azis

9
PENDAHULUAN Saat ini sumberdaya hutan di Indonesia termasuk kedalam kondisi yang rusak. Kerusakan yang terjadi ini dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantara penyebabnya adalah pengalihan lahan hutan kedalam lahan pertanian dan perkebunan, selain itu pula disebabkan oleh banyaknya kebakaran hutan dan juga illegal logging. Oleh karena itu diperlukannya antisipasi dan strategi dalam mensiasati hal tersebut. Selain penghijauan kembali lahan hutan, perlu dilakukan juga pengelolaan hutan secara lestari yang memberikan manfaat untuk semua pihak yang terlibat di dalam pembangunan hutan. Kebijakan kehutanan di Indonesia saat ini adalah meningkatkan upaya pengelolaan terpadu, pelestarian hutan dan pembangunan hutan tanaman penghasil kayu, program-program pelestarian hutan, dan diversifikasi pola kehutanan untuk pengelolaan ekosistem hutan yang berkesinambungan. Seiring dengan perkembangan kemampuan masyarakat dalam pembangunan, campur tangan pemerintah baik di pusat maupun daerah diharapkan seminimal mungkin dan diupayakan untuk menumbuhkan peran serta masyarakat seluas mungkin. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut maka dilakukan reboisasi dan rehabilitasi hutan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat baik dengan tanam tumpangsari, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif. Reboisasi hutan dengan sistem tumpangsari memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan

Transcript of azis

Page 1: azis

PENDAHULUAN

Saat ini sumberdaya hutan di Indonesia termasuk kedalam kondisi yang rusak. Kerusakan

yang terjadi ini dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantara penyebabnya adalah

pengalihan lahan hutan kedalam lahan pertanian dan perkebunan, selain itu pula disebabkan oleh

banyaknya kebakaran hutan dan juga illegal logging. Oleh karena itu diperlukannya antisipasi

dan strategi dalam mensiasati hal tersebut. Selain penghijauan kembali lahan hutan, perlu

dilakukan juga pengelolaan hutan secara lestari yang memberikan manfaat untuk semua pihak

yang terlibat di dalam pembangunan hutan. Kebijakan kehutanan di Indonesia saat ini adalah

meningkatkan upaya pengelolaan terpadu, pelestarian hutan dan pembangunan hutan tanaman

penghasil kayu, program-program pelestarian hutan, dan diversifikasi pola kehutanan untuk

pengelolaan ekosistem hutan yang berkesinambungan. Seiring dengan perkembangan

kemampuan masyarakat dalam pembangunan, campur tangan pemerintah baik di pusat maupun

daerah diharapkan seminimal mungkin dan diupayakan untuk menumbuhkan peran serta

masyarakat seluas mungkin. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut maka dilakukan reboisasi

dan rehabilitasi hutan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan

reboisasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat baik dengan tanam tumpangsari, penetapan

pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif. Reboisasi hutan dengan

sistem tumpangsari memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan dalam jangka

pendek memberikan hasil, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat

signifikan.

Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan hutan tepat guna, yang sesuai dengan

kebutuhan petani masyarakat setempat lainnya. Agroforestri telah dipraktekkan dan sudah

menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan Indonesia sejak lama.

Agroforestri merupakan sistem dan teknologi pemanfaatan lahan yang memadukan pengusahaan

pepohonan berumur panjang dengan palawija atau tanaman pertanian, dan dapat juga dengan

pakan ternak berumur pendek pada sebuah lahan yang sama dalam pengaturan ruang dan waktu.

Pada sistem agroforestri terjadi interaksi antara komponen ekologi dengan komponen ekonomi.

Page 2: azis

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Agroforestry

Sebagai suatu kata yang mewakili suatu makna, maka agroforestry memiliki dua makna,

baik secara bahasa maupun secara istilah. Secara bahasa, agroforestry berasal dari dua kata yaitu

agros dan forestry. Agros adalah bahasa Yunani yang berarti bentuk kombinasi kegiatan

pertanian dengan kegiatan lainnya pada sebuah lahan, sedangkan forestry berasal dari bahasa

Inggris yang berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan hutan (kehutanan). Forestry meliputi

segala usaha, ilmu, proses, dan semua pola tingkah dalam mengelola hutan dan penggunaan

sumberdaya alam untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia (Mahendra, 2009).

Selain defenisi diatas ada beberapa defenisi agroforestry yang disampaikan oleh oleh para pakar

agroforestry lainnya, antara lain :

1. Menurut Hairiah dkk. (2003) pada dasarnya agroforestry terdiri dari tiga komponen

pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana masing-masing komponen

sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai satu bentuk sistem menggunakan lahan. Hanya

saja sistem-sistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi satu komoditi khas atau

kelompok produk yang serupa.

2. Menurut Huxley (1999) Agroforestry adalah sistem pengelolaan sumberdaya alam yang

dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian dan padang

penggembalaan untuk memperoleh berbagai produk secara berkelanjutan sehingga dapat

meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan.

Ruang Lingkup Agroforestry

Menurut Mahendra (2009)Agroforestry sebagai sebuah teknik penanaman campuran

memiliki ruang lingkup beragam dimana memiliki pola tanam dinamis bukan statis, artinya

setiap kombinasi elemen berbeda menghasilkan sistem yang berbeda pula. Pada kawasan

tertentu, sangat mungkin dijumpai beraneka ragam pola pemanfaatan lahan yang terbentuk dalam

suatu sistem agroforestry sehingga kita mengenal beberapa bentuk agroforestry antara lain:

Agrisilviculture, yaitu pola penggunaan lahan yang terdiri atas pengkombinasian tanaman

pertanian (pangan) dengan tanaman kehutanan dalam ruang dan waktu yang sama.

Page 3: azis

1. Sylvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan yang menghasilkan kayu sekaligus

berfungsi sebagai padang penggembalaan.

2. Agrosylvopastoral, yaitu sistem pengelolaan lahan yang memiliki tiga fungsi produksi

sekaligus antara lain sebagai penghasil kayu, penyedia tanaman pangan dan juga padang

penggembalaan untuk memelihara ternak.

3. Sylvofishery, yaitu sistem pengelolaan lahan yang didesaign untuk menghasilkan kayu

sekaligus berfungsi sebagai tambak ikan.

4. Apiculture, yaitu sistem pengelolaan lahan yang memfungsikan pohon-pohon yang

ditanam sebagi sumber pakan lebah madu.

5. Sericulture, yaitu sistem pengelolaan lahan yang menjadikan pohon-pohon untuk

memelihara ulat sutera.

Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem pengelolaan lahan yang

mengambil berbagai macam manfaat dari pohon baik dari kayunya, buahnya maupun daunnya.

Sistem agroforestri dicirikan oleh keberadaan komponen pohon dan tanaman semusim

dalam ruang dan waktu yang sama. Kondisi ini mengakibatkan pengurangan bidang olah bagi

budidaya tanaman semusim karena perkembangan tajuk. Oleh karena itu, dinamika ruang

sistem agroforestri sangat ditentukan oleh karakteristik komponen penyusun dan sistem budidaya

pohon (aspek silvikultur). Sungguhpun kondisi fisik lahan dan pola agroforestri yang

dikembangkan juga menjadi faktor penentu.

Pola lorong (alley cropping), pohon pembatas (trees along border), campur (mixer) atau

baris (alternate rows) mempunyai karakteristik yang membuat dinamika sistem agroforestri di

antara pola tersebut berbeda. Pola lorong dalam sistem agroforestri dirancang untuk memadukan

dua tujuan pengelolaan secara bersamaan yaitu produksi dan konservasi, sehingga karakter pola

lorong ini adalah jarak baris pohon antar lorong satu dengan lorong yang lainnya lebih pendek

apabila dibandingkan dengan pola pohon pembatas. Hal ini terjadi karena pola lorong dipilih

untuk lokasi yang mempunyai ragam kelerengan (tidak datar). Dinamika komponen penyusun

yang diikuti oleh dinamika ruang berpengaruh terhadap dinamika sumberdaya dalam sistem

agroforestri. Dinamika sumberdaya ini akan lebih terlihat dalam sistem berbagi sumberdaya

Page 4: azis

(resources sharing) khususnya antar pohon, pohon dengan tanaman semusim dan antar tanaman

semusim. Sumberdaya di atas tanah (cahaya matahari) bervariasi dari waktu ke waktu sehingga

hal ini memberikan penangkapan cahaya oleh tanaman semusim juga dinamis. Perkembangan

sistem di bawah tanah khususnya sistem perakaran juga akan memberikan kontribusi pada

dinamika sistem agroforestri. Kepadatan pohon yang memberikan konsekuensi pada kepadatan

penutupan bidang olah oleh tajuk akan berbanding lurus dengan kepadatan perakaran sehingga

juga akan menjadi pembatas dalam maksimalisasi penyerapan sumberdaya di bawah tanah oleh

tanaman semusim.

Dengan demikian dinamika sumberdaya di atas tanah dan di bawah saling berhubungan

erat. Salah satu pendekatan untuk mengetahui dinamika sumberdaya baik di atas tanah maupun

di bawah tanah adalah respon tanaman semusim dalam menangkap dan memanfaatkan

sumberdaya yang diekspresikan dalam pertumbuhan tanaman semusim. Dinamika didasarkan

pada sistem zonasi dalam sistem agroforestri untuk mengetahui kecenderungan sumberdaya.

Page 5: azis

DAFTAR PUSTAKA

Kurniatun, Hairiah.2003.Pengantar Agroforestri.World Agroforestry Centre (ICRAF).Bogor

Mahendra.2009.Kajian Agroforestry di Sistem Agroforestry dan Aplikasinya.Jakarta: Graha

Ilmu

Suryanto, Priyono.2005.Dinamika Sistem Berbagi Sumberdaya (Resouces Sharing) dalam

Agroforestri : Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur. Jurnal Penleitian

Ilmu Pertanian Vol. 12 No.12 Jakarta

Page 6: azis

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM AGROFERESTRY

Oleh :

Nama : Azis Normala Putri

NIM : 10/303398/DKT/01376

PROGRAM DIPLOMA III PENGELOLAAN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 7: azis