BAB 1 2

17
BAB 1 LAPORAN KASUS HERNIA I. Identitas pasien Tanggal masuk RS: 6 Januari 2015 Nama : Tn.O Umur : 46 tahun Jenis kelamin : laki-laki Alamat : afd 4 Agama : Islam Status perkawinan : sudah menikah a. Keluhan utama keluar benjolan di lipatan paha kanan b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu muncul benjolan dari lipatan paha kanannya, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk lagi.. Benjolan tidak pernah nyeri dan tidak pernah merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak pernah menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang keras. BAB biasanya 2 hari sekali. Sejak 1 hari yang lalu benjolan tidak dapat dimasukkan lagi. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak 1

description

hernia

Transcript of BAB 1 2

Page 1: BAB 1 2

BAB 1

LAPORAN KASUS HERNIA

I. Identitas pasien

Tanggal masuk RS : 6 Januari 2015

Nama : Tn.O

Umur : 46 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : afd 4

Agama : Islam

Status perkawinan : sudah menikah

a. Keluhan utama

keluar benjolan di lipatan paha kanan

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu muncul benjolan dari lipatan

paha kanannya, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan

benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk lagi.. Benjolan tidak

pernah nyeri dan tidak pernah merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak

pernah menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang keras.

BAB biasanya 2 hari sekali. Sejak 1 hari yang lalu benjolan tidak dapat dimasukkan

lagi. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak mengalami gangguan BAB (BAB

seperti biasanya) dan masih bisa kentut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma, dan penyakit jantung.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riw. Dm (-),riw. Hipertensi(-),riw.asma (-),riw. Penyakit jantung (-). Tidak

ada saudara pasien yang mengalami gejala sama seperti pasien.

1

Page 2: BAB 1 2

e. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan sering mengangkat beban berat

II. Pemeriksaan fisik

Keadan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 22x/menit

Suhu : 36,3° C

Status general

Kepala : Dalam batas normal

Thorax : Dalam batas normal

Abdomen : tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas : akral tidak dingin

Status lokalis

Regio inguinalis D :

Inspeksi: terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm,

permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.

Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat

dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri.

Auskultasi : bising usus (+).

III. Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

- Hb : 13,1 g/dl

2

Page 3: BAB 1 2

- Eritrosit : 4,69 juta/mm3

- Ht : 41%

- Leukosit : 8300/μl

- Trombosit : 432.000/dl

- Bleeding time : 3 menit

- Clotting time : 12 menit

- GDS : 101 mg/dL

IV. Diagnosa kerja

Hernia Inguinalis Dextra Irreponibel (2)

No. ICPC II: D.89 Inguinal hernia

No. ICD X: K. 40 Inguinal hernia

V. Diagnosa Banding

Hernia femoralis, kista sebasea,tumor

VI. Rencana Terapi

Bedah: operatif

VII. Prognosis

Ad vitam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

3

Page 4: BAB 1 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Hernia

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut

menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.

Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

2. Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul

disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia

indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia

indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi

40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis

lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia

inguinal.2,3

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:

a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam

hidup

b) Akibat dari pembedahan senelumnya

c) Kongenital

Hernia kongenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat

tertentu.

Hernia kongenital tidak sempurna

4

Page 5: BAB 1 2

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada

tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah

lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan

tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)

d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi

disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:

Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan

pada saat buang air besar atau buang air kecil.

Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya

yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak

yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.

Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal

Penyakit yang melemahkan dinding perut

Merokok

Diabetes mellitus

4. Bagian Hernia

Bagian-bagian dari hernia menurut:

1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak

semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia

internalis.

2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya

usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong

hernia.

4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

5

Page 6: BAB 1 2

5. Klasifikasi Hernia

Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:

Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada

keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga

perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong

hernia.

Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga

isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,

terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk

menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia

yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia

umbilikalis, dan hernia skrotalis.

Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke

rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin

inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga

merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia

inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga

6

Page 7: BAB 1 2

lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat

perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan

intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit,

dll).

Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui

kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.

Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ

abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh

fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari

dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.

Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam

skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau

elevantiasis skrotum.

6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari

kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan

7

Page 8: BAB 1 2

menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang

disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah

mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih

dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka.

Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2

Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,

karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral

kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan

bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada

orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus

minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal

meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang

berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia

inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui

defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,

hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi

pada semua.2

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan

alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan

antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat

dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin

banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan

penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan

dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata

dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan

pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

8

Page 9: BAB 1 2

7. Diagnosis

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2

atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui

anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh

batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia

ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia

inguinalis medialis.4

Pemeriksaan Ziemen test

posisi berbaring, bila ada

benjolan masukkan dulu, hernia

kanan diperiksa dengan tangan

kanan, penderita disuruh batuk

bila rangsangan pada jari ke-2

hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia

femoralis.4

Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan

ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar

benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak

keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4

b. Pemeriksaan penunjang

Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3

Serum elektrolit meningkat

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia

incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu

massa yang teraba di inguinal.

9

Page 10: BAB 1 2

CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya

hernia obturator.

8. Diagnosis banding

a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis

b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis

ectopic, undescenden testis

c. Aneurisma artery femoralis

d. Nodus limfatikus

e. Kista limfatikus

f. Kista sebasea

g. Psoas abses

h. Hematoma

i. Ascites

9. Penatalaksanaan

Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi

seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya

pada hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy:

membuka dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding

posterior abdomen kanalis ingunalis.1,2

Herniotomy

Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka

sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester

secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat

isinya dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak

cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

10

Page 11: BAB 1 2

Herniorrhapy

Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh

dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam

tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein

dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2

10. Prognosis

Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong

hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca

bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya

dapat diatasi.

11

Page 12: BAB 1 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.

Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.

17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217

3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,

706- 710, EGC, Jakarta.

4. Inguinal Hernia: Anatomy and

Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik

Bedah, edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.

6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman

Singapore Publisher Ltd, Singapore.

7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran,

Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

12