B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH...

28
B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH TENTANG MISI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMAHAMAN MISI GKI TP A. PENDAHULUAN Dalam bab ini Penulis mengkaji relevansi pandangan David J. Bosch tentang beberapa corak Paradigma Misi Ekumenis yang telah diuraikan dalam bab II sebagai acuan untuk menelaah dan mengimplementasikannya kedalam Misi GKI TP, dan penjabarannya kedalam program pelayanan di lingkungan klasis maupun jemaat- jemaat. Patut disadari bahwa rumusan-rumusan Misi yang ditetapkan sebagai acuan pelayanan di setiap Klasis mengacu pada rumusan-rumusan Misi yang telah ditetapkan oleh Sidang Sinode dan berlaku selama lima tahun. Demikian pula rumusan-rumusan Misi dalam Jemaat-jemaat harus mengacu pada rumusan Misi yang telah ditetapkan pada Sidang Klasis. Dalam hal ini pelaksanaan di tingkat jemaat merupakan penjabaran yang lebih rinci kedalam program kerja jemaat yang terdiri dari Urusan; Urusan Pekabaran Injil(UPI); Urusan Pembinaan Jemaat(UPJ); Urusan Diakonia(UDI); Urusan Ekubang(UEK)dan unsur-unsur jemaat yang terdiri dari Persekutuan Kaum Bapak(PKB); Persekutuan Wanita(PW); Persekutuan Anggota Muda(PAM); Persekutuan Anak dan Remaja(PAR) 225 Suatu fakta bahwa GKI TP sejak awal Pekabaran Injil pada tahun 1855 dan berdirinya pada tahun 1956 hinggga saat ini terus mengalami perubahan. Dalam 225 Lihat Struktur Jemaat, Tata Gereja......

Transcript of B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH...

Page 1: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

B A B IV

RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH TENTANG

MISI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PEMAHAMAN MISI GKI TP

A. PENDAHULUAN

Dalam bab ini Penulis mengkaji relevansi pandangan David J. Bosch tentang

beberapa corak Paradigma Misi Ekumenis yang telah diuraikan dalam bab II sebagai

acuan untuk menelaah dan mengimplementasikannya kedalam Misi GKI TP, dan

penjabarannya kedalam program pelayanan di lingkungan klasis maupun jemaat-

jemaat. Patut disadari bahwa rumusan-rumusan Misi yang ditetapkan sebagai acuan

pelayanan di setiap Klasis mengacu pada rumusan-rumusan Misi yang telah

ditetapkan oleh Sidang Sinode dan berlaku selama lima tahun. Demikian pula

rumusan-rumusan Misi dalam Jemaat-jemaat harus mengacu pada rumusan Misi yang

telah ditetapkan pada Sidang Klasis. Dalam hal ini pelaksanaan di tingkat jemaat

merupakan penjabaran yang lebih rinci kedalam program kerja jemaat yang terdiri

dari Urusan; Urusan Pekabaran Injil(UPI); Urusan Pembinaan Jemaat(UPJ); Urusan

Diakonia(UDI); Urusan Ekubang(UEK)dan unsur-unsur jemaat yang terdiri dari

Persekutuan Kaum Bapak(PKB); Persekutuan Wanita(PW); Persekutuan Anggota

Muda(PAM); Persekutuan Anak dan Remaja(PAR)225

Suatu fakta bahwa GKI TP sejak awal Pekabaran Injil pada tahun 1855 dan

berdirinya pada tahun 1956 hinggga saat ini terus mengalami perubahan. Dalam

225

Lihat Struktur Jemaat, Tata Gereja......

Page 2: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

perkembangan dan perubahan inilah Kajian terhadap Misi GKI TP penting untuk

ditelusuri berdasarkan pandangan David J.Bosch tentang Paradigma Misi Ekumenis

yang dijabarkan dalam bukunya Transforming Mission.

Diharapkan melalui kajian ini akan nampak berbagai kekurangan dan kendala

tentang Misi yang telah dan sedang dilaksanakan oleh GKI TP dengan demikian

temuan ini akan dijadikan sebagai landasan untuk merekonstruksi rumusan Misi GKI

TP kedepan. Dengan begitu implementasinya di jemaat-jemaat menjadi relevan

dengan realitas sosial yang sedang dihadapi sekarang maupun mendatang.

B. GKI TP DALAM PARADIGMA MISI

GKI di Tanah Papua terus mengalami perkembangan dan perubahan dari

waktu ke waktu, hal ini mendorong dilakukannya penyesuaian baik pada struktur,

pengelolaan administrasi dan keuangan Tata Gereja maupun pola pelayanan. Sejak

pertama kali injil diberitakan disana tahun 1855 hingga tahun 1980, F.Cooley dan

F.Ukur226

mencatat delapan periode dalam perkembangan GKI TP. Perubahan dan

perkembangan itu memiliki tema serta pergumulan masing-masing. Namun dapat

Penulis menambahkan disini satu periode lagi, yaitu periode Era Reformasi yang

dimulai sejak tahun 1998 bertepatan dengan runtuhnya rezim Orde Baru. Periode

pertama dimulai pada tahun 1855 – 1863 merupakan masa perintisan; periode kedua

tahun 1863 – 1907 merupakan masa penanaman injil; Periode ketiga tahun 1907 –

226 Tentang pembagian periode ini mengacu pada F.Cooley dan F.Ukur, Benih yang Tumbuh...hlm 22-38. Bnd.

Tesis ini Bab III. Hlm.91-94

Page 3: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

1924 adalah masa perkembangan pekabaran injil; Periode keempat tahun 1924 –

1942 adalah masa pembinaan oleh UZV; Periode kelima tahun 1942 – 1945 adalah

masa pengujian dan pencobaan. (memasuki masa sulit pada perang dunia

II).Periode keenam tahun 1945 – 1956 merupakan masa pembangunan kembali;

Periode ketujuh tahun 1971 – 1980 merupakan masa pengharapan dan

pembangunan gereja; Periode kedelapan dari tahun 1980 -1998 merupakan masa

pembangunan gereja dan konsolidasi; serta periode yang terakhir sejak tahun 1998

sampai sekarang merupakan era reformasi dengan tema ―Menuju Papua Baru‖

Perkembangan GKI TP itu jika dikaji melalui pandangan David J.Bosch

tentang Pergeseran Paradigma Misi, maka menjadi jelas bahwa ada relevansi

perkembangan dan pergeseran paradigma tersebut. Karena memang tiap era

memiliki pergumulannya sendiri serta teologi yang menjadi dasar dari pemahaman

itu. Namun dalam hal ini pemahaman Pejabat baik dari tkt. Sinode, Klasis maupun

para Pendeta dan Majelis Jemaat harus dibaharui agar tidak mandeg pada delapan

periode diatas, yang merupakan masa pengharapan dan pembangunan gereja, tetapi

kita telah mengalami pergeseran paradigma yang lain dengan pergumulan realitas

kini yang lebih kompleks. Penulis harapkan dari pembaharuan pemahaman ini

maka akan terjadi rekonstruksi misi GKI TP sekaligus implementasi dalam

program-program pelayanan di tiap Klasis maupun jemaat-jemaat . Dengan

demikian maka misi GKI TP menjadi relevan dengan realitas sosial yang sedang

dihadapi.

Page 4: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Dari bab II diketahui bahwa Pergeseran Paradigma terjadi karena suatu krisis

dalam Teologi dan kehidupan Gereja, krisis itulah yang mengantar suatu perubahan

atau pergeseran paradigma. Demikian halnya GKI TP juga telah mengalami berbagai

krisis sejak awal misi di Mansinam tahun 1855, GKI TP berdiri sendiri tahun1956

hingga kini. Kenyataan itu kadang tidak menggembirakan karena menimbulkan

kesenjangan dan ketegangan, bahkan seringkali membingungkan, namun tidak ada

jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini dan bekerja dengan

paradigma itu. Keadaan krisis itu dalam perkembangan GKI TP sebagai contoh

dapat dilihat dalam periode pertama masa perintisan dan periode kedua masa

penanaman injil yang diwarnai ketidak-mengertian dan penolakan para Zendeling

serta pola hidup berkelana yang tidak memungkinkan mereka mengunjungi gereja

dan sekolah secara teratur, mengakibatkan UZV berniat untuk menarik diri dari

medan PI di Tanah Papua yaitu pada tahun 1864 dan 1870. UZV menilai bahwa

Tanah Papua adalah medan PI yang berbahaya, mahal, kurang sehat dan tidak

subur227

. Masa krisis lain yang dapat disebut disini adalah periode kelima, tahun 1942

– 1945 merupakan masa ujian dan pencobaan yang ditandai dengan PD II. Pada masa

ini para Zendeling ditangkap dan menjadi tawanan tentara Jepang, guru jemaat dan

para penginjil meninggalkan jemaat-jemaat, munculnya pergerakan agama suku yang

bernuansa cargo cult dan gerakan-gerakan lain yang mencampurkan unsur agama

kristen dengan myte nenek moyang228

Kemudian masa krisis yang masih terus

227 Lih: Hlm. 89-90 Bab III Tesis ini 228 Lih: Hlm. 106-107 dalam Bab III Tesis ini

Page 5: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

digumuli adalah sejak diintegrasinya Papua ke dalam NKRI yaitu sejak tahun 1963

hingga tahun 1998 dengan tema Krisis Identitas. Dalam masa ini terjadi penindasan,

Pelanggaran Ham, Eksploitasi Hutan,konflik serta seluruh masyarakat ―disandera‖

dalam suatu sistim keamanan, dimana tak ada kebebasan untuk bergerak ke tempat

yang lain, termasuk pulang ke kampung sendiri harus mengantongi sebuah surat sakti

yang disebut ―surat jalan‖. Pada masa ini Pdt.K.Ph. Erari menyebut Papua ibarat

―Penjara‖ Raksasa tanpa tembok229

. Oleh sebab itu sejak runtuhnya rezim orde baru

yaitu dalam era reformasi ini rakyat papua menginginkan suatu era baru yang bebas

dari penindasan.

Penjelasan Bosch tentang suatu Paradigma Teologi yang muncul dan

berkembang , menyangkut berbagai faktor sosial, politik, eklesiologis dan teologis

yang saling terkait serta dalam proses perubahan itulah para teolog harus memilih

paradigma yang dengannya ia bekerja. Pemahaman ini dalam kaitannya dengan

pemilihan paradigma misi GKI TP sangat relevan, karena memang kehadiran GKI TP

dalam dunia ini tak terpisah dari perkembangan sejarah serta berbagai pergumulan

dan masalah yang dihadapinya. Namun hal yang harus dikoreksi adalah

penjabarannya kedalam program kerja baik pada tingkat Sinode, Klasis Maupun

Jemaat-jemaat terkesan lamban bahkan kurang konsisten dalam menentukan

paradigma misi yang tepat untuk dilaksanakan. Juga terjadi simpang siur bahkan

tidak singkron dalam implementasi program pelayanan pada tingkat Klasis maupun

Jemaat-jemaat sesuai Ketetapan dalam sidang sinode. Ada kesan masing-masing

229 K.Ph.Erari, Yubelium dan Pembebasan menuju Papua Baru,(Jakarta:Aksara Kurnia,2007)Hlm.110

Page 6: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

jemaat membuat programnya sendiri dan mengabaikan program bersama yang

ditetapkan dalam sidang maupun Raker 230

, sinode maupun Klasis. Nampak disini

bahwa sosialisasi hasil Ketetapan Sidang Sinode maupun Klasis tidak berjalan

dengan baik kepada jemaaat-jemaat. Dalam laporan Badan Pekerja Klasis Jayapura

pada Raker I tahun 2007 di jemaat Silo Entrop dilaporkan bahwa belum sepenuhnya

jemaat-jemaat menjabarkan keputusan bersama pada sidang Klasis ke XIII tahun

2006 kedalam program kerja jemaat. Dalam kasus seperti ini Pdt.F. Kayoi231

mengatakan bahwa masih banyak pelayan jemaat (Pendeta di jemaat) maupun para

majelis jemaat yang belum memahami mekanisme kerja secara baik, sebagaimana

yang termuat dalam tata gereja dan aturan pelaksanaannya. Hal senada juga

disampaikan oleh Ketua Klasis Jayapura, Pdt.W.Itaar STh.232

Untuk mengatasi

kesimpangsiuran tersebut maka Badan Pekerja Klasis Jayapura periode 2006-2011

telah berupaya memperbanyak hasil Keputusan dan Ketetapan Sidang Sinode tahun

2006 dan mendistribusikan kepada setiap jemaat dilingkungan Klasis Jayapura

masing-masing satu ekslemplar. Demikian pun para Pelayan jemaat diharapkan dapat

mengsosialisasikan hasil Ketetapan dan Keputusan Sidang Sinode, kepada majelis

jemaat dan semua badan pelayan unsur jemaat (Bp PKB; Bp PW; BP PAM; BP

PAR).

Diharapkan upaya diatas akan tercipta singkronnya penjabaran program

kerja antara, Departemen-Departemen pada tkt. Sinode; Komisi-Komisi pada tingkat

230 Lih: Laporan Badan Pekerja Klasis Jayapura pada Raker III tahun 2009 231 Wawancara dengan Pdt. F.Kayoi, Sekretaris Komisi Pembinaan Jemaat klasis Jayapura, tgl 12 desember

2009. 232 Wawancara dengan Pdt.W.Itaar, Ketua Klasis GKI Jayapura, tgl 12 desember 2009

Page 7: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Klasis dengan Urusan-urusan pada tingkat Jemaat serta unsur-unsur jemaat(PKB,PW,

PAM, PAR) sehingga terjadi kesinambungan pelayanan yanga terlaksana secara baik

untuk menjawab pergumulan yang dihadapi warga jemaat maupun masyarakat luas di

Papua dalam realita sekarang.

C. IMPLEMENTASI PANDANGAN DAVID J. BOSCH TENTANG

PARADIGMA MISI EKUMENIS TERHADAP MISI GKI TP

1. Implementasi Gereja dan Misi

Dari uraian tentang Gereja dan Misi di bab II Bosch mengatakan bahwa

Gereja bukanlah awal maupun tujuan dari Misi, tapi pekerjaan Allah yang menjadi

awal berdirinya baik Gereja maupun Misi. Keduanya memiliki kedudukan yang

sama tinggi dalam Missio Dei. Misi adalah misi Allah, bukan misi gereja. Allah

merupakan sumber misi. Karena itu misi bukanlah aktifitas gereja tetapi gerakan

dari Allah ke dunia. Allah adalah Allah yang misioner Partisipasi dalam misi adalah

partisipasi dalam gerakan kasih Allah kepada manusia. Jadi misi bukan hanya

mendirikan gereja-gereja dan memberitakan injil agar membawa orang supaya

bertobat , tetapi pelayanan kepada dunia, semua orang dalam semua aspek

hidupnya.

Kemudian Bosch mengutip pandangan Dietrich Boenhoffer233

bahwa

―Gereja baru menjadi Gereja apabila ia hadir bagi orang lain‖, peryataan itu

menambah keyakinan bahwa Misi adalah milik Kristus dan bukan milik kita,

233

Lihat Bab II, hlm... pada Tesis ini

Page 8: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

dengan keyakinan bahwa Kristus yang hidup bekerja diluar tembok-tembok gereja,

orang Kristen yang terlibat dalam Misi didorong untuk bergabung bersama Kristus

dimanapun juga, sesuai dengan agenda misi yang diembannya.

Implementasinya dengan kehadiran GKI di Tanah Papua, bahwa GKI TP

mengakui kehadirannya merupakan tindakan Allah dalam kasihNya terhadap

manusia, sebagaimana termuat dalam alinea pertama pembukaan Tata Gereja GKI

TP234

tertulis : ―Bahwa sesungguhnya Allah Bapa Yang Maha Kuasa.dalam Kasih

dan AnugerahNya yang besar berkenan menyelamatkan umatNya dari kuasa dosa

dan maut‖.(Yoh.3:16; 6:39-40). Selanjutnya dikatakan dalam alinea kedua

pembukaan tersebut bahwa: ―Didalam Yesus Kristus Allah sendiri telah memanggil

setiap orang untuk percaya kepadaNya dan menghimpun mereka selaku anak-

anakNya...‖(1 Petrus 2:9) Pada alinea ketiga terulis : ―Atas Kasih dan Rahmat

Tuhan, juga pada tanggal 5 ferbuari 1855 Injil Kerajaan Allah itu diberitakan di

Tanah Papua‖. Itu artinya bahwa Pembukaan pada Tata Gereja tersebut mengakui

bahwa injil yang diberitakan ke Tanah Papua merupakan misi Allah sendiri atau

tindakan Allah dalam kasih dan rahmatNya terhadap masyarakat Papua. Kemudian

pada alinea keempat dalam pembukaan tersebut tertulis: ―Sebagai gereja yang

dipanggil dan dibentuk Tuhan, maka Gereja Kristen Injili di Tanah Papua diutus

untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah itu dalam bentuk Persekutuan, Kesaksian

242.Kantor Sinode GKI TP, Tata Gereja, Peraturan Pokok, Peraturan Khusus dan Peraturan

Pelaksanaan(Jayapura:1998) hlm.4

Page 9: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

dan Pelayanan Kasih‖235

. Hal ini pun artinya GKI TP mengakui kehadiran dan

keberadaannya sebagai Karya Allah yang membentuk Gereja ini dan didalam Yesus

Kristus menghimpun serta mengutusnya untuk menyatakan Kerajaan Allah melalui

Tri Tugas Gereja yang diembannya.

Dari implementasi kehadiran dan pengakuan GKI TP diatas, menurut Penulis

sangat relevan. Namun dalam pelaksanaannya nampak misi GKI TP masih bersifat

eksklusif, karena masih berlangsung disekitar tembok gereja atau jemaat itu sendiri.

Oleh sebab itu harus direkonstruksi agar relevan dengan Pengakuan GKI TP sendiri

yang termuat dalam tata gereja-nya maupun relevan dengan Paradigma Misi

Ekumenis.

Selanjutnya dikatakan bahwa, karena Allah adalah Allah yang missioner,

maka gereja juga bersifat misioner. Dimensi misioner suatu gereja lokal terwujud

melalui komunitas yang berbakti dan mengundang orang lain supaya ikut merasakan

persekutuan. Menurut Penulis bagian inipun dalam pelayanan di GKI TP harus

direkonstruksi, karena pemahaman Jemaat-jemaat tentang ―Orang Lain‖(the other)

pun masih dalam wilayah pelayanan tembok gereja. Dalam hal ini Pdt. S. Sumihe236

mengatakan, GKI TP perlu merumuskan kembali teologi yang melandasi misi itu.

Ciri teologi yang eksklusif itu perlu ditinjau kembali dan membuka simpul-simpul

ketertutupan dengan mempertimbangkan secara serius pluralitas dalam masyarakat di

243Ibid. Hlm.5 244. S.Sumihe, Memahami Injil dan Misi Gereja secara Baru(Jayapura:STT GKI I.S.Jpr,2004) hlm.61

Page 10: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Papua.Pemahaman ini penting karena kehadiran GKI TP merupakan bagian penting

dari masyarakat yang majemuk di Pripinsi Papua .

Struktur Gereja pun harus bersifat lunak (tidak kaku) dan inovatif, sehingga

pergumulan dan masalah- masalah yang terjadi akibat perubahan sosial dapat

ditangani secara baik karena adanya bagian dalam struktur tersebut. Implementasi

pada bagian ini GKI TP cukup baik, terlihat dari usul perubahan dan amandemen

tata gereja serta penambahan bidang-bidang tertentu pada tingkat sinode maupun

klasis sesuai perkembangan.

Beberapa bidang yang ditambah pada struktur gereja, dapat Penulis sebut

disini misalnya Departemen Ekonomi yang dibentuk dalam ketetapan sidang sinode

IX tahun 1980 di Biak, sebagaimana dicatat oleh Pdt. K.Ph.Erari,237

bahwa sidang

menilai penanganan ekonomi gereja saat itu masih berlangsung secara ad hoc,

dinilai kurang efektif sehingga dirancang suatu departemen yang secara struktural

menangani ekonomi gereja sebagai bagian penting dari misi gereja di Irian Jaya.

Selanjutnya pada tingkat klasis dibentuk komisi ekonomi dan tingkat jemaat

dibentuk urusan ekonomi. Dalam perkembangan kemudian bidang ini

dikembangkan menjadi Ekubang(Ekonomi dan Pembangunan)

Kemudian dalam menghadapi situasi konflik dan pelanggaran Ham di Papua

yang semakin marak, maka dibentuk lagi Departemen Hukum dan Ham dalam

sidang sinode XIV tahun 2000 di Sorong. Lalu pada tahun 2004 Departemen ini

dimekarkan lagi menjadi dua bagian. Bidang Hukum tetap berdiri sendiri, lalu

237 K.Ph.Erari, Ibid. Hlm.143

Page 11: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Ham diubah menjadi Bidang KPKC(Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan).

Belakangan ini bidang hukum tetap gesit dalam mendampingi dan melakukan

advokasi terhadap masyarakat Papua yang menjadi korban kekerasan dan

ketidakadilan. Namun ada hal penting yang harus di koreksi terhadap Bidang

Hukum dan KPKC adalah tindak lanjut dalam pembentukan kedua struktur itu pada

aras klasis yang tersebar diseluruh kota di Papua, belum terealisir dengan alasan

klasik karena tidak tersedianya dana dan ruang kerja yang memadai.238

Dengan demikian kehadiran GKI TP sebagai tanda kerajaan Allah tidak

terlepas dari hal-hal yang sekuler, sebagaimana tujuan misi adalah syalom, misi

adalah wadah bagi pelayanan kesejahteraan manusia. Gereja adalah komunitas

eskatologis yang tetap berhubungan dengan masalah sosial, politik, ekonomi dan

ekologi. Pada bagian ini implementasinya dengan misi GKI TP239

sudah mulai

nampak atau belum maksimal, oleh sebab itu masih harus dibenahi terutama dalam

kesinambungan penjabaran misi dengan pelaksanaannya di Klasis danjemaat-

jemaat.

Hal lain yang patut mendapat koreksi adalah pemahaman yang keliru dari

pejabat dalam struktur gereja yang mempertahankan kebanggaan kedudukan

sebagai kelompok terpilih, sehingga dapat memerintah sebagai penguasa atas

mereka yang dikuasai. Oleh sebab itu, struktur harus dipahami sebagai alat

pelayanan ditangan Tuhan dan bukan sebagai alat Kekuasaan. Rumusan ini penting

238

Wawancara dengan Pdt Dora Balubun, Sekretaris Bidang KPKC GKI Tp pada tanggal 21

september, 2010 di Jayapura 247 .Lihat misi GKI TP dalam Bab III tesis ini

Page 12: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

untuk dihayati oleh pejabat struktural GKI TP, baik pada tingkat Sinode, Klasis dan

jemaat.

2. Implementasi Gereja dan Dunia.

Dalam perkembangan sidang DGD, orientasi gereja berubah secara

mendasar. Kalau konferensi di Edinburg (1910) gereja dilihat sebagai penakluk

dunia, maka konferensi di Whitby (1947) menjadi gereja dalam solidaritas dengan

dunia. Gereja adalah sakramen, tanda dan alat Kerajaan Allah dan kesatuan umat

manusia. Gereja adalah tempat, panggilan dan kesatuan dalam rencana

penyelamatan Allah. Hal ini menuntun gereja untuk memperhatikan masalah

sekuler, hidup manusia sehari-hari; Gereja tidak lagi mendominasi tetapi membantu

dan melayani dunia. Dalam menggunakan istilah tanda kerajaan Allah, harus diingat

bahwa gereja tidak sama dengan atau bisa menggantikan Allah. Gereja harus

berhubungan dengan Kristus untuk dapat menyatakan kesatuan. Sebagai tanda

Kerajaan Allah, gereja tidak membawa manusia kepada dirinya sendiri tetapi

kepada Kristus. Implementasinya GKI TP menyadari keberadaannya sebagai

bagian dari Gereja yang Esa di bumi ini, yang dipanggil untuk menampakan

citranya sebagai garam dan terang dunia, sebagaimana hasil Konsultasi Teologi di

Manokwari tahun 1980.240

Dalam konsultasi itu dirumuskan juga bahwa kehadiran

gereja ditengah dunia ini, untuk membangun,memperteguh serta mengokohkan

sendi-sendi Kerajaan Allah yang sudah hadir, dalam diri Yesus Kristus Selanjutnya

248 K.Ph.Erari, Upaya Berteologi dalam GKI di Irian Jaya, ed.Feye Duim(Jayapura:Dep.Litbang Sinode GKI

Irja,1988), 143

Page 13: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

dikatakan adanya gereja dengan persekutuan umat percaya dimuka bumi ini, adalah

untuk terus menampakan tanda-tanda Kerajaan Allah.241

Sebagai umat Allah dan dalam posisinya yang mengarah keluar, gereja dapat

digambarkan sebagai musafir. Ekklesia berarti dipanggil keluar dari dunia dan

diutus kembali kedalam dunia. Gereja ada di dunia tetapi tidak sama dengan dunia.

Gereja adalah alat di tangan Tuhan untuk mewujudkan syalom Allah di dunia.

Gereja adalah komunitas eskatologis yang tetap berhubungan dengan masalah

sosial, politik ekonomi dan ekologi

Dari pemahaman diatas maka implementasi kehadiran GKI di Tanah Papua

adalah untuk memberitakan kepada dunia tentang karya Allah. Hal ini berarti juga

bahwa dalam mengemban misi Allah GKI TP juga harus menjadi saksi bagi karya

Allah, sehingga dimungkinkan orang dapat meneladani sikap hidup yang sesuai

dengan kehendak Allah, dengan demikian misi yang diembannya tidak hanya

pembaharuan hati nurani, tetapi menyangkut pula sikap hidup. Dengan kata lain

misi bersifat holistik; jasmani dan rohani.Disini kesetiaan pelayanan GKI TP diukur

sejauh mana telah memperhatikan pelayanan secara menyeluruh. Ini berarti

pelayanan harus membawa kelepasan bagi manusia dari dosa dan aspek sosial,

ekonomi dan politik. Pada bagian ini pun menurut penulis belum maksimal karena

pengaruh pietesme pada awal pekakaran ijil melalui para Zendeling yang

menekankan kesalehan hidup dan keselamatan yang akan datang, sehingga masih

terdapat banyak pendeta dan majelis jemaat yang berpikir tentang surga dan

249.Ibid

Page 14: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

keselamatan yang akan datang, sehingga pelayanan mereka tidak menyentuh aspek-

aspek sosial, politik, ekonomi dan lingkungan yang nyata.

GKI TP sebagai pembawa misi Allah, maka itu berarti ia bukan hanya

membawa berita keselamatan dari Allah sebagai bagian sentral dari misi Allah

tetapi juga melaksanakan Tri tugas geja secara utuh dan menyeluruh.Tugas misioner

gereja bukan hanya menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah (Syalom Allah) tetapi

juga menjadi wadah pembinaan bagi anggota gereja. Menilik lebih dalam tentang

hal ini, Karel Ph. Erari242

, menyatakan persekutuan, kesaksian dan pelayanan

merupakan segitiga misi yang dijalankan gereja sepanjang abad. Pertanyaan yang

perlu dijawab ialah: apakah dalam menjalankan ketiga amanat itu gereja setia dan

bertanggung jawab serta kreatif untuk tampil sebagai kesatuan organik yang

dinamis, terbuka dan bertanggung jawab atas panggilan itu? Pertanyaan tersebut

sangat hakiki bagi gereja dimana saja, karena apabila ternyata gereja tidak

melaksanakannya, maka disana gereja telah lalai. Kemudian Pdt Erari243

melanjutkan bahwa gereja tidak cukup berbicara tentang hidup yang berkelimpahan,

jika ia tidak terlibat dalam menciptakan program pelayanan diakonia baru, yang

menyangkut bidang pendidikan,kesehatan, ekonomi, politik, hukum dan sosial

budaya.

Pernyataan Pdt.Erari diatas merupakan tantangan sekaligus koreksi terhadap

diakonia klasik yang bersifat karikatif yang selama ini menjadi primadona dalam

250.Karel Ph.Erari, Refleksi atas GKI TP melaksanakan Tritugas Panggilan Gereja Dalam Konteks Gereja dan

Masyarakat. Dalam:Misi Holistik Masa Kini, Rainer Scheunemann dkk, Pen:STT GKI I.S Kijne Jpr,2004, hlm.20 251 Ibid

Page 15: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

pelayanan jemaat-jemaat GKI TP yang terdiri dari jemaat-jemaat dalam

kota,pinggiran kota, wilayah pedesaan dan transmigrasi serta wilayah pos pekabaran

injil. Sudah tentu dalam konteks yang berbeda itu dibutuhkan strategi yang tepat,

agar pelayanan itu semakin memperkokoh kesaksian gereja.

3. Implementasi Misi dan Keadilan.

Pandangan Bosch tentang Keadilan Sosial yang merupakan pusat tradisi

profetis terhadap raja-raja dalam PL , juga merupakan landasan teologi bagi GKI TP

untuk menyatakan suara profetisnya di Papua. Mengingat situasi etidakadilan,

konflik, tindakan kekerasan dan pelanggaran Ham yang tiada henti sejak

diintegrasinya Papua kedalam NKRI hingga sekarang.252

Dalam konteks GKI TP misi untuk memperjuangkan keadilan tersirat dalam

pemahan Visi GKI TP, yaitu Visi Kerejaan Allah253

244

yang menghadirkan keadilan

, kebenaran dan perdamaian ditengah kehidupan berjemaat maupun dalam

kehidupan bermasyarakat . Implementasi Visi Kerajaan Allah dalam kehidupan

jemaat-jemaat GKI TP merupakan pergumulan penting, sebagaimana di tegaskan

Pdt. Erari 21

bahwa dalam menghadapi berbagai situasi ketidakadilan dan berbagai

gejolak politik di Papua, gereja harus bertanggung jawab untuk memainkan tugas

Profetis di bidang-bidang tersebut. Dalam menghadapi situasi konflik di tengah

masyarakat, Gereja harus tampil dan berperan sebagai mediator dan rekonsiliator,

252

Lihat Tata Gereja,Peraturan Pokok, Peraturan Khusus dan Peraturan Pelaksanaan, Jayapura:

BPAM Sinode GKI di TP,1988).hlm.4-5

253 Ibid

Page 16: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

sesuai prinsip-prinsip pengelolaan konflik. Menyadari tugas pastoral yang diemban

gereja dalam menghadapi situasi konflik, maka BPAS GKI TP maupun Klasis-

klasis berkali-kali mengeluarkan Surat Penggembalaan sebagai seruan kepada

seluruh warga jemaat untuk menjaga dan menciptakan situasi yang damai22

Belajar dari pengalaman sejarah pada zaman kekaisaran romawi, dimana

penganiayaan banyak terjadi saat itu terhadap orang kristen dan anggapan bahwa

hal-hal spiritual lebih penting dari pada keadilan sosial, maka timbullah ―etika

religius‖ yang menekankan kasih sebagai hubungan persekutuan dengan Allah dan

―etika rasional‖ yang menekankan keadilan dan keteribatan dalam masyarakat demi

sesama. Kedua istilah yang dicetuskan Reinhold Niebuhr23

tersebut merupakan

suatu jalan keluar bagi gereja protestan ekumenis dan katolik kontemporer untuk

melihat kembali adanya dua mandat dari Tuhan yaitu untuk mengumumkan kabar

baik tentang keselamalatan melalui Yesus Kristus dan partisipasi dalam masyarakat

demi keadilan.

Pandangan diatas berbeda dengan Gereja protestan evangelikal yang

dipelopori oleh Mc Gavran, yang melihat bahwa evangelisasi lebih utama dari

tanggung jawab sosial: penginjilan adalah benih, tanggung jawab sosial adalah

buah. Pergeseran pemahaman kaum evangelikal baru terjadi sekitar tahun 1980-an

yang disebabkan oleh keadaan di Afrika Selatan. Merekapun menyadari bahwa dosa

bukan hanya masalah personal melainkan juga struktural. Kini baik kaum

evangelikal maupun ekumenis memiliki pemahaman yang sama tentang kebutuhan

manusia yang meliputi baik pembaharuan pribadi oleh Allah maupun transformasi

Page 17: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

struktur masyarakat. Dengan demikian misi meliputi penginjilan dan kemanusiaan,

pertobatan di dalam diri dan perbaikan kondisi sosial, iman yang vertikal dan kasih

yang horisontal

Dari pengalaman sejarah yang dipaparkan Bosch diatas, implementasinya

bagi GKI TP nampak bahwa dalam struktur pada tingkat sinode dan Klasis telah

mengalami penyesuaian dengan menambahkan beberapa bidang tertentu yang di

butuhkan. Perubahan tersebut misalnya pada sidang sinode IX di Biak tahun 1980

dimunculkan aspek kemandirian dibidang Teologi, Daya dan Dana. Kemudian

dalam sidang Sinode XIV tahun 2000 di sorong, dibentuk lagi bidang Hukum dan

Ham dalam struktur GKI TP.

Setelah itu pada tahun 2004 bidang ini dimekarkan lagi yaitu, Bidang

Hukum tetap berdiri sendiri, lalu Ham diubah menjadi Bidang KPKC(Keadilan,

Perdamaian dan Keutuhan ciptaan). Belakangan ini kedua bidang tersebut tetap

gesit dalam mendampingi para korban kekerasan dan mereka yang mencari

keadilan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Walau menghadapi tekanan, intimidasi, teror yang hebat dari pihak

penguasa, namun GKI TP terus melakukan upaya untuk menegakan keadilan dan

kebenaran di Tanah Papua, kedua bidang ini terus menerus melakukan

pendampingan dan advokasi terhadap warganya yang sedang mengalami berbagai

masalah keadilan, hukum dan Ham.

4. Implementasi Misi dan Penginjilan.

Page 18: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Pemahaman tentang arti misi dan penginjilan yang telah lama berlangsung

adalah, bahwa misi dipahami sebagai pelayanan kepada penduduk di dunia ketiga

yang belum kristen supaya bertobat dan menjadi kristen. Sedangkan penginjilan

adalah pelayanan kepada mereka di Barat yang tidak lagi menjadi kristen supaya

bertobat kembali. Pada fase ini penginjilan memiliki arti yang lebih sempit daripada

misi, sehingga kaum Evangelikal lebih senang menggunakan kata penginjilan. Pada

fase berikut kedua kata misi dan penginjilan dianggap sinonim. Tugas tugas gereja

baik di Barat maupun di dunia ketiga hanya satu yaitu misi atau penginjilan, atau

kesaksian. Pada tahap ini yaitu pada akhir-akhir ini istilah penginjilan

menggantikan misi karena dianggap misi tetap berkonotasi kolonialisme.

Untuk mengatasi perdebatan diatas, Bosch tetap berpegang pada pengertian

bahwa misi dan penginjilan tidak sinonim, namun berhubungan erat dan saling

menjalin baik secara teologis maupun praksis. Dikatakan lagi bahwa penginjilan

sebagai aktivitas misi gereja, dengan kata serta perbuatan dan dalam kondisi dan

konteks tertentu.

Implementasi dalam GKI TP sangat relevan sebagaimana pandangan para

Zendeling terhadap masyarakat Papua pada awal pekabaran Injil bahwa budaya

maupun orang Papua harus diterangi Injil karena berada dalam kuasa dosa. Oleh

sebab itu orang Papua harus meninggalkan budaya mereka dan mengikuti apa yang

diajarkan oleh para Zendeling sebagai budaya kristen.

GKI TP memahami misi itu berwajah banyak, menyangkut aspek sosial,

politik, ekonomi dan ekologi, yang dijabarkan dalam Tri panggilan gereja, yaitu

Page 19: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

bersekutu, bersaksi dan melayani. Pelaksanaannya oleh departemen pada tingkat

sinode, komisi pada tingkat klasis maupun jemaat-jemaat sebagai basis. Sedang

penginjilan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penginjilan keluar dan kedalam.

Keluar adalah ke daerah-daerah transmigrasi dan daerah pos pekabaran inijl, dan

kedalam untuk membina warga jemaat di perkotaan supaya mereka tetap menjadi

orang percaya yang menampakan imannya dalam kata dan perbuatan.

Implementasi terhadap bagian diatas menurut Penulis patut direkonstruksi,

karena masih ada jemaat-jemaat yang belum melaksanakan misi yang berwajah

banyak itu. Misalnya di bidang lingkungan maupun kesehatan dalam hal ini

perhatian terhadap epidemi HIV AIDS maupun penyakit menular lainnya, tidak

tertuang dalam program pelayanan di jemaat secara merata . Padahal kedua bidang

ini merupakan kenyataan yang sangat menakutkan dalam konteks GKI TP. Masih

terlihat banyak warga jemaat yang membuang sampah di kali dan sembarang

tempat, sehingga lingkungan menjadi kotor pada saat banjir dan menimbulkan

penyakit. Nampak juga ada pengabaian terhadap para penderita HIV AIDS,

sehingga mereka tidak ditolong atau diperlakukan sebagaimana mestinya dalam

hidup berjemaat.

Pemahaman warga jemaat tentang kekristenan pun harus direkonstruksi,

karena masih terdapat pendapat bahwa menjadi kristen itu sejak ia baptis maupun

mengaku percaya pada peneguhan sidi jemaat. Sehingga mereka merasa tidak perlu

lagi mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh majelis jemaat.

Page 20: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Tercatat ada 14 daerah pos pekabaran injil di seluruh wilayah pelayanan

GKI TP. Pos-pos ini terletak jauh di pedalaman Papua dengan penduduknya yang

masih nomaden atau hidup berpindah-pindah dalam kelompok atau keluarga.

Wilayah-wilayah ini jarang dikunjungi karena sulitnya transportasi kesana dan

membutuhkan biaya yang sangat besar. Itu artinya bahwa misi dalam pelayanan

keluar sangat terbatas dan harus ditinjau serta diatur lagi strategi yang tepat agar

misi itu dapat menjangkau mereka secara teratur.

5. Implementasi Misi dan Pembebasan.

Misi ini tampak jelas pada teologi dunia ketiga seperti teologi pembebasan di

Amerika Latin yang dipelopori oleh Gustavo Gutiererrez. Teologi ini berawal dari

teologi Barat dalam rangka mengatasi masalah ketidak-adilan di dunia ketiga. Namun

yang dibutuhkan masyarakat dunia ketiga bukan lagi bantuan materi (charity), atau

pendekatan lain yang meliputi kesehatan, pendidikan, pertanian dsb. Melainkan

sesuatu yang lebih fundamental yaitu pembangunan24

. Kemudian istilah

pembangunan ini salah diartikan sebagai modernisasi yang menganggap apa yang

baik di Barat juga baik untuk dunia ketiga. Akibatnya masalah ini tidak kunjung

terselesaikan, malahan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar.

Ketiga, terutama di Amerika Latin pada tahun 1950-an, terjadi pergeseran

dari ide pembangunan ke ide pembebasan, baik secara teologis maupun

eklesiologis. Masalah yang dilihat adalah dominasi dan ketergantungan,kaya-

miskin, kapitalis-sosialis, penindas-tertindas dan pencarian akar penyebab ketidak-

adilan. Situasi seperti itu tidak hanya berlaku bagi Amerika Latin, tetapi dibagian

Page 21: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

dunia lain, dengan bentuk yang lain pula seperti rasisme dan diskriminasi yang

melahirkan Black Teologi di Amerika utara dan Afrika Selatan.

Implementasinya dari perspektif Papua, maka pemahaman misi pembebasan

ini sangat urgen. Karena masyarakat di Papua membutuhkan suatu pembebasan

yang menyeluruh. Situasi Papua sejak integrasi ke dalam NKRI berada dalam

situasi tertindas,diberlakukan tidak adil, termarjinalkan, tertinggal, miskin dan

rawan konflik. Kekuasaan negara dengan paham otoriter pada pemerintahan oerde

baru serta penerapan daerah operasi militer telah berlangsung dalam waktu yang

sangat lama.

Kini Papua berada dalam era reformasi, namun masyarakat tetap tidak

merasa nyaman karena situasi kini tidak jauh bedanya dengan situasi pada masa

orde baru. Oleh sebab itu GKI TP dalam HUT emasnya yang ke lima puluh tanggal

26 oktober 2006 diperingati sebagai ―Jubelium Pembebasan menuju Papua Baru.‖

Perhatian GKI TP terhadap pembebasan berakar kuat dalam pemahaman

tugas dan panggilan untuk menyatakan suara kenabiannya ditengah-tengah realitas

sosial di Papua. Oleh sebab itu jemaat-jemaat harus secara jeli melihat dan

memahami realitas yang dihadapi, dan secara aktif terlibat dalam tindakan

pembebasan itu. juga pembebasan dari ikatan budaya yang menindas. Dalam

konteks di Papua, budaya patriakh sangat kuat. Nampak dalam budaya ini kaum

laki-laki sangat dominan dan berkuasa atas kaum perempuan dan anak-anak. Oleh

sebab itu gereja harus juga memperjuangkan serta menyuarakan tentang kesamaan

derajat antara laki-laki dan perempuan, keduanya diciptakan dalam citra Allah, dan

Page 22: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

secara bersama mencerminkan citra Allah (bnd: Amsal 14:3; Ayub 31:13-15)

menekankan suatu kebenaran dasar akan kesamaan derajat manusia: ―Siapa

menindas orang yang lemah, menghina penciptanya, tetapi siapa menaruh belas

kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia‖.

Pembebasan terhadap perempuan di Papua terus mengalami kemajuan,

terbukti sekarang banyak pejabat perempuan di pemerintahan, ada pimpinan klasis

seorang pendeta perempuan bahkan ketua sinode GKI TP periode 2006-2011 di

jabat oleh seorang perempuan yaitu, Pdt. Yemima Krey.26

Kenyataan ini merupakan

suatu transformasi terhadap struktur adat yang menindas. Lebih jauh dalam

menyambut HUT Emas GKI TP, Pdt.Y.Krey mengatakan GKI TP secara tegas

menolak setiap institusi yang mengeksploitasi dan membatasi perempuan pada

peran tertentu. Sebaliknya gereja harus memberi peluang kepada kaum perempuan

untuk turut berkompetisi dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan keinginan,

bakat serta minat mereka dalam pendidikan, karir maupun dalam kehidupan sosial

masyarakat.

Dari pengamatan penulis tentang hal diatas, bahwa ada suatu pardigma baru

tentang kesetaraan laki dan perempuan di Papua, namun hal itu masih terbatas di

pusat-pusat kota saja. Atau mereka yang memiliki wawasan luas serta faktor

pendidikan. Sedang masyarakat di daerah pinggiran atau kampung-kampung budaya

patriakh masih domina. Oleh sebab itu rekonstruksi pada bagian inipun sangat

dibutuhkan.

Page 23: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Dalam kemitraan tidak ada dominasi atau subordinasi. Potensi dan kekuatan

masing-masing, betapun kecilnya tetap harus diakui dan dihargai. Dihadapan Allah

keduanya setara, entah yang kuat maupun yang lemah, keduanya adalah subyek

yang memiliki panggilan bersama untuk memberitakan injil kerajaan Allah.

6. Implementasi Misi sebagai Kesaksian Bersama.

Semangat ekumenis justru mulai muncul dalam lapangan misi, terutama misi

ke negara asing. Mula-mula terjadi persaingan antara badan misi, namun kemudian

terjadi persetujuan pembagian daerah pekabaran injil yang akhirnya membawa

kesadaran akan pentingnya kesatuan gereja. Kesatuan bukan hanya pilihan , tetapi

panggilan prinsip untuk menjadi satu, sama seperti Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus

yang satu. Kesatuan itu mewujudkan gereja yang tua dan gereja muda dalam relasi

partnership bukan paternalis dan pada tingkat lokal diwujudkan dalam menghindari

perebutan dalam mendirikan gereja baru di tempat yang sama.

Implementasinya, GKI TP telah mendorong terbentuknya PGGP

(Persekutuan Gereja-Gereja di papua) yang terdiri dari gereja-gereja ekumenis,

evangelikal dan gereja katolik yang ada di Papua. Badan ini terdiri dari para ketua

sinode dan pimpinan gereja katolik. Sebagai pemimpin dipilih satu orang ketua yang

memimpin selama satu tahun lalu diganti lagi secara bergilir. PGGP memandang

Papua sebagai ladang misi bersama dan dalam wadah inipun menggumuli berbagai

fenomena sosial politik, ekonomi dan lingkungan di papua. Walau ada kesepakatan

bersama, tetapi gesekan-gesekan di lapangan masih nampak dalam hal penanaman

gereja.

Page 24: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Tentang praktek penanaman gereja Pdt. Bas Weyai menulis bahwa masih saja

ada praktek curi domba, dimana warga GKI TP dipengaruhi untuk masuk atau pindah

gereja, baik oleh aliran Pentakosta maupun gereja Baptis. Hal yang sama dilaporkan

juga oleh Pdt Bastian Worabay. Aksi ini mereka lancarkan dengan cara mengajar

tentang dogma, misalnya babtisan yang benar itu bukan percikan air tapi harus

diselam, dan cara lain yaitu dengan pemberian material, seperti pakaian, makanan dan

kebutuhan rumah tangga lainnya.

Situasi diatas menggambarkan betapa rendahnya pemahaman tentang

panggilan bersama sebagai anggota tubuh Kristus, dimana seluruh anggota tubuh itu

terkait satu dengan lainnya(1 Kor.12: 12-31). Oleh sebab itu misi bersama harus di

laksanakan dalam pola kristus, yaitu kerendahan dan pengosongan diri (Fil.2:7-8). Ini

menunjukan bahwa tidak ada kuasa atau kekuatan lain yang diandalkan, kecuali Allah

sendiri. Kedua Zendeling pertama ketika memasuki Tanah Papua bukan dengan

kekuatan ekonomi atau kekuatan politik. Sebaliknya dalam keadaan rapuh dan tak

berdaya, mereka hanya mengandalkan nama Tuhan sebagaimana doa sulung yang

mereka ucapkan ketika pertama kali menginjakan kaki di pantai pulau Mansinam,

―Dengan nama Tuhan kami menginjak tanah ini‖. Dalam kerapuhan mereka kuasa

Allah itu menjadi nyata, maka hanya kuasa Allah yang patut ditegakan. Begitu juga

seharusnya, gereja-gereja di Tanah Papua yang tergabung dalam PGPP harus

memahami bahwa misi yang mereka jalani sebenarnya adalah misi Allah sendiri.

Maka pola misi Kristus harus juga menjadi

7. Implementasi Peranan Jemaat Dalam Misi.

Page 25: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Pada zaman Yesus, Ia tidak memilih murid-murid dari kalangan imam

melainkan dari rakyat biasa. Jemaat perdana juga berkumpul di rumah-rumah.

Kemudian timbulah bermacam-macam jabatan dalam gereja seperti penatua dan

diaken. Pada awal abad III jabatan imam semakin kuat dan mereka memiliki

wewenang tertentu yang tidak dimiliki orang awam. Oleh sebab itu misi dilakukan

hanya oleh orang yang berjabatan.

Setelah Perang Dunia II, baik di Gereja Katolik maupun Protestan kembali

menekankan kerasulan awam, yaitu jabatan rasul untuk seluruh anggota Gereja.

Untuk melengkapi kaum awam tersebut dibutuhkan teologi kaum awam, bukan

untuk menjadikan mereka pendeta-pendeta kecil, melainkan memperlengkapi

mereka sebagai saksi Kristus dalam hidup sehari-hari.

Gereja adalah Misi, tiap komunitas Kristen adalah Misi. Misi dilakukan

secara bersama oleh seluruh umat. Disini Pendeta bukan satu-satunya yang

melakukan pelayanan dan anggota jemaat menjadi objek pastoral, melainkan

mereka juga dibekali untuk melakukan tugas panggilan ditengah masyarakat.

Jabatan kerasulan awam ini dalam konteks GKI TP terlihat pada struktur

dasar gereja ini yang menampakan aspek Koinonia dalam jemaat- jemaat.

Persekutuan ini memiliki relasi dengan Tuhan, dan diwujudkan dalam persekutuan

sesama umat yang percaya. Dalam struktur ini terlihat jemaat merupakan basis

gereja tersebut Pemahaman struktur dasar merupakan landasan keterlibatan warga

jemaat dalam misi, namun dalam kenyataannya tidak demikian. Menurut Rainer

Page 26: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

Scheunemann kenyataan dilapangan seringkali hanya 10 persen warga jemaat yang

terlibat dalam pelayanan dan sisanya adalah penonton.

Banyak gereja di Indonesia hanya mencetak penggemar-penggemar dan

penganut-penganut Pendeta atau gereja tertentu, menyebabkan banyak jemaat

model kapal selam (timbul-tenggelam) dan warga jemaat yang terbanyak adalah

anggota ―GPP‖ (Gereja Pindah-Pindah), karena mereka tidak mencapai kedewasaan

rohani dan memahami tugas pelayanannya. Hal penting yang harus di pahami warga

jemaat GKI TP, adalah bahwa dalam Perjanjian Lama tugas keimaman hanya

diberikan kepada orang-orang khusus dari bani Lewi, tapi pembaharuan yang

dikerjakan Sang Mesias adalah menjadikan seluruh umat Tuhan sebagai pelayanNya

(1 Petrus 2:9). Mereka menjadi Imamat yang rajani, ini berarti bahwa perbedaan

antara kaum rohaniawan dan warga jemaat hanyalah bersifat fungsional dan bukan

secara status. Pemberdayaan warga jemaat dan keterlibatan mereka dalam

pelayanan adalah tujuan jemaat Perjanjian Baru (Efesus 4:11-13). Kebanggaan yang

dimiliki Paulus adalah kedewasaan rohani dan kemandirian warga jemaat dalam

kesaksian dan pelayanan.

Tentang aspek persekutuan ini K.Ph. Erari31

menyatakan bahwa Persekutuan

jemaat hendaknya tidak mematikan kreatifitas dan karunia yang dimiliki warga

jemaat dalam hal pembangunan tubuh Kristus. Semangat Koinonia harus

membangkitkan harapan bagi jemaat bahwa ada kuasa dan kehidupan dalam

Kristus, bahkan Koinonia yang benar adalah koinonia yang selalu memberdayakan

warga jemaat untuk mempertahankan hidup ini sebagai hidup yang berarti. Sebab

Page 27: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

dalam koinonia itulah terjadi perjumpaan dengan Kristus(Yohanes 17:12). Kalau

demikian yang harus dialami maka pertanyaan penting untuk direnungkan adalah,

apakah suasana persekutuan jemaat-jemaat di Papua terdapat ruang bagi mereka

untuk mengalami kehadiran Kristus, dan lebih jauh lagi berjuang untuk

mempertahankan kehidupan itu di tengah jemaat.

Kenyataannya ini suatu tantangan untuk diwujudkan karena jemaat-jemaat

berada dalam situasi realitas sosial yang serba sulit, oleh sebab itu bagi Penulis

pemahaman Peranan Jemaat dalam Misi harus ditinjau ulang dan diberi pencerahan

atau pemahaman agar mereka dapat memahami keberadaannya sekaligus terlibat

dalam Misi Gereja.

Salasatu solusi untuk memberdayakan warga jemaat di lingkungan GKI TP

adalah, dibukanya Sekolah Alkitab Malam atau SAM. Menurut salaseorang

pengajar, Pdt.Carol Huwae32

, bahwa Program ini bertujuan untuk melengkapi kaum

awam dengan pengetahuan isi alkitab PL dan PB (Biblika),Teologi Praktika,

Dogmatika, Misiologi dan Pastoral. Pendidikan dalam program ini berlangsung

selama satu tahun. Waktu pelaksanan ini bertolak dari asumsi bahwa, pembinaan

atau pelatihan yang dilakukan di jemaat-jemaat yang bersangsung dalam beberapa

hari itu sangat temporal. Oleh sebab itu dibutuhkan waktu yang cukup untuk

membekali kaum awam. SAM berlangsung di Jemaat-jemaat dengan melibatkan

baik majelis jemaat, unsur-unsur jemaat maupun warga jemaat yang mau ikut. SAM

dilaksanakan secara bergantian di jemaat-jemaat yang telah siap baik finansial

maupun peserta didiknya. Tenaga Pengajar SAM terdiri dari Dosen STT GKI

Page 28: B A B IV RELEVANSI PEMIKIRAN DAVID J.BOSCH …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/636/5/T2... · A. PENDAHULUAN . ... jalan lain kecuali dengan memilih paradigma yang diyakini

I.S.Kijne Jayapura dan beberapa pendeta yang direkrut untuk mengajar. Dalam

pola ini diharapkan para Klerus (Pendeta) bertugas sebagai Pelatih atau Pembina

yang memberdayakan umat Tuhan, dengan demikian jangkauan pelayanan gereja

semakin luas.

Meski SAM ini bermanfaat bagi pemberdayaan kaum awam dalam

pelayanan,namun beberapa jemaat perkotaan maupun Klasis belum memanfaatkan

SAM sebagai sarana pendidikan kaum awam seperti diungkapkan oleh koordinator

SAM Pdt.Dr. Rainer Scheunemann

Peranan jemaat dalam melaksanakan misi harus secara menyeluruh, sebagai

wujud panggilan orang percaya ke dalam dunia. Menurut Penulis, peemahaman

jemaat-jemaat masih sangat minim oleh sebab itu harus dilakukan rekonstruksi

terhadap pemaham misi yang menyeluruh itu. Dengan demikian warga jemaat dapat

menyadari dan terlibat dalam pelaksanaan misi itu secara baik, yang menyangkut

aspek sosial politik, ekonomi, Ham, budaya serta ekologi. Dalam kata dan perbuatan

mereka. Sebagaimana yang tertera dalam amanat misi GKI TP, yaitu menjadi garam

dan terang dunia.