan Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana perekonomian lainnyaTeknik pengumpulan data sosial ekonomi: Data dan informasi keadaan sosial-ekonomi penduduk dapat berupa data primer maupun data sekunder (statistik). Data primer diperoleh dengan cara sampling terhadap pengusaha industri, buruh dan pelaku industri lainnya yang terkait dengan Kawasan perkotaan Belakang Panjang. Data sosial ekonomi diperoleh dari instansi/dinas yang terkait sampai pada tingkat kabupaten. Data ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi penduduk di dalam kawasan perencanaan.B. Tabulasi dan Kompilasi DataSetelah data-data diperoleh, kemudian dilakukan akurasi atau kesahihan data melalui metode pengujian-pengujian statistika dan tahun pembuatan data untuk mengetahui apakah data-data tersebut sesuai dengan kondisi kawasan sebenarnya.Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan data dan survai kemudian dikompilasikan. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan mengsistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan mempermudah pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu analisis. Penyusunan data itu sendiri akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data dan informasi mengenai kondisi regional (kondisi makro) dan bagian kedua adalah data dan informasi mengenai kondisi lokal kawasan perkotaan Cihaurbeuti sendiri (kondisi mikro).Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti : data fisik dan penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak duplikasi Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal sehingga tercipta form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta tematik dll Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel isian dan peta isian tematik Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian, prosentase dsb baik bagi data primer maupun sekunderSetelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian dan menuangkan informasi kedalam analisis konsep-konsep pengembangan kawasan mikro dan makro. Termasuk dalam laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program setiap aspek.C. AnalsisKelanjutan dari proses kompilasi dan tabulasi adalah proses analisis. Ada empat hal utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu :1. Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang;2. Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderungan sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan, terutama pengaruh tumbuhnya fungsi baru khususnya pada pelayanan kabupaten;3. Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan ketergantungan antar sub sistem atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau fungsi baru itu berkembang, serta perhitungan ruang dalam kawasan sebagai akibat perkembangan di masa depan;4. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan daerah yaitu menilai kondisi keuangan Daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan pembangunan, personalia, baik pada saat sekarang maupun yang diperlukan di masa depan.Kegiatan analisis ini, secara substansi terbagi menjadi dua yaitu : analisis internal dan analisis eksternal. Analisis Eksternal menyangkut analisis terhadap kedudukan kawasan dalam konstelasi makro dikaitkan dengan kebijakan pembangunan Kecamatan Cihaurbeuti, baik kebijakan spasial (RTRW) maupun kebijakan sektoral serta analisis terhadap kedudukan kawasan dalam konteks keruangan makro, yaitu menyangkut aksesibilitas eksternal kawasan dan dukungan infrastruktur terhadap kawasan perkotaan Cihaurbeuti. Analisis internal tapak terkait dengan kondisi eksisting dari kawasan perencanaan. Analisis internal selalu menjadi aspek yang penting dalam proses perancangan sebuah tapak. Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan makro iklim, berbagai ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi permukaan, vegetasi dan kondisi bawah tanah permukaan. Semua pertimbangan ini menuntut analisis dan penelitian yang ekstensif dan mendetail untuk menghasilkan data-data yang akurat. Bagian ini membahas berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut di atas.

a. Analisis TopografiPada permukaan tapak, topografi merupakan salahsatu faktor yang penting yang harus direncanakan. Lapisan geologi yang mendasari dan proses erosi alamiah yang berjalan lambat mengakibatkan perbedaan kelandaian permukaan, lembah-lembah, pegunungan dan perbukitannya. Ciri-ciri topografis ini sangat berpengaruh di dalam menentukan suatu rencana tapak, karena akan menentukan karakteristik kawasan lahan yang ada.Penempatan bangunan pada tapak dalam kawasan perkotaan Cihaurbeutidan kaitannya terhadap bangunan lain sangat penting. Rencana perletakan bangunan ini disesuaikan dengan kondisi topografi untuk menciptakan keserasian, sehingga masalah drainase dapat diperkecil dan efisiensi fungsional bangunan ditingkatkan. b. Analisis Klimatologi Faktor klimatologi (matahari, angin, suhu dan pemandangan) merupakan pertimbangan mendasar dalam menentukan pola atau tata letak bangunan. Melihat letak geografis Belakang Panjang, faktor klimatologi terutama suhu udara yang relatif sejuk memberi masukan penting dalam menentukan karakter bangunan. Bukaan (exposure) bangunan terhadap suhu udara yang panas dan sinar matahari harus diantisipasi oleh desain bangunan, tata letak massa bangunan serta pola vegetasi untuk meredam panas dan memaksimalkan aliran udara ke dalam bangunan ataupun tapak.c. Analisis HidrologisAnalisis hidrologis di kawasan perencanaan sangat penting dan erat kaitannya dalam menentukan karakter dan pola drainase yang direncanakan. Analisis hidrologis yang tepat diperlukan untuk merencanakan sistem drainase yang baik dan tepat guna menghindari biaya konstruksi yang mahald. Analisis AksesibilitasAksesibilitas di dalam kawasan memberi pengaruh besar terhadap pembagian blok (cluster) dan tata letak bangunan. Sedangkan penentuan alur aksesibilitas ini dijabarkan dalam wujud pola jalan. Di dalam tapak telah terdapat rencana jalan umum yang akan menghubungkan kawasan ke dan dari luar tapak. Dari rencana jalan ini tampaknya akan menjadi titik tolak penentuan entry point ke dalam kawasan. Bentuk tapak yang ada dan kondisi alamiah tapaknya memberikan satu alternatif dalam penentuan entrance ke dalam tapak. e. Analisis Pola VegetasiPola vegetasi yang ada akan mempengaruhi karakter tapak yang akan direncanakan. Jenis pohon/tanaman akan mencerminkan pula jenis tanah permukaan yang ada. Pola vegetasi ini selanjutnya akan berperan pula dalam perencanaan ruang terbuka dan tata hijau kawasan. f. Analisis Estetika/View Sumberdaya estetika tapak yang ada dalam kawasan perencanaan memberi andil dalam mengolah bentuk ataupun tata letak bangunan di dalamnya untuk memaksimalkan daya tarik visual yang akan direncanakan. Sumberdaya yang ada ini diakibatkan oleh keragaman bentuk permukaan tanah yang memberi karakter keruangan tersendiri. Dalam pekerjaan ini analisis yang dilakukan menggunakan model pendekatan SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu kawasan, sehubungan dengan kegiatan pengembangan kawasan yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap : Kekuatan-kekuatan (strengthness) yang dimiliki kota, yang dapat memacu dan mendukung perkembangan kawasan Belakang Panjang, misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan ruang yang masing tersedia; Kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada yang dapat menghambat pengembangan kota, baik hambatan dan kendala fisik kawasan maupun non fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi, keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ketidakteraturan ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas; Peluang-peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan kawasan, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis; Ancaman-ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis yang telah ada.Dalam penyusunan RTBL Kawasan perkotaan Cihaurbeuti ini dibutuhkan beberapa metoda analisis yang pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi data dan informasi yang akan diperoleh. Walaupun demikian pada usulan teknis ini disajikan beberapa gagasan mengenai teknik proyeksi, model dan formula analisis yang umum dan banyak dipergunakan dalam suatu kegiatan analisis perencanaan yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik analisis. Lebih jauh beberapa metoda analsis yang dapat digunakan pada pekerjaan ini akan di ulas pada bagian lain dari bab iniSelanjutnya hasil dari analisis antara lain memuat langkah-langkah penentuan arah pengembangan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan.1. Penentuan arah pengembangan Dalam menentukan arah pengembangan kawasan dilakukan pula penentuan batas wilayah perencanaan. Batas Kawasan ditentukan berdasarkan kriteria yang berlaku, dimana kawasan perencanaan merupakan kawasan yang homogen dengan karakteristik kawasan heritage. Selain itu diperlukan peninjauan terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta fungsi pertahanan keamanan. 2. Identifikasi potensi dan masalah pembangunanMengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti dalam mewujudkan keterpaduan, keseimbangan, dan keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan kawasan jangka panjang.Dalam melakukan kegiatan identifikasi permasalahan di kawasan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :a.Perkembangan sosial-kependudukan;Dimaksudkan untuk melihat gambaran kegiatan sosial kependudukan, baik tingkat pertumbuhan penduduk, ukuran keluarga, budaya atau aktivitas sosial penduduk termasuk tradisi, serta pergerakan penduduk (migrasi) yang mencerminkan daya tarik kawasan.b.Prospek pertumbuhan ekonomi;Dimaksudkan untuk melihat gambaran sektor-sektor pendorong perkembangan ekonomi dan tingkat perkembangannya yang dapat dilihat dari faktor ketenagakerjaan, PDRB, kegiatan usaha dan perkembangan penggunaan tanah dan produktivitasnya.c.Daya dukung fisik dan lingkungan;Dimaksudkan untuk melihat kemampuan fisik dan lingkungan perkotaan dalam mendukung pengembangan yang akan terjadi maupun yang ada pada saat ini. Termasuk diantaranya adalah untuk mengidentifikasikan lahan-lahan potensial bagi pengembangan selanjutnya. Informasi yang dibutuhkan bagi keperluan tersebut antara lain: Kondisi tata guna tanah (penggunaan tanah); Kondisi bentang alam kawasan; Lokasi geografis; Sumber daya air; Kondisi lingkungan yang tergambarkan dari kondisi topografi dan pola drainase; Sensitivitas kawasan terhadap lingkungan, bencana alam dan kegempaan; Status dan nilai tanah; Ijin lokasi, dll.d.Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan;Dimaksudkan untuk melihat kondisi tingkat pelayanan prasarana dan sarana perkotaan bagi kebutuhan aktivitas penduduk perkotaan dalam menunjang fungsi dan peran kawasan di wilayah perkotaan. Informasi yang dibutuhkan bagi keperluan ini antara lain: Jenis infrastruktur perkotaan; Jangkauan pelayanan; Jumlah penduduk yang terlayani; Kapasitas pelayanan.Dengan informasi tersebut, diharapkan dapat diformulasikan kondisi kawasan terutama yang menyangkut keserasian dan keterpaduan pengembangan Kawasan, antara pengembangan kota inti dan pusat-pusat aktivitas maupun wilayah pengaruhnya. Formulasi kondisi kawasan tersebut mencakup permasalahan, potensi, peluang, serta tantangan yang ada maupun kecenderungan yang akan datang.Segala proses kegiatan pada tahap kompilasi dan analisis ini selalu mengikutsertakan instansi teknis di daerah dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, maupun diskusi. Pada saat pengkompilasian data, pelibatan instansi teknis dilakukan melalui pemaparan hasil-hasil serta cara pengkompilasian data yang dilakukan konsultan. Demikian juga, ketika struktur data telah tersusun, dilakukan kegiatan konsultatif untuk memverifikasikan hasil survai yang diperoleh. Kegiatan dilanjutkan pula pada saat rumusan hasil analisis telah diperoleh, yaitu melalui kegiatan temu wicara stakholders. Kegiatan temu wicara stakeholder ini merupakan tahap kegiatan koordinasi yang ditujukan untuk mendapatkan/menyerap aspirasi stakeholder berkaitan dengan isu strategis (termasuk faktor eksternal), potensi dan konsep pengembangan wilayah, serta untuk melakukan penyempurnaan isu strategis, potensi, konsep dan arahan pengembangan dari RTBL Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti.

1.6.2.3 Tahap Perumusan Rencana

Dari hasil analisis kemudian dapat dilakukan interpretasi untuk berbagai macam faktor yang akan mempengaruhi hasil rencana, yaitu:1. Aspek strategis, yaitu mengkaji kawasan dalam konteks kebijaksanaan lokal dan regional serta aspek implementasi dan persoalan/kondisi eksisting dewasa ini, dengan tahapan kajian rinci sebagai berikut:1. Melakukan kajian terhadap berbagai kebijakan peran dan fungsi yang diemban oleh kawasan dengan penekanan pada keselarasan, konsistensi berbagai peran dalam konteks kebijaksanaan lokal maupun regional, serta aspek implementasi kebijaksanaan dengan rencana tata ruang yang akan disusun. 1. Kajian kondisi eksisting, yaitu identifikasi berbagai persoalan nyata akibat peran dan fungsi yang diemban berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan implementasinya serta aspek manajemen pembangunan dan proses dinamis akifitas perkotaan dengan kajian dalam konteks hubungan makro maupun mikro. Kajian kondisi eksisting tidak hanya pada data yang bertitik berat pada aspek fisik bernuansa spasial namun juga akan mengungkapkan fenomena spasial dengan kajian aspek sosial ekonomi terkait perwujudan kehidupan perkotaan berdasarkan pengalaman lapangan. Aspek-aspek yang akan dikaji meliputi penelaahan kecenderungan perkembangan, sosial kemasyarakatan dan kependudukan, pola struktur dan pemanfaatan ruang, aspek perizinan, potensi dan daya dukung wilayah, perkembangan ekonomi, kelengkapan sarana dan prasarana serta sistem pelayanan transportasi.2. Aspek skenario masa depan kota apabila perkembangannya dibiarkan seperti adanya (do nothing) dan issue apa yang menjadi faktor-faktor kritis masa depan untuk melakukan tindakan antisipasi (do something) dengan melihat faktor negatif (kelemahan, ancaman) dan faktor positif (kekuatan, peluang) berdasarkan tujuan pembangunan kota yang diharapkan. Adapun kajian rincinya adalah sebagai berikut:1. Skenario perkembangan masa depan dalam berbagai aspek yang akan menjadi gambaran perkembangan kawasan di masa yang akan datang;1. Isu kawasan; berdasarkan gambaran skenario masa datang dan dikaitkan dengan harapan terhadap kawasan dapat dilihat kesenjangan antara harapan dengan realita. Berbagai kesenjangan tersebut yang akan menjadi titik tolak pemikiran dalam melihat permasalahan dalam konteks ruang dan waktu dan akan dicoba dikaitkan dengan fakta-fakta persoalan yang terungkap baik berdasarkan kajian data sekunder, pengamatan lapangan dan survai sosial ekonomi. Dengan kajian sesuai standar teknis perencanaan kota dan wilayah serta masukan dari berbagai pihak maupun aspirasi masyarakat dapat diungkapkan berbagai isu penting dalam rangka menentukan berbagai faktor-faktor yang harus diperhatikan dan menjadi faktor kritis di masa yang akan datang;1. Rumusan SWOT sebagai pengembangan lebih rinci dari analisis potensi dan masalah yang dijabarkan dalam kajian eksternal dan internal. Berdasarkan kajian SWOT dapat dibuat rumusan strategi pembangunan dan strategi arahan pemanfaatan ruang dan sebagai landasan kajian analisis aspek-aspek strategis;1. Menentukan faktor kritis masa datang dengan dukungan pendekatan SWOT. Yang dimaksud dengan faktor kritis adalah faktor yang bersifat membatasi perkembangan, faktor yang menjadi ancaman yang akan menjadi persoalan yang dapat mengganggu eksistensi kota sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aspek kajian sudah bersifat integral dan komprehensif memperkaitkan berbagai aspek baik aspek fisik tata ruang, lingkungan hidup dan sumber daya, fungsi-fungsi kegiatan, aspek sosial ekonomi budaya kemasyarakatan, aspek kelembagaan dan manajemen pembangunan dalam konteks regional maupun lokal;1. Menganalisis faktor kritis, meliputi kajian kecenderungan perkembangan ekonomi dan investasi, pola struktur ruang, kebijaksanaan, perizinan, sistem pelayanan transportasi, kebutuhan sarana prasarana, daya dukung lingkungan, kebutuhan air dan analisis sosial kemasyarakatan. 3. Aspek strategisDari hasil analisis di atas, selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan tata ruang yang dibagi dalam strategi penataan kawasan, strategi pengendalian, dan strategi untuk melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta.1. Strategi penataan kawasan; dapat dijabarkan lebih lanjut dalam skala prioritas pengembangan berdasarkan tipe kecenderungan perkembangan meliputi kawasan yang dinamis tumbuh selaras rencana, kawasan yang lambat tumbuh yang harus dipercepat/distimulir, kawasan yang diharapkan tumbuh karena berbagai pertimbangan, kawasan yang harus diperlambat dan dibatasi perkembangannya atau kawasan yang harus ditata kembali. Dalam pembangunan penataan ruang akan dirumuskan strategi pengembangan dan pengendalian serta pengelolaan setiap fungsi kawasan dengan aspek-aspek: strategi pengembangan dan pengendalian kawasan budi daya, sarana prasarana, sistem transportasi, kelembagaan dan pengelolaan kawasan lindung;1. Strategi pengembangan dan pengendalian; dalam upaya menggiring dan mengarahkan sesuai rencana struktur ruang yang diharapkan maka perlu upaya pengendalian, monitoring dan pengelolaan dengan berbagai mekanisme faktor insentif (mendorong/menstimulir), faktor disinsentif (melarang bahkan menghukum) dengan tujuan seluruh arah pembangunan ruang sesuai dengan yang diharapkan;1. Strategi melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta; dalam mewujudkan pembangunan akan dilakukan berbagai pendekatan agar masyarakat memahami dari hakekat dan tujuan rencana dan bersedia ikut terlibat dan berpartisipasi serta mendukung rencana itu sendiri. Strategi pelibatan masyarakat adalah dengan mengembangkan prinsip-prinsip keterbukaan dan trransparansi, melibatkan dalam perumusan rencana sejak survai (menjadi responden, panel, nara sumber), dilibatkan dalam perumusan rencana sampai tahap akhir.4. Aspek implementasi rencana; rencana tata ruang akan dijabarkan lebih lanjut agar operasional dengan dukungan rencana strategis (strategic plan) dan rencana-rencana investasi (investment plan) pada beberapa kawasan prioritas dan akan dilengkapi dengan indikasi program pembangunan dan petunjuk teknis pembangunan. Untuk mendukung agar rencana dan program dapat disepakati dan dapat direalisasikan, maka akan dirancang suatu mekanisme diseminasi, sosialisasi rencana kepada seluruh pelaksana pembangunan, yang dalam hal ini adalah masyarakat umum, pemerintah dan swasta.1. Mekanisme pembiayaan atau program investasi; pada dasarnya merupakan rumusan dalam aspek pendanaan pembangunan terkait dengan penataan ruang yang membutuhkan keterlibatan bukan hanya pemerintah saja namun juga swasta dan masyarakat yang akan bisa menarik minat untuk berinvestasi dalam pengembangan sarana dan prasarana bagi swasta yang berminat;a. Aspek-aspek Perencanaan Program bersifat jangka menengah, minimal untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, serta mengindikasikan investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang meliputi: tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaannya. Meliputi investasi pembangunan yang dibiayai oleh pemerintah daerah/pusat (dari berbagai sektor), dunia usaha/swasta, dan masyarakat. Menjelaskan pola-pola penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh Pemda setempat, sekaligus saran/alternatif waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. Menjelaskan tata cara penyiapan dan penyepakatan investasi dan pembiayaan, termasuk menjelaskan langkah, pelaku, dan perhitungan teknisnya. Menuntun para pemangku kepentingan dalam memperoleh justifikasi kelayakan ekonomi dan usulan perencanaan lingkungan dengan memisahkan jenis paket berjenis cost recovery, noncost recovery, dan pelayanan publik.b. Strategi perencanaan investasi dengan skenario sebagai berikut: Langkah I :Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber pembiayaan. Langkah II : Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik. Langkah III:Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan. Langkah IV: Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.1. Dukungan aspek legal; perlu dibuat legitimasi dari rencana dengan kekuatan legal hukum yang dapat dijadikan pedoman pembangunan terkait aspek kepastian hukum dalam program-program pembangunan dimana rencana yang dibuat seyogyanya dapat diperdakan dan menjadi acuan seluruh komponen instansi pemerintah, masyarakat dan swasta;1. Mekanisme kelembagaan; pemanfaatan produk rencana dan implementasinya harus didukung dengan kerja sama dan koordinasi berbagai instansi yang dapat dirumuskan dalam bentuk suatu mekanisme kerja yang saling mendukung antara pemerintah daerah;1. Petunjuk teknis; produk rencana akan dilengkapi dengan petunjuk teknis agar menjadi operasional dalam pelaksanaan di lapangan. Panduan tersebut dapat menjadi petunjuk yang secara teknis dapat menjadi acuan pembangunan pada skala mikro. Petunjuk teknis akan dibuat dan merupakan pelengkap dan pendukung teknis dalam setiap strategi dan arahan rencana yang dibuat.

1.6.2.4 Tahap FinalisasiTahap ini merupakan kelanjutan dari pelaksanaan seminar pada tahap sebelumnya. Mengingat seminar ini merupakan tahapan terpenting dalam pelaksanaan pekerjaan yang akan menjadi pijakan yang kuat dalam upaya pembangunan wilayah, maka diperlukan kejelian dan ketepatan dalam menentukan pilihan, sehingga hasil akhir yang diperoleh merupakan rumusan yang dibutuhkan dan relevan dengan kondisi yang ada serta pada akhirnya akan mempermudah dalam proses pemanfaatan RTBL Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti. Mengingat pentingnya tahap ini, maka peserta yang hadir dalam forum ini terdiri dari seluruh stakeholder, meliputi lembaga eksekutif (Bappeda, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertamanan, dll), lembaga legislatif, organisasi dan tokoh masyarakat (LSM) serta swasta/asosiasi.

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan, yaitu berupa penyusunan materi RTBL sesuai dengan masukan dan perbaikan yang diperoleh pada pelaksanaan seminar. Tahap ini juga merupakan tahap penyempurnaan dan pelengkapan produk yang dihasilkan yaitu : dokumen RTBL, album peta, dan Media Sosialisasi (Multi Media).

RTBL KAWASAN CIHAURBEUTI, KABUPATEN CIAMIS

I - 21Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran

text

text

Metoda &Pendekatan

Key Target

Tersepakatinya metoda dan rencana kerjaTersusunnya Rencana pelaksanaan survaiTerpahaminya gambaran awal permasalahan dan kebutuhan (sintesa & hipotesa)Terumuskannya deliniasi awal kawasan perencanaan

RANGKAIAN

KEGIATAN

DESK STUDY

Kebijakan Makro

Review RTR

Kebijakan Sektoral

ISU PERMASALAHAN

PRELIMINARY SURVAI

Visualisasi Lapangan

Identifikasi Lokasi dan masalah

Estimasi kebutuhan Survai lanjutan

HIPOTESA & SINTESA AWAL

1.1

Diskusi PembahasanLaporan Pendahuluan

TAHAPAN

PERSIAPAN

D1

PERSIAPAN DASAR

Output & Lingkup

Metodologi

Jadwal Pekerjaan

Penyamaan Persepsi

Teoritis terkait

1.2

1.3

1.4

1.5

Deliniasi Awal Kawasan

Desk Studi Book ReviewStakeholders ApproachVisualisasi Lapangan

Design Survai

text

text

Metoda &Pendekatan

Key Target

Tersepakatinya metoda dan rencana kerjaTersusunnya Rencana pelaksanaan survaiTerpahaminya gambaran awal permasalahan dan kebutuhan (sintesa & hipotesa)Terumuskannya deliniasi awal kawasan perencanaan

RANGKAIAN

KEGIATAN

DESK STUDY

Kebijakan Makro

Review RTR

Kebijakan Sektoral

ISU PERMASALAHAN

PRELIMINARY SURVAI

Visualisasi Lapangan

Identifikasi Lokasi dan masalah

Estimasi kebutuhan Survai lanjutan

HIPOTESA & SINTESA AWAL

1.1

Diskusi PembahasanLaporan Pendahuluan

TAHAPAN

PERSIAPAN

D1

PERSIAPAN DASAR

Output & Lingkup

Metodologi

Jadwal Pekerjaan

Penyamaan Persepsi

Teoritis terkait

1.2

1.3

1.4

1.5

Deliniasi Awal Kawasan

Desk Studi Book ReviewStakeholders ApproachVisualisasi Lapangan

Design Survai

text

text

Penajaman gambaran permasalahanTersepakatinya Wilayah PerencanaanTersedianya format data sesuai dgn kebutuhan analisaDiperolehnya data serta informasi yang dibutuhkanTersepakatinya akurasi dan kesahihan data

Tersedianya formulasi kebutuhan serta proyeksi penanganan untuk masa yang akan datangTerumuskannya potensi, masalah, peluang dan kendala pengembangan Teridentifikasinya prediksi pengembangan dan permasalahan

Survai Sekunder (Instansional)Visualisasi LokasiPoling - Wawancara semi terstruktur FGD

Analisis Kebijakan Analisis Daya Dukung LingkunganSuperimpose AnalisisSWOT Analysis

RANGKAIAN

KEGIATAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

Metoda &Pendekatan

Key Target

TAHAPAN

PELAKSANAAN SURVAI

Survai Instansional

Observasi Lapangan

Fisik Dasar

Bangunan & Lingk.

Sist. Transportasi

Fasum Fasos

Infrastruktur

PREDIKSI PENGEMBANGAN

PROYEKSI KEBUTUHAN

STRUKTURISASI MASALAH

Tabulasi & Kompilasi Data

Ekonomi

Wawancara Semi Terstruktur

Diskusi PembahasanLaporan Fakta Analisa

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN & PENANGANAN

ANALISIS

Analisis TopografiAnalisis KlimatologiAnalisis HidrologiAnalisis Aksesibilitas InternalAnalisis Aksesibilitas InternalAnalisis Pola VegetasiAnalisis Estetika

ANALISIS EKSTERNAL

ANALISIS EKSTERNAL

Kebijakan Tata Ruang MakroAksesibilitas/Sistem Transportasi Kota Utilitas Kota

2

2.1

2.2

2.4

D3

2.6

2.7

Verifikasi Hasil Survai

D2

text

PERUMUSAN RENCANA

Metoda

&

Pendekatan

Key

Target

R

A

N

G

K

A

I

A

N

K

E

G

I

A

T

A

N

TAHAPAN

Seminar Pembahasan

Draft Rencana

D

4

TUJUAN PENGEMBANGAN KAW

.

Konsep Perencanaan Topografi

Konsep Pendaerahan

/

Zoning

Konsep Orientasi Massa Bangunan

Konsep Hirarki ruang Luar

Konsep Pola Sirkulasi

Konsep Penghijauan

/

Landscaping

Konsep Sistem Jaringan Drainase

KONSEP DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN

3

.

1

3

.

2

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang

Rencana Pengaturan Bangunan

Rencana Sistem Sirkulasi

Rencana Sistem Utilitas

Rencana Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Rencana Fasilitas Umum

Pedoman pengendalian pelaksanaan

pembangunan

3

.

3

Pembuatan Media Sosialisasi

(

CD Multimedia

-

Animasi

,

)

Teridentifikasinya alternatif solusi penanganan masalah

Terumuskannya konsep

(

draft

)

RTBL Kaw. Kec. Cihaurbeuti

Komparasi Analysis

Proyeksi

Modeling

Urban Design Analysis

Iteratif Proces

RENCANA PENGENDALIAN

3

.

4

3

.

5

RENCANA INVESTASI

DED

5

10

HA

3

.

6

text

PENYEMPURNAAN HASIL

Naskah RTBL Kaw. Belakang Padang

ALBUM PETA

MEDIA SOSIALISASI (CD Tayang)

PENYERAHAN PRODUK FINAL

Naskah RTBL DED KawasanRingkasan Eksekutif Album PetaCD Multimedia

4.2

4.1

Kesepakatan dan kesepahaman dari seluruh stakeholders tentang materi rencana tata ruang (RTBL)Tersedianya media informasi produk rencana tata ruang

Multimedia Interaktif Stakeholders Approach

FINALISASI

RANGKAIAN

KEGIATAN

TAHAPAN

Metoda &Pendekatan

Key Target

text

PENYEMPURNAAN HASIL

Naskah RTBL Kaw. Belakang Padang

ALBUM PETA

MEDIA SOSIALISASI (CD Tayang)

PENYERAHAN PRODUK FINAL

Naskah RTBL DED KawasanRingkasan Eksekutif Album PetaCD Multimedia

4.2

4.1

Kesepakatan dan kesepahaman dari seluruh stakeholders tentang materi rencana tata ruang (RTBL)Tersedianya media informasi produk rencana tata ruang

Multimedia Interaktif Stakeholders Approach

FINALISASI

RANGKAIAN

KEGIATAN

TAHAPAN

Metoda &Pendekatan

Key Target

text

text

text

Metoda &Pendekatan

Key Target

RANGKAIAN

KEGIATAN

TAHAPAN

DESK STUDY

Kebijakan Makro

Review RTR

Kebijakan Sektoral

ISU PERMASALAHAN

PRELIMINARY SURVAI

Visualisasi Lapangan

Identifikasi Lokasi Masalah

Estimasi kebutuhan Survai lanjutan

HIPOTESA & SINTESA AWAL

PELAKSANAAN SURVAI

Survai Instansional

Observasi Lapangan

Fisik Dasar

Bangunan & Lingk.

Sist. Transportasi

Fasum Fasos

Infrastruktur

PREDIKSI PENGEMBANGAN

PROYEKSI KEBUTUHAN

STRUKTURISASI MASALAH

Tabulasi & Kompilasi Data

PENYEMPURNAAN HASIL

Ekonomi

Wawancara Semi Terstruktur

Naskah RTBL Kaw. Kec. Cihaurbeuti

ALBUM PETA

MEDIA SOSIALISASI (CD Tayang)

PENYERAHAN PRODUK FINAL

1.1

Diskusi PembahasanLaporan Pendahuluan

Seminar Pembahasan Draft Rencana

D4

D1

PERSIAPAN DASAR

Output & Lingkup

Metodologi

Jadwal Pekerjaan

Penyamaan Persepsi

Teoritis terkait

Diskusi PembahasanLaporan Fakta Analisa

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN & PENANGANAN

ANALISIS

Analisis TopografiAnalisis KlimatologiAnalisis HidrologiAnalisis Aksesibilitas InternalAnalisis Aksesibilitas InternalAnalisis Pola VegetasiAnalisis Estetika

ANALISIS EKSTERNAL

ANALISIS EKSTERNAL

Kebijakan Tata Ruang MakroAksesibilitas/Sistem Transportasi Kota Utilitas Kota

1.2

1.3

1.4

1.5

Design Survai

2

2.1

2.2

2.4

Deliniasi Awal Kawasan

D3

2.6

2.7

TUJUAN PENGEMBANGAN KAW.

Konsep Perencanaan TopografiKonsep Pendaerahan / ZoningKonsep Orientasi Massa BangunanKonsep Hirarki ruang LuarKonsep Pola SirkulasiKonsep Penghijauan /LandscapingKonsep Sistem Jaringan Drainase

KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

3.1

3.2

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang Rencana Pengaturan Bangunan Rencana Sistem Sirkulasi Rencana Sistem Utilitas Rencana Ruang Terbuka dan Tata Hijau Rencana Fasilitas Umum Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan

RENCANA PENGENDALIAN

3.3

3.4

Verifikasi Hasil Survai

D2

Pembuatan Media Sosialisasi (CD Multimedia- Animasi,)

Naskah RTBL Kawasan Kec CihaurbeutiDED KawasanRingkasan Eksekutif Album PetaCD Multimedia

3.5

4.2

4.1

RENCANA INVESTASI

PERUMUSAN RENCANA

FINALISASI

PERSIAPAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

Tersepakatinya metoda dan rencana kerjaTersusunnya Rencana pelaksanaan survaiTerpahaminya gambaran awal permasalahan dan kebutuhan (sintesa & hipotesa)Terumuskannya deliniasi awal kawasan perencanaan

Penajaman gambaran permasalahanTersepakatinya Wilayah PerencanaanTersedianya format data sesuai dgn kebutuhan analisaDiperolehnya data serta informasi yang dibutuhkanTersepakatinya akurasi dan kesahihan data

Teridentifikasinya alternatif solusi penanganan masalahTerumuskannya konsep (draft) RTBL Kawasan Kecamatan Cihaurbeuti

Kesepakatan dan kesepahaman dari seluruh stakeholders tentang materi rencana tata ruang (RTBL)Tersedianya media informasi produk rencana tata ruang

Tersedianya formulasi kebutuhan serta proyeksi penanganan untuk masa yang akan datangTerumuskannya potensi, masalah, peluang dan kendala pengembangan Teridentifikasinya prediksi pengembangan dan permasalahan

Desk Studi Book ReviewStakeholders ApproachVisualisasi Lapangan

Survai Sekunder (Instansional)Visualisasi LokasiPoling - Wawancara semi terstruktur FGD

Analisis Kebijakan Analisis Daya Dukung LingkunganSuperimpose AnalisisSWOT Analysis

Komparasi AnalysisProyeksiModelingUrban Design AnalysisIteratif Proces

Multimedia Interaktif Stakeholders Approach

DED 5 10 HA

3.6