BAB 1 2
-
Upload
wulan-ulan-dari -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of BAB 1 2
BAB 1
LAPORAN KASUS HERNIA
I. Identitas pasien
Tanggal masuk RS : 6 Januari 2015
Nama : Tn.O
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : afd 4
Agama : Islam
Status perkawinan : sudah menikah
a. Keluhan utama
keluar benjolan di lipatan paha kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu muncul benjolan dari lipatan
paha kanannya, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan
benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk lagi.. Benjolan tidak
pernah nyeri dan tidak pernah merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak
pernah menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang keras.
BAB biasanya 2 hari sekali. Sejak 1 hari yang lalu benjolan tidak dapat dimasukkan
lagi. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak mengalami gangguan BAB (BAB
seperti biasanya) dan masih bisa kentut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma, dan penyakit jantung.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riw. Dm (-),riw. Hipertensi(-),riw.asma (-),riw. Penyakit jantung (-). Tidak
ada saudara pasien yang mengalami gejala sama seperti pasien.
1
e. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan sering mengangkat beban berat
II. Pemeriksaan fisik
Keadan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,3° C
Status general
Kepala : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : akral tidak dingin
Status lokalis
Regio inguinalis D :
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm,
permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat
dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri.
Auskultasi : bising usus (+).
III. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
- Hb : 13,1 g/dl
2
- Eritrosit : 4,69 juta/mm3
- Ht : 41%
- Leukosit : 8300/μl
- Trombosit : 432.000/dl
- Bleeding time : 3 menit
- Clotting time : 12 menit
- GDS : 101 mg/dL
IV. Diagnosa kerja
Hernia Inguinalis Dextra Irreponibel (2)
No. ICPC II: D.89 Inguinal hernia
No. ICD X: K. 40 Inguinal hernia
V. Diagnosa Banding
Hernia femoralis, kista sebasea,tumor
VI. Rencana Terapi
Bedah: operatif
VII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1
2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia
indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia
inguinal.2,3
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam
hidup
b) Akibat dari pembedahan senelumnya
c) Kongenital
Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
Hernia kongenital tidak sempurna
4
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)
d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan
pada saat buang air besar atau buang air kecil.
Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal
Penyakit yang melemahkan dinding perut
Merokok
Diabetes mellitus
4. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.
5
5. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia
yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
umbilikalis, dan hernia skrotalis.
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia
inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga
6
lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat
perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan
intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit,
dll).
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui
kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari
dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.
6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
7
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan
bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang
berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi
pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2
8
7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia
ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis.4
Pemeriksaan Ziemen test
posisi berbaring, bila ada
benjolan masukkan dulu, hernia
kanan diperiksa dengan tangan
kanan, penderita disuruh batuk
bila rangsangan pada jari ke-2
hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia
femoralis.4
Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan
ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar
benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak
keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4
b. Pemeriksaan penunjang
Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu
massa yang teraba di inguinal.
9
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.
8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis
ectopic, undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
i. Ascites
9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya
pada hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy:
membuka dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding
posterior abdomen kanalis ingunalis.1,2
Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat
isinya dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak
cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2
10
Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam
tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein
dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2
10. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya
dapat diatasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217
3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
706- 710, EGC, Jakarta.
4. Inguinal Hernia: Anatomy and
Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik
Bedah, edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.
6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.
7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
12