B10set_BAB II. Tinpus.pdf

download B10set_BAB II. Tinpus.pdf

of 12

Transcript of B10set_BAB II. Tinpus.pdf

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    1/12

    3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Adas (Foeniculum vulgareMill.)

    Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman herba

    tahunan dari kerajaan plantae, kelas Magnoliopsida, ordo Apiales, familii

    Umbelliferae dan genusFoeniculum. GenusFoeniculum mempunyai tiga spesies

    yaitu Foenculum vulgare (adas), F. azoricum (adas bunga digunakan sebagai

    sayuran) dan F. dulce (digunakan juga sebagai sayuran). Foeniculum vulgare

    mempunyai sub spesies yaituFoeniculum vulgare varietas dulce (adas manis)dan

    F. vulgare varietas vulgare (adas pedas). Di Indonesia dikenal dua jenis adas

    yang termasuk ke dalam famili Umbelliferae, yaitu adas (F. vulgare Mill.) dan

    adas sowa (Anetum graveolens Linn.). Kedua jenis ini telah banyak

    dibudidayakan di Indonesia, terutama adas (F. vulgare Mill.). SedangkanAnetum

    graveolens Linn lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah dan

    daunnya dimakan sebagai lalap (Anonim 2008).

    Adas memiliki beberapa nama lokal. Adas disebut hades di Sunda. Di

    Jawa adas disebut adas, adas londa, adas (Bali), wala wunga (Sumba), das pedas

    (Aceh), adas, adas pedas (melayu), adeh, manih (Minangkabau), paapang,

    paampas (Manado), adasa, rempasu (Makasar). Tanaman ini berasal dari Eropa

    Selatan dan daerah Mediterania, yang kemudian menyebar cukup luas di berbagai

    negara seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian, dan termasuk negara Indonesia.

    Di Cina tanaman ini disebut hsiao hui (China). Di Thailand adas disebutphong

    karee atau mellet karee. Jintan manis sebutan adas di Malaysia dan di Inggris

    disebutFennel(Anonim 2008).

    Tanaman adas dicirikan sebagai bentuk herba tahunan, tinggi tanaman

    dapat mencapai 1-2 m dengan percabangan yang banyak, batang beralur. Daun

    berbagi menyirip, berbentuk bulat telur sampai segi tiga dengan panjang 3 cm,

    bunga berwarna kuning membentuk kumpulan payung yang besar. Dalam satu

    payung besar terdapat 15 - 40 payung kecil, dengan panjang tangkai payung 1 - 6

    cm. Bunga berbentuk oblong dengan panjang 3,5 - 4 mm. Dalam masing-masing

    biji terdapat tabung minyak yang letaknya berselang-seling. Buahnya adalah biji

    kering dengan panjang 4 hingga 9 mm dan lebar separuh panjangnya, serta

    http://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/wiki/Buah
  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    2/12

    4

    mempunyai alur. Gambar 1 menunjukkan buah adas kering yang dikenal sebagai

    biji adas. Pada waktu muda biji adas bewarna hijau kemudian kuning kehijauan

    dan kuning kecokelatan pada saat panen (Anonim 2008).

    Gambar 1 Buah Adas

    Buah adas terdiri dari dua jenis yaitu adas manis dan adas pedas. Buah

    adas yang digunakan dalam penelitian ini adalah adas manis (F. vulgare Miller

    subsp. vulgare varietas dulce (Miller) Thellung) dan memiliki kadungan

    fitoestrogen (trans - anethole) lebih tinggi dibandingkan adas pedas. Tabel 1

    menunjukkan perbedaan karakteristik fito-kimia antara adas manis dan pedas.

    Adas pedas dikarakteristikkan dengan kandungan minyak esensial minimal 40%

    dari berat kering buah sedangkan adas manis 20%. Minyak esensial adas pedas

    mengandung minimal 60 % anethole, 15%fenchone dan maksimal 6% estragole

    sedangkan minyak esensial adas manis mengandung minimal 80% anethole, 7,5%

    fenchone dan maksimal 10% estragole (EMEA 2008).

    Table 1 Identifikasi komposisi kimia minyak esensial buah adas manis dan pedas

    dengan metodesteam distillationKandungan Adas Pedas Adas ManisTrans Anethole 55-75% 79,8-83,1%

    Fenchone 12-25% 4,6%Estragole 6% 3,9-5,1%Limopinene 0,9-5% 2,2-3,8%Cis-Anethole 0,5 (max)

    Anisaldehyde 2 (max)Beta-myrcene 1,4%

    Sumber : EMEA (2008)

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    3/12

    5

    Buah adas memiliki beberapa khasiat yaitu sebagai antispasmodik,

    karminatif, diuretik (pelancar air seni), ekspektoran (pengencer dahak), laksatif,

    stimulan (perangsang), dan obat sakit perut. Adas juga digunakan sebagai obat

    untuk merangsang Air Susu Ibu (ASI), pelancar haid, obat kolik dan digunakan

    untuk memperbaiki rasa obat lainnya. Minyak esensial dan oleoresin adas dapat

    digunakan untuk aroma sabun, krem, parfum dan minuman beralkohol. Obat-

    obatan herbal Cina juga menggunakan adas sebagai obat grastroenteritis, hernia,

    gangguan pencernaan, gangguan abdomen, dan meng-hancurkan lendir. Minyak

    esensial adas dilaporkan bisa menstimulasi perbaikan liver pada tikus putih dan

    juga sebagai antibakteri. Untuk kesehatan wanita selain memperlancar ASI, adas

    juga dapat memperlancar haid, dan meningkatkan efek estrogenik sehingga buah

    adas dapat memperlambat menopause (Anonim 2008).

    Fitoestrogen

    Kajian dan penelitian tentang fitoestrogen dewasa ini semakin intensif

    dilakukan. Fitoestrogen pertama kali diamati pada tahun 1926. Pada saat itu

    masih belum diketahui apakah zat ini dapat mempengaruhi metabolisme hewan

    atau manusia. Pada tahun 1940 an baru disadari bahwa domba yangdigembalakan di daerah yang banyak ditumbuhi red cloveratau semanggi merah

    ternyata menyebabkan domba tersebut menjadi sangat subur karena diduga

    banyak memakan tumbuhan yang kaya akan fitoestrogen. Semenjak itu mulai

    banyak penelitian mengkaji manfaat dari fitoestrogen ini (Yildiz 2005).

    Fitoestrogen adalah senyawa nonsteroidal berasal dari tumbuhan yang

    memiliki sifat estrogenik (Tsourounis 2004). Fitoestrogen sebenarnya adalah

    substrat asal tumbuhan yang memiliki khasiat seperti estrogen. Khasiatestrogenik terjadi karena fitoestrogen juga memiliki dua gugus hidroksil (-OH)

    yang berjarak 11,0-11,5 pada intinya yang sama persis dengan inti estrogen itu

    sendiri. Para peneliti telah sepakat bahwa jarak 11,0 dan gugus hidroksil ini

    yang menjadi struktur pokok suatu substrat agar mempunyai efek estrogenik,

    yakni memiliki afinitas tertentu untuk dapat menduduki reseptor estrogen.

    Fitoestrogen memiliki afinitas yang sangat rendah terhadap reseptor estrogen bila

    dibanding estrogen. Fitoestrogen diperlukan dalam jumlah yang sangat besar

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    4/12

    6

    untuk memperoleh efek yang memadai seperti estrogen. Jika substrat berikatan

    dengan reseptor-reseptor estrogen maka efek estrogenik baru terjadi (Achadiat

    2007). Selain jarak antara dua gugus hidroksil, menurut Yildiz (2005) kunci

    struktural penting dari suatu zat agar dapat berperan sebagai estrogen atau

    estradiol-like effect adalah memiliki cincin fenol yang sangat penting perannya

    dalam berikatan dengan reseptor estrogen, pola hidrosilasi maksimal, dan berat

    molekul yang harus sama dengan berat molekul estrogen (BM=272).

    Fitoestrogen memiliki tiga kelompok utama yaitu isoflavone, lignane, dan

    coumestane, dan beberapa herbal lain. Tiga kelompok tersebut terdapat pada

    sekitar 300 jenis tanaman, terutama keluarga polong-polongan. Menurut

    Tsourounis (2004) kelompok fitoestrogen tersebut adalah isoflavone terdapat pada

    soy bean (kacang kedelai), lentil (miju-miju), chickpeas (buncis), red clover

    (semanggi merah). Lignan terdapat pada flax seed (biji rami), cereal (padi-

    padian), sayur-sayuran, dan buah-buahan. Fitoestrogen yang terkandung di dalam

    adas termasuk dalam kelompok lignan. Coumestan terdapat padasun flower seed

    (biji bunga matahari) dan kecambah.

    Semua fitoestrogen secara garis besar diabsorbsi sebagai metabolit

    prekursor yaitu dalam bentuk awal dari fitoestrogen yang belum aktif atau kurangbersifat estrogenik (merupakan fitoestrogen dalam bentuk glikosida terkonjugasi).

    Fitoestrogen kelompok lignan akan diabsorbsi sebagai matairesinol,

    secoisolaricinol. Selanjutnya metabolit prekursor ini akan dimetabolisme oleh

    bakteri intestinum menjadi senyawa aktif yang bersifat estrogenik yaitu

    enterolacton dan enterodiol (Wolf 2005).

    Fitoestrogen memiliki struktur kimia mirip 17 estradiol, sehingga dapat

    berikatan dengan kedua reseptor estrogen yaitu reseptor estrogen alpa (RE) danreseptor estrogen beta (RE). Afinitas ikatan fitoestrogen pada kedua reseptor

    tidak sama (Tabel 2), afinitas fitoestrogen lebih besar terhadap RE dibanding

    RE. Kadar sirkulasi yang berulang dari fitoestrogen mampu menghasilkan

    aktivitas biologik potensial (Tsourounis 2004).

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    5/12

    7

    Tabel 2 Relative binding affinity (RBA) berbagai hormon pada reseptor estrogen dan pada tikus

    RBA

    RE RE17 estradiol 100 100Estron 60 3717 estradiol 58 11Estriol 14 21Tamoxifen 7 6Coumestrol 94 185Genistein 5 36 zearanol 16 14Sumber: Ibanez & Baulieu (2005)

    Prostat, ovarium, paru-paru, vesika urinaria, ginjal, uterus, dan testis

    merupakan beberapa organ yang dipengaruhi khusus oleh fitoestrogen

    (Tsourounis 2004). Fitoestrogen dengan kadar tinggi dan sirkulasi yang berulang

    dapat menyebabkan efek yang potensial. Hal ini disebabkan karena reseptor

    estrogen akan diblokir oleh fitoestrogen dan tidak dapat diduduki oleh estrogen.

    Fitoestrogen setelah berikatan pada reseptor estrogen, akan menyebabkan

    timbulnya aktivitas estrogenik yang lemah (Tsourounis 2004). Dengan kata lain

    fitoestrogen dapat bersaing dan menggantikan fungsi estrogen. Fitoestrogen

    berperan dalam menstabilkan fungsi hormonal, yakni dengan cara menghambat

    aktivitas estrogen yang berlebihan yang dapat menginduksi terjadinya kanker dan

    juga dapat mensubstitusi estrogen ketika kadarnya di dalam tubuh rendah

    (Anonim 2008).

    Biologi Tikus Putih

    Tikus putih (Rattus sp.) galur SpragueDawley merupakan hewan

    percobaan yang sering digunakan dalam penelitian. Tikus telah diketahui sifat-

    sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, dan relatif sehat (Malole dan

    Pramono 1989). Galur ini lebih cepat pertumbuhannya, lebih resisten terhadap

    infeksi terutama penyakit saluran pernafasan (Ballanger 2000). Ciri-ciri tikus ini

    adalah albino, kepala kecil, dan ekor lebih panjang dari badannya (Malole dan

    Pramono 1989). Parameter normal fisiologi reproduksi dan biologi tikus putih

    disajikan dalam Tabel 3.

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    6/12

    8

    Tabel 3 Parameter normal fisiologi reproduksi dan biologi tikus putih

    Kriteria

    Lama hidupLama produksi ekonomisLama kebuntinganKawinUmur disapihUmur dewasaUmur dikawinkanSiklus kelaminSiklus berahiLama estrusPerkawinanOvulasiFertilisasiImplantasiBerat dewasaBerat LahirJumlah anak

    2-4 tahun1 tahun20-22 hari1 -24 jam21 hari40-60 hari10 mingguPoliestrus4-5 hari9-20 jamPada waktu estrus8-11 jam sesudah estrus, spontan7-10 jam setelah kawin5-6 hari setelah fertilisasi300-400 g (jantan), 250-300 g (betina)5-6 gRata-rata 9, dapat 20 ekor

    Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

    Siklus Estrus Tikus

    Panjang siklus estrus tikus rata-rata 4-5 hari. Siklus estrus terdiri dari

    empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Turner dan Bagnara

    1976). Masing-masing fase ini menggambarkan proses fisiologis yang berbeda.

    Perbedaan irisan melintang dinding vagina tiap fase ditunjukkan pada Gambar 2.

    Gambar 2 Irisan melintang dinding vagina tikus putih selama berbagai fase siklusestrus (Turner dan Bagnara 1976)

    Proestrus

    Proestrus merupakan fase yang menandakan akan datangnya berahi. Fase

    ini ditandai dengan periode pertumbuhan folikel ovarium yang cepat di bawah

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    7/12

    9

    pengaruhFollicle Stimulating Hormone (FSH) (McDonald 1989). Pada fase ini

    estrogen mulai dibentuk oleh folikel ovarium. Selain itu Toelihere (1979)

    menyatakan pada tahap ini terjadi peningkatan vaskularisasi epitel vagina dan

    penandukan yang terjadi pada beberapa spesies. Peningkatan vaskularisasi ini

    disebabkan oleh estrogen yang semakin tinggi. Proestrus berlangsung selama 12

    jam (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Pada preparat ulas vagina terlihat

    adanya dominasi sel-sel epitel berinti (Nalbandov 1990).

    Estrus

    Estrus adalah periode penerimaan seksual (berahi) pada hewan betina yang

    ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Ovulasi terjadi selama atau segera

    setelah periode tersebut. Hal ini disebabkan penurunan tingkat FSH dalam darah

    dan kenaikan tingkat Luteinizing Hormone (LH). Tingginya kadar estrogen ini

    akan menekan sekresi FSH dan sebaliknya merupakan umpan balik positif

    terhadap LH sehingga terjadi lonjakan LH yang sangat tinggi (LH surge) sesaat

    sebelum ovulasi. Ciri hewan yang mengalami estrus adalah adanya aktivitas

    berlari-lari yang sangat tinggi di bawah pengaruh estrogen. Estrus merupakan

    periode sekresi estrogen yang tinggi. Estrogen dari folikel de Graaf yang matangmenyebabkan berbagai perubahan pada saluran reproduksi, uterus tegang, mukosa

    vagina tumbuh cepat serta adanya sekresi lendir. Selama siklus estrus uterus akan

    mengalami vaskularisasi sampai sepuluh kali lipat sehingga dapat menyebabkan

    perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dalam saluran

    reproduksi (Schramm et al. 1984). Fase ini berlangsung selama 12 jam (Smith

    dan Mangkoewidjojo 1988). Pada preparat ulas vagina ditemukan banyak sel

    tanduk (Nalbandov 1990).

    Metestrus

    Metestrus adalah fase pasca ovulasi dan mulai terbentuknya korpus

    luteum. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya waktu

    Luteotropik Hormon (LH) disekresi oleh adenohipifisis. Metestrus sebagian besar

    berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan korpus luteum (Guyton

    1994). Selama periode ini terjadi penurunan estrogen dan peningkatan

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    8/12

    10

    progesteron. Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel

    mulai teratur kembali. Lapisan pada folikel yang pecah mulai ke dalam sementara

    suplai vaskularisasi darah meningkat dalam rongga. Struktur yang baru ini

    disebut korpus luteum atau badan kuning (Frandson 1999). Metestrus disebut

    juga periode transisi antara ovulasi dan matangnya korpus luteum (McDonald

    1989). Korpus luteum merupakan perubahan bentuk dari folikel de Graaf pada

    tahap akhir yang berubah fungsi setelah menglami ovulasi. Stadium ini

    berlangsung kira-kira 10-14 jam setelah ovulasi berlangsung. Pada preparat ulas

    vagina terlihat banyak leukosit muncul di dalam lumen vagina diantara sel

    bertanduk (Nalbandov 1990).

    Diestrus

    Diestrus merupakan periode matangnya korpus luteum dan organ-organ

    reproduksi karena adanya progesteron (McDonald 1989). Korpus luteum yang

    telah berkembang sempurna memberikan pengaruh yang menonjol pada uterus.

    Selaput endometrium lebih menebal, kelenjar uterin membesar dan otot uterin

    juga menunjukkan perkembangan. Apabila ovum tidak dibuahi maka korpus

    luteum akan regresi (Frandson 1999). Regresinya korpus luteum menyebabkanpenurunan progesteron yang dihasilkan. Rendahnya kadar progesteron dan

    estrogen akan merangsang kembali hipotalamus dan hipofise anterior untuk

    mensekresi FSH dan LH dan siklus berulang ke proestrus. Fase ini berlangsung

    selama 65 jam (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Pada preparat ulas vagina

    terlihat leukosit dalam jumlah tinggi dan mulai terbentuknya sel-sel epitel berinti

    (Nalbandov 1990).

    Morfologi Organ Reproduksi Tikus Betina

    Ovari

    Secara umum mamalia memiliki sepasang ovari yang terletak dalam ruang

    abdomen atau dalam ruang pelvis. Ovari kanan dan kiri memiliki selang berat

    yang sama yaitu 0.08-0.01 g (Anonim 2009). Tikus memiliki anatomi ovari yang

    diselubungi oleh bursa ovari dan bursa ini biasanya terhubung dengan ruang

    peritonium. Infundibulum berada pada bagian proksimal dari ovari. Ampula

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    9/12

    11

    merupakan lanjutan dari infundibulum, berada pada sepertiga bagian oviduk

    tempat terjadi fertilisasi. Isthmus merupakan lanjutan ampula, berada pada bagian

    proksimal dari kornua uterus, dan memiliki tunika muskularis (Ownby 2002)

    Perkembangan folikel ovari dipengaruhi oleh FSH dan LH yang

    disekresikan oleh hipofise pars distalis dibawah regulasi hipotalamus. FSH

    menstimulasi pertumbuhan dan kematangan folikel tetapi tidak menyebabkan

    ovulasi, luteinisasi atau stimulasi terhadap jaringan interstisial ovari. Sedangkan

    LH bekerjasama dengan FSH untuk menstimulir pematangan folikel dan

    pelepasan estrogen (Toelihere 1979).

    Ovari dapat bertindak sebagai kelenjar endokrin karena kemampuannya

    untuk memproduksi estrogen, progesteron, dan androgen di bawah pengaruh

    hormon FSH dan LH. Pengaruh LH terhadap sel teka adalah untuk

    mensekresikan androgen dan progesteron. Sedangkan FSH mempengaruhi sel

    granulosa (teka interna) untuk mensekresikan estrogen (estradiol 17). Teka

    androgen kemudian akan mencapai sel granulosa dan melalui reaksi enzimatis,

    androgen dirubah menjadi estrogen (Banks 1986).

    Uterus

    Tikus mempunyai uterus berbentuk dupleks, dengan dua serviks dan

    pemisahan tanduk uterus secara sempurna. Dinding uterus terdiri atas lapisan

    endometrium, miometrium, dan perimetrium. Endometrium yaitu lapisan yang

    merupakan dinding lumen uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar-kelenjar

    uterus dan tenunan pengikat (Partodiharjo 1987). Menurut Hartono (1992)

    endometrium terbagi menjadi dua bagian yaitu lamina propria yang berupa

    jaringan ikat longgar yang mengandung banyak sel dan disebut stratum selulare,

    dan di bawahnya terdapat jaringan ikat longgar dengan ruang antar sel yang luas

    yang disebut stratum spongiosum yang penuh oleh cairan pada saat estrus

    sehingga akan tampak menggembung. Bagian kedua adalah kelenjar uterus yang

    aktivitasnya tergantung pada siklus berahi. Lapisan berikutnya adalah

    miometrium terdiri atas lapisan otot dalam yang tersusun melingkar, lapisan otot

    luar yang tersusun membujur dan lapisan vaskuler yang memisahkan kedua

    lapisan otot tersebut. Lapisan terluar adalah perimetrium yang membungkus

    seluruh organ (Nalbandov 1990).

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    10/12

    12

    Perubahan Ovari dan Uterus selama Siklus Estrus

    Proestrus ditandai oleh adanya peningkatan pertumbuhan folikel ovari di

    bawah pengaruh FSH yang disertai oleh sekresi estrogen. Fase proestrus akan

    memperlihatkan struktur epitel mukosa endometrium yang mengalami hipertropi

    dan diinfiltrasi oleh neurofil, selain itu propri-submukosa mengalami peningkatan

    vaskularisasi dan nampak adanya kongesti seperti edema. Kelenjar uteri tampak

    lurus dan beberapa hingga memanjang (Samoelson 2003).

    Saat estrus, epitel mukosa berlanjut hipertropi hingga menebal dengan

    diinfiltrasi oleh sel-sel mononuclear. Pada propria-submukosa akan mencapai

    vaskularisasi yang maksimum dengan adanya kongesti dan hemoragi seperti

    edema. Kelenjar uterus akan mengalami pemanjangan dan lebih tinggi dengan

    adanya edema dan keberadaan sel Mast secara mikroskopik mengalami hemoragi,

    metrorrhagia hingga sebelum ovulasi (Samoelson 2003).

    Metestrus merupakan periode setelah fase estrus. Pembuluh darah akan

    mengalami penurunan kongesti dan edema. Kelenjar uterus akan tumbuh secara

    progresif hingga tampak seperti menggulung (Samoelson 2003).

    Periode diestrus merupakan lanjutan dari metestrus. Pembuluh darah akan

    berlanjut mengalami penurunan kongesti dan edema jaringan ikat. Pertumbuhankelenjar uterus mencapai puncak ditandai dengan adanya percabangan hingga

    menggulung. Jika tidak terjadi fertilisasi maka secara bertahap kelenjar uterus

    akan mengalami involusi (Samoelson 2003).

    Estrogen

    Estrogen adalah steroid alamiah yang disekresikan oleh teka interna

    folikel de Graaf atau oleh plasenta (Toelihere 1979). Estrogen terdapat di dalam

    berbagai jaringan hewan seperti testes, adrenal, dan plasenta serta dalam jumlah

    kecil ditemukan dalam spermatozoa (Turner dan Bagnara 1976). Pada hewan

    betina, estrogen disintesis dan dibebaskan dalam sirkulasi darah oleh ovarium,

    baik oleh sel teka maupun oleh sel granulosa, plasenta, dan adrenal korteks

    (Veldhuis et al. 1986).

    Estrogen secara kimia maupun potensinya terdapat dalam berbagai bentuk

    yaitu estron yang mempunyai potensi rendah, estriol yang berasal dari plasenta

    yang juga memiliki potensi rendah, dan estradiol yang berasal dari ovarium yang

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    11/12

    13

    mempunyai potensi paling kuat (Lasley et al. 1988). Estradiol dikeluarkan oleh

    ovarium dan segera mengalami dehidrogenasi menjadi estron, kemudian

    dimetabolisis menjadi estriol dan dikeluarkan oleh urin. Estron adalah hormon

    estrogen alami yang paling banyak dalam darah (Siswandono 1995).

    Fungsi utama estrogen adalah menimbulkan proliferasi sel dan

    pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin serta jaringan lain yang berkaitan

    dengan reproduksi. Pengikatan estrogen dengan reseptor khas dalam sitoplasma

    atau protein di luar inti menyebabkan perubahan bentuk konformasi protein

    sehingga memudahkan penetrasi kompleks estrogen-reseptor ke dalam inti sel.

    Kompleks kemudian mengikat sisi aseptor di kromosom, memicu sintesis mRNA

    dan protein, sehingga meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan jaringan

    saluran reproduksi (Siswandono 1995).

    Menurut Guyton dan Hall (1994) estrogen menyebabkan pembesaran

    ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina. Pembesaran ini terjadi pada genetelia

    eksterna akibat meningkatnya deposisi lemak. Estrogen menstimulasi

    peningkatan pertumbuhan epitel vagina untuk berkornifikasi. Estrogen mengubah

    epitel vagina yang semula adalah epitel pipih selapis menjadi kuboid bertingkat.

    Estrogen menyebabkan perubahan nyata pada endometrium dan kelenjarnya.Estrogen merangsang hipertrofi dan hiperplasia endometrium dan miometrium

    akibatnya ukuran uterus bertambah dua sampai tiga kali lipat dibandingkan

    sebelum pubertas. Pada tuba fallopi estrogen menyababkan prolifesai tuba fallopi

    dan menyebabkan bertambahnya sel silia yang membatasi tuba fallopi.

    Kekurangan estrogen pada usia tua akan menyebabkan berkurangnya aktivitas

    osteoblastik, matriks tulang, dan deposit kalsium serta fosfat tulang, sehingga

    menyebabkan osteoporosis. Estrogen sedikit menyebabkan peningkatan lajukecepatan metabolism lemak dengan meningkatkan jumlah deposit lemak dalam

    jaringan subkutan. Estrogen menyebabkan kulit akan berkembang membentuk

    tekstur yang halus dan lembut serta menyebabkan kulit lebih vaskular dari normal.

    Pada hewan multipara/politokus seperti tikus dan mencit, estrogen akan

    menyebabkan perubahan vaskularisasi pembuluh darah. Estrogen dapat

    menyebabkan peningkatan aliran darah secara tidak langsung yaitu melalui

    terjadinya peningkatan prostaglandin yang dapat menyebabkan vasodilatasi

  • 7/27/2019 B10set_BAB II. Tinpus.pdf

    12/12

    14

    pembuluh darah pada miometrium maupun pada endometrium. Estrogen akan

    menyebabkan hiperemi uterus yang pada umumnya berhubungan dengan

    peningkatan sekresi cairan luminal sehingga terjadi distensi lumen uterus

    (Schramm et al. 1984).

    Estrogen digunakan untuk pengobatan ketidaknormalan sistem reproduksi

    wanita seperti tumor prostat dan payudara dan kontrasepsi oral, biasanya

    dikombinasi dengan hormon progestin. Estrogen juga sangat berguna untuk

    pengobatan endometriosis, menstruasi yang tidak normal, osteoporosis, kegagalan

    pengembangan ovarium dan untuk mengontrol sindrom sesudah menopause. Efek

    samping yang ditimbulkan antara lain mual, gangguan saluran cerna, sakit kepala,

    ketegangan payudara, spoting, kegemukan, dan tromboemboli (Siswandono

    1995).

    Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas

    bersisfat mirip estrogen. Zat buatan yang bersifat seperti estrogen disebut

    xenoestrogen, sedangkan bahan alami dari tumbuhan yang memiliki aktivitas

    seperti estrogen disebut fitoestrogen. Estrogen-estrogen ini akan berikatan pada

    dua jenis reseptor yang dikenal dengan RE dan RE (Ibanez dan Baulieu 2005).

    RE) dan RE) banyak terdapat dalam jaringan reproduksi wanita (ovarium,endometrium, dan payudara), kulit, pembuluh darah, tulang, dan otak. Pada

    sistem reproduksi laki-laki reseptor ini banyak terdapat pada prostat (Brown

    2004). Susunan syaraf pusat adalah target lain dari estrogen yang akan

    memodulasi sekresi LH dan FSH melalui sistem hipotalamus-hipofisis.

    Berdasarkan kadarnya dalam plasma, estrogen dapat berperan sebagai kontrol

    umpan balik negatif dengan menurunkan sekresi LH dan FSH, atau sebagai

    kontrol umpan balik positif dengan menstimulasi sekresi LH dan FSH (Yoles etal. 2005).