BAB 1

6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel (Kaplan & Hentz, 1992). Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidayat dan Wim, 2004). Prevalensi luka insisi terbanyak adalah luka akibat operasi yaitu 110 juta kasus pertahun dan 6,5 juta orang mengalami luka kronis akibat tekanan, stasis vena atau penyakit diabetes mellitus. Di Amerika Serikat angka kejadian sectio caesar meningkatkan dari 5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978 dan 24-30% saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh di Indonesia terjadi peningkatan angka bedah caesar disertai angka kejaian 1

description

desssss

Transcript of BAB 1

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau

rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat

substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek

akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon

stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan

kematian sel (Kaplan & Hentz, 1992). Keadaan ini disebabkan oleh trauma

benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan sengatan listrik,

atau gigitan hewan (Sjamsuhidayat dan Wim, 2004).

Prevalensi luka insisi terbanyak adalah luka akibat operasi yaitu 110 juta

kasus pertahun dan 6,5 juta orang mengalami luka kronis akibat tekanan, stasis

vena atau penyakit diabetes mellitus. Di Amerika Serikat angka kejadian sectio

caesar meningkatkan dari 5,5% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1978

dan 24-30% saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh di Indonesia terjadi

peningkatan angka bedah caesar disertai angka kejaian infeksi luka operasi

caesar sekitar 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh luka pasca

operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi. Pada RSUP dr. Sardjito tahun 2000

kejadian infeksi luka pasca operasi bedah caesar adalah 15%, sedangkan di

RSUD dr.Soetomo Surabaya tahun 2001 angka kejadian infeksi luka 20%

(Nasution, 2008).

Penyembuhan luka merupakan proses pergantian jaringan mati atau rusak

dengan jaringan yang sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Secara umum

1

Page 2: BAB 1

2

proses penyembuhan luka terbagi menjadi 3 fase yaitu fase inflamasi, fase

proliferasi, dan fase maturasi (Suriadi, 2004).

Fase inflamasi merupakan suatu perlawanan terhadap infeksi dan sebagai

jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel

baru (Suriadi, 2004). Reaksi inflamasi berguna sebagai proteksi terhadap

jaringan yang mengalami kerusakan untuk tidak mengalami infeksi dan meluas

tak terkendali. Pada fase inflamasi terdapat substansi vasodilator yang berupa

histamin, serotonin dan sitokins. Sehingga pengeluaran mediator tersebut akan

cenderung menimbulkan nyeri. Apabila terjadi penundaan pada fase inflamasi

akan menunda fase-fase berikutnya dalam penyambuhan luka (Price dan Wilson,

2006).

Syzygium polyanthum merupakan tumbuhan berbatang besar dengan

tinggi dapat mencapai 25 meter, pada beberapa daerah di Indonesia (Sunda,

Jawa, Madura) dikenal dengan nama salam.Tanaman ini tumbuh diketinggian 5

meter sampai 1000 meter. Daunnya rimbun, berbentuk lonjong/bulat telur,

berujung runcing dan bila diremas akan mengeluarkan bau harum. Pada daun

salam (Syzygium polyanthum) terdapat kandungan tannin, flavonoid, saponin,

triterpen, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri (Sudarsono dkk., 2002).

Senyawa saponin, flavonoid dan tannin dipercaya berperan penting dalam

penyembuhan luka. Pada senyawa flavonoid khususnya, senyawa ini diyakini

dapat mempercepat fase inflamasi pada luka. Flavonoid tersebut dapat

menghambatan jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan

prostaglandin,dan pelepasan histamin atau aktivitas “ radikal scavenging” suatu

molekul (Anonimous, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Alvyanto (2012) mengenai uji efektifitas

puyer daun salam (Syzygium polyanthus) dalam penyembuhan luka sayat pada

tikus putih dengan menggunakan beberapa tingkatan dosis yaitu 0,3 gr dan 0,6

Page 3: BAB 1

3

gr. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa daun salam secara bermakna

dapat menyembuhkan luka sayatan pada tikus putih dan dosis yang efektif dalam

menyembuhkan luka sayatan adalah 0,6 gr. Tetapi pada penelitian sebelumnya

tidak menjelaskan derajat pada luka sayatan. Oleh karena itu peneliti tertarik

mengambil judul “Efektifitas konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) terhadap proses penyembuhan luka insisi derajat II fase

inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus ) galur wistar” sebagai

alternatif perawatan luka insisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diambil suatu rumusan masalah

yaitu : adakah efektifitas konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) terhadap proses penyembuhan luka insisi derajat II fase

inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus ) galur wistar.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui efektifitas konsentrasi ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum) terhadap proses penyembuhan luka insisi derajat II

fase inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus ) galur wistar.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui efektifitas normal saline 0,9% terhadap penyembuhan luka

insisi derajat II fase inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus) galur

wistar.

2. Membuktikan efektifitas konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) dapat menyembuhkan luka insisi derajat II fase inflamasi

pada tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar.

Page 4: BAB 1

4

3. Mengetahui keefektifan konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) dengan kosentrasi 25% terhadap penyembuhan luka insisi

derajat II fase inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar.

4. Mengetahui keefektifan konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) dengan kosentrasi 50% terhadap penyembuhan luka insisi

derajat II fase inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar.

5. Mengetahui keefektifan konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) dengan kosentrasi 75% terhadap penyembuhan luka insisi

derajat II fase inflamasi pada tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar.

6. Membandingkan keefektifan konsentrasi ekstrak daun salam

(Syzygiumpolyanthum) konsentrasi 25%, 50%, 75% dan normal saline

0,9% terhadap penyembuhan luka insisi derajat II fase inflamasi pada

tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar.

1.4 Manfaat penelitian

1) Teori keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

mengenai terapi alternatif dan memberikan kontribusi akademis di bidang

ilmu keperawatan dalam memberikan perawatan luka.

2) Praktek keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai terapi

komplementer dalam praktek keperawatan.

3) Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat bahwa

daun salam (Syzygium poyanthum) dapat dimanfaatkan sebagai

perawatan luka.