awal akhir manusia

8
AKHIR HIDUP MANUSIA Setiap manusia akan menghadapi lima tahapan kehidupan yaitu mulai dari [1] sesuatu yang tidak ada, kemudian [2] berada dalam kandungan, kemudian [3] berada di alam dunia, kemudian [4] memasuki alam barzakh (alam kubur) dan terakhir [5] memasuki kehidupan akhirat. Dan hari akhir inilah tahapan akhir kehidupan manusia. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, Ibnu Utsaimin, 352) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Aqidah Wasithiyah mengatakan bahwa bentuk keimanan kepada hari akhir adalah beriman mengenai perkara-perkara setelah kematian sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keimanan ini mencakup keimanan kepada cobaan (pertanyaan) di alam kubur, adzab dan nikmat kubur, hari berbangkit dan dikumpulkannya manusia di padang mahsyar, penimbangan amalan, pembukaan catatan amal, hisab (perhitungan), Al Haudh (telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), Shiroth (jembatan), syafa’at, surga dan neraka. (Lihat Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdil Qodir Jawas, 176) Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sebagian dari keimanan di atas. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Keimanan Terhadap Hari Berbangkit Saudaraku, setelah sangkakala ditiup dengan tiupan pertama, maka semua yang berada di langit dan di bumi akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Lalu disusul dengan tiupan yang kedua, maka manusia akan segera bangkit untuk menunggu keputusannya masing-masing. Itulah hari berbangkit. Kebangkitan adalah kebenaran yang pasti, kebenaran yang ditunjukkan oleh Al-Kitab, As-Sunnah dan berdasarkan kesepakatan umat Islam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat”. (QS. Al-Mu’minun [23] : 15-16).

description

jgnhgvbfnhfhngrgbccvf

Transcript of awal akhir manusia

AKHIR HIDUP MANUSIA

Setiap manusia akan menghadapi lima tahapan kehidupan yaitu mulai dari [1] sesuatu yang tidak ada, kemudian [2] berada dalam kandungan, kemudian [3] berada di alam dunia, kemudian [4] memasuki alam barzakh (alam kubur) dan terakhir [5] memasuki kehidupan akhirat. Dan hari akhir inilah tahapan akhir kehidupan manusia. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, Ibnu Utsaimin, 352)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Aqidah Wasithiyah mengatakan bahwa bentuk keimanan kepada hari akhir adalah beriman mengenai perkara-perkara setelah kematian sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Keimanan ini mencakup keimanan kepada cobaan (pertanyaan) di alam kubur, adzab dan nikmat kubur, hari berbangkit dan dikumpulkannya manusia di padang mahsyar, penimbangan amalan, pembukaan catatan amal, hisab (perhitungan), Al Haudh (telaga Nabi shallallahu alaihi wa sallam), Shiroth (jembatan), syafaat, surga dan neraka. (Lihat Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Yazid bin Abdil Qodir Jawas, 176)

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sebagian dari keimanan di atas. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

Keimanan Terhadap Hari BerbangkitSaudaraku, setelah sangkakala ditiup dengan tiupan pertama, maka semua yang berada di langit dan di bumi akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Lalu disusul dengan tiupan yang kedua, maka manusia akan segera bangkit untuk menunggu keputusannya masing-masing. Itulah hari berbangkit.

Kebangkitan adalah kebenaran yang pasti, kebenaran yang ditunjukkan oleh Al-Kitab, As-Sunnah dan berdasarkan kesepakatan umat Islam. Allah Taala berfirman (yang artinya),Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat. (QS. Al-Muminun [23] : 15-16).

Orang yang bertakwa yang mentauhidkan, mentaati Allah dan Rasul-Nya akan dikumpulkan sebagai tamu terhormat, sedangkan orang yang durhaga karena berbuat syirik dan maksiat akan digiring dalam keadaan kehausan seperti hewan ternak. Allah Taala berfirman (yang artinya),(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai utusan terhormat dan Kami akan menggiring orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga. (QS. Maryam [19] : 85-86).

Sufyan Ats Tsauri mengatakan mereka (orang beriman) akan datang dengan mengendarai unta betina semoga Allah memudahkan kondisi kita kelak seperti ini-. (Lihat Maarijul Qobul, II/186 dan Aysarut Tafasir, 741)

Perhatikanlah kondisi manusia tatkala hari dikumpulkannya mereka. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun menghadap Allah Taala dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang (tidak berpakaian) dan tidak disunat (dikhitan). (HR. Bukhari & Muslim).

Urusan pada hari itu sangat menyibukkan dan tidak mungkin satu sama lain saling memandang aurat yang lainnya. Aisyah radhiyallahu anha tatkala mendengar sabda Nabi ini, dia mengatakan,Ya Rasulullah, apakah kami satu sama lain saling memandangi aurat? Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan firman Allah Taala (yang artinya),Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (QS. Abasa [80] : 37) (HR. Tirmidzi, hasan shohih. Lihat Maarijul Qobul II/185)

Keimanan Terhadap Adanya Hisab (Perhitungan)Hisab adalah diperlihatkannya amalan manusia oleh Allah Taala. Hal ini adalah suatu yang pasti dan tidak boleh diingkari. Allah berfirman (yang artinya), Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka (QS. Al Ghasyiyah [88]: 25-26).

Bagaimana seorang mukmin dihisab? Allah akan bersendirian dengan seorang mukmin tanpa seorang pun yang melihatnya. Allah akan membuatnya mengakui dosa-dosanya dengan mengatakan kepadanya : Engkau telah melakukan demikian dan demikian ... sehingga dia mengakui dan mengenal dosa-dosanya itu. Kemudian Allah katakan,Aku tutup dosamu di dunia dan Aku mengampunimu hari ini. Lalu bagaimana dengan orang-orang kafir? Orang-orang kafir, mereka tidak akan dihisab (diperhitungkan) sebagaimana orang yang ditimbang kebaikan dan kejelakannya karena kebaikan orang kafir tidak teranggap. (Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, 383)

Ingatlah! Setiap perbuatan dan tingkah laku kita hingga yang remeh sekalipun akan dicatat pada kitab amalan. Allah Taala berfirman (yang artinya),Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga." (QS. Al Kahfi [18] :49).

Kitab tersebut akan memuat amalan kebaikan dan kejelekan yang telah kita lakukan di dunia. Kitab tersebut akan diambil di sisi kanan dan kiri. Maka sungguh beruntung orang mukmin yang mendapat kitab tersebut dengan tangan kanannya dan dia akan sangat berbahagia. Dan sangat merugilah orang kafir yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kirinya dan dia akan celaka.

Setiap orang bersama dengan amalan dan kitab amalannya akan ditimbang di suatu mizan (timbangan) yang memiliki dua daun timbangan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS. Al Qariah [101] : 6-9)

Keimanan Terhadap Surga dan NerakaSebelum memasuki surga atau neraka, manusia akan melewati Shiroth yaitu jembatan yang direntangkan di atas neraka jahannam yang akan dilewati ummat manusia. Orang beriman akan berjalan melalui shiroth sesuai dengan amalan mereka sedangkan orang kafir langsung masuk dalam neraka tanpa melewati shiroth. Di antara mereka ada yang berjalan sekejap mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat hembusan angin, ada pula yang berjalan secepat kuda, ada pula yang berjalan seperti penunggang unta, ada yang dengan berlari, ada yang dengan berjalan santai, ada yang dengan merangkak, dan ada pula yang jatuh dalam neraka, naudzu billah.

Berjalan di shiroth tersebut bukanlah ikhtiyar (usaha) manusia. Seandainya hal itu merupakan usaha mereka, tentu mereka akan berjalan melewati shiroth dengan cepat. Akan tetapi mereka hanya bisa melewatinya tergantung dari amalannya di dunia. Barangsiapa yang bersegera melakukan amalan sesuai dengan petunjuk Rasul, maka dia akan semakin cepat dalam melewati shiroth. Sebaliknya barangsiapa yang semakin lambat dalam melakukan amalan, maka dia akan semakin lambat pula dalam melewati shiroth. Ingatlah al jaza min jinsil amal (Balasan itu tergantung dari amal perbuatan)! (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, 386-387)

Barangsiapa yang selamat melewati shiroth ini maka dia akan masuk surga. Dan yang pertama kali meminta dibukakan pintu surga adalah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan tidak ada yang masuk ke surga sebelum beliau shallallahu alaihi wa sallam (HR. Muslim). Dan umat yang pertama kali akan memasuki surga adalah umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Lalu apakah surga dan neraka saat ini sudah ada? Menurut aqidah yang benar, surga dan neraka saat ini sudah ada sebagaimana firman Allah Taala (yang artinya),Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3] : 133) dan firman Allah Taala yang artinya,Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran [3] : 131)

Lihatlah bagaimana indahnya surga yang tidak bisa dibayangkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah Taala berfirman,Surga itu disediakan bagi orang-orang sholih, kenikmatan di dalamnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pula pernah terlintas dalam hati. Maka bacalah jika kalian menghendaki firman Allah Taala (yang artinya),Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. (QS. As Sajdah [32] : 17) (HR. Bukhari & Muslim)

Dan lihatlah dahsyatnya neraka sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam sabdakan,Panas api kalian di dunia hanya 1/70 bagian dari panas api jahannam. (HR. Bukhari). Subhanallah!! Berarti sangat dahsyat sekali siksaan di dalamnya.

Saudaraku, ingatlah akan hari di mana kita akan dikembalikan kepada Dzat yang telah menciptakan kita, hari di mana semua perbuatan kita akan dihisab. Maka renungkanlah perkataan sahabat Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu, Sesungguhnya hari ini adalah hari beramal dan bukanlah hari hisab (perhitungan), sedangkan besok (di akhirat, pen) adalah hari hisab (perhitungan) dan bukanlah hari beramal lagi. (HR. Bukhari secara muallaq, Maarijul Qobul II/106)

Ya Allah, kami meminta kepada Engkau surga dan amalan yang akan mengantarkan kami kepadanya. Dan kami berlindung kepada Engkau (Ya Allah) dari neraka dan amalan yang akan mengantarkan kami kepadanya. Dan kami memohon kepada-Mu agar menjadikan setiap apa yang Engkau takdirkan bagi kami adalah baik. Amin Ya Mujibbad Daawat.

PENCIPTAAN MANUSIA

Hakikat dan Proses penciptaan manusia yaitu asal-usul dan bagaimana manusia diciptakan serta apa tujuan dan hakekat penciptaan manusia , merupakan dua hal yang selalu menarik dan menjadi bahan kajian manusia dari masa kemasa. Bahkan seorang anak kecil pun kerap kali bertanya kepada orang tuanya tentang dari mana adik nya berasal dan bagaimana dibentuk.

Hal ini tak mengherankan karena manusia merupakan mahluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah SWT. Manusia dikaruniai akal pikiran yang membedakannya dengan binatang yang hanya menuruti naluri dan hawa nafsu saja atau dengan Malaikat yang hanya dikarunia Allah kemampuan untuk senantiasa beribadah dan berbakti kepada Allah tanpa memikirkan hal-hal yang lain. Manusia selain diberi Petunjuk dan perintah untuk senantiasa menyembah dan beribadah kepada Allah SWT, juga dikarunia akal pikir untuk memikirkan proses-proses yang terjadi di alam ini, mengolah dan mengaturnya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia itu sendiri dalam rangka beribadah dan berbakti kepada Allah SWT. Hal ini dilukiskan oleh Allah SWT sendiri dalam dialognya dengan para malaikat di awal penciptaan Nabi Adam AS, sebagai manusia pertama dalam Surat Al-Baqorah ayat 30 sampai 39.

A. HAKEKAT PENCIPTAAN MANUSIA

Hakekat dan tujuan penciptaan manusia dimuka bumi ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk berbakti dan beibadah kepada Allah SWT, Robbul Azza wa Jalla , sebagai mana Firman-Nya dibanyak ayat dalam Al-Quran seperti dalam surat

1. Adz Dzaariyaat ayat 56 : Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku

2. Al-Baqorah ayat 21-22 : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah men-

ciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Dialah

yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan

Dia menurunkan air (hujan) dari langit , lalu Dia menghasilkan dengan hujan

itu segala buah0buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu

mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.

Sealin itu tujuan penciptaan manusia adalah sebagai Khalifah di muka bumi ini, untuk mengolah, memanfaatkan, dan mengatur alam ini, sebagaimana yang firmankan Allah SWT dalam Surah Al-Baqorah ayat 30.

B. PROSES PENCIPTAAN MANUSIA Sejak diturunkannya Nabi Adam AS dan Siti Hawa kemuka bumi ini, maka jumlah manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS dan Siti Hawapun kian hari kian bertambah jumlahnya hingga mencapai jumlah sebanyak sekarang ini. Proses penciptaan dan pembentukan anak-anak manusia ini merupakan salah satu kajian yang menarik yang dilakukan dari masa ke masa dan dari satu zaman ke zaman berikutnya. Hal ini tentulah tak mengherankan, karena manusia dengan ketinggian akal pikirnya memang dikaruniai Allah SWT kemampuan untuk menyelidiki dan memahami rahasia-rahasia alam yang merupakan Sunnatullah meskipun kemampuan ini sangatlah sedikit dibandingkan Ilmu Allah SWT. Disamping itu Allah SWT sendiri dibanyak ayat Al-Quran mengajak dan menganjurkan manusia untuk memikirkan dan menyelidiki proses penciptaan alam semesta ini dalam rangka meningkatkan Iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam surat

1. Ali Imran ayat 190 : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.

2. Al Fushshilat ayat 53 : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bahwa Al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia mengetahui segala sesuatu

3. Surat Al Ghaasyiyah ayat 17 - 21 : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan ? Dan langit bagaimana dia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana dia ditegakkan ? dan bumi bagaimana dia dihamparkan ? Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah orang-orang yang memberi peringatan

>>

Manusia adalah hamba Allah (abdullah) dan khalifah di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia berkewajiban untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia berkewajiban untuk memakmurkan bumi, melakukan perbaikan (ishlah) diatasnya, dan tidak malah membuat kerusakan diatasnya. Manusia adalah salah satu dari dua tsaqalaani, yaitu dua makhluq yang dibebani dengan syariat dan harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya : jin dan manusia. Dua makhluq ini berbeda dengan segenap makhluq yang lain yang tidak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jin dan manusia memiliki pilihan untuk taat atau ingkar, sedangkan makhluq Allah yang lain tidak memiliki pilihan karena pilihan mereka hanya satu : taat kepada Allah. Langit dan bumi seluruhnya tunduk dan patuh kepada Allah secara sukarela, dengan cara mereka sendiri-sendiri. Sedangkan jin dan manusia ada yang taat dan ada pula yang ingkar. Dahulu kala Allah telah menawarkan amanah kekhalifahan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, dan semua menolaknya, akan tetapi manusia mau menerimanya. Oleh karena itu, manusia telah diberikan oleh Allah berbagai potensi untuk bisa mengemban tugas dan amanahnya tersebut. Jika seorang manusia sangat taat kepada Allah, derajatnya bisa lebih tinggi daripada malaikat, karena malaikat memang diciptakan untuk taat semata sementara manusia taat karena pilihannya. Akan tetapi jika seorang manusia ingkar kepada Allah, derajatnya bisa lebih rendah daripada binatang, karena binatang tidak memiliki akal pikiran sementara manusia memiliki akal pikiran.

Adam as, sebagi manusia pertama, diciptakan oleh Allah dari tanah. Kemudian Allah meniupkan ruh kedalam jasad tersebut sehingga terciptalah Adam sebagai manusia yang sempurna. Dahulu, ketika umat manusia masih dalam bentuk ruh, Allah telah mengikat perjanjian dengan manusia. Allah berkata,Bukankah Aku adalah Rabb kalian? Manusia menjawab,Ya, kami menyaksikannya (QS Al-Araf : 172). Inilah perjanjian tauhid antara manusia dan Rabb-nya. Inilah fithrah manusia, yang masih dia bawa ketika ia baru dilahirkan.

Manusia memiliki ruh dan jasad. Jadi, manusia memiliki unsur langit (yaitu ruh) sekaligus unsur bumi (yaitu jasad). Ruh cenderung menarik manusia kepada Penciptanya, sedangkan jasad cenderung menarik manusia kepada kecenderungan hewani. Kedua kecenderungan itu harus diseimbangkan.

Manusia mengalami lima fase perjalanan kehidupan : alam azali (sewaktu masih berupa ruh), alam rahim (ketika berada dalam kandungan ibunya), alam dunia, alam barzakh (alam kubur), dan alam akhirat yang kekal. Demikianlah. Manusia dahulunya mati (sebelum dilahirkan), kemudian dihidupkan (di dunia ini), kemudian dimatikan lagi (di alam kubur), dan nanti akan dihidupkan lagi selama-lamanya (di akhirat) sampai dengan waktu yang Allah kehendaki. Manusia dihidupkan di dunia ini untuk diuji : mana yang mukmin dan mana yang kafir, mana yang taat dan mana yang ingkar. Dan masa ujian ini amatlah pendek, sehingga manusia harus benar-benar cermat dalam memanfaatkan setiap detik waktu dalam kehidupannya di dunia ini. Dunia ini adalah masa menanam bagi manusia, sedangkan akhirat adalah masa menuai.