b. 3 Nama-Nama Al-Quds Dan Kedudukannya Dalam Sejarah

2
NAMA-NAMA AL-QUDS DAN KEDUDUKANNYA DALAM SEJARAH Nama al-Quds sudah dikenal pada periode awal-awal Islam, terutama pada abad V H./XI M. Pembebasan kota al-Quds terjadi pada tahun 15 atau 16 H. pada masa pemerintahan Umar ibn al- Khoththob dan pada tahun 17 H./638 M. kunci kota tersebut diterima sendiri oleh Umar ibn al-Khoththob dan kota tersebut diberi nama dengan al-Quds al-Syarif atau Baiyt al-Maqdis. Keterangan ini berdasarkan atas khabar-khabar dalam peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad saw. yang terdapat dalam kitab- kitab Hadits sahih, musnad Imam Ahmad dan Sunan al-Nasaì dan disitu al-Quds disebut dengan nama Bayt al-Maqdis yang berarti suci. Dalam perjanjian damai Umariyyah ( Piagam jaminan keamanan bagi penduduk kota) pada waktu pembebasan yang dilakukan oleh umat Islam, kota tersebut dikenal dengan nama Eliya (yang berarti rumah Allah)(1). Dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru, kota al-Quds disebut dengan nama Jerusalem sebagaimana juga disebut dengan nama Zionis (Arab: Shohyun) dalam buku-buku sastra dan kitab-kitab suci Yahudi dan Kristiani lainnya. Kota tersebut merupakan lambang bagi kota Tuhan (Madinat Allah) sebagaimana termaktub dalam kitab Ru`ya. Al-Quds dalam sejarah kuno mempunyai banyak nama diantaranya adalah “Yabus” yang diambil dari nama bangsa Yabusiyun yang mendirikan kota al-Quds untuk pertama kalinya pada tahun 3000 SM.. Mereka merupakan keturunan bangsa Arab kuno yang hidup dan berkembang di semenanjung Jazirah Arab. Kemudian bersama-sama dengan kabilah Kan’aniyyun, orang-orang Yabusiyun ini meninggalkan Jazirah Arab(2). Maka tercatat dalam sejarah bahwa orang-orang Yabusiyun merupakan penduduk pertama kota al-Quds ini. Dalam sejarah tercatat bahwa bangsa Romawi pernah membenci kota al-Quds hingga bangunan-bangunan yang ada disana dihancurkan oleh Tethos termasuk didalamnya Haikal (tempat ibadah) pada tahun 70 SM.. Keagungan al-Quds kembali lagi setelah Imperium Konstantinopel memeluk agama Nashrani, konon salah seorang ibu Kaisar yang bernama Helena mempunyai andil besar dalam mengembalikan bangunan-bangunan suci yang ada. Daerah Syam -termasuk didalamnya Palestina- merupakan tempat turunnya wahyu, tempat ibadah para Nabi dan tempat turunnya risalah samawiyyah. Kota al-Quds menjadi istimewa karena umat manusia mensucikannya. Kota ini mempunyai nilai yang tinggi dari sisi agama maupun politik dan senantiasa menjadi sumber konflik dan cekcok karena keinginan untuk menguasainya

description

sejarah

Transcript of b. 3 Nama-Nama Al-Quds Dan Kedudukannya Dalam Sejarah

Page 1: b. 3 Nama-Nama Al-Quds Dan Kedudukannya Dalam Sejarah

NAMA-NAMA AL-QUDS DAN KEDUDUKANNYA DALAM SEJARAH

Nama al-Quds sudah dikenal pada periode awal-awal Islam, terutama pada abad V H./XI M. Pembebasan kota al-Quds terjadi pada tahun 15 atau 16 H. pada masa pemerintahan Umar ibn al-Khoththob dan pada tahun 17 H./638 M. kunci kota tersebut diterima sendiri oleh Umar ibn al-Khoththob dan kota tersebut diberi nama dengan al-Quds al-Syarif atau Baiyt al-Maqdis. Keterangan ini berdasarkan atas khabar-khabar dalam peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad saw. yang terdapat dalam kitab-kitab Hadits sahih, musnad Imam Ahmad dan Sunan al-Nasaì dan disitu al-Quds disebut dengan nama Bayt al-Maqdis yang berarti suci.

Dalam perjanjian damai Umariyyah ( Piagam jaminan keamanan bagi penduduk kota) pada waktu pembebasan yang dilakukan oleh umat Islam, kota tersebut dikenal dengan nama Eliya (yang berarti rumah Allah)(1). Dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru, kota al-Quds disebut dengan nama Jerusalem sebagaimana juga disebut dengan nama Zionis (Arab: Shohyun) dalam buku-buku sastra dan kitab-kitab suci Yahudi dan Kristiani lainnya. Kota tersebut merupakan lambang bagi kota Tuhan (Madinat Allah) sebagaimana termaktub dalam kitab Ru`ya.

Al-Quds dalam sejarah kuno mempunyai banyak nama diantaranya adalah “Yabus” yang diambil dari nama bangsa Yabusiyun yang mendirikan kota al-Quds untuk pertama kalinya pada tahun 3000 SM.. Mereka merupakan keturunan bangsa Arab kuno yang hidup dan berkembang di semenanjung Jazirah Arab. Kemudian bersama-sama dengan kabilah Kan’aniyyun, orang-orang Yabusiyun ini meninggalkan Jazirah Arab(2). Maka tercatat dalam sejarah bahwa orang-orang Yabusiyun merupakan penduduk pertama kota al-Quds ini.

Dalam sejarah tercatat bahwa bangsa Romawi pernah membenci kota al-Quds hingga bangunan-bangunan yang ada disana dihancurkan oleh Tethos termasuk didalamnya Haikal (tempat ibadah) pada tahun 70 SM.. Keagungan al-Quds kembali lagi setelah Imperium Konstantinopel memeluk agama Nashrani, konon salah seorang ibu Kaisar yang bernama Helena mempunyai andil besar dalam mengembalikan bangunan-bangunan suci yang ada.

Daerah Syam -termasuk didalamnya Palestina- merupakan tempat turunnya wahyu, tempat ibadah para Nabi dan tempat turunnya risalah samawiyyah. Kota al-Quds menjadi istimewa karena umat manusia mensucikannya. Kota ini mempunyai nilai yang tinggi dari sisi agama maupun politik dan senantiasa menjadi sumber konflik dan cekcok karena keinginan untuk menguasainya dan menjadikannya sebagai suatu lambang kebanggaan karena al-Quds merupakan sentral bagi agama-agama dan mempunyai nilai sejarah keagamaan yang tinggi. Di bumi al-Quds banyak para Nabi, orang-orang shaleh, para sahabat, ulama’ dan auliya yang dimakamkan. Disana banyak peninggalan-peninggalan Islam. Sejak dari dulu al-Quds sudah mempunyai pemerintahan politik, industri dan perdagangan. Dari sinilah orang-orang Ibrani berhasil mentransfer peradaban, hingga mereka bisa memakai pakaian dari tenunan woll sebagai ganti dari pakaian dari kulit-kulit binatang yang menjadi pakaian mereka sebelumnya.

Dalam perjalanan sejarahnya, al-Quds memainkan berbagai peran, baik pada masa klasik atau masa Isa al-Masih as, masa kekuasaan Islam dan pada masa angkatan perang salib dan masa sebelumnya bagi Salibis dari Eropa, Kristiani Arab dan bagi sebagian Yahudi pada masa-masa tertentu(3).

Al-Quds merupakan tempat berkumpulnya bangunan-bangnan suci bagi tiga agama. Umat Islam menziarahinya untuk melakukan shalat di masjid al-Aqsho dan Qubbat al-Shohroh. Kaum Yahudi berkeyakinan bahwa salah satu dinding dari dinding-dinding masjid al-Aqsho dibangun dari susunan batu-batu bangunan Haikal Sulaiman yaitu dinding yang sekarang dikenal dengan nama “tembok ratapan”. Kaum Kristiani menganggap mulia gereja al-Qobr al-Muqoddas ( sekarang dikenal dengan nama gereja al-Qiyamah) yang berdiri diatas gunung Jaljanah yang diyakini oleh Kaum Nashrani bahwa al-Masih disalib di sana(4).