ayukuz00259ik
-
Upload
hanifa-bi-barito -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of ayukuz00259ik
0
ANALISIS LAMA WAKTU PELAYANAN KEPERAWATAN DAN TINGKAT KEPUASAN KERJA PERAWAT
DI RS GHRASIA PROPINSI DIY
N a s k a h P u b l i k a s i
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Disusu oleh :
AYU KHUZAIMAH KURNIAWATI 02/161611/EIK/00259
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Y O G Y A K A R T A
2 0 0 3
1
ANALISIS LAMA WAKTU PELAYANAN KEPERAWATAN DAN TINGKAT KEPUASAN KERJA PERAWAT
DI RS GHRASIA PROPINSI DIY
ANALYSIS FOR THE TIME OF NURSING CARE AND THE NURSE’S WORKING SATISFACTION LEVEL AT GHRASIA HOSPITAL,
YOGYAKARTA
Ayu Khuzaimah K.1 Intansari Nurjannah2 Saryono2
ABSTRACT
Background. Indication of the quality services according to NDNQI consist of 10 items, and services time is one of item. Research proved that the least time the nurse needed to give nursing care to the client is in mental health care. Wexley & Yukl said that working time could effect in working satisfaction. From the theory, the researcher want to find the relationship between the time of nursing care in mental health client and the working satisfaction of the nurse who take care the client. Objectives. To identify the relationship between the time of nursing care and the nurse’s working satisfaction level at Ghrasia Hospital in Yogyakarta. Methods. This study was a descriptive analytic correlative with a cross sectional approachment, which is try to explain a phenomena in a community, subject measured and collected simultaneously in the same time. The sample choosed by using purposive sampling based on the researcher’s consideration, there were 57 nurses who works in the staying care room, at Ghrasia Hospital from October until November 2003. Result. From the statistic study with Spearman’s rho, p = 0,597 and r = 0,072 which is mean there is no relationship between the time of nursing care and the nurse’s working satisfaction, and the correlation number shows that the relation is weak. Conclution. From the study, we can conclude that the nurse’s working satisfaction is not only effected by the time of nursing care, but also by a lot of factors which is not controlled by the researcher, which can cause a bias. The time of nursing care on mental health patient is far from ideal compared to the time needed by client. That’s why, it is neede to analyzed factors which is influences, especially room and resources management. Facility and rewards is the biggest indicator from the nurse’s working satisfaction at Ghrasia Hospital. The nurse’s working satisfaction level in general is in the middle/enough. This result is a potret of a real condition, which can be use to gain mental nursing science, especially to give services to mental client, so it could increase the services value professionally. Key words : the time of nursing care, the nurse’s working satisfaction level. ___________________________________________________________ 1 Student of Nursing Study Program Medicine Faculty Gadjah Mada University 2 Lecture of Nursing Study Program Medicine Faculty Gadjah Mada University
2
PENDAHULUAN Kualitas adalah merawat, sebagai jiwa dari keperawatan. Kualitas adalah
tantangan, yang dapat diterima dan dapat diikuti oleh perawat. Kualitas adalah kepuasan, diterima sesuai standar profesi(Kirk & Hoesing, 1991)(1). Indikator kualitas pelayanan menurut National Datebase of Nursing Quality Indicators (NDNQI) terdiri dari 10 aitem, salah satu diantaranya adalah indikator waktu pelayanan(NDNQI, 1999, cit. Widayanto, 2001)(2). Penelitian Widayanto (2001)(2), mengungkapkan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien paling sedikit adalah di ruang perawatan jiwa.
Gambaran ini menunjukkan bahwa perawatan pada klien dengan masalah kejiwaan masih memerlukan perhatian besar bagi para pelaksana asuhan keperawatan khususnya, karena pada dasarnya asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kejiwaan tidak sesederhana perawatan pada klien yang mengalami gangguan fisik saja. Penyebabnya antara lain masalah kejiwaan tidak tampak hanya dengan pengamatan fisik, namun harus digali melalui interaksi perawat dengan klien melalui komunikasi terapeutik yang dilandasi hubungan saling percaya (trust). Disinilah letak permasalahan yang sudah sejak dulu melekat pada pelayanan keperawatan jiwa, dimana perawat merasakan tugas sehari-harinya sebagai suatu rutinitas dan merupakan sebuah intuisi semata. Oleh karenanya, perawat yang dapat melaksanakan asuhan keperawatan di RSJ sesuai standar asuhan mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Mutu pelayanan akan sangat dipengaruhi oleh kinerja perawat apabila perawat memperoleh suatu kepuasan kerja sesuai yang diharapkannya (Gibson, et al., 1997)(3).
Wexley & Yukl (1977), cit. As’ad (2001)(4) berpendapat bahwa jumlah jam kerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dapat mempengaruhi kepuasan kerja perawat Kepuasan kerja yang dirasakan perawat, akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang akhirnya menghasilkan prestasi kerja yang baik(Gibson, et al., 1997)(3), sehingga perawat dengan kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki motivasi kerja yang tinggi pula. Motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya dan citra rumah sakit umumnya.
3
Masalah
Bagaimana hubungan antara lama waktu pelayanan keperawatan dengan kepuasan
kerja perawat di RS Ghrasia Propinsi DIY
Hipotesis Sementara
Ada hubungan antara lama waktu pelayanan keperawatan dengan kepuasan kerja
perawat di RS Ghrasia Propinsi DIY
Tujuan Penelitian
a. Mengetahui lama waktu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien
kategori I, II, III, dan IV per satu shift (8 jam).
b. Mengetahui tingkat kepuasan kerja perawat secara umum dan khusus yang
memberikan pelayanan keperawatan pada klien kategori I, II, III, dan IV per
satu shift (8 jam).
c. Mengetahui lama waktu interaksi perawat-klien pada klien kategori I, II, III,
dan IV per satu shift (8 jam).
d. Mendiskripsikan kebutuhan tenaga perawat per shift (8 jam) di setiap ruangan
berdasarkan tingkat kategori klien yang ada.
e. Mendiskripsikan sistem penugasan atau model asuhan keperawatan yang
sesuai untuk diterapkan di ruangan berdasarkan kondisi klien yang ada.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional, bersifat deskriptif analitik
korelasi dengan pendekatan cross sectional study/potong lintang, tanpa
memberikan perlakuan (non-eksperimental), menggunakan analisis data
kuantitatif dengan statistik. Subjek penelitian diukur atau dikumpulkan secara
simultan atau dalam waktu bersamaan (Notoatmojo, 2002)(5).
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di RS
Ghrasia Propinsi DIY, selama periode Oktober s.d November 2003. Populasi
dalam penelitian ini sejumlah 69 perawat, yang bekerja di UGD, poliklinik, dan di
bangsal.
4
Besar Sampel Sampel yang ditentukan sebagai subjek di dalam penelitian ini adalah
perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Ghrasia Propinsi DIY yaitu sejumlah 64 orang. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu, yaitu laki-laki atau perempuan, bekerja di bangsal rawat inap, latar pendidikan SPK, SPKSJ, DIII Keperawatan/ AKPER, maupun S I Keperawatan, dan bersedia berpartisipasi menjadi responden dan mengisi kuesioner dengan bukti sebuah inform consent. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel total dengan tetap memperhatikan ciri-ciri yang sudah ditetapkan (kriteria inklusi). Diperoleh 57 responden, karena 2 orang tidak bersedia menjadi responden dan 5 orang sedang dalam masa cuti melahirkan. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan adalah kepuasan kerja perawat sebagai variabel tergantung dan lama waktu pelayanan keperawatan sebagai variabel bebas. Pengumpulan Data Pelaksanaan penelitian sebagian besar dilakukan oleh peneliti sendiri, namun peneliti dibantu oleh 6 asisten penelitian yang sudah dilatih untuk persamaan persepsi. Pengambilan data melalui observasi kegiatan perawat di ruangan selama 1 shift dan mencatat waktu yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. data kepuasan kerja diperoleh dengan membagikan kuesioner serta mengadakan wawancara dengan responden untuk melengkapi data yang diperlukan yang tidak tercakup di dalam kuesioner. Analisa Data
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mencari hubungan dan mengetahui seberapa erat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain, maka dapat dilakukan dengan uji statistik nonparametrik dengan Spearman’s rho untuk bivarians karena data yang diperoleh berskala ordinal (Hadi, S., 2000)(6).
Kemudian dilanjutkan dengan Partial Cerrelation Coefficient dengan kontrol jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan untuk mengetahui perbedaan nilai korelasi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrol.
5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Demografik Responden
Responden terdiri dari 57 perawat dengan melibatkan 173 pasien di RS
Ghrasia Propinsi DIY dari tanggal 8 Oktober 2003 sampai dengan 9 November
2003. Responden laki-laki 31 orang dan perempuan 26 orang, dengan rentang usia
terbanyak 26-30 tahun. Tingkat pendidikan SPK (23 orang), SPKSJ (1 orang),
DIII Keperawatan (31 orang), dan SI Keperawatan (1 orang), dan lama kerja
paling banyak adalah 6-10 tahun.
Data kategori pasien jiwa sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi pasien berdasarkan kategori pasien jiwa di RS Ghrasia Propinsi DIY, Okt-Nov 2003
Putra Putri Kategori Pasien Frek % Frek %
Kategori I 30 33 33 41 Kategori II 24 26 18 22 Kategori III 24 26 11 14 Kategori IV 14 15 19 23 Total 92 100 81 100
Hasil uji statistik
Hasil uji statistik dengan Spearman’s rho diperoleh nilai hubungan antara
lama waktu pelayanan keperawatan dengan kepuasan kerja perawat di RS Ghrasia
Propinsi DIY adalah 0,597 dengan r = 0,072, yang berarti tidak ada hubungan
antara lama waktu pelayanan keperawatan dengan kepuasan kerja perawat di RS
Ghrasia Propinsi DIY. Korelasi antara lama waktu pelayanan keperawatan
dengan kepuasan kerja perawat adalah positif, artinya semakin lama pelayanan
keperawatan yang dilakukan maka kepuasan kerja perawat cenderung meningkat.
Namun angka korelasi (0,072) yang jauh dari 0,5 menunjukkan sangat lemahnya
hubungan kedua variabel tersebut (Sugiyono, 2003)(7).
6
Tabel 2. Hasil penelitian terhadap perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Ghrasia Propinsi DIY, Oktober-November 2003 (tanpa memperhatikan faktor pengaruh lain)
No Variable yang diteliti Tk. Pengaruh hubungan ( r )
Tk. Kemaknaan hubungan ( p )
1 Kepuasan kerja perawat dengan lama waktu pelayanan keperawatan pada klien kategori I
0,184 sangat lemah
0,170 tidak ada hubungan
2 Kepuasan kerja perawat dengan lama waktu pelayanan keperawatan pada klien kategori II
0,147 sangat lemah
0,275 tidak ada hubungan
3 Kepuasan kerja perawat dengan lama waktu pelayanan keperawatan pada klien kategori III
0,259 lemah
0,052 tidak ada hubungan
4 Kepuasan kerja perawat dengan lama waktu pelayanan keperawatan pada klien kategori IV
-0,244 lemah
0,067 tidak ada hubungan
Uji yang dilakukan dengan Partial Correlation Coefficient, yaitu uji yang
menggunakan faktor-faktor pengaruh seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan sebagai kontrol, hasilnya p = 0,820
dengan r = -0,0323. Dengan adanya kelima variabel pengontrol tersebut maka
besar korelasi turun menjadi 0,0323. Sedang tanda korelasi berubah menjadi
negatif, ini berarti dengan memperhitungkan perbedaan jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, lama kerja dan status perkawinan responden, maka korelasi
antara lama waktu pelayanan keperawatan dengan kepuasan kerja perawat
menjadi negatif, artinya semakin sedikit lama waktu pelayanan keperawatan yang
diberikan pada klien maka kepuasan kerja perawat semakin meningkat. Apabila
dilihat dari signifikansinya, maka besaran korelasi tidak signifikan ( p > 0,05),
artinya tetap tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara lama
waktu pelayanan keperawatan dengan kepuasan kerja perawat.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja perawat tidak
berhubungan dengan lama waktu pelayanan keperawatan. Meskipun hubungan
tidak dapat terbukti secara statistik, namun hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Wexley & Yukl (1977), cit. As’ad (2001)(4), yang menyatakan
dalam teori equity, bahwa jumlah jam kerja seseorang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja orang tersebut, terbukti dengan harga r = 0,072 (besarnya korelasi
sangat lemah). Banyak ahli berpendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja seseorang, antara lain motivasi/satisfiers dan dissatisfier
7
(Herzberg, et al., 1959, cit. Muchlas, 1997)(8), penghargaan, kondisi kerja (fisik),
hubungan interpersonal, kesempatan untuk maju (Locke, 1976 cit. Robbins,
1996)(9), faktor psikologis, financial, social dan fisik (As’ad, 2001)(4), faktor
demografik (Handoko, 1998)(10), dan masih banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Jumlah jam kerja merupakan faktor yang
memberikan kontribusi pengaruhnya terhadap kepuasan kerja sangat kecil.
Seharusnya peneliti mengontrol semua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja dengan baik, tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak mengendalikan semua
variabel pengganggu yang ada sehingga menimbulkan bias.
Lama waktu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien kategori I, II, III, dan IV per satu shift (8 jam)
Observasi pada kegiatan pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat selama 1 shift, diperoleh data lama waktu pelayanan keperawatan pada
klien baik langsung maupun tidak langsung, sebagai berikut :
Tabel 3. Waktu yang digunakan oleh perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan pada klien kategori I, II, III, dan IV selama 1 shift di RS Ghrasia Propinsi DIY, Oktober-November 2003
Rata-rata
pelayanan
keperawatan tidak
langsung*
Rata-rata
pelayanan
keperawatan
langsung*
Rata-rata
pelayanan
keperawatan tidak
langsung + langsung
Rata-rata total
pelayanan
keperawatan
Kategori I 13,06 mnt/prwt/shift 37,40 mnt/prwt/shift 50,46 mnt/prwt/shift 6,81 mnt/psn/shift
Kategori II 7,94 mnt/prwt/shift 22,71 mnt/prwt/shift 30,64 mnt/prwt/shift 6,26 mnt/psn/shift
Kategori III 7,29 mnt/prwt/shift 17,33 mnt/prwt/shift 24,96 mnt/prwt/shift 5,76 mnt/psn/shift
Kategori IV 6,40 mnt/prwt/shift 18,10 mnt/prwt/shift 24,55 mnt/prwt/shift 6,50 mnt/psn/shift
* pelayanan keperawatan tidak langsung : perawat tidak berinteraksi langsung dengan klien, seperti : menyiapkan obat, konsultasi dengan tenaga medis lain (dokter), ahli gizi, laporan supervisi, mendokumentasikan asuhan keperawatan * pelayanan keperawatan langsung : perawat berinteraksi langsung dengan klien, berhadapan, bertatap mata, berbicara, seperti : mengajak ngobrol, menyuruh, membimbing, mengarahkan, mengawasi, mengajari, menasehati,dll
Hasil observasi diperoleh rata-rata setiap perawat mempunyai total lama
waktu pelayanan keperawatan pada klien (dengan berbagai kategori) adalah 131,6
menit/shift, dimana 1 shift yang dilaksanakan oleh responden adalah 6-7 jam pada
shift pagi. Fenomena ini menunjukkan bahwa jam efektif perawat yang digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien selama 1 shift hanya 31,43%.
8
Fenomena ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Stuart &
Sundeen (1995)(11), yang menyatakan bahwa kebutuhan pelayanan keperawatan
pada klien kategori I adalah 1 jam/pasien/shift (8 jam), untuk kategori II adalah 3
jam/pasien/shift, pada kategori III sebanyak 5 jam/pasien/shift, dan pada kategori
IV adalah 8 jam/pasien/shift. Banyak faktor yang berperan, diantaranya karena
jumlah perawat dan pasien yang tidak proporsional, sehingga 2-4 perawat dalam
satu ruangan harus merawat 10-30 pasien. Pada shift siang/malam biasanya
perawat yang bertugas hanya 1 orang. Faktor lain seperti ketidakpuasan perawat
terhadap pekerjaannya.
Tingkat kepuasan kerja perawat secara umum dan khusus yang memberikan pelayanan keperawatan pada klien kategori I, II, III, dan IV per satu shift (8 jam)
Tingkat kepuasan kerja perawat secara umum yaitu rendah, dengan skor
total 19-38 (7,02%), sedang dengan skor total 39-58 (82,46%), dan tinggi dengan
skor total 59-76 (10,53%). Hasil ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
responden selama wawancara mendalam, bahwa sebagian besar perawat yang
bekerja di ruang rawat inap RS Ghrasia Propinsi DIY mempunyai tingkat
kepuasan kerja sedang. Beberapa alasan antara lain : kurangnya reward,
ketenagaan yang kurang, sarana/fasilitas yang kurang memenuhi, lingkungan yang
kurang kondusif, dan tidak adanya tunjangan kecelakaan kerja.
Tingkat kepuasan kerja perawat yang memberikan pelayanan keperawatan
pada klien kategori I, II, III, dan IV tidak dapat dijabarkan oleh peneliti karena
setting lapangan yang tidak mendukung.
Lama waktu interaksi perawat-klien pada klien kategori I, II, III, dan IV per satu shift (8 jam)
Rata-rata lama waktu interaksi satu perawat dengan klien kategori I adalah
4,95 menit/pasien/shift. Pada klien kategori II 4,52 menit/pasien/shift, kategori III
4 menit/pasien/shift, dan kategori IV 4,7 manit/pasien/shift. Fenomena ini sangat
jauh dari teori yang sudah ada. Dalam berinteraksi perawat mempunyai empat
tahap yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh
perawat. Keempat tahap tersebut adalah tahap pre interaksi, orientasi/perkenalan,
9
tahap bekerja dan terminasi (Stuart & Sundeen, 1995)(11). Fenomena yang terjadi,
perawat berinteraksi langsung dengan klien, berhadapan, bertatap mata, berbicara,
seperti : mengajak ngobrol, menyuruh, membimbing, mengarahkan, mengawasi,
mengajari, menasehati, dan sebagainya, namun jarang sekali perawat melakukan
interaksi dengan memenuhi tugas-tugas pada setiap tahap interaksi.
Kebutuhan tenaga perawat per satu shift (8 jam) di setiap ruangan berdasarkan tingkat kategori klien yang ada
Menurut rumus analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori
klien (Stuart & Sundeen, 1995)(11), maka dapat dihitung kebutuhan tenaga di
setiap bangsal RS Ghrasia Propinsi DIY dalam satu shiftnya. Dengan
mempertimbangkan bahwa sebagian besar klien termasuk kategori I (36,42%) dan
II (24,28%), maka peneliti mengadakan modifikasi pada rumus analisis kebutuhan
tenaga perawat tersebut pada jumlah jam pelayanan keperawatan yang diperlukan
oleh klien kategori IV adalah 8 jam/shift menjadi 5 jam/shift, pada kategori III
dari 5 jam/shift menjadi 3 jam/shift, kategori II dari 3 jam/shift menjadi 1
jam/shift, dan pada kategori I tetap 1 jam/shift. Modifikasi ini dilakukan dengan
pertimbangan hasil analisis sudah dapat mewakili kebutuhan ketenagaan sesuai
kondisi klien di RS Ghrasia Propinsi DIY, dan hasil analsisnya sebagai berikut :
Tabel 4. Analsis kebutuhan tenaga perawat per satu shift berdasarkan kategori klien di RS Ghrasia Propinsi DIY, Oktober-November 2003
Kategori Klien Bangsal I II III IV
Analisis*
Jml Perawat
P1 9 3 7 1 (9x1)+(3x1)+(7x3)+(1x5)=38:8=4,75 5 orang P2A 6 6 6 9 (6x1)+(6x1)+(6x3)+(9x5)=75:8=9,38 9 orang P2 9 11 9 1 (9x1)+(11x1)+(9x3)+(1x5)=52:8=6,5 7 orang L1 13 3 - 6 (1x1)+(3x1)+(0x3)+(6x5)=46:8=5,75 6 orang L2A 5 8 4 5 (5x1)+(8x1)+(4x3)+(5x5)=40:8=5 5 orang L2 13 8 7 8 (13x1)+(8x1)+(7x3)+(8x5)=82:8=10,23 10 orang Kelas Putri
6 4 2 3 (6x1)+(4x1)+(2x3)+(3x5)=31:8=3,86 4 orang
Kelas Putra
7 1 2 2 (7x1)+(1x1)+(2x3)+(2x5)=24:8=3 3 orang
*analisis : (jumlah klien kategori I x 1 jam/shift) + (jumlah klien kategori II x 1 jam/shift) + (jumlah klien kategori III x 3 jam/shift) + (jumlah klien kategori IV x 5 jam/shift). Kemudian hasilnya dibagi 8 (1 shift adalah 8 jam).
10
Berdasarkan analisis di atas, kebutuhan tenaga perawat di setiap ruangan berbeda-beda tergantung kategori klien yang ada. Kebutuhan tenaga perawat di RS Ghrasia Propinsi DIY berkisar antara 3 sampai 10 orang. Hasil ini dapat diasumsikan bahwa di ruangan dimana jumlah klien kategori I yang terbanyak, maka kebutuhan tenaga perawat cenderung lebih sedikit dibandingkan apabila jumlah klien kategori IV yang terbanyak, maka kebutuhan tenaga perawat juga cenderung lebih banyak.
Kenyataan di lapangan, perawat yang bertugas setiap shift rata-rata jumlahnya sama antara 2-5 orang/shift pagi, di setiap ruangan dengan jumlah pasien yang tidak sama dan kategori pasien yang berbeda. Dengan membandingkan antara hasil penghitungan dengan kenyataan yang ada, maka ruang kelas putra adalah ruangan yang paling sesuai, artinya dengan jumlah pasien 12 (kategori I = 7 orang, kategori II = 1 orang, kategori III = 2 orang, dan kategori IV = 2 orang), idealnya membutuhkan 3 perawat/shift. Kenyataan yang terjadi setiap shift ada 3-4 perawat yang bertugas, khususnya pada shift pagi. Tingkat kepuasan kerja perawat yang bekerja di ruang kelas putra adalah sedang, ini menunjukkan bahwa kesesuaian jumlah pasien dan perawat yang bertugas dapat mempengaruhi kepuasan kerja perawat. Berbeda dengan kondisi di ruang L2 dengan jumlah pasien 36 orang (kategori I = 13 orang, kategori II = 8 orang, kategori III = 7 orang, kategori IV = 8 orang). Jumlah tenaga perawat yang bekerja di ruang L2 adalah 8 orang dan tenaga non perawat 1 orang, sedang perawat yang bertugas setiap shift tetap sama dengan ruangan lain yaitu 3-5 orang, khususnya pada shift pagi.
Pada shift siang/malam biasanya perawat yang bertugas hanya 1 orang, ini berlaku pada seluruh ruangan. Pada siang atau malam hari, mungkin kondisi klien dapat berbeda dengan kondisi pada pagi hari. Analisa ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bahwa jumlah perawat yang bekerja pada shift siang/malam lebih sedikit dari pada shift pagi.
Melihat fenomena jumlah ketenagaan di RS Ghrasia Propinsi DIY sangat kurang, harus menjadi perhatian bagi para pengelola rumah sakit. Beberapa cara untuk mengatasi kesulitan dalam penambahan tenaga perawat antara lain manajemen ruangan dan tenaga sangat diperlukan.
11
Sistem atau model asuhan keperawatan yang sesuai di ruangan berdasarkan kondisi klien
Sesuai teori yang sudah ada, model tim lebih sesuai untuk diterapkan di
RS Ghrasia Propinsi DIY, tetapi hanya pada saat shift pagi saja. Sedangkan pada
shift siang/malam dapat dilaksanakan seoptimal mungkin dengan ketenagaan yang
ada. Model tim dengan modifikasi fungsional dapat pula diterapkan apabila
kondisi tidak memungkinkan untuk menerapkam model tim secara utuh.
Akan tetapi sebagai pemimpin tim di RS Ghrasia Propinsi DIY ini, harus
dapat mengenal anggota tim dengan baik, karena anggota tim mempunyai
latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari SPK, SPKSJ, DIII, dan
bahkan sudah ada yang SI. Dari fenomena ini dapat dilihat bahwa kemampuan
mereka terutama pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan ketrampilan
(skill), juga berbeda. Pemimpin tim harus mampu mengkoordinir anggota sebaik
mungkin sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan secara optimal,
tercipta suasana kerja yang menyenangkan, tanpa beban paksaan, saling
memberikan motivasi antar satu tim, dan dapat mengembangkan ilmu.
Jumlah ketenagaan sangat terkait dengan penerapan model asuhan
keperawatan. Model tim akan berjalan apabila tenaga yang dibutuhkan untuk
membentuk tim mencukupi. Model primer dan kasus membutuhkan perawat
primer (registered nurse), yang belum tersedia di rumah sakit. Model fungsional
sebaiknya diminimalkan untuk mencegah adanya fragmentasi asuhan
keperawatan. Dapat diasumsikan bahwa tidak ada model asuhan yang dapat
diterapkan secara sempurna di RS Ghrasia propinsi DIY, karena kondisi yang
kurang mendukung, terutama dalam hal jumlah ketenagaan. Hal ini dapat menjadi
masukan yang perlu diperhatikan oleh pihak rumah sakit.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara lama waktu
pelayanan keperawatan pada klien dengan kepuasan kerja perawat. Begitu
pula dengan lama waktu pelayanan keperawatan pada klien kategori I, II, III,
dan IV dengan kepuasan kerja perawat.
12
2. Rata-rata lama waktu interaksi perawat klien dan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien kategori I, II, II, dan kategori IV belum sesuai dengan
standar yang ada (Stuart & Sundeen, 1995)(11).
3. Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat kategori klien yang
ada di ruangan berkisar antara 3 orang/shift sampai dengan 10 orang/shift.
Apabila di ruangan tersebut jumlah terbanyak adalah klien kategori I, maka
kebutuhan tenaga cenderung lebih sedikit. Sebaliknya, apabila klien kategori
IV yang terbanyak di ruangan tersebut, maka kebutuhan tenaga perawat
semakin banyak. Namun kebutuhan tenaga perawat dapat berubah sesuai
kondisi klien, misalnya pada siang/malam hari kategori klien dapat berubah
sehingga menyebabkan kebutuhan perawat juga berubah.
4. Tingkat kepuasan kerja perawat yang bekerja di ruang rawat inap RS Ghrasia
Propinsi DIY secara umum adalah sedang.
5. Sistem atau model asuhan keperawatan yang mungkin sesuai untuk diterapkan
di ruang rawat inap RS Ghrasia Propinsi DIY adalah model tim. Namun hal
ini tidak dapat diterapkan pada shift siang dan malam, karena pada shift siang
dan malam perawat yang bertugas hanya satu orang. Atau dapat diterapkan
metode gabungan tim dan fungsional sesuai jumlah tenaga yang ada.
6. Dari hasil wawancara diperoleh banyaknya keluhan-keluhan yang dinyatakan
oleh perawat pelaksana, mulai dari pasien, tenaga pelaksana, para
pengelola/atasan, maupun lingkungan rumah sakit yang meliputi situasi,
kondisi, sarana dan prasarana.
Saran
1. Bagi Rumah Sakit Ghrasia Propinsi DIY
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan dan prosedur tetap, khususnya dalam penggunaan sistem
kategori pasien jiwa, analisis ketenagaan, serta penerapan model asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien di ruangan. Perlu juga bagi para
pengelola pelayanan untuk mengindahkan indikator-indikator kepuasan kerja
perawat pelaksana pelayanan, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja
bagi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada
klien.
13
2. Bagi pelaksana pelayanan di RS Ghrasia Propinsi DIY
Perawat pelaksana dapat mengetahui cara penggunaan system kategori pasien
jiwa, serta mengetahui waktu ideal yang dibutuhkan klien sesuai masing-
masing kategori, sehingga dapat diterapkan di ruangan untuk memberikan
pelayanan sesuai kebutuhan klien sesuai kategori. Selain itu, perawat
pelaksana diharapkan dapat memahami penggunaan dan manfaat analisis
ketenagaan, serta model asuhan keperawatan, sehingga perawat yang lebih
mengetahui kondisi ruangan dapat bekerjasama dengan atasan dalam
manajemen ruangan dan tenaga.
3. Bagi tenaga professional yang bekerja di tatanan pelayanan kesehatan
Tenaga professional mampu menganalisis kondisi yang dihadapi, khususnya
dalam penggunaan waktu pelayanan, pengkategorian klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, manajemen tenaga dan ruangan untuk meningkatkan
kepuasan kerja pemberi pelayanan.
4. Bagi ilmu pengetahuan
Dapat menunjukkan suatu fenomena yang terjadi untuk menjadi masukan
yang dapat menambah khasanah ilmu keperawatan jiwa khususnya yang
berkaitan dengan waktu ideal untuk memberikan pelayanan keperawatan pada
klien sesuai kategori, analisis kebutuhan tenaga berdasarkan kondisi klien
yang ada, penerapan model asuhan keperawatan di suatu ruangan, serta faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja bagi perawat.
5. Bagi peneliti-peneliti yang lain
a. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan data yang ada
untuk mencari perbedaan waktu pelayanan keperawatan maupun kepuasan
kerja perawat berdasarkan data demografik responden.
b. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan meneliti semua faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja, sehingga dapat diketahui faktor mana yang
paling tinggi pengaruhnya terhadap kepuasan kerja perawat.
c. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang waktu pelayanan keperawatan
yang spesifik diberikan kepada masing-masing kategori klien, sehingga
dapat diketahui tingkat kepuasan kerja perawat yang memberikan
pelayanan keperawatan pada masing-masing kategori klien.
14
RUJUKAN
1. Kirk, Roey and Hoesing, Helen. 1991, The Nurse Guide to Common Sense Quality Management. S-N Publications. Inc. West Dundee. Illinois.
2. Widayanto. 2001, Perencanaan Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSU Banyumas. Tesis S-2 PSIKM UGM. Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan
3. Gibson, J.L. dkk. 1997, Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur dan
Proses. (terj. Adiarni, N.) Ed. 8. Bina Aksara. Jakarta. 4. As’ad, M. 2001, Psikologi Industri. Seri Ilmu sumber daya Manusia. Edisi ke-
empat. Penerbit Liberty. Yogyakarta 5. Notoatmojo, S. 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Rhineka
Cipta. Jakarta. 6. Hadi, S. 2000, Seri Program Statistik – Versi 2000, Manual Paket Midi.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 7. Sugiyono. 2003, Statistik untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 8. Muchlas, M. 1997, Perilaku Organisasi dengan Studi Kasus Perumahsakitan.
Jilid I. Ed. Djasmaniah dan Gunardono, P. PPPS Magister Manajemen Rumahsakit. UGM. Yogyakarta.
9. Robbins, S.P. 1996, Perilaku Organisasi. Konsep Kontroversi, Aplikasi. Jilid
I. Prenhallindo. Jakarta 10. Handoko, T.H. 1998, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Ed.
II. BPFE. Yogyakarta. 11. Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 1995, Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. St. Louis : Mosby Year Book.