BA Abses Hepar.doc
-
Upload
elianamadea -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BA Abses Hepar.doc
BAB I
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS BUDHI ASIH
NOVEMBER 2015
Ruang rawat : 603
Tanggal masuk RS : 29 Oktober 2015
1.1 Identitas Pasien
RM : 01002551
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 55 th
Alamat : Menteng Atas, Setia Budi, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di lantai 6 ruang
603 RS Budhi Asih pada 8 November 2015 pukul 12.00
Keluhan Utama :
Sesak
Keluhan Tambahan :
Nyeri pada perut kanan atas, bengkak di punggung kanan, nyeri ulu hati, BAB
hitam, nafsu makan menurun.
Penyakit Sekarang (RPS)
1
Pasien datang ke RS Budhi Asih pada tanggal 29 Oktober 2015 dengan
keluhan sesak sejak 1 minggu SMRS, semakin lama semakin sesak, terasa
lebih enak jika miring ke kanan, sesak dirasa jika berjalan ke kamar mandi,
saat tidur dan merasa lebih nyaman tidur dengan 2-3 bantal. Sejak ± 1 bulan
SMRS nyeri perut kanan atas. Nyeri hilang timbul disertai bengkak di
punggung kanan, yang semakin lama semakin membesar, terasa sakit, tidak
berwana merah, pasien menyangkal adanya mual (-), muntah (-), demam (-),
nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun (+) 1 hari hanya makan 1-3 sendok
bubur. 1 minggu SMRS pasien merasa Pasien pernah BAB hitam 1 kali, cair
(+) sedikit, lendir (-). Pasien sempat berobat ke puskesmas 3 minggu SMRS
sebanyak 3 kali, setelah kunjungan ke 3 di rujuk ke rumah sakit budhi asih.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluraga pasien didapatkan riwayat penyakit liver (+), gula darah (+),
hipertensi (+), stroke (+), ginjal (-), paru (-), alergi (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke puskesmas 3 minggu SMRS sebanyak 3 kali,
kunjungan pertama mendapat obat asam mefenamat yang di konsumsi selama
1 minggu, kunjungan ke 2 dan ke 3 mendapat obat maag dan paracetamol.
Riwayat Kebiasaan
Pasien merokok sejak usia 40 tahun namun sudah berhenti ± 4 bulan lalu.
Pasien biasanya merokok ½ bungkus per hari. Pasien suka mengkonsumsi
makanan pedas dan asam, jarang berolah raga, suka jalan-jalan ke monas 1
bulan sekali. Konsumsi alkohol (-), narkoba (-).
Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal di tempat yang padat penduduk, rumah berdempetan satu sama
lain, sinar matahari masuk di siang hari, ventilasi ada 3 jendela yang dibuka
dari pagi hingga sore.
Anamnesis menurut sistem :
2
Umum : Pasien sadar, tampak sakit sedang
Kulit : Tidak ada keluhan
Kepala : Tidak ada keluhan
Mata : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Leher : Tidak ada keluhan
Thoraks : sesak (+), bengkak di punggung kanan (+)
Abdomen : Nyeri perut kanan atas (+) Nyeri ulu hati (+), mual (-),
muntah (-), BAB hitam 1 kali
Saluran kemih : Tidak ada keluhan
Genital : Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang, pucat (+)
Kesadaran Compos Mentis
Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 37◦C
Status Gizi
BB : 52 kg
TB : 150 cm
BMI : 23.1
Status Generalis
Kepala
Mata Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-),
pupil isokor (+/+), refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+)
Hidung Bentuk normal, sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (+),
deviasi septum (-/-), hipertrofi konka (-/-)
Telinga Bentuk normal, nyeri tarik (-/-), nyeri tekan (-/-), sekret (-/-),
serumen (-/-)
3
Mulut Mukosa bibir pucat, sianosis (-), oral hygine baik, faring
hiperemis (-), tonsil T1/T1, dendritus (-), uvula di tengah,
coated tongue (-)
Leher Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
Thoraks Inspeksi
Bentuk dinding dada :
Efloresensi bermakna (-)
Simetris kanan/kiri saat inspirasi maupun ekspirasi
Retraksi sela iga (+)
Ictus cordis tidak terlihat
Oedem hemithoraks kanan belakang
Palpasi
Paru : Vocal fremitus kanan meredup pada seluruh
hemithoraks kanan, oedem hemithoraks kanan
belakang, nyeri tekan (+), eritema (-), panas (-).
Jantung : Ictus cordis teraba pada ICS IV 1 cm medial
garis midklavicularis sinistra
Perkusi
Sonor seluruh lapang paru
Batas paru - hepar : ICS VI garis midclavicularis
dextra, peranjakan pada 3 jari di bawah costae garis
midclavicularis dextra
Batas paru - jantung kanan : ICS II-ICS IV linea para
sternalis dextra
Batas paru - jantung kiri : ICS VI linea midclavicularis
sinistra
Batas paru - atas jantung : ICS II linea parasternalis
sinistra
Auskultasi
Paru : Suara napas vesikuler +/+ melemah pada
hemithoraks kanan, ronki +/-, wheezing -/-
Jantung : S1>S2, irama regular 80x/menit, murmur (-),
4
gallop (-)
Abdomen Inspeksi
Perut mendatar, simetris, sagging of the flanks (-)
Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan,
efloresensi yang bermakna (-)
Auskultasi
Bising usus terdengar, 2x/menit
Perkusi :
Redup pada kuadran kanan atas
Shifting dullness (-)
Palpasi
Dinding perut supel
Hepatomegali (+) 3 jari dibawah arcus costae
Nyeri tekan pada seluruh regio abdomen
Genitalia Tidak dinilai
Ekstremitas Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tidak ada efloresensi
bermakna
Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas atas dan
bawah
Tidak terdapat oedem pada ekstremitas atas dan bawah
Palpasi
Akral teraba hangat
Oedem pada kedua ekstremitas bawah (-)
Nyeri tekan (-)
CRT < 2 detik
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
5
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 9.4 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 3.5 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 7.3 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 21 % 40 – 52
Trombosit 588 ribu/mcL 150 – 440
MCV 59.0 fL 80 – 100
MCH 20.6 Pg 26 – 34
MCHC 35.0 g/dL 32 – 36
RDW 17.4 % <14
KIMIA KLINIK
HATI
SGOT 106 mU/dl <33
SGPT 37 mU/dl <50
METABOLISME
KARBOHIDRAT
GDS 128 mg/dl <110
GINJAL
Ureum 20 mg/dl 13-43
Kreatinin 0.82 mg/dl <1.2
URINALISIS
URIN LENGKAP
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Ph 6.5 4.6-8
6
Berat jenis 1.025 1.005-1.030
Albumin urin 1+ Negatif
Urobilinogen 2.0 E.U/dl 0.1-1
Nitrit Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Esterase leukosit Negatif Negatif
SEDIMEN URIN
Leukosit 1-3 /LPB <5
Eritrosit 0.2 /LPB <2
Epitel 2+ /LPB Positif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif /LPB Negatif
Rontgen thoraks: Efusi Pleura Dextra
1.5 Rencana Diagnostik
Pemeriksaan darah rutin/24 jam
USG abdomen
Pemeriksaan tinja lengkap
7
Pemeriksaan elektrolit
1.6 Penatalaksanaan
Pada pasien ini, terapi yang diberikan antara lain :
Non-Medikamentosa
- Tirah baring setengah duduk
- Konsul spesialis paru
Medikamentosa
- IVFD Nacl 0.9%/8 jam
- Transfusi PRC 500cc
- Bolus pumpitor 2 amp dilanjutkan pumpitor 3x1 amp
- Inj. Ceftazidime 3x1
- Inj. Ondansentron 3x8mg
- Inj. Kalnex 3x1
- Inj. Vit K 3x1
- Inj. Metronidazole 3x500
- Inj. Tramadol 3x1
- Sistenol 3x1
- Episan Syr. 4x1 Cth
- Curcuma 3x1
1.7 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Dubia Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam
1.8 Ringkasan
Pasien Ny. E usia 55 tahun datang ke RS Budhi Asih pada tanggal 29
Oktober 2015 dengan keluhan nyeri perut kanan atas (+), bengkak di
punggung kanan (+), nyeri ulu hati (+), terasa terbakar di dada (+), nafsu
8
makan menurun (+). Sesak (+) terasa lebih enak jika miring ke kanan, dispnea
de effort (+), ortopnea (+). BAB hitam (+) 1 kali, cair (+) sedikit, lendir (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak
sakit sedang, pucat, RR 30 x/menit, conjungtiva anemis +/+, pernapasan
cuping hidung (+). Thoraks: retraksi sela iga (+), oedem hemithoraks kanan
belakang (+), vocal fremitus kanan meredup pada seluruh hemithoraks kanan,
oedem hemithoraks kanan belakang. Abdomen: Perkusi redup pada kuadran
kanan, hepatomegali (+) 3 jari dibawah arcus costae, nyeri tekan pada seluruh
regio abdomen (+). Pemeriksaan penunjang : Hb: 7.3 g/dl, SGOT: 106 mU/dl,
albumin urin 1+. Ro: efusi pleura dextra.
1.8 Masalah
1. Efusi pleura
2. Melena
3. Abses hepar DD/ Hepatoma
1. Efusi pluera
Efusi plura ditegakkan berdasarkan sesak yang terasa lebih ringan jika
berbaring miring ke kanan, bengkak di punggung kanan, yang semakin
lama semakin membesar, RR 30 x/menit, pernapasan cuping hidung (+).
Thoraks: retraksi sela iga (+), oedem hemithoraks kanan belakang (+),
vocal fremitus kanan meredup diseluruh lapang paru kanan. Ro: efusi
pleura dextra. Efusi pleura dipikirkan penyebabnya adalah abses hepar,
metastasis paru dari hepatoma.
Rencana diagnostik :
- Konsul spesialis paru
- Pungsi pleura
- Analisis cairan pleura
Rencana terapi :
- IVFD Nacl 0.9%/8 jam
- Inj. Metronidazole 3x500
- Inj. Ceftazidime 3x1
9
- Inj. Tramadol 3x1
- O2 2L/menit
2. Melena
Melena ditegakkan berdasarkan BAB hitam 1 kali, cair (+) sedikit. Nyeri
ulu hati (+), rasa terbakar di dada (+), riwayat sakit maag (+), nyeri tekan
epigastrium (+), Hb 7.3 g/dl. melena dipikirkan penyebabnya adalah
gastritis erosif pencetusnya makan pedas dan asem. Diagnosis banding :
ulkus peptikum, ulkus deodenum, varises esofagus.
Rencana diagnostik :
– Observasi Tanda Vital
– Monitor Hb (H2TL serial)
– Endoskopi
– Analisis feses
Rencana terapi :
- IVFD Nacl 0.9%/8 jam
- Transfusi PRC 500cc
- Bolus pumpitor 2 amp dilanjutkan pumpitor 3x1 amp
- Inj. Ceftazidime 3x1
- Inj. Ondansentron 3x8mg
- Episan Syr. 4x1 Cth
- Curcuma 3x1
Rencana edukasi :
- Jangan makan pedas dan asem.
3. Abses hepar DD/ Hepatoma
Hepatoma dengan diagnosis banding abses hepar ditegakkan berdasarkan
nafsu makan menurun (+).Perkusi redup pada kuadran kanan. Abdomen :
hepatomegali (+) 3 jari dibawah arcus costae, nyeri tekan pada seluruh
regio abdomen (+). SGOT: 106 mU/dl, Perkusi redup pada kuadran kanan,
hepatomegali (+) 3 jari dibawah arcus costae, nyeri tekan pada seluruh
10
regio abdomen (+). Pemeriksaan penunjang : Hb: 7.3 g/dl, SGOT: 106
mU/dl.
Rencana diagnostik :
– Observasi Tanda Vital
– Monitor Hb (H2TL serial)
– USG Abdomen/ CT SCAN
– Analisis amebiasis
– CEA
Rencana terapi :
- IVFD Nacl 0.9%/8 jam
- Inj. Metronidazole 3x500
- Inj. Ceftazidime 3x1
- Inj. Ondansentron 3x8mg
- Episan Syr. 4x1 Cth
- Curcuma 3x1
Follow Up
30/10/2015
S Sesak (+), lemas (+). Pungsi pleura 20 cc kental, merah, nanah
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
V : 110/80 | 77x/m | 30x/m | 36.6◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
11
Hematologi Rutin
Leukosit 7.7 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 4.9 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 9.5 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 32 % 40 – 52
Trombosit 315 ribu/mcL 150 – 440
MCV 65.7 fL 80 – 100
MCH 19.3 Pg 26 – 34
MCHC 29.3 g/dL 32 – 36
RDW 19.0 % <14
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT SERUM
Natrium 138 mmol/L 135-155
Kalium 5.9 mmol/L 3.6-5.5
Klorida 95 mmol/L 98-109
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hiperkalemia
P Rencana diagnostik
Analisis cairan pleura
Cek albumin
Cek kalsium ion
Cek H2TL/hari
Medikamentosa
IVFD Nacl 0.9%/8 jam
pumpitor 3x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Metronidazole 3x500
12
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma 3x1
31/10/2015
S Sesak (+), lemas (+).
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/80 | 70x/m | 20x/m | 36,5◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 7.3 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 4.8 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 9.1 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 31 % 40 – 52
Trombosit 618 ribu/mcL 150 – 440
MCV 65.0 fL 80 – 100
MCH 18.9 Pg 26 – 34
MCHC 29.1 g/dL 32 – 36
13
RDW 18.7 % <14
KIMIA KLINIK
Kalsium Ion1.23 Mmol/L 1.13-1.32
HATI
Albumin 2.6 g/dl 3.5-5.2
ELEKTROLIT
Kalsium (Ca) 7.7 mg/dl 8.4-10.2
ANALISA CAIRAN PLEURA
Hasil Satuan Nilai normal
Warna Merah Kuning muda
Kejernihan Keruh Jernih
Bekuan Negatif Negatif
Jumlah sel
Hitung jenis sel
Limfosit
Monosit
Neutrofil
12200
54
42
4
/µL
%
%
%
< 300
Glukosa 71 mg/dl 70-100
Total protein 4.48 g/dl <3
Pulasan gram Coccus gram (+)
Batang gram (-)
Negatif Negatif
Pulasan BTA negatif negatif
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
6. Hiperkalemia
P Rencana diagnostik
14
Cek albumin
Cek H2TL/hari
Medikamentosa
Pumpitor 1 amp/ 8 jam
IVFD RD : Nacl 0.9% + Lasal 2cc/8 jam
PRC 300 cc
Albumin 50cc
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma
1/10/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/80 | 80x/m | 27x/m | 36,5◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
15
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 8 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 4.9 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 9.7 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 33 % 40 – 52
Trombosit 533 ribu/mcL 150 – 440
MCV 68.1 fL 80 – 100
MCH 19.9 Pg 26 – 34
MCHC 29.2 g/dL 32 – 36
RDW 20.7 % <14
KIMIA KLINIK
HATI
Albumin 3.0 g/dl 3.5-5.2
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Rencana diagnostik:
Cek darah lengkap
Cek amoebiasis (tidak bisa di RSBA)
Medikamentosa
Pumpitor 1 amp/ 8 jam
IVFD RD : Nacl 0.9% + Lasal 2cc/8 jam
Albumin 50cc
pumpitor 3x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
16
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma 3x1
Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
2/10/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/80 | 70x/m | 20x/m | 36,5◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 9.6 ribu/dL 3.8 – 10.6
17
Eritrosit 4.8 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 9.6 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 33 % 40 – 52
Trombosit 503 ribu/mcL 150 – 440
LED 120 mm/Jam 0-30
MCV 68.5 fL 80 – 100
MCH 19.8 Pg 26 – 34
MCHC 29.0 g/dL 32 – 36
RDW 20.5 % <14
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit
1
8
0
69
16
6
%
%
%
%
%
%
0-1
2-4
3-5
50-70
25-40
2-8
IMUNOSEROLOGI
PENANDA TUMOR
CEA 1.66 Ng/mL <5
HIV Non-reaktif
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Rencana diagnostik
Cek H2TL/hari
Cek CEA
Medikamentosa
IVFD RD : Nacl 0.9% (2:1)/8 jam
18
pumpitor 1x1 amp
PRC 200cc
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
3/10/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
19
Leukosit 9.9 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 5.3 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 11.6 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 37 % 40 – 52
Trombosit 499 ribu/mcL 150 – 440
MCV 70.0 fL 80 – 100
MCH 21.7 Pg 26 – 34
MCHC 31.0 g/dL 32 – 36
RDW 21.2 % <14
KIMIA KLINIK
HATI
USG Abdomen :
Hepatomegali dengan lesi lobus dextra DD/ hepatoma, abses
Cholelithiasis multiple
20
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Rencana diagnostik
Cek BTA 3x
Medikamentosa
IVFD RD : Nacl 0.9% (2:1)/8 jam
pumpitor 1x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
4/10/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
21
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Medikamentosa
IVFD Nacl 0.9%/8 jam
pumpitor 1x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
5/10/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
22
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 7 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 5.1 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 11.7 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 34 % 40 – 52
Trombosit 496 ribu/mcL 150 – 440
MCV 67.0 fL 80 – 100
MCH 23.0 Pg 26 – 34
MCHC 34.5 g/dL 32 – 36
RDW 24.8 % <14
KIMIA KLINIK
HATI
Fosfatase Alkali (ALP) 182 LVL 87-111
23
Ro : Efusi pleura dextra
24
USG Thoraks :
Cairan pada cavum pleura kanan dan telah diberikan marker pada kedalaman:
Marker I : 5.78 cm dari cutis
Marker II: 4.66 cm dari cutis
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
25
P Rencana terapi
USG Thoraks
Rontgen thoraks ulang
Medikamentosa
IVFD RD : Nacl 0.9% (2:1)/8 jam
pumpitor 1x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
Omeperazole 2x1
Lansoprazole 2x1
6/11/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+). Pungsi pleura coklat, empyema, pungsi I: 200 cc,
pungsi II: 800 cc, paru belakang.
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
26
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 12.4 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 5.5 juta/mcL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 11.2 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 39 % 40 – 52
Trombosit 590 ribu/mcL 150 – 440
MCV 69.7 fL 80 – 100
MCH 20.2 Pg 26 – 34
MCHC 28.9 g/dL 32 – 36
RDW 21.0 % <14
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Rencana diagnostik
Rontgen thoraks ulang
Medikamentosa
IVFD RD : Nacl 0.9% (2:1)/8 jam
pumpitor 1x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
27
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
Omeperazole 2x1
Lansoprazole 2x1
7/11/2015
S Sesak (+), lemas (+), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan laboratorium
28
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Rencana diagnostik
Rujuk ke RS. POLRI
Medikamentosa
IVFD RD : Nacl 0.9% (2:1)/8 jam
pumpitor 1x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
29
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
Omeperazole 2x1
Lansoprazole 2x1
Lasix extra
8/11/2015
S Sesak (-), lemas (-), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Medikamentosa
IVFD Nacl 0.9%/8 jam
pumpitor 1x1 amp
Inj. Ceftazidime 3x1
30
Inj. Ondansentron 3x8mg
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K 3x1
Inj. Metronidazole 3x500
Inj. Tramadol 3x1
MST jika masih nyeri
Sistenol 3x1
Episan Syr. 4x1 Cth
Curcuma Lactulac 2x1
BK III 2x1
Ambroxol Syr 3x1C
9/11/2015
S Sesak (-), lemas (-), batuk (+)
O KU : Tampak sakit sedang
K: Compos mentis
TV : 110/70 | 72x/m | 28x/m | 36,1◦C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
Thoraks : Cor S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen : Datar, BU + 2x/m
Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (+), spleenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
LED 120 mm/jam 0-30
A 1. Efusi pleura
2. Abses hepar
3. Melena
31
4. Hipoalbuminemia
5. Hipokalsemia
P Rencana Terapi
USG abdomen
Baca mantoux tanggal 17/11/2015
Medikamentosa
IVFD Nacl 0.9%/8 jam
Metronidazole 3x1
Cefixime 2x1
Omeperazole 1x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
32
ABSES HEPAR
I. DEFINISI
Infeksi pada hati oleh bakteri, parasit, jamur, atau nekrosis steril dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri atas jaringan hati nekrotik, sel inflamasi atau sel
darah dalam parenkim hati.
II. EPIDEMIOLOGI
Infeksi amuba atau amubiasis disebabkan oleh Entamoeba histolytica, mencakup
10% dari populasi seluruh dunia dan 95% di antaranya adalah karier yang
asimptomatis. Dari 5% pasien yang simptomatis, sepuluh persen menjadi abses
hati. Insidens abses hati amuba dipengaruhi oleh keadaan nutrisi, higiene individu
yang buruk, dan kepadatan penduduk.
III. PATOGENESIS
Parasit ditularkan melalui jalur fekal-oral dengan menelan minuman atau makan
yang mengandung kista Entamoeba histolytica. Bentuk kista yang patogen dapat
melewati lambung dan berdisintegrasi di dalam usus halus, melepaskan trofozoit
dan bermigrasi ke kolon. Selanjutnya trofozoit beragregasi di lapisan musin usus
dan membentuk kista baru. Lisis dari epitel kolon dipermudah oleh galaktosa dan
N-asetil-D-galaktosamin (Gal/GalNAc)-lektin spesifik yang dimiliki trofozoit,
sehingga menyebabkan neutrofil berkumpul di tempat infasi tersebut. Ulkus pada
epitel kolon merupakan jalur amuba masuk ke dalam sistem vena portal dan
menyebabkan penyebaran ekstraintestinal ke peritoneum, hati dan jaringan lain.
Organ hati merupakan lokasi penyebaran ekstraintestinal yang paling sering.
Amuba bermultiplikasi dan menutup cabang-cabang kecil vena portal intrahepatik
menyebabkan nekrosis dan lisis jaringan hati. Diameter daerah nekrotik bervariasi
dari beberapa milimeter sampai 10 cm. Abses hati amuba biasanya soliter dan
80% kasus terletak di lobus kanan. Abses mengandung pus steril dan jaringan
nekrotik hati yang encer berwarna coklat kemerahan (anchovy paste). Amuba
pada umumnya terdapat pada daerah perifer abses.
33
IV. GAMBARAN KLINIS
Pasien dapat merasakan gejala sejak beberapa hari hingga beberapa minggu
sebelumnya. Nyeri perut kanan atas merupakan keluhan yang menonjol, pasien
tampak sakit berat, dan demam. Seeto dkk melaporkan bahwa gejala abses hati
amuba secara umum bersifat nonspesifik, 72% pasien mengeluh demam dan nyeri
di perut kanan atas. Selain itu anoreksia ditemukan pada 39% kasus dan
penurunan berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan fisis, 83% kasus
dilaporkan demam dan 69% dengan hepatomegali yang disertai nyeri tekan.
Ikterik jarang terjadi.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan jumlah sel polimorfonuklear
sekitar 70-80%, peningkatan laju endah darah, anemia ringan, peningkatan alkali
34
fosfatase dan kadar bilirubin. Uji fungsi hati pada umumnya normal. Feses dapaT
mengandung kista, pada disentri ditemukan trofozoit hematofagus. Kista positif
pada feses hanya ditemukan pada 10-40% kasus.
Foto dada menunjukkan hemidiafragma kanan terangkat dengan atelektasis atau
pleural efusi. Sensitivitas ultrasonografi dan CT scan untuk mendeteksi abses hati
amuba adalah 85% dan 100%. Uji serologis dapat membantu menegakkan
diagnosis abses hati amuba, antara lain IHA (indirect hemagglutination
antibody), EIA (enzyme immunoassay), IFA (indirect immunolfuoresent
antibotic), LA (latex
agglutination), AGD (agar gel diffusion), dan CIE (counter
immunoelectrophoresis). Antibodi hemaglutinasi indirek terhadap Entamoeba
histolytica telah banyak digunakan dan meningkat pada 90% pasien. Sensitivitas
IHA pada keadaan akut 7080%, sedangkan pada masa konvalesen > 90%.
Kekurangan IHA selain hasil tes diperoleh terlalu lama, hasilnya juga tetap positif
selama 20 tahun sehingga dapat memberi gambaran penyakit infeksi sebelumnya
dan bukan infeksi yang akut. Saat ini IHA telah digantikan oleh EIA yang dapat
mendeteksi antibodi E.histolytica baik IgG maupun imunoglobulin total. Uji
serologis ini relatif lebih sederhana, mudah dilakukan, cepat, stabil dan murah
harganya serta memiliki sensitivitas 99% dan spesifisitas > 90%. Titer positif
dapat bertahan beberapa bulan hingga tahunan setelah sembuh sehingga di daerah
endemik nilai diagnostiknya berkurang.
Pasien dengan trias nyeri abdomen, demam dan hepatomegali harus diwaspadai
oleh seorang dokter terhadap kemungkinan suatu abses hati. Diagram berikut
adalah algoritma untuk menegakkan diagnosis abses hati
Algoritma penegakan diagnosis abses hati
35
.
VI. TATALAKSANA
36
Metronidazol (35-50 mg/kg/hari dibagi 3 dosis selama 7-10 hari) atau tinidazol
(60 mg/kg/hr selama 5 hari) merupakan terapi pilihan. Sembilan puluh lima
persen abses amuba tanpa komplikasi membaik dengan pemberian metronidazol
saja. Gejala klinis biasanya membaik dalam waktu 24 jam. Terapi metronidazol
yang adekuat menyembuhkan 90% kasus. Dosis perlU diperhatikan, karena
metronidazol yang lebih rendah memudahkan terjadinya relaps.
Aspirasi jarum atau drainase perkutan yang dipandu dengan alat pencitraan telah
menggantikan posisi intervensi bedah sebagai pilihan utama untuk mengurangi
ukuran abses. Salah satu dari tindakan tersebut dilakukan jika hasil serologis
negatif pada abses berukuran besar (> 3-4 cm), tidak memberi respons terhadap
terapi antiamuba setelah 4-5 hari atau jika terdapat ruptur ke peritoneum, pleura
atau perikardium. Tindakan drainase operatif hanya diperlukan jika abses telah
ruptur sehingga menyebabkan peritonitis amuba atau jika pasien tidak berrespons
terhadap obat walaupun sudah dilakukan aspirasi dan drainase dengan kateter.
VII. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Komplikasi yang sering terjadi adalah ruptur abses, superinfeksi dan anemia.
Komplikasi berat dapat terjadi akibat infeksi sekunder atau ruptur abses ke dalam
pleura, perikardial atau daerah peritoneum. Dua pertiga kejadian ruptur terjadi di
intraperitoneum dan sepertiganya di intratorakal. Pada orang dewasa, mortalitas
abses hati amuba yang dapat didiagnosis dengan cepat dan tanpa adanya
komplikasi adalah sekitar 1%. Pada anak, mortalitasnya tidak jelas diketahui tapi
dapat meningkat secara bermakna akibat keterlambatan diagnosis. Dengan terapi
antiamuba yang adekuat selama beberapa hari hingga minggu akan terjadi
perbaikan klinis yang cepat dengan resolusi abses yang sempurna selama 3-9
bulan yang dapat di pantau secara radiologis.
VIII. RUPTUR TRANSDIAFRAGMA
37
Ruptur trasdiafragma yang disebabkan oleh abses hepar amebik biasanya ditandai
dengan nyeri eksaserbasi akut pada abdomen kuadran kanan atas dan dapat
disertai dengan sensasi seperti terobek. Gejala-gejala ini diikuti dengan
berkembangnya gejala distress respiratori dan sepsis, kadang dapat terjadi syok.
Efusi pleura biasanya masif, dengan gambaran opaque pada seluruh hemithoraks
dan pergeseran mediastinum ke kontralateral. Ruptur pada rongga pleura kanan
terjadi pada lebih dari 90% pasien. Gejala dapat berupa akut maupun kronis.
Diagnosis efusi pleura akibat ruptur transdiafragma ec abses hepar amebik dapat
ditegakkan dengan didapatkan cairan pleura berupa anchovy paste atau chocolate
sauce pada thorakosintesis. Amuba dapat ditemukan dalam cairan pleura pada
10% pasien. Ruptur pada saluran nafas dapat terjadi pada 30% pasien, dan
komplikasi ini biasanya bermanifestasi sebagai dahak coklat yang dapat
dikelirukan dengan hemoptisis oleh pasien maupun dokter.
Diagnosis ditegakkan dengan didapatkannya cairan pleura berupa anchovy paste
atau chocolate sauce dan dapat dipastikan dengan tes serologi untuk amebiasis.
Ultrasound atau CT scan abdomen dapat dilakukan untuk melihat seberapa besar
abses intrahepatic dan ada atau tidaknya abses subphrenic. Pasien dengan ruptur
trandiafragma mendapat terapi yang sama dengan efusi pleura sympathetic yang
disebabkan abses hepar amebik. Pasien dengan ruptur transdiafragma diterapi
drainase percutaneos baik pada abses hepar maupun pada cavum pleura. Drainase
dapat dilakukan dengan tube kecil (12 – 114 F). Kombinasi antara drainase dan
terapi obat menghasilkan kesembuhan klinis pada hampir seluruh pasien.
Pada 1/3 pasien dengan ruptur transhepatik biasanya terdapat infeksi bakteri pada
cavum pleura dan harus diterapi dengan antibiotik yang sesuai. Dengan tambahan
drainase terbuka atau dekortikasi biasanya butuh dilakukan sesuai dengan
indikasi. Pasien yang diterapi dekortikasi, pleura viseral biasanya di tutupi dengan
membran tebal, tapi membran ini dapat mudah diangkat dari pleura viseral.
Walaupun tidak ada superinfeksi bakteri, dekortikasi dilakukan jika paru belum
mengembang dalam 10 hari. Prognosis ruptur trasdiafragma bagus jika kondisi
awal pasien tidak buruk atau diagnosis tidak terlambat.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Andri LA, Rasjid HA. 2004. Abses amuba pada hepar. DexaMedica 2004;
21-6 .
2. Sylvia a. Price, 2006. Gangguan System Gastro Intestinal, dalam
bukuPatofisiologi Jilid 1 Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
3. Santoso M, Wijaya. 2004. Diagnostik dan penatalaksanaan abses amebiasis
hati.DexaMedica.
4. Aru W, Sudoyo, dkk. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi
Empat.Balai Penerbitan FK-UI: jakarta.
40