azis
-
Upload
antonio-hernandez -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
Transcript of azis
PENDAHULUAN
Saat ini sumberdaya hutan di Indonesia termasuk kedalam kondisi yang rusak. Kerusakan
yang terjadi ini dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantara penyebabnya adalah
pengalihan lahan hutan kedalam lahan pertanian dan perkebunan, selain itu pula disebabkan oleh
banyaknya kebakaran hutan dan juga illegal logging. Oleh karena itu diperlukannya antisipasi
dan strategi dalam mensiasati hal tersebut. Selain penghijauan kembali lahan hutan, perlu
dilakukan juga pengelolaan hutan secara lestari yang memberikan manfaat untuk semua pihak
yang terlibat di dalam pembangunan hutan. Kebijakan kehutanan di Indonesia saat ini adalah
meningkatkan upaya pengelolaan terpadu, pelestarian hutan dan pembangunan hutan tanaman
penghasil kayu, program-program pelestarian hutan, dan diversifikasi pola kehutanan untuk
pengelolaan ekosistem hutan yang berkesinambungan. Seiring dengan perkembangan
kemampuan masyarakat dalam pembangunan, campur tangan pemerintah baik di pusat maupun
daerah diharapkan seminimal mungkin dan diupayakan untuk menumbuhkan peran serta
masyarakat seluas mungkin. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut maka dilakukan reboisasi
dan rehabilitasi hutan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan
reboisasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat baik dengan tanam tumpangsari, penetapan
pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif. Reboisasi hutan dengan
sistem tumpangsari memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan dalam jangka
pendek memberikan hasil, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat
signifikan.
Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan hutan tepat guna, yang sesuai dengan
kebutuhan petani masyarakat setempat lainnya. Agroforestri telah dipraktekkan dan sudah
menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan Indonesia sejak lama.
Agroforestri merupakan sistem dan teknologi pemanfaatan lahan yang memadukan pengusahaan
pepohonan berumur panjang dengan palawija atau tanaman pertanian, dan dapat juga dengan
pakan ternak berumur pendek pada sebuah lahan yang sama dalam pengaturan ruang dan waktu.
Pada sistem agroforestri terjadi interaksi antara komponen ekologi dengan komponen ekonomi.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Agroforestry
Sebagai suatu kata yang mewakili suatu makna, maka agroforestry memiliki dua makna,
baik secara bahasa maupun secara istilah. Secara bahasa, agroforestry berasal dari dua kata yaitu
agros dan forestry. Agros adalah bahasa Yunani yang berarti bentuk kombinasi kegiatan
pertanian dengan kegiatan lainnya pada sebuah lahan, sedangkan forestry berasal dari bahasa
Inggris yang berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan hutan (kehutanan). Forestry meliputi
segala usaha, ilmu, proses, dan semua pola tingkah dalam mengelola hutan dan penggunaan
sumberdaya alam untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia (Mahendra, 2009).
Selain defenisi diatas ada beberapa defenisi agroforestry yang disampaikan oleh oleh para pakar
agroforestry lainnya, antara lain :
1. Menurut Hairiah dkk. (2003) pada dasarnya agroforestry terdiri dari tiga komponen
pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana masing-masing komponen
sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai satu bentuk sistem menggunakan lahan. Hanya
saja sistem-sistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi satu komoditi khas atau
kelompok produk yang serupa.
2. Menurut Huxley (1999) Agroforestry adalah sistem pengelolaan sumberdaya alam yang
dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian dan padang
penggembalaan untuk memperoleh berbagai produk secara berkelanjutan sehingga dapat
meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan.
Ruang Lingkup Agroforestry
Menurut Mahendra (2009)Agroforestry sebagai sebuah teknik penanaman campuran
memiliki ruang lingkup beragam dimana memiliki pola tanam dinamis bukan statis, artinya
setiap kombinasi elemen berbeda menghasilkan sistem yang berbeda pula. Pada kawasan
tertentu, sangat mungkin dijumpai beraneka ragam pola pemanfaatan lahan yang terbentuk dalam
suatu sistem agroforestry sehingga kita mengenal beberapa bentuk agroforestry antara lain:
Agrisilviculture, yaitu pola penggunaan lahan yang terdiri atas pengkombinasian tanaman
pertanian (pangan) dengan tanaman kehutanan dalam ruang dan waktu yang sama.
1. Sylvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan yang menghasilkan kayu sekaligus
berfungsi sebagai padang penggembalaan.
2. Agrosylvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan yang memiliki tiga fungsi produksi
sekaligus antara lain sebagai penghasil kayu, penyedia tanaman pangan dan juga padang
penggembalaan untuk memelihara ternak.
3. Sylvofishery, yaitu sistem pengelolaan lahan yang didesaign untuk menghasilkan kayu
sekaligus berfungsi sebagai tambak ikan.
4. Apiculture, yaitu sistem pengelolaan lahan yang memfungsikan pohon-pohon yang
ditanam sebagi sumber pakan lebah madu.
5. Sericulture, yaitu sistem pengelolaan lahan yang menjadikan pohon-pohon untuk
memelihara ulat sutera.
Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem pengelolaan lahan yang
mengambil berbagai macam manfaat dari pohon baik dari kayunya, buahnya maupun daunnya.
Sistem agroforestri dicirikan oleh keberadaan komponen pohon dan tanaman semusim
dalam ruang dan waktu yang sama. Kondisi ini mengakibatkan pengurangan bidang olah bagi
budidaya tanaman semusim karena perkembangan tajuk. Oleh karena itu, dinamika ruang
sistem agroforestri sangat ditentukan oleh karakteristik komponen penyusun dan sistem budidaya
pohon (aspek silvikultur). Sungguhpun kondisi fisik lahan dan pola agroforestri yang
dikembangkan juga menjadi faktor penentu.
Pola lorong (alley cropping), pohon pembatas (trees along border), campur (mixer) atau
baris (alternate rows) mempunyai karakteristik yang membuat dinamika sistem agroforestri di
antara pola tersebut berbeda. Pola lorong dalam sistem agroforestri dirancang untuk memadukan
dua tujuan pengelolaan secara bersamaan yaitu produksi dan konservasi, sehingga karakter pola
lorong ini adalah jarak baris pohon antar lorong satu dengan lorong yang lainnya lebih pendek
apabila dibandingkan dengan pola pohon pembatas. Hal ini terjadi karena pola lorong dipilih
untuk lokasi yang mempunyai ragam kelerengan (tidak datar). Dinamika komponen penyusun
yang diikuti oleh dinamika ruang berpengaruh terhadap dinamika sumberdaya dalam sistem
agroforestri. Dinamika sumberdaya ini akan lebih terlihat dalam sistem berbagi sumberdaya
(resources sharing) khususnya antar pohon, pohon dengan tanaman semusim dan antar tanaman
semusim. Sumberdaya di atas tanah (cahaya matahari) bervariasi dari waktu ke waktu sehingga
hal ini memberikan penangkapan cahaya oleh tanaman semusim juga dinamis. Perkembangan
sistem di bawah tanah khususnya sistem perakaran juga akan memberikan kontribusi pada
dinamika sistem agroforestri. Kepadatan pohon yang memberikan konsekuensi pada kepadatan
penutupan bidang olah oleh tajuk akan berbanding lurus dengan kepadatan perakaran sehingga
juga akan menjadi pembatas dalam maksimalisasi penyerapan sumberdaya di bawah tanah oleh
tanaman semusim.
Dengan demikian dinamika sumberdaya di atas tanah dan di bawah saling berhubungan
erat. Salah satu pendekatan untuk mengetahui dinamika sumberdaya baik di atas tanah maupun
di bawah tanah adalah respon tanaman semusim dalam menangkap dan memanfaatkan
sumberdaya yang diekspresikan dalam pertumbuhan tanaman semusim. Dinamika didasarkan
pada sistem zonasi dalam sistem agroforestri untuk mengetahui kecenderungan sumberdaya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniatun, Hairiah.2003.Pengantar Agroforestri.World Agroforestry Centre (ICRAF).Bogor
Mahendra.2009.Kajian Agroforestry di Sistem Agroforestry dan Aplikasinya.Jakarta: Graha
Ilmu
Suryanto, Priyono.2005.Dinamika Sistem Berbagi Sumberdaya (Resouces Sharing) dalam
Agroforestri : Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur. Jurnal Penleitian
Ilmu Pertanian Vol. 12 No.12 Jakarta
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM AGROFERESTRY
Oleh :
Nama : Azis Normala Putri
NIM : 10/303398/DKT/01376
PROGRAM DIPLOMA III PENGELOLAAN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013