B. Lokasi · Web viewDalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh founding Director...
-
Upload
trinhxuyen -
Category
Documents
-
view
220 -
download
6
Transcript of B. Lokasi · Web viewDalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh founding Director...
DOKUMEN RENCANA PROYEK PRIDE CAMPAIGN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
WILAYAH BESITANG, SUMATERA UTARA
ISMAILYayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC),
Juni 2009
1
TEORI PERUBAHAN
K + A + IC + BR BC TR CR
Untuk menghentikan perambahan kawasan hutan dan untuk memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besitang di bagian timur dari Taman Nasional Gunung Leuser, satu ketetapan UNESCO sebagai World Heritage Site dan satu habitat penting untuk Orangutan Sumatera, sistem agroforestry yang lebih murah dan permanen akan diperkenalkan. Petani Lokal akan diberitahukan tentang arti pentingnya TNGL sebagai rumah terakhir bagi spesies primata yang sangat terancam punah, manfaat layanan jasa lingkung dari TNGL dan manfaat mengadopsi sistem agroforestry. Teknik baru ini akan menawarkan pendapatan lebih tinggi dan lebih berkesinambungan kepada mereka serta pada saat yang bersamaan juga memelihara Mereka akan diperkenalkan pada konsep sistem agroforestry, menerima pelatihan dan bantuan teknik untuk menggunakan teknik serta akhirnya mengadopsi serta mempraktekan teknik baru. Sistem mata pencarian alternatif lain, juga akan diperkenalkan. Selama satu tahun pertama diharapkan adanya 30% adopsi teknik oleh komunitas petani lokal salah satu desa target dari pada 4 desa target. Kampanye Pride di area hutan Besitang akan dilihat sukses jika pe rambahan hutan berkurang dan populasi Orangutan Sumatera bertahan. Sistem Agroforestry telah diterapkan di banyak lokasi dan komunitas di Indonesia serta mungkin ditiru/direplika ke komunitas ini.
Kampanye pemasaran sosial
meningkatkan kepedulian
tentang pentingnya
melestarikan kawasan TNGL
dan Masyarakat mengetahui
keuntungan & tehnik agroforestry
Kampanye Pemasaran Sosial:
1. Masyarakat peduli dgn kawasan TNGL
2. Masyarakat setuju pola agroforestry sebagai pola pengembangan lahan dan alternative penambahan pendapatan
Kampanye Pemasaran sosial meningkatkan: diskusi diantara khalayak target tentang Pentingnya melestarikan kawasan TNGL, wacana dan diskusi Agroforestry dan alteranatif livelihood
Pengenalan dan pengembangan agroforestry untuk mengoptimalkan fungsi & pemanfaatan lahan yang diharapkan dapat menurunkan kebutuhan lahan sehingga mengurangi praktek perambahan hutan di kawasan TNGL Besitang
1. Masyarakat di 4 desa target tidak terlibat praktek perambahan hutan di area hutan Taman Nasioanal Gunung Leuser wilayah Besitang
2. Masyarakat menerapkan system agroforestry untuk meningkatkan pendapatandan mengoptimalkan lahan agar tidak merambah hutan
Menghentikan perambahan
kawasan hutan dan perusakan
Habitat Orangutan
Sumatera agar tetap terjaga
Mempertahankan hutan Leuser
Besitang (bagian timur TNGL) yang
terintegritas sebagai habitat
penting Orangutan Sumatera
2
PENDAHULUAN (ismail)
Sejak tahun 2007, saya bersama Orangutan Information Centre (OIC) Medan tempat lembaga dimana saya bekerja, telah melakukan berbagai aktivitas bersama masyarkat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah SPTN VI Besitang, kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia. Hutan TNGL wilayah Besitang merupakan perwakilan hutan dataran rendah Leuser yang memiliki potensi besar dan merupakan habitat penting bagi satwa orangutan sumatera (Pongo abelii) dan satwa liar lainnya. Sejak tahun 2007 tersebut saya bersama tim dan lembaga OIC telah melakukan upaya penyadaran dan peningkatan peran serta masyarakat lokal terhadap upaya konservasi kawasan TNGL wilayah Besitang.
Selama masa tersebut, saya dan OIC telah mencoba berbagai program untuk melindungi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang dan upaya penyadaran dan pemberdayaan masyarakat serta upaya sosialiasi pengnanganan konflik manusia dan satwa khusunya orangutan. Untuk mengembalikan fungsi ekosistem Leuser kami juga telah melakukan upaya rehabilitasi kawasan hutan Leuser yang terdegradasi.Betapapun terasa berat, saya dan orang-orang yang bekerja untuk meyelamatkan hutan Taman Nasional Gunung Leuser di wilayah Besitang ini memiliki keyakinan bahwa suatu saat masyarakat disekitar Leuser akan menjadi bagian yang aktif untuk menjafi buffer melindungi TNGL. Keyakinan ini terasa terus bertambah melihat semakin bertambahnya orang-orang yang ikut bersama kami dalam barisan pelindung dan peduli Leuser.
3
Bagaimana cara Orangutan Information Centre (OIC) melindungi flora dan fauna Taman Nasional Gunung Leuser yang unik dari degradasi yang lebih lanjut dan memelihara keanekaragaman hayati agar dapat dinikmati generasi berikutnya di masa yang akan datang?
Rencana Proyek ini menyediakan bukti dokumenter dari tahap pertama kampanye Pride di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah Besitang, kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia yang menguraikan bagaimana ancaman terhadap kawasan TNGL wilayah Besitang diidentifikasi dan diuji kebenarannya, bagaimana sumber-sumber ancaman tersebut divalidasi dan perilaku yang ada diidentifikasi. Rencana Proyek ini menjelaskan proses-proses yang digunakan untuk mengembangkan model konseptual dan peringkat ancaman, juga bagaimana dan mengapa khalayak dibagi-bagi dan pesan-pesan dibuat. Sasaran proyek yang diatur dalam rencana ini dan strategi pengawasan yang dijabarkan telah diperiksa oleh pemangku kepentingan utama dan keseluruhan rencana telah dibaca dan disetujui oleh Founding Director YOSL-OIC dan Balai Besar TNGL.
4
DAFTAR ISI A. Ringkasan Eksekutif hal. 6B. Lokasi Proyek
1.0 Ringkasan lokasi hal. 202.0 Tim proyek dan pemangku kepentingan hal. 28
C. Model-model Konseptual (3.0) hal. 32D. Analisis Ancaman (4.0) hal. 36E. Penelitian Formatif
5.0 Percakapan Terarah hal. 416.0 Pilihan Pengelolaan hal. 427.0 Rantai hasil dan sasaran awal hal. 468.0 Membangun data dasar (baseline) hal. 499.0 Hasil survei hal. 5110.0 Memahami khalayak kita hal. 58
F. Model-model Konseptual yang Direvisi11.0 Model konseptual yang direvisi hal. 6112.0 Mitra utama penyingkiran rintangan hal. 6313.0 Intervensi mitra yang melengkapi hal. 82
G. Strategi Kampanye14.0 Tangga manfaat hal. 6515.0 Sasaran SMART hal. 8216.0 Bauran Pemasaran hal. 8517.0 Pesan-pesan Kampanye hal. 8818.0 Rencana Pemantauan hal. 92
H. Teori Perubahan (19.0) hal. 75I. Anggaran dan Jadwal (20.0) hal. 83
5
A. Ringkasan EksekutifRingkasan eksekutif menyediakan gambaran keseluruhan kampanye Pride dari latar belakang lokasi dan ancaman konservasi sampai khalayak sasaran yang diinginkan dan kegiatan Pride yang dirancang untuk mencapai masing-masing khalayak. Halaman-halaman berikut ini paling baik digunakan sebagai alat referensi setelah membaca keseluruhan rencana proyek.
6
KILASAN KAMPANYENEGARA (UN), Negara Bagian atau Provinsi
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia
Nama lokasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah SPTN VI BesitangRarePlanet URL http://rareplanet.org/id/campaign/hutan-besitang-taman-nasional-gunung-leuser-sumatera-utara-pulau-
sumateraInformasi Angkatan (Nama Angkatan, nomor, dan manajer utama)
Simpul: IPB Bogor - RARE Indonesia Nama: METAMORFOSA /Bogor 3 Nomor : Rare Pride Manajer: NP Sarilani Wirawan
Jangka waktu proyek Oktober-Desember 2008 (tahap universitas ke-1), januari –April 2009 (tahap perencanaan), Mei-Juni 2009 (tahap universitas ke-2), Juli 2009 sampai Juni 2010 (implementasi & penyelesaian proyek)
Lembaga pemimpin Sumatran Orangutan Society-Orangutan Information Centre (SOS-OIC)Kontak lembaga pemimpin Mr. Panut Hadisiswoyo (Founding Director of SOS-OIC)
Nama manajer kampanye Ismail, Koordinator Mobile Awareness UnitMitra “BINGO” (dan rincian kontak)Mitra lain(dan rincian kontak)
Pemegang kebijakan & wewenang pengelolaan – Balai Besar TNGL (Kepala : Nurhadi Utomo, Ka.SPTN VI : Subhan, S.Hut), Mitra penyingkir halangan-ICRAF, UNESCO, FFI-SECP Medan
Ancaman utama yang ditangani Aktivitas perambahan hutanKategori ancaman IUCN : 7 (perubahan (modifikasi) system alami) : 7.3. modifikasi ekosistem lainnya
Sasaran keanakeragaman hayati utama
Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Slogan kampanye “Beragam kehidupan yang bermanfaat”, “Leuser Untuk Kehidupan (Leuser for Life)”Khalayak sasaran utama (dan populasi)
Petani yang melakukan perambahan dan Masyarakat lokal yang tinggal di 4 desa sekitar TNGL (Desa Halaban, Mekar Makmur, Sei Musam, Namo Sialang) (diperkirakan jumlah populasi adalah 20.000 jiwa)
jumlah hektar yang terancam Berdasarkan penafsiran Citra Landsat, pada tahun 1995 luas kerusakan mencapai 8.470 Ha dan pada tahun 2002 meluas lagi sampai 21.130 Ha. Dengan demikian, pada periode 7 tahun tersebut, telah terjadi kerusakan seluas 1.832 Ha/tahun, setara dengan 152 Ha/bulan atau 5 Ha/hari.
Kampanye Teori Perubahan Untuk menghentikan perambahan kawasan hutan dan untuk memelihara area hutan Taman Nasional Gunung
A. Ringkasan Eksekutif
A. Ringkasan Eksekutif
7
(Maksimal 175 kata) Leuser Wilayah SPTN VI Besita di bagian timur dari Taman Nasional Gunung Leuser, satu ketetapan UNESCO sebagai World Heritage Site dan satu habitat penting untuk Orangutan Sumatera, sistem agroforestry yang lebih murah dan permanen akan diperkenalkan. Petani Lokal akan diberitahukan tentang arti pentingnya TNGL sebagai rumah terakhir bagi spesies primata yang sangat terancam punah, manfaat layanan jasa lingkung dari TNGL dan manfaat mengadopsi sistem agroforestry. Teknik baru ini akan menawarkan pendapatan lebih tinggi dan lebih berkesinambungan kepada mereka serta pada saat yang bersamaan juga memelihara Mereka akan diperkenalkan pada konsep sistem agroforestry, menerima pelatihan dan bantuan teknik untuk menggunakan teknik serta akhirnya mengadopsi serta mempraktekan teknik baru. Sistem mata pencarian alternatif lain, juga akan diperkenalkan. Selama dua tahun pertama diharapkan adanya 50% adopsi teknik oleh komunitas lokal pada 4 desa target. Kampanye Pride di area hutan Besitang akan dilihat sukses jika perambahan hutan berkurang dan populasi Orangutan Sumatera bertahan. Sistem Agroforestry telah diterapkan di banyak lokasi dan komunitas di Indonesia serta mungkin ditiru/direplika ke komunitas ini.
INFORMASI LOKASIDeskripsi lokasi (maks. 275 kata)
Kawasan Konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan berdasarkan pengumuman Menteri pertanian No 811/kpts/UM/1980 tanggal 6 Maret 1980 seluas 792.675 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 tentang Penunjukan Taman Nasional Gunung Leuser luas kawasan TNGL bertambah menjadi 1.094.692 Ha, yang terdiri dari Suaka Margasatwa Gunung Leuser seluas 416.500 Ha, Suaka Margasatwa Kluet seluas 20.000 Ha, Suaka Margasatwa Langkat Barat seluas 51.000 Ha, Suaka Margasatwa Langkat Selatan seluas 82.985 Ha, Suaka Margasatwa Sekundur seluas 79.500 Ha, Suaka Margasatwa Kappi seluas 142.800 Ha, Taman Wisata Lawe Gurah seluas 9.200 Ha, Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas seluas 292.707 Ha.
Kawasan TNGL Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang yang luasnya ± 126.000 ha berada di wilayah Kabupaten Langkat terletak di Kecamatan Besitang, Sei Lepan, dan Batang Serangan. Untuk pemangkuan wilayah kerja dibagi dalam 6 (enam) Resort, yaitu Resort Trenggulun, Sei Betung, Sekoci, Sei lepan, Cinta Raja, dan Tangkahan. Pengelolaan kawasan TNGL di SPTN VI Besitang menghadapi permasalahan yang sangat kompleks bermuara pada terjadinya kerusakan kawasan TNGL. Untuk data luas kerusakan kawasan TNGL di wilayah Kabupaten Langkat sendiri menurut hasil penafsiran Citra Landsat tahun 2002 menunjukkan kerusakan seluas 43.623 Ha termasuk kawasan bukan berupa hutan seluas 20.688 Ha. Sedangkan menurut pantauan Yayasan Leuser Internasional (YLI) menunjukkan kerusakan seluas 22.000 Ha, tanpa menyebutkan luas kawasan tak berhutan. Penyelesaian secara menyeluruh terhadap permasalahan kerusakan kawasan TNGL menjadi agenda utama dari pengelolaan kawasan oleh Balai TNGL bekerja sama dengan semua pihak terkait dan pelibatan masyarakat.
Tipe ekosistem (IUCN) Hutan hujan dataran rendah
8
Peta lokasi (topografi)
Koordinat GPS (Google Earth) 2°55'-4°05'N, 96°55'-98°30'EHotspot Keanekaragaman hayati Kawasan Sundaland Hotspot meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan. Kawasan TNGL dan kawasan lindung di
sekitarnya (yang disebut sebagai Ekosistem Leuser), merupakan salah satu dari kawasan Hotspot di Sumatera. Inilah posisi strategis TNGL dalam kancah konservasi global.
Status perlindungan-kawasan lainnya
sebagai Taman Nasional dan salah satu situs warisan dunia dengan naman Rain Forest Heritage Of Sumatra yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2004.
Jumlah hektar sasaran kampanye Luas Total TNGL adalah 1.092.694 Ha (SK. Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/1997), terletak di wilayah Propinsi NAD & Sumatera Utara. Kawasan TNGL di Propinsi Sumatera Utara. Kampanye akan dipusatkan di TNGL wilayah Besitang yang luasnya ± 126.000 ha , khususnya pada penduduk yang tinggal di empat desa target (Desa Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Halaban).
A. Ringkasan Eksekutif
9
SPESIES TERANCAM PUNAHNama spesies (umum) Orangutan SumateraNama spesies (ilmiah) Pongo abeliiDeskripsi spesies bendera/spesies flagship(maks 250 kata)
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) adalah satwa endemik Sumatera. Merupakan satwa eksotis dan kebanggan Leuser, karena kawasan ekosistem Leuser adalah rumah terbesar baginya. Orangutan Sumatera merupakan spesies payung di habitatnya, karena ia mewakili sturktur keanekaragaman hayati. Variasi dan jenis makanan orangutan sangat tinggi (lebih dari seribu species, Russon dkk in press). Faktor pembatas utama bagi pemenuhan kebutuhan orangutan adalah keanekaragaman pohon & jenis liana tertentu, dan musim ketersediaan jenis makanan pokoknya yg harus terus ada dalam wilayah jelajahnya. Wilayah jelajah dan persyaratan habitat orangutan yang cukup luas, sehingga jika dijadikan fokus pengelolaan perlindungan, maka seluruh keanekaragaman hayati asli di dalam area jelajahnya akan ikut terlindungi. Orangutan Sumatera tercatat dalam red list book IUCN (The World Conservation Union), dengan status sangat terancam punah. Populasi Orangutan Sumatera saat ini berjumlah 6667 (PHVA 2004 dan revisi PHVA 2004, Wich, dkk draft.)
Jumlah spesies pada Daftar Data Merah IUCN
Jenis satwa endemic yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) :Kelompok Satwa Status Konservasi
IUCN Red List 2007Mamalia Orangutan Sumatera( Pongo abelii) Critical Endangered
Slow Loris (Nycticebus coucang) Vulnerable
Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae)
Endangered
Gajah Sumatera (Elephas maximus) Endangered
Beruang Madu (Helarctos malayanus) Vulnerable
Kambing Hutan Sumatera (Naemorthedus Sumatrensis)
Vulnerable
Siamang (Hylobates syndactylus) EndangeredKera (Macaca fascicularis) Least Concern Kedih (Presbytis thomasi) VulnerableBeruk (Macaca nemestriana)Rusa (Cervus unicolor). Vulnerable
A. Ringkasan Eksekutif
10
Macan dahan (Neofelis nebulosa), Vulnerable
Landak Asia (Hystrix brachyuran) Vulnerablekucing emas (Felis temmincki)muntjak (Muntiacus muntjak) Least Concern
Burung Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis, Buceros rhinoceros, Rhinoplax vigil)
Near Threatened
Reptil Buaya (Crocodillus sp).Pisces Ikan Jurung (Tor Sp).
dll dll dll
ANCAMANAncaman (IUCN)
Ancaman (lanjutan)
Ancaman berikut ini memberikan dampak terhadap ekosistem hutan Leuser dan habitat bagi orangutan dan satwa lainnya: Perambahan kawasan hutan
– Aktivitas perambahan yang membuka kawasan hutan TNGL menjadi perkebunan skala besar dan kecil telah mengakibatkan kerusakan habitat dan ekosistem.
– Kategori ancaman IUCN : 7 (perubahan (modifikasi) system alami) : 7.3. modifikasi ekosistem lainnya Illegal loging (penebangan hutan)
– Sampai tahun 2006 perusakan hutan dengan penebangan liar menjadi kegiatan yang sangat mengancam kawasan TNGL wilayah Besitang.
– Kategori ancaman IUCN : 5 (penggunaan sumber daya biologi) : 5.3. penebangan kayu & pemanenan kayu
Pendudukan kawasan TNGL oleh eks pengungsi asal Aceh, sebagai akibat konflik Aceh– Menurut data Balai Besar TNGL tahun 2007 pengungsi yang membuka hutan menjadi pemukiman
dan perladangan mencapai ± 500 kepala keluarga– Kategori ancaman IUCN : 1 (pembangunan hunian & komersil : 1.1. wilayah perumahan
Kebakaran (Kebakaran & Pemadaman Kebakaran)– Kejadian kebakran hutan di kawasan hutan TNGL wilayah Besitang sangat kecil, dan jarang terjadi - Kategori ancaman IUCN: 7 (Modifikasi Sistem Alami): 7.1 Kebakaran & Pemadaman Kebakaran
Perburuan (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan)
A. Ringkasan Eksekutif
11
– Kebiasaan atau kegemaran memasang jerat juga memicu pengurangan populasi satwa liar– Masuknya satwa termasuk orangutan dan gajah ke area perladangan masyarakat juga memicu
perburuan yang berakibat pada ancaman populasi- Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan
hewan daratan.Ancaman yang ditangani dengan kampanye (IUCN)
Ancaman diberi peringkat menggunakan Miradi dengan Lingkup (Scope), Tingkat Kerusakan (Severity) & Ketakberbalikan (Irreversibility). Aktivitas perambahan hutan memiliki peringkat “tinggi”, sementara pendudukan/penguasaan lahan oleh pengungsi memiliki peringkat “sangat tinggi”. Ancaman yang ditangani oleh kampanye: perambahan hutan bukan pendudukan/penguasaan lahan oleh pengungsi, hal ini dibebakan oleh kampaye focus pada aktivitas ancaman, karena keberadaan pengungsi juga melakukan perambahan hutan, sedangkan status keberadaan pengungsi resolusinya adalah relokasi keluar hutan, maka ancaman yang dipilih adalah aktivitas perambahan hutan.
POPULASI MANUSIAPopulasi manusia di lokasi Masyarakat yang hidup di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Halalan) bejumlah
± 20.000 jiwa.Ringkasan Populasi Manusia (300 kata)
Masyarakat di empat des target didominasi oleh suku jawa (60,2%) dan karo (27%) dan selebihnya suku lainnya. Mayoritas pekerjaan sehari-hari adalah petani dengan luasan kepemilikkan lahan seluas 1 – 3 hektar perorang (55,4%), karyawan dan buruh lepas diperkebunan negara maupun swasta dan perorangan. Rata-rata penghasilan mayoritas masyarakat antara 500 ribu – 1 juta rupiah perbulan (50,9%) (masih kategori rendah). Tingkat pendidikan lebih banyak hanya tamat tingkat sekolah dasar (33,3%), tingkat sekolah menengah pertama (16,2%), tamat sekolah menengah atas (13,1%), dan stingkat sarjana dan diploma masing-masing 2,6% dan 2%.
Golongan sasaran kunci Petani dan Masyarakat umum (Khalayak Sekunder), tokoh agama, lembaga masyarakat, teman dan keluarga mereka adalah sumber yang dipercaya
PDB Per kapita
MANFAAT KONSERVASIManfaat konservasi pada tahun 2010(sukses sementara)
Demplot agroforestry tebangun, petani dan masyarakat dapat belajar dan mengadopsi di lahan mereka dan tidak lagi membuka hutan. Petani dan masyarakat mulali terlibat dalam aktivitas pengawasan dan penjagaan kawasan dari aktivitas perusakkan kawasan terutama perambahan hutan.
Konservasi berkelanjutan teruji kebenarannya di lapangan pada tahun 2012
Para petani sudah mengadopsi pola agroforestry untuk mengoptimalkan lahan dan tidak lagi merambah hutan TNGL
Petani dan masyarakat terlibat aktif dalam pengawasan dan penjagaan kawasan sehingga ancaman
A. Ringkasan Eksekutif
12
(sukses akhir) perambahan hutan tidak lagi terjadi Mengamankan populasi orangutan sumatera dan satwa liar lainnya.
RENCANA KEBERLANJUTANRencana Strategis Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wlaiayah Besitang saat ini menjadi focus kerja dari YOSL-OIC
sampai beberapa tahun yang akan datang, sehingga rencana kerja dan strategi sampai 2012 akan bisa melanjutkan capaian konservasi dari hasil kampanye, kemudian didukung oleh rencana strategis Balai Besar TNGL tentang pengelolaan kawasan.
Pelatihan staf Manajer Kampanye, Ismail, akan menggunakan keahlian yang dipelajari ketika menghadiri Kursus Rare dan aplikasi praktisnya dalam proyek untuk membagi keahlian kepada tim di dalam YOSL-OIC selama kampaye berlangsung, sehingga keahlian dapat tersebar dan mendukung capaian konservasi yang diharapkan.
Keberlanjutan sumberdaya Capaian yang di hasilkan dari kampanye dihrapakan akan dilanjutkan oleh Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dengan pendanaan program yan lain setelah durasi kampanye selesai. Diharapkan juga pemerintah (Balai Besar TNGL) juga menindaklanjuti hasil yang telah dicapai selama durasi kampaye yang terintegrasi dalam rencana strategi pengelolaan TNGL.
Kemunduran perilaku dan perlunya penyampaian pesan yang terus menerus
Demi tetap berkurangnya bahkan tetap berhentinya aktivitas perambahan hutan serta stabilisasi populasi orangutan sumatera dan satwa liar lainnya di masa depan, maka pendampingan dan penjangkauan kepada para petani dan masyarakat yang ada di desa target harus terus dilakukan. Perubahan perilaku dapat mengalami kemunduran sejalan dengan berlalunya waktu karena orang mulai lupa atau kehilangan ketertarikannya, atau dalam mengadiosi perilaku baru mengalami hambatan dan kegagalan. Untuk memastikan bahwa kemunduran perilaku tidak terjadi, YOSL-OIC, Balai Besar TNGL dan mitra kunci lainnya akan terus melakukan program lanjutan di masyarakat sekitar TNGL wilayah Besitang.
A. Ringkasan Eksekutif
13
RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU SEMUA KHALAYAK
Seluruh Kelompok Sasaran
Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci
Fokus Hasil yang diperlukan
Tujuan Kunci1 Kegiatan Kunci
Alat yang diperlukan
Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi
Sosial-politik
Ilmiah/lainnya
Tujuan keanekaragaman hayati : Untuk menyelamatkan habitat dan mempertahan populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada kawasan TNGL Wilayah Besitang
Orangutan sumatera & habitatnya di TNGL wilayah Besitang, Sumatera Utara
Habitat terselamatkan dan populasi orangutan bertahan
Populasi orangutan Sumatera bertahan & habitatnya terjaga
Pemantauan populasi orangutan & habitatnya
Pemantauan konflik manusia - satwa
Sukarelawan, dukungan BBTNGL, Kelompok / KSM lokal
BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal
Jumlah orangutan
Studi literature & observasi data sekunder, observasi konflik manusia - satwa
Populasi tetap (497) dan konflik berkurang pada tahun 2010
Juli 2009 & Juli 2010
Rusaknya dan hilangnya habitat orangutan sumatera dan satwa liar endemic sumatera di Leuser
Tujuan pengurangan ancaman : Pengurangan
perambaha hutan
Pengawasan terhadap aktivitas perambahan,
Mendorong upaya penegakan hukum untuk perambahan hutan
Aktivitas Perambahan hutan berhenti.
TNGL sebagai Habitat orangutan terjaga
Terbentuknya kelompok masyrakat yang terlibat dalam pengawasan perambahan kawasan hutan
Teradopsinya praktek agroforestry sebagai penyingkir halangan/ancaman
Pemantauan kawasan dari aktivitas perambahan hutan dan perusakan habitat
Praktik adopsi system agroforestry sebagai penyingkir halangan/ancaman
Sukarelawan, dukungan BBTNGL, Kelompok / KSM lokal, pengetahuan teknis tentang agroforestry, mitra penyingkir halangan
BBTNGL, FFI, UNESCO
Menurunya jumlah kasus perambahan kawasan hutan TNGL
Observasi lapangan, studi data sekunder tentang kasus/ kejadian perambahan kawasan hutan TNGL
Kawasan TNGL wilayah Besitang terjaga dan perambahan hutan menurun – berapa luas hutan terselamatkan dg adanya Pride
Juli 2009 & Juli 2010
Terjadi tarik menarik kepentingan dalam social masyarakat lokal
Rusaknya dan hilangnya habitat orangutan sumatera dan satwa liar endemic sumatera di Leuser
1
A. Ringkasan Eksekutif
14
RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU PARA PETANI Petani
Rencamna Aksi Rencana Pemantauan Risiko-risiko Kunci
Tingkat Perubahan
PerilakuFokus Hasil yang diperlukan Sasaran-
sasaran kunciKegiatan
KunciAlat yang diperlukan Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi Sosial-politik Ilmiah/Lainnya
Tahap Perenungan(Pengetahuan)
Nilai keanekaragaman hayati
Pengetahuan tentang nilai keanekaragaman hayati Leuser dan manfaat ekologis
pada Juni 2010 masyarakat di 4 desa Sekitar TNGL telah mengetahui dan menyadari nilai TNGL dengan semua keanekaragaman hayatinya
Pesan-pesan kognitif disampaikan melalui poster, factsheet, radio, signboard, media cetak.
Materi signboard, perizinan, lapotop, sound system, proyector LCD,
Radio RPC FM, Radio dangdut medan, suara medan, citra buana, elshinta FM, sikamoni untuk radio dan Surat kabar waspada dan pos Metro untuk media cetak
Perubahan dalam kepedulian
Pre/pasca survey
Mengalami peningkatan
April 2009 & April 2010
Izin pemasangan signboard tidak diberikan
Perusahaan sawit sekitar melakukan propaganda
Radio meminta bayaran untuk siaran
Tidak ada
Ancaman terhadap kawasan TNGL berarti ancaman terhadap orangutang dan satwa lainnya
Pengetahuan terhadapa ancaman perambahan kawasan hutan TNGL dan dampaknya terhadap orangutan & keanekaragaman hayati lainnya
Pada Juni 2010 masyarakat di 4 desa telah menyadari bahwa perambahan kawasan hutan sangat mengancam kelestarian ekosistem TNGL & habitat orangutan dan satwa lainnya
Pesan-pesan kognitif disampaikan melalui poster, factsheet, radio, signboard, pemutaran film.
Materi signboard, perizinan, lapotop, sound system, proyector LCD,
Radio RPC FM, Radio dangdut medan, suara medan, citra buana, elshinta FM, sikamoni untuk radio dan Surat kabar waspada dan pos
Perubahan dalam kepedulian
Pre/pasca survey
Mengalami peningkatan
April 2009 & April 2010
Izin pemasangan signboard tidak diberikan
Perusahaan sawit sekitar melakukan propaganda
Radio meminta bayaran untuk siaran
Tidak ada
H. Teori Perubahan
15
PetaniRencamna Aksi Rencana Pemantauan Risiko-risiko Kunci
Tingkat Perubahan
PerilakuFokus Hasil yang diperlukan Sasaran-
sasaran kunciKegiatan
KunciAlat yang diperlukan Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi Sosial-politik Ilmiah/Lainnya
Metro untuk media
Bagaimana dampak perambahan kawasan hutan terhadap kelestarian TNGL
pengetahuan terhadap peran perambahan kawasan hutan sebagai faktor penyumbang degradasi leuser
Pada Juni 2010 masyarakat telah mengetahui bagaimana besarnya dampak perambahan kawasan hutan TNGL
Pesan-pesan kognitif disampaikan melalui poster, factsheet, radio, signboard, pemutaran film.
Materi signboard, perizinan, lapotop, sound system, proyector LCD,
Radio RPC FM, Radio dangdut medan, suara medan, citra buana, elshinta FM, sikamoni untuk radio dan Surat kabar waspada dan pos Metro untuk media
Perubahan dalam kepedulian
Pre/pasca survey
Mengalami peningkatan
Juli 2009 & Juli 2010
Izin pemasangan signboard tidak diberikan
Perusahaan sawit sekitar melakukan propaganda
Radio meminta bayaran untuk siaran
Tidak ada
Tahap Persiapan(Sikap)
Kesepatakan masalah degradasi kawasan TNGL yang disebabkan perambahan kawasan hutan
Kesepatakan masalah degradasi kawasan TNGL yang disebabkan perambahan kawasan hutan & penolakan tindakan perambahan kawasan hutan
Masyarakat di 4 desa sekitar Leuser sepakat bahwa perambahan mengakibatkan kerusakan hutan leuser & habitat orangutan
Pesan-pesan emosional ditanamkan melalui lembaran khotbah
Lembaran khotbah
Tokoh agama, lembaga/organisasi masyarakat di 4 desa
Perubahan sikap
Pre/pasca survey
Ada peningkatan
April 2009 & April 2010
Kurangnya dukungn dari tokoh agama
Tidak ada
Dukungan terhaap penerapan agroforestry sebagai alternative
Masyarakat tertarik terhaap penerapan agroforestry sebagai alternative penambahan pendapatan
Pada Juni 2010 ada 50% masyarakat petani di 4
Pesan-pesan emosional ditanamkan melalui lembaran
Lembaran khotbah,
Tokoh agama, lembaga/organisasi
Perubahan sikap
Pre/pasca survey
50% adopsi system agroforestry
April 2009 & April 2010
Kurangnya dukungn dari tokoh agama
Tidak ada
H. Teori PerubahanH. Teori Perubahan
16
PetaniRencamna Aksi Rencana Pemantauan Risiko-risiko Kunci
Tingkat Perubahan
PerilakuFokus Hasil yang diperlukan Sasaran-
sasaran kunciKegiatan
KunciAlat yang diperlukan Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi Sosial-politik Ilmiah/Lainnya
penambahan pendapatan
desa yang mendukung system agroforestry sebagai alternative penambahan pendapatan
khotbah, penyuluhan manfaat agroforestry, FGD, dll
masyarakat di 4 desa
Tahap Validasi(Sikap)
Isu-isu perambahan kawasan hutan & manfaat system agroforestry
Pembicaraan masalah kerusakan TNGL & system agroforestry untuk menambah pendapatan masyarakat
Pesan-pesan antar personal, pertemuan dan diskusi interaktif
Balai Besar TNGL, FFI, dll
Saling bicara satu sama lainnya, dam menjadi wacana publik
Survey kesiapan
50% April 2010 Sulitnya mencari waktu yang sesuai dengan masyarakat yang sering ke kebun dan bekerja di perusahaan sawit
Tidak ada
Tahap Tindakan(Praktik)
Praktik teknik agroforestry
Pengetahuan teknis implementasi agroforestry untuk menambah alternative pendapatan
Pada April 2010 telah ada 50% petani di 4 desa sekitar leuser telah diajari tehnik penerapan agroforestry
Pelatihan teknis penerapan system agroforestry dan keuntungannya
Bibit/komoditas, pupuk, materi
ICRAF, FFI, BBTNGL, Basama Alam Lestari
Jumlah adopsi system agroforestry
Tidak semua petani mau ikut pelatihan dan mau menerapkan agroforestry
H. Teori PerubahanH. Teori Perubahan
17
KERANGKA KERJA KAMPANYE: PETANI
18
KERANGKA KERJA KAMPANYE: MASYARAKAT UMUM
19
B. Lokasi ProyekSebelum meluncurkan suatu kampanye Pride, adalah penting untuk memahami sepenuhnya lokasi yang akan menjadi fokus dari kampanye, ancaman dan penyebab yang telah diketahui, kebijakan dan peraturan yang dapat memberikan dampak terhadap lokasi, dan inisiatif konservasi lain yang ada di lokasi. Hal ini pertama-tama dilakukan dengan melakukan kajian lokasi (site review) dan menyiapkan suatu naskah latar belakang yang menyimpulkan informasi primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dan darimana informasi itu diambil. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan untuk mempersiapkan bab dari rencana ini juga dapat membantu mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan sasaran utama keanekaragaman hayati.
Seksi berikut ini akan dimasukkan ke dalam lokasi proyek, termasuk:1.0 Ringkasan Lokasi
1.1 Informasi dan Sumber Daya yang Penting1.2 Latar Belakang Taman Nasional Gunung Leuser1.3 Lokasi dan Topografi 1.4 Keanekaragaman Hayati di TNGL (Flora dan Fauna)1.5 Pemilikan Lahan1.6 Demografi1.7 Nilai-nilai Konservasi1.8 Ancaman yang Diketahui1.9 Pengelolaan TNGL
2.0 Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan2.1 Lembaga Mitra dan Manajer Kampanye2.2 Kelompok Lain di TNGL wilayah Besitang2.3 Pemangku Kepentingan Utama
20
1 .0 RINGKASAN LOKASI
1.1 Informasi, sumber dan kontak penting yang digunakan dalam pembuatan dokumen ini
Sumber daya tertulis yang tersedia dibawah ini telah digunakan untuk mengumpulkan data awal dan latar belakang:SUMBER DAYA TERTULIS YANG TERSEDIA Telah
Diperiksa?Peta
Topografi Vegetasi Geologi Survei udara
Studi Ilmiah dan studi lainnya Orangutan action plan, PHKA, DEPHUT. 2007 Kajian antropologi Rencana Restorasi Besitang, BBTNGL. 2008 Laporan Kronologis masalah pengelolaan TNGL wilayah Besitang, BBTNGL. 2006
Rencana strategis sebelum dan sekarang Booklet Rencana Strategi Pengelolaan TNGL, 2007
Lain-lain
YaYa
TidakTidak
YaYaYa
Ya
YaYa
Kelompok berikut ini menyediakan masukan utama ke dalam ringkasan lokasi melalui pembicaraan empat mata secara langsung maupun melalui telepon.
B. Lokasi Proyek
21
KELOMPOK PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA BEKERJA DI TNGL? TELAH DIWAWANCARA? (Y,T)
Departemen Pemerintah Balai Besar TNGL
Pengguna Sumber Daya Kepala desa4 desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, halaban) Petani lokal
LSM’s CRU-FFI Medan WCS- IP
Lain-lain Permata Rimba Pakar Ilmiah BPD desa
Y
YY
YY
YY
Y
YY
YY
YY
1.2 Latar Belakang Taman Nnasional Gunung LeuserKawasan Konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan berdasarkan pengumuman Menteri pertanian No 811/kpts/UM/1980 tanggal 6 Maret 1980 seluas 792.675 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 tentang Penunjukan Taman Nasional Gunung Leuser luas kawasan TNGL bertambah menjadi 1.094.692 Ha, yang terdiri dari Suaka Margasatwa Gunung Leuser seluas 416.500 Ha, Suaka Margasatwa Kluet seluas 20.000 Ha, Suaka Margasatwa Langkat Barat seluas 51.000 Ha, Suaka Margasatwa Langkat Selatan seluas 82.985 Ha, Suaka Margasatwa Sekundur seluas 79.500 Ha, Suaka Margasatwa Kappi seluas 142.800 Ha, Taman Wisata Lawe Gurah seluas 9.200 Ha, Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas seluas 292.707 Ha.
Kawasan TNGL Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang yang luasnya ± 126.000 ha berada di wilayah Kabupaten Langkat terletak di Kecamatan Besitang, Sei Lepan, dan Batang Serangan dan sebagian di kabupaten Aceh Tamiang. Untuk pemangkuan wilayah kerja dibagi dalam 6 (enam) Resort, yaitu Resort Trenggulun, Sei Betung, Sekoci, Sei lepan, Cinta Raja, dan Tangkahan. Pengelolaan kawasan TNGL di SPTN VI Besitang menghadapi permasalahan yang sangat kompleks bermuara pada terjadinya kerusakan kawasan TNGL. Untuk data luas kerusakan kawasan TNGL di wilayah Kabupaten Langkat sendiri menurut hasil penafsiran Citra Landsat tahun 2002 menunjukkan kerusakan seluas 43.623 Ha termasuk kawasan bukan berupa hutan seluas 20.688 Ha. Sedangkan menurut pantauan Yayasan Leuser Internasional (YLI) menunjukkan kerusakan seluas 22.000 Ha, tanpa menyebutkan luas kawasan tak berhutan. Penyelesaian secara menyeluruh terhadap permasalahan kerusakan kawasan TNGL menjadi agenda utama dari pengelolaan kawasan oleh Balai TNGL bekerja sama dengan semua pihak terkait dan pelibatan masyarakat.
Photo dari Google Earth
22
1.3 Lokasi dan Topografi TN Gunung Leuser (Fokus Rencana Proyek) – hutan Besitang?
Geologi : Jenis batuannya terdiri dari batuan sedimen, batuan vulkanik, batuan kapur, batuan pluton, batuan alluvium dan batuan lainnya, keadaan tanahnya didominasi oleh komplek podsolik coklat, podsolik dan litosol.
Topografi topografi datar sampai perbukitan, Merupakan hutan hujan tropika dataran rendah (low land forest). Ketinggian Tempat 0 - 3.381 m dpl.
1.4 Keanekaragaman Hayati TN Gunung Leuser
Hampir 65 persen atau sekitar 129 spesies mamalia dari total 205 spesies mamalia besar dan kecil di Pulau Sumatera tercatat hidup di kawasan ini. Sementara dari spesies burung, terdapat 350 spesies atau dengan kata lain 65 persen dari total 380 spesies burung yang ada di Pulau Sumatera. Berdasarkan ekspedisi Van Steenis pada tahun 1937 tercatat kekayaan flora taman nasional ini sekitar 4.000 spesies.
1.4.1 Flora
Formasi vegetasi alami di kawasan TNGL ditetapkan berdasarkan lima kriteria, yaitu bioklimat (zona klimatik ketinggian dengan berbagai formasi floristic), empat kriteria lainnya adalah hubungan antara komposisi floristic dengan biogeografi, hidrologi, tipe batuan dasar dan tanah. Terdapat tiga spesies tanaman parasit Rafflesia, ada pohon raksasa Koompassia excelsa, kantong semar (Nepenthes sp), dan juga tanaman beraroma bau Rhizanthes Kawasan terdiri dari hutan pantai/rawa, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan pegunungan yang sebagian besar kawasan didominir oleh ekosistem hutan Dipterocarpaceae dengan flora langka khas Raflesia atjehensis dan Johanesteinimania altifrons (pohon payung raksasa) dan Rizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar, langka dan dilindungi dengan diamater 1,5 meter. Selain itu, itu terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan paceklik. Taman Nasional Gunung Leuser, memiliki penyebaran vegetasi hutan yang komplit mulai dari vegetasi hutan pantai/rawa, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan pegunungan. Diperkirakan ada sekitar 3.500 jenis flora.
.
B. Lokasi Proyek
23
1.4.2 FaunaTaman Nasional Gunung Leuser adalah habitat penting berbagai satwa langka dan dilindungi. Dari kawanan mamalia antara lain terdapat orang utan Sumatera (Pongo abelii), siamang hitam (Hylobates syndactylus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet ekor pendek (Macaca nemestrina) dan banyak lagi spesies mamalia lain baik mamalia besar maupun kecil. Dari jenis mamalia karnivora terdapat antara lain harimau Sumatera(Panthera tigris), macan dahan (Neofelis nebulosa), kucing emas (Felis temmincki), anjing liar (Cuon alpinus). Sedangkan dari golongan herbivora terdapat gajah(Elephas maximus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), rusa sambar (Cervus unicolor), muntjak (Muntiacus muntjak), dan berbagai spesies herbivora lain. Dan satu spesies langka yang jarang kelihatan penghuni taman nasional ini adalah kambing hutan (Capricornis sumatrensis). Dari 350 spesies burung antara lain adalah : beberapa spesies rangkong(Buceros rhinoceros, Rhinoplax vigil), dua jenis beo(Loriculus vernalis dan Psittinus cyanurus), sempidan biru (Lophura ignita), kacembang gadung(Irena puella), dan banyak lagi spesies burung lainnya. Disamping itu taman nasional ini juga menyimpan kekayaan luar biasa dari spesies reptil, ampibi, ikan air tawar, dan juga dari golongan hewan invertebrata lainnya. // Ikror Amin dari berbagai sumber.
Taman Nasional Gunung Leyser merupakan rumah terbesar bagi satwa Orangutan Sumatera (Pongo abelii) adalah satwa endemik Sumatera. Merupakan satwa eksotis dan kebanggan Leuser, karena kawasan ekosistem Leuser adalah rumah terbesar baginya. Orangutan Sumatera merupakan spesies payung di habitatnya, karena ia mewakili sturktur keanekaragaman hayati. Variasi dan jenis makanan orangutan sangat tinggi (lebih dari seribu species, Russon dkk in press). Faktor pembatas utama bagi pemenuhan kebutuhan orangutan adalah keanekaragaman pohon & jenis liana tertentu, dan musim ketersediaan jenis makanan pokoknya yg harus terus ada dalam wilayah jelajahnya. Wilayah jelajah dan persyaratan habitat orangutan yang cukup luas, sehingga jika dijadikan fokus pengelolaan perlindungan, maka seluruh keanekaragaman hayati asli di dalam area jelajahnya akan ikut terlindungi. Orangutan Sumatera tercatat dalam red list book IUCN (The World Conservation Union), dengan status sangat terancam punah. Populasi Orangutan Sumatera saat ini berjumlah 6667 (PHVA 2004 dan revisi PHVA 2004, Wich, dkk draft.).
1.5 Pemilikan LahanKawasan Konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan berdasarkan pengumuman Menteri pertanian No 811/kpts/UM/1980 tanggal 6 Maret 1980 seluas 792.675 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 tentang Penunjukan Taman Nasional Gunung Leuser luas kawasan TNGL bertambah menjadi 1.094.692 Ha. Dan luas wilayah SPTN VI Besitang luasnya ± 126.000 ha, dikelola sepenuhnya oleh Departemen Kehutanan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis Balai Besar TNGL dibawah Direktoral Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA).
B. Lokasi Proyek
24
1.6 DemografiTaman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang dalam pengelolaan kawasan pengelolaan TNGL termasuk dibawah seksi pengelolaan TN wilayah VI Balai Besar TNGL. Wilayah besitang ini berada di tiga kecamatan di sumatera Utara (Batang Serangan, Sei Lepan, Besitang) dan satu kecatan di Aceh Tamiang. Disekitar TNGL wilayah Besitang terdapat masyarakay yang hidup dan tinggal di ± 15 desa yang. Kampaye Pride nantinya akan menjangkau empat desa saja yang saat ini sangat menjadi perhatian dan sangat dekat dngan kawasan hutan dengan jumlah populasi ± 20000 jiwa. Masyarakat yang hidup disekitar TNGL wilayah Besitang banyak menggantungkan kehidupannya pada sector pertanian dan perkebunan. Dua komoditas primadona yaitu sawit dam karet menjadi sumber penghidupan bagi mereka. Selain menjadi petani di lahan mereka sendiri, sebagian mereka juga menjadi tenaga buruh harian lepas di perusaan yang dikuasai negara (PTPN), sebagian di perkebunan swasta dan milik perorangan. Mayoritas penghasilan mereka antara lima ratus ribu rupiah sampai satu juta rupiah setipa bulan, masih tergolong penghasilan rendah.Pendidikan masyarakat mayoritas hanya pendidikan sekolah dasar (SD) dan Sekolah menengah pertama (SMP). Beberapa suku mereka jawa dan karo yang merupakan suku terbanyak dan selebihnya berbagai suku diantaranya batak, mandailing, melayu dan lain-lain. Walaupun ada perbedaan suku, namun tidak ada perbedaan social dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat terutama terlihat pada suku jawa dan karo. Kecenderungan yang muncul hanya pada letak pemukiman, ada dibeberapa titik pemukiman, suku mejadi pola pemukiman berdasarkan kesamaan suku. Akan tetapi dalam interaksi social tidan ada kecenderungan yang signifikan. Misalnya pelayan umum, pelayanan masyarakat tidak ada perbedaan.
1.7 Nilai-nilai KonservasiTaman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan suaka tropis terbesar dan terkaya di dunia. MacKinnon dan MacKinnon (1986) menilai TNGL memiliki skor tertinggi di antara kawasan konservasi di seluruh Indo-Malaya. TNGL merupakan habitat dari sejumlah besar spesies fauna mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrate. Kawasan ini memiliki daftar spesies burung yang panjang, di mana dari 380 spesies burung yang ada (65% dari total jumlah spesies burung di seluruh Pulau Sumatera), 350 di antaranya tinggal di kawasan ini. Di TNGL juga terdapat 36 dari 50 jenis burung endemik di Sundaland. Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari total 205 spesies (mamalia besar dan kecil) di Sumatera tercatat tinggal di taman nasional ini. TNGL merupakan habitat dari orang utan Sumatera (Pongo abelii), harimau Sumatera (Panthera tigris), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), siamang (Hylobathes lar), leaf monkey (Presbytis thomasi) dan lain-lain. Pentingnya kawasan ini dibuktikan dengan ekspedisi van Steenis tahun 1937, dan dilanjutkan dengan ekspedisi-ekspedisi lainnya, membuktikan kayanya keragaman hayati taman nasional ini. Tidak kurang dari 4.000 spesies tumbuhan dapat dijumpai, termasuk yang paling fenomenal adalah ditemukannya 3 dari 15 tanaman parasit yang terkenal, yaitu jenis Rafflesia. TNGL juga habitat jenis bunga tertinggi di dunia yaitu Amorphophalus titanum (Whitten et al, 1997).
25
Google 2006 Zoom
1.8 Ancaman bagi Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Gunung Leuser Ada 4 permasalahan besar yang sedang dihadapi manajemen TNGL di SPTN Wilayah VI Besitang, yaitu : Illegal logging, perambahan hutan, jual beli lahan dan keberadaan pengungsi Aceh. Balai Besar TNGL dengan segala keterbatasannya tidak akan mampu menyelesaikan sendiri permasalahan tersebut sehingga diharapkan partisipasi dan dukungan semua pihak agar semua permasalahan ini dapat diselesaikan secara tuntas. Permasalahan Illegal logging, perambahan dan jual beli lahan merupakan permasalahan yang hampir terjadi di seluruh kawasan konservasi yang harus diupayakan penyelesaian secara terencana dan berkelanjutan.Ancaman berikut ini memberikan dampak terhadap ekosistem hutan Leuser dan habitat bagi orangutan dan satwa lainnya: Perambahan kawasan hutan
– Aktivitas perambahan yang membuka kawasan hutan TNGL menjadi perkebunan skala besar dan kecil telah mengakibatkan kerusakan habitat dan ekosistem.
– Kategori ancaman IUCN : 7 (perubahan (modifikasi) system alami) : 7.3. modifikasi ekosistem lainnya
Illegal loging (penebangan hutan)– Sampai tahun 2006 perusakan hutan dengan penebangan liar menjadi kegiatan yang sangat
mengancam kawasan TNGL wilayah Besitang.– Kategori ancaman IUCN : 5 (penggunaan sumber daya biologi) : 5.3. penebangan kayu &
pemanenan kayu Pendudukan kawasan TNGL oleh eks pengungsi asal Aceh, sebagai akibat konflik Aceh
– Menurut data Balai Besar TNGL tahun 2007 pengungsi yang membuka hutan menjadi pemukiman dan perladangan mencapai ± 500 kepala keluarga
– Kategori ancaman IUCN : 1 (pembangunan hunian & komersil : 1.1. wilayah perumahan Kebakaran (Kebakaran & Pemadaman Kebakaran)
– Kejadian kebakran hutan di kawasan hutan TNGL wilayah Besitang sangat kecil, dan jarang terjadi - Kategori ancaman IUCN: 7 (Modifikasi Sistem Alami): 7.1 Kebakaran & Pemadaman Kebakaran
Perburuan (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan)– Kebiasaan atau kegemaran memasang jerat juga memicu pengurangan populasi satwa liar– Masuknya satwa termasuk orangutan dan gajah ke area perladangan masyarakat juga memicu perburuan yang berakibat pada ancaman populasi Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan hewan daratan.
26
27
1.9 Pengelolaan Taman Nasional Gunung LeuserSurat Keputusan Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 tentang Penunjukan Taman Nasional Gunung Leuser luas kawasan TNGL 1.094.692 Ha. Dan luas wilayah SPTN VI Besitang luasnya ± 126.000 ha, dikelola sepenuhnya oleh Departemen Kehutanan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis Balai Besar TNGL dibawah Direktoral Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA).
Kawasan Besitang-Langkat ditinjau dari sejarah terbentuknya kawasan Taman Nasional Gunung Leuser berdasarkan tata waktu pengelolaan kawasan, dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) fase pengelolaan, yaitu :1. Fase pengelolaan Kawasan Besitang-Langkat sebagai Suaka Margasatwa pra penetapan Taman Nasional
Gunung Leuser (Tahun 1938 s/d 1980) ; Kawasan Besitang-Langkat sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Leuser, merupakan kawasan Suaka Margasatwa Sikundur yang ditetapkan pada tahun 1938 dengan luasan ± 79.100 hektar dan Suaka Margasatwa Langkat Selatan & Barat yang ditetapkan pada tahun 1938 seluas ± 127.075 hektar dan merupakan pembentukan kawasan Gunung Leuser di wilayah Sumatera Utara.
2. Fase Pengelolaan Transisi sebagai Taman Nasional Gunung Leuser dan Terbentuknya Departemen Kehutanan (Tahun 1980 s/d 1984) ; Dalam fase ini, pengelolaan Kawasan Besitang-Langkat Taman Nasional Gunung Leuser mengalami masa transisi (proses penyesuaian) dari pola pengelolaan kawasan Suaka Margasatwa model pembinaan habitat dan populasi satwa berkembang menjadi pola pengelolaan kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Leuser berdasarkan sistem zonasi. Seiring dengan dibentuknya kelembagaan kementerian Departemen Kehutanan, penyempurnaan kelembagaan organisasi pengelolaan di tingkat daerah juga mengalami peningkatan seperti halnya Sub Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam Gunung Leuser menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Taman Nasional Gunung Leuser.
B. Lokasi Proyek
28
2.0 TIM PROYEK DAN PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI
2.1 Lembaga Pemimpin dan Manajer Kampanye Pride
Untuk membantu upaya konservasi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan Rain Forest Heritage Of Sumatra, sejak tahun 2006 Mobile Awareness Unit SOS-OIC yang sekarang menjadi YOSL-OIC (Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre) , telah focus bekerja pada masyarakat yang hidup di sekitar hutan TN Gunung Lesuer wilayah Besitang, Sumatera utara. Rencana kerja ini bertujuan untuk:
a) Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai system penyanggah kehidupan dan habitat penting bagi berbagai satwa.
b) Membangun dukungan konservasi dari masyarakat local terhadap upaya pelestarian kawasan TN Gunung Leuser wilayah Besitang dan satwa Orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Pada awal tahun 2008, Ismail bersama YOSL-OIC mengajukan kepada Rare untuk bantuannya dalam melatih saya, Ismail, dan untuk melaksanakan suatu kampanye Pride di Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang, Sumatera Utara untuk memusatkan perhatian umum pada TN Gunung Leuser dengan suatu pandangan untuk mengurangi ancaman terhadap keutuhan kawasan hutan TN Gunung Leuser dan populasi Orangutan Sumatera. Dengan bantuan dari Rare. Pada bulan Oktober 2008 saya mengikuti kelompok Rare’s Pride Program di Institut Pertanian Bogor di Bogor, Indonesia. Dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh founding Director YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo, sepakat untuk:
Tabel. Tim Proyek Kampanye Pride TNGL wilayah BesitangNo Nama Organisasi Jabatan Hubungan1 Ismail YOSL-OIC Coord. Mobile Awareness Unit Campaign Manager2 Panut Hadisiswoyo YOSL-OIC Founding Director Supervisor3 Sofian Hadinata YOSL-OIC Programme Manager Penanggung jawab program YOSL-
OIC4 Indra YOSL-OIC Coord. Education Tim Kampanye5 Mustaqim YOSL-OIC Coord. Conservation Tim Kampanye
B. Lokasi Proyek
29
2.2 Kelompok Lain yang Sedang Bekerja di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah Besitang
Kelompok-kelompok lain yang sedang bekerja di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang dan kegiatan mereka meliputi: Departemen Kehutanan (Balai Besar TNGL) merupakan pengelola dan pemegang kebijakan terhadap TN Gunung Leuser telah berkomitmen untuk
menangani ancaman terhadap kawasan hutan leuser Flora & Fauna International (FFI) – Medan merupakan lembaga yang selam ini bekerja dalam konservasi TNGL dan spesies Gajah sumatera,
membantu ekowisata tangkahan dan peneggakan hukum kehutanan di TNGL melalui proram CRU (conservation Respon Unit). LPT-Tangkahan adalah lembaga local yang mengelola kawasan ekowisata Tangkahan yang ada di kecamatan Batang Serangan (Desa Namo Sialang
dan Sei Serdang) Lembaga Permata Rimba Damar Hitam Desa Mekar Makmur Kelompok Tani pelindung Leuser (KETAPEL) ; kelompok masyarakat desa halaban yang peduli terhadap konservasi TNGL
No
Partisipan / Kelompok Pemangku
Kepentingan
Nama partisipan, posisi, dan detail kontak
Isu-isu kunci(area utama dariminat dan fokus
Kontribusi potensial(apa yang para partisipan bawa kepertemuan)
Motivasi menghadiri pertemuan (apa yg bisa
diberikan pertemuan tersebut kepada partisipan)
Konsekuensi konsekuensijika tidak diundang
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser TNGL) 1 Nurhadi Utomo
0811332343Ka. BalaiBesar TNGL
Pengambil kebijakan & pemangku kepentingan, informasi potensi & ancaman kawasan. Data pelaku perusakan kawasan.
memberikan informasi, menjalin kerjasama untuk penyelesaian kawasan Besitang. Rencana Strategis penyelesaian kawasan TNGL wlilayah Besitang
Projek rct tidak berjalan baik, tidak ada dukungan legal & terjadi konflik lembaga
2
Ari subianto08125190956
Ka. Bidang III Stabat
3
4
Subhan, S.hut081533361131
Ujang Wisnu Bharata, S.Hut / 081578756787
Ka. SPTN IV Besitang
Staft BIdang III
Pemda kabupaten Langkat
6 Dinas Kehutan & Perkebunan kabupaten langkat
Suandi Tarigan 08126534117
Ka. Dishutbun Langkat
informasi pengelolaan lahan, kebijakan lokal tataguna hutan
memberikan informasi, Rencana Strategis penyelesaian kawasan TNGL wilayah Besitang
penyelesaian ancaman kawasan tidak terintegrasi dan menglamai hambatan
Lembaga Konservasi
7 Fauna & Flora International (FFI)
Wahdi azmi / 0816308414
SECP-Pogramme manager
Data biodiversity, kemitraan dalam program
Kolaborasi dan dukungan program.
Project tidak berjalan baik, tidak terbangunnya konstiuen di site project
Edi Sunardi/081375052438 Tangkahan Site
Manager
pengalaman membangun konstituen
Kolaborasi dan dukungan program.
Project tidak berjalan baik, tidak terbangunnya konstiuen di site project
8 Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT)
Okor Sembiring Ketua harian LPT Pengalaman membangun konstituen,
shared learning & upaya membangun konstituen
Kurangnya dukungan teknis.
B. Lokasi Proyek
B. Lokasi Proyek
30
No
Partisipan / Kelompok Pemangku
Kepentingan
Nama partisipan, posisi, dan detail kontak
Isu-isu kunci(area utama dariminat dan fokus
Kontribusi potensial(apa yang para partisipan bawa kepertemuan)
Motivasi menghadiri pertemuan (apa yg bisa
diberikan pertemuan tersebut kepada partisipan)
Konsekuensi konsekuensijika tidak diundang
pengorganisasian & pendampingan masyarakat
bersama
KSM/Lembaga Lokal10 KSM GEPAL
(Gerakan Masyrakat Pecinta Leuser)
Bapak Syamsul / 081370750213
Ketua umum KSM memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
11 KSM OPEL (Organisasi Masyarakat Pecinta Leuser)
Bapak Wagimin / 081396776482
Ketua umum KSM memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
13 KSM Permata Rimba
Bapak Usman / 081396374211
Ketua umum KSM memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
Kelompok petani Pelindung Leuser (KETAPEL)
Bapak Hasan Basri Ketua memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
Tokoh Lokal14 Desa Mekar makmur Bapak Suwito /
081362437175 Kepala Dea informasi potensi lokal, dukungan program
mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
15 BPD Mekar Makmur Bapak M. Nur Ketua BPD informasi potensi lokal,
dukungan program mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
31
No
Partisipan / Kelompok Pemangku
Kepentingan
Nama partisipan, posisi, dan detail kontak
Isu-isu kunci(area utama dariminat dan fokus
Kontribusi potensial(apa yang para partisipan bawa kepertemuan)
Motivasi menghadiri pertemuan (apa yg bisa
diberikan pertemuan tersebut kepada partisipan)
Konsekuensi konsekuensijika tidak diundang
16 Desa Harapan Maju Bapak Mulia Barus Kepala Desa informasi potensi lokal,
dukungan program mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
18 Desa Halaban ? Kepala Desa informasi potensi lokal, dukungan program
mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
Desa Namo Sialang
Telah Singarimbun
Kepala Desa
informasi potensi lokal mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
Desa Sei Serdang
Edy Rasmala
Kepala Desa
informasi potensi lokal mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
Sesudah pertemuan pemangku kepentingan awal, beberapa individu ini memberikan dukungan kampanye selama tahap pelaksanaannya. Kemitraan dan komunikasi intensif dibangun kepada para pihak untuk membangun hubungan positif dan sinergisitas dalam pelaksanaan kampanye.
32
C. Model-model KonseptualSemua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya, suatu model konseptual yang baik menggambarkan seperangkat hubungan kausal secara grafis antar faktor yang dipercaya memberikan dampak kepada satu atau lebih sasaran keanekaragaman hayati. Suatu model yang baik harus secara jelas menghubungkan sasaran keanekaragaman hayati dengan ancaman langsung yang memberikan dampak padanya dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung dan kesempatan) mempengaruhi ancaman langsung. Model itu juga harus menyediakan dasar untuk menentukan dimana kita dapat melakukan intervensi dengan strategi kita dan dimana kita perlu mengembangkan indikator untuk mengawasi keefektifan strategi tersebut.
Seksi ini akan menunjukkan elemen model konseptual yang diidentifikasi oleh kelompok pemangku kepentingan sebagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap kelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai habitat penting bagi orangutan sumatera dan berbagai satwa liar serta keanekaragaman hayati lainnya:
3.0 Mengembangkan Suatu Model Konsep3.1 Model Konseptual dengan Miradi3.2 Model Konseptual Naratif Awal
33
3.0 MENGEMBANGKAN SUATU MODEL KONSEPTUALPertemuan pemangku kepentingan pada bulan Februari 2009 mempertemukan 40 peserta yang mengidentifikasi faktor langsung dan berkontribusi dan membuat suatu Model Konseptual untuk Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah Besitang. Lingkup proyek (Hutan TNGK, Orangutan sumatera, satwa liar dan keaneka ragaman hayati) membentuk konteks untuk pembahasan tersebut. Ancaman langsung diidentifkasi, kemudian dituliskan pada kartu-kartu yang lalu ditempelkan ke dinding dan dihubungkan dengan sasaran yang sesuai dengan menggunakan tanda panah. Peserta kemudian membahas faktor yang berkontribusi (ancaman tak langsung) yang mengarah kepada, atau memperburuk, faktor langsung.
Contohnya, aktivitas perambahan mungkin tidak akan terjadi di kawasan TNGL wilayah Besitang jika pola pertanian masyarakat sekitar dilakukan secara optimal, atau jika keberadaan pengungsi tidak ada di dalam kawasan. Faktor yang berkontribusi memperburuk kondisi kawasan TNGL dan habitat serta populasi orangutan sumatera yang merusak kondisi alam tersebut. Faktor yang berkontribusi kemudian ditempelkan pada dinding dan dihubungkan ke ancaman langsung dengan tanda panah. Hasilnya berupa “peta” sederhana mengenai apa yang memberi dampak terhadap sasaran.
Catatan penting: pemangku kepentingan menggunakan penamaan mereka sendiri (istilah awam) untuk memberi nama ancaman dan membuat model. Fasilitator pertemuan pemangku kepentingan tidak ingin merusak partisipasi atau pemahaman model dengan mensyaratkan peserta (yang beberapa diantaranya hanya memiliki tingkat pendidikan sedang) untuk menggunakan kategori ancaman IUCN.
3.1 Model Konseptual dengan Miradi
Setelah pertemuan pemangku kepentingan, perangkat lunak Miradi digunakan untuk mengembangkan dan memasukkan model ke dalam tatanama standar menggunakan taksonomi ancaman yang dikembangkan oleh IUCN. Grafik berikut ini merupakan bentuk model konseptual Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang setelah semua faktor langsung dan berkontribusi di Pulau Serena dimasukkan. Miradi dikembangkan untuk membantu praktisi konservasi dalam melalui proses pengelolaan adaptif yang diringkas dalam Standar Terbuka untuk Praktik Konservasi yang dikembangkan oleh Conservation Measures Partnership's (www.miradi.org).
C. Model-model Konseptual
34
Faktor yg berkontribusi/ancaman tak langsung [kotak kuning] Ancaman langsung [kotak merah] Sasaran [lingkaran hijau]
Ini merupakan model konseptual Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang pertama setelah semua ancaman langsung dimasukkan, dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung), dari pertemuan pemangku kepentingan. Panah penghubung menandakan hubungan antar faktor dan bagaimana mereka memberikan dampak pada sasaran yang berbeda di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang.
C. Model-model Konseptual
35
Untuk membantu mencerna gambar di atas, berikut adalah gambaran singkat dari ancaman langsung dan faktor yang berpengaruh yang diambil dari pertemuan pemangku kepentingan.
Ruang Lingkup dan sasarn Proyek Ancaman langsung Faktor yang berpengaruh (termasuk ancaman tak langsung)
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wliayah Besitang ;
- Hutan TNGL- Orangutan- Satwa liar & keanekaragaman hayati
Pencurian Plasma nutfahPengambilan sampel/penelitian illegal, Pendampingan terhadap penelitian tidak optimal, kurang sosialisasi aturan penelitian di dalam kawasan, lemahnya penegakkna hukum
Illegal logingKeterbatasan kayu diluar kawasan, lemahnya peneggakan hukum, tingginya permintaan kayu, kurangnya kesadaran, tingkat perekonomian masyarakat rendah
Perambahan hutanKebutuhan lahan, pembukaan kebun, lemahnya peneggakan hukum, persoalan batas yang tidak jelas, keberadaan pengungsi asal aceh, ketergantungan ekonomi pada sector perkebunan/pertanian
Pendudukan /penguasan lahan oleh pengungsi asal Aceh
Adanya konflik keamanan aceh, kebutuhan lahan, lemahnya pengawasan dan pendataan pengungsi, lambatnya penganan relokasi.
Kebakaran hutan Factor alam, tradisi penyiapan lahan (land clearing), kurangnya pengawasan
Perburuan satwa Adanya konflik satwa, kebiasaan berburu (jerat satwa), permintaan, kurangnya kesadaran
Dari konsep model yang telah tersusun dari hasil workshop staholder terlihat ada enam ancaman atau factor langsung yang mempengaruhi target/sasaran. Dari enam factor langsung yang ada terdapat tiga factor langsung yang lebih utama yaitu ; (1) perambahan hutan, (2) illegal loging, dan (3) penguasaan /pendudukan lahan oelh pengungsi
Catatan: Dalam tabel ini dan Model Konseptual lingkup proyek didefinisikan sebagai Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang. Karena ancaman yang berbeda berdampak pada segi yang berbeda dari sistem ini, tiga sasaran prioritas telah diidentifikasi (Hutan TNGL, orangutan, satwa liar & keanekaagaman hayati).
C. Model-model Konseptual
36
D. Analisis AncamanSebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak ancaman ini yang akan coba kita tangani. Peringkat ancaman merupakan suatu metode untuk membuat langkah yang lengkap ini menjadi lebih jelas dan lebih obyektif. Ini melibatkan penentuan dan pendefinisian seperangkat kriteria kemudian mengaplikasikannya secara sistematis pada ancaman langsung di lokasi sehingga tindakan konservasi dapat diarahkan pada tempat dimana mereka benar-benar diperlukan.
4.0 Peringkat Ancaman4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan4.2 Rantai Faktor
37
4.0 MEMBUAT PERINGKAT ANCAMAN
Degan menggunakan Model Konseptual awal yang dikembangkan pada pertemuan pemangku kepentingan kunci, perangkat lunak Miradi digunakan untuk menetapkan peringkat ancaman langsung yang telah mereka identifikasi2. Peringkat ini berguna untuk:
1) Mengidentifikasi “sasaran” dengan peringkat tertinggi (Hutan TNGL, Orangutan, satwa liar dan keanekaragaman hayati) 2) Mengidentifikasi ancaman dengan peringkat tertinggi yang berdampak pada sasaran” ini
Perangkat lunak Miradi secara otomatis menangkap sasaran dari Model Konsep, memunculkan mereka sejajar dengan “X” axis dan dengan ancaman langsung yang sejajar dengan Y axis.
4.1 Lingkup, Intensitas & KetakberbalikanSetiap ancaman diberi peringkat berdasarkan Lingkup, Tingkat Kerusakan & Ketakberbalikan, terhadap setiap sasaran dengan menggunakan petunjuk penilaian berikut ini:
Ilustrasi A menunjukkan proses pemeringkatan ancaman menggunakan Miradi. Ilustrasi B menunjukkan Peringkat Ancaman Akhir. Perlu dicatat bahwa kesimpulan peringkat yang disusun berdasar “target”.
2
KUNCI KRITERIA ANCAMAN (Berdasarkan definisi Miradi)A: LINGKUP (Area)4 = Sangat Tinggi: Ancaman kemungkinan besar akan menyebar ke seluruh atau sebagian besar lokasi anda. 3 = Tinggi: Ancaman kemungkinan besar akan menyebar dalam lingkupnya, dan mempengaruhi sasaran konservasi di banyak tempat pada lokasi anda2 = Sedang: Ancaman kemungkinan besar memiliki cakupan lokal, dan mempengaruhi sasaran konservasi di beberapa tempat pada lokasi sasaran. 1 = Rendah: Ancaman kemungkinan besar memiliki cakupan terlokalisasi, dan mempengaruhi sasaran konservasi di bagian yang terbatas pada lokasi sasaran.
B: TINGKAT KERUSAKAN – Tingkat kerusakan terhadap sasaran konservasi yang beralasan untuk diharapkan pada keadaan saat ini (yaitu berdasarkan keberlanjutan situasi yang ada). 4 = Sangat Tinggi: Ancaman kemungkinan besar menghancurkan atau menghilangkan sasaran konservasi pada beberapa bagian di lokasi. 3 = Tinggi: Ancaman kemungkinan besar mendegradasi (serius) sasaran koservasi pada beberapa bagian di lokasi. 2 = Sedang: Ancaman kemungkinan besar mendegradasi (sedang) sasaran konservasi pada beberapa bagian di lokasi. 1 = Rendah: Ancaman kemungkinan besar hanya sedikit merusak sasaran konservasi pada beberapa bagian di lokasi.
C: KETAKBERBALIKAN – Pentingnya mengambil tindakan cepat untuk melawan ancaman. 4 = Sangat Tinggi: Akibat ancaman langsung tidak berbalik (misalnya, lahan basah dikonversi menjadi pusat perbelanjaan).3 = Tinggi: Akibat ancaman langsung dapat dibalikkan, tapi tidak mampu dipraktekkan (misalnya, lahan basah dikonversi menjadi lahan pertanian). 2 = Sedang: Akibat ancaman langsung dapat dibalikkan dengan komitmen sumber daya yang layak (misalnya, menyingkirkan dan mengeringkan lahan basah).1 = Rendah: Akibat ancaman langsung dapat dengan mudah dibalikkan dengan biaya yang relatif rendah (misalnya, kendaraan off-road melewati lahan basah).
D. Analisis Ancaman
38
Ilustrasi A Proses menyelesaikan tabel peringkat ancaman dalam Miradi
Ilustrasi B
Tabel peringkat ancaman akhir dengan semua ancaman telah selesai diproses.
D. Analisis Ancaman
39
Petani
Pemangku kepentingan kunci mengidentifikasi dua ancaman/factor langsung yaitu pendudukan/penguasaan lahan oleh pengungsi dengan kategori ancaman sangat tinggi dan aktivitas perambahan hutan dengan kategori ancaman tinggi. Walaupun pendudukkan/penguasaan lahan oleh pengungsi meripakan ancaman yang sangat tinggi, namun tidak dilipih menjadi focus ancaman yang dipilh dalam kampanye, akan tetapi kampanye memilih menjawab ancaman perambahan hutan. Hal ini disebabkan keberadaan pengungsi merupakan masalah lintas bidang dan solusi kongkritnya hanya relokasi, sedangkan kampaye memilki keterbatasan melakukan solusi relokasi itu. Ancaman perambahan hutan diambil menjadi focus karena bisa menjawab ancaman pegungsi juga yaitu aktivitas mereka memperluas pembukaan hutan, diharapkan dengan menjawab ancaman perambahan juga akan mengehntikan perluasan pembukaan oleh pengungsi sambil menunggu solusi relokasi oleh pemerintah.
Ilustrasi C4.2 Rantai Faktor
Setelah mengetahui focus ancaman yang akan dijawab (perambahan hutan), kita sekarang kembali ke Model konseptual untuk melihat siapa dan apa yang ada di balik ancaman; yaitu faktor apa yang memberikan kontribusi (termasuk ancaman tidak langsung) yang membuat lingkungan dimana ancaman ini muncul dan yang harus ditangani untuk mengurangi ancaman dan meningkatkan kondisi sasaran.
Gambaran Model Konseptual yang disederhanakan dan lebih linier ini disebut “rantai faktor”.
Secara ringkas rantai factor perambahan hutan menunjukkan hubungan factor kontribusi yang menyebabkan ancaman perambahan muncul adalah; (1) lemahnya penegakkan hukum; factor ini disebabkan karena lemahnya pengawasan kawasan, masih adanya mental kerja aparat yang masih rendah, kurangnya kesadaran kan pentingnya kawasan TNGL, kurangnya jumlah petugas TNGL. (2) pembukaan perkebunan baik swasta maupun masyarakat; factor ini disebabkan oleh ketergantungan masyarakat pada sector pertanian/kebun, tingkat pendidikan yang rendah, kebutuhan lakan lahan pertanian, (3) adanya penguasaan/pendudukan lahan dalam kawasan hutan Leuser yang disebabkan oleh beberapa factor; karena akibat konflik keamanan Aceh sehingga pengungsi masuk ke Sumatera Utara dan
D. Analisis Ancaman
40
memnduduki kawasan, kemudian adanya oknum yang mengatasnakan pengungsi untuk membuka lahan di hutan, upaya relokasi yang lambat, ada penolakan solusi relokasi, dan lain-lain.
E. Penelitian FormatifPekerjaan perencanaan yang dilakukan sampai saat ini telah didapat dari kelompok pemangku kepentingan yang relatif kecil dan keputusan dibuat berdasarkan banyak asumsi yang belum diuji. Data perlu diuji kebenarannya di lapangan dengan para ahli yang lebih beragam. Percakapan terarah juga dapat membantu kita menentukan Pilihan Pengelolaan dan untuk memulai membangun Gambar gabungan (composit portrait) dari kedua khalayak, juga membantu merancang survei kuantitatif seperti yang dijelaskan pada Seksi 7.0. Survei kuantitatif akan membantu kita memahami khalayak primer kita sekaligus membuat kita dapat menyusun data dasar untuk mengukur perubahan yang disebabkan oleh kampanye Pride. Urutan hasil penelitian formatif yang diperlihatkan di sini tidak mesti sesuai dengan kronologi pengumpulan data, dan pada beberapa kasus, pengulangan ganda dari penelitian, seperti percakapan terarah dengan khalayak, diperlukan.
5.0 Percakapan Terarah5.1 Dengan petugas/staft Balai Besar TNGL5.2 Dengan Tokoh Masyarakat5.3 Manfaat dan Hambatan
6.0 Pilihan Pengelolaan7.0 Rantai Hasil dan Sasaran Awal8.0 Menetapkan Data Dasar (Baseline)9.0 Hasil Survei
9.1 Ringkasan Bio-data9.2 Pilihan Media oleh Segmen-segmen Kunci9.3 Sumber yang Tepercaya9.4 Pengetahuan and Sikap mengenai Isu Pokok9.5 Praktik9.6 Ancaman Baru yang Teridentifikasi9.7 Hambatan Perubahan Perilaku9.8 Manfaat9.9 Spesies Bendera/Flagship
10.0 Memahami Khalayak Anda
D. Analisis Ancaman
41
5.0 PERCAKAPAN TERARAH
5.1 Percakapan terarah dengan staft Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
Proyek ini, (berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan kunci), telah membuat asumsi-asumsi tentang ancaman apa yang paling utama memberikan dampak terhadap kawasan Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang. Sesudah pertemuan pemangku kepentingan, ismail bertemu dengan beberapa staft Balai Besar TNGL yang selama ini bekerja langsung menangani isu dan ancaman di TNGL wilayah Besitang. Pertanyaan yang ditanyakan termasuk:
Bagaimana menurut Anda urutan peringkat ancaman yang ada, silahkan berikan informasi dan input tambahan? Apakah menuru Aanda ada factor yang belum teridentifikasi di dalam konsep model? Bagaimana menurut Aanda straetegi yang pengembangan pola agroforestry bisa membantu mengurangi ancaman yang ada?
Balai Besar TNGL setuju dengan peringkat ancaman bahwa keberadaan pengungsi dan aktivitas perambahan hutan adalah dua ancaman yang saat ini masih mengkhawatirkan, sedangkan illegal loging sudah mengalami penurunan yang sangat berarti. Staft Balai Besar TNGL (Ujang Wisnu Bharata, S.Hut, Subhan,S.Hut) memberikan informasi bahwa staregi yang diambil harus tetap didukung oleh upaya penegakkan hukum, beliau menginformasikan bahwa Balai Besar TNGL dan UNESCO memilki program untuk membentuk Community Patrol Unit untuk melakukan upaya penegakkan hukum secara preventif dan preemtif.
1.2 Percakapan terarah dengan Tokoh MasyarakatBeberapa pertemuan dan pembicaraan dengan beberapa tokoh masyarakat yang ada di desa-desa target dilakukan untuk mencari informasi tambahan dan menguji kembali konsep model dan perencanaan starategi. Bapak Muhammad Nur (ketua BPD Desa Mekar Makmur) memberikan informasi bahwa aktivitas perambahan juga dilakukan oleh orang yang berasal dari desa tersebut. Terkait dengan strategi pengenalan dan praktek agroforestry, bila ada dukungan pendaan dan pelatihan masyarakat pasti mendukung dan mau terlibat dalam kegiatan.Bapak Wahid (kepala dusun Sumber waras, sei Serdang) menginformasikan sebenarnya dahulu ada yang sudah pernah menanam tanaman dengan pola tumpang sari atau agroforestry, akan tetapi hasilnya tidak bagus, memang masyarakat disini jarang melakukan peraeatan dan pemupukan. Beliau juga menyatakan bila ada bantuan bibit pasti masyarakat akan mau mencoba dan terlibat.
6.0 BARRIER REMOVAL ASSESMENT VIABILITY OVERVIEW (BRAVO) (Rangkuman Eksekutif) Apa :
E. Penelitian Formatif
E. Penelitian Formatif
42
untuk menghentikan aktivitas perambahan lahan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) menjadi kebun, yang mengancam habitat dan populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Untuk menghilangkan ancaman ini, maka pengembangan system agroforestri pada lahan masyarakat di sekitar (diluar) hutan sangat penting. Pengembangan demplot agroforesrty ini diharapkan akan menambah pengetahuan petani dan membentuk sikap bahwa agroforestry sangat bermanfaat, dan pada akhirnya Diharapkan petani mau mengadopsi pola agroforestry pada lahan mereka di luar hutan TNGL. Dengan mengadopsi pola agroforestri tersebut diharakan lahan mereka akan menjadi lebih optimal dan mengurangi kebutuhan lahan sehingga kubutuhan lahan akan berkurang dan dapat mengurangi laju perambahan hutan menjadi kebun.
Pembangunan Demplot Agroforestry akan dibangun dilahan seluas empat hektar, yang terletak di dua dusun yaitu dusun Sidorejo Mekar Makmur dan Tani Makmur Desa Mekar Makmur (masing-masing dusun 2 hektar). Pembangunan demplot system agroforestry akan dilakukan dengan system polykultur, dengan beberapa komoditi tanaman diantara adalah :- Tanaman utama (Karet) sebanyak 50%- Pohon berkayu & pohon buah sebanyak 25%- Tanaman bawah ; sereh wangi, rumput king grass, tanaman holtikultura, dengan komposi sebanyak 25%.
Siapa : Dalam kegiatan pengenalan dan praktek sistem agroforestry yang difokuskan untuk menjadi target adalah petani di Desa Mekar Makmur. Para petani target yang terlibat secara langsung terdiri dari dua kelompok petani yang ada di desa Mekar Makmur berjumlah ± 100 Kepala Keluarga (KK), dimana masing-masing kelompok . Untuk tahap awal pengenalan system agroforesrty ini diharapkan sebanyak 30% (30 KK) masyarakat desa target (Mekar Makmur) mengadopsi model atau sistem agroforestry untuk jenis-jenis tanaman bawah yang dipraktekkan.
CRU-FFI akan membantu dalam memberikan informasi dan rekomendasi tanaman yang memiliki manfaat untuk mitigasi konflik satwa. Basama Alam Lestari akan membantu dengan mendatangkan nara sumber atau ahli untuk teknologi dan budidaya tanaman dalam praktek penyingkir halangan. Dalam tahap ini Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan di Kabupaten Langkat akan dijadikan sebagai sumber informasi dan konsultasi tehnik pertanian. Balai Besar TNGL merupakan mitra dalam berkoordidasi dan mengukur dampak konservasi pengembangan strategi barrier removal tersebut.Kapan : Proses persiapan pra perencanaan akan dimulai pada bulan Juli 2009, tahapan ini menghasilkan base-line dan perencanaan teknis yang akan dilakukan selama satu bulan. Kemudian akan dilanjutkan dengan tahapan persiapan teknis program yang akan menghasilkan tabulasi kebutuhan program. Selanjutnya akan masuk pada tahap pelatihan dan pelaksanaan perencanaan dan pemantauan. Capaian adopsi awal strategi penyingkiran halangan ini diharapkan terjadi pada akhir bulan Juli 2010, dilanjutkan dengan perluasan adopsi.
E. Penelitian Formatif
43
Bagaimana : Kebutuhan pendanaan dalam pengenalan dan praktek system agroforestry akan didapatkan melalui RARE. Kebutuhan Biaya transportasi dan komunikasi untuk manager kampanye dalam melakukan tahapan proyek akan dibiayai oleh YOSL-OIC dan juga akan melakukan penggalangan pendanaan kepada lembaga donor lainnya. Sebagian kebutuhan peralatan dalam praktek akan di adakan secara swadaya oleh masyarakat kelompok target. Pengadaan bahan dan alat serta bibit dan pupuk akan difasilitasi pengadaan oleh Basama Alam Lestri. Penyediaan lahan demplot seluas 4 hektar akan di sediakan olah petani anggota kelompok.
Kategori Sub-kategori Nilai Rata-rata Nilai Kategori
Kelayakan
Ekonomi
Biaya-biaya 3
2.7 Pendapatan 1
Penggantian Pendapatan 4
Teknik
Teknologi 3.7
3.3 Kapasitas / Kemampuan Organisasional 3.3
Mitra Lainnya 3
Budaya / Politik
Kepemimpinan Masyarakat 4
4.5 Lingkungan Politik 3
Norma-norma Budaya 3.5
Nilai Kelayakan 3.5
44
Dam
pak
Dampak dan Metrik-metrik
Dampak Konservasi 4
3.9 Titik-titik Ungkit 3.7
Metrik-metrik 4
Nilai Dampak 3.9
Kriteria Penjelasan Nilai
Dam
pak konservasi
Kemungkinan dampak konservasi
1 = Tidak ada kemungkinan mencapai dampak konservasi; 4 = Sangat mungkin merealisasi dampak konservasiPola agroforestry yang akan dikembangkan selain bertujuan untuk menambah nilai ekonomi masyarakat, juga di desain untuk mendukung konservasi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah Besitang. Nilai-nilai yang akan dikembangkan dalam sistem agroforestry ini adalah : (1) nilai ekonomi dengan mengembangkan jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi sehingga diharapkan pendapatan petani meningkat dari luasan lahan yang tetap yang diharapakan berdampak pada ketidakinginan masyarakat untuk memperluas lahan dengan merambah hutan. (2) nilai konservasi, yaitu dengan menjadikan areal lahan agroforest menjadi area pemantuan keberadaan kawasan dari aktivitas perusakan kawasan. (3) nilai mitigasi konflik antra satwa dan manusia, yaitu dengan menanam jenis yang tidak di sukai oleh satwa tertentu terutama gajah.
4
E. Penelitian Formatif
45
Kesinambungan dampak
1 = Tujuan dampak konservasi kemungkinan tidak akan bertahan dalam jangka panjang; 4 = Tujuan dampak seharusnya dapat bertahan dalam jangka panjang Pola agroforest akan dikembangkan pada lahan milik masyarakat, sehingga kemungkinan masyarakat akan meneruskan secara mandiri dan mengadopsi perubahan ini lebih dimungkinkan. Karena bila mereka merasa mendapatkan manfaat dari perubahan yang dibuat melalui system baru ini maka mereka akan mau meneruskannya secara mandiri karena kepemilikan lahan adalah milik pribadi dan bila mereka meneruskan secara mandiri juga akan diambil manfaatnya secara mmandiri.
4
Nilai Rata-rata 4
46
E. Penelitian Formatif
47
Kriteria Penjelasan Nilai
Titik-titik U
ngkit
Titik Ungkit Pertama
Titik ungkit pertama adalah masyarakat memahami manfaat system agroforestry yang bermanfaat untuk menambah penambahan pendapatan dan dapat mengoptimalkan penggunaan lahan, sehingga kebutuhan akan lahan pertanian menurun dan keinginan untuk merambah kawasan TNGL menajadi lahan pertanian/kebun berhenti.
4
Titik Ungkit Ke-dua
Titik ungkit yang ke-dua adalah penerapan system agroforestry pada luasan lahan tertentu (demplot) sebagai contoh dan pembelajran masyarakat, sehingga akan menarik secara lebih luas kepada target khalayak untuk mengadopsi system agroforestry secara mandiri pada lahan masyarakat. Dan patani tidak lagi merambah hutan.
3
Titik Ungkit Ke-tiga
Titik ungkit ke-tiga akan memastikan penerapan agroforestry oleh 50% petani yang selama ini merambah kawasan TNGL. Pelatihan-pelatihan ketrampilan lain dilakukan untuk menambah kapasitas target khlayak terhadap penerapan agroforestry maupun keterampilan lain. Untuk mendukung keberhasilan menjaga kawasan dari ancaman perambahan dilakukan juga tindakan pengawasan dan patrol kawasan TNGL sehingga memiliki dukungan hukum dan ada nilai nilai keseungguhan yang dilihat oleh masyarakat luas di target area untuk komitmen terhadap penyelamatan hutan TNGL. Metrik yang digunakan adalah jumlah aktivitas perambahan, jumlah yang mengadopsi peyingkir hambatan, jumlah tanaman untuk rehabilitasi kawasan TNGL. Adanya peraturan desa atau yang mendukung untuk pelaksanaan agroforestry, terbentuknya kelompok masyarakat yang terlibat aktif dalam adopsi agroforestry, kelompok masyarakat yang aktif dalam monitoring dan pengawasan kawasan hutan.
3
Nilai Rata-rata 3.7
Metrik-
metrik
Keluaran-keluaran yg dapat diukur
1 = Program tidak memiliki metrik-metrik yang jelas atau sulit diukur; 4 = Program telah membuat metrik-metrik yang jelas dan dapat diukur Dampak konservasi dari kampanye ini mudah diukur. Metriknya adalah jumlah kasus perambahan. Untuk mengukur ini balai Besar TNGL bersedia bekerjasama untuk melakukan monitoring kawasan dan pengamanan kawasan. Jumlah adopsi penyingkir halangan. Keluaran antara yang bisa diukur, jumlah tanaman yang dikembangkan, terbentuknya kelompok masyarakat yang terlibat aktif dalam pengawasan dan monitoring kawasan, adanya peraturan desa yang mendukung penerapan agroforestry dan pengamanan kawasan bersama masyarakat.
4
Nilai Rata-rata 4
Faktor-faktor Resiko Konsekuensi Strategi-strategi Mitigasi
- Kurangnya dukungan dari pemerintahan local desa
- Munculnya kekhawatirann untuk me untuk mengadopsi
- Minimnya pendanaan
- Program akan mengalami kesultan dalam memobilisasi masyarakat tani
- Strategi sulit berkembang
- Penerapan strategi dilaksanakan secara sederhana
- Melakukan komunikasi intensif
- Melakukan komunikasi, peyebaran isu, mengadakan pelatihan, penjelasan manfaat agroforestry
- Melakukan penjaringan pendanaan secara terus menerus
- Menerapkan pola keswadaan masyarakat
E. Penelitian Formatif
48
7.0 RANTAI HASIL & SASARAN AWAL
Memahami tahapan dalam rantai hasil kita juga dapat membantu mempersempit sasaran awal kita untuk setiap khalayak sebelum memulai pengambilan data. Dari dua strategi yang akan dilaksakan dalam kampaye (kampanye pride dan pengembangan agroforestry) maka disusun rantai hasil hasil untuk mencapai perubahan yang diinginkan dari khalayak target. Rantai hasil yang diinginkan menekankan pada peningkatan pengetahuan petani dan masyarakat umum tentang agroforestry, kawasan TNGL dan peraturan/hukum kehutanan di kawsan TNGL. Perubahan sikap yang diinginkan terbentuk adalah kemauan untuk mempelajari pola agroforestry, mengakui manfaatnya, mematuhi peraturan TNGL, sikap mendukung dan upaya konservasi TNGL, untuk kemudian patani dan masyarakat membicarakan tema agroforestry dan kawasan TNGL dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan perilaku yang diharapkan terjadi adalah petani mengadopsi pola agroforestry pada lahan diluar hutan TNGL dan tidak perlu membuka hutan kembali dan pengurangan ancaman daoat terjadi yaitu kawasan hutan tidak lagi rambah untuk dijadikan lahan pertanian sumber ekonomi petani.
E. Penelitian Formatif
49
8.0 MENETAPKAN DATA DASAR (BASELINE) (SURVEI DENGAN KUESIONER)
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) yang mengadakan survei kuantitatif dengan 50 pertanyaan untuk menetapkan data dasar (baseline) untuk Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitudes), dan Praktek (Practices) (KAP) dan untuk membantu mereka memahami lebih baik khalayak mereka untuk Kampanye Pride serta untuk menguji asumsi mereka mengenai khalayak mereka. Surveisample.com digunakan untuk memilih ukuran contoh untuk setiap desa target. Dengan menggunakan hasil dari suveysample.com, kita akan mengatur kuota minimum.
Kuesioner dikembangkan setelah khalayak target telah teridentifikasi dan ancaman kunci telah diketahui melalui kampanye dan sasaran umum untuk kampanye telah ditetapkan. Pertanyaan akan dibacakan dengan keras oleh pencacah (relawan dari YOSL-OIC dan mahasiswa) yang telah saya latih sebelum mereka melakukan survey. Jawaban pertanyaan tersebut akan direkam dengan hati-hati dan ditulis di atas kertas oleh pencacah sendiri. Pertanyaan-pertanyaan (lihat kuesioner survei yang lengkap di Lampiran) yang diajukan adalah pertanyaan tertutup dan terbuka, bersifat mengarahkan
E. Penelitian Formatif
50
(prompted) dan tidak mengarahkan (unprompted). Survei akan diperiksa secara seksama sebelum melanjutkannya ke orang selanjutnya. Survei akan digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai lingkungan Taman Nasional Gunung Leeser wilayah Besitang, Sumatera Utara. secara umum yang telah ada dan ancaman yang harus dihadapi dengan teliti, tentang media yang disukai, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) serta sumber informasi yang dipercaya.
Tabel berikut berisi ringkasan jumlah responden yang diwawancara dan penyebaran survei secara geografis. Penetapan jumlah sampel menggunakan LOC XX dan CI + 5 (atau 3?)
Kecamatan Desa Total populasi Persentase disteribusi Jlh kuisioner tiap desa
Keterangan
Besitang Halaban 7398 28% 100 Target
Sei Lepan Mekar Makmur 2789 22.5% 80 Target
Batang SeranganSei Serdang 4635 28% 100 Target
Namo Sialang 5181 21.5% 75 Target
Jumlah 20003 100% 355 Target
Tenggulun Tenggulun 14000 100% 374 kontrol
Jumlah 14000 100% 374
Total Sample 729
Survei dirancang dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Apian® Survei Pro®.
Catatan: Di beberapa daerah, masyarakatnya enggan memberikan tanggapan pada survei, karena ada perasaan takut salah bicara dan terjerat hukum tentang
hutan Leuser, sebagian lagi ada kebosanan masyarakat dengan survey. Mengapa bosan?
Survei pra-proyek (baseline) akan diulang setelah proyek berhasil menentukan perubahan pengetahuan, sikap, dan praktek. Responden akan diberi pertanyaan dimana mereka memperoleh informasi baru, dan informasi yang mungkin menghasilkan perilaku lain dalam upaya penyesuaian yang diinginkan oleh kampanye kita.
E. Penelitian Formatif
51
9.0 HASIL SURVEI
Sebanyak 729 kuesioner survei telah dikembalikan oleh pencacah dan dimuat pada paket perangkat lunak Survei Pro® Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC). Data yang dikumpulkan dari survei kuantitatif akan digunakan untuk memeriksa beberapa asumsi dan membantu kita untuk merevisi sasaran. Analisis survei akan membantu menguatkan dan memahami khalayak target dengan lebih baik begitu pula dengan mengidentifikasi saluran informasi, sumber yang dipercaya dan membantu mencipkatan pesan. Rare juga merekomendasikan untuk menggunakan survei ini untuk mengidentifikasi spesies bendera/flagship yang dapat membantu membawa pesan pada segmen utama.
Kesimpulan hasil yang ditemukan akan dimasukkan ke dalam bagian ini pada rencana proyek. Suatu analisis lengkap dapat disediakan atas permintaan.
9.1 Ringkasan biodata
Survei mengambil contoh acak dari masyarakat empat desa target yang ada di tiga kecamatan, walaupun terdapat sedikit bias terhadap pria dibandingkan wanita. Mengikuti metode kuota contoh, jumlah contoh kami untuk empat desa target adalah 352 responden termasuk (1) 174 petani atau 49,4%, (2) 90 karyawan atau 25,6%, (3) 16 buruh dan (4) 72 responden yang tidak termasuk ke dalam salah satu jenis pekerjaan khalayak utama kami tetapi masih termasuk bagian dari populasi umum. Struktur umur juga secara luas mewakili komponen masyarakat dari usia pemuda sampai usia tua, walaupun dipilih lebih banyak pada usia produktif yaiu 20 – 50 tahun.
Sumber : analisa data primer, 2009
9.2 Media yang Disukai oleh Segmen Kunci
E. Penelitian Formatif
E. Penelitian Formatif
52
Berapa usia anda ?
Counts PercentsPercents
0 100
10 to 20 15 4.3%
20 to 30 78 22.2%
30 to 40 102 29.0%
40 to 50 80 22.7%
50 to 60 55 15.6%
60 to 70 18 5.1%
70 to 80 4 1.1%
Totals 352 100.0%
Mean 38.90
Jenis Kelamin Responden
Counts PercentsPercents
0 100
Lelaki 287 81.5%
Perempuan 65 18.5%
Totals 352 100.0%
Mean --
Media yang paling atau sering memberikan informasi kepada petani di empat desa (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Halaban) yang pertama adalah televise sebanyak 70,5% dan media yang kedua adalah 17,3%. Tabulasi silang mengenai pendengar radio berdasarkan pekerjaan (Petani) (n=174) menggambarkan bahwa stasiun radio yang disukai di empat desa target tidak sama. Dari data ini strategi dalam penyampaian pesan kampanye adalah menjalin kerjasam dengan beberapa radio agar pesan kampanye dapat menjangkau semua desa target. Radio yang disukai oleh khususnya kelompok petani di desa Mekar Makmur (desa focus) adalah RPC FM (44,4%) dan Suara Medan (25,9%). Waktu mendengarkan radiopun berbeda pada tiap desa. Waktu petani mendengarkan radio di desa Mekar Makmur pada jam kerja adalah antara 09.00-12.00 dan pada malam hari pukul 18.00-21.00.. Program yang disukai adalah musik (86,67%) dan jenis musik yang paling disukai oleh petani target diempat desa adalah Musik Dangdut. Demikian juga music dangdut disukai oleh petani di desa Mekar Makmur (66,14%).
Para petani target mengatakan surat kabar yang sering dibaca dan memberikan informasi kepada petani ada dua, yaitu surat kabar Waspada (44,6%) dan Pos Metro (42,4%).
Sumber : analisa data primer, 20099.3 Sumber yang dipercaya
“Informasi dari sumber yang tepercaya mampu mempengaruhi kepercayaan, pendapat, sikap dan/atau perilaku seseorang melalui proses internalisasi. Sekali seseorang penerima menginternalisasi sebuah opini atau sikap, hal ini menjadi satu kesatuan dengan sistem kepercayaannya. Kepercayaan ini dapat dipertahankan walaupun sumber pesan tersebut telah dilupakan. Komunikator yang sangat tepercaya memegang peranan penting ketika penerima pesan memiliki pendapat negatif mengenai produk, jasa ataupun isu yang sedang dipromosikan, karena sumber yang tepercaya dapat mencegah munculnya pendapat yang bertentangan.” (Sadowsky). Sejawat, pemimpin masyarakat, pemimpin agama, “para ahli” yang dikenal adalah sumber yang dipercaya.
E. Penelitian Formatif
53
Di empat desa target yakin pemimpin agama sebagai orang yang sangat terpercaya dalam memberikan informasi mengenai hutan Taman Nasional Gunung Leuser. 55,4% petani di desa Mekar Makmur (n=174) yakin pemimpin agama sebagai orang yang dapat dipercaya dalam memberikan informasi mengenai hutan Leuser. Sebaliknya, para petani menganggap pemerintah (Balai TNGL) hanya masuk ke kategori “dapat dipercaya” (30,8%%) dan “tidak tahu/tidak yakin” (41,5%). Petani menyebutkan keluarga sebagai sumber informasi lingkungan penting lainnya yang sangat dipercaya (16,9%) dan dapat dipercaya (38,5%). Para petani di Mekar Makmur juga menggangap teman/rekan merupakan sumber yang dapat dipercaya (49,2%) dan sangat “agak dipercaya” (20%). Lembaga local masyarakat juga merupakan sumber yang dipercaya oleh petani (43,150.
9.4 Pengetahuan dan Sikap mengenai Isu Pokok
Menurut hasil konsep model dan data serta informasi dari departemen Kehutanan (balai TNGL) perambahaan hutan di TNGL merupakan ancaman yang serius. Akibat adanya kegiatan persakan kawasan hutan dan peruskan habitat satwa liar ini mengakibatkan juga adanya konflik satwa antara petani dan satwa liar. Dari survey didapat bahwa petani di Mekar Makmur (33,2%) menyatakan bahwa perambahan adalah ancaman hutan dan penyebab adanya satwa liar masuk ke kebun petani. Sedangkan petani desa Sei Serdang menyatakan hal yang sama (40%), desa Namo Sialang 18% dan petani desa Halaban sebanyak 23,7%.
Sebanyak 55,49% petani di empat desa target sudah mengetahui status kawasan hutan Leuser sebagai Taman Nasional, akan tetapi hanya 3,47% yang mengetahui TNGL sebagai salah satu situs warisan dunia. [Pertanyaan #11 - #17]
Sumber : analisa data primer, 2009
54
Petani di desa Mekar makmur (53,85%) masih menganggap melestarikan Leuser adalah tanggung jawab departemen kehutanan (BBTNGL) sedangkan yang berpendapat tanggung jawab bersama sebanyak 32,31%. Para petani di tiga desa lainnya sudah berpendapat bahwa menjaga leuser adalah tanggung jawab bersama (Sei Serdang 65%, Namo Sialang 82%, dan Halaban 53,6%)
Sumber : analisa data primer, 2009
9.5 PraktikDari para petani yang disurvei (n=174), saat ini sama sekali belum berpikir untuk menerapkan pola agroforestry pada lahan pertenian mereka yaitu di desa Sei Sedang, Namo Sialang dan Halaban (masing-masing 35%, 50%, dan 50%). Sedangkan petani di Mekar Makmur telah mempertimbangkan untuk menerapkan pola agroforestry dilahan yang telah ada saat ini sebanyak 61,4%, dan yang telah mempertimbangkan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan lahan yang ada tanpa memperluas dalam hutan sebanyak 49,2%. [Pertanyaan #20].
Sumber : analisa data primer, 2009
9.6 Ancaman baru yang teridentifikasiSurvei tidak mengidentifikasi ancaman baru, semua ancaman yang aa di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang sudah teridentifikasi diawal yaitu terdapat didalam konsep model.
E. Penelitian Formatif
55
9.7 Hambatan dalam mengubah perilakuKetika ditanyakan mengapa petani khususnya di desa target Mekar Makmur tidak menerapkan pola agroforestry pada lahan mereka di luar TNGL, tanggapan mereka adalah tidak ada modal untuk melaksanakan (36,92%), pengetahuan (13,95%), dan mereka hanya tidak tahu apa hambatannya 49,23%. Sedangkan kendala atau hambatan lainnya adalah bibit tanaman, lahan, waktu petani merupakan hambatan lain walaupun hanya sedikit petani yang menungkapkannya. Dari data di atas memiliki makna bahawa penyingkir hambatan yang akan di kenalkan kepada para petani memberiakan dukungan pendanaan/modal dan memberikan pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan agar mereka memiliki kemampuan untuk mengadopsi pola baru dalam memanfaatkan lahan yang ada tanpa memperluas lahan di hutan Leuser.
Dan saat ditanya apa hambatan untuk melibatkan petani di desa mekar makmur terlibat dalam aktivitas melestarikan dan melindungi Leuser, sebanyak 59,5% tidak tahu dan binggung apa hambatannya, 11,4% mengatakan bahwa kurangnya kekompakkan masyarakat, dan 10,1% berpendapat masyarakat sudah malas.
Sumber : analisa data primer, 2009
56
9.8 Rangkaian kesatuan perubahan perilakuHasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar petani di tida desa (Sei Serdang, Namo Sialang, Halaban) termasuk dalam fase pra-perenungan dalam rangkaian kesatuan perubahan perilaku, dengan masing sekitar 35%, 50%. 50% mengindikasikan bahwa ”Dalam 6 bulan terakhir, saya sama sekali belum ingin menerapkan pola agroforestri di kebun saya. Ini berbeda dengan sebagian besar petani di Desa Mekar Makmur yang meruapakan desa focus untuk memperkenalkan praktek dan demplot agroforestri,sebagian besar petani di desa Mekar Makmur termasuk dalam fase perenungan dalam rangkaian kesatuan perubahan perilaku, dengan sekitar 61,5% melaporkan bahwa ” Dalam 6 bulan terakhir saya telah mempertimbangkan untuk menerapkan pola agroforestri di kebun saya, tetapi belum berencana melaksanakannya.
9.9 Manfaat Disamping pernyataan statistik di laporan ini, beberapa responden dapat menyebutkan beberapa manfaat program pengenalan dan praktek Demplot agroforestri. Pola kebun monokultur yang diterapkan petani selama ini sangat tergantung hanya pada satu atau dua jenis tanaman saja, sehingga petani sering menambah luasan kebun dengan membuka kawasan hutan untuk menambah luas kebun atau membangun kebun baru. Dengan banyak pembukaan hutan menjadi kebun atau pertanian ini menyebabkab degradasi hutan terus meningkat dan terganggunya habitat dan populasi satwa liar Leuser termasuk Orangutan, Gajah, dan lain-lain. Pengenalan dan praktek demploy agroforestri di lahan/kebun petani yang berada diluar hutan Leuser dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan kebun sehingga dapat menambah pengashilan dan menurunkan tekanan hutan dari kebutuhan lahan pertanian. Sebagian besar petani di Mekar Makmur (focus pengenalan praktek agroforest) 67,7% mengatakan pola agroforestri dapat meningkatkan penghasilan, 27,7% belum mengetahui manfaat pola agroforestri, 3,1% berpendapat lahan menjadi optimal dan 4,6% menjadi tabungan masa depan. Petani di tiga desa lainnya memiliki trend yang sama walau dengan persentase yang berbeda-beda.
Sumber : analisa data primer, 2009
E. Penelitian Formatif
57
9.10 Spesies Bendera/FlagshipDari hasil diskusi dan survey kualitatif, Orangutan Sumatera (Pongo abelii) telah diiidentifikasi (57%) sebagai “maskot” yang baik untuk Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di wilayah Besitang, walaupun ada sebagian lagi yang mangatakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Melihat pendapat ini orangutan sumatera adalah mascot utama dalam kampaye dan gajah sumatera dapat menjadi mascot pendukung yang dpat dimunculkan di beberpa media kampanye nantinya.
10.0 MEMAHAMI KHALAYAK KITA
Survei yang dilakukan oleh Yayasan Orangutan Sumatera lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) telah membantu kita untuk lebih memahami khalayak utama, bahwa suatu kampanye penjangkauan – difokuskan pada pengenalan dan praktek pola Agroforestri pada lahan kebun di luar Taman nasional Gunung Leuser — haruslah terarah. Dari survei yang dilaksanakan, kini kita memiliki ide yang lebih baik mengenai tingkatan (level) PSP mereka3, siapa yang mereka percaya sebagai sumber informasi dan media apa yang mereka sukai. Semua informasi ini akan digunakan untuk memfokuskan sasaran penjangkauan kita, serta menentukan pesan yang akan kita gunakan.
Pada hasil survei dari bagian 8.0, kita mengidentifikasi Para Petani sebagai “khalayak primer” dan Masyarakat Umum sebagai “khalayak sekunder”. Berikut adalah hasil ringkasan yang kami ketahui mengenai tiap khalayak.
KHALAYAK PRIMER - PARA PETANIApa yang kita ketahui mengenai kelompok ini?
Para petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Halaban) pada umumnya berpenghasilan antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah perbulan dengan luas lahan 1 – 3 hektar perorang (56,5%). Dalam melakukan pola pertanaian mereka sehari-hari dilakukan secara tradisional dan sangat lahan yang ada sebagai sumber pendapatan. Tingkat pendidikankan mereka mayoritas hanya tamat sekolah dasar (SD) sekitar 41,6%. Banyak petani sering melihat satwa langka daru hutan TNGL yang terkadang masuk ke areal pertania mereka seperti orangutan dan gajah. Pola pertanian yang selama ini dikembangkan adalah pola pertanian/kebun mono kultur dengan tanaman sawit atau karet. Perambahan yang ada dilakukan oleh sebgaian petani dipicu karena merasa kekurangan lahan pertanian dan juga dipicu kecemburuan social dengan keberadaan pengungsi yang ada hutan TNGL Besitang. Namun ada juga yang sengaja memnambah luas lahan kebun ke dalam hutan karena kebun petani berbatasan langsung dengan hutan.
Pengetahuan Dari survey didapat bahwa petani di Mekar Makmur (33,2%) menyatakan bahwa perambahan adalah ancaman serius bagi hutan dan penyebab adanya satwa liar masuk ke kebun petani. Sedangkan petani desa Sei Serdang menyatakan hal yang sama (40%), desa Namo Sialang 18% dan petani desa Halaban sebanyak 23,7%. Sebanyak 55,49% petani di empat desa target sudah mengetahui status kawasan hutan Leuser sebgai Taman Nasional, akan tetapi hanya 3,47% yang mengetahui TNGL sebagai salah satu situs warisan dunia.
Sikap Petani di desa Mekar makmur (53,85%) masih menganggap melestarikan Leuser adalah tanggung jawab departemen kehutanan (BBTNGL) sedangkan yang berpendapat tanggung jawab bersama sebanyak 32,31%. Para petani di tiga desa lainnya sudah berpendapat bahwa menjaga leuser adalah tanggung jawab bersama (Sei Serdang 65%, Namo Sialang 82%, dan Halaban 53,6%)
3
E. Penelitian Formatif
58
Praktik para petani saat ini sama sekali belum berpikir untuk menerapkan pola agroforestry pada lahan pertenian mereka yaitu di desa Sei Sedang, Namo Sialang dan Halaban (masing-masing 35%, 50%, dan 50%). Sedangkan petani di MekarMakmur telah mempertimbangkan untuk menerapkan pola agroforestry dilahan yang telah ada saat ini sebanyak 61,4%, dan yang telah mempertimbangkan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan lahan yang ada tanpa memperluas dalam hutan sebanyak 49,2%.
KomentarPara peneliti menguatkan bahwa para petani tersebut memegang peranan penting sebagai social buffer dan juga ancaman utama. Dari hasil survey kulaitatif dan diskusi, perambahan yang dilakukan oleh petani dan masyarakat memang ada yang dilakukan oleh petani local, maupun orang luar desa target. Sebagian orang luar juga menggunakan petani untuk menggarap kawasan yang dirambah tersebut. Maka dengan itu petani local menjadi sangat penting perannya karena bisa menjadi pelindung Leuser ataupun ancaman bagi Leuser.
Sumber tepercaya Tokoh agama, lembaga atau organisasi masyarakat sangat dihargai dan dipercaya begitu pula dengan sejawat. Populasi sasaran menyukai music
Sumber media Media yang paling atau sering memberikan informasi kepada petani di empat desa (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Halaban) yang pertama adalah televisi sebanyak 70,5% dan media yang kedua adalah radio sebnayak 17,3%. Akan tetapi stasiun radio yang disukai di empat desa target tidak sama. Strategi dalam penyampaian pesan kampanye adalah menjalin kerjasama dengan beberapa radio agar pesan kampanye dapat menjangkau semua desa target. Radio yang disukai oleh khususnya kelompok petani di desa Mekar Makmur (desa focus) adalah RPC FM (44,4%) dan Suara Medan (25,9%). Waktu mendengarkan radiopun berbeda pada tiap desa. Waktu petani mendengarkan radio di desa Mekar Makmur pada jam kerja adalah antara 09.00-12.00 dan pada malam hari pukul 18.00-21.00.. Program yang disukai adalah musik (86,67%) dan jenis musik yang paling disukai oleh petani target diempat desa adalah Musik Dangdut. Demikian juga music dangdut disukai oleh petani di desa Mekar Makmur (66,14%). Para petani target mengatakan surat kabar yang sering dibaca dan memberikan informasi kepada petani ada dua, yaitu surat kabar Waspada (44,6%) dan Pos Metro (42,4%).
KHALAYAK SEKUNDER – MASYARAKAT LOKALApa yang kita ketahui mengenai kelompok ini?
Masyarakat (berapa?) desa target mayoritas didominasi oleh suku Jawa dan Karo. Mayoritas pekerjaan sehari-hari adalah sebagai petani (49,4%), karyawan sebanyak 25,6% dan selebihnya berprofesi lainnya. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mayoritas hanya tamat sekolah dasar (SD) sebanyak 33,8%. Sebagian masyarakat ada yang menjadi buruh diperusahaan perkebunan pemerintah (PTPN) ataupun swasta dan pribadi. Tradisi “system belah” merupakan kebiasaaan masyarakat dalam membagi hasil kebun bagi mereka yang kebunnya dikelola oleh orang lain. Warung adalah tempat dimana masyakat mudah dijumpai dan tempat berkumpul serta tempat masyarakat berbicara tentang sesuatu hal atau isu. Selain warung, balai pertemuan desa atau dusun juga menjadi tempat mereka berumpul jika ingin menyampaikan sesuatu pendapat atau informasi yang akan disebarkan kepada masyarakat.
Pengetahuan Hanya 14% saja masyarakat yang belum tahu manfaat hutan TNGL, sedangkan selebihnya sudah tahu, 64,2% mengatakan Leuser dapat mencegah bencana seperti banjir dan tanah longsor, 25,9% mengerti Leuser sebagai rumah bagi berbagai flora dan fauna, 19,3% negatakan bahwa Leuser berperan sebagai peyokong keseimbnagn alam. Masyarakat juga sudah mengetahu Hutan Leuser merupakan Taman Nasioanal (57,1%) akan tetapi hanya 5,4% saja yang mengetahui bahwa Leuser merupakan salah satu situs warisan dunia. Sebanyak 40,7% masyarakat masih belum tahu manfaat pola agroforestry dan 53,6% berpendapat bahwa pola agroforestry dapat menambah penghasilan keluarga, tetapi hanya 7,7% saja yang mengatakan pola agroforestry dapat menhoptimalakna fungsi lahan pertanian/kebun.
E. Penelitian Formatif
59
KHALAYAK SEKUNDER – MASYARAKAT LOKALSikap Sebagian masyarakat (52%) telah sadar bahwa melestarikan Leuser adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Kendala
waktu adalah hambatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas pelestarian TNGl, kekurangan modal dan kurangnya pengetahuan adalah menjadi kendala untuk masyarakat menerapkan pola agroforestry
Praktek Masyarakat desa target mudah untuk belajar dan mempraktekkan pola agroforerstry (39,8%), dan sebanyak 33,2% masih sulit dan kurang mendukung. Sebanyak 52% masih sulit meninggalkan atau berhenti membuka kawasan hutan TNGL untuk menjadi kebun atau lading.
KomentarMasyarakat local memegang peranan penting sebagai social buffer dan juga ancaman utama. Dari hasil survey kulalitatif dan diskusi, perambahan yang dilakukan oleh petani dan masyarakat memang ada yang dilakukan oleh petani local, maupun orang luar desa target. Sebagian orang luar juga menggunakan petani untuk menggarap kawasan yang dirambah tersebut. Maka dengan itu masyarakat local menjadi sangat penting perannya karena bisa menjadi pelindung Leuser ataupun ancaman bagi Leuser.
Sumber tepercaya Tokoh agama, lembaga atau organisasi masyarakat sangat dihargai dan dipercaya begitu pula dengan sejawat. Populasi sasaran menyukai music
Sumber media Media yang paling atau sering memberikan informasi kepada masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Halaban) yang pertama adalah televisi sebanyak 70,5% dan media yang kedua adalah radio sebnayak 17,3%. Akan tetapi stasiun radio yang disukai di empat desa target tidak sama. Strategi dalam penyampaian pesan kampanye adalah menjalin kerjasama dengan beberapa radio agar pesan kampanye dapat menjangkau semua desa target. Radio yang disukai oleh khususnya kelompok petani di desa Mekar Makmur (desa focus) adalah RPC FM (44,4%) dan Suara Medan (25,9%). Waktu mendengarkan radiopun berbeda pada tiap desa. Waktu yang disukai untuk mendengarkan radio pada jam kerja adalah antara 09.00-12.00 dan pada malam hari pukul 18.00-21.00.. Program yang disukai adalah musik (86,67%) dan jenis musik yang paling disukai oleh petani target diempat desa adalah Musik Dangdut. Demikian juga music dangdut disukai oleh petani di desa Mekar Makmur (66,14%). Para petani target mengatakan surat kabar yang sering dibaca dan memberikan informasi kepada petani ada dua, yaitu surat kabar Waspada (44,6%) dan Pos Metro (42,4%).
60
F. Model Konseptual yang Telah Direvisi Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai lokasi proyek, ancaman yang ada, dan segmen khalayak kunci, kita kini dapat menyelami rencana untuk kampanye Pride Rare lebih dalam. Hal ini termasuk merevisi model konsep untuk memasukkan faktor-faktor pendukung yang baru yang muncul pada saat survei kuesioner dan menentukan mitra yang tepat yang dapat membantu menyingkirkan rintangan serta menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk dapat mengubah perilaku khalayak sasaran.
11.0 Model konseptual yang telah direvisi12.0 Mitra utama penyingkir hambatan13.0 Intervensi mitra pelengkap
61
11.0 MODEL KONSEPTUAL YANG TELAH DIREVISI (Menunjukkan strategi dan faktor-faktor baru)
Setelah melaksanakan penelitian kualitiatif dengan cara melakukan percakapan terarah dan penelitian survei khalayak secara kuantitatif, model konsep akhir tidak mengalai perubahan secara signikan, akan tetapi hanya perunahan pada dihapuskannya factor kontribusi “kurangnya pengetahuan masyarakat” karena mneurut hasil survey kuantitatif masyarakat desa target telah mengetahu status kawasan hutan Leuser sebagai kawasan Taman Nasional. Walaupun demikian, model konseptual ini tetap sama untuk poin-poin berikut: Lingkup proyek tetap difokuskan pada hutan TNGL,
orangutan serta satwa liar dan keanekaragaman hayati. Ancaman langsung pada target yang menjadi focus
adalah aktivitas perambahan hutan, walaupun masih ada factor langsung seperti; illegal loging, perburuan satwa.
Faktor-faktor yang berkontribusi terdekat (termasuk ancaman tidak langsung) juga sama, termasuk (1) pembukaan kebun (2) kebutuhan lahan, (3) lemahnya penegakkan hukum, (4) keberadaan pengungsi di dalam hutan.
F. Model Konsep yang Telah Direvisi
62
12.0 MITRA UTAMA PENYINGKIR RINTANGAN
Setelah menyelesaikan kajian pada para petani dan para masyarakat desa, kami dapat melihat dengan jelas diperlukannya mitra yang dapat membantu melaksanakan program pengenalan dan praktek model agroforestri di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Desa Mekar Makmur), karena hal ini bukanlah kompetensi utama Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Informasi Centre (YOSL-OIC). Oleh karena itu, kami akan bermitra dengan Basama Alam Lestari untuk mengenalkan dan mengbangun demplot model agroforestri di Desa Mekar Makmur.
Sejak tahun tahun 2007, Basama Alam Lestari melakukan pendampingan dan pengembangan komoditas pertanian di Sumatera Utara. Pengembangan komoditas pertanian yang dilakukan basama Alam Lestari bersama petani di beberapa lokasi di Sumatera dilakukan dan dikembangkan secara organic. Konsep yang sering di praktekkan bersama petani adalah optimalisasi fungsi lahan dan pertanian produktif keluarga. Bisa sedikit lagi mengenai sejarah Basama Lestari? Apa keuntungan Basama dari terlibat dalam Pride ini?
F. Model Konsep yang Telah Direvisi
63
G. Strategi KampanyeBerdasarkan penelitian terhadap khalayak sasaran dan kajian revisi model konseptual, tim perancang kampanye melaksanakan langkah-langkah berikut untuk mengembangkan strategi untuk meraih khalayak utama dan pesan-pesan yang sesuai bagi segmen sasaran tersebut.
13.0 Barrier Removal Operation Plan (BROP)14.0 Tangga Manfaat15.0 Sasaran SMART 16.0 Bauran pemasaran17.0 Pesan-pesan Kampanye18.0 Rencana Pemantauan
64
13.0. Barrier Removal Operational Plan
13.1. OBJEKTIF-OBJEKTIF PROYEK DAN PELAKSANAAN
1. TujuanTujuan proyek adalah mengembangkan model agroforestri untuk mengoptimalkan fungsi lahan mengurangi kebutuhan lahan, sehingga mengurangi aktivitas perambahan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah Besitang dan terjaganya populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan habitatnya.
2. Objektif Selama Juli 2009 – Juni 2010 terlaksananya 3 kali pelatihan agroforestry Pada akhir Agustus 2009 telah terbentuk kelompok peserta praktek/demplot agroforestry di desa mekar makmur Pada November 2009 demontrasi demplot agroforestry seluas 4 hektar sudah terbangun dilahan masyarakat yang telah disepakati. Pada Mei 2010 Tanaman holtikultura sudah bisa mulai dipanen oleh petani perserta agroforestry Pada akhir April 2010 tanaman rumput pakan ternak sudah bisa dipanen oleh petani peserta demplot agroforestry. Akhir Mei 2010 telah tersusun draft action plan untuk mendukung rencana tindak lanjut adopsi system agroforestry pada lahan milik petani di luar
hutan TNGL. Akhir Juni 2010 tanaman Sereh wangi sudah bisa panen dan disuling menjadi minyak atsiri. Pada akhir Juni 2010, 30% (30 orang) petani di Desa Mekar Makmur akan mengadopsi pola agroforestry pada lahan milik petani di luar hutan Taman
Nasional Gunung Leuser.
3. Metodologi yang digunakan dalam penilaian BROP
Untuk melakukan penilaian dan mengukur keberhasilan digunakan beberapa indicator penilaian keberhasilan diantaranya adalah ; Pembangunan 2 demplot praktek agroforestry dengan pola polikultur dengan luas total 4 hektar yang terletak di 2 dusun (Sidorejo Damar Hitam & Tani
Makmur), Desa Mekar Makmur dengan masing-masing luasan demplot 2 hektar. Pemilihan demplot dilatar belakangi oleh karakter lahan dan kelompok petani yang langsung berbatasan dan tidak langsung berbatas dengan hutan.
Penetapan luasan masing-masing lahan demplot seluas 2 hektar, dilatarbelakangi oleh luas rata-rata kepemilikan lahan petani di desa Mekar Makmur. System polikultur diperkenalkan kepada kelompok petani, dengan alasan karena pola pertanian yang selama ini diterapkan oleh kelompok petani adalah
pola monokultur. Pola polikultur diharapkan akan mengoptimalkan fungsi lahan sehingga mengurangi kebutuhan lahan dan memiliki manfaat ekonomi tambahan.
65
Kesepakatan kelompok untuk penentuan letak praktek system agroforestry, hal ini akan dicapai dengan adanya Fokus group discussion (FGD) dan kesepakatan tertulis.
Pemetaan lahan demplot agroforestry dilakukan dengan metode pemetaan partisipatif. Melakukan base-line survey untuk menentukan jenis tanah, kesesuaian jenis tanaman, identikasi sumber air. Jumlah kelompok yang terlibat, peningkatan pengetahuan dan sikap serta jumlah adopsi oleh kelompok petani target kan diukur dengan KAP survey
awal dan akhir proyek. Tanaman rumput/pakan ternak dan tanaman pangan (holtikultura) menjadi tanaman yang memberikan hasil sumber pembibitan dan ekonomi jangka
pendek, sehingga petani dapat melihat bukti keberhasilan agroforestry dengan tanaman utama karet dan ada tanaman bawah lainnya. Hal ini diharapkan akan mendorong keinginan petani untuk mengadopsi agroforestry dengan pola polikultur dilahan mereka sendiri setelah Juli 2010.
3.1.Penilaian dampak dan keberlanjutan
Perkiraan nilai ekonomi demplot agroforestry : Nilai ekonomi jangka pendek dengan tanaman cabai (holtikultura) diperkiraan hasil dari 2000 batang tanaman cabai dalam 4 hektar demplot, akan
menghasilkan rata-rata 1 – 2 kg/batang dalam satu masa produksi. Harga cabai merah di Sumatera Utara berkisar antara Rp. 10,000 – 25,000/Kg. Jika dianggap 1 batang tanaman cabai menghasilkan 1,5 Kg, maka perkiraan produksi cabai di lahan demplot sebesar 3000 Kg (3 ton). Bila harga per 1 Kg cabai Rp.15,000 maka akan menghasilkan Rp. 45,000,000,-. Biaya penyiapan media dan penanaman sebesar Rp. 1,000,000,-/hektar (Rp. 4,000,000,-/4 hektar demplot). Biaya pemupukan perhektar diperkiraan sebesar Rp. 2,000,000,-/500 batang cabai. Jadi biaya total pemupukan dan perawatan sebesar Rp. 8.000,000,-/2000 batang cabai. Jadi laba bersih dari 4 hektar demplot dengan 2000 batang tanaman cabai menghasilkan Rp. 33,000,000,-/masa produksi.
Nilai ekonomi jangka pendek dari rumput raja untuk 4 hektar demplot adalah 50 ton/4 hektar/tahun (12,5 ton/ha/tahun). Harga 1 Kg rumput raja basah Rp. 300,-/Kg (Rp. 15,000,000/4 hektar/tahun).
Nilai ekonomi jangka menegah dari tanaman sereh wangi jika disuling menjadi minyal atsiri adalah ; dari 10,000 bibit sereh di kebun demplot menghasilkan ±20 ton bahan baku sereh wangi basah yang dapat diolah menjadi 50 Kg minyak atsiri. Bila asumsi harga minyak atsiri Rp. 50,000/Kg, maka akan menghasilkan Rp. 2,500,000,-/8 tahun.
Nilai jangka panjang dari tanaman karet sebanyak 350 pohon akan menghasilkan sedikitnya Rp. 1,500,000 - 2,000,000,-/bulan/hektar. Nilai ekonomi ini akan sangat menguntungkan petani jika dibandingkan dengan pola monokultur yang diterapkan petani selama ini, karena mereka
tidak hanya mendapatkan hasil dari tanaman karet saja tetapi mendapat tambahan juga dari hasil tanaman bawah seperti cabe (holtikultura) atau rumput raja (pakan ternak).
66
Tanaman keras/pohon berfungsi sebagai hasil ekonomi jangka panjang yang berperan sebagai kebun kayu cadangan (bank pohon) penyuplai kebutuhan kayu lokal dalam jangka panjang dan produksi getah dari tanaman utama yaitu karet
3.2.Mengukur nilai “Conservation & Forest Monitoring” Kelompok petani yang terlibat dalam demplot praktek agroforestry akan dilibatkan dalam kegiatan pengawasan & pengamanan kawasan dari aktivitas perambahan dan perusakan hutan, monitoring aktivitas para pengungsi agar tidak melakukan perluasan perambahan lahan di dalam hutan Leuser, Monitoring keberadaan orangutan dan satwa liar lainnya. Kegiatan ini bekerjasama dengan pemerintah (Balai TNGL) dan Conservation Respon Unit (CRU-FFI). Untuk mendukung aktivitas ini adan dibuat jalur pemantauan sepanjang lahan yang berbatas dengan sungai dan kawasan hutan TNGL, dengan menanaman tanaman sereh.
3.3.Mengukur nilai “Human – wildlife conflic Mitigation” Pengembangan agroforestry ini didesain dengan mengembangkan komoditas yang dapat mendukung upaya mitigasi konflik antara manusia & satwa, seperti orangutan dan gajah. Nilai ini akan didesain dengan melakukan pemilihan jenis pohon dan tanaman. Contohnya komoditas tanaman sereh berfungsi mencegah masukny gajah keareal demplot karena tidak disukai gajah, selain itu juga memiliki nilai ekonomi jangka pendek atau menengah. Kelompok petani target diperkenalkan dengan metode mitigasi konflik satwa yang baik dan tidak membunuh atau menyakiti (non lethal method) satwa liar termasuk orangutan, gajah dan lainnya, sehingga petani target bisa berperan dalam mempromosikan teknik mitigasi knflik satwa (non lethal method) khususnya saat musim buah, sehingga dengan demikian mereka ikut menjaga populasi orangutan dan satwa liar yang ada di hutan Leuser.
3.4.Motede dan strategi keberlanjutanUntuk mendukung dan menjamin proses adopsi pola agroforestri di lahan petani maka ada beberapa startegi yang disusun : Penyedian bibit tanaman
Hasil panen tanaman jangka pendek ini (terdiri dari tanaman cabe atau jenis holtikultura lain, tanaman sereh wangi, rumput raja/pakan ternak (king grass) diperuntukkan sebagai sumber bibit yang akan diberikan kepada petani target untuk mendukung dan memudahkan mereka mengadopsi system agroforestry pada lahan mereka sendiri.
Kelompok akan mengadakan pertemuan dan menyusun dokumen action plan tentang adopsi pola agroforestri oleh kelompok petani.. Pelatihan pembuatan pupuk organic
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk dan perawatan tanaman yang diadopsi pada lahan petani, maka kelompok petani diberi pelatihan pengelolaan dan pembuatan pupuk organic dari kotoran hewan maupun sampah organic agar para petani mampu memenuhi kebutuhan pupuk secara mandiri pada saat proses adopsi pola agroforestri polikultur yang baru.
Menodorong munculnya keswadayaan dari masyarakat petani. Untuk memunculkan sikap dan perilaku baru yaitu mengadopsi pola agroforestri, maka berbagai pertemuan , diskusi kelompok serta pelatihan akan dilakukan agar kelompok petani memilki kemampuan yang lebih meningkat dalam mengelola lahan.
67
4. METODOLOGI IMPLEMENTASI YANG DIAJUKAN
Penerapan demontrasi system agroforestry akan dilaksanakan diatas lahan milik petani dengan luas 4 yang terbagi menjadi 2 demplot dengan luas masing-masing 2 hektar yang terletak di Dusun Sidorejo Damar Hitan dan Dusun Tani Makmur, Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan. Aplikasi system agroforestry diterapkan dengan beberapa komoditi tanaman.
Demplot Agroforestry-1 (seluas 2 hektar) :- Tanaman utama (Karet) sebanyak 50%- Pohon berkayu & pohon buah sebanyak 25%- Tanaman bawah ; sereh wangi dan tanaman holtikultura sebanyak 25%.
Demplot Agroforestry-2 (seluas 2 hektar) :- Tanaman utama (Karet) sebanyak 50%- Pohon berkayu & pohon buah sebanyak 25%- Tanaman bawah ; rumput pakan ternak (king grass) dan tanaman holtikultura sebanyak 25%.
Gambar demplot 1. Terletak di dusun Sidorejo Damar Hitam, Desa Mekar Makmur. 68
Gambar demplot 2. Terletak di dusun Tani Makmur, Desa Mekar Makmur.
69
Tahapan implementasi 1. Tahapan persiapan
a. Menentukan lokasi demplot agroforestryLahan untuk demplot praktek agroforestry adalah milik Petani warga desa Mekar Makmur yang menjadi anggota kelompok. Pembagian tugas dan peran masing-masing anggota kelompok disusun dan disepakati melalui diskusi kelompok dan FGD (focus Group Discusion) yang akan dimulai pada Juli – Agustus 2009.
b. Melaksanakan base-line surveyUntuk melakukan kajian lahan, jenis tanaman dan penyusunan rencana teknis maka dilakukan kajian lapangan (base-line survey) yang dilakukan oleh pakar/ahli (mitra penyingkir halangan) Bapak Dedy Natadireja dari Basama Alam Lestari dibantu oleh anggota kelompok petani. Survey ini akan dilaksanakan selama 2 minggu pada minggu pertama dan kedua Agustus 2009.
c. Pelatihan teknis sistem agroforestryPelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengetahuan teknis petani tentang praktek agroforestry akan dilaksankaan selama 3 kali pelatihan, yang melibatkan 100 orang petani anggota 2 kelompok. Pelatihan yang akan diberikan kepada petani adalah :- Teori dan praktek sistem agroforestry di Indonesia. Dilaksanakan pada September 2009.- Teknis budidaya tanaman dalam sistem agroforestry. Dilaksanakan pada November 2009.- Manajemen dan Pemeliharaan tanaman dalam sistem agroforestry. Dilaksanakan pada Maret 2010.
d. Pengadaan alat, bahan dan bibitPengadaan beberapa alat dilakukan dengan melakukan pembelian alat. Alat ketel penyulingan untuk minyak atsiri sereh wangi akan diadakan melalui bantuan Basama Alam Lestari. Pengadaan bibit rumput raja (king grass) sebagai sumber pakan ternak juga akan di fasilitasi oleh Basama Alam Lestari, dan bila ada kekurangan bibit dalam fase perawatan karena ada yang mati maka akan diadakan dari swadaya kelompok petani. Pengadaan alat, bahan dan bibit akan dilakukan pada bulan Oktober 2009.
2. Tahapan pelaksanaan praktek agroforestrya. Pengelolaan lahan meliputi penyiapan lahan dengan landclearing, pembuatan jalur tanam. Tahap ini akan dilaksanakan pada minggu ke-3 Oktober
2009, yang akan dilaksanakan oleh anggota kelompok petani dengan dibimbing oleh pakar/ahli.b. Penanaman Penanaman akan dilakukan secara paralel di 2 demplot dalam waktu yang sama. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tahapan ini. Penanaman akan dilaksankaan pada minggu ke-4 Oktober 2009. Rencana teknik penanaman adalah: Penanaman tanaman karet (jarak tanam 5x6 meter) sebanyak 350 pohon perhektar dan tanaman pohon di pinggir batas lahan dan di antara pohon karet sebanyak 200 pohon perhektar akan dilakukan secara bersamaan baik di dempot-1 dan demplot-2. Setelah satu minggu tanaman pakan ternak (Rumput Raja) dengan jarak tanam 0.5x0.5m sebanyak 10,000 bibit ditanam di demplot-2 dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman bawah lainnya (tanaman holtikultura) baik didemplot-1 dan demplot-2 dengan 1000 bibit tanaman cabai untuk masing-masing dempolt.
70
c. PerawatanPerawatan yang mencakup pemupukan, penyulaman terhadap bibit yang mati, pemberantasan hama. Aktivitas perawatan ini dilakukan secara periodik 4 kali selama satu tahun program.
d. PemanenanPemanenan hasil akan dilakukan untuk tanaman bawah (tanaman holtikutura dan rumput raja). Pada februari 2010 tanaman rumput raja bisa dilakukan pemanenan pertama. Pemanenan hasil ini dilakukan dengan tetap menyisakan tunas bawah agar dapat tumbuh berkembang tunas baru. Hasil panen rumput pertama akan diberikan kepada anggota kelompok petani agar ditanam diladang milik mereka untuk mendukung adopsi pola agroforestry.Pada Maret 2010 tanaman holtikultura (cabe, dan lainnya) sudah dapat diambil hasil pertama dan mekanisme hasil pertama ini akan dimasukkan dalam kas keuangan kelompok untuk digunakan dalam kebutuhan adopsi bagi anggota kelompok petani pada lahan milik mereka sendiri.
3. Monitoring dan EvaluasiMonitoring perkembangan praktek pada demplot-1 dan demplot-2 dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekali dengan melakukan diskusi kelompok dan FGD (Focus Group Discusion) yang mebicarakan tahapan, perkembnagn, permasalahan, solusi, ide kreatif dari setian anggota kelompok petani di dua demplot tersebut.
71
PARA MITRA DAN PERANAN
Pengelolaan Taman Nasioanal Gunung Leuser (TNGL) di bawah wewenang Balai Besar TNGL yang meru pakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kehutanan yang merupakan kewenangan pemerinta Pusat di Indonesia. Kawasan Hutan TN Gunung Leuser wilayah Besitang, merupakan wilayah dibawah kewenangan dan tanggung jawab Seksi Pengelolaan TNGL wilayah VI Besitang yang kemudian biasa disebut dengan SPTN VI Besitang. Wilayah ini di kepalai oleh seorang kepala SPTN VI yang bernama Subhan, S.HUT. Sejak tahun 2006 sampai sekarang Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information centre (YOSL-OIC) telah bekerja di masyarakat desa yang ada di sekitar TNGL wilayah Besitang ini. Selain YOSL-OIC juga terdapat lembaga lain yang bekerja untuk konservasi TNGL wilayah Besitang.
Para pemangku kepentingan utama yang akan mempengaruhi kesuksesan proyek adalah :Nama Pemangku Kepentingan Pososi Peran di dalam Proyek Nomor Telp.
Nur Hadi Utomo Kepala Balai Besar TNGL Penentu kebijakan pengelolaan kawasan TNGL 0811332343
Ari Subiantoro,MP KaBid. Pengelolaan TN III Stabat Pengelola teknis TNGL wilayah Besitang dan Bahorok
08125190956
Subhan, S.Hut Kepala Seksi SPTN VI Besitang -Pengelola teknis TNGL wilayah Besitang-Membantu mengukur dampak proyek
081533361131
Edy Sunardi Koordinator CRU-FFI Medan -Mitra dalam memobilisasi & mengorganisasi masyarakat
-Membantu mengukur dampak proyek
081973193620
Supandi Tarigan Kadis. Kehutanan & Perkebunan, Langkat
Sumber informasi & konsultasi 08126534117
Kadis Pertanian Kabupaten Langkat Sumber informasi & konsultasi
RARE Donor & mitra Mendukung pendanaan dan membantu pencapaian tujuan proyek
0251-8329449
Dedi Natadireja & Frengky Formulator dan tenaga ahli pertanian CV. Basama Alam Lestari
Sebagai mitra penyingkir halangan. Melakukan pendampingan kelompok dalam melakukan praktek agroforestry
08126017096
ICRAF Memberikan informasi dan saran
Suwito Kepala Desa Mekar Makmur Memberikan persetujuan dan dukungan, memobilisasi masyarakat
081362437175
Tabel RACI
72
Panu
t, In
dra,
Ism
ail
Edi S
unar
di
Subh
an, U
jang
, Bu
rhad
i Uto
mo,
Dedi
N
Dina
s Per
tani
an
S.Ta
rigan
Panu
t, RA
RE
KESELURUHAN PROYEK R I C C C C AKontribusi Pendanaan R RBase-line survey & Pembangunan demplot
R C C R C C C
Pelatihan R I I R I I CPengadaan alat & bibit R I I C I I CPendampingan R C C R I IMonitoring & Evaluasi R I C C C
R – Responsible/Penanggungjawab: Adalah mereka yang melakukan kerja atau menyediakan sumber daya untuk menyelesaikan tugas. A – Accountable/Dapat dipercaya : (Juga yang menyetujui) adalah mereka yang pada akhirnya bertanggung jawab atas keakuratan dan keseluruhan penyelesaian tugas. Mereka mengawasi atau mengakhiri kerja yang dilakukan oleh Penanggungjawab/R.C – Consulted/Pemberi konsultasi: Adalah mereka yang opininya diminta untuk tugas tersebut.I – Informed/Pemberi Informasi: Adalah mereka yang mereka yang menjamin informasi kemajuan proyek tetap up-to-date.
5. Tim ProyekYayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) adalah tim pelaksana proyek ini, dengan Campaign Manager bernama Ismail. Ismail telah bekerja di YOSL-OIC selama 5 tahun sejak tahun 2005 hingga sekarang. Pengenalan dan pengembangan model agroforestry akan dilakukan YOSL-OIC bersama para mitra lainnya dengan dukungan dana dari RARE dan juga melakukan penggalangan dana dari pihak lain.Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah mitra kunci sebagai pengarah dan pengambil kebijakan serta membantu dalam pengukuran dampak proyek. CRU-FFI akan membantu dalam memberikan rekomendasi tanaman yang bermanfaat mitigasi konflik satwa serta membantu dalam upaya penagakan hukum bersama BBTNGL. Basama Alam Lestri berperan sebagai mitra penyingkir halangan yang membantu dalam pelaksanaan dan pembangunan demplot agroforestry.
6. JADWAL PROYEK
73
Pengenalan dan pengembangan praktek agroforestry melalui demplot demonstrasi agroforestri, akan dimulai pada bulan Juli 2009. Menjelang desember 2009 pelaksanaan perencanaan sudah selesai dan demplot sudah terbangun dan dapat diamati oleh para petani target serta sebagai media pembelajaran bagi petani. Untuk jadwal lengkap program dimulai dari permulaan sampai monitoring dapat dilihat pada lampiran Tabel Gantt.
Untuk jadwal lengkap program dimulai dari permulaan sampai monitoring dapat dilihat pada lampiran Tabel Gantt.
Langkah-langkah Fase Lapangan Perencanaan Proyek (Minggu 1-20)Kerjapendahuluan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rancangan Teori PerubahanKajian Literatur (Penilaian Lokasi)Identifikasi Pemangku kepentingan, (matriks) termasuk tim Proyek Pertemuan Pemangku kepentingan (penyusunan)Pemodelan Konsep pertemuan pemangku kepentinganPenilaian Peringkat AncamanEvaluasi rantai faktor prioritasIdentifikasi Kelompok Target Pendahuluan(dari rantai-rantai faktor)Percakapan langsung dengan Pemangku Kepentingan Kunci (validasi model, peringkat dll)Pilihan-pilihan Manajemen (Pohon Keputusan)BRAVO (Barrier Removal Assessment Viability Overview)Rantai-rantai hasil dan objektif-objektif pendahuluan Penelitian kuantitatif kelompok (-kelompok) target KAPAnalisa kelompok target (termasuk Nara Sumber dan Pihak yang berpengaruhMerevisi Model KonsepLokakarya BROP (diusulkan)BROP (Barrier Removal Operational Plan)Tangga Manfaat LengkapObjektif-objektif SMART & indikator-indikatorMenentukan strategi pemberian pesan provisional Menentukan campuran pemasaran provisional Rencana Monitoring (Metrik-metrik & ukuran-ukuran)Menyempurnakan Teori PerubahanFinalisasi Rencana Proyek (termasuk rancangan anggaran & jadwal)Mendapatkan persetujuan provisional Rencana Proyek
74
Melibatkan/Mengontrak mitra Penyingkiran Hambatan & mitra lainnya (untuk implementasi)
Langkah-langkah Pusat Pelatihan ke-2 Fase Implementasi (minggu x-x) Pusat Pelatihan ke-3
21 22 23 24 25 2526 27-100 101 102 103 104Pengembangan pernyataan singkat yang kreatifPengembangan konsep kreatif Penyempurnaan pengembangan pesanFinalisasi & anggaran campuran pemasaranMerancang materialUji coba material dan pesan Revisi pesan dan material (berdasarkan hasil uji coba)Identifikasi & pelibatan penjual produk (misal percetakan)Produksi material Rencanakan huhungan media, susun distributor (mis., reklame outdoor, dan pemilik toko lokal)Koordinasikan penggelaran program dengan mitra Penyingkiran Hambatan
Lihat Jadwal Penyingkiran Hambatan di bawah
Distribusikan material & gelar kegiatan kampanyeMonitor hasil-hasil – Analisa dan survei setelah kampanyeMenyempurnakan strategi & integrasiakan pembelajaranMulai merencanakan tahap kampanye berikutnya
75
Jadwal Penyingkiran Hambatan secara Mendetil
Langkah-langkah
Implementasi Penyingkiran Hambatan
Tahun 2009 Tahun 2010Jul Agt Sept Okt No
vDes Jan Fe
bMar Apr Mei Jun
Penjangkauan masyarakat dan peningkatan kepedulian (Pride)
Melakukan base-line survey kesesuaian jenis & menyusun rancangan teksnis
Memobilisasi & mengorganisir masyarakat Pelatihan & praktek lapangan pengadaan peralatan dan bahan Penyiapan lahan Pengadaan bibit & penanaman Anggota kelompok target merawat dan mempelajari Agroforest
kelompok petani agroforestri mulai memanen hasil tanaman bawah monitoring dan evaluasi Kelompok target mulai proses adopsi sistem agroforestri polikultur di lahan mereka pribadi
Tolak Ukur/Kejadian penting spesifik untuk komponen praktek dan pegenalan system agroforestrys dari keseluruhan proyek 1. Agustus 2009 kelompok sudah menyetujui lahan lokasi demplot praktek agroforestry2. Awal Desember 2009, demplot praktek dan pengenalan agroforestry sudah selesai dan petani bisa belajar teknik agroforestry di lahan
tersebut.3. Akhir Juli 2010, 30 KK dari anggota kelompok petani berkeinginan mengadopsi pola agroforestry di lahan pertanian/kebun mereka.4. Januari 2010 Petani anggota kelompok bersama Balai Besar TNGL sudah terlibat aktif dalam monitoring kawasan hutan.5. Menjelang maret 2010 petani kelompok mengkampanyekan agroforestry dan kampanye anti perambahan hutan.6. Akhir Juli 2010 aktivitas perambahan hutan sudah berkurang
76
SUMBER-SUMBER PENDAPATAN
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC)YOSL-OIC dikepalai oleh Bapak Panut Hadisiswoyo (Founding Director). YOSL-OIC akan melakukan pengawasan proyek dan melakukan pendampingan terhadap konstituen yang akan dibentuk. Biaya berulang seperti gaji dan ansuransi, biaya perjalanan local campaign manager akan ditanggung oleh YOSL-OIC. Biaya-baiya untuk memproduksi materi kampaye akan didanai oleh hibah dari RARE sebesar $18,500. YOSL-OIC juga akan menanggung biaya pengadaan bibit poho berkayu sebesar US$,30 dan copy modul sebesar US$.90, menyediakan biaya perawan tanaman dan lainnya sebesar US$.2000, seperti yang telah ada pada table pendanaan jadi total kontribusi OIC dalam pendanaan BROP sebesar US$.2120.YOSL-OIC telah berkomitmen untuk memperhatikan kesinambungan dampak konservasi dari proyek ini. Tahapan-tahapan dalam proyek akan diadopsi dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan poyek lain untuk mendukung dan melanjutkan dampak proyek. Untuk pendanaan dalam aktivitan pengenalan dan praktek penyingkir hambatan (agroforestry), RARE telah berjanji untuk membatu memberikan pendanaan. YOSL-OIC juga sedang berusaha menggalang pendanaan dari pihak atau lembaga lain.
Basama Alam LestariBiaya/honor pakar dalam pelatihan-pelatihan dari 1.500.000 per satu kali pelatihan, Basama Alam Lestari memberikan kontribusi 500.000 rupiah per satu kali pelatihan. Total kontribusi yang diberikan adalah Rp. 1.500.000. Biaya pendamping pakar (asisten) sebesar Rp. 1.500.000 untuk tiga kali pelatihan (atau 500.000/pelatihan) sepenuhnya akan ditanggung oleh Basa Alam Lestari. Jadi total kontribusi Basama Alam Lestari untuk pakar sebesar Rp.3.000.000,- (US$ 300) Untuk biaya perawatan tanaman (seperti pemupukan dan pengamatan pertumbuhan) Basama Alam Lestari bersedia memberikan kontribusi sebesar Rp.1.000.000,- (US$ 100) Total kontribusi yang akan diberikan mitra penyingkir halangan sebesar US$ 400.
Masyarakat petaniPembiayaan untuk sewa lahan seluas 4 hektar untuk satu tahun berasal dari kontribusi masyarakat petani target. Kontribusi ini sebesar Rp 2.000.000,- /tahun/hektar. Jadi besaran kontribusi masyarakat petani adalah Rp. 8.000.000,- (US$ 800).
PENILAIAN DAMPAKUntuk melakukan penilaian terhadap dampak program terhadap konservasi Kawasan Taman nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah Besitang, Sumatera Utara adalah dengan melihat laju aktivitas perambahan kawasan hutan dan melihat jumlah populasi Oranguatan Sumatera dan habitatnya. Untuk melihat dampak konsevasi tersebut dilakukan dengan beberapa cara :
1. Melakukan pengukuran luasan lahan hutan yang terdegradasi akibat aktivitas perambahan hutan melalui citra satelit/peta landsat.
77
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bersedia untuk memberikan data aktivitas perambahan dan peta kerusakan hutan akibat perambahan hutan. YOSL-OIC bersama BBTNGL dan FFI akan melakukan pengukuran luasan kerusakan hutan melalui citra satelit, sehingga diketahui besaran luas kerusakan hutan sebelum dan sesudah program dilaksanakan.
2. Melakukan monitoring kawasan Hutan TNGL Untuk melengkapi data peta, maka YOSL-OIC, BBTNGL, CRU-FFI bersama masyarakat melakukan monitoring dan observasi lapangan terhadap aktivitas perambahan, sehingga data observasi melengkapi dan dapat digunakan untuk menganalisa kondisi yang sebenarnya.
3. Meluncurkan sebuah kampanye publisitas untuk menghasilkan “Kebanggaan” komunitas terhadap pelestarian hutan TNGL, satwa orangutan sumatera dan penerapan sistem agroforestry dan menajamkan perhatian masyarakat akan efek yang merugikan jika aktivitas perambahan hutan terus terjadi. Kampanye Pride di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wiolayah Besitang, Sumatera Utara, telah disetujui dan didanai oleh Rare. Kampanye ini diajukan untuk difokuskan pada:1. Membangun kepedulian masyarakat terhadap aktivitas perambahan hutan TNGL wilayah Besitang dan dampaknya terhadap popolasi orangutan
sumatera dan habitatnya.2. Mendorong warga di empat target desa melakukan pola pertanian/kebun dengan system agroforestry agar lahan lebih optimal dan tidak
menambah lahan ke dalam hutan.3. Mendorong para petani di empat desa target untuk memonitor kawasan hutan TNGL dari aktivitas perambahan kawasan hutan menjadi lahan
pertanian/kebun.
4. Monitoring populasi Orangutan Sumatera.YOSL-OIC bersama Balai Besar TNGL akan melakukan survey terhadap populasi Orangutan Sumatera, dengan metode line transek dan penghitungan sarang. Untuk membandingkan data survey maka juga dilakukan kajian dengan data sekunder yang sudah ada tentang populasi orangutan sumatera di hutan TNGL terutama di kawasan blok habitat disekitar lokasi proyek.
Faktor-faktor Resiko LainnyaFaktor-faktor Resiko Konsekuensi Strategi Mitigasi
Masyarakat tidak menyetujui rencana pembanguan demplot agroforestry
Program pengenalan agroforestry tidak diperbolehkan. Aktivitas perambahan akan tetap berjalan.
Komunikasi intensif dan memastikan persetujuan serta dukungan masyarakat yang meluas bagi kampanye melalui kampanye Pride.
Melakukan pendekatan personal kepada tokoh lokal dan pemerintahan lokal untuk menyetujui rencana kampanye pride.
78
•Beberapa petani tidak percaya dengan manfaat agroforestry
Petani tetap dengan pola pertanian/kebun monokultur dan perluasan lahan pertanian ke dalam hutan dapat meningkat.
Bekerjasama dengan pakar yang ahli dalam budidaya pertanian dan agroforestry agar petani yakin terhadap manfaat pola agroforestry.
• Pendanaan yang bersumber dari RARE tidak cukup
Praktek dan pengenalan agroforestry hanya dilakukan dalam skala kecil dan kurang berdampak pada petani.
Melakukan usaha penggalangan dana dari berbagai sumber.
•Balai Besar TNGL tidak membantu dalam pengukururan dampak proyek
• Sulit mengukur capaian dan dampak projek
• Melaukan komunikasi intensif dan membangun komitmen dari awal proyek untuk membantu memberikan data dan mengukur dampak proyek
79
“Saya merasa sebagai seorang petani yang cerdas”“Saya mampu mengoptimalkan lahan saya untuk medapatkan hasil yang cukup”Saya petani yang nyaman di kebun karena bertani di luar hutan TNGL
Mengurangi kebutuhan lahan pertanian & ancaman perambahan kawasan hutanHasil pertanian optimal & beranekaragamTidak membutuhkan penambahan luas lahan pertanian ke dalam hutanDapat menambah penghasilan
Menerapkam model agroforest untuk mengoptimalkan lahan pertanianMenanam beberapa tanaman selain tanaman utama (seperti rumput, pohon, buah, palawija)
“Saya adalah seorang “penjaga/pelindung” Taman Nasional Gunung Leuser”“Saya merasa sebagai “petani yang peduli dengan TNGL””Mendapat kehormatan dan status soial tinggi di masyarakat di desa saya tinggal
Patuh pada hukum Menghindari terkena jerat hukum karena membuka lahan hutan menjadi kebun Menghindari dampak benca alam (seperti banjir) karena rusaknya ekosistem hutan Leuser.Melindungi/ Menyelamatkan identitas nasional – orangutan sumatera
Bertanya pada Departemen Kehutanan /Balai Besar TNGL untuk memperoleh informasi mengenai peraturan kawasan TNGL
14.0 TANGGA MANFAATKami mengembangkan tangga manfaat bagi petani dan masyarakat untuk mengidentifikasi manfaat utama yang mungkin mengaktifkan perilaku yang diharapkan dan untuk membantu mempengaruhi pilihan kami terhadap relung pasar (market niche/positioning) sebelum kami memulai pengembangan materi.
14.1 Tangga Manfaat untuk Para Petani
14.1 Tangga Manfaat untuk masyarakat umum
G. Strategi Kampanye
G. Strategi Kampanye
Tema: Menjadi petani yang tenang & aman mengoptimalkan fungsi lahan dengan model agroforestry” di luar hutan TNGL
Atribut perilaku
Manfaat secara fungsi
Manfaat secara
emosional
Perilaku yang diharapkan dari petani: Para petani menerapkan polikultur dengan model agroforestri pada lahan pertanian mereka (karet, rumput pakan ternak, palawija, pohon) di luar hutan TNGL dan petani yang memiliki rasa aman dengan tidak lagi merambah kawasan hutan menjadi ladang/kebun.
80
Manfaat secara
emosional
Manfaat secara fungsi
Atribut perilaku
Tema: “Saya adalah masyarakat yang baik dan aktif ikut melindungi TNGL dan menjadi teladan bagi masyarakat”
“Saya adalah maasyarakat yang baik dan tidak merambah hutan mejadi kebun”mengolah lahan di luar TNGL lebih nyaman dan tenang
Menghindari hancurnya kawasan Leuser sebagai situs warisan dunia-
Maningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat
Melindungi desa saya dari ancaman bencana alam karena rusaknya ekosistem hutan TNGL
Bertanya pada Departemen Kehutanan /Balai Besar TNGL sebagai pengelola kawasa tentang informasi yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam melindungi dan melestarikan Leuser
Membentuk kelompok untuk belajar dan menerapkan model agroforestri
Membuat kesepakatan lokal utk mendukung praktek agroforestri di luar hutan TNGL
“Saya merasa sebagai bagian masyarakat yang bertanggung jawab karena melindungi kawasan TNGL ”
Melindungi/ menyelamatkan satwa yang dilindungi dan sangat terancam punah – orangutan sumatera
Mempertahan habitat orangutan sebagai spesies kunci di hutan Leuser
Menyelamatakan Leuser sebagai warisan duniaBertanya pada Departemen Kehutanan/Balai
Besar TNGL tentang peran masyarakat sekitar Leuser.
Mengadopsi model agroforestri pada lahan pertanian saya untuk menambah penghasilan & mengoptimalkan fungsi lahan
Perilaku yang diharapkan dari masyarakat: Mereka membuat kesepakatan/kebijakan lokal untuk mendukung praktek model agroforestri & menentang perambahan kawasan hutan TNGL.
81
INTERVENSI MITRA PELENGKAP Sebagai tambahan dari mitra penyingkir rintangan dan mitra lainnya,model konseptual yang telah direvisi juga memusatkan perhatian pada 3 bidang tambahan yang membutuhkan pelibatan mitra pelengkap yaitu sebagai berikut:
Kegiatan tambahan untuk mengurangi rintangan adalah melakukan monitoring dan patrol pengawasan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)Sebagian petani dan masyarakat target akan dilibatkan dalam aktivitas pengawasan kawasan hutan, yang adilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan CRU-FFI, agar mendukung proses penegakkan hukum dan memberikan motivasi untuk mengadopsi perilaku baru.
YOSL-OIC akan memantau populasi Orangutan Sumatera Andrea satu kali dalam setahun dengan menggunakan survei transek dan penghitungan sarang untuk mengukur dampak proyek. Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) akan mengalokasikan staftnya untuk melakkan survey ini dan mengukur keberadaan populasi orangutan yang ada di blok habitat sekitar desa target.
G. Strategi Kampanye
82
15.0 Sasaran SMART
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) menggunakan data yang telah dikumpulkan dan hasil rangkaian kegiatan yang dijabarkan pada halaman 59 laporan ini untuk menyempurnakan “pilihan pengelolaan” awal serta memastikan bahwa pilihan tersebut sejalan dengan target-target kuncinya, pilihan tersebut adalah “SMART”4 dan untuk melihat bahwa kita benar-benar menggerakkan masyarakat menuju kesatuan perubahan perilaku . Jika tercapai, pilihan-pilihan ini akan –melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok kunci pengguna sumberdaya (termasuk sejawat dan kelompok yang mempengaruhi)- menciptakan konstituensi yang mendukung program pengenalan dan praktek model agroforestri dan penyelamatan Leuser dan secara patuh memastikan aktivitas perambahan hutan tidak terjasi lagi.
15.1 Sasaran SMART untuk Para Petani15.1.1 Sasaran Pengetahuan
Para Petani: Perenungan/ Pengetahuan Sasaran SMART 1 Pada Juni 2010, 30% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang,
Halaban) mengerti bahwa hutan Leuser merupaka hutan tropis warisan dunia (meningkat dari 3,5%pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 2 Pada Juni 2010, 50% petani yang tinggal di desa Mekar Makmur mengetahui cara menerapkan pola agroforestry (meningkat dari 13,9% pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 3 Pada Juni 2010, 70% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang, Halaban) paham bahwa melestarikan Leuser merupakan tanggung jawab bersama (meningkat dari 54,9% pada survei pra-proyek)
Sasaran SMART 4 Pada Juni 2010, 60% petani akan paham bahwa perambahan hutan adalah sebab munculnyn konflik satwa (meningkat dari 27,2%).
Sasaran SMART 5 Pada Juni 2010, 65% petani di Desa Mekar Makmur akan mengerti apa itu pola agroforestry (meningkat dari 36,7,%).
4 Sasaran SMART adalah: Specific (spesifik), Measurable (terukur), Action-oriented (Orientasi aksi), Realistic (realistis), dan Time-bound (terikat waktu)
G. Strategi Kampanye
83
15.1.2 Sasaran Sikap dan Komunikasi Interpersonal
Para Petani: Perubahan PerilakuSasaran SMART 1 Akhir Mei 2010 telah tersusun draft action plan oleh kelompok petani di Desa Mekar Makmur untuk mendukung rencana tindak
lanjut adopsi system agroforestry pada lahan milik petani di luar hutan TNGL.Sasaran SMART 2 Pada Juni 2010, 30% (30 orang) petani anggota di Desa Mekar Makmur akan mengadopsi pola agroforestry pada lahan milik
petani di luar hutan Taman Nasional Gunung Leuser15.1.3 Sasaran Perubahan Perilaku
G. Strategi Kampanye
84
Para Petani : Sikap dan Komunikasi antar sesama (interpersonal)
Sasaran SMART 1 Pada Juni 2010, 70% petani yang ada di empat desa target setuju bahwa perambahan hutan dapat menyebabkan masalah pada manusia dimasa depan (meningkat dari 53,2% pada survey pra-proyek).
Sasaran SMART 2 Pada Juni 2010, 60% petani yang ada di desa Mekar Makmur merasa mudah mudah mencoba pola agroforestry pada lahan diluar hutan TNGL (meningkat dari 49,4% pada survei pra-proyek).
Sasaran SMART 3 Pada Juni 2010, 35% petani yang terlibat dalam praktek agroforestry akan menyampaikan pada teman mereka mengenai pola agroforestry (meningkat dari 6,3%).
15.2 Sasaran SMART untuk Masyarakat Umum 15.2.1 Sasaran pengetahuan
15.2.2 Sasaran Sikap dan Komunikasi antar Sesama (interpersonal)Masyarakat : Sikap & Komunikasi Perorangan
Sasaran SMART 1 Pada Juni 2010, sedikitnya 70% dari para masyarakat di empat desa target merasa bahwa mengolah lahan sendiri di luar kawasan hutan TNGL lebih menguntungkan mendukung program pengenalan dan praktek pola agroforestry (meningkat 57,4%)
Sasaran SMART 2 Pada Juni 2010, setidaknya 45% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) membicarakan kepada teman-teman mereka tentang isu pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan pelestaraian kawasan TNGL (meningkat dari 14,8%).
15.2.3 Sasaran Perubahan Perilaku
Masyarakat : Perubahan PerilakuSasaran SMART 2 Hingga Juni 2010, telah terbit satu kesepakatan lokal (dalam bentuk peraturan desa atau kesepatan kelompok masyarakat) di
desa Mekar Makmur yang mendukung program pengembangan agroforestry dan dukungan terhadap pelestarian kawasan TNGL sebagai warisan dunia dan habitat penting berbagai satwa langka termasuk orangutan sumtera.
16.0 Bauran pemasaran
G. Strategi Kampanye
G. Strategi Kampanye
85
Masyarakat : PengetahuanSasaran SMART 1 Pada Juni 2010, 70% masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan peduli bahwa
menjaga hutan Taman Nasional Gunung Leuser adalah tanggung jawab bersama (meningkat dari 52%)
Sasaran SMART 2 Pada Juni2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) tahu peraturan/hukum tentang Taman Nasional Gunung Leuser (meningkat dari 49,7%)
Sasaran SMART 3 Pada Juni 2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan tahu pal batas antara Taman Nasional Gunung Leuser dengan lahan masyarakat (meningkat dari 33,5%)
Survei kuantitatif dan kualitatif yang dilaksanakan pada bagian penelitian formatif pada rencana ini telah membantu kami dalam memahami siapa sumber yang dipercaya oleh khalayak sasaran begitu pula dengan cara dan saluran yang disukai. Dengan informasi ini kita dapat menentukan bauran pemasaran yang tepat, menggunakan 4P (Product -Produk, Price - Harga, Place - Tempat dan Promotion - Promosi) bagi Petani dan masyarakat umum.
16.1 Bauran pemasaran untuk Para PetaniProdukPada dasarnya, produk kampanye adalah demplot model agroforestry. Kami meminta para petani untuk belajar pola agroforestry pada demplot agroforestry yang dibangun bersama proyek dan kemudian meminta petani untuk mengadopsi pola agroforestry untuk mengoptimalkan fungsi pada lahan mereka yang ada di luar hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Besitang. Kampanye ini akan meningkatkan kepekaan para petani sebagai petani yang baik dan cerdas, karena dengan mengadopsi pola agroforestry, mereka akan mampu memanfaat fungsi lahan dan mendapatkan tambahan insentif ekonomi, dan tidak perlu menambah luasan lahan pertaniaan ke dalam hutan Leuser, dan menghindari sanksi hukum pidana akibat merusak kawasan hutan. Kampanye ini juga akan menekankan bahwa dengan mengadopsi perilaku baru (menerapkan pola agroforestry padan lahan pertanian di luar hutan) dan tidak membuka hutan menjadi pertanian/kebun, para petani akan melindungi ekosistem hutan Leuser dan menjaga keseimbangan alam lingkungan mereka sendiri. Sebagai tambahan, kampanye ini akan menekankan bahwa adopsi strategi pola agroforestry diluar hutan dan tidak membuka hutan menjadi kebun akan membantu dalam melindungi/menyelamatkan satwa endemic sumatera yaitu Oranguatan Sumatera (Pongo abelii).
HargaKarakter para petani bukan tidak ingin menerapkan pola agroforestry, akan tetapi mereka belum mempunyai pengatahuan yang cukup, sikap pesimis dan takut gagal, serta belum ada contoh di lingkungan mereka yang berhasil dalam menerapkan pola agroforestry, sehingga YOSL-OIC bersama RARE melalui proyek kampanye Bangga akan membangun demplot praktek agroforestry untuk para petani sebagai wahana belajar menerapkan pola agroforestry . Para petani akan diberi pelatihan teknis penerapan pola agroforestry. Selanjutnya, YOSL-OIC, Balai Besar TNGL dan pemerintahan desa akan mendorong adanya petisi untuk mengikat komitmen petani untuk ikut dalam upaya konservasi Hutan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai warisan dunia dan habitat penting badi orangutan sumatera dan spesias penting lainnya.
Biaya lain yang terkait dengan adanya perilaku baru ini adalah adanya sikap kekhawatiran bahwa program atau pola agroforestry dapat mengganggu pertumbuhan lain. Hambatan ini akan diatasi dengan kesaksian dari sumber yang tepercaya (misal: pemimpin agama, lembaga/organisasi masyarakat) bahwa program atau pola agroforestry bermanfaat untuk dilakukan.
86
TempatTim dari YOSL-OIC dengan dibantu oleh mitra penyingkir halangan (Basama Alam Lestari) akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani bagaimana teknik dan metode menerapkan pola agroforestry khususbya petani di desa Mekar Makmur. Sebagai tambahan, kami akan bekerja sama dengan pemilik usaha yang berhubungan dengan perikanan untuk mempromosikan penggunaan perangkap dan perilaku baru tersebut.
PromosiPenelitian menunjukkan bahwa radio adalah saluran media yang disukai setelah Televisi. Warung, balai pertemuan desa/kampong adalah tempat yang paling sering masyarakat berkumpul. Mereka juga memiliki kepekaan social yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dan sangat mempercayai jaringan antar sejawat. Strategi komunikasi akan difokuskan pada penyusunan pesan bagi pelayan sesuai dengan tingkatan proses perubahan perilaku mereka. Walaupun media radio favorit tidak ada yang sama ditiap desa target, masih memungkinkan dengan strategi kerjasama dengan beberapa radio sehingga kampaye bisa menjangkau semua target desa Bagi mereka yang berada di tingkatan awal, acara talk show di radio, papan reklame, pers realize, poster, dan music show akan digunakan untuk menjelaskan ancaman yang disebabkan oleh perambahan hutan dan manfaat dari perilaku baru tersebut. Untuk mereka yang berada di tingkatan selanjutnya, pesan berupa penekanan bagaimana cara menerapkan pola agroforestry akan dipromosikan melalui media yang sama dengan khotbah agama dan pertemuan orang per orang antara para petani dan YOSL-OIC, mitra penyingkir hambatan dan Balai Besar TNGL. Pesan yang akan disampaikan pada petani yang telah berada di tingkatan akhir dalam perubahan perilaku akan didorong untuk melakukan tindakan. Pada titik ini, dukungan tambahan (seperti pelatihan, sertifikat kepatuhan) untuk perilaku baru akan disediakan. Pada tingkatan lanjut, saluran akan diganti dari perorangan menjadi antar sesama (inter personal).
PenempatanPembangunan dan perawatan demplot praktek agrofoestry menjadi tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para petani yang terlibat langsung dalam demplot praktek agroforestry yaitu kelompok petani yang ada di Desa Mekar Makmur. Warung, lapangan dan balai pertemuan adalah tempat yang bisa dipakai untuk memberikan pengenalan dan manfaat perilaku baru kepada petani lain.
16.2 Bauran pemasaran untuk masyarakat umumProdukUntuk khalayak ini, produknya adalah petisi untuk mendukung program pengembangan model agroforestry dan mendukung pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser. Kampanye ini akan meminta penduduk (kepala dan aparatur desa, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh adat, pemuda, kaum perempuan) untuk membuat kesepakatan. Kampanye akan menekankan keinginan khalayak sasaran sebagai penduduk yang baik dan peduli terhadap lingkungan. Dengan menandatangani petisi, mereka akan melindungi keluarga dan masyarakat mereka dari jeratan hukum, serta memberikan alternative solusi pemanfaatan lahansi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Kampanye ini juga akan menekankan bahwa program penngembanagan pola agroforestry akan membantu masyarakat untuk mengoptimalkan fungsi lahan dan tidak perlu membuka hutan untuk pertanian/kebun sehingga melindungi/menyelamatkan spesies kunci Leuser yaitu Orangutan Sumatera.
G. Strategi Kampanye
87
HargaPada dasarnya, biaya untuk melakukan pertemuan-pertemuan dan merumuskan dan menyusun kesepakatan lokal adalah waktu yang dibutuhkan seseorang dalam sehari untuk datang ke lokasi peretmuan dan menandatangani petisi. Bagi individu yang bersedia menandatangani akan menerima sebuah cendera mata sebagai tanda penghargaan dan tanda keterlibatan mereka dalam dukungan program.
Untuk bagian sub-segmen yaitu aparatur desa, orang-orang ini akan diberi pelatihan penyusunsan peraturan desa dan peran desa dalam pelestarian TNGL oleh staf YOSL-OIC dan Balai Besar TNGL serta mitra lainnya.
TempatPara sukarelawan akan mengumpulkan tokoh masyarakat, aparatur desa, kelompok-kelompok lokal melalui pertemuan-pertemuan dan diskusi masyarakat,lembaga/organisasi mayarakat yang ada.
PromosiPenelitian menunjukkan bahwa TV dan radio merupakan media yang disukai masyarakat. Strategi komunikasi akan memfokuskan pada penyusunan pesan untuk masyarakat yang ada di empat desa target sesuai dengan tingkatan proses perubahan perilaku mereka. Untuk mereka yang berada di tingkatan awal, strategi media yang pro-aktif (termasuk TV, radio dan surat kabar) serta kampanye berupa poster, pertemuan atau penyadaran di seluruh desa target akan digunakan untuk menjelaskan ancaman yang disebabkan oleh aktivitas perambahan hutan dan manfaat dari program pengembangan pola agroforestry. Bagi mereka yang berada di tingkat yang lebih lanjut, pesan berupa akan berisi dukungan untuk ”pengehentian perambahan hutan dan tanda tangan petisi pengembagan pola agroforestry”. Individu yang berada pada tingkat akhir pada proses perubahan perilaku akan ditargetkan dengan pesan yang mendorong mereka untuk mengadopsi pola agroforestry dan menjadi actor dalam masyarakat untuk menghimbau masyarakat lain tidak melakukan perambahan hutan.
PenempatanMenyusun kesepakatan dukungan kepada pelestarian kawasan TNGL (dan adopsi pola agroforestry) sebagai tindakan yang diharapkan dilakukan oleh tokoh masyarakat yang dihormati dan berpengaruh serta peduli dengan keadaan desa dan hutan Taman Nasional Gunung Leuser agar orang laian percaya terhadap dampak positif perilaku baru.
G. Strategi Kampanye
88
17.0 PESAN KAMPANYE
17.1 Strategi pembuatan pesan
Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi ini mencakup khalayak target, tindakan yang diinginkan (dan perilaku kompetisi), ganjaran dan dukungan
Strategi pembuatan pesan untuk PetaniJika saya menanam berbagai tanaman di kebun saya, maka kebun saya lebih optimal dan pendapatan saya bisa bertambah serta tidak perlu membuka hutan menjadi, saya akan merasa sebagai petani cerdas dan tidak perlu cemas akan sanksi hukum karena melanggar peraturan Taman Nasional . Orang-orang yang saya hormati dan saya percayai seperti tokoh agama, KSM (lembaga/organisasi masyarakat) mengatakan bahwa model agroforestry
itu bermanfaat dan patuh hukum itu baik dan lebih aman. Teman-teman saya melakukannya Ada insentif finansial
Strategi Pembuatan pesan MasyarakatJika saya meluangkan waktu untuk belajar pola agroforestry dan mendukung pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser, maka saya akan merasa sebagai warga masyarakat yang baik dan warganegara yang bertanggung jawab karena melindungi desa saya dari bencana alam karena rusaknya ekosistem hutan TNGL. Tokoh agama, tokoh masyarakat, KSM/organisasi masyarakat, teman dan orang-orang yang saya hormati mengatakan bahwa hal ini penting dan
bermanfaat Teman-teman saya yang juga sibuk seperti saya melakukannya
Hal itu mudah dilakukan – kesepakatan/kebuijakan lokal dapat dilakukan dalam pertemuan masyarakat dan pertemuan desa.
17.2 Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan – cek konsistensi dg Sasaran SMART dan Tangga Manfaat
Berdasarkan strategi pesan kita, kita dapat menciptakan pesan-pesan inti yang merangkum kampanye kami sementara membuat kasus-kasus yang meyakinkan bagi khalayak target. Dengan pesan-pesan ini kami memasukkan slogan-slogan potensial yang membantu meringkas pesan-pesan kita dalam frase-frase yang mudah diingat. Lebih banyak slogan akan dikembangkan selama fase pengembangan kreatif dan diuji dengan sasaran utama sebelum memilih slogan akhir.
G. Strategi Kampanye
89
Alternatif slogan (bagi kedua kelompok sasaran):
Dengan agroforestry, tak perlu membuka hutan LeuserHentikan peramban – lestarikan Taman Nasioanal Gunung LeuserAgroforestry ; “Beragam kehidupan yang bermanfaat”Ambil Bagian Lindungi warisan DuniaLeuser bukan kebun; Tenang berkebun dilahan sendiriSehati untuk leuser ; Leuser bukan lahan garapanTNGL Bukan lahan garapan ; Petani tenang, petani di luar hutan
Pesan Inti bagi Petani :Jadilah petani yang cerdas dan aman dari sanksi hukum. Optimalkan kebun sendiri dan tidak merambah hutan, sekaligus melindungi Leuser warisan dunia dan populasi serta habitat orangutan sumatera. Jika Anda menerapkan agroforestry kebun akan optimal dan pendapatan ekonomi meningkat.
Pesan Inti bagi Masyarakat :Jadilah warga dan masyarakat yang baik,taat pada hukum dan peduli dengan tidak merambah hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Anda dapat berperan serta melindungi TNGL sebagai warisan dunia dan habitat penting bagi orangutan sumatera .
17.3 Kotak pengembangan pesan -– cek konsistensi dg Sasaran SMART dan Tangga Manfaat
Kotak-kotak pengembangan pesan berikut membantu kami mendefinisikan pesan-pesan kunci untuk setiap khalayak. Kami akan menambah dan mengurangi jumlah pesan yang kami cakup dalam pelaksanaan kreatif individu pada format tipe media yang kami pilih. Sebagai contoh, radio memiliki format yang lebih panjang dan kami dapat memasukkan banyak pesan, sementara papan reklame sering dilihat sepintas ketika lewat, sehingga kami dapat mengurangi jumlah pesan kami dalam format ini. Pesan-pesan dan format khusus akan lebih jelas didefinisikan selama fase pengembangan kreatif.
17.3.1. Kotak Pengembangan Pesan untuk Petani PESAN-PESAN PEMBUKA (THRESHOLD)
Aktivitas perambahan merupakan ancaman serius bagai kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser, dan dapat mengakibat bencana alam di masa depan dan mengancam lahan pertanian sekitar.
Perambahan kawasan Leuser membahayakan keseimbangan ekosistem dan kehidupan disekitarnya Akibat perambahan hutan dapat menurunkan menghilangkan habitat dan mengancamn populasi orangutan sumatera dan satwa dilindungi lainnya Membuka hutan TNGL menjadi kebun menlanggar hukum, dan membuat diri Anda sebagai petani menjadi tidak aman pekerjaan anda tidak aman
G. Strategi Kampanye
G. Strategi Kampanye
90
PESAN-PESAN SOLUSI Pola agroforestry dapat mengoptimalkan fungsi lahan dan tidak perlu membuka hutan menjadi kebun Monitoring, dan penegakkan hukum di perlukan
PESAN-PESAN AKSI Bentuk kelompok untuk pelatihan agroforestry bersama YOSL-OIC dan BBTNGL Terapkan agroforestry dan tak perlu membuka hutan lagi Sambil belajar agroforestry kita lestarikan hutan TNGL Membuat kesepakatan bersama untuk mengolah lahan kebun di luar TNGL dengan metode agroforestri
PESAN-PESAN PENGUATAN Pola ag roforestry telah berhasil dilakukan diberbagai daerah di Indonesia Pemanfaatan setiap jengkal lahan dengan agroforestry dapat menambah ekonomi keluarga Jika TNGL rusak, maka manusia yang akan terkena dampaknya
Profil Khalayak – Petani Bercocok tanam adalah kegiatan sehari-hari mereka Kerjasama dari petani merupakan hal yang sangat penting. Jika 100% kepatuhan dalam mengadopsi pola bertani dengan agroforestry dan
penghentian perambahan tidak dicapai maka habitat dan populasi orangutan sumatera akan punah Mereka masih pesimis kalau pola agroforestry tidak meningkatkan hasil kebun mereka Mereka bersedia menerapkan pola agroforestry asal diberi bantuan pendampingan dan modal Hidup mereka penuh dengan kewajiban, yang utama adalah memberi makan keluarganya. Mereka menghadapi berbagai tuntutan hidup, yang jelas
lebih penting daripada menyelamatkan keanekaragaman hayati
17.3.2 Kotak Pengembangan Pesan Masyarakat
PESAN-PESAN PEMBUKA (THRESHOLD) Aktivitas perambahan merupakan ancaman serius bagai kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser Perambahan kawasan Leuser membahayakan keseimbangan ekosistem dan mengancam kehidupan disekitarnya Akibat perambahan hutan dapat menurunkan menghilangkan habitat dan mengancan populasi orangutan sumatera dan satwa dilindungi lainnya
91
PESAN-PESAN SOLUSI Program pengembangan pola agroforestry untuk mengoptimalkan fungsi lahan pertanian diluar hutan dan tidak membuka hutan untuk pertanian/kebun
PESAN-PESAN AKSI Menyusun peraturan desa/kesepakatan local mendukung konservasi Leuser dan habitat orangutan sumatera Pengembangan pola agroforestry merupakan program masyarakat mendukung konservasi Leuser sekaligus pemberdayaan ekonomi desa
PESAN-PESAN PENGUATAN Adanya kesepakatan/peraturan desa bukan membatasi aktivitas masyarakat, tetapi memberikan bukti bahwa masyarakat peduli dan mendukung
konservasi Leuser sebagai warisan dunia dan habitat penting bagi orangutan sumatera dan satwa liar lain yang dilindungi. Pengembangan pola agroforestry juga mendorong kemajuan ekonomi local.
Ringkasan Profil Khalayak – Masyarakat Sebagian mereka ada yang penduduk dan lahir di desanya, dan ada juga masyarakat pendatang, akan tetapi mayoritas mereka sudah lama menetap
di desa target. Dukungan mereka penting. Sebagai penduduk yang menetap dekat dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) mereka berperan
sebagai social Buffer untuk pelestarian Leuser. Sebagian ada yang sudah peduli dengan kawasan Leuser, dan ada yang kontra dan melakukan perambahan atau perusakan walau sering tidak terlihat
bila petugas balai Besar TNGL berpatroli Walau sebagian bukan petani tetapi sebagian juga memiliki lahan yang dikembagkan dengan komoditi tanaman karet atau sawit Kehidupan mereka penuh dengan kewajiban terhadap perkerjaannya, pasangan, orang tua dan anak-anak mereka. Mereka menghadapi berbagai
tuntutan, yang jelas lebih penting daripada menyelamatkan keanekaragaman hayati.
92
18.0 RENCANA PEMANTAUANRencana Pemantauan yang baik akan membantu kita secara akurat dan tepercaya menilai dampak intervensi proyek kita untuk menentukan apakah proyek telah mencapai tujuan dan sasarannya, dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan. Tabel berikut adalah ringkasan Rencana Pemantauan yang dibuat untuk Para Petani dan Masyarakat.
PARA PETANITingkatan Tujuan SMART Bagaimana Ukuran Target Kapan Siapa Dimana
Pengetahuan
Pada Juni 2010, 30% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang, Halaban) mengerti bahwa hutan Leuser merupaka hutan tropis warisan dunia (meningkat dari 3,5%pada survei pra-proyek)
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
30% (meningkat dari 3,5%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa target
Pada Juni 2010, 50% petani yang tinggal di desa Mekar Makmur mengetahui cara menerapkan pola agroforestry (meningkat dari 13,9% pada survei pra-proyek)
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
50% (meningkat dari 13,9%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah
Desa Mekar Makmur
Pada Juni 2010, 70% petani yang tinggal di empat desa target (Mekar Makmur, Sei Serdang, Namo Sialang, Namo Sialang, Halaban) paham bahwa melestarikan Leuser merupakan tanggung jawab bersama (meningkat dari 54,9% pada survei pra-proyek)
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
70% (meningkat dari 54,9%)
Jul 2009 & Jun 2010 Petugas
pencacah4 desa target)
Pada Juni 2010, 60% petani akan paham bahwa perambahan hutan adalah sebab munculnyn konflik satwa (meningkat dari 27,2%).
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
60% (meningkat dari 27,2%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa
target)
Pada Juni 2010, 65% petani di Desa Mekar Makmur akan mengerti apa itu pola agroforestry (meningkat dari 36,7,%).
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
65% (meningkat dari 36,7%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa
target)
Sikap & Komunikasi Pribadi
Pada Juni 2010, 70% petani yang ada di empat desa target akansetuju bahwa perambahan hutan dapat menyebabkan masalah pada manusia dimasa depan (meningkat dari 53,2% pada survey pra-proyek).
Pra/pasca survei KAP
Sikap Positif terbentuk
70% (meningkat dari 53,2%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa
target)
Pada Juni 2010, 60% petani yang ada di desa Mekar Makmur merasa mudah mudah mencoba pola agroforestry pada lahan diluar hutan TNGL (meningkat dari 49,4% pada survei pra-proyek).
Pra/pasca survei KAP
Sikap Positif terbentuk
60% (meningkat dari 49,4%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah Desa Mekar
Makmur
Pada Juni 2010, 35% petani yang terlibat dalam Percakapan Survei 35% (meningkat Jul 2009 Petugas Desa Mekar
G. Strategi Kampanye
93
PARA PETANITingkatan Tujuan SMART Bagaimana Ukuran Target Kapan Siapa Dimana
praktek agroforestry akan menyampaikan pada teman mereka mengenai pola agroforestry (meningkat dari 6,3%).
langsung kesiapan 6,3%) & Jun 2010 pencacah Makmur
Perubahan perilaku
Akhir Mei 2010 telah tersusun draft action plan oleh kelompok petani di Desa Mekar Makmur untuk mendukung rencana tindak lanjut adopsi system agroforestry pada lahan milik petani di luar hutan TNGL.
Observasi dan diskusi
Draft dokumen,
daftar partisipan
Semua Akhir Mei 2010
Manajer kampanye,
Field assistance, tim
relawan
Desa Mekar Makmur
Pada Juni 2010, 30% (30 orang) petani anggota di Desa Mekar Makmur akan mengadopsi pola agroforestry pada lahan milik petani di luar hutan Taman Nasional Gunung Leuser
Lembar serah terima bibt,
penandatanganan dokumen
kesepatakan
# luasan lahanadopsi &
# jumlah petani yang
mengadopsi# jumlah bibit
yang terdistribusi
Petani mengadopsi
agroforestry & perambahan
berkurang
Akhir Juni 2010
Manajer kampanye
Desa Mekar Makmur
MASYARAKATTingkatan Sasaran SMART Bagaimana Ukuran Target Kapan Siapa Dimana
Pengetahuan
Pada Juni 2010, 70% masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan peduli bahwa menjaga hutan Taman Nasional Gunung Leuser adalah tanggung jawab bersama (meningkat dari 52%)
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
70% (meningkat dari 52%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa target
Pada Juni2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) tahu peraturan/hukum tentang Taman Nasional Gunung Leuser (meningkat dari 49,7%)
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk
70% (meningkat dari 49,7%)
Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa target
Pada Juni 2010, 70% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) akan tahu pal batas antara Taman Nasional Gunung Leuser dengan lahan masyarakat (meningkat dari 33,5%)
Pra/pasca survei KAP
Pengetahuan Positif
terbentuk70% (meningkat
dari 33,5%)Jul 2009 & Jun 2010
Petugas pencacah 4 desa target
Sikap & Komunikasi
Pada Juni 2010, sedikitnya 70% dari para masyarakat di empat desa target merasa bahwa mengolah lahan sendiri di luar kawasan hutan TNGL lebih menguntungkan mendukung program pengenalan dan praktek pola
Pra/pasca survei KAP
Sikap Positif terbentuk
70% (meningkat dari 57,4%)
Jun 2009 & Jul 2010
Petugas pencacah
4 desa target
G. Strategi Kampanye
94
MASYARAKATTingkatan Sasaran SMART Bagaimana Ukuran Target Kapan Siapa Dimana
Interpersonal agroforestry (meningkat 57,4%)
Pada Juni 2010, setidaknya 45% dari masyarakat di empat desa (Mekar Makmur, Sei Sedang, Namo Sialang, Halaban) membicarakan kepada teman-teman mereka tentang isu pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan pelestaraian kawasan TNGL (meningkat dari 14,8%).
Percakapan yang
didedikasikan
Survei kesiapan
45% (meningkat dari 14,8%)
Sepanjang Juni 2010
Petugas pencacah 4 desa target)
Perubahan perilaku
Hingga Juni 2010, telah terbit satu kesepakatan lokal (dalam bentuk peraturan desa atau kesepatan kelompok masyarakat) di desa Mekar Makmur yang mendukung program pengembangan agroforestry dan dukungan terhadap pelestarian kawasan TNGL sebagai warisan dunia dan habitat penting berbagai satwa langka termasuk orangutan sumtera.
Kesepakatan/peraturan
local
Jumlah kesepakatan.
Jumlah partisipan
dalam proses penyusunan
Satu kesepakatan/pe
raturan lokalJuli 2010
Disusun bersama
masyarakat dan
disyahkan oleh aparat desa dan
pemerintas lokal
Desa Mekar Makmur
KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PENGURANGAN ANCAMAN
Sasaran SMART Bagaimana Ukuran Target Kapan Siapa DimanaUntuk melindungi populasi spesies endemic sumatera dan sangat terancam punah Orangutan Sumatera (Pongo abelii) sehingga
Survei transek di blok habitat sekitar desa
Jumlah orangutan sumatera
Populasi Orangutan
Sumatera tetap
Dilakukan sekali selama program
YOSL-OIC bekerja sama
dengan
Blok habitat sekitar desa target
G. Strategi Kampanye
95
jumlahnya tetap blok habitat langkat Sekundur 497 pada tahun 2010 target (dan spesies
lainnya)
di blok habitat Langkat
sekundur tetap 497 pada tahun
2010
BBTNGL & CRU-FFI
Mengurangi aktivitas perambahan hutan
Pembangunan demplot agroforestry
Jumlah adopsi
50% dari anggota
kelompok petani yang terlingat
dalam program
Hingga Juli 2010YOSL-OIC & Basama Alam
Lestari Desa Mekar Makmur
Monitoring dan pengawasan kawasan
hutan Leuser
Jumlah aktivitas
monitoring
Aktivitas perambahan
menurun
dua kali kali dalam setahun program mulai Januari 2010
BBTNGL, YOSL-OIC,
Lembaga Lokal, CRU-FFI
TNGL Besitang
96
H. Teori PerubahanMerupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan perubahan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan menciptakan “Teori Perubahan”. Melalui proses perencanaan, kami mengumpulkan semua data yang dapat membantu mengembangkan Teori Perubahan tersebut. Kami mulai menambahkan ini kedalam tabel sederhana yang kemudian digunakan untuk mengembangkannya secara naratif. Data kami membantu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
Siapa ORANG yang akan dipengaruhi oleh program saya? TINDAKAN apa yang akan diambil oleh program saya?Dalam PENGATURAN seperti apa tindakan itu akan dilaksanakan? KELUARAN apa yang akan dihasilkan oleh kampanye saya?
Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu dalam menentukan kerangka kerja untuk perubahan perilaku dan tujuan yang lebih besar dibelakang kegiatan-kegiatan individu.
19.0 Teori Perubahan19.1 Rencana Aksi untuk Menjangkau Masyarakat Umum (Seluruh Khalayak)19.2 Rencana Aksi untuk Menjangkau Para Petani19.3 Rencana Aksi untuk Menjangkau Masyarakat Umum19.4 Kerangka kerja kampanye untuk Para Petani 19.5 Kerangka kerja kampanye untuk masyaramat umum
97
19.0 TEORI PERUBAHANPenjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata)Untuk menghentikan perambahan kawasan hutan dan untuk memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besitang di bagian timur dari Taman Nasional Gunung Leuser, satu ketetapan UNESCO sebagai World Heritage Site dan satu habitat penting untuk Orangutan Sumatera, sistem agroforestry yang lebih murah dan permanen akan diperkenalkan. Petani Lokal akan diberitahukan tentang arti pentingnya TNGL sebagai rumah terakhir bagi spesies primata yang sangat terancam punah, manfaat layanan jasa lingkungan dari TNGL dan manfaat mengadopsi sistem agroforestry. Teknik baru ini akan menawarkan pendapatan lebih tinggi dan lebih berkesinambungan kepada mereka serta pada saat yang bersamaan juga memelihara ?? (memelihara apa?) Mereka akan diperkenalkan pada konsep sistem agroforestry, menerima pelatihan dan bantuan teknik untuk menggunakan teknik serta akhirnya mengadopsi serta mempraktekan teknik baru. Sistem mata pencarian alternatif lain, juga akan diperkenalkan. Selama satu tahun pertama diharapkan adanya 30% adopsi teknik oleh komunitas petani lokal salah satu desa target dari pada 4 desa target. Kampanye Pride di area hutan Besitang akan dilihat sukses jika perambahan hutan berkurang dan populasi Orangutan Sumatera bertahan. Sistem Agroforestry telah diterapkan di banyak lokasi dan komunitas di Indonesia serta mungkin ditiru/direplika ke komunitas ini.
19.1 RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU MASYARAKAT UMUM ( SELURUH KHALAYAK )
Seluruh Kelompok Sasaran
Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci
Fokus Hasil yang diperlukan
Tujuan Kunci5 Kegiatan Kunci
Alat yang diperlukan
Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi
Sosial-politik
Ilmiah/lainnya
Tujuan keanekaragaman hayati : Untuk menyelamatkan habitat dan mempertahan populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada kawasan TNGL Wilayah Besitang
Orangutan sumatera & habitatnya di TNGL wilayah Besitang, Sumatera Utara
Habitat terselamatkan dan populasi orangutan bertahan
Populasi orangutan Sumatera bertahan & habitatnya terjaga
Pemantauan populasi orangutan & habitatnya
Pemantauan konflik manusia - satwa
Sukarelawan, dukungan BBTNGL, Kelompok / KSM lokal
BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal
Jumlah orangutan
Studi literature & observasi data sekunder, observasi konflik manusia - satwa
Populasi tetap (497) dan konflik berkurang pada tahun 2010
Juli 2009 & Juli 2010
Rusaknya dan hilangnya habitat orangutan sumatera dan satwa liar endemic sumatera di Leuser
Tujuan pengurangan ancaman : Pengurangan
perambaha
Pengawasan terhadap aktivitas perambahan,
Aktivitas Perambahan hutan berhenti.
TNGL sebagai Habitat orangutan terjaga
Terbentuknya kelompok masyrakat yang terlibat dalam
Pemantauan kawasan dari aktivitas perambahan hutan dan
Sukarelawan, dukungan BBTNGL, Kelompok / KSM lokal,
BBTNGL, FFI, UNESCO
Menurunya jumlah kasus perambahan kawasan
Observasi lapangan, studi data sekunder tentang kasus/ kejadian
Kawasan TNGL wilayah Besitang terjaga dan
Juli 2009 & Juli 2010
Terjadi tarik menarik kepentingan dalam
Rusaknya dan hilangnya habitat orangutan sumatera dan
5 Lihat bagian E untuk deskripsi lengkap tujuan
H. Teori Perubahan
98
hutan Mendorong upaya penegakan hukum untuk perambahan hutan
pengawasan perambahan kawasan hutan
Teradopsinya praktek agroforestry sebagai penyingkir halangan/ancaman
perusakan habitat
Praktik adopsi system agroforestry sebagai penyingkir halangan/ancaman
pengetahuan teknis tentang agroforestry, mitra penyingkir halangan
hutan TNGL
perambahan kawasan hutan TNGL
perambahan hutan menurun
social masyarakat lokal
satwa liar endemic sumatera di Leuser
99
19.2 RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU PARA PETANI
Petani Rencamna Aksi Rencana Pemantauan Risiko-risiko Kunci
Tingkat Perubahan
PerilakuFokus Hasil yang diperlukan Sasaran-
sasaran kunciKegiatan
KunciAlat yang diperlukan Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi Sosial-politik Ilmiah/Lainnya
Tahap Perenungan(Pengetahuan)
Nilai keanekaragaman hayati
Pengetahuan tentang nilai keanekaragaman hayati Leuser dan manfaat ekologis
pada Juni 2010 masyarakat di 4 desa Sekitar TNGL telah mengetahui dan menyadari nilai TNGL dengan semua keanekaragaman hayatinya
Pesan-pesan kognitif disampaikan melalui poster, factsheet, radio, signboard, media cetak.
Materi signboard, perizinan, lapotop, sound system, proyector LCD,
Radio RPC FM, Radio dangdut medan, suara medan, citra buana, elshinta FM, sikamoni untuk radio dan Surat kabar waspada dan pos Metro untuk media cetak
Perubahan dalam kepedulian
Pre/pasca survey
Mengalami peningkatan
April 2009 & April 2010
Izin pemasangan signboard tidak diberikan
Perusahaan sawit sekitar melakukan propaganda
Radio meminta bayaran untuk siaran
Tidak ada
Ancaman terhadap kawasan TNGL berarti ancaman terhadap orangutang dan satwa lainnya
Pengetahuan terhadapa ancaman perambahan kawasan hutan TNGL dan dampaknya terhadap orangutan & keanekaragaman hayati lainnya
Pada Juni 2010 masyarakat di 4 desa telah menyadari bahwa perambahan kawasan hutan sangat mengancam kelestarian ekosistem TNGL & habitat orangutan dan satwa lainnya
Pesan-pesan kognitif disampaikan melalui poster, factsheet, radio, signboard, pemutaran film.
Materi signboard, perizinan, lapotop, sound system, proyector LCD,
Radio RPC FM, Radio dangdut medan, suara medan, citra buana, elshinta FM, sikamoni untuk radio dan Surat kabar waspada dan pos
Perubahan dalam kepedulian
Pre/pasca survey
Mengalami peningkatan
April 2009 & April 2010
Izin pemasangan signboard tidak diberikan
Perusahaan sawit sekitar melakukan propaganda
Radio meminta bayaran untuk siaran
Tidak adaH. Teori Perubahan
100
Metro untuk media
Bagaimana dampak perambahan kawasan hutan terhadap kelestarian TNGL
pengetahuan terhadap peran perambahan kawasan hutan sebagai faktor penyumbang degradasi leuser
Pada Juni 2010 masyarakat telah mengetahui bagaimana besarnya dampak perambahan kawasan hutan TNGL
Pesan-pesan kognitif disampaikan melalui poster, factsheet, radio, signboard, pemutaran film.
Materi signboard, perizinan, lapotop, sound system, proyector LCD,
Radio RPC FM, Radio dangdut medan, suara medan, citra buana, elshinta FM, sikamoni untuk radio dan Surat kabar waspada dan pos Metro untuk media
Perubahan dalam kepedulian
Pre/pasca survey
Mengalami peningkatan
Juli 2009 & Juli 2010
Izin pemasangan signboard tidak diberikan
Perusahaan sawit sekitar melakukan propaganda
Radio meminta bayaran untuk siaran
Tidak ada
Tahap Persiapan(Sikap)
Kesepatakan masalah degradasi kawasan TNGL yang disebabkan perambahan kawasan hutan
Kesepatakan masalah degradasi kawasan TNGL yang disebabkan perambahan kawasan hutan & penolakan tindakan perambahan kawasan hutan
Masyarakat di 4 desa sekitar Leuser sepakat bahwa illegal loging mengakibatkan kerusakan hutan leuser & habitat orangutan
Pesan-pesan emosional ditanamkan melalui lembaran khotbah
Lembaran khotbah
Tokoh agama, lembaga/organisasi masyarakat di 4 desa
Perubahan sikap
Pre/pasca survey
Ada peningkatan
April 2009 & April 2010
Kurangnya dukungn dari tokoh agama
Tidak ada
Dukungan terhaap penerapan agroforestry sebagai alternative penambahan pendapatan
Masyarakat tertarik terhaap penerapan agroforestry sebagai alternative penambahan pendapatan
Pada Juni 2010 ada 50% masyarakat petani di 4 desa yang mendukung system agroforestry sebagai alternative penambahan
Pesan-pesan emosional ditanamkan melalui lembaran khotbah, penyuluhan manfaat agroforestry, FGD, dll
Lembaran khotbah,
Tokoh agama, lembaga/organisasi masyarakat di 4 desa
Perubahan sikap
Pre/pasca survey
50% adopsi system agroforestry
April 2009 & April 2010
Kurangnya dukungn dari tokoh agama
Tidak adaH. Teori Perubahan
101
pendapatan Tahap Validasi(Sikap)
Isu-isu perambahan kawasan hutan & manfaat system agroforestry
Pembicaraan masalah kerusakan TNGL & system agroforestry untuk menambah pendapatan masyarakat
Pesan-pesan antar personal, pertemuan dan diskusi interaktif
Balai Besar TNGL, FFI, dll
Saling bicara satu sama lainnya, dam menjadi wacana publik
Survey kesiapan
50% April 2010 Sulitnya mencari waktu yang sesuai dengan masyarakat yang sering ke kebun dan bekerja di perusahaan sawit
Tidak ada
Tahap Tindakan(Praktik)
Praktik teknik agroforestry
Pengetahuan teknis implementasi agroforestry untuk menambah alternative pendapatan
Pada April 2010 telah ada 50% petani di 4 desa sekitar leuser telah diajari tehnik penerapan agroforestry
Pelatihan teknis penerapan system agroforestry dan keuntungannya
Bibit/komoditas, pupuk, materi
ICRAF, FFI, BBTNGL, Basama Alam Lestari
Jumlah adopsi system agroforestry
Tidak semua petani mau ikut pelatihan dan mau menerapkan agroforestry
102
19.4 KERANGKA KERJA KAMPANYE: PARA PETANI
H. Teori Perubahan
103
19.5 KERANGKA KERJA KAMPANYE: MASYARAKAT LOKAL
104
I. ANGGARAN & JADWALAnggaran dan jadwal merupakan prakiraan awal pada tahap perencanaan proyek ini karena kita belum memutuskan kegiatan kampanye yang spesifik yang akan dilakukan tetapi ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana uang akan dialokasikan dan bagaimana urutan kegiatan akan diatur
105
20.0 ANGGARAN DAN JADWAL PROYEK 20.1 ANGGARAN PROYEK YOSL-OIC MENDUKUNG CORE FUNDS UNTUK MENDUKUNG KAMPANYE PRIDE
NO URAIAN ITEM UNIT
Jumlah Sub Total
Satuan (Rp)
Satuan (USD)
Rp USD
1 Campaign Manager Employment Costs 1 org 24 bulan
2,875,000 288 69,000,000 6,900
2 Local Transportation Costs 1 org 24 bulan
416,667 42 10,000,000 1,000
3 Communication and administration costs
1 org 24 bulan
215,417 22 5,170,000 517
4 Health insurance 1 org 24 bulan
208,333 24 5,000,000 500
5 Equipment Package pack 24 bulan
625,000 63 15,000,000 1,500
6 Campaign Materials (core funds) pack 12 bulan
625,000 63 15,000,000 1,500
TOTAL 119,170,00
011,917
Catatan: anggaran ini tidak termasuk sumbangan sukarela dari dana utama program Pride (US$18,500). Merupakan suatu pemahaman bahwa pengeluaran dari dana ini sangat ketat untuk memproduksi materi, dan keperluan lain sesuai yang tercantum pada MOU. Dana ini tidak akan digunakan untuk gaji maupun biaya transportasi.
106
20.2. ANGGARAN DANA CORE FUNDS DARI RERE UNTUK MENDUKUNG KAMPANYE PRIDE
No Activities/Item Total (Rp. 000)
Total ($USA) Mount
1 Stakeholder Meeting & Discusion 200,000 200 januari-092 Stakeholders Workshoop-1 1,500,000 1,500 Feb-09
3Barrier Removel Assesment Viability Overview (BRAVO)
300,000 300 Maret-09
4 Kualitative Survey 300,000 300 Maret-095 Pre-KAP Survey, Enimerator Training & Data entry 2,000,000 2,000 Maret-096 Stakeholders Workshoop-2 500,000 500 9-Apr
7Produksi materi kampanye ; poster, stiker, kostum, boneka, radio, dll
6,000,000 6,000 Juli 2009 - juni 2010
8 FGD 200,000 200 Juli 2009 -
juni 2010
9 Festival & event5,500,000 5,500 Juli 2009 -
juni 2010
10Past-KAP Survey, Enimerator Training & Data entry
2,000,0002,000 Juni-09
TOTAL 18,500,000 18,500
Catatan: anggaran ini adalah sumbangan sukarela dari dana utama program Pride (US$18,500). Merupakan suatu pemahaman bahwa pengeluaran dari dana ini sangat ketat untuk memproduksi materi, dan keperluan lain sesuai yang tercantum pada MOU. Dana ini tidak akan digunakan untuk gaji maupun biaya transportasi.
107
20.3. BIAYA BROP (Barrier Removal Operation Plan)
Cost Catgeory Activity Detail Unit Valume Unit Cost Sub Total- Unit
Sumber Dana
RARE KontribusiFase Persiapan
Transportasi Transpor ke/dari lokasi selama persiapan 5 return 300,000 1,500,000 500,000 1,000,000
Base-line survey Base-line survey tanah dan kesesuaian jenis & menyusun rencana teknis oleh pakar (dilaksanakan oleh 2 orang )
14 Days 150,000 4,200,000 4,200,000 0
Biaya sewa lahan sewa lahan selama 1 tahun (lahan millik masyarakat petani)
4 Hectare (s) 2,000,000 8,000,000 0 8,000,000
Honararium 1 orang Field Assistance yang membantu Campaign Manager dalam membangun demplot dari persiapan sampai akhir proyek
12 Months 1,000,000 12,000,000 12,000,000 0
Pengadaan peralatan
1 set ketel penyulingan minyak atsiri 1 Pack 10,000,000 10,000,000 10,000,000 0
paket alat pertanian (sprayer, cangkul, sekop,parang, alat pengangkut, dll) @ 2.000.000
2 Pack 2,000,000 4,000,000 4,000,000 0
Penyiapan lahan biaya Landclearing & penyiapan lahan 4 Hectare (s) 1,000,000 4,000,000 4,000,000 0
SUB TOTAL 1 (Rp) 43,700,000 34,700,000 9,000,000
SUB TOTAL 1 (US$) 4,370 3,470 900
Training Transportasi transportasi ke/dari lokasi selama masa pelatihan 3
return 300,000 900,000 900,000 0
Akomodasi Akomodasi lapangan tim/volunteer 2 orang (persiapan & lapangan) 9
Days/3 training
75,000 1,350,000 1,350,000 0
Honararium 1 orang narasumber/pakar 3 Pack 1,500,000 4,500,000 3,000,000 1,500,000
1 orang asisten pakar 3 Pack 500,000 1,500,000 0 1,500,000SUB TOTAL 2 (Rp) 8,250,000 5,250,000 3,000,000
SUB TOTAL 2 (US$) 825 525 300
Penanaman Pengadaan bibit (sudah termasuk biaya/ongkos kirim)
sereh wangi 10,000 suluh 400 4,000,000 4,000,000 0
bibit tanaman karet 1,400 polibag 5,000 7,000,000 7,000,000 0
bibit tanaman rumput raja (kinggrass) 10,000 stek 300 3,000,000 3,000,000 0
bibit cabe (holtikultura) 2,000 polibag 200 400,000 400,000 0
108
Cost Catgeory Activity Detail Unit Valume Unit Cost Sub Total- Unit
Sumber Dana
RARE Kontribusi
tanaman pohon/keras 400 polibag 3000 1,200,000 0 1,200,000
penanaman biaya pembuatan jalur tanam & lubang tanaman
4 Hectare (s) 1,000,000 4,000,000 4,000,000 0
pembelian pupuk pemupukan dilakukan selama 4 kali dalam setahun program dengan pupuk organik cair biourine (penyemprotan)
4 Hectare (s)/tahun
2,000,000 8,000,000 8,000,000 0
pupuk kompos untuk campuran tanah yang diletakan saat penanaman di lubang tanam
4 ton(s)/thn/4 Ha
700,000 2,800,000 2,000,000 800,000
Mentoring kelompok
biaya honor Mentoring (1 orang pakar) 5 periode 500,000 2,500,000 2,500,000 0
SUB TOTAL 3 (Rp) 32,900,000 30,900,000 2,000,000
SUB TOTAL 3 (US$) 3,290 3,090 200
Monitoring Transportasi Transpor ke/dari lokasi selama fase monitoring (Lokasi akan dimonitor sekali dalam dua minggu selama 6 bulan) Hanya bahan bakar
12 return 300,000 3,600,000 3,600,000 0
akomodasi Akomodasi tim dalam monitoring (1 orang) 30 Days 75,000 2,250,000 2,250,000 0
SUB TOTAL 4 (Rp) 5,850,000 5,850,000 0
SUB TOTAL 4 (US$) 585 585 0
TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN Sub Total- Unit Sumber Dana
RARE Kontribusi
GRAND TOTAL (Rp) 90,700,000 76,700,000 14,000,000
GRAND TOTAL (US$) 9,070 7,670 1,400
Dana dukungan dari RARE yang dibutuhkan ; Rp. 76,700,000 (US$.7,670)1 US$ = Rp. 10,000,-
Biaya-biaya berulang Untuk memastikan semua tahapan dan rencana pengenalan dan praktek system agroforestry YOSL-OIC akan melakukan monitoring keterlibatan dan perubahan kelompok masyarakat dalam melakukan pembelajaran agroforestry dan jumlah adopsi oleh kelompok masyarakat. Insentif
Melakukan penyulaman/mengganti tanaman yang mati pada tahap penanaman
109
Mnyediakan biaya perawatan secara periodic selama praktek agroforestri.Disinsentif
Menegaskan hukum terhadap perambahan kawasan TNGL Memberikan dukungan terhadap pengawasan monitoring/patrol kawasan dari perambahan hutan
110
20.2 Jadwal Kegiatan Proyek (Gantt)
No Aktifitas2009 2010
Keteranganbulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1 Persiapan Dokumen Kampanye Pride TN Gunung Leuser Wilayah Besitang
di Lembaga (YOSL-OIC) dan IPB
Menjalin Komunikasi tim & stakeholder telah dilakukan
Workshop I (Konsensus+Model Konseptual) telah dilakukan
Survey KAP+Analisa Hasil sedang berjalan Menghadiri Lokakarya BROP telah dilakukan Menyiapkan dokumen Proyek
Kampanye+BROP di IPB
Persiapan Kampanye Lapangan di IPB sekaligus fase training ke-2
2 Pendidikan dan Penyadaran (Education and Awareness)
PRIDE
a. Membangun komunikasi & FGDb. Kunjungan Sekolah di 4 desa Target c. Kunjungan Desa di 4 desa Targetd.
Membuat Publikasi
Dengan beberapa saluran komunikasi
3 Demonstration Plot (membuat Pertanian Menetap Pola Kebun Campuran)
BROP Desa Target Perubahan
a. Identifikasi lahan, studi kesesuaian jenis dan membagun kesepakatan kelompok
Tim & mitra BR
b.Persiapan lahan
Tim, mitra BR, petani
c. Aplikasi penanaman dan perawatannya
Tim, mitra BR, petani
d.Evaluasi tahap implemetasi pertama
Tim, mitra BR, petani
e. Pembudidayaan dan peremajaan tanaman
Tim, mitra BR, petani
f. Monitoring Tim & mitra BRg. Studi banding Tim, mitra BR,
111
petanih. Promosi demplot kebun campuran Dengan Event i. Evaluasi tahap implemetasi
keseluruhan
Tim, mitra BR
4 Koordinasi dan Evaluasi
dengan Supervisor; Tim Proyek; Mitra;RARE
5 Pembuatan Dokumen Laporan
CM, Supervisor & RARE
Jadwal ini perlu bersifat fleksibel karena adanya periode kritis pemilu setempat dimana kebanyakan pemangku kepentingan terlibat di dalamnya.
112
DUKUNGAN BAGI RENCANA INI
Salinan draft rencana ini telah disirkulasikan ke Rare (Manager Program) melalui portal RarePlanet, www.rareplanet.org, melalui proses pemeriksaan ulang. Draft ini juga dibagikan pada para pemangku kepentingan yang menghadiri pertemuan pemodelan partisipatif, begitu pula pada mereka yang diwawancarai selama percakapan langsung. Melalui proses perencanaan ini, ide-ide baru dan rekomendasi telah diakui dan juga telah direvisi, dan selanjutnya rencana ini telah disetujui oleh mitra utama yaitu Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Rare.
Rencana ini akan dikirim melalui RarePlanet, yang kemudian dapat digunakan sebagai sarana berbagi informasi dan pembaharuan secara berkala.
113
21.0 REFERENSI DAN PERNYATAAN TERIMA KASIH Rencana Stategi Balai Besar TNGL . 2007 Orangutan Acttion plan 2007 – 2014. PHKA. DEPHUT. 2007 www.orangutan centre.com Laporan Kronologis Besitang. BBTNGL. 2006 Kajian Antropologi rencana restorasi, TNGL wilayah Besitang. 2008 Miradi Software: Courtesy of Conservation Measures Partnership SurveyPro 3
Penulis Rencana Proyek ini ingin mengucapkan terima kasih untuk bimbingan yang diberikan oleh Sarilani Wirawan (Program Manager Rare Indonesia), Hari Kushardanto (Acting Director RARE Indonesia), Panut Hadisiswoyo (Founding Director YOSL-OIC), Bapak Nurhadi Utomo (Kepala Balai Besar Taman Nsional Gunung Leuser), Bapak Ari Subianto (Kepala Bidang SPT III Stabat TNGGL) ,Subhan,S.Hut.(Kepala Seksi Konservasi wilayah VI Besitang) dan berbagai pihak yang ikut serta dalam menyusun draft dokumen ini. YOSL-OIC mengucapkan terima kasih kepada Rare yang telah menjadi sponsor utama proyek ini. Penulis berharap bahwa rincian kampanye tidak hanya untuk memperoleh persetujuan dari YOSL-OIC untuk pelaksanaan program penyingkiran halangan berupa praktek agroforestry tetapi juga untuk mengurangi aktivitas perambahan oleh petani di hutan TNGL setelah program dilakukan.
Rencana ini telah dibaca dan disetujui oleh Panut Hadisiswoyo, Founding Director YOSL-OIC
Juni 2009
114
LampiranA. Matriks Keseluruhan pemangku kepentingan (Stakeholder), dari bagian 2.3
No
Partisipan / Kelompok Pemangku
Kepentingan
Nama partisipan, posisi, dan detail
kontak
Isu-isu kunci(area utama dariminat dan fokus
Kontribusi potensial(apa yang para partisipan
bawa kepertemuan)
Motivasi menghadiri pertemuan (apa yg bisa
diberikan pertemuan tersebut kepada partisipan)
Konsekuensi konsekuensijika tidak diundang
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser TNGL) 1 Nurhadi Utomo
0811332343Ka. BalaiBesar TNGL Pengambil kebijakan &
pemangku kepentingan, informasi potensi & ancaman kawasan. Data pelaku perusakan kawasan.
memberikan informasi, menjalin kerjasama untuk penyelesaian kawasan Besitang. Rencana Strategis penyelesaian kawasan TNGL wlilayah Besitang
Projrct tidak berjalan baik, tidak ada dukungan legal & terjadi konflik lembaga
2
Ari subianto08125190956
Ka. Bidang III Stabat
3
4
Subhan, S.hut081533361131
Ujang Wisnu Bharata, S.Hut / 081578756787
Ka. SPTN IV Besitang
Staft BIdang III
Pemda kabupaten Langkat
6 Dinas Kehutan & Perkebunan kabupaten langkat
Suandi Tarigan 08126534117
Ka. Dishutbun Langkat
informasi pengelolaan lahan, kebijakan lokal tataguna hutan
memberikan informasi, Rencana Strategis penyelesaian kawasan TNGL wilayah Besitang
penyelesaian ancaman kawasan tidak terintegrasi dan menglamai hambatan
Lembaga Konservasi
7 Fauna & Flora International (FFI)
Wahdi azmi / 0816308414
SECP-Pogramme manager
Data biodiversity, kemitraan dalam program
Kolaborasi dan dukungan program.
Project tidak berjalan baik, tidak terbangunnya konstiuen di site project
Edi Sunardi/081375052438
Tangkahan Site Manager
pengalaman membangun konstituen
Kolaborasi dan dukungan program.
Project tidak berjalan baik, tidak terbangunnya konstiuen di site project
8 Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT)
Okor Sembiring Ketua harian LPT Pengalaman membangun konstituen, pengorganisasian & pendampingan masyarakat
shared learning & upaya membangun konstituen bersama
Kurangnya dukungan teknis.
KSM/Lembaga Lokal
115
No
Partisipan / Kelompok Pemangku
Kepentingan
Nama partisipan, posisi, dan detail
kontak
Isu-isu kunci(area utama dariminat dan fokus
Kontribusi potensial(apa yang para partisipan
bawa kepertemuan)
Motivasi menghadiri pertemuan (apa yg bisa
diberikan pertemuan tersebut kepada partisipan)
Konsekuensi konsekuensijika tidak diundang
10 KSM GEPAL (Gerakan Masyrakat Pecinta Leuser)
Bapak Syamsul / 081370750213
Ketua umum KSM memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
11 KSM OPEL (Organisasi Masyarakat Pecinta Leuser)
Bapak Wagimin / 081396776482
Ketua umum KSM memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
13 KSM Permata Rimba
Bapak Usman / 081396374211
Ketua umum KSM memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
Kelompok petani Pelindung Leuser (KETAPEL)
Bapak Hasan Basri Ketua memiliki pengaruh sosial tinggi, memiliki massa, memiliki pengalaman membangun kesadaran masyarakat lain utk terlibat dalam kegiatan konservasi di areanya
membangun jaringan pengembangan desa & masyarakat, informasi keadaaan kawasan terkini, informasi kegiatan masyarakat terkait kawasan
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project.
Tokoh Lokal14 Desa Mekar makmur Bapak Suwito /
081362437175 Kepala Dea informasi potensi lokal, dukungan program
mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
15 BPD Mekar Makmur Bapak M. Nur Ketua BPD informasi potensi lokal,
dukungan program mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
16 Desa Harapan Maju Bapak Mulia Barus Kepala Desa informasi potensi lokal,
dukungan program mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
116
No
Partisipan / Kelompok Pemangku
Kepentingan
Nama partisipan, posisi, dan detail
kontak
Isu-isu kunci(area utama dariminat dan fokus
Kontribusi potensial(apa yang para partisipan
bawa kepertemuan)
Motivasi menghadiri pertemuan (apa yg bisa
diberikan pertemuan tersebut kepada partisipan)
Konsekuensi konsekuensijika tidak diundang
18 Desa Halaban ? Kepala Desa informasi potensi lokal, dukungan program
mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
Desa Namo Sialang
Telah Singarimbun
Kepala Desa
informasi potensi lokal mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
Desa Sei Serdang
Edy Rasmala
Kepala Desa
informasi potensi lokal mendukung program, upaya membangun masyarakat desanya
tidak ada dukungan masyarakat dalam pelaksanaan project, adanya profokasi tingkat lokal
117
B. Survei Kuantitatif Penuh dari Bagian 7.0
No. Kuesioner: ________________
JAJAK PENDAPAT TENTANG PERSEPSI & KARAKTERISTIK KEHIDUPAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN HUTAN LEUSER WILAYAH BESITANG
PengantarSelamat pagi/siang/sore/malam nama saya................................. dan saya sedang membantu untuk mengumpulkan data mengenai kawasan hutan G. Leuser dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kami akan sangat menghargai partisipasi Anda dalam survei ini dengan menjawab beberapa pertanyaan. Informasi apa pun yang diberikan dari Anda akan disimpan dengan sangat rahasia dan nama serta jawaban tidak akan ditunjukkan atau dibagikan kepada orang lain kecuali pada mereka yang bekerja dalam survei ini. Jawaban Anda akan membantu kami merencanakan dan akan melaksanakan program ini.
Partisipasi dalam survei ini adalah sukarela dan Anda dapat memilih untuk tidak menjawab pertanyaan individu. Tidak ada jawaban benar atau salah. Akan tetapi kejujuran pendapat Anda sangatlah penting bagi kami dan saya harap Anda akan berperan serta. Bisakah saya memulai wawancara sekarang ?
Respoden setuju diwawancarai (jika tidak, hentikan wawancara DAN UCAPKAN TERIMA KASIH)[ ] Ya
Bagian 1Informasi latar belakang : diisi sendiri oleh Enumerator
(1) Daerah Enumerasi (EA)[ ] Namo Sialang [ ] Sei Serdang [ ] Mekar Makmur [ ] Halaban [ ] Tenggulun [ ] Lain-lain ________________
(2) Periode Survei[ ] Dasar - Kawasan Kampanye [ ] Pasca-Kampanye - kawasan Kampanye [ ] Dasar - Perbandingan [ ] Pasca-Kampanye - Perbandingan
118
(3) Jenis Kelamin Responden (tidak perlu ditanyakan, langsung pilih salah satu)[ ] Lelaki [ ] Perempuan
Bagian 2Pertanyaan Sosial Ekonomi & Demografis
(4) Berapa usia anda ?________________
(5) Sudah berapa lama anda menetap di desa ini ?[ ] < 5 [ ] 5 - 10 tahun [ ] 10 - 20 tahun [ ] > 20 tahun
(6) Apakah pekerjaan utama Anda ?[ ] Petani [ ] Pedagang [ ] Karyawan[ ] Buruh [ ] Pegawai Negeri Sipil [ ] Pegawai swasta [ ] Lain-lain ________________
(7) Berapa Penghasilan/pendapatan anda perbulan ? [ ] < 500 ribu[ ] 500 ribu - 1 juta [ ] 1 juta - 1,5 juta [ ] 1,5 juta - 2 juta [ ] > 2 juta
(8) JIka Anda juga petani, manakah pernyataan di bawah ini yang paling tepat mengenai diri Anda ?[ ] petani yang mengerjakan lahan orang lain dengan sistem sewa [ ] petani yang mengerjakan lahan dengan sistem belah [ ] Petani dengan lahan pribadi di luar hutan G. Leuser [ ] Petani dengan lahan pribadi di dalam hutan G. Leuser [ ] Petani dengan lahan pribadi diluar dan di dalam hutan G.Leuser [ ] tidak bekerja sebagai petani (ÿÃ0000FFlanjut ke nomer berikutnya) [ ] Lain-lain ________________
(A) Berapa luas lahan pertanian yang Anda garap/kerjakan? [ ] Kurang dari 1 ha [ ] 1-3 ha [ ] 3-5 ha [ ] di atas 5 ha
(9) Pendidikan terakhir ?[ ] Tidak tamat SD/Tidak sekolah [ ] Tamat SD [ ] Tidak Tamat SMP/Sederajat [ ] Tamat SMP/Sederajat [ ] Tidak tamat SMA/Sederajat [ ] Tamat SMA/Sederajat [ ] Diploma [ ] Sarjana
119
(10) Apakah suku anda ?[ ] Jawa [ ] Karo [ ] Batak Toba [ ] Mandailing [ ] Aceh [ ] Melayu [ ] Lain-lain ________________
(11) Apakah Anda menjadi anggota organisasi/lembaga masyarakat yang ada lokasi tempat tinggal anda ?[ ] Ya (lanjut ke A-C) [ ] Tidak (lanjut ke no. 12)
(A) Jika Ya ? Apa nama organisasi/lembaga tersebut________________
(B) Sudah berapa lama Anda menjadi anggota dari organisasi tersebut? [ ] kurang dari 1 tahun [ ] 1-3 tahun [ ] 3-5 tahun [ ] lebih dari 5 tahun
(C) Apakah posisi Anda di dalam organisasi tersebut?[ ] Pengurus aktif [ ] Anggota [ ] Ketua [ ] Pengurus non-aktif [ ] Lain-lain ________________
(12) Tempat/lokasi mana di desa yang sering terlihat menjadi tempat masyarakat berkumpul ? (pilih 2 lokasi)[ ] warung [ ] kantor desa [ ] balai pertemuan[ ] lapangan [ ] Pos Ronda [ ] Lain-lain ________________
Bagian 3Sumber Informasi & Akses Media
(13) Dalam 1 bulan terakhir ini media apa yang paling sering memberikan informasi kepada anda? (maksimal 2 jawaban)[ ] Radio [ ] Koran/Media cetak [ ] Papan informasi desa [ ] Lain-lain ________________
(14) Apakah Anda mendengarkan radio, dalam 3 bulan terakhir?
[ ] Ya (lanjut ke A-C) [ ] Tidak (lanjutkan ke nomer berikutnya)
(A) Radio apa yang didengar (paling banyak 3 radio)________________
120
(B) Program acara radio apa yang disukai ? (paling banyak 3 jawaban)[ ] musik [ ] berita [ ] talk show [ ] ceramah agama [ ] siaran pedesaan [ ] drama radio [ ] Lain-lain ________________
(C) Jam berapa anda mendengarkan radio? (pilihan boleh lebih dari satu)
[ ] 06.00 - 09.00 [ ] 09.01 - 12.00 [ ] 12.01 - 15.00 [ ] 15.01 - 18.00 [ ] 18.01 - 21.00 [ ] 21.01 - 05.59
(15) Jenis musik apa yang paling Anda gemari ? (paling banyak 3 jawaban)[ ] Dangdut [ ] Pop [ ] Rock [ ] Lagu daerah Karo [ ] Lagu daerah jawa [ ] Lagu yang bernuansa agama
[ ] Tidak suka mendengarkan musik [ ] Lain-lain ________________
(16) Seberapa sering anda membaca surat kabar / koran ? [ ] Sehari sekali [ ] Seminggu sekali [ ] Seminggu beberapa kali [ ] Sebulan sekali [ ] Sebulan beberapa kali [ ] Lain-lain ________________
(A) Apa nama surat kabar / koran yang Anda sering baca? (paling banyak 3 pilihan)[ ] Analisa [ ] Waspada [ ] Sumut Pos [ ] Pos Metro [ ] Lain-lain ________________
(B) Informasi apa yang Anda sukai dari surat kabar ? (paling banyak 3 pilihan)[ ] kriminalitas [ ] politik [ ] pendidikan [ ] lingkungan [ ] agama [ ] olahraga [ ] gosip artis [ ] Lain-lain ________________
(17) Media atau sarana apa yang sering digunakan masyarakat disini untuk menyebarkan informasi ? (jawaban maksimal 2) [ ] Rembug desa [ ] Perwiridan [ ] Pengajian[ ] Pertemuan adat [ ] Lain-lain ________________
(18) Saya akan membacakan beberapa sumber-sumber informasi yang biasa memberikan informasi tentang hutan Gunung Leuser. Sebutkan tingkat kepercayaan anda, apakahsangat percaya, percaya, agak percaya, tidak percaya, sangat tidak percaya, tidak yakin/tidak tahu:
(A) Kepala Desa
121
[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(B) Kepala Dusun[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(C) Ketua Adat[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(D) Tokoh Agama[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(E) Lembaga/organisasi masyarakat[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(F) Sesepuh masyarakat[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(G) Teman[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(H) Anggota keluarga[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(I) Guru/Tokoh pendidikan[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(J) LSM[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(K) Pegawai Pemerintah Kabupaten[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
122
(L) Pegawai Taman Nasional[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(M) Radio[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(N) Harian/Koran[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
(O) Papan pengumuman Desa[ ] Sangat percaya [ ] Percaya [ ] Agak percaya [ ] tidak percaya [ ] Sangat tidak percaya [ ] tidak tahu / tidak yakin
Bagian 4Menempatkan Responden pada Tahap Perubahan Perilaku
(19) Saya akan membacakan 6 pernyataan mengenai penerapan tumpang sari (agroforestri). Pilihlah pernyataan mana yang paling sesuai dengan Anda dalam 6 bulan terakhir ini. Mohon dengarkan semua pernyataan tersebut, kemudian beritahukan pernyataan mana yang paling tepat mewakili diri Anda [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya sama sekali belum ingin menerapkan pola agroforestri (tumpang sari) di kebun saya [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya telah mempertimbangkan untuk menerapkan pola agroforestri (tumpang sari) di kebun saya, tetapi belum memiliki rencana untuk melaksanakannya [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya telah punya rencana untuk menerapkan pola agroforestri (tumpang sari) di kebun saya dimasa yang akan datang [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya telah punya rencana untuk menerapkan pola agroforestri (tumpang sari) di kebun saya dimasa yang akan datang dan sudah mengajak orang lain[ ] Selama 6 bulan terakhir, saya telah menerapkan pola agroforestri (tumpang sari) di kebun saya [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya telah menerapkan pola agroforestri (tumpang sari) di kebun saya dan mengajak orang lain
(20) Saya akan membacakan 6 pernyataan mengenai usaha peningkatan hasil pertanian dalam luas lahan yang tetap. Pilihlah pernyataan mana yang paling sesuai dengan Anda dalam 6 bulan terakhir ini. Mohon dengarkan semua pernyataan tersebut, kemudian beritahukan pernyataan mana yang paling tepat mewakili diri Anda [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya sama sekali belum pernah mempertimbangkan untuk meningkatkan hasil usaha tani dari luas yang sama dengan menambah tanaman lain [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya pernah mempertimbangkan untuk
123
meningkatkan hasil usaha tani dari luas yang sama dengan menambah tanaman lain [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya pernah mempertimbangkan untuk meningkatkan hasil usaha tani dari luas lahan yang sama dengan menambah tanaman lain dan bermaksud menerapkannya dalam waktu tertentu [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya pernah mempertimbangkan untuk meningkatkan hasil usaha tani dalam luas lahan yang sama dan bermaksud menerapkannya di masa mendatang. Saya sudah berbicara dengan orang [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya sudah pernah mencoba meningkatkan hasil usaha tani dalam luas lahan yang sama, tetapi tidak setiap musim tanam saya lakukan [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya selalu meningkatkan hasil usaha tani dalam luas lahan yang sama [ ] Perilaku tidak relevan dengan responden
(21) Saya akan membacakan 6 pernyataan mengenai lahan pertanian/perkebunan. Pilihlah pernyataan mana yang paling sesuai dengan Anda dalam 6 bulan terakhir ini. Mohon dengarkan semua pernyataan tersebut, kemudian beritahukan pernyataan mana yang paling tepat mewakili diri Anda[ ] Selama 6 bulan terakhir, saya sama sekali belum ingin meninggalkan lahan saya yang masuk hutan Leuser [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya mempertimbangkan untuk meninggalkan lahan saya yang masuk hutan Leuser, berencana untuk melaksanakannya, dan telah menyampaikan pada orang lain [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya telah tinggalkan dan saya jual lahan saya yang masuk hutan Leuser [ ] Selama 6 bulan terakhir, saya mempertimbangkan tidak membuka hutan Leuser untuk lahan pertanian, tetapi belum memutuskan untuk melakukannya[ ] Selama 6 bulan terakhir, saya tidak pernah lagi membuka hutan Leuser untuk lahan pertanian/perkebunan [ ] Perilaku tidak releven dengan responden
Bagian 5Menempatkan Dasar Bagi Perubahan Pada Sasaran Pengetahuan SMART Dan Mengukurnya
(22) Bagi anda menjaga hutan Gunung Leuser adalah ? [ ] Tanggung jawab bersama [ ] Tanggung jawab Pemerintah (BBTNGL) [ ] Tanggung jawab pemerintah daerah [ ] Tanggung jawab masyarakat [ ] bukan tanggung jawab saya [ ] pekerjaan sia-sia [ ] tidak tahu[ ] Lain-lain ________________
(23) Menurut Anda, apakah manfaat kawasan hutan Gunung Leuser ? (jawaban boleh lebih dari satu)[ ] Sebagai rumah bagi flora dan fauna [ ] Dapat menjaga keseimbangan alam [ ] Mencegah bencana banjir dan longsor [ ] Sebagai paru-paru dunia [ ] Tidak memiliki manfaat [ ] tidak tahu[ ] Lain-lain ________________
124
(24) Menurut pengetahuan Anda, apakah status/sebutan/julukan hutan Gunung Leuser ? (jawaban maksimal 2)[ ] Hutan produksi yang boleh diambil isinya [ ] Hutan Tanaman Rakyat yang boleh diambil lahannya [ ] Taman Nasional [ ] Warisan Dunia [ ] Hutan milik negara [ ] Hutan milik saya untuk saya gunakan sebebasnya [ ] Lain-lain ________________
(25) Berdasarkan pengalaman Anda, apakakah kegiatan/kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat di kawasan hutan Leuser ? (maksimal 3 jawaban)[ ] Menebang pohon [ ] Membuka perladangan [ ] Jual beli lahan hutan [ ] menangkap/menjerat satwa [ ] Memancing [ ] Reboisasi kawasan hutan [ ] Tidak tahu [ ] Lain-lain ________________
(26) Menurut Anda, apakah penyebab terjadinya gajah, orangutan atau satwa lain dapat masuk ke areal perkebunan yang ada di luar hutan ? (jawaban minimal 2)[ ] Akibat adanya perambahan hutan [ ] Akibat adanya penebangan pohon di hutan [ ] kurangnya makanan di dalam hutan [ ] Karena memang jalur satwa tersebut [ ] Satwa-satwa tersebut ingin balas dendam [ ] Tidak tahu [ ] Lain-lain ________________
(27) Sepengetahuan Anda, apakah ada peraturan yang mengatur masyarakat terhadap hutan Leuser ?[ ] Ya (lanjut ke A-B) [ ] tidak
(A) Jika Ya, bagaimana peraturan itu ? (jawaban minimal 2) [ ] Dilarang menebang kayu [ ] Dilarang merambah kawasan hutan [ ] dilarang memburu binatang di hutan [ ] Diperbolehkan membuka hutan untuk menjadi kebun [ ] Diperbolehkan membangun pemukiman di dalam hutan [ ] Diperbolehkan memiliki hutan dan memperjualbelikannya [ ] Lain-lain ________________
(B) Menurut pengetahuan Anda, apakah sanksi/hukuman, jika melanggar peraturan yang ada di hutan G. Leuser? (jika tidak tahu, tuliskan 'tidak tahu'/ jika tidak menjawab, tuliskan 'tidak menjawab)________________
(28) Apakah anda tahu batas antara hutan Leuser dan lahan yang bukan berstatus hutan ? [ ] Ya (lanjut Ke A) [ ] Tidak (lanjut ke no. 29)
(A) kalau anda tahu apa bentuk batas tersebut :
125
[ ] Pal batas semen [ ] Pohon kayu [ ] Sungai [ ] Jalan [ ] Alur [ ] Lain-lain ________________
(29) Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan pengelolaan lahan dengan cara tumpangsari? (Jika TIDAK TAHU, tuliskan 'tidak tahu)________________
(30) Apakah Anda tahu cara menerapkan tumpangsari pada lahan pertanian/kebun ?[ ] Tahu [ ] Tidak tahu [ ] Tidak yakin
Bagian 6Pertanyaan Sikap Untuk Mengukur Objektif Sikap
(31) Berikut ini akan saya bacakan beberapa pernyataan. Mohon sebutkan tingkat persetujuan Anda terhadap pernyataan tersebut :
(A) Kawasan hutan Leuser perlu dijaga & dilestarikan[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(B) Masyarakat harus dilibatkan dalam pelestarian hutan g. Leuser[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(C) Perlu dibentuk sarana masyarakat untuk terlibat dalam pengawasan dan pengamanan hutan G. Leuser ?[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(D) Perlu pola meningkatkan hasil pertanian dalam luas lahan tetap[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(E) Membuka lahan kebun di dalam hutan G. Leuser diperbolehkan[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(F) Membuka lahan kebun di dalam hutan G. Leuser tidak akan menimbulkan masalah serius bagi hidup manusia di masa depan
126
[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(G) Membuka lahan kebun di dalam hutan G. Leuser tidak melanggar peraturan[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(H) Mengolah lahan kebun milik sendiri di luar hutan G. Leuser tidak menguntungkan dibandingkan lahan kebun di dalam hutan G. Leuser[ ] Sangat setuju [ ] Setuju [ ] Tidak setuju [ ] Tidak tahu
(32) Berikut ini akan saya bacakan beberapa pernyataan. Mohon sebutkan tingkat manfaat menurut pendapat Anda :
(A) Pengembangan sistem agroforestry dengan tanaman tumpang sari di lahan kebun masyarakat[ ] Sangat bermanfaat [ ] Biasa saja [ ] Tidak bermanfaat [ ] Tidak tahu
(B) Pelatihan masyarakat tentang pemanfaatan lahan dengan berbagai tanaman[ ] Sangat bermanfaat [ ] Biasa saja [ ] Tidak bermanfaat [ ] Tidak tahu
(C) Pelibatan masyarakat terhadap upaya menjaga dan melestarikan TNGL[ ] Sangat bermanfaat [ ] Biasa saja [ ] Tidak bermanfaat [ ] Tidak tahu
(D) Berhenti membuka kebun di dalam hutan G. Leuser[ ] Sangat bermanfaat [ ] Biasa saja [ ] Tidak bermanfaat [ ] Tidak tahu
(33) Saya akan membacakan beberapa pernyataan mengenai kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat. Mohon sebutkan apakah pernyataan tersebut - sangat mudah, mudah, sulit, sangat sulit, atau tidak yakin - untuk Anda lakukan?
(A) Berhenti memperluas lahan kebun di hutan G. Leuser[ ] Sangat mudah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Sangat sulit [ ] Tidak tahu/tidak yakin
(B) Mencoba teknik agroforestri di lahan kebun di luar hutan G. Leuser[ ] Sangat mudah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Sangat sulit [ ] Tidak tahu/tidak yakin
127
(C) Berpartisipasi dalam program reboisasi hutan G. Leuser[ ] Sangat mudah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Sangat sulit [ ] Tidak tahu/tidak yakin
(D) Ikut serta dalam patroli hutan untuk menjaga hutan G. Leuser[ ] Sangat mudah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Sangat sulit [ ] Tidak tahu/tidak yakin
(E) Berdiskusi untuk mencari cara menjaga hutan G. Leuser[ ] Sangat mudah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Sangat sulit [ ] Tidak tahu/tidak yakin
(F) Belajar cara baru untuk mengolah lahan kebun dengan teknik agroforestri[ ] Sangat mudah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Sangat sulit [ ] Tidak tahu/tidak yakin
Bagian 7 :Menetapkan Dasar Pertanyaan Mengenai Komunikasi Interpersonal dan Mengukurnya
(34) Dalam 6 bulan terakhir ini, kepada siapa Anda berbicara mengenai tumpang sari (agroforestri) ? (Jawaban boleh lebih dari SATU) [ ] Belum pernah berbicara kepada siapapun (Lanjut ke no. 36) [ ] Berbicara dengan suami/ istri [ ] Berbicara dengan mertua/ orang tua [ ] Berbicara dengan teman [ ] Berbicara dengan tokoh agama [ ] Berbicara dengan aparat desa
[ ] Berbicara kepada kelompok anggota kelompok tani [ ] berbicara kepada Anggota LPMD [ ] Lain-lain ________________
(35) Jika anda membicarakannya, dapatkah anda memberitahukan hal apa saja yang dibicarakan?________________
(36) Dalam 6 bulan terakhir, kepada siapa Anda berbicara mengenai pentingnya pelibatan masyarakat dalam pengaman dan pengawasan hutan leuser ? (Jawaban boleh lebih dari SATU)[ ] Belum pernah berbicara kepada siapapun (lanjut ke no. 38) [ ] Berbicara dengan suami/istri[ ] Berbicara dengan teman
[ ] berbicara kepada aparat desa [ ] Berbicara dengan tokoh agama [ ] Berbicara dengan tokoh adat [ ] Berbicara dengan anggota lembaga/KSM desa [ ] Lain-lain ________________
(37) Jika anda membicarakannya, dapatkah anda memberitahukan hal apa saja yang dibicarakan?
128
________________
(38) Dalam 6 bulan terakhir, kepada siapa Anda berbicara mengenai berhenti membuka kebun di dalam hutan Gunung Leuser ? (Jawaban boleh lebih dari SATU)[ ] Belum pernah berbicara kepada siapapun (lanjut ke no. 40) [ ] Berbicara kepada istri [ ] Berbicara kepada teman [ ] Berbicara kepada aparat desa [ ] Berbicara kepada tokoh agama [ ] Berbicara kepada tokoh adat [ ] Berbicara kepada anggota lembaga/KSM desa [ ] Lain-lain ________________
(39) Jika anda membicarakannya, dapatkah anda memberitahukan hal apa saja yang dibicarakan?________________
Bagian 8Menetapkan Dasar untuk Perubahan Sasaran Perilaku SMART dan Mengukurnya
(40) Pernahkah anda melihat pola kebun tumpang sari ?[ ] Ya (lanjut ke A-B) [ ] Tidak (langsung ke no. 41)
(A) Dimana anda melihat pola kebun dengan tumpang sari?________________
(B) Tanaman apa saja yang di tanaman pada kebun tumpang sari tersebut ?________________
(41) Dalam 6 bulan ke depan, jika ada program pengembangan sistem agroforestry dengan tumpang sari di lahan kebun di luar hutan G.Leuser, bersediakah Anda terlibat ?[ ] Ya (lanjut ke A) [ ] Tidak Yakin [ ] Tidak
(A) Jika Ya, anda akan mengambil peran apa ?[ ] Penggerak program [ ] Pencetus ide [ ] Peserta [ ] Donatur [ ] Lain-lain ________________
(42) Dalam 6 bulan ke depan, jika ada program pelatihan dan pelibatan masyarakat untuk mendukung pelestarian hutan G. Leuser, bersediakah anda terlibat ?
129
[ ] Ya (lanjut ke A) [ ] Tidak Yakin [ ] Tidak
(A) Jika Ya, anda akan mengambil peran apa ?[ ] Penggerak program [ ] Pencetus ide [ ] Peserta [ ] Donatur [ ] Lain-lain ________________
Bagian 9Memahami Rintangan Perubahan Perilaku dan Manfaatnya
(43) Sebutkan 2 hal menurut anda yang menjadi kendala untuk mengembangkan tumpang sari di lahan kebun di luar hutan G. Leuser ? (jika tidak tahu, tuliskan 'tidak tahu)________________
(44) Sebutkan 2 hal menurut anda yang menjadi kendala untuk menggerakkan dan melibatkan masyarakat untuk pelestarian hutan G. Leuser di daerah anda ? (jika tidak tahu, tuliskan 'tidak tahu')________________
(45) Jika ada orang yang membuka hutan untuk dijadikan lahan kebun/ladang, menurut anda apa alasan mereka ? (jawaban boleh lebih dari 1 pilihan)[ ] Sikap serakah [ ] Tidak punya lahan/ladang [ ] kekurangan lahan [ ] Sengaja merusak hutan [ ] Ingin mengambil kayu [ ] Ingin jual beli lahan [ ] Tidak tahu [ ] Lain-lain ________________
(46) Jika ada orang yang meilhat pembukaan kebun di dalam hutan dan orang itu membiarkannya saja, Menurut Anda apa alasannya? (jawan boleh lebih dari satu)[ ] Tidak tahu [ ] Malas [ ] Bukan Tugasnya [ ] Takut [ ] Malu [ ] Lain-lain ________________
(47) Manfaat apa yang dapat diperoleh dari menerapkan pola tumpang sari di lahan kebun di luar hutan G.Leuser? (paling banyak 2 manfaat; jika tidak tahu tuliskan 'tidak tahu')________________
(48) Manfaat apa yang kemungkinan bisa diperoleh jika orang-orang berhenti membuka lahan kebun di hutan G. Leuser? (paling banyak 2 manfaat; jika tidak tahu, tuliskan 'tidak tahu')
130
________________
Bagian 10 :Paparan Terhadap Aktivitas dan Pesan Kampanye
(49) Saya akan membacakan kepada Anda sejumlah cara /sarana/media yang mungkin pernah atau tidak pernah Anda lihat atau dengar mengenai Hutan Gunung Leuser. Untuk setiap media, harap beritahukan apakah Anda ingat pernah melihat atau mendengar sumber tersebut pada 6 bulan terakhir.
(A) Poster mengenai Agroforestry[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(B) Poster mengenai manfaat hutan Leuser[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(C) Program radio mengenai hutan Leuser[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(D) Program radio mengenai sistem agroforestry atau tumpangsari[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(E) Papan peraturan tentang hutan Leuser[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(F) Poster tentang Leuser sebagai warisan dunia[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(G) Penyuluhan dari petugas pemerintah mengenai tumpang sari (agroforestry)[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(H) Penyuluhan dari Petugas hutan G. Leuser tentang peraturan terkait hutan Leuser
131
[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(I) Kunjungan sekolah dari lembaga atau pemerintah[ ] Ya [ ] Tidak yakin [ ] Tidak
(50) Dari semua cara/media yang berbeda, dan menyampaikan pesan hutan Leuser, agroforestri (tumpang sari), peningkatan hasil kebun dalam luas lahan tetap. Mana yang paling jelas Anda ingat sampai sekarang pesan tersebut? (Pilih Satu Jawaban)[ ] Papan Reklame [ ] Poster [ ] Program radio [ ] Kalender [ ] Lagu konservasi [ ] Lembar dakwah [ ] Stiker [ ] Papan pengumuman desa [ ] Kegiatan penyuluhan [ ] Tidak ada yang diingat [ ] Lain-lain ________________
Terima kasih atas waktu yang telah diberikan dan kesediaan memberikan jawaban terhadap pertanyaan dalam kuesioner ini. Pendapat Anda sangat penting bagi kami dalam memahami kawasan Hutan G. Leuser dan masyarakatnya.
132
133