B. DAOP IV Semarang -...

105
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam Mengurangi Beban Jalan” Laporan Akhir V-88 B. DAOP IV Semarang 1. Prasarana Kereta Api Barang DAOP IV Semarang a. Jalan Rel Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP IV Semarang dimana masih terdapat tipe rel 32, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan barang melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya Pantura Jakarta Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta Surabaya telah mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing- masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.55. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP IV Semarang U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis i Km M M 2 Unit Panjang rel Operasi & Emplasemen KA DAOP IV 481,662 - Type rel R 25 30,137 Baik - Type rel R 33 76,583 Baik - Type rel R 41/42 147,99 Baik - Type rel R 50 - - - Type rel R 54 226,952 Baik Sumber : DAOP IV Semarang,2013. Pada DAOP IV Semarang masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42, dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari angkutan jalan sebesar 1.371.620 ton/tahun untuk Jakarta Jateng dan 2.129.016.037 ton/tahun untuk Jakarta Jatim sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan. Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang terdapat panjang rel keseluruhan 481,662 km, terdiri dari type R25 sepanjang 30,137 km, type R33 sepanjang 76,583 km, type R41/42 sepanjang 147,99 km, type R54 sepanjang 226,952 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel yang dominan di DAOP IV Semarang. Secara singkat jalur angkutan kereta api barang di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada gambar berikut

Transcript of B. DAOP IV Semarang -...

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-88

B. DAOP IV Semarang 1. Prasarana Kereta Api Barang DAOP IV Semarang

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP IV Semarang dimana masih terdapat

tipe rel 32, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan tipe R

54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan untuk

beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan barang

melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat secara bertahap

dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya

Pantura Jakarta – Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat

dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta – Surabaya telah mengalami

kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas

angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat

seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-

masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DAOP IV

Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.55. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis

i Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi &

Emplasemen KA DAOP IV 481,662

- Type rel R 25 30,137

Baik

- Type rel R 33 76,583

Baik

- Type rel R 41/42 147,99

Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 226,952 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang,2013.

Pada DAOP IV Semarang masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42,

dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan

gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal.

Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari

angkutan jalan sebesar 1.371.620 ton/tahun untuk Jakarta – Jateng dan

2.129.016.037 ton/tahun untuk Jakarta – Jatim sedangkan angkutan barang dan

penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R

33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang

ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan

dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat

digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel,

meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang terdapat panjang rel

keseluruhan 481,662 km, terdiri dari type R25 sepanjang 30,137 km, type R33

sepanjang 76,583 km, type R41/42 sepanjang 147,99 km, type R54 sepanjang

226,952 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel

yang dominan di DAOP IV Semarang. Secara singkat jalur angkutan kereta api

barang di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada gambar berikut

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-89

Gambar 5.60. Jaringan Material Rel di DAOP IV Semarang

Sumber : Survey DAOP IV Semarang, 2013

Secara rinci material Rel di DAOP IV Semarang terdiri dari tipe rel 54 , rel

41/42 dan rel 33 yang mempunyai panjang keseluruhan 481,662 km terdapat pada

tabel berikut.

Tabel 5.56. Kondisi dan tipe rel emplasemen Daop IV Semarang

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km)

A. Lintas Raya

Semarang – Poncol - Pekalongan R- 54 87,003 km

Pekalongan - Petarukan (Hulu) R -54 25,266 km

Pekalongan - Petarukan (Hilir) R -54 25,265 km

Petarukan – Larangan (Hulu) R -54 29,382 km

Petarukan – Larangan (Hilir) R -54 29,382 km

Larangan – Tegal (Hulu) R -54 5,518 km

Larangan – Tegal (Hilir) R -54 5,518 km

B 34 – Cirebon (Hulu) 2,630 km

B 34 – Cirebon (Hilir) 2,630 km

Semarang – Poncol – Semarang

Tawang

R -54

R-41/42

1,464 km

0,285 km

Semarang – Tawang - Brumbung R- 54

R- 41/42

0,095 km

13,768 km

Brumbung - Ngerombo R- 41/42

R- 33

36,687 km

9,850 km

Brumbung – Kd Jati R- 41/42

R- 33

21,038 km

0,818 km

Kd Jati - Gundih R- 41/42

R- 33

20,314 km

11,412 km

B 46 - Solo R- 41/42 2,343 km

Gundih - Gambringan R -41/42 9,300 km

Gambringan - Cepu R- 54

R-50

R 41/42

9,625 km

46,487 km

23,08 km

Cepu - Bojonegoro R - 33 37,220 km

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-90

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km)

Bojonegaro – B 48 R -41/42 0,905 km

Tegal - B 45 R- 54

R- 41/42

R- 33

0,600 km

0,750 km

1,150 km

B. Lintas Cabang Operasi

Yogyakarta - Ambaarawa R -25 9,541

Kd Jati - Ambarawa R -25 6,282

C. Data Material Jalan rel di

emplasemen stasiun

R -54

R -41/42

R- 33

R -25

2,574

18,591

16,133

14,314

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DAOP IV Semarang

mengakibatkan rendahnya kecepatan operasi kereta api.

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DAOP IV Semarang maka beberapa

strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana jaringan

kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario, dengan

melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe rel 25

sepanjang 30,137 km dan tipe rel 33 sepanjang 76,583 km sehingga total

keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi

pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta

api sepanjang 106,72 km.

Tabel 5.57. Usulan pergantian rel dengan skenario pada Daop IV Semarang No Pergantian tipe rel Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 30,137

2 Tipe R 33 76,583

3 Tipe R 41/42 147,99

Total 106,72 147,99

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DAOP IV Semarang

bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan

kondisi dilapangan di DAOP IV Semarang bantalan kayu terdapat sepanjang

8,745 km, bantalan besi sepanjang 93,443 km sedangkan beton 425,961 km.

Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan yang terbuat dari beton dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.58. Kondisi Bantalan pada Daop IV Semarang

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi 93,442 - Baik

- Kayu 8,507 - Baik

- Beton 425,961 - Baik

Sumber : Survey DAOP IV Semarang,2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-91

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DAOP IV Semarang

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.61. Jaringan Material Bantalan di Daop IV Semarang

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DAOP IV Semarang dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.59. Keberadaan Jenis bantalan pada DAOP IV Semarang

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang

bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

Semarang – Poncol - Pekalongan 0,118 87,826

Pekalongan - Petarukan (Hulu) 25,266

Pekalongan - Petarukan (Hilir) 25,266

Petarukan – Larangan (Hulu) 29,382

Petarukan – Larangan (Hilir) 29,382

Larangan – Tegal (Hulu) 5,518

Larangan – Tegal (Hilir) 5,518

B 34 – Cirebon (Hulu) 2,630

B 34 – Cirebon (Hilir) 2,630

Semarang – Poncol – Semarang

Tawang

0,120 1,749

Semarang – Tawang - Brumbung 0,120 13,743

Brumbung - Ngerombo 46,537

Brumbung – Kd Jati 8,513 13,343

Kd Jati - Gundih 29,604 2,122

B 46 - Solo 2,343

Gundih - Lamringan 0,200 9,100

Lamringan - Cepu 79,180

Cepu - Bojonegoro 37,220

Bojonegaro – B 48 0,905

Tegal - B 45 2.500

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-92

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang

bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

B. Lintas Cabang Operasi

Yogyakarta - Ambarawa 9,541

Kd Jati - Ambarawa 6,282

C. Data Material Jalan rel di

emplasemen stasiun

2,225 45,585 3,803

Total 8,745 93,443 425,961

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan

beton untuk DAOP IV Semarang adalah sepanjang 425,961 km, dengan jarak

antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk

keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT

KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 8,745 km dan bantalan besi

sepanjang 93,443 km

Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya pantura Jakarta –

Surabaya maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 8,745 km,

bantalan besi sepanjang 93,443 km menjadi bantalan beton. Hal ini

dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta api

barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan beban

jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu lagi

menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan pantura Jakarta –

Surabaya telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada

hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jakarta-Surabaya.

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.60. Kondisi Penambat pada lintasan DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 467,31 - Baik

- Penambat Kaku 65,07 - Baik

Sumber: DAOP IV Semarang tahun 2013

Pada DAOP IV Semarang dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu :

Penambat elastik terdapat 467,31 km sedangkan penambat kaku mencapai 65,07

km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang

baik.

Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat

dilihat pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-93

Gambar 5.62. Jaringan Material Penambat di Daop IV Semarang

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DAOP IV

Semarang serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan

sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang

sekarang ini di DAOP IV Semarang sudah menggunakan penambat elastik.

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura

(Jakarta - Surabaya) dimana sekarang ini sudah melampaui batas yang telah

ditentukan maka diperlukan pemberdayaan angkutan barang kereta api. Tetapi

untuk menjamin ketahanan penambat diperlukan strategi pergantian dari

penambat kaku menjadi penambat elastik. Hal ini sangat diutamakan mengingat

beberapa teori dan prospektif angkutan barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 65,07 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya

akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat

tersebut di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.61. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada Daop IV

Semarang

No Lintasan

Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

1 DAOP IV

Semarang 65,07 Elastik

Ganda

- Tidak mampu

lagi

menambatkan

rel pada

bantalan

sedemikian

rupa sehingga

kedudukan rel

tetap tegak

dan tidak

bergeser

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-94

No Lintasan

Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

2 65,07 - - Tidak boleh

dipakai untuk

semua kelas

jalan rel

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat

dibeberapa lintas Jogja-Ambarawa sepanjang 9,54, kd jati ambarawa sepanjang

6,28 km. Perbedaan jenis penambat ini praktis telah berpengaruh pada

kecepatan kereta api. Dengan penggantian penambat kaku menjadi penambat

elastik dampak positifnya telah mampu digunakan pada semua kelas jalan rel,

kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak pemeliharaannya juga menjadi

ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya

lateral akibat pergerakan dinamis roda yang bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan

penambat elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah

mampu meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap

bantalan. Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit

(clamping force ) yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan

rangkak (Creep Resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat

elastik ganda adalah agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan

barang kereta api. Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda

sangat relevan terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari

beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DAOP III Cirebon

untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8

m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.62. Kondisi rata-rata tanah untuk tumpuan rel

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk

tumpuan di sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-95

dan kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan

pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DAOP IV Semarang kondisi

jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.63. Kondisi jembatan pada DAOP IV Semarang

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 5,79 416 Baik

- Jembatan beton 0,96 25 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada Daop IV Semarang memiliki jembatan

besi atau baja sepanjang 5,79 km, sementara jembatan beton terdapat 0,96 km

dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas operasi

kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan

mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi konstruksi

beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai dengan

skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura Jakarta –

Surabaya ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang

dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban

yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang

memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan

kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari baja/

besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian pergantian

konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan kemampuan rel

tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat yang terbuat dari

elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan pantura Jakarta-

Surabaya melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada kemacetan

dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan pantura

memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi jalan

menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DAOP IV Semarang Gorong-gorong beton terdapat

1.007 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari beton dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.64. Kondisi gorong-gorong pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 1.007 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-96

Gorong-gorong yang ada di DAOP IV Semarang masih perlu dipertahankan

mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang

relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki

daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton

sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan

yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang dari jalan Pantura Jakarta – Surabaya akan

dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DAOP IV Semarang tidak terdapat terowongan, sehingga

tidak adanya perbaikan terowongan yang berkaitan dengan pengalihan angkutan

barang melalui jalan keangkutan kereta api, sehingga biaya pemeliharaan

terowongan dapat dialihkan ke pos-pos pengeluaran pembiayaan operasional

yang produktif.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang terdapat

perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan

tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.65. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang manual

- Jumlah 95

-

Lebat rata

rata

-

Dengan

pintu

pengaman Besi/ Kayu

Sumber :DAOP IV Semarang

Perlintasan sebidang manual 224 buah dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan

pintu pengaman besi atau kayu.

Tabel 5.66. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

otomatis

- Jumlah 717

-

Lebat rata

rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : DAOP IV Semarang

Perlintasan sebidang pada DAOP IV Semarang lebih banyak perlintasan

sebidang manual sejumlah 95 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-97

pintu pengaman besi/kayu, umumnya perlintasan di DAOP IV Semarang sudah

menggunakan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 717 unit. Perlintasan

sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang otomatis dengan

menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang terdapat daerah

pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga pandangan. Jarak

pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi minimal 150 m.

Di DAOP IV Semarang terdapat perlintasan sebidang otomatis 717 unit dengan

pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual masih

terdapat sebanyak 95 unit dengan pintu pengaman besi/kayu. Kondisi semacam

ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan yang

sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki muatan

relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk

mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar

maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 95 diganti menjadi

persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual

masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/besi sebagai pintu

pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DAOP IV Semarang terdapat lima

puluh (50) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Semarang

Tawang, Semarang Poncol, stasiun Tegal, strasiun Pekalongan, stasiun cepu,

stasiun Bojonegoro adalah termasuk stasiun kelas besar. Kelima puluh (50)

stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun

secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik.

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah

spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun

akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Semarang

Tawang, selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun

tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Semarang Poncol

terdapat sembilan (9) spoor. Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang

melalui angkutan kereta api sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor

sebanyak enam (6). Jumlah spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan

akan mampu menjamin arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang,

Sementara distasiun antara hanya sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang

dan bongkar muat barang. Karena itulah jumlah spoor sebanyak enam (6) sudah

memadai. Sekarang ini dibeberapa stasiun antara sudah ada memiliki tujuh belas

(7) spoor yaitu distasiun antara Pekalongan, Tegal sepuluh (10) spoor, Cepu

delapan (8) spoor. Tetapi diantara lima puluh (50) stasiun pada DAOP IV

Semarang kebanyakan stasiun hanya mempunyai enam (6) spoor kebawah

Sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah

menjadi (6) spoor. Untuk lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah

DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-98

AKSES MASUK

JE

NIS

PE

RS

INY

AL

ANJML PERON

JM

L S

PO

OR

KONDISI PRASARANA DI LINTASAN PADA DAOP IV ( SEMARANG )

NO STASIUN

SIN

GK

AT

AN

SP

OO

R

LETAK K

M

LBR PJG ADA

TD

K A

DA

SD

G

DIB

AN

GU

N

KO

ND

ISI

Lintas Smc-Cn

1 Semarangponcol Smc - 9 439 Ada Baik SE

2 Jerakah Jrk 5,902' 2 308 Ada Baik SE

3 Mangkang Mkg 9,404 3 209 Ada Baik SE

4 Kaliwungu Kln 18,189 3 214 Ada Baik SE

5 Kalibodri Kbd 30,191 4 406 Ada Baik SE

6 Weleri Wlr 39,065' 4 Ada Baik se

7 Krengseng Kns 44,396' 2 Ada Baik se

8 Plabuhan Plb 54,003 2 406 Ada Baik SE

9 Kuripan Krp 61,333' 2 321 Ada Baik SE

10 Ujungnegoro Ujn 73,591 2 250 Ada Baik SE

11 Batang Btg 80,103' 3 352 Ada Baik SE

12 Pekalongan Pk 87,944 17 334 Ada Baik SE

13 Sragi Sri 99,202 1 336 Ada Baik SE

14 Comal Co 103,500' 3 301 Ada Baik SE

15 Petarukan Pta 113,21 2 562 Ada Baik SE

16 Pemalang Pml 120,087 4 305 Ada Baik SE

17 Surodadi Sd 132,522 2 417 Ada Baik SE

18 Larangan Lr 142,592 2 417 Ada Baik SE

19 Tegal Tg 148,11 10 638 Ada Baik SE

Lintas SMC - GBN

20 Semaranggudang Smg 1,32 638 Ada Baik SE

21 Semarangtawang Smt 1,749 5 339 Ada Baik SE

22 Alastuwa Ata 7,113 2 399 Ada Baik SE

23 Brumbung Bbg 13,963 5 333 Ada Baik SE

24 Tegowanu Tgw 23,39 1 312 Ada Baik SE

25 Gubug Gub 30,936 2 382 Ada Baik SE

26 Karangjati Kgt 44,022 2 328 Ada Baik SE

27 Sedadi Sdi 52,816 2 350 Ada Baik SE

28 Ngrombo Nbo 58,6 2 377 Ada Baik SE

29 Gambringan Gbn 60,309 4 328 Ada Baik SE

Lintas Gd-Sbi

30 Jambon Jbn 21,007 1 296 Ada Baik SE

31 Panunggalan Pnl 26,788 2 428 Ada Baik SE

32 Kradenan Knn 36,33 3 330 Ada Baik SE

33 Sulur Sl 45,523 2 336 Ada Baik SE

34 Doplang Dpl 52,926 2 412 Ada Baik SE

35 Randublatung Rbg 65,475 4 439 Ada Baik SE

36 Wadu Wdu 76,939' 2 308 Ada Baik SE

37 Kapuan Kpa 83,187 1 209 Ada Baik SE

38 Cepu Cu 88,713 8 214 Ada Baik SE

39 Tobo Tbo 96,629 2 406 Ada Baik SE

40 Kalitidu Kit 110,,310 2

41 Bojonegoro Bj 124,771 6

Lintas Bbg-Slo

42 Tanggung Tgg 24,695

43 Kedungjati Kej 34,131 6 321 Ada Baik Sm

44 Padas Pds 38,612

45 Telawa Tw 47,717 1 352 Ada Baik Sm

46 Karangsono Kso 56,169 2 334 Ada Baik Sm

47 Gundih Gd 65,857 6 336 Ada Baik Sm

48 Bedono Bdn 74,33

49 Ambarawa Abr 83,441 2 562 Ada Baik Sm

50 Tuntang Ttg -

Sp

or

Ga

nd

aS

p G

an

da

AKSES MASUK

JE

NIS

PE

RS

INY

AL

AN

Sp

or

tun

gg

al

Sp

Ga

nd

aS

po

r G

an

da

JML PERON

JM

L S

PO

OR

NO STASIUN

SIN

GK

AT

AN

SP

OO

R

LETAK K

M

Tabel 5.67.

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DAOP IV Semarang untuk lintas

Semarang - Cirebon dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-99

Tabel 5.68. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Semarang poncol -

Cirebon DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

( meter )

Spoor Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Semarangponcol Smc - 439 Ganda 9 Baik

2 Jerakah Jrk 5,902' 308 Ganda 2 Baik

3 Mangkang Mkg 9,404 209 Ganda 3 Baik

4 Kaliwungu Kln 18,189 214 Ganda 3 Baik

5 Kalibodri Kbd 30,191 406 Ganda 4 Baik

6 Weleri Wlr 39,065' - - 4 Baik

7 Krengseng Kns 44,396' - - 2 Baik

8 Plabuhan Plb 54,003 406 Ganda 2 Baik

9 Kuripan Krp 61,333' 321 Ganda 2 Baik

10 Ujungnegoro Ujn 73,591 250 Ganda 2 Baik

11 Batang Btg 80,103' 352 Ganda 3 Baik

12 Pekalongan Pk 87,944 334 Ganda 17 Baik

13 Sragi Sri 99,202 336 Ganda 1 Baik

14 Comal Co 103,500' 301 Ganda 3 Baik

15 Petarukan Pta 113,21 562 Ganda 2 Baik

16 Pemalang Pml 120,087 305 Ganda 4 Baik

17 Surodadi Sd 132,522 417 Ganda 2 Baik

18 Larangan Lr 142,592 417 Ganda 2 Baik

19 Tegal Tg 148,11 638 Ganda 10 Baik

Sumber : DAOP IV SemarangTahun 2013

Sementara kondisi emplasemen/peron dari Semarang gudang – Gambiran dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.69. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Semarang gudang -

Gambringan DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron (

meter )

Spoor

Jenis Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Semaranggudang Smg 1,32 638 Tunggal - Sinyal

Elektrik Baik

2 Semarangtawang Smt 1,749 339 Tunggal 5 Sinyal

Elektrik Baik

3 Alastuwa Ata 7,113 399 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

4 Brumbung Bbg 13,963 333 Tunggal 5 Sinyal

Elektrik Baik

5 Tegowanu Tgw 23,39 312 Tunggal 1 Sinyal

Elektrik Baik

6 Gubug Gub 30,936 382 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

7 Karangjati Kgt 44,022 328 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

8 Sedadi Sdi 52,816 350 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

9 Ngrombo Nbo 58,6 377 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

10 Gambringan Gbn 60,309 328 Tunggal 4 Sinyal

Elektrik Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

Selain empalesemen / peron lintas Semarang poncol - Cirebon dan lintas

Semarang gudang - Gambringan masih ada lintas yang berada di DAOP IV

semarang yaitu empalesemen / peron pada lintas Gundih – Surabaya Pasarturi

dan lintas Brumbung – Solo, kondisi ke dua emplasemen tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-100

Tabel 5.70. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Gundih – Surabaya

pasarturi DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor

Jenis Sinyal

Kondis

i Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Jambon Jbn 21,007 296 Ganda 1 Sinyal Elektrik Baik

2 Panunggalan Pnl 26,788 428 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik

3 Kradenan Knn 36,33 330 Ganda 3 Sinyal Elektrik Baik

4 Sulur Sl 45,523 336 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik

5 Doplang Dpl 52,926 412 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik

6 Randublatung Rbg 65,475 439 Ganda 4 Sinyal Elektrik Baik

7 Wadu Wdu 76,939' 308 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik

8 Kapuan Kpa 83,187 209 Ganda 1 Sinyal Elektrik Baik

9 Cepu Cu 88,713

Ganda 8 Sinyal Elektrik Baik

10 Tobo Tbo 96,629 406 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik

11 Kalitidu Kit 110,,31

0 - Ganda 2 - -

12 Bojonegoro Bj 124,771 - Ganda 6 - -

Sumber : DAOP IV Semarang

Sedangkan untuk kondisi empalesemen / peron dari lintas Brumbung – Solo

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.71. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Brumbung – Solo

DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

( meter )

Spoor

Jenis Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Tanggung Tgg 24,695 - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

2 Kedungjati Kej 34,131 321 Ganda 6 Sinyal Mekanik Baik

3 Padas Pds 38,612 - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

4 Telawa Tw 47,717 352 Ganda 1 Sinyal Mekanik Baik

5 Karangsono Kso 56,169 334 Ganda 2 Sinyal Mekanik Baik

6 Gundih Gd 65,857 336 Ganda 6 Sinyal Mekanik Baik

7 Bedono Bdn 74,33 - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

8 Ambarawa Abr 83,441 562 Ganda 2 Sinyal Mekanik Baik

9 Tuntang Ttg - - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan

beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin

arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.

Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Semarang poncol – Cirebon peron

yang paling panjang berada pada stasiun Tegal sepanjang 638 m, pada lintas

Semarang Poncol – Gambringan peron yang paling panjang berada pada stasiun

Semarang gudang sepanjang 638 m. Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan

barang dari Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya panjang peron diusulkan

minimal sama dengan stasiun Semarang gudang dan stasiun Tegal yaitu masing-

masing sepanjang 638 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-masing

stasiun memiliki panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-masing

stasiun yang berada dibawah 638 m dapat dilihat pada tabel sebelumnya.

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 209 m

(stasiun Mangkang) – 562 m (stasiun Petarukan dan stasiun ambarawai). Untuk

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-101

menjamin kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor

ditetapkan masing-masing sepanjang 638 m, sehingga dengan demikian dalam

waktu yang bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat

bongkar barang.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DAOP IV Semarang, saat ini rumah sinyal Elektrik ada pada stasiun

Semarang poncol, semarang tawang, Pekalongan dan tegal masing-masing

mempunyai 1 (satu) rumah sinyal elektrik. Untuk rumah sinyal mekanik ada

pada stasiun gambringan, Cepu, Bojonegoro, Brumbung, Gundi masing-masing

mempunyai 1 rumah sinyal, dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun,

oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api), dan lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.72. Jumlah rumah sinyal pada DAOP IV Semarang No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah

Sinyal

Jenis rumah

sinyal

Kondisi

1 Stasiun Semarang Poncol 1 Elektrik Baik

2 Stasiun Semarang Tawang 1 Elektrik Baik

3 Stasiun Pekalongan 1 Elektrik Baik

4 Stasiun Tegal 1 Elektrik Baik

5 Stasiun Gambringan 1 Mekanik Baik

6 Satasiun Gambringan 1 Mekanik Baik

7 Satasiun Cepu 1 Mekanik Baik

8 Stasiun Brumbung 1 Mekanik Baik

9 Stasiun Gundih 1 Mekanik Baik

Sumber : DAOP IV Semarang,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,

sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta -

Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka rumah sinyal tetap

dipertahankan pada stasiun besar namun perangkatnya yang ada pada setiap

stasiun antara seharusnya sudah elektrik.

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya)

sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan

genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu

listrik juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana

sewaktu-waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara

otomatis genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk

menjamin kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DAOP IV Semarang bahwa hampir semua

stasiun sudah terlayani dengan persinyalan elektrik, namun pada lintas

Brumbung – Solo masih menggunakan sinyal mekanik, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-102

Tabel 5.73. Kondisi Persinyalan pada DAOP IV Semarang No Nama Stasiun Singkatan

Jenis Sinyal

Kondisi

Lintas Smc-Cn

1 Semarangponcol Smc SE Baik

2 Jerakah Jrk SE Baik

3 Mangkang Mkg SE Baik

4 Kaliwungu Kln SE Baik

5 Kalibodri Kbd SE Baik

6 Weleri Wlr SE Baik

7 Krengseng Kns SE Baik

8 Plabuhan Plb SE Baik

9 Kuripan Krp SE Baik

10 Ujungnegoro Ujn SE Baik

11 Batang Btg SE Baik

12 Pekalongan Pk SE Baik

13 Sragi Sri SE Baik

14 Comal Co SE Baik

15 Petarukan Pta SE Baik

16 Pemalang Pml SE Baik

17 Surodadi Sd SE Baik

18 Larangan Lr SE Baik

19 Tegal Tg SE Baik

Lintas SMC - GBN

20 Semaranggudang Smg SE Baik

21 Semarangtawang Smt SE Baik

22 Alastuwa Ata SE Baik

23 Brumbung Bbg SE Baik

24 Tegowanu Tgw SE Baik

25 Gubug Gub SE Baik

26 Karangjati Kgt SE Baik

27 Sedadi Sdi SE Baik

28 Ngrombo Nbo SE Baik

29 Gambringan Gbn SE Baik

Lintas Gd-Sbi

30 Jambon Jbn SE Baik

31 Panunggalan Pnl SE Baik

32 Kradenan Knn SE Baik

33 Sulur Sl SE Baik

34 Doplang Dpl SE Baik

35 Randublatung Rbg SE Baik

36 Wadu Wdu SE Baik

37 Kapuan Kpa SE Baik

38 Cepu Cu SE Baik

39 Tobo Tbo SE Baik

40 Kalitidu Kit

41 Bojonegoro Bj

Lintas Bbg-Slo

42 Tanggung Tgg SM Baik

43 Kedungjati Kej SM Baik

44 Padas Pds SM Baik

45 Telawa Tw SM Baik

46 Karangsono Kso SM Baik

47 Gundih Gd SM Baik

48 Bedono Bdn SM Baik

49 Ambarawa Abr SM Baik

50 Tuntang Ttg SM Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-103

Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DAOP IV semarang tidak terkecuali

untuk lintas Bbg – Slo yang harus dielektrifikasi, diharapkan mampu

menunjang perjalanan kereta api barang sesuai dengan GAPEKA, dilain pihak

perlu adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT KAI agar kinerja sinyal

tetap handal dan memenuhi persyaratan yang telah diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang jumlah wesel yang terdapat

pada jenis rel R 54 sebanyak 92 unit, R 50 sebanyak 42 unit, R 41/42 sebanyak

138 unit, R 33 sebanyak 38 unit, dan R 25, sebanyak 78 unit, dari keseluruhan

jumlah wesel yang ada di DAOP IV Semarang masih dapat beroperasi dan

berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.74. Jumlah dan kondisi wesel di DAOP IV Semarang

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Semarangponcol 10 1 29 5 21 66

2 Jarakah 3 - - - - 3

3 Mangkang 5 - - - - 5

4 Kaliwungu 4 - - 1 - 5

5 Kalibodri 4 - 2 2 - 8

6 Waleri 4 - 3 1 - 8

7 Krengseng 2 - 1 - - 3

8 Plabuhan 2 - 1 - - 3

9 Kuripan 4 - - - - 4

10 Ujungnegoro 2 - 1 - - 3

11 Batang 2 - 1 1 1 5

12 Pekalongan 4 - 5 5 7 21

13 Sragi 3 - - - - 3

14 Comal 5 - 2 - 2 9

15 Petakuran 3 - - - - 3

16 Pemalang 4 - 1 2 3 10

17 Surodadi 4 - - - - 4

18 Larangan 4 - - 1 - 5

19 Tegal 4 2 8 1 5 20

20 Semaranggudang - - - - - -

21 Semarangtawang - - 17 - - 17

22 Alastua 2 - 4 - - 6

23 Brumbung 4 - 2 5 - 11

24 Tegowanu 2 - - - - 2

25 Gubug 3 - - 1 - 4

26 Karangjati 2 - 1 - - 3

27 Sedadi 2 - - - - 2

28 Ngormbo - - 7 1 - 8

29 Gambringan - - 11 1 1 13

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-104

Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe

Rel 54. Hal ini adalah seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54.

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang terdapat beberapa jenis alat

telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.75. Kondisi telekomunikasi DAOP IV Semarang No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

Semarang-

Tegal

Semarang-

Bojonegoro

Brombong

-Gundik

Gundik-

Gambri-

ngan

A JARINGAN RADIO

1 Jaringan Radio 3 10 1 - 14

JUMLAH A 3 10 1 - 14

B JARINGAN

TRAINDISPATCHING

1 Radio Lokomotif - 31 - - 31

2 Way Station 20 25 7 - 52

3 Base Station 3 5 - - 8

4 Console PK - 3 - - 3

5 Pesawat URS - - - - -

JUMLAH B 23 64 7 94

C PERANGKAT

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

30 Jambon - - 3 - - 3

31 Panunggalan - 1 3 - - 4

32 Kradenan - - - - - -

33 Sulur - 4 - - - 4

34 Doplang - 4 - - - 4

35 Randublatung - 3 5 - - 8

36 Wadu - 3 - - - 3

37 Kapuan 2 - 1 - - 3

38 Cepu 2 10 4 - 23 39

39 Tobo - 4 - - - 4

40 Kalitidu - 4 - - - 4

41 Bojonegoro - 6 8 1 4 19

42 Tanggung - - - - - -

43 Kedungjati - - 2 - - 2

44 Padas - - 1 1 - 2

45 Telawa - - 5 - - 5

46 Karangsono - - - 5 - 5

47 Gundih - - 10 4 - 14

48 Bendono - - - - 4 4

49 Ambarawa - - - - 3 3

50 Tuntang - - - - 4 4

JUMLAH 92 42 138 38 78 388

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-105

No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

Semarang-

Tegal

Semarang-

Bojonegoro

Brombong

-Gundik

Gundik-

Gambri-

ngan

TELKOM

1 Telepon T 22 29 11 - 62

2 Telepon LB 17 22 4 - 43

3 Telepon CB/TOKA 114 241 4 - 359

4 Faximilie 7 3 - - 10

5 Sentra TOKA 2 4 - - 6

6 Sentra Teleks - 1 - - 1

7 PRT( Voice recorder) - 2 5 - 7

8 Genta Penjaga/Gentanik 28 7 - 1 36

9 Genta Peron 13 8 - 1 22

10 Teleks 2 5 - - 7

11 Repearter Oscar Romeo - 4 - - 4

12 Compoter Ticketing 3 3 - - 6

13 Sound System di Stasiun 18 23 6 -- 47

14 Lemari Kabel 42 45 12 - 99

15 Mini PABX/Kay Telepon 18 1 - - 19

16 Cabang Key Telepon 45 8 - - 53

17 Pesawat Rig 14 8 5 - 27

18 Pesawat HT - 2 1 - 3

19 Pesawat Aiphone - 8 - - 8

20 Sentral Talk Back 2 1 - - 3

21 Cabang Talk Back 6 27 - - 33

22 Jam Listrik 1 1 3 - 5

23 Anak Jam Listrik 1 1 3 - 5

24 Kabel Data 18 - - - 18

25 Saluran Telepon TOKA 1 1 - - 2

26 Saluran Telepon T/Toka 16 19 7 - 42

JUMLAH C 390 474 61 2 927

JUMLAH TOTAL 416 548 69 2 1.035

Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari

a) Jaringan radio, b) Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus

dilengkapi pada setiap stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan

karena fungsi telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya

memiliki peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DAOP IV Semarang, kondisi pada setiap akses jalan dalam

keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.76. Kondisi akses jalan stasiun DAOP IV Semarang No Nama Stasiun Singkatan

Kondisi Akses

Lintas Smc-Cn

1 Semarangponcol Smc Baik

2 Jerakah Jrk Baik

3 Mangkang Mkg Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-106

No Nama Stasiun Singkatan

Kondisi Akses

4 Kaliwungu Kln Baik

5 Kalibodri Kbd Baik

6 Weleri Wlr Baik

7 Krengseng Kns Baik

8 Plabuhan Plb Baik

9 Kuripan Krp Baik

10 Ujungnegoro Ujn Baik

11 Batang Btg Baik

12 Pekalongan Pk Baik

13 Sragi Sri Baik

14 Comal Co Baik

15 Petarukan Pta Baik

16 Pemalang Pml Baik

17 Surodadi Sd Baik

18 Larangan Lr Baik

19 Tegal Tg Baik

Lintas SMC - GBN

20 Semaranggudang Smg Baik

21 Semarangtawang Smt Baik

22 Alastuwa Ata Baik

23 Brumbung Bbg Baik

24 Tegowanu Tgw Baik

25 Gubug Gub Baik

26 Karangjati Kgt Baik

27 Sedadi Sdi Baik

28 Ngrombo Nbo Baik

29 Gambringan Gbn Baik

Lintas Gd-Sbi

30 Jambon Jbn Baik

31 Panunggalan Pnl Baik

32 Kradenan Knn Baik

33 Sulur Sl Baik

34 Doplang Dpl Baik

35 Randublatung Rbg Baik

36 Wadu Wdu Baik

37 Kapuan Kpa Baik

38 Cepu Cu Baik

39 Tobo Tbo Baik

40 Kalitidu Kit

41 Bojonegoro Bj

Lintas Bbg-Slo

42 Tanggung Tgg Baik

43 Kedungjati Kej Baik

44 Padas Pds Baik

45 Telawa Tw Baik

46 Karangsono Kso Baik

47 Gundih Gd Baik

48 Bedono Bdn Baik

49 Ambarawa Abr Baik

50 Tuntang Ttg Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-107

distasiun-stasiun antara dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi

angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DAOP IV

Semarang gudang yang terdapat di stasiun Brumbung daya tampung 180

ton/m2, stasiun Pekalongan 480 ton/m2, stasiun Tegal 600 ton/m2, stasiun

Bojonegoro 600 ton/m2dan stasiun Cepu 600 ton/m2, Kelima gudang tersebut

dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan

gambar berikut

Tabel 5.77. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DAOP IV Semarang No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Stasiun Brumbung 180 Baik

2 Stasiun Pekalongan 480 Baik

3 Stasiun Tegal 600 Baik

4 Stasiun Bojonegoro 600 Baik

5 Stasiun Cepu 600 Baik

Sumber: DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan

kapasitasnya untuk menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk

mendayagunakan gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan,

penambaahan luas gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan

teknis gudang, tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup

lebar dengan menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton.

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DAOP IV Semarang hampir semua stasiun tidak adanya lapangan penumpukan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka, lapangan penumpukan perlu di buat yaitu dengan

dengan penambahan luas lahan karena yang dikhawatirkan jika volume

pengiriman barang meningkat dan tidak adanya lapanganan penumpukan akan

mengganggu kelancaran kendaraan pengangkut barang, selain itu kondisi

lapangan penumpukan sebaiknya berlantai beton, mudah dipantau, ada fasilitas

pelindung dan lampu penerangan yang cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi

oleh dinding.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-108

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DAOP IV Semarang terdapat di lima (5) stasiun, yaitu : stasiun Brumbung,

stasiun Pekalongan, stasiun Tegal, stasiun Bojonegoro dan stasiun Cepu. Proses

pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari kereta api menggunakan

forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat

tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut ini.

Tabel 5.78. Tempat bongkar barang pada DAOP V Semarang. No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Stasiun Brumbung 480 Baik

2 Stasiun Pekalongan 480 Baik

3 Stasiun Tegal 600 Baik

4 Stasiun Bojonegoro 600 Baik

5 Stasiun Cepu 600 Baik

Sumber : DAOP V Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu

ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan

akses dengan ukuran dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada

fasilitas untuk kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara

pengawas dan tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang

telah diuraikan untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan

dan pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan

harapan bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DAOP IV Semarang kegiatan langsir menggunakan

lokomotif khusus dan tidak menggunakan lokomotif dinas, dan hal ini

seyogyanya diterapkan pada DAOP-DAOP lain yang belum mempunyai

lokomotif khusus.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk

menampung 20 unit gerbong dan 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada

penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah

spoor sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DAOP V, untuk stasiun Pekalongan menampung kendaraan jenis truk satu

sumbu sebanyak 15 truk, pada stasiun Semarang Poncol tempat parkir

kendaraan angkutan barang mempunyai daya tampung kendaraan jenis truk

lebih kurang 10 truk, untuk kondisi tempat parkiran kendaraan pada stasiun

Pekalongan dalam keadaan layak, sedangkan tempat parkir untuk di stasiun

Semarang poncol kondisinya juga layak. Secara singkat dapat dilihat pada tabel

berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-109

Tabel 5.79. Kondisi lapangan parkir pada DAOP IV Semarang

No Lokasi

Kapasitas

Truk

(Unit)

Kondisi

1 Stasiun Pekalongan 17 Layak

2 Stasiun Semarang Poncol 10 Layak

Sumber : DAOP IV (Semarang)

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan

kendaraan diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi

menyerong, apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi,

maka diupayakan penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan

persyaratan lapangan parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada

DAOP IV Semarang tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat

crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang

disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka keberadaan crane untuk proses bongkar muat barang

sebaiknya difasilitasi distasiun-stasiun yang potensi untuk bongkar muat barang

mengingat banyak jenis barang berat yang tidak bisa ditangani oleh kemampuan

tenaga manusia atau tidak bisa ditangani oleh alat bongkar muat lain yang

memiliki kapasitas angkat di bawah kemampuan.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DAOP IV Semarang pada semua stasiun tidak

tersedianya jembatan timbang barang yang digunakan untuk kereta api barang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu adanya timbangan barang distasiun yang

berpotensi pada DAOP V Semarang serta dengan meningkatkan kapasitas

timbangan barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai bukti

hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DAOP IV

Semarang, petugas keamanan pada stasiun Pekalongan berjumlah 16 orang,

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-110

stasiun Tegal berjumlah 18, stasiun Semarang Poncol 38 orang , stasiun

Semarang Tawang sebanyak 34 orang dengan latar belakangan pendidikan

bermacam-macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri,

untuk waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan

malam hari, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.80. Jumlah personil keamanan di DAOP IV Semarang No Lokasi Jumlah (orang)

1 Stasiun Pekalongan 16

2 Stasiun Tegal 18

3 Stasiun Semarang Poncol 38

4 Stasiun Semarang

Tawang

34

Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan

kegiatan pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus

meningkat yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta

api barang.

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV semarang perjalanan kereta

api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api

harus dibuat lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam

rangka keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DAOP IV Semarang, bahwa di DAOP ini ada

tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya dikhususkan untuk

kepentingan dinas (jenis batu split/kricak) namun untuk pelayanan umum tidak

disediakan, pada DAOP IV Semarang umumnya terdapat jenis gerbong jenis

YYW dan KKBW yang fungsinya sebagai pengangkut batu bara dan kricak.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka harus diupayakan juga pelayanan angkutan barang jenis

split/kricak yang melayani untuk umum tidak hanya untuk kepentingan dinas.

Selain itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah, batu bara dan

jenis barang lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk

meminimalisis kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang schowin terdapat pada stasiun-

stasiun tertentu seperti, stasiun Tegal, Stasiun Semarang Poncol, dan stasiun

Semarang Tawang. Untuk menjalankan tugasnya Showing ini diberdayagunakan

dengan tiga (3) jadwal/shiff pada pagi hari dan sore hari dan malam hari yang

masing-masing terdiri 3 s/d 4 orang, Berkaitan dengan peningkatan angkutan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-111

barang kereta api akibat pengalihan angkutan barang melalui jalan ke angkutan

barang kereta api, maka kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik

mengenai ketelitian hasil pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi

maupun frekuensi pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan.

Ketelitian hasil pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana

kereta api yang siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif

kerja supaya tetap ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu

penambahan personil schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api

barang jika terjadi kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DAOP IV Semarang tidak ditemukan pemakai conveyor

dalam proses bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api, maka bagi stasiun yang

kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses pemindahan dari

gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya menggunakan conveyor

bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak sebaiknya menggunakan

belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan setidaknya dapat

meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan beban kerja tenaga

manusia.

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang tidak

ditemukannya forklift karena karena mayoritas bongkaran barang berupa jenis

paket yang masih bisa ditangani oleh tenaga manusia.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu disediakan forklift dan pendayagunaan forklift

sebaiknya dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu melakukan

pemeliharaan secara rutin agar agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga

khususnya pada DAOP IV semarang untuk stasiun-stasiun yang belum

memiliki alat bongkar sejenis forklift sebaiknya di lengkapi untuk menunjang

proses bongkar muat pada kereta api barang.

dd. Crew

Berdasarkan data survey di DAOP IV Semarang jumlah masinis sebanyak 23

orang, kondektur 20 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 30 orang.

Tabel 5.81. Jumlah Crew pada DAOP IV Semarang No Nama DAOP Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 DAOP IV

Semarang

23 20 30

Sumber: DAOP IV Semarang, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang , maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata

lain jika terjadi kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew

tentunya yang memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-112

kecakapan crew yang dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang

diperoleh setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan

agar kinerja kereta api barang meningkat.

2. Sarana Perkeretaapian barang DAOP IV Semarang

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Daop IV Semarang, lokomotif diesel

elektrik ( CC CC 201 berjumlah 7, CC 203 berjumlah 3, CC 204 berjumlah 1,

BB 300 berjumlah 3 ) dan lokomotif hidrolik ( BB 304 berjumlah 1 dan D 301

berjumlah 5) yang terdapat pada emplasemen stasiun semua kondisi lokomotif

tersebut dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar

berikut.

Tabel 5.82. Kondisi Lokomotif di DAOP IV Semarang No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo Semarang

Poncol

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel Hidrolik

Diesel Hidrolik

CC201

CC203

CC204

BB 300

BB 304

D301

7

3

1

3

1

5

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Sumber : Hasil Survey DAOP IV Semarang, 2013

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DAOP IV Semarang

khususnya tipe CC201 dan CC203 yang mempunyai daya tarik sebesar 1950 HP

untuk CC201 dan 2150 HP untuk CC203 diharapkan mampu dioperasikan untuk

menarik beban barang yang mencapai rata-rata 1200 ton dengan dengan 20

rangkaian gerbong barang dengan kecepatan yang mengacu sesuai dengan

GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta api barang maksimum 70

km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan

terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan penggantian

prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan jenis elastik

dan bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi terdapat gerbong terbuka pada stasiun

Pekalongan DAOP IV Semarang berjumlah 17 jenis KKBW/30 ton, pada stasiun

Poncol Semarang untuk gerbong curah jenis KKBW/30 ton untuk curah batu

bara berjumlah 1, KKBW/25 ton berjumlah 16 dan jenis YYW/30 ton untuk

curah kricak berjumlah 38 gebong. Semua gerbong dalam kondisi baik, secara

singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.83. Kondisi gerbong di DAOP IV Semarang No. Nama Stasiun Jenis

Gerbong

Jumlah

(unit)

Kapasitas Kondisi

1 Stasiun Pekalongan KKBW 17 30 Baik

2 Stasiun Semarang

Poncol

KKBW 1 30 Baik

KKBW 16 25 Baik

YYW 38 30 Baik

Sumber :Hasil Survey DAOP IV semarang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-113

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang

ada, gerbong datar, serta menambah frekuensi penggunaan gerbong, selain itu

juga perlu ada penambahan jenis gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan

seperti gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki agar suatu saat jika

terjadi peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DAOP III Cirebon

siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia ataupun

yang dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang Depo pemeliharaan

lokomotif yang ada pada emplasemen stasiun Semarang perujakan tersebut

dalam keadaan baik.

Tabel 5.84. Kondisi depo pemeliharaan lokomotif DAOP IV Semarang No Depo stasiun Kondisi

1 Dipo Lokomotif Semarang Poncol baik

2 Dipo Lokomotif stasiun Cepu baik

3 Dipo Lokomotif stasiun Tegal baik

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan

yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.

Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus

dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu

sebaiknya pada stasiun anatar yang potensial juga dilengkapi dengan depo

lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasioanalkan

dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang, depo pemeliharaan

gerbong berada di stasiun Semarang Poncol dan saat ini masih dioptimalkan dan

dalam keadaan baik.

Secara singkat kondisi depo pada DAOP IV Semarang dapat dilihat pda tabel

berikut.

Tabel 5.85. Kondisi depo di DAOP IV Semarang

No Lokasi Panjang

(m)

Lebar

(m)

Kondisi

1 Depo Semarang Poncol 200 100 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang,2013

Kondisi Depo pemeliharaan gerbong yang ada di DAOP IV Semarang perlu

terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong yang siap operasi menurut jenis

dan ukuran gerbong yang dibutuhkan. Selain itu untuk pada stasiun Tegal ada

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-114

terdapat depo pemeliharaan yang dikhususkan untuk lokomotif, supaya

dimaksimalkan pemanfaatannya juga untuk pemeliharaan gerbong barang.

C. DAOP V Purwokerto

1. Prasarana Perkeretaapian DAOP V Purwokerto

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP V Purwokerto dimana masih terdapat

tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti

dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih

mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian

angkutan barang melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat

secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini

kondisi jalan raya Pantura Jakarta – Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan.

Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta – Surabaya telah

mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran

lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun

semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut

muatan masing-masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe

rel di DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.86. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP V Purwokerto

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi &

Emplasemen KA DAOP V

Purwokerto 443,181

- Type rel R 25 22,077

Baik

- Type rel R 33 43,73

Baik

- Type rel R 41/42 171,085

Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 209.916 Baik

Sumber : Survey DAOP V Purwokerto,2013.

Pada DAOP VI Yogyakarta masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42,

dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan

gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal.

Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari

angkutan jalan sebesar 1.371.620.374 ton/tahun untuk Jakarta – Jateng dan

2.129.016.037 ton/tahun untuk Jakarta – Jawa Timur sedangkan angkutan

barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka

rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari

klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena

itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE

untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DAOP V Purwokerto terdapat panjang rel

keseluruhan 443,181km, terdiri dari type R25 sepanjang 22,077 km, type R33

sepanjang 43,73 km, type R41/42 sepanjang 171,085 km, type R54 sepanjang

209.916 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-115

yang dominan di DAOP V Purwokerto. Secara singkat jalur angkutan kereta

api barang di DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 5.63 Jaringan Material Rel di Daop V Purwokerto

Sumber : Survey DAOP V Purwokerto, 2013

Secara rinci material Rel di DAOP V Purwokerto terdiri dari tipe rel 54 , tipe

rel 41/42, tipe rel 33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan

443,181 km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.87. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP V Purwokerto

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km)

A. Lintas Raya

B 35 – Prupuk (Hulu) 54 1,237

B 35 – Prupuk (Hilir) 54 1,237

Prupuk – Kretek (Hulu) 54 25,621

Prupuk – Kretek (Hilir) 54 25,621

Kretek – Purwokerto (Hulu) 54 30,397

Kretek – Purwokerto (Hilir) 54 30,397

Purwokerto – Kroya 54 27,167

B 45 – Prupuk 41/42 36,000

Maos – Gandrungmangun 41/42 13,574

Gumilir – Cilacap 41/42 7,000

Cilacap - Sumpiuh 33 3,626

Gumilir - Karangtalun 41/42 0,744

B25 - Maos 41/42 74,238

Maos - Kroya 41/42 12,698

Kroya - Gombong 54 28,489

Gombong – Kutuarjo (hilir) 54 35,550

Butuh – Kutuarjo (Hulu) 54 0,145

Butuh – Kutuarjo (Hilir) 54 0,145

Kutuarjo – B 56 (Hulu) 54 1,955

Kutuarjo – B 56 (Hilir) 54 1,955

Gombong – Kutuarjo (Hilir) 41/42 12,030

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-116

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km)

B. Lintas Cabang Operasi

Gumilir – Karangtalun 33 3,407

Kutuarjo – Purworejo 41/42

25

3,300

8,368

Purwokerto - Wonosari 41/42

25

0,862

2,102

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

25

33

41/42

11,313

28,211

10,639

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan

Dipo

25

33

0,294

4,860

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DAOP V Purwokerto

mengakibatkan rendahnya kecepatan operasi kereta api.

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DAOP V Purwokerto maka beberapa

strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana

jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario,

dengan melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe

rel 25 sepanjang 22,077 km dan tipe rel 33 sepanjang 43,73 km dan tipe rel

41/42 sepanjang 171,085 km sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu

diganti dalam rangka mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari

jalan raya ke angkutan barang kereta api sepanjang 236,892 km.

Tabel 5.88. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DAOP V Purwokerto

No Pergantian tipe rel Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 22,077

2 Tipe R 33 43,73

3 Tipe R 41/42 171,085

Total 65,807 171,085 Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DAOP V Purwokerto

bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan

kondisi dilapangan di DAOP V Purwokerto bantalan kayu terdapat sepanjang

49,715 km, bantalan besi sepanjang 86,689 km sedangkan beton 306,817 km.

Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan yang terbuat dari beton dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.89. Kondisi Bantalan pada Daop V Purwokerto

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi 86,689 - Baik

- Kayu 49,715 - Baik

- Beton 306,817 - Baik

Sumber : Survey DAOP V Purwokerto,2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-117

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DAOP V Purwokerto

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.64 Jaringan Material Bantalan di DAOP V Purwokerto

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DAOP V Purwokerto dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.90. Keberadaan Jenis bantalan pada DAOP V Purwokerto

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

B 35 – Prupuk (Hulu) 1,237

B 35 – Prupuk (Hilir) 1,237

Prupuk – Kretek (Hulu) 25,621

Prupuk – Kretek (Hilir) 25,621

Kretek – Purwokerto

(Hulu)

30,397

Kretek – Purwokerto

(Hilir)

30,397

Purwokerto – Kroya 27,167

B 45 – Prupuk 36,000

Maos – Gandrungmangun 13,574

Gumilir – Cilacap 7,000

Cilacap - Sumpiuh 3,626

Gumilir - Karangtalun 0,744

B25 - Maos 11,621 15,874 46,743

Maos - Kroya 12,698

Kroya - Gombong 28,489

Gombong – Kutuarjo

(hilir)

47,580

Butuh – Kutuarjo (Hulu) 0,145

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-118

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

Butuh – Kutuarjo (Hilir) 0,145

Kutuarjo – B 56 (Hulu) 1,955

Kutuarjo – B 56 (Hilir) 1,955

B. Lintas Cabang

Operasi

Gumilir – Karangtalun 3,407

Kutuarjo – Purworejo 8,368 3,300

Purwokerto - Wonosari 2,964

C. Data Material Jalan

Rel di Emplasemen

Stasiun

32,941 16,450 0,812

D. Data Material Jalan

Rel di Emplasemen

Balayasa dan Dipo

5,154

Total 49,716 86,689 306,817

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan

beton untuk DAOP V Purwokerto adalah sepanjang 306,817 km, dengan jarak

antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk

keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT

KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 49,716 km dan bantalan besi

sepanjang 49,716 km.

Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya pantura Jakarta –

Surabaya maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 49,716 km,

bantalan besi sepanjang 86,689 km menjadi bantalan beton. Hal ini

dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta

api barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan

beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu

lagi menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan pantura Jakarta –

Surabaya telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang

pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jakarta-

Surabaya.

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.91. Kondisi Penambat pada lintasan DAOP V Purwokerto

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 378,76 - Baik

- Penambat Kaku 72,99 - Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto tahun 2013

Pada DAOP V Purwokerto dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu :

Penambat elastik terdapat 378,76 km sedangkan penambat kaku mencapai 72,99

km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang

baik.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-119

Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.65 Jaringan Material Penambat di DAOP V Purwokerto

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DAOP V

Purwokerto serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan

sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang

sekarang ini di DAOP V Purwokerto sudah menggunakan penambat elastik.

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura

(Jakarta - Surabaya) dimana sekarang ini sudah melampaui batas yang telah

ditentukan maka diperlukan pemberdayaan angkutan barang kereta api. Tetapi

untuk menjamin ketahanan penambat diperlukan strategi pergantian dari

penambat kaku menjadi penambat elastik. Hal ini sangat diutamakan

mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 27,94 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya

akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat

tersebut di DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.92. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DAOP V

Purwokerto

No Lintasan

Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

1 DAOP V

Purwokerto 72,99 Elastik

Ganda

- Tidak mampu

lagi

menambatkan

rel pada

bantalan

sedemikian

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-120

No Lintasan

Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

rupa sehingga

kedudukan rel

tetap tegak dan

tidak bergeser

2 72,99 - - Tidak boleh

dipakai untuk

semua kelas

jalan rel

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di

lintas B25 - Maos sepanjang 4,9 km, Cilacap – CPH sepanjang 3,6 km,

Gumilir – Karangtalun sepanjang 3,4 km, Kutuarjo – Purworejo sepanjang 8,4

km, Purwokerto – Wonosari sepanjang 2,9 km, lintas emplasemen stasiun

sepanjang 44,53 km dan lintas Dipo sepanjang 5,15 km. Perbedaan jenis

penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan

penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik dampak positifnya telah

mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5).

Di lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada

dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis

roda yang bergerak diatas rel. Alternatif lain sebagai salah satu skenario

pilihan adalah menggunakan penambat elastik ganda. Karena penggunaan

penambat elastik ganda telah mampu meredam getaran yaitu mengurangi

pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan. Selain meredam getaran, juga

mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi dan juga mampu

memberikan perlawanan rangkak (creep resistence). Penggantian penambat

kaku menjadi penambat elastik ganda adalah agar mampu menahan beban

yang besar untuk angkutan barang kereta api. Penggunaan penambat elastik

tunggal maupun elastik ganda sangat relevan terhadap penggunaan tipe rel 54

dan bantalan yang terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DAOP V

Purwokerto untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m,

lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.93. Lebar rata-rata tanah tumpukan rel

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di

sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung

10

mt

Sumber : DAOP V Purwokerto

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-121

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya)

ke angkutan kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan

dimensi dan kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu

kegiatan pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DAOP V Purwokerto kondisi

jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.94. Kondisi jembatan pada DAOP VI Purwokerto

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 6,32 244 Baik

- Jembatan beton 0,79 136 Baik

Sumber : Hasil Survey DAOP VI Purwokerto, 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada DAOP V Purwokerto memiliki

jembatan besi atau baja sepanjang 6,32 km, sementara jembatan beton terdapat

0,79 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di

lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan

kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/

besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara

bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura Jakarta –

Surabaya ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang

dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban

yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang

memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan

kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari

baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian

pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan

kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat

yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan

pantura Jakarta- Surabaya melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak

pada kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang

melelui jalan pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga

mengakibatkan kondisi jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai

dengan angkutan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DAOP V Purwokerto Gorong-gorong beton

terdapat 945 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari

beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-122

Tabel 5.95. Kondisi gorong-gorong pada DAOP V Purwokerto

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 857 Baik

Sumber : Hasil Survey DAOP V Purwokerto, 2013.

Gorong-gorong yang ada di DAOP V Purwokerto masih perlu dipertahankan

mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang

relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki

daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton

sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan

yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang dari jalan Pantura Jakarta – Surabaya akan

dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DAOP V Purwokerto terdapat 2 terowongan yaitu lintas

Purwokerto, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.96. Data kondisi terowongan lintas DAOP V Purwokerto No Lintas

Antara

Km Nama

Terowongan

Panjang Banyak

(unit)

1

2

Ijo – Gombong

Notog - Kebasen

425 + 120

359 + 310

Ijo

Notog

580

260

1

1

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data diatas untuk menjaga kondisi terowongan maka perlu

penilikan, pemeriksaan dan pemeliharaan secara teratur untuk mempertahankan

kondisi dan daya dukung terowongan terutama akibat pengalihan angkutan

barang melalui jalan harus dilakukan penilikan sehingga tidak adanya

perbaikan terowongan yang berkaitan dengan pengalihan angkutan barang

melalui jalan keangkutan kereta api barang.

Apabila penilikan, pemeriksaan dan pemeliharaan secara teratur oleh petugas

yang kompeten ternyata terdapat kelainan/perubahan kondisi terowongan maka

langkah lebih lanjut adalah memperbaiki atau mengganti komponen tertentu

diterowongan dengan material yang lebih baik.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto terdapat

perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas)

dan tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-123

Tabel 5.97. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DAOP V Purwokerto

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

manual

- Jumlah 205

-

Lebat rata

rata

-

Dengan pintu

pengaman Besi/kayu

Sumber : Hasil Survey pada DAOP V Purwokerto

Perlintasan sebidang manual 205 buah dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan

pintu pengaman besi atau kayu.

Tabel 5.98. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DAOP V Purwokerto

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang otomatis

- Jumlah 170

- Lebat rata rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : Hasil Survey pada DAOP V Purwokerto

Perlintasan sebidang pada DAOP V Purwokerto lebih banyak perlintasan

sebidang manual sejumlah 205 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan

dengan pintu pengaman besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis

hanya 125 unit. Perlintasan sebidang diupayakan menjadi perlintasan sebidang

otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang

terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga

pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi

minimal 150 m.

Di DAOP V Purwokerto terdapat perlintasan sebidang otomatis 170 unit

dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual

masih terdapat sebanyak 205 unit dengan pintu pengaman besi/kayu. Kondisi

semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan

yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki

muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk

mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar

maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 500 diganti menjadi

persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual

masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/besi sebagai pintu

pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DAOP V Purwokerto terdapat

empat puluh dua (42) stasiun kereta api. Diantara stasiun tersebut, stasiun

Purwokerto, stasiun Kroya, stasiun Maos dan Kutuarjo. Keempat puluh dua

(42) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun

secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik. Untuk lebih jelasnya

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-124

LB

RPJG ADA

T

D

K

A

SD

G

DI

BA

KONDISI

1 Tegal Tg 00 6 439 Ada Baik SE

2 Slawi Slw 13+520 3 308 Ada Baik SE

3 Balapulang Blp 23+100 3 209 Ada Baik SE

4 Margasari Mgs 32+500 3 214 Ada Baik SE

5 Prupuk Ppk 38+500 6 406 Ada Baik SE

6 Prupuk Ppk 293,937 6 406 Ada Baik SE

7 Linggapura Lg 304,709 4 321 Ada Baik SE

8 Bumiayu Bma 312,560 4 250 Ada Baik SE

9 Kretek Krt 319,338 4 352 Ada Baik SE

10 Patuguran Pat 325.474 3 334 Ada Baik SE

11 Karangsari Krr 336.168 4 336 Ada Baik SE

12 Karanggandul Kgd 343.928 3 301 Ada Baik SE

13 Purwokerto Pwt 349.995 5 562 Ada Baik SE

14 Notog Ntg 358.378 3 305 Ada Baik SE

15 Kebasen Kbs 364.057 3 417 Ada Baik SE

16 Randegan Rdg 368.828 2 417 Ada Baik SE

17 Kroya Kya 377.122 9 638 Ada Baik SE

18 Kroya Kya 402.775 9 638 Ada Baik SE

19 Kemranjen Kj 409.602 3 339 Ada Baik SE

20 Sumpiuh Sph 414.000 3 399 Ada Baik SE

21 Tambak Tbk 420.102 3 333 Ada Baik SE

22 Ijo Ij 424,484 2 312 Ada Baik SE

23 Gombong Gb 431.265 4 382 Ada Baik SE

24 Karanganyar Ka 438.954 3 328 Ada Baik SE

25 Sruweng Srw 443.032 2 350 Ada Baik SE

26 Soka Soa 447.916 3 377 Ada Baik SE

27 Kebumen Km 450.735 4 328 Ada Baik SE

28 Wonosari Wns 455.420 2 296 Ada Baik SE

29 Kutowinangun Ktw 459.725 3 428 Ada Baik SE

30 Prembun Pb 466.815 3 330 Ada Baik SE

31 Butuh Bth 473.460 2 336 Ada Baik SE

32 Kutoarjo Kta 478+845 8 412 Ada Baik SE

33 Maos Ma 390,078 5 416 Ada Baik SE

34 Karangtalun Krl 3.035 Ada Baik SM

35 Cilacap Cp 20.755 Ada SM

36 Sikampuh Skp 396.496 3 262 Ada Baik SE

37 Jeruklegi Jrl 376.471 3 429 Ada Baik SE

38 Kawunganten Kwg 363.471 3 346 Ada Baik SE

39 Gandrungmangun Gdn 354.041 3 416 Ada Baik SE

40 Sidareja Sdr 345.645 4 309 Ada Baik SE

41 Kasugihan Kgh 388.355 3 316 Ada Baik SE

42 Lebeng Lbg 383.153 3 323 Ada Baik SE

KONDISI PRASARANA DI LINTAS STASIUN DAOP V PURWOKERTO

Lintas Maos - Banjar

Sp

Tu

ng

ga

lS

po

r G

an

da

JML

PERON

NO STASIUN

SIN

GK

AT

AN

SP

OO

R

LE

TA

K K

M

JM

L S

PO

OR AKSES MSK

JE

NIS

PE

RS

INY

AL

AN

Lintas Prupuk - Tegal

Lintas Prupuk - Kroya

Lintas Kroya - Kutoarjo

Lintas Kroya - Maos - Cilacap

kondisi stasiun yang berada diwilayah DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.99.

Sumber : DAOP V Purwokerto, 2013

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak

jumlah spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang

ke stasiun akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun

Purwokerto, selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-125

tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah spoor di stasiun terdapat lima (5)

spoor. Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan

kereta api sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak enam

(6). Jumlah spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu

menjamin arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, sementara distasiun

antara hanya sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat

barang. Karena itulah jumlah spoor sebanyak enam (6) sudah memadai.

Sekarang ini dibeberapa stasiun antara sudah ada memiliki tujuh sembilan (9)

spoor yaitu distasiun Kroya, delapan (8) spoor yaitu stasiun Kutuarjo. Tetapi

diantara empat puluh (42) stasiun pada DAOP V Purwokerto kebanyakan

stasiun hanya mempunyai lima (5) spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara

yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah menjadi (6) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DAOP V Purwokerto untuk lintas

Prupuk - Tegal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.100. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Prupuk -Tegal

DAOP V Purwokerto

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

( meter

)

Spoor

Jenis Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Tegal Tg - 439 Tunggal 6 SE Baik

2 Slawi Slw 13+520 308 Tunggal 3 SE Baik

3 Balapulang Blp 23+100 209 Tunggal 3 SE Baik

4 Margasari Mgs 32+500 214 Tunggal 3 SE Baik

5 Prupuk Ppk 38+500 406 Tunggal 6 SE Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Sementara kondisi emplasemen/peron dan spoor lintas Prupuk – Kroya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.101. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Prupuk - Kroya

DAOP V Purwokerto

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Prupuk Ppk 293+937 406 Ganda 6 SE Baik

2 Linggapura Lg 304+709 321 Ganda 4 SE Baik

3 Bumiayu Bma 312+56 250 Ganda 4 SE Baik

4 Kretek Krt 319+338 352 Ganda 4 SE Baik

5 Patuguran Pat 325+474 334 Ganda 3 SE Baik

6 Karangsari Krr 336+168 336 Ganda 4 SE Baik

7 Karanggandul Kgd 343+928 301 Ganda 3 SE Baik

8 Purwokerto Pwt 349+995 562 Ganda 5 SE Baik

9 Notog Ntg 358+378 305 Tunggal 3 SE Baik

10 Kebasen Kbs 364+057 417 Tunggal 3 SE Baik

11 Randegan Rdg 368+828 417 Tunggal 2 SE Baik

12 Kroya Kya 377+122 638 Tunggal 9 SE Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Dari kedua kondisi emplasemen/peron yang telah diuraikan, masih ada 3 (tiga)

lintas yang ada pada DAOP V Purwokero yaitu Kroya – Maos – Cilacap,

Kroya – Kutuarjo dan Maos – Banjar. Ketiga emplasemen tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-126

Tabel 5.102. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kroya – Maos –

Cilacap pada DAOP V Purwokerto

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Maos Ma 390,078 416 Tunggal 5 SE Baik

2 Karangtalun Krl 3.035 - Tunggal - SE Baik

3 Cilacap Cp 20.755 - Tunggal - SM -

Sumber : DAOP V Purwokerto

Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kutuarjo - Kroya

Tabel 5.103. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kutuarjo – Kroya

pada DAOP V Purwokerto

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kroya Kya 402.775 638 Ganda 9 SE Baik

2 Kemranjen Kj 409.602 339 Ganda 3 SE Baik

3 Sumpiuh Sph 414.000 399 Ganda 3 SE Baik

4 Tambak Tbk 420.102 333 Ganda 3 SE Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Serta kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Maos - Banjar

Tabel 5.104. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Maos – Banjar

pada DAOP V Purwokerto

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondis

i Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Sikampuh Skp 396.496 262 Tunggal 3 SE Baik

2 Jeruklegi Jrl 376.471 429 Tunggal 3 SE Baik

3 Kawunganten Kwg 363.471 346 Tunggal 3 SE Baik

4 Gandrungmangun Gdn 354.041 416 Tunggal 3 SE Baik

5 Sidareja Sdr 345.645 309 Tunggal 4 SE Baik

6 Kasugihan Kgh 388.355 316 Tunggal 3 SE Baik

7 Lebeng Lbg 383.153 323 Tunggal 3 SE Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan

memungkinkan beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu

untuk menjamin arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin

panjang,. Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Prupuk – Tegal peron

yang paling panjang berada pada stasiun Tegal sepanjang 493 m, pada lintas

Prupuk – Kroya peron yang paling panjang berada pada stasiun Kroya

sepanjang 638 m, pada lintas Kroya – Maos – Cilacap yang paling panjang

berada pada stasiun Maos sepanjang 416 m. Karena itu untuk mengantisipasi

pengalihan barang dari Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya panjang peron

diusulkan minimal sama dengan stasiun Kroya yaitu sepanjang 638 m pada

setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki panjang peron

relatif sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 638

m dapat dilihat pada tabel sebelumnya.

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 209 m

(stasiun Balapulang) – 562 m (stasiun Purwokerto). Untuk menjamin

kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor ditetapkan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-127

masing-masing sepanjang 638 m, sehingga dengan demikian dalam waktu yang

bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat bongkar

barang.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DAOP V Purwokerto, saat ini rumah sinyal Elektrik ada pada stasiun

Purwokerto, stasiun Kroya, stasiun Kutuarjo dan Maos, masing-masing

mempunyai 1 (satu) rumah sinyal elektrik. Untuk rumah sinyal mekanik ada

pada stasiun Purworejo dan Slawi masing-masing mempunyai 1 rumah sinyal,

dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh PPKA (Pemimpin

Perjalanan Kereta Api), dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.105. Jumlah rumah sinyal pada DAOP V Purwokerto No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah

Sinyal

Jenis

rumah

sinyal

Kondisi

1 Stasiun Purwokerto 1 Elektrik Baik

2 Stasiun Kroya 1 Elektrik Baik

3 Stasiun Kutuarjo 1 Elektrik Baik

4 Stasiun Maos 1 Elektrik Baik

5 Stasiun Prupuk 1 Elektrik Baik

6 Stasiun Purworejo 1 Mekanik Baik

7 Srasiun Slawi 1 Mekanik Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang,

sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta -

Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka rumah sinyal tetap

dipertahankan pada stasiun besar namun perangkatnya yang ada pada setiap

stasiun antara seharusnya sudah elektrik.

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya)

sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan

genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu

listrik juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana

sewaktu-waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara

otomatis genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk

menjamin kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DAOP V Purwokerto bahwa hampir semua

stasiun sudah terlayani dengan persinyalan elektrik, kecuali pada stasiun

Cilacap masih menggunakan sinyal mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-128

Tabel 5.106. Kondisi Persinyalan pada DAOP V Purwokerto

No Nama Stasiun Jenis Sinyal

Kondisi

Lintas Prupuk - Tegal

1 Tegal SE Baik

2 Slawi SE Baik

3 Balapulang SE Baik

4 Margasari SE Baik

5 Prupuk SE Baik

Lintas Prupuk - Kroya

6 Prupuk SE Baik

7 Linggapura SE Baik

8 Bumiayu SE Baik

9 Kretek SE Baik

10 Patuguran SE Baik

11 Karangsari SE Baik

12 Karanggandul SE Baik

13 Purwokerto SE Baik

14 Notog SE Baik

15 Kebasen SE Baik

16 Randegan SE Baik

17 Kroya SE Baik

Lintas Kroya - Kutoarjo

18 Kroya SE Baik

19 Kemranjen SE Baik

20 Sumpiuh SE Baik

21 Tambak SE Baik

22 Ijo SE Baik

23 Gombong SE Baik

24 Karanganyar SE Baik

25 Sruweng SE Baik

26 Soka SE Baik

27 Kebumen SE Baik

28 Wonosari SE Baik

29 Kutowinangun SE Baik

30 Prembun SE Baik

31 Butuh SE Baik

32 Kutoarjo SE Baik

Lintas Kroya - Maos -

Cilacap

33 Maos SE Baik

34 Karangtalun SE Baik

35 Cilacap SM Baik

Lintas Maos - Banjar

36 Sikampuh SE Baik

37 Jeruklegi SE Baik

38 Kawunganten SE Baik

39 Gandrungmangun SE Baik

40 Sidareja SE Baik

41 Kasugihan SE Baik

42 Lebeng SE Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DAOP V Purwokerto termasuk

pada stasiun Cilacap yang harus dielektrifikasi, diharapkan mampu menunjang

perjalanan kereta api barang sesuai dengan GAPEKA, dilain pihak perlu

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-129

adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap

handal dan memenuhi persyaratan yang telah diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DAOP V Purwokerto jumlah wesel yang

terdapat pada jenis rel R 54 mendominasi sebanyak 161 unit, sedangkan untuk

R 41/42 sebanyak 57 unit, R 33 sebanyak 94 unit, dan R 25, sebanyak 77 unit,

dari keseluruhan jumlah wesel yang ada di DAOP V Purwokerto masih dapat

beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.107. Kondisi wesel pada DAOP V Purwokerto

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Banjaran - - - - - -

2 Slawi - - 4 - 5 9

3 Balapulang - - - 4 3 7

4 Magasari - - - 3 - 3

5 Prupuk 4 - 4 3 4 15

6 Linggapura 2 - 1 - - 3

7 Bumiayu - - 4 3 - 7

8 Kretek 2 - 1 - - 3

9 Patuguran 4 - 2 - - 6

10 Legok 4 - 2 - - 6

11 Karangsari 4 - 3 - - 7

12 Karanggandul 2 - 2 - - 4

13 Purwokerto 3 - 14 13 10 40

14 Notong 2 - 2 3 1 8

15 Kenasen 5 - - 1 - 6

16 Randega 2 - - 1 - 3

17 Langen 4 - - 1 - 5

18 Meluwung 4 - - - 2 6

19 Cipari 2 - - 2 - 4

20 Sidareja 4 - - 2 2 8

21 Gandrungmangun 4 - - - 3 7

22 Kawungaten 4 - 2 - - 6

23 Jeruklegi 2 - - - 4 6

24 Lebeng 4 - - - - 4

25 Maos 4 - 3 9 5 21

26 Sikapuh 4 - 1 - - 5

27 Kroya 9 - 5 5 5 24

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-130

S

u

m

Sumber :DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe

Rel 54. Hal ini adalah seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54

dalam mendukung muatan kereta api barang.

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DAOP V Purwokerto terdapat beberapa jenis

alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.108. Kondisi telekomunikasi DAOP V Purwokerto No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

Ppk-

Tg

Ppk-

Pwt

Pwk-

Kya

Bjr-

Kya

Kya

-Kta

A JARINGAN RADIO

1 Jaringan Radio 0,5 3 2 2,5 2,5 10,5

JUMLAH A 0,5 3 2 2,5 2,5 10,5

B JARINGAN

TRAINDISPATCHING

1 Radio Lokomotif - 24 - - - 24

2 Way Station 3 9 3 15 16 46

3 Base Station - 3 1 1 2 7

4 Console PK - 3 - 3

5 Pesawat URS - - - -

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

28 Kemrajen 4 - - - - 4

29 Sumpiuh 4 - - 1 - 5

30 Tambak 4 - - - - 4

31 Ijo 2 - 2 - - 4

32 Gombong 5 - 1 - 3 9

33 Karanganyar 4 - - 1 - 5

34 Sruweng 3 - 1 - - 4

35 Soka 4 - - - - 4

36 Kebumen 5 - 2 - 3 4

37 Wonosari 2 - - - 1 3

38 Kutowinangun 2 - - 1 1 4

39 Prembun 4 - 2 - 1 7

40 Butuh 3 - - - - 3

41 Kutoarjo 35 - - - - 35

42 Kesugihan 1 - - 2 3 6

43 Karangkandri - - - 2 3 5

44 Gumilir - - 1 4 5 10

45 Cilacap - - - 6 16 22

46 Karangtalun - - - 25 - 25

JUMLAH 161 - 57 94 77 389

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-131

No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

Ppk-

Tg

Ppk-

Pwt

Pwk-

Kya

Bjr-

Kya

Kya

-Kta

JUMLAH B 30 39 4 16 18 80

C PERANGKAT TELKOM

1 Genta Penjaga /Gentanik 8 4 3 14 16 45

2 Genta peron 3 6 4 4 10 27

3 HT/RIG 2 9 3 15 17 46

4 Induktor 4 3 3 8 9 27

5 Sentra TOKA - 1 - - 1 2

6 Telepon TOKA 1 159 3 19 63 245

7 Telepon LB 4 3 - 14 1 22

8 Telepon LX 1 5 6 6 16 34

9 Telepon TOKA - - - 5 - 5

10 Teleks - 2 - - 1 3

11 Audio keselamatan 1 4 5 10 8 28

12 Voice Recorder - 17 3 7 9 36

13 Repearter Oscar Romeo - 1 1 1 1 4

14 Telepon LCC/CCC - 11 3 11 15 40

15 Mini PABX/Cabang PABX 3 12 - - - 15

16 Cordless/Toka 1 - - 3 1 5

17 Mini Link - 5 1 - - 6

18 Talk Back /Cabang Talk Back - - - - 9 9

19 DOT - 16 6 - 30 52

20 0SD - - - 22 1 23

21 MUX AWACOM - 8 3 11 15 37

22 MUX DF2-8 - 2 - - - 2

23 MUX FO Ppk-Slw 3 1 - - - 4

24 MUX FO Pwt-Lgk - 1 - - - 1

25 PDH - - 1 10 1 12

26 SDH - 11 2 - 18 31

27 FXO 30 CH - 2 - - 1 3

28 FXO 30 CH - 2 - - 1 3

29 Converter FO to Rs 232 - - - 10 - 10

30 Converter FO to Rs 422 - 3 1 3 10 17

31 Converter FO to Rs 232 - - - - 15 15

32 FAX - 8 - - - 8

33 Saluran kawat Fisik 3 4 3 6 6 22

34 Saluran Kabel Tanah 2 1 1 - - 4

35 Saluran kabel Udara - 1 1 - - 2

JUMLAH C 36 302 53 179 275 845

JUMLAH TOTAL 39 344 59 197,

5

295,

5

935,5

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari

a) Jaringan radio, b) Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus

dilengkapi pada setiap stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan

karena fungsi telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya

memiliki peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-132

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DAOP V Purwokerto, kondisi pada setiap akses jalan

dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.109. Kondisi akses jalan stasiun DAOP V Purwokerto

No Nama Stasiun

Kondisi Akses

Jalan

Lintas Prupuk - Tegal

1 Tegal BAIK

2 Slawi BAIK

3 Balapulang BAIK

4 Margasari BAIK

5 Prupuk BAIK

Lintas Prupuk - Kroya

6 Prupuk BAIK

7 Linggapura BAIK

8 Bumiayu BAIK

9 Kretek BAIK

10 Patuguran BAIK

11 Karangsari BAIK

12 Karanggandul BAIK

13 Purwokerto BAIK

14 Notog BAIK

15 Kebasen BAIK

16 Randegan BAIK

17 Kroya BAIK

Lintas Kroya - Kutoarjo

18 Kroya BAIK

19 Kemranjen BAIK

20 Sumpiuh BAIK

21 Tambak BAIK

22 Ijo BAIK

23 Gombong BAIK

24 Karanganyar BAIK

25 Sruweng BAIK

26 Soka BAIK

27 Kebumen BAIK

28 Wonosari BAIK

29 Kutowinangun BAIK

30 Prembun BAIK

31 Butuh BAIK

32 Kutoarjo BAIK

Lintas Kroya - Maos - Cilacap

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-133

No Nama Stasiun

Kondisi Akses

Jalan

33 Maos BAIK

34 Karangtalun BAIK

35 Cilacap BAIK

Lintas Maos - Banjar

36 Sikampuh BAIK

37 Jeruklegi BAIK

38 Kawunganten BAIK

39 Gandrungmangun BAIK

40 Sidareja BAIK

41 Kasugihan BAIK

42 Lebeng BAIK

Sumber : DAOP V Purwokerto, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka jalan akses

perlu dibangun atau diperlebar terutama distasiun-stasiun antara dan stasiun-

stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DAOP V

Purwokerto gudang yang terdapat di stasiun Prupuk mempunyai daya tampung

5000 ton/m2, stasiun Purwokerto Timur 5000 ton/m2 dan stasiun Gombong

5000 ton/m2, ke tiga (3)gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

Tabel 5.110. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DAOP V

Purwokerto No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Stasiun Prupuk 5000 Baik

2 Stasiun Purwokerto Timur 5000 Baik

3 Stasiun Gombong 5000 Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan

kapasitasnya untuk menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk

mendayagunakan gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan

perbaikan, penambaahan luas gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai

persyaratan teknis gudang, tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup,

pintu cukup lebar dengan menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai

beton. Begitu pula untuk stasiun antara lainnya terutama yang sangat potensial

agar dibangun juga gudang barang yang diharapkan dapat menyokong

frekuensi lalu lintas angkutan kereta api barang.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-134

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DAOP V Purwokerto terdapat di satsiun Karangsari yang memuat daya

tampung hingga 1500 ton/m, stasiun Purwokerto mempunyai daya tampung

sebesar 600 ton/m2 dan stasiun Maos mempunyai daya tampung 3000 ton/m2,

kondisi lapangan penumpukan tersebut baik dan aktif sampai sekarang, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.111. Kondisi sarana pelayanan lapangan penumpukan pada DAOP V

Purwokerto No. Nama Stasiun Daya

Tampung

Kondisi

1 Stasiun Karangsari 1500 Baik

2 Stasiun Purwokerto 600 Baik

3 Stasiun Maos 3000 Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka, lapangan penumpukan perlu ditingkatkan dengan

penambahan luas lahan, berlantai beton, mudah dipantau, ada fasilitas

pelindung dan lampu penerangan yang cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi

oleh dinding.

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DAOP V Purwokerto terdapat di stasiun Cilacap yang mempunyai daya

tampung hingga 500 ton/m2 sedangkan tempat bongkar muat barang yang

berada di stasiun Maos mempunyai daya tampung sebesar 3000 ton/m2. Tempat

bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.112. Tempat bongkar barang pada DAOP V Purwokerto. No. Nama Stasiun Daya

Tampung

Kondisi

1 Stasiun Cilacap 500 Baik

2 Stasiun Maos 3000 Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu

ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan

akses dengan ukuran dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada

fasilitas untuk kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara

pengawas dan tenaga pengawas yang cukup.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DAOP V Purwokerto kegiatan langsir menggunakan

lokomotif khusus dan tidak menggunakan lokomotif dinas, dan hal ini serupa

pada DAOP IV Semarang. Kegiatan langsiran pada DAOP V yang mempunyai

lokomotif khusus terdapat dibeberapa stasiun diantaranya stasiun Cilacap,

stasiun Kutuarjo.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-135

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk

menampung 20 unit gerbong dan 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada

penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah

spoor sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DAOP V Purwokerto stasiun Cilacap, stasiun Brambanan dan stasiun Maos.

Pada stasiun Cilacap memiliki luas lebih kurang 500 m2 dan mampu

menampung kendaraan jenis tanki pengangkut bahan bakar minyak lebih

kurang 15 truk jenis tangki, pada stasiun Brambanan juga terdapat tempat

parkir kendaraan angkutan barang yang mempunyai luas 500 m2 dengan daya

tampung kendaraan jenis truk lebih kurang 15 truk pengangkut semen, untuk

kondisi tempat parkiran kendaraan angkutan barang pada stasiun Maos tidak

ada, karena distasiun ini hanya sebagai stasiun transit . Secara singkat dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.113. Kondisi lapangan parkir pada DAOP V Purwokerto No. Nama Stasiun Daya

Tampung

Kondisi

1 Stasiun Cilacap 500 Baik

2 Stasiun Brambanan 500 Baik

3 Stasiun Maos - -

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan

kendaraan diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi

menyerong, apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi,

maka diupayakan penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan

persyaratan lapangan parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada

DAOP V Purwokerto tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat

crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang

disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka keberadaan crane untuk proses bongkar muat barang

sebaiknya difasilitasi distasiun-stasiun yang potensi untuk bongkar muat barang

mengingat banyak jenis barang berat yang tidak bisa ditangani oleh

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-136

kemampuan tenaga manusia atau tidak bisa ditangani oleh alat bongkar muat

lain yang memiliki kapasitas angkat di bawah kemampuan.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DAOP V Purwokerto pada semua stasiun tidak

tersedianya jembatan timbang barang yang digunakan untuk kereta api barang.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu adanya timbangan barang distasiun yang

berpotensi pada DAOP V Purwokerto serta dengan meningkatkan kapasitas

timbangan barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai bukti

hasil penimbangan

x. Security/ Keamanan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan

kegiatan pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus

meningkat yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan

kereta api barang.

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DAOP V

Purwokerto, petugas keamanan yang berjumlah 5 orang dan ditempatkan yaitu

pada stasiun Karangtalun dengan latar belakangan pendidikan bermacam-

macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk

waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam

hari.

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto perjalanan

kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api

harus dibuat lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam

rangka keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DAOP V Purwokerto, bahwa di DAOP ini tidak

ada tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya dikhususkan

untuk BBM (stasiun Cilacap), semen (stasiun Karang talun dan satasin

Brambanan), pada DAOP V Purwokerto umumnya terdapat jenis gerbong ketel

dan jenis TTW/GGW..

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka harus diupayakan juga pelayanan angkutan barang

jenis split/kricak. Selain itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis

curah, batu bara dan jenis barang lainnya harus pada tempat yang tepat yang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-137

berguna untuk meminimalisis kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak

tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto khususnya stasiun

Purwokerto, Kroya, Purworejo dan Maos terdapat 3 (tiga) jadwal/shiff pada

pagi hari, sore hari dan malam hari yang masing-masing terdiri 4 s/d 6 orang

dan untuk stasiun Barambanan dan Cilacap terdapat 2 (dua) jadwal/shiff pada

pagi dan siang hari.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang,maka kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik

mengenai ketelitian hasil pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi

maupun frekuensi pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan.

Ketelitian hasil pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana

kereta api yang siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif

kerja supaya tetap ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu

penambahan personil schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api

barang jika terjadi kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DAOP V Purwokerto tidak ditemukan pemakai

conveyor dalam proses bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka bagi stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu

bara agar dalam proses pemindahan dari gerbong curah ke tempat

penampungan sebaiknya menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan

untuk semen dalam zak sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama

alat ini digunakan setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang

dan meringankan beban kerja tenaga manusia.

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto terdapat forklift

berjumlah 4 unit, 2 terdapat pada emplasemen stasiun Karangtalun dan 2 unit

pada stasiun Brambanan, kondisi forklift pada 2 stasiun tersebut dalam keadaan

berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.114. Kondisi forklift pada DAOP V Purwokerto No Nama Stasiun Jumlah (unit) Kondisi

1 Stasiun Karangtalun 2 Baik

2 Stasiun Barambanan 2 Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-138

kereta api barang, maka pendayagunaan forklift yang ada sebaiknya

dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu melakukan pemeliharaan

secara rutin agar agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga khususnya pada

DAOP V Purwokerto untuk stasiun-stasiun yang belum memiliki alat bongkar

sejenis forklift sebaiknya di lengkapi untuk menunjang proses bongkar muat

pada kereta api barang.

dd. Crew

Berdasarkan data survey di DAOP III Cirebon jumlah masinis sebanyak 21

orang, kondektur 22 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 24 orang.

Tabel 5.115. Jumlah Crew pada DAOP V Purwokerto

No Nama Stasiun Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 Stasiun Kutuarjo 21 22 24

Sumber: Hasil survey DAOP V Purwokerto, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang , maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata

lain jika terjadi kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew

tentunya yang memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi

kecakapan crew yang dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang

diperoleh setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan

agar kinerja kereta api barang meningkat.

2. Sarana Perkeretaapian Barang DAOP V Purwokerto

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto , keberadaan

Lokomotif ada pada Depo induk yaitu disatasiun Purwokerto adapun jenis

Lokomotif yang tersedia meliputi CC 201 sebanyak 18 unit, CC 204 sebanyak

3 unit dan CC 206 sebanyak 3 unit. Secara singkat dapat dilihat pada tabel dan

gambar berikut.

Tabel 5.116. Kondisi Lokomotif di DAOP V Purwokerto No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo Lokomotip

Purwokerto

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

CC201

CC204

CC206

18

3

3

Baik

Baik

Baik

Sumber : Hasil Survey DAOP V Purwokerto, 2013

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DAOP V Purwokerto

khususnya tipe CC201 dan CC204 yang mempunyai daya tarik sebesar 1950

HP untuk CC201 dan 2150 HP diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik

beban barang yang mencapai rata-rata 1200 ton dengan dengan 20 rangkaian

gerbong barang dengan kecepatan yang mengacu sesuai dengan GAPEKA

yaitu kecepatan maksimum untuk kereta api barang maksimum 70 km/jam. Hal

ini akan menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan terpenuhinya

waktu penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan penggantian prasarana

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-139

kereta api seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan jenis elastik dan

bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi terdapat gerbong barang jenis GK

(gerbong ketel) pada emplasemen stasiun Cilacap sebanyak 19 unit, di

emplasemen stasiun Maos terdapat 82 unit jenis yang sama sedangkan pada

stasiun Karangtalun terdapat gerbong barang jenis GGW sebanyak 66

unit,/TTW sebanyak 67 unit dan GD sebanyak 40 unit. Semua gerbong dalam

kondisi baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.117. Kondisi gerbong datar di DAOP V Purwokerto No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo gerbong Cilacap GK 19 Baik

2 Pug Maos GK 82 Baik

3 Pug Karangtalun GGW 66 Baik

TTW 67 Baik

GD 40 Baik

Sumber: DAOP V Purwokerto, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang

ada yaitu gerbong datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki

serta menambah frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada

penambahan jenis gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat

jika terjadi peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DAOP V

Purwokerto siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang

tersedia ataupun yang dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto Depo

pemeliharaan lokomotif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.118. Kondisi Depo pemeliharaan lokomotif DAOP V Purwokerto No Depo stasiun Kondisi

1 Depo Purwokerto baik

2 Depo Kutuarjo baik

3 Depo Cilacap baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga

pemeliharaan yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan

yang cermat. Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan

harus dikalibrasi secara berkala.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-140

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Secara singkat kondisi depo pada DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.119. Kondisi depo pemeliharaan gerbong barang No Lokasi Panjang

(m)

Lebar

(m)

Kondisi

1 Depo Lok Purwokerto - - Baik

2 Depo Kereta Purwokerto - - Baik

3 Depo Lok Kroya - - Baik

4 Depo Lok Kutuarjo - - Baik

5 Depo Gerbong Maos - - Baik

Sumber : DAOP V Purwokerto

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP V Purwokerto, depo

pemeliharaan gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang

telah dijelaskan pada tabel sebelumnya dan saat ini masih dioptimalkan dan

dalam keadaan baik.

Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DAOP V Purwokerto perlu

terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong yang siap operasi menurut

jenis dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.

D. DAOP VI Yogyakarta 1. Prasana Perkeretaapian Barang DAOP VI Yogyakarta

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP VI Yogyakarta dimana masih

terdapat tipe rel 32, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti

dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih

mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian

angkutan barang melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat

secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini

kondisi jalan raya Pantura Jakarta – Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan.

Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta – Surabaya telah

mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran

lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun

semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut

muatan masing-masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe

rel di DAOP VI Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-141

Tabel 5.120. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP VI Yogyakarta

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi &

Emplasemen KA DAOP VI

Yogyakarta 403,312

- Type rel R 25 4,145

Baik

- Type rel R 33 37,718

Baik

- Type rel R 41/42 70,931

Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 290,519 Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta,2013.

Pada DAOP VI Yogyakarta masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42,

dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan

gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal.

Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari

angkutan jalan sebesar 1.371.620.374 ton/tahun untuk Jakarta – Jateng dan

2.129.016.037 ton/ tahun untuk Jakarta - Jatim sedangkan angkutan barang dan

penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25,

R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel

yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan

dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54

ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk

keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DAOP VI Yogyakarta terdapat panjang rel

keseluruhan 403,312 km, terdiri dari type R25 sepanjang 4,145 km, type R33

sepanjang 37,718 km, type R41/42 sepanjang 70,931 km, type R54 sepanjang

290,519 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel

yang dominan di DAOP VI Yogyakarta. Secara singkat jalur angkutan kereta

api barang di DAOP VI Yogyakarta dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 5.66 Jaringan Material Rel di DAOP VI Yogyakarta

Sumber : Survey DAOP VI Yogyakarta, 2013

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-142

Secara rinci material Rel di DAOP VI Yogyakarta terdiri dari tipe rel 54 , tipe

rel 41/42, tipe rel 33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan

403,312 km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.121. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP VI Yogyakarta

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

A. Lintas Raya

B 56 – Wates (Hulu) 54 33,688

B 56 – Wates (Hilir) 54 33,688

Wates - Rewulu (Hulu) 54 19,186

Wates – Rewulu (Hilir) 54 19,186

Rewulu – Yogyakarta (Hulu) 54 8,820

Rewulu – Yogyakarta (Hilir) 54 8,820

B 46 – Solo 41/42

33

27,304

13,310

Solo – Klaten (Hulu) 54 30,129

Solo – Klaten (Hilir) 54 30,129

Klaten – Lempuyangan

(Hulu)

54

41/42

26,711

0,570

Klaten – Lempuyangan (Hilir) 54

41/42

26,711

0,570

Lempuyangan – Yogyakarta

(Hilir)

54 1,307

Lempuyangan – Yogyakarta

(Hulu)

54 1,307

B 67 - Masaran 54 21,740

Masaran - Palur 54 13,744

Palur - Sukoharjo 54 4,150

Sukoharjo – Solo 54 2,086

B. Lintas Cabang Operasi

Sukoharjo - Purwosari 41/42 4,752

Purwosari - Wonogori 41/42

33

25

26

6,050

0,300

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

54

41/42

33

25

8,986

11,735

12,562

3,845

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa

dan Dipo

54

33

0.131

5,796

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DAOP VI Yogyakarta

mengakibatkan rendahnya kecepatan operasi kereta api.

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DAOP VI Yogyakarta maka beberapa

strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana

jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario,

dengan melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe

rel 25 sepanjang 4,145 km dan tipe rel 33 sepanjang 37,718 km dan tipe rel

41/42 sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka

mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke

angkutan barang kereta api sepanjang 112,794 km.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-143

Tabel 5.122. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DAOP VI

Yogyakarta

No Pergantian tipe rel

Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 4,145

2 Tipe R 33 37,718

3 Tipe R 41/42 70,931

Total 41,863 70,931

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DAOP VI Yogyakarta

bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan

kondisi dilapangan di DAOP VI Yogyakarta bantalan kayu terdapat sepanjang

25,356 km, bantalan besi sepanjang 34,633 km sedangkan beton 343,323 km.

Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan yang terbuat dari beton dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.123. Kondisi Bantalan pada Daop IV Yogyakarta

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi 34,633 - Baik

- Kayu 25,356 - Baik

- Beton 343,323 - Baik

Sumber : Survey DAOP IV Yogyakarta,2013

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DAOP VI Yogyakarta

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.67 Jaringan Material Bantalan di Daop VI Yogyakarta

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-144

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DAOP IV Yogyakarta dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.124. Keberadaan Jenis bantalan pada DAOP VI Yogyakarta

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

B 56 – Wates (Hulu) 33,688

B 56 – Wates (Hilir) 33,688

Wates - Rewulu (Hulu) 19,186

Wates – Rewulu (Hilir) 19,186

Rewulu – Yogyakarta (Hulu) 8,820

Rewulu – Yogyakarta (Hilir) 8,820

B 46 – Solo 40,614

Solo – Klaten (Hulu) 30,129

Solo – Klaten (Hilir) 30,129

Klaten – Lempuyangan (Hulu) 27,281

Klaten – Lempuyangan (Hilir) 27,281

Lempuyangan – Yogyakarta (Hilir) 1,307

Lempuyangan – Yogyakarta (Hulu) 1,307

B 67 - Masaran 21,740

Masaran - Palur 13,744

Palur - Sukoharjo 4,150

Sukoharjo – Solo 2,086

B. Lintas Cabang Operasi

Sukoharjo - Purwosari 4,752

Purwosari - Wonogori 32,350

C. Data Material Jalan rel di

emplasemen stasiun

19,429 2,284 15,415

D. Dipo dan Balayasa 5,927

Total 25,356 34,634 681,894

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan

beton untuk DAOP IV Semarang adalah sepanjang 681,894 km, dengan jarak

antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk

keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT

KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 25,356 km dan bantalan besi

sepanjang 34,634 km.

Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya pantura Jakarta

– Surabaya maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 23,356 km,

bantalan besi sepanjang 34,634 km menjadi bantalan beton. Hal ini

dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta

api barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan

beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu

lagi menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan pantura Jakarta

– Surabaya telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang

pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jakarta-

Surabaya.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-145

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.125. Kondisi Penambat pada lintasan DAOP VI Yogyakarta

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 338,57 - Baik

- Penambat Kaku 27,94 - Baik

Sumber : Survey DAOP VI Yogyakarta tahun 2013

Pada DAOP VI Yogyakarta dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu :

Penambat elastik terdapat 338,57 km sedangkan penambat kaku mencapai

27,94 km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi

yang baik.

Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku di DAOP

VI Yogyakarta dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.68 Jaringan Material Penambat di DAOP VI Yogyakarta

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DAOP VI

Yogyakarta serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan

sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang

sekarang ini di DAOP VI Yogyakarta sudah menggunakan penambat elastik.

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura

(Jakarta - Surabaya) dimana sekarang ini sudah melampaui batas yang telah

ditentukan maka diperlukan pemberdayaan angkutan barang kereta api. Tetapi

untuk menjamin ketahanan penambat diperlukan strategi pergantian dari

penambat kaku menjadi penambat elastik. Hal ini sangat diutamakan

mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan barang melalui kereta api.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-146

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 27,94 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya akan

menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat tersebut di

DAOP VI Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.126. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DAOP VI

Yogyakarta No Lintasan Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenari

o II

1 DAOP IV

Yogyakarta 27,94 Elastik

Ganda

- Tidak mampu lagi

menambatkan rel

pada bantalan

sedemikian rupa

sehingga

kedudukan rel tetap

tegak dan tidak

bergeser

2 27,94 - - Tidak boleh dipakai

untuk semua kelas

jalan rel

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat

dibeberapa lintas Purwosari - Wonogiri sepanjang 0,300 km, lintas

emplasemen stasiun sepanjang 21,71 km. Perbedaan jenis penambat ini praktis

telah berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan penggantian penambat

kaku menjadi penambat elastik dampak positifnya telah mampu digunakan

pada semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak

pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah

mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis roda yang

bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan

penambat elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah

mampu meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap

bantalan. Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (

clamping force ) yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan

rangkak (Creep Resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat

elastik ganda adalah agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan

barang kereta api. Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda

sangat relevan terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari

beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DAOP III

Cirebon untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m,

lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-147

Tabel 5.127. Lebar rata- rata tanah untuk tumpuan rel DAOP VI Yogyakarta

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di

sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi

dan kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan

pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DAOP VI Yogyakarta kondisi

jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.128. Kondisi jembatan pada DAOP VI Yogyakarta

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

-

Jembatan

besi/baja 3,42 172 Baik

- Jembatan beton 0,43 79 Baik

Sumber : Hasil Survey DAOP VI Yogyakarta, 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada DAOP VI Yogyakarta memiliki

jembatan besi atau baja sepanjang 3,42 km, sementara jembatan beton terdapat

0,43 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di

lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan

kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/

besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara

bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura Jakarta –

Surabaya ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang

dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban

yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang

memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan

kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari

baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian

pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan

kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat

yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan pantura

Jakarta- Surabaya melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada

kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-148

jalan pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan

kondisi jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan

tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DAOP VI Yogyakarta Gorong-gorong beton

terdapat 945 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari

beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.129. Kondisi gorong-gorong pada DAOP VI Yogyakarta

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 945 Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta, 2013.

Gorong-gorong yang ada di DAOP VI Yogyakarta masih perlu dipertahankan

mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang

relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki

daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton

sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan

yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang dari jalan Pantura Jakarta – Surabaya akan

dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DAOP VI Yogyakarta tidak terdapat terowongan,

sehingga tidak adanya perbaikan terowongan yang berkaitan dengan

pengalihan angkutan barang melalui jalan keangkutan kereta api, sehingga

biaya pemeliharaan terowongan dapat dialihkan ke pos-pos pengeluaran

pembiayaan operasional yang produktif.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta terdapat

perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas)

dan tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya kondisi perlintasan

sebidang pada DAOP VI dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-149

Tabel 5.130. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DAOP VI

Yogyakarta

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

manual

- Jumlah 125

- Lebat rata rata

-

Dengan pintu

pengaman Besi/kayu

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Perlintasan sebidang manual 224 buah dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan

pintu pengaman besi atau kayu.

Tabel 5.131. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DAOP VI

Yogyakarta

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

otomatis

- Jumlah 346

- Lebat rata rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Perlintasan sebidang pada DAOP VI Yogyakarta lebih banyak perlintasan

sebidang manual sejumlah 125 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan

dengan pintu pengaman besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis

hanya 125 unit. Perlintasan sebidang diupayakan menjadi perlintasan sebidang

otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang

terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga

pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi

minimal 150 m.

Di DAOP VI Yogyakarta terdapat perlintasan sebidang otomatis 346 unit

dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual

masih terdapat sebanyak 125 unit dengan pintu pengaman besi/kayu. Kondisi

semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan

yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki

muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk

mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar

maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 125 diganti menjadi

persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual

masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/besi sebagai pintu

pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DAOP VI Yogyakarta terdapat

tiga puluh dua (32) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun

Yogyakarta, Solobalapan. Ketigapuluh dua (32) stasiun tersebut memiliki spoor

yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-150

LBR PJG ADATDK

ADA

SDG

DIBAN

GUN

KONDI

SI

1 Kutoarjo Kta 470+815 Baik SE

2 Jenar Jn 492+443 4 453 Ada Baik SE

3 Wojo Wj 500+836 3 603 Ada Baik SE

4 Wates Wt 514+488 4 588 Ada Baik SE

5 Sentolo Stl 524+633 4 438 Ada Baik SE

6 Rewulu Rwl 533+674 4 485 Ada Baik SE

7 Patukan Ptn 538+253 4 383 Ada Baik SE

8 Yogyakarta Yk 542+494 8 389 Ada Baik NX

Yk 167+081

9 Lempuyangan Lpn 165+774 6 497 Ada Baik SE

10 Maguwo Mgw 158+975 4 154 Ada Baik SM

11 Brambanan Bbn 151+070 4 688 Ada Baik SM

12 Srowot Swt 145++220 4 643 Ada Baik SM

13 Klaten Kt 138+482 6 740 Ada Baik SM

14 Ceper Ce 129+200 5 625 Ada Baik SM

15 Delanggu Dl 122+932 4 543 Ada Baik SM

16 Gawok Gw 117+389 5 625 Ada Baik SM

17 Purwosari Pws 110+750 8 456 Ada Baik SM

18 Solobalapan Slo 107+814 10 364 Ada Baik NX

262+720

19 Solojebres Sk 260+634 7 520 Ada Baik SM

20 Palur Pl 256+484 3 347 Ada Baik SM

21 Kemiri Kmr 251+670 3 400 Ada Baik SM

22 Masaran Msr 242+740 3 326 Ada Baik SM

23 Sragen Sr 233+761 4 352 Ada Baik SM

24 Kebonromo Kro 228+552 3 375 Ada Baik SM

25 Kedungbanteng Kdb 222+492 3 368 Ada Baik SM

26 Walikukun Wk 210+197 3 399 Ada Baik SM

1 Solobalapan Slo 107+814 Ada Baik

2 Kalioso Ko 97+191 3 505 Ada Baik SM

3 Salem Slm 88+867 3 390 Ada Baik SM

4 Sumbulawang Sum 79+883 3 375 Ada Baik SM

5 Goprak Gpk 72+130 2 374 Ada Baik SM

6 Gundih Gd 65+857 7 460 Ada Baik SM

NO STASIUN

SIN

GK

AT

AN

SP

OO

R

LE

TA

K K

M

SP

OO

R G

AN

DA

SP

OO

R

TU

NG

GA

L

SP

OO

R

TU

NG

GA

L

JM

L S

PO

OR

JE

NIS

PE

RS

INY

AL

AN

JML PERON AKSES MSK

kondisi yang baik. Untuk lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah

DAOP VI Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.132. Kondisi Prasarana DAOP VI Yogyakarta

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak

jumlah spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang

ke stasiun akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun

Yogyakarta, selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun

tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Yogyakarta

terdapat delapan (8) spoor. Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang

melalui angkutan kereta api sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor

sebanyak enam (6). Jumlah spoor pada masing-masing stasiun antara

diharapkan akan mampu menjamin arus lalu lintas keluar masuk kereta api

barang, Sementara distasiun antara hanya sebagai lalu lintas angkutan kereta

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-151

api barang dan bongkar muat barang. Karena itulah jumlah spoor sebanyak

enam (6) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa stasiun antara sudah ada

memiliki sepuluh (10) spoor yaitu distasiun antara Solobalapan, Tetapi

diantara tiga puluh dua (32) stasiun pada DAOP VI Yogyakarta kebanyakan

stasiun hanya mempunyai enam (6) spoor kebawah Sebaiknya stasiun antara

yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah menjadi (6) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DAOP VI Yogyakarta untuk lintas

Kutuarjo - Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.133. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kutuarjo –

Yogyakarta DAOP VI Yogyakarta

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kutoarjo Kta 470+815 - Ganda - SE Baik

2 Jenar Jn 492+443 453 Ganda 4 SE Baik

3 Wojo Wj 500+836 603 Ganda 3 SE Baik

4 Wates Wt 514+488 588 Ganda 4 SE Baik

5 Sentolo Stl 524+633 438 Ganda 4 SE Baik

6 Rewulu Rwl 533+674 485 Ganda 4 SE Baik

7 Patukan Ptn 538+253 383 Ganda 4 SE Baik

8 Yogyakarta Yk 542+494 389 Ganda 8 ( NX ) Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta, 2013

Sementara kondisi emplasemen/ peron Lempuyangan – Solo Balapan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.134. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Lempuyangan -

Solobalapan DAOP VI Yogyakarta

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Lempuyangan Lpn 165+774 497 Ganda 6 SE Baik

2 Maguwo Mgw 158+975 154 Ganda 4 SM Baik

3 Brambanan Bbn 151+070 688 Ganda 4 SM Baik

4 Srowot Swt 145++220 643 Ganda 4 SM Baik

5 Klaten Kt 138+482 740 Ganda 6 SM Baik

6 Ceper Ce 129+200 625 Ganda 5 SM Baik

7 Delanggu Dl 122+932 543 Ganda 4 SM Baik

8 Gawok Gw 117+389 625 Ganda 5 SM Baik

9 Purwosari Pws 110+750 456 Ganda 8 SM Baik

10 Solobalapan Slo 107+814 364 Ganda 10 (NX ) Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta, 2013

Dari 2 (dua) lintas emplasmen yang telah diuraikan sebelumnya, pada DAOP

VI Yogyakarta terdapat juga lintas empalesemen / peron Solojebres –

Walikukun dan lintas Solobalapan – Gundih, untuk lebih jelasnya kondisi

eplasemen dapat dilihat pada tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-152

Tabel 5.135. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Solo jebres -

Walikukun DAOP VI Yogyakarta

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(mete)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis U

nit

1 Solojebres Sk 260+634 520 Tunggal 7 SM Baik

2 Palur Pl 256+484 347 Tunggal 3 SM Baik

3 Kemiri Kmr 251+670 400 Tunggal 3 SM Baik

4 Masaran Msr 242+740 326 Tunggal 3 SM Baik

5 Sragen Sr 233+761 352 Tunggal 4 SM Baik

6 Kebonromo Kro 228+552 375 Tunggal 3 SM Baik

7 Kedungbanteng Kdb 222+492 368 Tunggal 3 SM Baik

8 Walikukun Wk 210+197 399 Tunggal 3 SM Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta, 2013

Selain itu kondisi empalesemen / peron dari lintas Solo Balapan - Gundih dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.136. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Solo Balapan -

Gundih DAOP VI Yogyakarta

No Stasiun Kode Letak

KM

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Solobalapan Slo 107+814 Tunggal SM Baik

2 Kalioso Ko 97+191 505 Tunggal 3 SM Baik

3 Salem Slm 88+867 390 Tunggal 3 SM Baik

4 Sumbulawang Sum 79+883 375 Tunggal 3 SM Baik

5 Goprak Gpk 72+130 374 Tunggal 2 SM Baik

6 Gundih Gd 65+857 460 Tunggal 7 SM Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta, 2013

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan

beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin

arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,.

Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Kutuarjo - Yogyakarta peron

yang paling panjang berada pada stasiun Wojo sepanjang 603 m, pada lintas

Lempuyangan – Solo Balapan peron yang paling panjang berada pada stasiun

Barambanan sepanjang 688 m, pada lintas Solojebres walikukun peron paling

panjang berada stasiun Solojebres, pada lintas Balapan – Gundih peron yang

paling panjang pada Stasiun Kalioso, Karena itu untuk mengantisipasi

pengalihan barang dari Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya panjang peron

diusulkan sama dengan stasiun Semarang gudang dan stasiun Tegal yaitu

masing-masing sepanjang 638 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-

masing stasiun memiliki panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-

masing stasiun yang berada dibawah 638 m dapat dilihat pada tabel

sebelumnya.

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 209 m

(stasiun Mangkang) – 562 m (stasiun Petarukan dan stasiun ambarawa). Untuk

menjamin kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor

ditetapkan masing-masing sepanjang 638 m, sehingga dengan demikian dalam

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-153

waktu yang bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat

bongkar barang.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DAOP VI Yogyakarta, saat ini rumah sinyal Elektrik ada pada stasiun

Yogyakarta, stasiun lempuyangan, stasiun Solo Balapan, masing-masing

mempunyai 1 (satu) rumah sinyal elektrik. Untuk rumah sinyal mekanik ada

pada stasiun Sragen, Kalioso masing-masing mempunyai 1 rumah sinyal,

dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh PPKA (Pemimpin

Perjalanan Kereta Api), dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.137. Jumlah rumah sinyal pada DAOP IV Yogyakarta No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah Sinyal

Jenis rumah

sinyal

Kondisi

1 Stasiun Yogyakarta 1 Elektrik Baik

2 Stasiun Lempuyangan 1 Elektrik Baik

3 Stasiun Solobalapan 1 Elektrik Baik

4 Stasiun Sragen 1 Mekanik Baik

5 Srasiun kalioso 1 Mekanik Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api

barang, sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari jalan Pantura

(Jakarta - Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka rumah sinyal tetap

dipertahankan pada stasiun besar namun perangkatnya yang ada pada setiap

stasiun antara seharusnya sudah elektrik.

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya)

sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan

genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu

listrik juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana

sewaktu-waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara

otomatis genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk

menjamin kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DAOP VI Yogyakarta bahwa untuk lintas

Kutuarjo – Yogyakarta sudah terlayani dengan persinyalan elektrik, namun

pada lintas Lempuyangan – Solobalapan, Lintas Solojebres – Walikukun,

Lintas Solo Balapan – Gundih, masih menggunakan sinyal mekanik, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.138. Kondisi persinyalan DAOP VI Yogyakarta

No Nama Stasiun Singkatan Jenis sinyal Kondisi

1 Kutoarjo Kta SE BAIK

2 Jenar Jn SE BAIK

3 Wojo Wj SE BAIK

4 Wates Wt SE BAIK

5 Sentolo Stl SE BAIK

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-154

No Nama Stasiun Singkatan Jenis sinyal Kondisi

6 Rewulu Rwl SE BAIK

7 Patukan Ptn SE BAIK

8 Yogyakarta Yk NX BAIK

9 Lempuyangan Lpn

10 Maguwo Mgw SM BAIK

11 Brambanan Bbn SM BAIK

12 Srowot Swt SM BAIK

13 Klaten Kt SM BAIK

14 Ceper Ce SM BAIK

15 Delanggu Dl SM BAIK

16 Gawok Gw SM BAIK

17 Purwosari Pws SM BAIK

18 Solobalapan Slo NX BAIK

19 Solojebres Sk SM BAIK

20 Palur Pl SM BAIK

21 Kemiri Kmr SM BAIK

22 Masaran Msr SM BAIK

23 Sragen Sr SM BAIK

24 Kebonromo Kro SM BAIK

25 Kedungbanteng Kdb SM BAIK

26 Walikukun Wk SM BAIK

27 Solobalapan Slo

28 Kalioso Ko SM BAIK

29 Salem Slm SM BAIK

30 Sumbulawang Sum SM BAIK

31 Goprak Gpk SM BAIK

32 Gundih Gnd SM BAIK

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Penggunaan sinyal elektrik pada DAOP VI Yogyakarta untuk lintas

Lempuyangan – Solobalapan, Lintas Solojebres – Walikukun, Lintas Solo

Balapan – Gundih yang harus dielektrifikasi, diharapkan mampu menunjang

perjalanan kereta api barang sesuai dengan GAPEKA, dilain pihak perlu

adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap

handal dan memenuhi persyaratan yang telah diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DAOP VI Yogyakarta jumlah wesel yang

terdapat pada jenis rel R 54 mendominasi sebanyak 152 unit, sedangkan untuk

R 41/42 sebanyak 85 unit, R 33 sebanyak 61 unit, dan R 25 sebanyak 70 unit,

dari keseluruhan jumlah wesel yang ada di DAOP VI Yogyakarta masih dapat

beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-155

Tabel 5.139. Kondisi wesel pada DAOP VI Yogyakarta

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe

Rel 54. Hal ini adalah seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54

dalam meningkatkan operasional kereta api barang.

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DAOP VI Yogyakarta terdapat beberapa jenis

alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Montelan - - - - - -

2 Jenar 9 - - - - 9

3 Wojo 7 - - - - 7

4 Kedungdang - - - - - -

5 Wates 9 - - - - 9

6 Sentolo 9 - - - - 9

7 Reluwu 13 - 7 3 - 23

8 Patukan 9 - - - - 9

9 Yogyakarta 10 - 22 8 7 47

10 Goprak - - 2 1 - 3

11 Sumberlawang - - 3 2 - 5

12 Salem - - 2 2 1 5

13 Kalioso - - 4 1 - 5

14 Solobalapan 5 - 10 32 - 47

15 Purwosari 6 - 6 2 14 28

16 Gawok 4 - 2 2 - 8

17 Delanggu 8 - - - - 8

18 Ceper 8 - - - 2 10

19 Klaten 6 - 1 2 5 14

20 Srowot 6 - 2 - - 8

21 Brambanan 4 - 4 - - 8

22 Kalasan - - - - - -

23 Maguwo 9 - 1 - - 10

24 Lempuyangan 9 - 14 3 12 38

25 Kedungbanteng 2 - - - 3 5

26 kebonromo 4 - - - - 4

27 Sragen 2 - - - 4 6

28 Masaran 4 - - - - 4

29 Kemiri 2 - - - 3 5

30 Palur 3 - 1 - 1 5

31 Solojebres 4 - 4 1 7 16

32 Solokota - - - - - -

33 Sukoharjo - - - - 5 5

34 Pasarnguter - - - - 3 3

35 Wonogiri - - - - 5 5

36 Magelangkota - - - - - -

JUMLAH 152 - 85 61 70 368

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-156

Tabel 5.140. Kondisi Telekomunikasi pada DAOP Yogyakarta No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan

Perkoridor

Jumlah

Kta-

Yk

Yk-

Slo

Slo-

Mn

Slo-

Gd

Pws-

wng

A JARINGAN

RADIO

1 Jaringan Radio 1,5 4 1,5 1 - 80

JUMLAH A 1,5 4 1,5 1 - 80

B JARINGAN

TRAINDISPATC

HING

1 Radio Lokomotif 28 - - - - 28

2 Way Station 7 9 7 4 - 27

3 Base Station 1 2 - 1 - 4

4 Console PK 3 - - - - 3

5 Pesawat URS - - - -

JUMLAH B 39 11 7 5 62

C PERANGKAT

TELKOM

1 Genta Penjaga 19 41 14 4 - 78

2 Genta Peron 7 22 4 3 - 36

3 Induk jam 1 2 - - - 3

4 Anak jam 9 7 - - 16

5 Key telepon 1 2 1 - - 4

6 Sentra Talk Back 1 1 - - - 2

7 Pes.Cabang Talk

Back

7 10 - - - 17

8 Sentra Teleks 2 1 - - - 3

9 PC Teleks 3 7 - - - 10

10 Sentra MD 110 - 3 - - - 3

11 Voice Recorde 7 - 3 - - 10

12 Sound System 14 2 - - 16

13 Toka 126 188 16 4 2 336

14 CCC 1 - - - - 1

15 Telepon LCC 7 - - - - 7

16 Telepon SPT 28 - - - - 28

17 Telepon LX 17 - - - - 17

18 Telepon T - 7 1 4 - 12

19 Telepon LB - 62 30 7 4 103

20 Telepon Blok - 18 13 1 - 32

21 Telegraf T - - - - -

22 Repeater OR 1 1 - - 2

23 Pesawat Rig 8 11 7 4 4 34

24 Warning Alarm - 5 1 1 7

JUMLAH C 259 390 90 28 10 777

JUMLAH

TOTAL

299,5 405 98,5 34 10 847

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari

a) Jaringan radio, b) Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus

dilengkapi pada setiap stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan

karena fungsi telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya

memiliki peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-157

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DAOP VI Yogyakarta, kondisi pada setiap akses jalan

dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.141. Kondisi akses jalan pada DAOP VI Yogyakarta

No Nama Stasiun Singkatan

Akses

Jalan

Kondisi

1 Kutoarjo Kta ADA BAIK

2 Jenar Jn ADA BAIK

3 Wojo Wj ADA BAIK

4 Wates Wt ADA BAIK

5 Sentolo Stl ADA BAIK

6 Rewulu Rwl ADA BAIK

7 Patukan Ptn ADA BAIK

8 Yogyakarta Yk ADA BAIK

9 Lempuyangan Lpn

10 Maguwo Mgw ADA BAIK

11 Brambanan Bbn ADA BAIK

12 Srowot Swt ADA BAIK

13 Klaten Kt ADA BAIK

14 Ceper Ce ADA BAIK

15 Delanggu Dl ADA BAIK

16 Gawok Gw ADA BAIK

17 Purwosari Pws ADA BAIK

18 Solobalapan Slo ADA BAIK

19 Solojebres Sk ADA BAIK

20 Palur Pl ADA BAIK

21 Kemiri Kmr ADA BAIK

22 Masaran Msr ADA BAIK

23 Sragen Sr ADA BAIK

24 Kebonromo Kro ADA BAIK

25 Kedungbanteng Kdb ADA BAIK

26 Walikukun Wk ADA BAIK

27 Solobalapan Slo ADA BAIK

28 Kalioso Ko ADA BAIK

29 Salem Slm ADA BAIK

30 Sumbulawang Sum ADA BAIK

31 Goprak Gpk ADA BAIK

32 Gundih Gnd ADA BAIK

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama

distasiun-stasiun antara dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi

angkutan barang.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-158

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DAOP VI

Yogyakarta gudang yang terdapat di emplasemen stasiun Purwosari memiliki

daya tampung 5000 ton/m2, stasiun Brambanan 4000 ton/m2, stasiun Sragen

5000 ton/m2 dan stasiun Lempuyangan 10.000 ton/m2. Ke empat gudang

tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel dan gambar berikut

Tabel 5.142. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DAOP VI

Yogyakarta No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Stasiun Purwosari 5000 Baik

2 Stasiun Brambanan 4000 Baik

3 Stasiun Sragen 5000 Baik

4 Stasiun Lempuyangan 10.000 Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan

kapasitasnya untuk menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk

mendayagunakan gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan

perbaikan, penambaahan luas gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai

persyaratan teknis gudang, tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup,

pintu cukup lebar dengan menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai

beton.

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DAOP VI Yogyakarta hampir semua stasiun tidak adanya lapangan

penumpukan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka, lapangan penumpukan perlu di buat yaitu dengan

dengan penambahan luas lahan karena yang dikhawatirkan jika volume

pengiriman barang meningkat dan tidak adanya lapanganan penumpukan akan

mengganggu kelancaran kendaraan pengangkut barang, selain itu kondisi

lapangan penumpukan sebaiknya berlantai beton, mudah dipantau, ada fasilitas

pelindung dan lampu penerangan yang cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi

oleh dinding.

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DAOP VI Yogyakarta hanya terdapat pada stasiun Lempuyangan. Proses

pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari kereta api menggunakan

forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat

tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut ini.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-159

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu

ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan

akses dengan ukuran dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada

fasilitas untuk kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara

pengawas dan tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang

telah diuraikan untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal

pemuatan dan pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga

dengan harapan bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DAOP VI Yogyakarta kegiatan langsir menggunakan

lokomotif khusus dan tidak menggunakan lokomotif dinas, dan hal ini

seyogyanya diterapkan pada DAOP-DAOP lain yang belum mempunyai

lokomotif khusus.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk

menampung 20 unit gerbong dan 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada

penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah

spoor sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DAOP VI Yogyakarta stasiun Lempuyangan mampu menampung kendaraan

jenis truk satu sumbu lebih kurang 15 truk dan kondisi parkiran dalam keadaan

layak.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan

kendaraan diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi

menyerong, apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi,

maka diupayakan penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan

persyaratan lapangan parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada

DAOP VI Yogyakarta tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat

crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang

disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-160

kereta api barang, maka keberadaan crane untuk proses bongkar muat barang

sebaiknya difasilitasi distasiun-stasiun yang potensi untuk bongkar muat barang

mengingat banyak jenis barang berat yang tidak bisa ditangani oleh

kemampuan tenaga manusia atau tidak bisa ditangani oleh alat bongkar muat

lain yang memiliki kapasitas angkat di bawah kemampuan.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DAOP VI Yogyakarta alat jembatan timbangan

barang hanya terdapat pada stasiun lempuyangan yang mempunyai kapasitas

100 Ton dan saat ini kondisinya sudah rusak dan tidak berfungsi , secara

singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.143. Kondisi timbangan di DAOP VI Yogyakarta No Lokasi Kapasitas

(Ton)

Kondisi

1 Stasiun Lempuyangan 100 Tidak layak

2 Stasiun Yogyakarta - -

3 Satasiun Kutuarjo - -

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu mengaktifkan kembali timbangan barang

distasiun dengan meningkatkan kapasitas timbangan barang dan setiap selesai

penimbangan harus ada struk sebagai bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DAOP VI

Yogyakarta, petugas keamanan yang berjumlah 16 orang dan ditempatkan pada

stasiun Purwosari sebanyak 3 orang, stasiun Brambanan 3 orang, stasiun

Lempuyangan 3 dan pada stasiun Rewulu sebanyak 7 orang dengan latar

belakangan mayoritas SLTA, untuk waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu

pagi hari, siang hari dan malam hari, secara singkat dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.144. Jumlah personil keamanan di DAOP VI Yogyakarta No Lokasi Jumlah Personil

(orang)

Pendidikan

1 Stasiun Purwosari 3 SLTA

2 Stasiun Brambanan 3 SLTA

3 Stasiun Lempuyangan 3 SLTA

4 Stasiun Rewulu 7 SLTA

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan

kegiatan pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus

meningkat yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan

kereta api barang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-161

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta perjalanan

kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api

harus dibuat lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam

rangka keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DAOP VI Yogyakarta, bahwa di DAOP VI ini

ada tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya dikhususkan

hanya untuk tempat muat BB dan semen

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka harus diupayakan juga pelayanan angkutan barang

jenis curah/pasir kuarsa. Selain itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik

jenis curah, batu bara dan jenis barang lainnya harus pada tempat yang tepat

yang berguna untuk meminimalisis kerugian yang mungkin timbul akibat

ketidak tepatan.

aa. Scowing

Hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta khususnya stasiun Rewulu,

stasiun Lempuyangan dan stasiun Brambanan terdapat 3 (tiga) jadwal/shiff

pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang masing-masing terdiri 4 s/d 6

orang. Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat

pengalihan angkutan barang melalui jalan ke angkutan barang kereta api, maka

kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil

pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi

pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil

pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang

siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap

ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil

schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi

kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DAOP VI Yogyakarta tidak ditemukan pemakai

conveyor dalam proses bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api, maka bagi stasiun yang

kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses pemindahan dari

gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya menggunakan conveyor

bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak sebaiknya menggunakan

belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan setidaknya dapat

meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan beban kerja tenaga

manusia.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-162

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta terdapat forklift

berjumlah 4 unit, 2 terdapat pada emplasemen stasiun Lempuyangan, dan 2

unit pada stasiun Rewulu, kondisi forklift pada 2 stasiun tersebut dalam

keadaan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.145. Kondisi forklift pada DAOP VI Yogyakarta No Nama Stasiun Jumlah (unit) Kondisi

1 Stasiun Lempuyangan 2 Baik

2 Stasiun Rewulu 2 Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka pendayagunaan forklift yang ada sebaiknya

dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu melakukan pemeliharaan

secara rutin agar agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga khususnya pada

DAOP VI Yogyakarta untuk stasiun-stasiun yang belum memiliki alat bongkar

sejenis forklift sebaiknya di lengkapi untuk menunjang proses bongkar muat

pada kereta api barang.

dd. Crew

Berdasarkan data survey di DAOP VI Yogyakarta pada emplasemen stasiun

Yogyakarta jumlah masinis sebanyak 58 orang, kondektur 56 orang dan

tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 42 orang. Untuk emplasemen stasiun

solobalapan jumlah masinis 37 orang, kondektur 37 dan 24 orang Teknisi

Kereta Api (TKA). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.146. Jumlah Crew pada DAOP VI Yogyakarta No Nama Stasiun Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 Stasiun Yogyakarta 58 56 42

2 Stasiun Solobalapan 37 37 24

Sumber: DAOP VI Yogyakarta, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang , maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata

lain jika terjadi kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew

tentunya yang memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi

kecakapan crew yang dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang

diperoleh setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan

agar kinerja kereta api barang meningkat.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-163

2. Prasarana Perkeretaapian Barang DAOP VI Yogyakarta

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta, lokomotif

diesel elektrik ( CC 201 berjumlah 13, CC 203 berjumlah 3, CC 204 berjumlah

4, CC 206 berjumlah 1) dan lokomotif hidrolik (D 301) berjumlah 3 yang

terdapat pada emplasemen stasiun Yogyakarta kondisi lokomotif tersebut

dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.147. Kondisi Lokomotif di DAOP VI Yogyakarta No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Depo Yogyakarta Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel Elektrik

Diesel

Hidrolik

CC201

CC203

CC204

CC206

D301

13

3

4

1

3

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta, 2013

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DAOP VI Yogyakarta

khususnya tipe CC201 dan CC203 yang mempunyai daya tarik sebesar 1950

HP untuk CC201 dan 2150 HP untuk CC203 diharapkan mampu dioperasikan

untuk menarik beban barang yang mencapai rata-rata 1200 ton dengan dengan

20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan yang mengacu sesuai dengan

GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta api barang maksimum 70

km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan

terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan

penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan

jenis elastik dan bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi terdapat gerbong barang jenis KBW

sebanyak 16 pada stasiun Wates, untuk gerbong barang jenis GK berjumlah 61

berada di stasiun Rewulu. Semua gerbong dalam kondisi baik, secara singkat

dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.148. Kondisi gerbong datar di DAOP VI Yogyakarta No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit)

Kondisi

1 Stasiun Wates KKBW 16 Baik

2 Depo Rewulu GK 61 Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang

ada yaitu gerbong datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki

serta menambah frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada

penambahan jenis gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat

jika terjadi peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DAOP VI

Yogyakarta siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang

tersedia ataupun yang dicadangkan.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-164

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta Depo

pemeliharaan lokomotif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.149. Kondisi Depo pemeliharaan Lokomotif DAOP VI Yogyakarta

No Depo stasiun Kondisi

1 Depo Lok Yogyakarta baik

2 Depo Kereta Yogyakarta baik

3 Depo Lok Solo baik

4 Depo Kereta Solo baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga

pemeliharaan yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan

yang cermat. Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan

harus dikalibrasi secara berkala

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Secara singkat kondisi depo pada DAOP VI Yogyakarta dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.150. Kondisi depo pemeliharaan gerbong barang No Lokasi Panjang

(m)

Lebar

(m)

Kondisi

1 Stasiun Rewulu - - Baik

Sumber : DAOP VI Yogyakarta

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VI Yogyakarta, depo

pemeliharaan gerbong sementara masih menjadi satu dengan depo kereta yang

telah dijelaskan pada tabel sebelumnya dan saat ini masih dioptimalkan dan

dalam keadaan baik.

Kondisi Dipo pemeliharaan gerbong yang ada di DAOP VI Yogyakarta perlu

terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong yang siap operasi menurut jenis

dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.

E. DAOP VIII Surabaya 1. Prasarana Perkeretaapian Barang

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP VIII Surabaya dimana masih terdapat

tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti

dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih

mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian

angkutan barang melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-165

secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini

kondisi jalan raya Pantura Jakarta – Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan.

Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta – Surabaya telah

mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran

lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun

semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut

muatan masing-masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe

rel di DAOP VIII Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.151. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP VIII Surabaya

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi & Emplasemen

KA DAOP VIII Surabaya

474,065

- Type rel R 25 30,953

Baik

- Type rel R 33 110,765

Baik

- Type rel R 41/42 148,999

Baik

- Type rel R 50 104,143 -

Baik

- Type rel R 54 79,204 Baik

Sumber : Survey DAOP VIII Surabaya,2013.

Pada DAOP VIII Surabaya masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42,

dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan

gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal.

Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari

angkutan jalan sebesar 1.371.620.374ton/tahun untuk Jakarta – Jateng dan

2.129.016.037 untuk Jakarta – Jatim, sedangkan angkutan barang dan

penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25,

R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel

yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan

dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54

ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk

keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DAOP VIII Surabaya terdapat panjang rel

keseluruhan 474,065 km, terdiri dari type R25 sepanjang 30,953 km, type R33

sepanjang 110,765 km, type R41/42 sepanjang 148,999 km, type R54 sepanjang

79,204 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel

yang dominan di DAOP VIII Surabaya. Secara singkat jalur angkutan kereta

api barang di DAOP VIII Surabaya dapat dilihat pada gambar berikut

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-166

Gambar 5.69 Jaringan Material Rel di Daop VIII Surabaya

Sumber : Survey DAOP VIII Surabaya, 2013

Secara rinci material Rel di DAOP VIII Surabaya terdiri dari tipe rel 54 , tipe

rel 41/42, tipe rel 33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan

474,065 km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.152. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP VIII Surabaya

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

A. Lintas Raya

B 48 – Babat 50 33,773

Babat – Kandangan 50 60,567

Kandangan – Surabaya Ps Turi 50 8,633

Surabaya – Wonokromo (Hulu) 41/42 7,582

Surabaya – Wonokromo (Hilir) 41/42 7,582

Wonokromo – Waru 41/42 5,771

Waru – Sidoarjo 41/42 11,858

Sidoarjo – Bangil 41/42 21,528

Bangil – B 89 41/42 1,362

Wonokromo – Mojokerto 54

41/42

38,858

1,139

Mojokerto – B 78 54 6,842

Bangil – Malang 41/42 49,234

Malang – Blitar 41/42

33

1,105

73,717

Blitar – B 78 54 11,404

Sidoarjo – Tarik 54 22,100

B. Lintas Cabang Operasi

Kandangan – Indro 41/42 9,773

Sidotopo - Kalimas 41/42 7,016

Masigit – Surabaya Ps Turi 41/42 1,350

STM – Surabaya Ps Turi 41/42 0,530

Surabaya Kota – Sidotopo 41/42 2,339

Surabaya Gubeng – Sidotopo 41/42 3,454

Sidotopo - Benteng 41/42 2,286

C. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

50

41/42

1,170

15,091

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-167

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas

(Km)

33

25

34,158

23,905

D. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan

Dipo

25

33

0,705

0.920

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DAOP VIII Surabaya

mengakibatkan rendahnya kecepatan operasi kereta api.

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DAOP VIII Surabaya maka beberapa

strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana

jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario,

dengan melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe

rel 25 sepanjang 30,953 km dan tipe rel 33 sepanjang 110,765 km dan tipe rel

41/42 sepanjang 148,999 km sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu

diganti dalam rangka mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari

jalan raya ke angkutan barang kereta api sepanjang 290,717 km.

Tabel 5.153. Usulan pergantian rel dengan skenario pada DAOP VIII

Surabaya

No Pergantian tipe rel

Skala

Prioritas

I II

1 Tipe R 25 30,953

2 Tipe R 33 110,765

3 Tipe R 41/42 148,999

Total 141,718 148,999 Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013

b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DAOP VIII Surabaya

bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan

kondisi dilapangan di DAOP VIII Surabaya bantalan kayu terdapat sepanjang

82,418 dan bantalan beton sepanjang 391,646 km. Artinya dilapangan sudah

lebih dominan bantalan yang terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.154. Kondisi Bantalan pada Daop VIII Surabaya

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi -

- Kayu 73,508 - Baik

- Beton 391,656 - Baik

Sumber : Survey DAOP VIII Surabaya,2013

Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DAOP VIII Surabaya

dapat dilihat pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-168

Gambar 5.70. Jaringan Material Bantalan di DAOP VIII Surabaya

Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DAOP VIII Surabaya dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.155. Keberadaan Jenis bantalan pada DAOP VIII Surabaya

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

A. Lintas Raya

B 48 – Babat 33,773

Babat – Kandangan 60,567

Kandangan – Surabaya Ps Turi 8,633

Surabaya – Wonokromo (Hulu) 7,582

Surabaya – Wonokromo (Hilir) 7,582

Wonokromo – Waru 5,771

Waru – Sidoarjo 11,858

Sidoarjo – Bangil 21,528

Bangil – B 89 1,362

Wonokromo – Mojokerto 0,010 39,987

Mojokerto – B 78 6,842

Bangil – Malang 49,294

Malang – Blitar 74,822

Blitar – B 78 11,404

Sidoarjo – Tarik 22,100

E. Lintas Cabang Operasi

Kandangan – Indro 9,773

Sidotopo - Kalimas 7,016

Masigit – Surabaya Ps Turi 1,350

STM – Surabaya Ps Turi 0,530

Surabaya Kota – Sidotopo 2,339

Surabaya Gubeng – Sidotopo 3,454

Sidotopo - Benteng 2,286

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-169

Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan

Kayu

(km)

Besi

(km)

Beton

(km)

F. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Stasiun

72,470 1,853

G. Data Material Jalan Rel di

Emplasemen Balayasa dan Dipo

9,938

Total 82,418 391,646

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan

beton untuk DAOP VIII Surabaya adalah sepanjang 391,646 km, dengan jarak

antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk

keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT

KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 82,418 km dan bantalan besi

sepanjang 391,646 km.

Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya pantura Jakarta

– Surabaya maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 82,418 km

menjadi bantalan beton. Hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel

sebagai lintasan angkutan kereta api barang. Dengan pergantian tipe bantalan

kayu menjadi beton diharapkan beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang

sampai saat ini kurang mampu lagi menampung angkutan barang truk.

Dibeberapa titik jalan pantura Jakarta – Surabaya telah menunjukan adanya

kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu

kelancaran arus lalu lintas barang Jakarta-Surabaya.

c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe

penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.156. Kondisi Penambat pada lintasan DAOP VIII Surabaya

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 458,42 - Baik

- Penambat Kaku 82,42 - Baik

Sumber : DAOP V Surabaya, 2013

Pada DAOP VIII Surabaya dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu :

Penambat elastik terdapat 458,42 km sedangkan penambat kaku mencapai 82,42

km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang

baik. Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku

dapat dilihat pada gambar berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-170

Gambar 5.71. Jaringan Material Penambat di DAOP VIII Surabaya

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DAOP VIII

Surabaya serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan

sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang

sekarang ini di DAOP VIII Surabaya sudah menggunakan penambat elastik.

Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura

(Jakarta - Surabaya) dimana sekarang ini sudah melampaui batas yang telah

ditentukan maka diperlukan pemberdayaan angkutan barang kereta api. Tetapi

untuk menjamin ketahanan penambat diperlukan strategi pergantian dari

penambat kaku menjadi penambat elastik. Hal ini sangat diutamakan

mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku

sepanjang 82,42 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan

kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya

akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat

tersebut di DAOP VIII Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.157. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada DAOP VIII

Surabaya No Lintasan Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I

Skenario

II

1 DAOP

VIII

Surabaya

82,42 Elastik

Ganda

- Tidak mampu

lagi

menambatkan

rel pada

bantalan

sedemikian

rupa sehingga

kedudukan rel

tetap tegak dan

tidak bergeser

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-171

No Lintasan Jenis Material Panjang

(Km)

Diganti

Dengan Penambat

Alasan

Penggantian

2 82,42 - - Tidak boleh

dipakai untuk

semua kelas

jalan rel

Sumber : Hasil Olahan Konsultan, 2013

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di

lintas Wonokromo – Mojokerto sepanjang 0,01 km dan lintas emplasemen

stasiun sepanjang 82,41. Perbedaan jenis penambat ini praktis telah

berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan penggantian penambat kaku

menjadi penambat elastik dampak positifnya telah mampu digunakan pada

semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak

pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah

mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis roda yang

bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan

penambat elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah

mampu meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel

terhadap bantalan. Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya

jepit (clamping force) yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan

rangkak (creep resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat

elastik ganda adalah agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan

barang kereta api. Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik

ganda sangat relevan terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang

terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DAOP III

Cirebon untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m,

lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.158. Rata-rata lebar tanah untuk tumpuan rel

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk tumpuan di

sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi

dan kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan

pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-172

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DAOP VIII Surabaya kondisi

jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.159. Kondisi jembatan pada DAOP VIII Surabaya

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 4,60 270 Baik

- Jembatan beton 1,38 199 Baik

Sumber : Hasil Survey DAOP VI Surabaya 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada DAOP VIII Surabaya memiliki

jembatan besi atau baja sepanjang 6,32 km, sementara jembatan beton terdapat

0,79 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di

lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan

kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/

besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara

bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura Jakarta –

Surabaya ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang

dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban

yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang

memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan

kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari

baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian

pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan

kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat

yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan

pantura Jakarta- Surabaya melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak

pada kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang

melelui jalan pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga

mengakibatkan kondisi jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai

dengan angkutan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DAOP VIII Surabaya Gorong-gorong beton

terdapat 945 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari

beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.160. Kondisi gorong-gorong pada DAOP VIII Surabaya

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 682 Baik

Sumber: DAOP VIII Surabaya, 2013.

Gorong-gorong yang ada di DAOP VIII Surabaya masih perlu dipertahankan

mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang

relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-173

daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton

sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan

yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang

memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54,

bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan

konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka

dapat diyakinkan pengalihan barang dari jalan Pantura Jakarta – Surabaya akan

dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DAOP VIII Surabaya terdapat 2 terowongan yaitu pada

lintas Sumberpucung - Pohgajih, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.161. Data kondisi terowongan lintas DAOP VIII Surabaya No Lintas

Antara

Km Nama

Terowongan

Panjang Banyak

(unit)

1

2

Sumberpucung -

Pohgajih

Sumberpucung -

Pohgajih

83+317,30

84+537,50

Karangkates I

Karangkates II

440

597

1

1

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data diatas untuk menjaga kondisi terowongan maka perlu

penilikan, pemeriksaan dan pemeliharaan secara teratur untuk mempertahankan

kondisi dan daya dukung terowongan terutama akibat pengalihan angkutan

barang melalui jalan harus dilakukan penilikan sehingga tidak adanya

perbaikan terowongan yang berkaitan dengan pengalihan angkutan barang

melalui jalan keangkutan kereta api barang.

Apabila penilikan, pemeriksaan dan pemeliharaan secara teratur oleh petugas

yang kompeten ternyata terdapat kelainan/perubahan kondisi terowongan maka

langkah lebih lanjut adalah memperbaiki atau mengganti komponen tertentu

diterowongan dengan material yang lebih baik.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya terdapat

perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas)

dan tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.162. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DAOP VIII Surabaya

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang manual

- Jumlah 198

-

Lebat rata

rata

-

Dengan pintu

pengaman Besi/kayu

Sumber : Hasil Survey pada DAOP VIII Surabaya

Perlintasan sebidang manual 198 buah dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan

pintu pengaman besi atau kayu.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-174

Tabel 5.163. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DAOP VIII

Surabaya

U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Kondisi Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang

otomatis

- Jumlah 483

-

Lebat rata

rata 4 - 5 mtr

-

Dengan pintu

pengaman Mekanik

Sumber : Hasil Survey pada DAOP VIII Surabaya

Perlintasan sebidang pada DAOP VIII Surabaya perlintasan sebidang manual

sejumlah 198 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu

pengaman besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 483

unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang

otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang

terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga

pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi

minimal 150 m.

Di DAOP VIII Surabaya terdapat perlintasan sebidang otomatis 483 unit

dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual

masih terdapat sebanyak 198 unit dengan pintu pengaman besi/kayu. Kondisi

semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan

yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki

muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk

mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar

maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 198 unit diganti

menjadi persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang

manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/besi sebagai

pintu pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DAOP VIII Surabaya terdapat

lima puluh dua (52) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun

Surabaya pasarturi, Surabaya Sidotopo, stasiun Kalimas, strasiun Surabaya

Kota, stasiun Surabaya Gubeng, stasiun Malang, s adalah termasuk stasiun

kelas besar. Kelima puluh (52) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif

berbeda, tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang

baik. Untuk lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah DAOP VIII

Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.164. Kondisi Prasarana DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kapas 131+272 Kps 408 Tunggal 2 SE Baik

2 Sumberejo 139+228 Srj 470 Tunggal 2 SE Baik

3 Bowerno 151+426 Bwo 430 Tunggal 2 SE Baik

4 Babat 160+373 Bbt 618 Tunggal 5 SE Baik

5 Gembong 166+429 Geb 409 Tunggal 1 SE Baik

6 Pucuk 171+691 Pc 397 Tunggal 1 SE Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-175

No Stasiun Letak

Km

Kode Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk 7 Smlaran 177+471 Slr 461 Tunggal 1 SE Baik

8 Lamongan 188+974 Lmg 461 Tunggal 3 SE Baik

9 Duduk 200+797 Dd 424 Tunggal 1 SE Baik

10 Cerme 210+564 Cme 370 Tunggal 2 SE Baik

11 Benowo 215+801 Bnw 523 Tunggal 1 SE Baik

12 Kandangan 220+940 Kda 353 Tunggal 4 SE Baik

13 Tandes 224+325 Tes 410 Tunggal 1 SE Baik

14 Surabayapasarturi 229+573 Sbi 416 Tunggal 7 SE Baik

15 Indro 9+7799 Ido 231 Tunggal 5 SE Baik

16 Sidotopo - Sdt - Tunggal 13 SE Baik

17 Benteng 5+740 Bet 460 Tunggal 9 SE Baik

18 Kalimas 7+018 Klm 687 Tunggal 9 SE Baik

19 Surabayakota - Sb 382 Ganda 10 SE Baik

20 Surabayagubeng 3+454 Sgu 599 Ganda 4 SE Baik

21 Wonokromo 7+881 Wo 561 Ganda 3 SE Baik

22 Sepanjang 24+167 Spj 712 Tunggal 3 SE Baik

23 Boharan 33+860 Bh 623 Tunggal 3 SE Baik

24 Krian 38+330 Krn 619 Tunggal 4 SE Baik

25 Kedinding 43+038 Kdn 607 Tunggal 2 SE Baik

26 Tarik 47+657 Trk 563 Tunggal 6 SE Baik

27 Mojokerto 57+358 Mr 630 Tunggal 6 SE Baik

28 Waru 13+655 Wr 497 Ganda 3 SE Baik

29 Gedangan 17+680 Gdg 497 Ganda 1 SE Baik

30 Sidoarjo 25+510 Sda 693 Ganda 7 SE Baik

31 Tanggulangin 31+072 Tga 356 Ganda 2 SE Baik

32 Porong 34 + 681 Pr 795 Ganda 2 SE Baik

33 Bangil Bg Tunggal 6 SE Baik

34 Wonokerto 8,759 Wn 439 Tunggal 1 SE Baik

35 Sukorejo 16,971 Skj 308 Tunggal 3 SE Baik

36 Sengon 21,237 Sn 209 Tunggal 1 SE Baik

37 Lawang 31,114 Lw 214 Tunggal 2 SE Baik

38 Singosari 39,172 Sgs 406 Tunggal 2 SE Baik

39 Blimbing 44,946 Bmg Tunggal 2 SE Baik

40 Malang 49,234 Ml Tunggal 8 SE Baik

41 Malangkotalama 51,370 Mlk 406 Tunggal 6 SE Baik

42 Pakisaji 60,455 Psi 321 Tunggal 2 SE Baik

43 Kepanjen 68,102 Kpn 250 Tunggal 1 SE Baik

44 Ngebruk 75,094 Nb 352 Tunggal 1 SE Baik

45 Sumberpucung 79,447 Sbp 334 Tunggal 1 SE Baik

46 Pohgajih 87,933 Pgj 336 Tunggal SE Baik

47 Kesamben 94,363 Ksb 301 Tunggal 1 SE Baik

48 Wlingi 103669 Wg 562 Tunggal 3 SE Baik

49 Talun 107,389 Tl 305 Tunggal 2 SE Baik

50 Garum 115,673 Gr 417 Tunggal 2 SE Baik

51 Blitar 122,896 Bl 417 Tunggal 8 SE Baik

52 Tulangan 33,064 Tln 638 Tunggal SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun

tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak

jumlah spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke

stasiun akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun

Kalimas, selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun

tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Surabaya Gubeng

terdapat sembilan (9) spoor. Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-176

barang melalui angkutan kereta api sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah

spoor sebanyak enam (6). Jumlah spoor pada masing-masing stasiun antara

diharapkan akan mampu menjamin arus lalu lintas keluar masuk kereta api

barang, Sementara distasiun antara hanya sebagai lalu lintas angkutan kereta api

barang dan bongkar muat barang. Karena itulah jumlah spoor sebanyak enam

(6) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa stasiun antara sudah ada memiliki

tujuh belas (7) spoor yaitu distasiun antara Sidoarjo, Surabaya Pasarturi (7)

spoor, selain 2 (dua) stasiun yang memiliki 7 spoor ada juga yang sudah

memiliki tiga belas (13) spoor yaitu stasiun Sidotopo yang berada pada lintas

Sidotopo – Kalimas . Tetapi diantara lima puluh dua (52) stasiun pada DAOP

VIII Surabaya kebanyakan stasiun hanya mempunyai tujuh (7) spoor kebawah.

Sebaiknya stasiun antara yang memiliki Tujuh (7) spoor kebawah ditambah

menjadi delapan (8) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DAOP VIII Surabaya untuk lintas

Gundih – surabaya Pasarturi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.165. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Gundih – surabaya

Pasarturi DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Letak Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kapas 131+272 Kps 408 Tunggal 2 SE Baik

2 Sumberejo 139+228 Srj 470 Tunggal 2 SE Baik

3 Bowerno 151+426 Bwo 430 Tunggal 2 SE Baik

4 Babat 160+373 Bbt 618 Tunggal 5 SE Baik

5 Gembong 166+429 Geb 409 Tunggal 1 SE Baik

6 Pucuk 171+691 Pc 397 Tunggal 1 SE Baik

7 Smlaran 177+471 Slr 461 Tunggal 1 SE Baik

8 Lamongan 188+974 Lmg 461 Tunggal 3 SE Baik

9 Duduk 200+797 Dd 424 Tunggal 1 SE Baik

10 Cerme 210+564 Cme 370 Tunggal 2 SE Baik

11 Benowo 215+801 Bnw 523 Tunggal 1 SE Baik

12 Kandangan 220+940 Kda 353 Tunggal 4 SE Baik

13 Tandes 224+325 Tes 410 Tunggal 1 SE Baik

14 Surabayapasarturi 229+573 Sbi 416 Tunggal 7 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Sementara kondisi emplasemen/peron dari lintas Kandangan – Kapas dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.166. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Kandangan - Kapas

DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

( meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Indro 9+7799 Ido 231 Tunggal 5 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Kondisi empalesemen / peron dari Sidotopo - Kalimas dapat dilihat pada tabel

berikut.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-177

Tabel 5.167. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Sidotopo - Kalimas

DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Sidotopo - Sdt - Tunggal 13 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Selain itu kondisi empalesemen/ peron dari lintas Surabaya Gubeng - Benteng

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.168. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya Gubeng -

Benteng DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Benteng 5+740 Bet 460 Tunggal 9 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Sidotopo – Kalimas dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 5.169. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Sidotopo - Kalimas

DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Kalimas 7+018 Klm 687 Tunggal 9 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya - Solo dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5.170. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya – Solo DAOP

III Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Surabayakota - Sb 382 Ganda 10 SE Baik

2 Surabayagubeng 3+454 Sgu 599 Ganda 4 SE Baik

3 Wonokromo 7+881 Wo 561 Ganda 3 SE Baik

4 Sepanjang 24+167 Spj 712 Tunggal 3 SE Baik

5 Boharan 33+860 Bh 623 Tunggal 3 SE Baik

6 Krian 38+330 Krn 619 Tunggal 4 SE Baik

7 Kedinding 43+038 Kdn 607 Tunggal 2 SE Baik

8 Tarik 47+657 Trk 563 Tunggal 6 SE Baik

9 Mojokerto 57+358 Mr 630 Tunggal 6 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya - Ponorogo dapat dilihat

pada tabel berikut

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-178

Tabel 5.171. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya –

Ponorogo DAOP III Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

( meter )

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it 1 Waru 13+655 Wr 497 Ganda 3 SE Baik

2 Gedangan 17+680 Gdg 497 Ganda 1 SE Baik

3 Sidoarjo 25+510 Sda 693 Ganda 7 SE Baik

4 Tanggulangin 31+072 Tga 356 Ganda 2 SE Baik

5 Porong 34+681 Pr 795 Ganda 2 SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Sedangkan kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya - Kertosono

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.172. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Surabaya –

Kertosono DAOP III Surabaya

No Stasiun Letak

Km Kode

Panjang

Peron

(meter)

Spoor Jenis

Sinyal

Kondisi

Akses

Masuk Jenis

Un

it

1 Bangil Bg Tunggal 6 SE Baik

2 Wonokerto 8,759 Wn 439 Tunggal 1 SE Baik

3 Sukorejo 16,971 Skj 308 Tunggal 3 SE Baik

4 Sengon 21,237 Sn 209 Tunggal 1 SE Baik

5 Lawang 31,114 Lw 214 Tunggal 2 SE Baik

6 Singosari 39,172 Sgs 406 Tunggal 2 SE Baik

7 Blimbing 44,946 Bmg Tunggal 2 SE Baik

8 Malang 49,234 Ml Tunggal 8 SE Baik

9 Malangkotalama 51,370 Mlk 406 Tunggal 6 SE Baik

10 Pakisaji 60,455 Psi 321 Tunggal 2 SE Baik

11 Kepanjen 68,102 Kpn 250 Tunggal 1 SE Baik

12 Ngebruk 75,094 Nb 352 Tunggal 1 SE Baik

13 Sumberpucung 79,447 Sbp 334 Tunggal 1 SE Baik

14 Pohgajih 87,933 Pgj 336 Tunggal SE Baik

15 Kesamben 94,363 Ksb 301 Tunggal 1 SE Baik

16 Wlingi 103669 Wg 562 Tunggal 3 SE Baik

17 Talun 107,389 Tl 305 Tunggal 2 SE Baik

18 Garum 115,673 Gr 417 Tunggal 2 SE Baik

19 Blitar 122,896 Bl 417 Tunggal 8 SE Baik

20 Tulangan 33,064 Tln 638 Tunggal SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus

lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan

memungkinkan beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu

untuk menjamin arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin

panjang,. Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Surabaya - Ponorogo

peron yang paling panjang berada pada stasiun Porong sepanjang 795 m, pada

lintas Surabaya – Solo peron yang paling panjang berada pada stasiun

Spanjang memiliki panjang 712 m. Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan

barang dari Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya panjang peron diusulkan

minimal sama dengan stasiun Semarang gudang dan stasiun Tegal yaitu

masing-masing sepanjang 638 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-

masing stasiun memiliki panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-

masing stasiun yang berada dibawah 638 m dapat dilihat pada tabel

sebelumnya.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-179

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 209 m

(stasiun Mangkang) – 562 m (stasiun Petarukan dan stasiun ambarawai). Untuk

menjamin kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor

ditetapkan masing-masing sepanjang 638 m, sehingga dengan demikian dalam

waktu yang bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat

bongkar barang.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DAOP VIII Surabaya saat ini rumah sinyal Elektrik ada pada stasiun

Yogyakarta, stasiun lempuyangan, stasiun Solo Balapan, masing-masing

mempunyai 1 (satu) rumah sinyal elektrik. Untuk rumah sinyal mekanik ada

pada stasiun Sragen, Kalioso masing-masing mempunyai 1 rumah sinyal,

dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh PPKA (Pemimpin

Perjalanan Kereta Api), dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.173. Jumlah rumah sinyal pada DAOP VIII Surabaya No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah

Sinyal

Jenis rumah

sinyal

Kondisi

1 Stasiun Mojokerto 1 Elektrik Baik

2 Stasiun Spanjang 1 Elektrik Baik

3 Stasiun Wonokromo 1 Elektrik Baik

4 Stasiun Babat 1 Mekanik Baik

5 Srasiun Lamongan 1 Mekanik Baik

6 Stasiun Indro 1 Mekanik Baik

7 Stasiun Kalumas 1 Mekanik Baik

8 Stasiun Sidotopo 1 Mekanik Baik

9 Stasiun Benteng 1 Mekanik Baik

10 Stasiun Surabaya Gubeng 1 Mekanik Baik 12 Stasiun Surabaya Kota 1 Mekanik Baik 13 Stasiun Wonokromo 1 Mekanik Baik 14 Stasiun Waru 1 Mekanik Baik 15 Stasiun Sidoarjo 1 Mekanik Baik 16 Stasiun Bangil 1 Mekanik Baik 17 Stasiun Lawang 1 Mekanik Baik 18 Stasiun Malang 1 Mekanik Baik 19 Stasiun Malang Kota Lama 1 Mekanik Baik 20 Stasiun Kopanjen 1 Mekanik Baik 21 Stasiun Blitar 1 Mekanik Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api

barang, sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari jalan Pantura

(Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka rumah sinyal tetap

dipertahankan pada stasiun besar namun perangkatnya yang ada pada setiap

stasiun antara seharusnya sudah elektrik

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api

barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya)

sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan

genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu

listrik juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-180

sewaktu-waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara

otomatis genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk

menjamin kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DAOP VIII Surabaya semua stasiun sudah

terlayani dengan persinyalan elektrik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.174. Kondisi Persinyalan pada DAOP VIII Surabaya

NO STASIUN SINGKATAN Jenis Sinyal Kondisi

Lintas Gd-Sbi

1 Kapas Kps SE Baik

2 Sumberejo Srj SE Baik

3 Bowerno Bwo SE Baik

4 Babat Bbt SE Baik

5 Gembong Geb SE Baik

6 Pucuk Pc

7 Smlaran Slr

8 Lamongan Lmg SE Baik

9 Duduk Dd SE Baik

10 Cerme Cme SE Baik

11 Benowo Bnw SE Baik

12 Kandangan Kda SE Baik

13 Tandes Tes SE Baik

14 Surabayapasarturi Sbi SE Baik

Lintas Kda-Gs 15 Indro Ido SE Baik

Lintas Sdt-Klm 16 Sidotopo Sdt SE Baik

Lintas Sgu-Bet 17 Benteng Bet SE Baik

Lintas Sdt-Klm 18 Kalimas Klm SE Baik

19 Surabayakota Sb SE Baik

20 Surabayagubeng Sgu SE Baik

21 Wonokromo Wo SE Baik

Lintas Sb-Slo

22 Sepanjang Spj SE Baik

23 Boharan Bh SE Baik

24 Krian Krn SE Baik

25 Kedinding Kdn SE Baik

26 Tarik Trk SE Baik

27 Mojokerto Mr SE Baik

Lintas Sb-Pnr 28 Waru Wr SE Baik

29 Gedangan Gdg SE Baik

30 Sidoarjo Sda SE Baik

31 Tanggulangin Tga SE Baik

32 Porong Pr SE Baik

Lintas Sb-Kts 33 Bangil Bg SE Baik

34 Wonokerto Wn SE Baik

35 Sukorejo Skj SE Baik

36 Sengon Sn SE Baik

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-181

NO STASIUN SINGKATAN Jenis Sinyal Kondisi

37 Lawang Lw SE Baik

38 Singosari Sgs SE Baik

39 Blimbing Bmg SE Baik

40 Malang Ml SE Baik

41 Malangkotalama Mlk SE Baik

42 Pakisaji Psi SE Baik

43 Kepanjen Kpn SE Baik

44 Ngebruk Nb SE Baik

45 Sumberpucung Sbp SE Baik

46 Pohgajih Pgj SE Baik

47 Kesamben Ksb SE Baik

48 Wlingi Wg SE Baik

49 Talun Tl SE Baik

50 Garum Gr SE Baik

51 Blitar Bl SE Baik

52 Tulangan Tln SE Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Penggunaan sinyal elektrik di DAOP VIII Surabaya untuk semua lintas,

diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta api barang sesuai dengan

GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT

KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi persyaratan yang telah

diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DAOP VIII Surabaya jumlah wesel yang

terdapat pada jenis rel R-54 sebanyak 52 unit, sedangkan untuk R-50 sebanyak

48 unit, R-41/42 sebanyak 130, unit, R-33 sebanyak 88 unit, dan R-25

sebanyak 117 unit, dari keseluruhan jumlah wesel yang ada di DAOP VIII

Surabaya masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.175. Kondisi wesel DAOP VIII Surabaya

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

1 Kapas - 4 - - - 4

2 Sumberjo - 4 - - - 4

3 Bowerno - 4 - - - 4

4 Babat - 6 10 - - 16

5 Gembong - 2 - - - 2

6 Pucuk - 2 - - - 2

7 Sumlaran - 2 - - - 2

8 Lamongan - 4 3 - - 7

9 Duduk - 2 - - - 2

10 Cerme - 3 - - - 3

11 Benowo - 2 - - - 2

12 Kandangan - 5 2 7 - 14

13 Tandes - 2 - - - 2

14 Surabayapasarturi - 2 32 2 6 42

15 Indro - - - 9 - 9

16 Sidotopo - - 2 20 11 33

17 Benteng - - 2 3 15 20

18 Kalimas - 1 1 9 11 22

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-182

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke

angkutan kereta api barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe

Rel 54. Hal ini adalah seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54

di dalam meningkatkan operasional kereta api barang

o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DAOP VIII Surabaya terdapat beberapa jenis

alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25

19 Surabayakota 6 - 14 2 - 22

20 Surabayagubeng 20 - - - - 20

21 Wonokromo 11 1 - 2 - 14

22 Sepanjang - - - - 4 4

23 Boharan - - - - 4 4

24 Krian 2 - - 1 4 7

25 Kediding 2 - 1 - 2 5

26 Tarik 4 - - 1 3 8

27 Mojokerto 2 1 - - 5 8

28 Waru - - 2 4 - 6

29 Gandengan - - 2 - - 2

30 Sidoharjo - - 4 9 6 19

31 Tanggulangin - - 2 2 - 4

32 Porong - - 2 3 - 5

33 Bangil - - 5 5 - 10

34 Wonokerto 1 1 1 - - 3

35 Sukorejo - - 2 - 4 6

36 Sengon - - 3 - - 3

37 Lawang - - 3 - 2 5

38 Singosari - - 5 - 4 9

39 Blimbing - - 7 - 1 8

40 Malang - - 3 4 10 17

41 Malangkotalama - - - 3 5 8

42 Pakisaji - - 7 - 1 8

43 Kepanjen - - 3 - 2 5

44 Ngebruk - - 2 - - 2

45 Sumberpucung - - 2 - - 2

46 Pohgajih - - 2 - - 2

47 Kesamben - - 2 - - 2

48 Wlingi 1 - 2 1 1 5

49 Talun 1 - 1 - 13 14

50 Garum 2 - - 1 2 5

51 Blitar - - 1 - 13 14

52 Tulangan - - - - - -

JUMLAH 52 48 130 88 117 435

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-183

Tabel 5.176. Kondisi Telekomunikasi DAOP VIII Surabaya

No Jenis Peralatan

Banyaknya Peralatan Perkoridor

Jumlah

Mr

-Sb

Wo

-Bg

Bg-

Mi

Mi

-Bi

Sb-

Klm-

Bet-

Sgu

Sbl

-

Kp

s

Kda

-Ido

A JARINGAN

RADIO

1 Jaringan Radio 2 3 2 2 - 2 - 11

JUMLAH A 2 3 2 2 - 2 - 11

B JARINGAN

TRAINDISPAT

CHING

1 Radio Lokomotif - - - - 44 - - 44

2 Way Station 13 7 7 12 4 14 1 58

3 Base Station 4 1 1 3 - 1 - 10

4 Console PK 3 - - - - - - 3

5 Pesawat URS - - - - - - - -

JUMLAH B 20 8 8 15 48 15 1 115

C PERANGKAT

TELKOM

1 Sentra TOKA 3 - 1 - - 1 - 5

2 TOKA 213 19 43 7 32 67 - 381

3 Sentra Teleks 1 - - - - - - 1

4 Teleks 3 1 1 - 1 1 - 7

5 Telepon T 8 8 7 11 6 15 - 55

6 Telepon LB 2 6 5 5 - 6 - 24

7 Telepon LX 31 43 23 26 15 25 2 156

8 Telepon blok 5 7 5 21 2 16 - 56

9 Telepon Ansaldo - - - - - - - -

10 LCC - - - - - - -

11 CCC - - - - - - -

12 SPT 7 - - - - - - 7

13 Key Telepon 1 - - 1 - - - 2

14 Genta Peron 14 6 7 9 1 6 - 43

15 Genta Penjaga 25 33 21 23 7 13 1 123

16 Repeater OR 2 - - 1 - - - 3

17 Pesawat RIG 1 - 3 7 - 3 2 16

18 Voice Recorder 11 6 7 11 5 14 - 54

19 Sound System 14 6 8 10 4 14 1 57

20 Cir-Cir - - - 2 5 3 1 11

21 Jam Induk 1 2 1 - - - - 4

22 Anak Jam 6 2 1 - - - - 9

23 Audio

keselamatan

11 4 4 6 2 8 - 35

24 Radio Minilink 1 - - 4 - - 1 6

JUMLAH C 360 143 137 14

4

80 192 8 1.064

JUMLAH

TOTAL

382 154 147 16

1

128 209 9 1.190

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari

a) Jaringan radio, b) Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-184

dilengkapi pada setiap stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan

karena fungsi telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya

memiliki peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan

keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin

kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan

perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas

stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi

kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DAOP VIII Surabaya, kondisi pada setiap akses jalan

dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.177. Kondisi Jalan Akses Stasiun DAOP VIII Surabaya

NO STASIUN SINGKATAN Akses Jalan Kondisi

Lintas Gd-Sbi

1 Kapas Kps Ada Baik

2 Sumberejo Srj Ada Baik

3 Bowerno Bwo Ada Baik

4 Babat Bbt Ada Baik

5 Gembong Geb Ada Baik

6 Pucuk Pc Ada Baik

7 Smlaran Slr Ada Baik

8 Lamongan Lmg Ada Baik

9 Duduk Dd Ada Baik

10 Cerme Cme Ada Baik

11 Benowo Bnw Ada Baik

12 Kandangan Kda Ada Baik

13 Tandes Tes Ada Baik

14 Surabayapasarturi Sbi Ada Baik

Lintas Kda-Gs 15 Indro Ido Ada Baik

Lintas Sdt-Klm 16 Sidotopo Sdt Ada Baik

Lintas Sgu-Bet 17 Benteng Bet Ada Baik

Lintas Sdt-Klm 18 Kalimas Klm Ada Baik

19 Surabayakota Sb Ada Baik

20 Surabayagubeng Sgu Ada Baik

21 Wonokromo Wo Ada Baik

Lintas Sb-Slo

22 Sepanjang Spj Ada Baik

23 Boharan Bh Ada Baik

24 Krian Krn Ada Baik

25 Kedinding Kdn Ada Baik

26 Tarik Trk Ada Baik

27 Mojokerto Mr Ada Baik

Lintas Sb-Pnr 28 Waru Wr Ada Baik

29 Gedangan Gdg Ada Baik

30 Sidoarjo Sda Ada Baik

31 Tanggulangin Tga Ada Baik

32 Porong Pr Ada Baik

Lintas Sb-Kts

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-185

NO STASIUN SINGKATAN Akses Jalan Kondisi

33 Bangil Bg Ada Baik

34 Wonokerto Wn Ada Baik

35 Sukorejo Skj Ada Baik

36 Sengon Sn Ada Baik

37 Lawang Lw Ada Baik

38 Singosari Sgs Ada Baik

39 Blimbing Bmg Ada Baik

40 Malang Ml Ada Baik

41 Malangkotalama Mlk Ada Baik

42 Pakisaji Psi Ada Baik

43 Kepanjen Kpn Ada Baik

44 Ngebruk Nb Ada Baik

45 Sumberpucung Sbp Ada Baik

46 Pohgajih Pgj Ada Baik

47 Kesamben Ksb Ada Baik

48 Wlingi Wg Ada Baik

49 Talun Tl Ada Baik

50 Garum Gr Ada Baik

51 Blitar Bl Ada Baik

52 Tulangan Tln Ada Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama

distasiun-stasiun antara dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi

angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DAOP VIII

Surabaya gudang yang terdapat diemplasemen stasiun Kalimas mempunyai

daya tampung 1080 ton/m2, stasiun Benteng 1080 ton/m2, stasiun Surabaya

pasarturi 160 ton/m2, stasiun Babat 160 ton/m2dan stasiun Waru 160 ton/m2,

Kelima gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

Tabel 5.178. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DAOP VIII No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Emplasemen Stasiun Kalimas 1080 Baik

2 Emplasemen Stasiun Benteng 1080 Baik

3 Emplasemen Stasiun Sby Pasarturi 160 Baik

4 Emplasemen Stasiun Babat 160 Baik

5 Emplasemen Stasiun Waru 160 Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan

kapasitasnya untuk menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk

mendayagunakan gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan

perbaikan, penambaahan luas gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai

persyaratan teknis gudang, tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup,

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-186

pintu cukup lebar dengan menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai

beton.

r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada

DAOP VIII Surabaya terdapat dua (2) stasiun yang ada lapangan penumpukan,

untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.179. Kondisi Lapangan penumpukan DAOP VIII Surabaya

NO LOKASI KAPASITAS

(Ton/M2) KONDISI

1 Emplasemen St.Kalimas (Jpt) 20.000 BAIK

2 Emplasemen St.Beteng 1080 BAIK

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka, lapangan penumpukan perlu diadakan pada

emplasemen stasiun antara lain yang berpotensi terhadap bongkar muat kereta

api barang khususnya yang berada dalam ruang lingkup DAOP VIII Surabaya

yaitu dengan dengan penambahan luas lahan karena yang dikhawatirkan jika

volume pengiriman barang meningkat dan tidak adanya lapanganan

penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan pengangkut barang,

selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai beton, mudah

dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang cukup pada

prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.

s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada

DAOP VIII Surabaya terdapat di lima (5) stasiun, yaitu : stasiun Kali, stasiun

Benteng, stasiun Surabaya pasarturi stasiun Babat dan stasiun Waru. Proses

pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari kereta api menggunakan

forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat

tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut ini.

Tabel 5.180. Tempat bongkar barang pada DAOP VIII Surabaya.

No Lokasi Kondisi

1 Emplasemen Stasiun Kalimas Baik

2 Emplasemen Stasiun Benteng Baik

3 Emplasemen Stasiun Sby Pasarturi Baik

4 Emplasemen Stasiun Babat Baik

5 Emplasemen Stasiun Waru Baik Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu

ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan

akses dengan ukuran dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada

fasilitas untuk kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara

pengawas dan tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-187

telah diuraikan untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal

pemuatan dan pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga

dengan harapan bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DAOP VIII Surabaya kegiatan langsir menggunakan

lokomotif khusus dengan jenis BB306, BB301, D301 kesemua lokomotif

tersebut berada di Depo Lokomotif Sidotopo.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk

menampung 20 unit gerbong, mengoptimalkan lokomotif langsir yang ada

ditambah 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada penambahan pelangsiran

perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor sepanjang ± 350 m s/d

400 m.

.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada

DAOP VIII Surabaya stasiun Kalimas mampu menampung kendaraan jenis

truk satu sumbu lebih kurang 50 truk, stasiun benteng terdapat tempat parkir

kendaraan angkutan barang yang mempunyai dengan daya tampung kendaraan

jenis truk lebih kurang 30 truk, stasiun Indro mempunyai daya tampung

kendaraan angkautan barang lebih kurang 25 truk, stasiun Pasarturi, stasiun

Babat, stasiun waru mempunyai daya tampung lebih kurang 10 truk. Dari

enam lokasi yang telah diuraikan kondisi tempat parkiran kendaraan pada

semua stasiun dalam keadaan layak, Secara singkat dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.181. Kondisi lapangan parkir pada DAOP VIII Surabaya No Lokasi Daya tampung

(truk)

Kondisi

1 Stasiun Kalimas 50 Baik

2 Stasiun Benteng 30 Baik

3 Stasiun Indro 25 Baik

4 Stasiun Sby Pasarturi 10 Baik

5 Stasiun Babat 10 Baik

6 Stasiun Waru 10 Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir

kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang

baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada

jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan

keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai

(peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir

disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan

kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan

pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan

kendaraan diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi

menyerong, apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi,

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-188

maka diupayakan penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan

persyaratan lapangan parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane)

pada DAOP VIII Surabaya tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan

alat crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang

disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DAOP VIII Surabaya alat jembatan timbangan

barang hanya terdapat pada stasiun Kalimas yang mempunyai kapasitas 100

Ton dan saat ini kondisinya sudah rusak dan tidak layak pakai, secara singkat

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.182. Kondisi timbangan di DAOP VIII Surabaya No Lokasi Kapasitas

(Ton)

Kondisi

1 Stasiun Kalimas 100 Tidak layak

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka perlu mengaktifkan kembali timbangan barang

distasiun dengan meningkatkan kapasitas timbangan barang dan setiap selesai

penimbangan harus ada struk sebagai bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan

kegiatan pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus

meningkat yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan

kereta api barang. Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan

pada DAOP VIII Surabaya, petugas keamanan yang berjumlah 30 orang dan

ditempatkan masing-masing sebayak 6 orang di lima (5) stasiun yaitu pada

stasiun Kalimas 6 orang, stasiun Benteng sebanyak 6 orang, stasiun Surabaya

Pasarturi sebanyak 6 orang, stasiun Babat sebanyak 6 orang serta stasiun waru

sebanyak 6 orang dengan latar belakangan pendidikan bermacam-macam dari

SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu bertugas

dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari, secara

singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.183. Jumlah personil keamanan di DAOP VIII Surabaya No Lokasi Jumlah

Personil

1 Emplasemen Stasiun Kalimas 6

2 Emplasemen Stasiun Benteng 6

3 Emplasemen Stasiun Sby Pasarturi 6

4 Emplasemen Stasiun Babat 6

5 Emplasemen Stasiun Waru 6

Sumber : DAOP VIII Surabaya

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-189

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya perjalanan kereta

api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api

harus dibuat lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam

rangka keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DAOP VIII Surabaya, bahwa di DAOP ini tidak

ada tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi pada DAOP VIII di

Surabaya umumnya terdapat tempat bongkar muat untuk gerbong datar dan

gerbong ketel yang fungsinya sebagai pengangkut curah jenis semen dan

gerbong ketel untuk BBM.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka harus diupayakan juga tempat bongkar muat jenis

curah /batu bara pada stasiun-stasiun yang dianggap potensial dan berdekatan

dengan sentra-sentra industri dimana dalam operasionalnya menggunakan

bahan bakar batu bara. Selain itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik

jenis curah, batu bara dan jenis barang lainnya harus pada tempat yang tepat

yang berguna untuk meminimalisis kerugian yang mungkin timbul akibat

ketidak tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya khususnya stasiun Waru

hanya terdapat 2 (dua) jadwal/shiff pada pagi hari dan sore hari yang masing-

masing terdiri 3 s/d 4 orang dan untuk stasiun Kalimas, stasiun Benteng, stasiun

Pasarturi, stasiun Babat dan Waru terdapat 3 jadwal/ shiff pada pagi, sore dan

malam hari. Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat

pengalihan angkutan barang melalui jalan ke angkutan barang kereta api, maka

kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil

pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi

pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil

pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang

siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap

ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil

schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi

kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DAOP VIII Surabaya tidak ditemukan pemakai

conveyor dalam proses bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api, maka bagi stasiun yang

kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses pemindahan dari

gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya menggunakan conveyor

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-190

bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak sebaiknya menggunakan

belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan setidaknya dapat

meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan beban kerja tenaga

manusia.

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya terdapat forklift

berjumlah 6 unit, 2 unit terdapat pada emplasemen stasiun Kalimas 2 unit

distasiun Benteng dan 2 unit disatsiun Pasarturi, kondisi forklift di 3 stasiun

tersebut dalam keadaan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.184. Kondisi forklift pada DAOP VIII Surabaya No Lokasi Jumlah

Personil

Kondisi

1 Emplasemen Stasiun Kalimas 2 Baik

2 Emplasemen Stasiun Benteng 2 Baik

3 Emplasemen Stasiun Sby Pasarturi 2 Baik

4 Emplasemen Stasiun Babat - -

5 Emplasemen Stasiun Waru - -

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang, maka pendayagunaan forklift yang ada sebaiknya

dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu melakukan pemeliharaan

secara rutin agar agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga khususnya pada

DAOP VIII Surabaya untuk stasiun-stasiun yang belum memiliki alat bongkar

sejenis forklift sebaiknya di lengkapi untuk menunjang proses bongkar muat

pada kereta api barang.

dd. Crew

Berdasarkan data survey di DAOP VIII Surabaya jumlah masinis sebanyak 60

orang, kondektur 60 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 75 orang.

Tabel 5.185. Jumlah Crew pada DAOP VIII Surabaya No Nama DAOP Masinis Kondektur Tekhnisi

Kereta Api

1 DAOP VIII

Surabaya

60 60 75

Sumber: DAOP VIII Surabaya, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang , maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata

lain jika terjadi kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew

tentunya yang memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi

kecakapan crew yang dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang

diperoleh setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan

agar kinerja kereta api barang meningkat.

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-191

2. Sarana Perkeretaapian Barang DAOP VIII Surabaya

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya, lokomotif diesel

elektrik ( CC 201 berjumlah 23, CC 203 berjumlah 4 unit, CC 204 berjumlah 9

dan lokomotif Diesel hidrolik BB301 berjumlah 23, BB306 berjumlah 1, D301

sebanyak 11 unit semua lokomotif terdapat pada depo lokomotif distasiun

Sidotopo semua kondisi lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat

dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.186. Kondisi Lokomotif di DAOP VIII Surabaya

NO JENIS LOKOMOTIF TIPE JUMLAH KONDISI

1 Lokomotif Diesel Elektrik CC 201 23 Baik

CC 203 4 Baik

CC 204 9 Baik

2 Lokomotif Diesel Hidrolik BB 301 3 Baik

BB 306 1 Baik

D 301 11 Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DAOP VIII Surabaya

khususnya tipe CC201 dan CC203 yang mempunyai daya tarik sebesar 1950

HP untuk CC201 dan 2150 HP untuk CC203 diharapkan mampu dioperasikan

untuk menarik beban barang yang mencapai rata-rata 1200 ton dengan dengan

20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan yang mengacu sesuai dengan

GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta api barang maksimum 70

km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan

terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan

penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan

jenis elastik dan bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi, depo kereta dan gerbong dipusatkan di

stasiun Sidotopot namun penyebarannya kesemua unit angkutan barang seperti

di stasiun Kalimas, Benteng, stasiun Indro, stasiun waru dan stasiun Babat.

Tipe gerbong di DAOP VIII Surabaya khususnya di stasiun Sidotopo terdiri

dari bermacam-macam tipe seperti PPCW, GK, TTW, YYW dan GB. Semua

gerbong dalam kondisi baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar

berikut.

Tabel 5.187. Kondisi gerbong datar di DAOP VIII Surabaya

NO LOKASI JUMLAH JENIS KONDISI

1 Depo Kereta Satsiun Sidotopo 269 PPCW/GD Baik

129 GK Baik

10 TTW/GT Baik

17 YYW Baik

14 GB Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai

akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan

kereta api barang maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang

“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang

Dalam Mengurangi Beban Jalan”

Laporan Akhir V-192

ada yaitu gerbong datar, gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki

serta menambah frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada

penambahan jenis gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan agar suatu saat

jika terjadi peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DAOP VIII

Surabaya siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang

tersedia ataupun yang dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya Depo

pemeliharaan lokomotif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.188. Kondisi Depo pemeliharaan Lokomotif DAOP VIII Surabaya

No Depo stasiun Kondisi

1 Depo Lok Sidotopo baik

2 Depo Kereta dan gerbong Sidotopo baik

3 Depo Lok Surabaya Pasarturi baik

4 Depo Kereta Surabaya Pasarturi baik

5 Depo Lok Malang baik

6 Balaiyasa Surabaya Gubeng baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan

angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo

pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi

peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan

yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat.

Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus

dikalibrasi secara berkala

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP VIII Surabaya, depo

pemeliharaan gerbong dipusatkan dengan depo kereta yang berada di stasiun

Sidotopo dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan baik.

Secara singkat kondisi depo pemeliharaan gerbong barang pada DAOP VIII

Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.189. Kondisi depo pemeliharaan gerbong barang DAOP VIII

Surabaya

No Lokasi Panjang

(m)

Lebar

(m)

Kondisi

1 Depo Sidotopo 200 150 Baik

Sumber : DAOP VIII Surabaya, 2013

Kondisi depo pemeliharaan gerbong yang ada di DAOP VIII Surabaya perlu

terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong yang siap operasi menurut jenis

dan ukuran gerbong yang dibutuhkan.