BAB 1 9. JASA-JASA 124,164.08 130,541.17 140,416.72 ... · BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BANK...

14
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 9 Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan I-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong oleh beberapa sektor yaitu pertanian, industri pengolahan dan pengangkutan & komunikasi. Sementara kinerja sektor utama lainnya seperti bangunan, perdagangan-hotel-restoran, dan jasa-jasa tumbuh lebih baik. . Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 - 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 PERSEN TON PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG VOLUME IMPOR gVOLUME IMPOR (yoy) I II III IV I II III IV I 1. PERTANIAN 199,867.15 208,963.24 220,032.12 172,006.97 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,598.38 7,201.25 8,075.46 8,100.89 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 49,541.55 50,217.76 54,645.14 54,674.27 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,671.48 3,717.00 3,956.30 3,975.53 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61 5. BANGUNAN 51,741.84 55,806.71 61,951.72 63,211.36 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 89,093.06 91,504.41 96,618.96 96,677.34 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 66,344.73 70,067.35 72,850.58 73,236.47 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 56,112.23 57,160.68 60,347.79 60,994.17 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76 9. JASA-JASA 124,164.08 130,541.17 140,416.72 136,651.22 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647,134.48 675,179.94 718,894.91 669,527.79 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19 I II III IV I II III IV I 1. PERTANIAN 7.74 5.42 (2.89) 5.18 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.23 12.91 20.17 14.82 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.38 2.32 4.76 1.48 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.51 6.53 7.85 4.30 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86 5. BANGUNAN 9.78 12.86 18.91 15.87 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7.60 8.20 10.35 8.46 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.56 9.82 11.01 7.29 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6.92 7.23 10.95 11.00 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14 9. JASA-JASA 7.00 7.49 11.82 13.60 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98 PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 7.66 7.22 6.60 8.78 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42 2011 2011 SEKTOR 2009 2010 SEKTOR 2009 2010

Transcript of BAB 1 9. JASA-JASA 124,164.08 130,541.17 140,416.72 ... · BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BANK...

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 9

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang

1.2 SISI PENAWARAN

Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan I-2011 menunjukkan arah yang

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong oleh beberapa

sektor yaitu pertanian, industri pengolahan dan pengangkutan & komunikasi. Sementara

kinerja sektor utama lainnya seperti bangunan, perdagangan-hotel-restoran, dan jasa-jasa

tumbuh lebih baik.

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

-20,000 40,000 60,000 80,000

100,000 120,000 140,000 160,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2009 2010 2011

PER

SEN

TON

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

VOLUME IMPOR gVOLUME IMPOR (yoy)

I II III IV I II III IV I

1. PERTANIAN 199,867.15 208,963.24 220,032.12 172,006.97 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,598.38 7,201.25 8,075.46 8,100.89 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 49,541.55 50,217.76 54,645.14 54,674.27 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,671.48 3,717.00 3,956.30 3,975.53 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61

5. BANGUNAN 51,741.84 55,806.71 61,951.72 63,211.36 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 89,093.06 91,504.41 96,618.96 96,677.34 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 66,344.73 70,067.35 72,850.58 73,236.47 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 56,112.23 57,160.68 60,347.79 60,994.17 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76

9. JASA-JASA 124,164.08 130,541.17 140,416.72 136,651.22 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647,134.48 675,179.94 718,894.91 669,527.79 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19

I II III IV I II III IV I

1. PERTANIAN 7.74 5.42 (2.89) 5.18 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.23 12.91 20.17 14.82 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.38 2.32 4.76 1.48 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.51 6.53 7.85 4.30 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86

5. BANGUNAN 9.78 12.86 18.91 15.87 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7.60 8.20 10.35 8.46 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.56 9.82 11.01 7.29 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6.92 7.23 10.95 11.00 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14

9. JASA-JASA 7.00 7.49 11.82 13.60 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 7.66 7.22 6.60 8.78 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42

2011

2011

SEKTOR2009 2010

SEKTOR2009 2010

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Kinerja sektor pertanian triwulan I-2011 masih relatif melambat 9,99% (y.oy) lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2010 yang mencapai 14,10% (y.o.y).

Melambatnya sektor pertanian ini terkait produksi jagung sementara produksi padi cukup

baik.

Dilihat dari pertumbuhannya, pertanian jagung tumbuh melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan produksi jagung tercatat 47,84% (y.o.y)

meskipun cukup baik namun masih dibawah pertumbuhan triwulan IV-2010 yang tercatat

258,19% (y.o.y). Produksi jagung ini masih didominasi oleh Kab. Pohuwato sementara

untuk Kab. Gorontalo produksinya relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu perkembangan pertanian padi pada triwulan I-2011 menunjukkan

pertumbuhan 35,24% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 26,67% (y.o.y). Melemahnya kinerja pertanian pada triwulan I-2011 juga

ditunjukkan oleh hasil survei kegiatan dunia usaha dimana sebagian besar responden

petani menyatakan terjadi penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.22 Grafik 1.23 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian Realisasi Panen Pertanian Tabama

Grafik 1.24 Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung Perkembangan Luas Panen Padi

Sampai dengan akhir tahun 2011, secara kumulatif tahunan perkembangan

pertanian padi diperkirakan akan lebih baik namun untuk pertanian jagung diperkirakan

melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM I-2011

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 11

memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 sebesar 297.396 ton atau tumbuh 17 %

(y.oy) dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 253.563 ton sementara produksi

jagung tahun 2011 mencapai 686.344 ton atau hanya tumbuh 1% (y.o.y) dibandingkan

produksi jagung tahun 2010 sebesar 679.168 ton. Semakin terbatasnya luas lahan menjadi

kendala yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.

Tabel 1.3 ARAM I Pertanian Padi

Tabel 1.4 ARAM I Pertanian Jagung

Berdasarkan angka ramalan I-2011 menunjukkan bahwa poduksi jagung hingga

akhir tahun 2011 mencapai 686.344 ton, hal tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kuota

ekspor luar negeri yang harus dipenuhi oleh Gorontalo kepada negara mitra dagang. Kuota

ekspor yang diperjanjikan antara Gorontalo dengan Malaysia (1 juta ton) dan Gorontalo

dengan Korea (1,5 juta ton). Ekstensifikasi lahan sudah sangat terbatas untuk dilakukan.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan I-2011 menunjukkan kondisi

yang melambat. Pada triwulan I-2011 sektor ini tumbuh 9,38% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 9,52% (y.o.y). Perlambatan yang terjadi didorong

oleh melemahnya kinerja sub sektor angkutan darat, terkait kendala keterbatasan BBM yang

terjadi di Gorontalo, sementara untuk sub sektor lainnya masih cukup baik.

Melambatnya kinerja sub sektor angkutan darat dikonfirmasi oleh tingkat konsumsi

BBM. Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat selama triwulan I-2011 tumbuh

sebesar 12,57% (y.o.y) untuk premium lebih rendah dibandingkan pertumbuhan selama

triwulan IV-2010 yang mencapai 13,97% (y.o.y). Sementara itu melemahnya kinerja sub

sektor angkutan darat juga ditunjukkan oleh melambatnya pertumbuhan penghimpunan

pajak kendaraan bermotor. Sampai dengan triwulan I-2011 penghimpunan pajak kendaraan

bermotor melambat 26,03% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 35,35% (y.o.y)

Grafik 1.26 Grafik 1.27 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi

Disisi lain sub sektor angkutan udara

mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

Tercatat selama triwulan I-2011 jumlah

penumpang angkutan udara yang terlayani

tumbuh sebesar 20,62% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV-2010 (18,67%).

Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat

dari Gorontalo juga meningkat dari 677

penerbangan menjadi 755 penerbangan

dengan dibukanya jalur penerbangan Garuda

Indonesia di Gorontalo.

Grafik1.28

Perkembangan Penumpang Pesawat

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 13

Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan I-2011 juga menunjukkan

peningkatan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat sebesar 21.674

orang atau tumbuh 25,28% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan IV-2010 yang melayani

24.400 penumpang dengan laju 24,21 (y.o.y). Sementara arus barang melalui laut

mengalami penurunan, jumlah kargo laut mencapai 175.943 ton atau terkontraksi 9,93%

(y.o.y) lebih rendah dibandingkan kontraksi pada triwulan IV-2010 yang mencapai 6.87%

(y.o.y).

Grafik 1.29 Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo

menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sektor PHR pada triwulan I-2011 tumbuh 12,66% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan IV-2010 sebesar 11,35% (y.o.y). Besarnya peningkatan realisasi

belanja barang/jasa pemerintah selama peringatan satu dasawarsa Provinsi Gorontalo

mendorong peningkatan kinerja di sektor ini.

Sub sektor perdagangan tumbuh dari 12,48% (y.o.y) pada triwulan IV-2010 menjadi

13,90% (y.o.y) pada triwulan laporan. Tumbuhnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi

oleh meningkatnya pertumbuhan kredit perdagangan. Sampai dengan triwulan I-2011 kredit

perdagangan tumbuh 38,92% (y.o.y) lebih baik dibandingkan kondisi Desember 2010 yang

tumbuh 16,67% (y.o.y). Demikian juga untuk volume bongkar yang tumbuh cukup baik

selama triwulan I-2011.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

Grafik 1.31 Grafik 1.32 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan

Sementara itu sub sektor

perhotelan diperkirakan meningkat, hal

tersebut dikonfimasi oleh data tingkat

penghunian hotel (TPK) yang

menunjukkan peningkatan selama triwulan

I-2011. TPK bulan Maret mencapai

38,20% lebih tinggi dibandingkan kondisi

Desember 2010 sebesar 34,00%

Grafik 1.33

Tingkat Hunian Hotel

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan yang cukup

baik, pada triwulan I-2011 kinerja sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 8,06% (y.o.y), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26 % (y.o.y)

Grafik 1.34 Grafik 1.35 Penjualan Semen Belanja Modal APBD

Meningkatnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka

penjualan semen dan pertumbuhan Belanja Modal APBD. Angka penjualan semen pada

Maret 2011 terkontraksi 3,44% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan kontraksi triwulan

sebelumnya yang mencapai 19,37% (y.o.y

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 15

1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 9,14% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2010 sebesar 8,88% (y.o.y). Kondisi ini lebih

didorong oleh tumbuhnya sub sektor keuangan sementara sub sektor lainnya relatif tumbuh

stabil.

Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang meningkat.

Sampai dengan bulan Maret 2011, NIM perbankan mencapai Rp 134 Miliar atau tumbuh

44,64% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan NIM periode Desember 2010 yang tumbuh 42,61%

(y.o.y). Kondisi ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga perbankan.

Grafik 1.36 Grafik 1.37

NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban

1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan I-2011 tumbuh 5,02% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 6,96% (y.o.y). Melambatnya kinerja disektor ini

ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi kredit industri pengolahan,

penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, ekspor luar negeri komoditas gula dan

survei industri pengolahan besar-sedang.

Berdasarkan survei industri pengolahan besar-sedang, menurunnya kinerja industri

tampak pada industri pakaian jadi, serta industri barang-barang dari kayu. Kontraksi terbesar

pada industri kayu yang ditunjukkan oleh kosongnya ekspor kayu Gorontalo selama dua

triwulan terakhir. Hasil liaison menunjukkan bahwa bahan baku menjadi kendala utama

keterbatasan produksi.

Menurunnya kinerja industri pengolahan ditunjukkan oleh perkembangan kredit

industri yang masih melambat 25,41% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2010

yang tumbuh 30,30%(y.o.y). Angka penjualan listrik dan BBM turut mengkonfirmasi

penurunan kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri tumbuh 27,07 %

(y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 37,00%

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

(y.o.y), sementara itu konsumsi BBM tumbuh 2,01% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 6,80% (y.o.y).

Grafik 1.38 Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Industri Perkembangan Kredit Perdagangan

Grafik 1.40 Tabel 1.5 Konsumsi BBM Industri Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2011 tumbuh 10,86% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 8,79% (y.o.y), khususnya pada sub sektor

listrik. Daya tersambung sampai dengan Maret 2011 mencapai 108.340 KVA atau

meningkat dibandingkan posisi Desember 2010 yang mencapai 106.191 KVA.

Meningkatnya daya tersambung ini terkait beberapa PLTD baru yang telah dioperasikan

oleh PLN.

.

Grafik 1.41 Grafik 1.42 Daya Listrik Tersambung PLN Realisasi Kredit Jasa-jasa

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 17

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2011 meningkat

dibandingkan triwulan IV-2010. Sektor ini tumbuh 3,72% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 3,2% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan

kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan perningkatan, karena

pertambangan di Gorontalo sampai dengan saat ini masih didominasi oleh bahan galian C.

Sementara itu Pemerintah Provinsi telah memberikan izin kepada PT Gorontalo Mineral

untuk melakukan eksplorasi emas di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Menurut Pemerintah Daerah, diperkirakan melalui hasil pertambangan emas dimaksud

mampu memberikan kontribusi pada PDRB hingga mencapai Rp 10 Triliun/tahun.

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2011 tumbuh 3,98% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2010 yang tercatat sebesar 3,84% (y.o.y).

Meningkatnya kinerja jasa-jasa terutama didorong oleh meningkatnya jasa pemerintahan

umum. Jasa Pemerintahan umum ini erat kaitannya dengan pembiayaan APBD Pemda.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

BOKS I : GORONTALO DI TENGAH RENCANA PENGEMBANGAN

KORIDOR EKONOMI INDONESIA

Sesuai masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia

tahun 2011-2025 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional,

Pemerintah telah menetapkan 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia (KEI) untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. KEI terdiri atas KE Sumatera, KE Jawa, KE

Kalimantan, KE Sulawesi – Maluku Utara, KE Bali-Nusa Tenggara, KE Papua – Maluku. KE

tersebut disusun dengan maksud untuk membentuk suatu konektivitas yang mampu

menghubungkan pusat-pusat ekonomi regional kepada infrastruktur pendukungnya.

DASAR

PEMIKIRAN

KAWASAN

EKONOMI

INDONESIA

KE tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam

melainkan lebih pada penciptaan nilai tambah.

KE tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah tertentu

namun lebih pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif. Ini

memungkinkan semua wilayah di Indonesia untuk berkembang sesuai potensinya

masing-masing.

KE tidak menekankan pada pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat

namun pada sinergi pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan

kompetitif nasional.

KE tidak menekankan pembangunan transportasi darat saja namun pada

pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut, dan udara.

KEI tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan

anggaran pemerintah semata namun juga pembangunan infrastruktur yang

menekankan kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS)

Gambar 1.1 Rencana Pengembangan KEI

Sumber : Kemenko Perekonomian

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 19

Dalam konsep pengembangan KEI, Provinsi

Gorontalo tergabung dalam wilayah KE

Sulawesi-Malut yang masuk dalam jaringan 5

hub yaitu Manado – Gorontalo – Kendari –

Mamuju dan Makassar. KE Sulawesi-Malut

difokuskan pada pengembangan 4 (empat)

sektor utama yaitu

- tanaman pangan,

- tanaman perkebunan,

- perikanan, dan

- pertambangan nikel.

Dalam peta pengembangan KE Sulawesi-Malut, Provinsi Gorontalo direncanakan

sebagai sentra pengembangan pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa dalam.

Dalam hal pertanian tanaman pangan, pengembangan itu dimaksudkan untuk peningkatan

ketahanan pangan nasional dan sementara untuk perkebunan diarahkan pada upaya

peningkatan nilai tambah produk. Melihat catatan historikal produksi tanaman pangan di

Gorontalo hal tersebut cukup layak mengingat secara umum Provinsi Gorontalo

dikategorikan sebagai Provinsi dengan surplus produksi tinggi. Namun dengan semakin

terbatasnya lahan serta bertambahnya jumlah penduduk, maka perlu dicermati apakah

produktivitas yang ada mampu mengejar kebutuhan kedepan yang semakin meningkat.

Tabel 1.6

Produksi Tanaman Pangan Gorontalo

Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo

Untuk memetakan daerah-daerah potensial pendukung produksi dapat digunakan

pendekatan Location Quotient (LQ) maupun Growth Ratio On Subject Area (GRS).

Pendekatan LQ berusaha melihat keunggulan komparatif suatu kabupaten terhadap

kabupaten lainnya dengan membandingkan antara share produksi tanaman pangan

terhadap sektor pertanian di suatu wilayah kab/kota terhadap kondisi Provinsi secara

Gambar 1.2 KE Sulawesi - Malut

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

keseluruhan. Sementara pendekatan GRS untuk membandingkan pertumbuhan sektor

tanaman pangan di suatu wilayah kab/kota terhadap pertumbuhan sektor tanaman pangan

di Provinsi secara keseluruhan.

Untuk menganalisis hal dimaksud digunakan rentang tiga tahun kebelakang dengan

memanfaatkan data PDRB kab/kota yang telah dirilis oleh BPS masing-masing. Suatu

wilayah yang memiliki LQ dan GRS dengan arah positif berarti potensial untuk

dikembangkan di masa depan karena akan memberikan efek yang cukup signifikan bagi

pengembangan kondisi Provinsi secara keseluruhan.

Grafik 1.43 Produksi Tanaman Pangan Gorontalo

Tampak pergerakan indeks LQ dalam tiga tahun terakhir untuk Kabupaten

Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Gorontalo Utara relatif memiliki keunggulan komparatif

yang lebih baik dibandingkan wilayah Kab. Bone Bolango maupun Kota Gorontalo. Hasil

produksi tanaman pangan di daerah tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal

namun juga untuk kebutuhan luar daerah. Namun beberapa hal patut mendapatkan

perhatian untuk daerah-daerah yang laju produksinya mulai mengalami perlambatan seperti

wilayah Kab. Boalemo dan Kab. Gorontalo (yang ditunjukkan oleh nilai GRS yang negatif).

Optimisme masih nampak pada wilayah Gorontalo Utara dan Pohuwato yang merupakan

dua wilayah pemekaran baru di Provinsi Gorontalo.

(4.0000)

(2.0000)

-

2.0000

4.0000

6.0000

8.0000

10.0000

- 0.5000 1.0000 1.5000

IND

EKS

GR

S

INDEKS LQ

PERKEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KAB/KOTA di GORONTALO

Kota Gorontalo

Kab. Gorontalo

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato

Kab. Bone Bolango

Kab. Gorontalo Utara+

-

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 21

Dari hasil analisis singkat diatas beberapa hal patut mendapat perhatian :

1. Peran Gorontalo dalam mendukung masterplan Koridor Ekonomi Indonesia dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional khususnya untuk wilayah KE

Sulawesi-Malut cukup penting karena posisi Gorontalo yang menghubungkan sentra

produksi di utara (Manado) dan selatan (Makassar).

2. Pemerintah menjadikan sentra produksi pertanian pangan dan perkebunan kelapa

dalam sebagai sentra fokus dalam pengembangan Koridor Ekonomi di Gorontalo

sehingga kebijakan Agropolitan yang telah dirintis oleh Pemerintah Daerah relevan untuk

terus dikembangkan di masa depan. Namun penciptaan nilai tambah perlu dikaji lebih

mendalam untuk pengolahan produksi turunan daripada sekedar menjual produk

mentah.

3. Dalam pengembangan sentra produksi pertanian pangan di Provinsi Gorontalo wilayah

kabupaten yaitu Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo, Kab. Pohuwato dan Kab. Gorontalo

Utara memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik untuk dikembangkan dalam

mempercepat tercapainya tujuan program, karena di empat wilayah kabupaten tersebut

pertanian pangan telah menjadi sektor basis dengan indikator tingginya surplus

produksi. Namun terdapat hal yang patut dicermati, meskipun telah menjadi wilayah

basis khususnya di wilayah Boalemo dan Kab. Gorontalo perlu mendapat perhatian

mengingat laju pertumbuhannya yang relatif mulai melambat. Sementara untuk wilayah

Pohuwato dan Gorontalo Utara harus terus dijaga kesinambungannya.

4. Sarana dan prasarana angkutan darat yang mengubungkan jalur trans-sulawesi telah

dipelihara cukup baik, namun sarana/prasarana laut yang terdiri atas pelabuhan dan

kargo masih perlu dikembangkan. Dermaga III yang saat ini belum dapat

dioperasionalkan perlu ditinjau ulang mengingat jangka waktu bongkar kapal telah

dirasakan cukup lama oleh importir. Selain itu ongkos pengiriman via laut masih menjadi

kendala karena terkesan adanya monopolistik oleh beberapa perusahan pelayaran

sehingga tingkat harga persisten tinggi.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan