062 I.M.S. Paramarta UnDikSha Penerjemahan Istilah Budaya Spesifik . . .
Laporan akhir program pengalaman lapangan awal undiksha
-
Upload
adi-palguna -
Category
Education
-
view
761 -
download
11
description
Transcript of Laporan akhir program pengalaman lapangan awal undiksha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Negara yang berkembang/ maju dapat dilihat dari kemajuan Mutu
SDM(Sumber Daya Manusia) yang handal dan berkualitas. Hal tersebut dapat terwujud
apabila Pemberdayaan SDM tersebut dapat dikelola dengan baik dan memperhatikan
pengetahuan khususnya pendidikan. Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan
penting dalam membekali wawasan/ pengetahuan SDM untuk tidak kalah bersaing di
dalam persaingan di Era globalisasi saat ini.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus memperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi, baik faktor fisik maupun nonfisik, yaitu termasuk faktor insan
pendidikan yang di dalamnya adalah guru. Guru selaku tenaga pendidik harus benar-
benar professional dalam memenejemen profesinya tersebut, karena sangat berperan
penting bagi keberhasilan kegiatan pendidikan dan juga beerperan penting di dalam
Dunia pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional, para calon guru harus benar-
benar bagus, baik dari segi fisik, mental, dan personalitas masing-masing karakter
calon guru tersebut.
Mengingat besarnya peranan guru menyebabkan pemerintah membangun
sekolah tinggi keguruan yang salah satunya adalah UNDIKSHA (Universitas
Pendidikan Ganesha) singaraja. Guna menciptakan tenaga pendidik yang profesional
maka UNDIKSHA mengadakan suatu program yaitu Program Pengenalan Lapangan
lebih awal (PPL-awal) kepada mahasiswa untuk mengenal bagaimana dunia pendidikan
yang sebenarnya dalam kurun waktu yang lebih awal. Dunia pendidikan yang
dimaksud disini adalah lingkungan sekolah.
Selain itu orientasi PPL-awal merupakan ajang pelatihan yang menerapkan
berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka pembentukan calon guru
yang professional. PPL-awal merupakan kegiatan yang diprogramkan LPPL yang
memungkinkan mahasiswa mengenal lingkungan fisik maupun nonfisik sekolah,
mengetahui pola tingkah laku siswa dan terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar
yang harus mereka pahami sejak dini, yang secara langsung maupun tidak langsung
sangat menunjang mahasiswa sebagai calon guru yang profesional.
1
Berkaitan dengan tujuan tersebut, penulis mengadakan orientasi PPL-awal di
SMA DWIJENDRA DENPASAR
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diajukan
dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan fisik dan nonfisik sekolah di SMA Dwijendra Denpasar ?
2. Bagaimana proses belajar mengajar di SMA Dwijendra Denpasar?
3. Bagaimana kehidupan social dan budaya di SMA Dwijendra Denpasar?
4. Bagaimana pola tingkah laku siswa SMA Dwijendra Denpasar baik di kelas
selama mengikuti kegiatan belajar mengajar maupun di luar kelas ?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan yang ingin
dicapai dari kegiatan PPL-Awal ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh data empiris/informasi mengenai keadaan fisik dan nonfisik
sekolah di SMA Dwijendra Denpasar.
2. Mengetahui dan memahami proses belajar mengajar di SMA Dwijendra
Denpasar.
3. Mengetahui dan menyelami kehidupan sosial di SMA Dwijendra Denpasar.
4. Mengetahui pola tingkah laku siswa baik di kelas selama mengikuti kegiatan
belajar mengajar maupun di luar kelas.
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN SELAMA ORIENTASI
2.1 Kegiatan yang dirancang
Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Awal (PPL-Awal) merupakan
serangkaian kegiatan yang diprogramkan oleh LPPL yang merupakan ajang pelatihan
untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka
pembentukan profesionalisme gur yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) sesuai tuntutan Undang-Undang Pendidikan
Nasional. Waktu minimal yang ditargetkan adalah sekitar 2 minggu. Maka untuk itu
peserta diwajibkan untuk merancang serangkaian kegiatan yang akan dilakukan
nantinya. Sebelum melaksanakan kegiatan orientasi, terlebih dahulu dilakukan
penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di SMA Dwijendra Denpasar
dengan mengacu dan berpedoman kepada instrumen yang diberikan LPPL serta
program kerja yang telah dibuat. Secara umum rancangan kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
2.1.1 Melakukan Persiapan Awal
a) Melakukan penjajagan ke SMA Dwijendra Denpasar. Kegiatan yang
dilakukan dengan datang langsung ke sekolah dan membawa surat
pengantar.
b) Memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan PPL
Awal kepada Kepala Sekolah.
c) Menemui guru pamong yang telah ditentukan oleh Kepala Sekolah
SMA Dwijendra Denpasar.
d) Membuat program kerja sesuai dengan instrumen yang telah diberikan
dan mengkonsultasikan kepada guru pamong yang telah ditetapkan
oleh Kepala Sekolah.
2.1.2 Pengenalan aspek Fisik dan Non-fisik Sekolah
a) Melakukan observasi langsung lingkungan fisik seperti : letak sekolah,
luas sekolah, status sekolah, jumlah ruangan kelas, dan bangunan fisik
lainnya, pengenalan unsur non-fisik sekolah serta latar belakang
ekonomi siswa.
3
b) Mengenal kehidupan sosial budaya yang ada di SMA Dwijendra
Denpasar.
c) Mengenal program kegiatan ekstrakulikuler sekolah SMA Dwijendra
Denpasar.
d) Mengamati tentang jumlah guru, petugas administrasi sekolah, rasio
jumlah siswa, guru dan pegawai.
e) Mengamati keadaan siswa seperti jumlah siswa keseluruhan, sistem
penerimaan siswa baru.
f) Mengetahui perangkat administrasi sekolah yang ada.
g) Wawancara, mendiskusikan materi/ informasi yang diperoleh dan
mengkonsultasikannya pada guru pembimbing.
2.1.3 Pengenalan Pola Sikap dan Tingkah Laku Siswa
a) Mengamati kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas seperti pola
interaksi belajar mengajar dikelas.
b) Mengamati kegiatan di luar kelas saat usai pelajaran dan saat tidak ada
kegiatan belajar mengajar.
c) Ikut bersosialisasi dengan siswa saat jam istirahat
2.1.4 Pengenalan Proses Belajar Mengajar
Mengenal kegiatan proses belajar mengajar seperti : perencanaan atau
persiapan mengajar, pelaksanaan pada saat (membuka, masuk ke inti
dan menutup pelajaran), pengelolaan kelas dan lain-lain.
Dalam pencarian data rancangan kegiatan ini tidak terlalu baku, hal
ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi selama orientasi
di SMA Dwijendra Denpasar. Adapun rincian waktu secara terstruktur
dalam pengambilan data di sekolah dapat dilihat dalam program kerja
PPL-Awal dan jurnal kegiatan harian pelaksanaan kegiatan orientasi
PPL-Awal (Terlampir).
2.1.5 Penyusunan Laporan
Dalam penyusunan laporan ini dilakukan secara bertahap yang
dimulai sejak pengumpulan data dilakukan. Dalam proses penyusunan
laporan ini tidak terlepas dari arahan/ bimbingan guru pembimbing
dalam melakukan klarifikasi terhadap temuan-temuan di lapangan yang
4
mesti di selaraskan dengan keadaan secara umum. Akhir dari
penyusunan laporan ini ditandai dengan pengesahan dari kepala sekolah
SMA Dwijendra Denpasar dan guru pembimbing/pamong.
2.2 Cara Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data selama kegiatan orientasi berlangsung, selalu
mengacu pada instrumen dan progam kerja yang telah dibuat dan telah dikonsultasikan
kepada guru pembimbing. Agar mempermudah dalam proses pengumpulan data, maka
dibuatlah instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
2.2.1 Pengenalan lingkungan fisik dan nonfisik di SMA Dwijendra Denpasar.
Hal yang diamati di SMA Dwijendra Denpasar meliputi:
a. Identitas Sekolah, dalam hal ini yang diamati adalah tentang profil
sekolah yang berisikan Nama Sekolah, Alamat Sekolah, Status
Sekolah, Luas Sekolah, Jumlah Ruangan Kelas beserta ukuranya,
serta bangunan lain yang terdapat di dalam lingkungan sekolah
tersebut.
b. Jenis dan Ukuran lapangan olahraga.
c. Lingkungan Sekolah, jenis bangunan yang terdapat disekitar
lingkungan sekolah dan kondisi lingkungan sekolah.
d. Denah lingkungan fisik sekolah beserta keteranganya.
e. Kelengkapan fasilitas ruang kelas serta fungsi dan kegunaan dalam
proses pembelajaran.
f. Menejemen Pengelolaan perpustakaan. Ditinjau dari menejemen
perpustakaan, jumlah buku yang terdapat di perpustakaan, intensitas
kunjungan siswa, pemanfaatan fasilitas perpustakaan oleh siswa dan
warga sekolah lainya.
g. Pengelolaan Laboratorium dan pemanfaatanya di dalam kegiatan
PBM (Proses Belajar Mengajar).
h. Fungsi BK sebagai usaha membantu siswa yang bermasalah serta
segala fasilitasnya .
i. Fasilitas ruang lainya yang terdapat di sekolah tersebut seperti halnya:
ruang keterampilan, ruang tata usaha, ruang OSIS, ruang UKS, serta
ruang serba guna (AULA).
5
j. Keadaan guru dan petugas administrasi sekolah.
k. Keadaan siswa, seperti jalur penerimaan siswa, jumlah, kualitas dan
latar belakang ekonomi siswa.
l. Kegiatan ekstra kulikuler yang terdapat di sekolah tersebut.
m. Parahyangan atau tempat ibadah yang terdapat di sekolah tersebut
serta pemanfaatannya.
n. Pengelolaan UKS, Kantin dan Koperasi.
o. Pengelolaan taman sekolah.
2.2.2 Pengenalan sikap dan pola tingkah laku siswa
a. Umum
Tata tertib di SMA Dwijendra Denpasar. Tata tertib ini
ditujukan kepada seluruh warga sekolah baik itu guru,
siswa, dan pegawai.
Kesan mengenai hubungan sosial antara : siswa –siswa,
siswa – guru, guru – guru, siswa – guru – pegawai, kepala
sekolah – bawahan.
Peranan kepala sekolah dalam membina dan memelihara
kultur kehidupan sekolah yang kondusif.
b. Kegiatan di dalam kelas
Sikap seorang guru dalam membuka pelajaran, kegiatan
inti, dan menutup pelajaran dalam kegiatan PBM
Interaksi belajar mengajar
Pengelolaan kelas
c. Kegiatan di luar kelas
Sikap siswa di luar kelas pada saat usai pembelajaran dan
ketika tidak ada kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Aktivitas petugas BK dalam menangani permasalahan
siswa.
Selain berpedoman terhadap instrumen dan program kerja yang dibuat, harus disertai
upaya semaksimal mungkin untuk melakukan pengenalan secara lebih mendalam
6
tentang pola sikap atau tingkah laku dari seorang guru dalam melakukan tugas-
tugasnya.
Adapun metode - metode yang dilakukan selama melakukan kegiatan orientasi
di SMA Dwijendra Denpasar antara lain :
1. Metode Observasi
Melakukan pengamatan dan pemantauan secara langsung tentang hal-hal atau
informasi yang diperlukan secara keseluruhan di lingkungan SMA Dwijendra
Denpasar.
2. Metode Wawancara
Dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan pihak yang sesuai dengan
bidangnya.
3. Metode Diskusi
Metode ini ditempuh karena mengingat data yang didapat perlu diselaraskan
dan dikonsultasikan dengan guru pembimbing. Sehingga dalam menyusun
laporan tidak lagi ada permasalahan yang semestinya tidak diharapkan.
4. Metode Dokumentasi
Metode ini adalah cara untuk mendapatkan informasi melalui pencatatan
langsung hal–hal yang sudah ada dalam inventarisasi sekolah, misalnya data
mengenai jumlah siswa, dll.
5. Metode Perpustakaan
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data dari buku – buku
yang dapat memberi informasi tambahan.
7
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Temuan selama orientasi dan Observasi
SMA Dwijendra Denpasar merupakan SMA Swasta yang merupakan bagian
dari Yayasan Dwijendra, disini terdapat pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, hingga
Perguruan Tinggi. SMA Dwijendra Denpasar sudah mengengalami perubahan yang
sangat besar sejak dibangun yang terletak di wilayah kota madya Denpasar. SMA
Dwijendra Denpasar didirikan pada tanggal 28 Januari 1953. SMA Dwijendra
Denpasar berlokasi di Jalan Kamboja No. 17 Denpasar.
3.2 Keadaan Umum SMA Dwijendra Denpasar
Kondisi lingkungan di SMA Dwijendra Denpasar terlihat cukup mendukung
keberhasilan proses pembelajaran. Dari segi kenyamanan dalam belajar sekolah ini
memang sangat cocok terlebih jika sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini sangat
mendukung proses belajar mengajar. Lingkungan sekolah secara topografi bisa
dikatakan strategis karena transportasi yang sangat mendukung dikarenakan oleh letak
sekolah ini di pusat kota DENPASAR. Agar terselenggaranya proses belajar mengajar
yang baik, SMA Dwijendra Denpasar dengan luas tanah 7000 m2 menyediakan ruang
kelas sebanyak 26 ruangan. Yang terdiri dari 10 ruang untuk kelas X, 9 ruangan untuk
kelas XII, 1 ruang untuk menyimpan gong, 1 ruangan untuk ruang OSIS, dan 1 ruangan
untuk menyimpan peralatan sekolah, sedangkan untuk kelas XI untuk sementara
bersekolah siang. Karena di SMA Dwijendra Denpasar sedang melakukan renovasi dan
pembuatan gedung baru guna memperlancar proses belajar mengajar.
Pengenalan Lingkup Fisik dan Non Fisik
1. Nama sekolah : SMA Dwijendra Denpasar
2. Alamat : jalan Kamboja No. 17 Denpasar, Bali.
Telp: (0361) 224383
3. Status sekolah : Swasta
4. Luas sekolah : 7000 m2
8
5. Jumlah ruang kelas : 30
6. Ukuran ruang kelas : 42m2
7. Bangunan lain yang ada di SMA Dwijendra Denpasar, antara lain:
No. Nama Bangunan Jumlah Luas
a. Lab IPA 1 56 m2
b. Lab Bahasa 1 56 m2
c. Lab Komputer 2 112 m2
d. Ruang Perpustakaan 1 112 m2
e. Lapangan Basket 1 380,40 m2
f. Ruang BK 1 24 m2
g. Ruang Kepala Sekolah 1 12 m2
h. Ruang TU 1 56 m2
i. Ruang Guru 1 112 m2
j Ruang Wakasek 1 12m2
k Ruang OSIS 1 56 m2
l Rung UKS 1 16 m2
m Koperasi 1 12 m2
n Kantin 1 12m2
o Padmasana 1 140 m2
p Aula 1 300 m2
q Tempat parkir 1 1600 m2
r Pos Satpam 1 12 m2
s WC Guru / Pegawai. 3 9 m2
t WC Siswa 8 24 m2
u Ruang Keterampilan 1 56 m2
v Ruang Serba Guna 1 280 m2
w Ruang Diesel 1 12 m2
x Gudang 1 4 m2
y kebun 1 150m2
9
8. Lapangan Upacara
Area lapangan basket SMA Dwijendra Denpasar merupakan tempat
pelaksanaan upacara bendera, dengan berpusat pada area tengah sekolah. Selain
digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara bendera dan bermain basket,
lapangan ini juga dimanfaatkan untuk tempat pelaksanaan Masa Orientasi Siswa
dan tempat berkumpulnya para siswa pada saat diadakannya suatu
pengumuman.
9. Lingkungan Sekolah
a. Lingkungan sekitar sekolah:
Utara : SMA N 1 Denpasar
Timur : Jalan raya, Rumah Penduduk
Selatan : Rumah Penduduk, Pertokoan
Barat : Jalan raya, Pasar Kreneng
b. Kondisi lingkungan sekolah:
Keadaan/ Kondisi lingkungan sekolah SMA dwijendra denpasar sangat
layak untuk diadakannya suatu proses pembelajaran antara guru dengan
siswa, ini dapat dilihat dari keadaan sekolah yang tertata rapi, suasana
halaman sekolah yang segar dengan ditambah ditanamnya pohon-pohon
yang menambah suasana rindang. keeksotikan timbul dengan adanya Patung
Dewi Saraswati yang disimbulkan sebagai dewi ilmu pengetahuan yang
berada di depan. Keadaan lingkungan yang sejuk dan tenang turut
menunjang keberhasilan pelaksanaan belajar mengajar di kelas. Fasilitas-
fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar pun sangat
memadai. Beberapa fasilitas ruang kelas seperti meja yang diatasnya berisi
kaca bertujuan agar siswa-siswa kelas III tidak perlu membawa alas kaca
untuk ujian, kursi dan papan tulis (white board) terawat dengan baik. Taman
dan kebun tertata rapi dan tiap harinya mendapat perawatan yang intensive,
hal tersebut membuat kondisi lingkungan sekolah menjadi nyaman, sejuk,
rindang dan bersih. Semua orang yang berada di lingkungan sekolah (guru,
pegawai, dan siswa) merasa nyaman dan tenang dalam melakukan segala
10
kegiatan sehari-hari. Sekolah merekrut tukang kebun, Agar keadaan
lingkungan sekolah dapat terus tertata rapi dan bersih .
10. Denah Lingkungan Sekolah (terlampir)
11. Ruang Kelas dan Fasilitasnya
SMA Dwijendra Denpasar memiliki ruang kelas. Masing-masing kelas sudah
memiliki fasilitas-fasilitas pendukung proses pembelajaran. Berikut ini akan
dipaparkan mengenai fasilitas yang ada serta manfaatnya:
Meja dan kursi siswa di gunakan oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
Whiteboard yang terbuat dari kaca beserta kelengkapannya, digunakan
sebagai media pembelajaran untuk penyampaian informasi guru kepada
siswa dan juga untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar.
Papan absensi siswa, digunakan untuk mengetahui data kehadiran siswa
Papan data siswa, digunakan untuk mengetahui data tentang diri dari
masing-masing siswa seperti tanggal lahir siswa.
Papan struktur organisasi kelas
Jadwal piket
Jadwal pelajaran
Buku jurnal, digunakan untuk mencatat materi yang diajarkan guru
kepada siswa.
Meja dan kursi guru, digunakan oleh guru selama melakukan kegiatan
belajar mengajar
LCD Proyektor, merupakan media pembelajaran yang digunakan agar
dapat mempermudah guru dalam penyampaian materi. Selain itu,
dengan menggunakan LCD proyektor perhatian siswa lebih tertarik
dalam pembelajarn daripada guru menggunakan papan tulis sebagai
media secara monotone .
Denah kelas/denah tempat duduk, digunakan untuk mengetahui dan
melihat tempat duduk siswa. Selain itu, agar guru dapat lebih menghapal
wajah dan nama muridnya.
11
Gambar burung garuda: agar siswa selalu bersikap nasionalisme
terhadap Negara dan dapat mengingat dasar Negara Indonesia serta
dapat mengamalkan nilai-nilai sosial yang terkandung didalamnya.
Gambar presiden dan wakil presiden: agar siswa selalu ingat kepada
pemimpin negaranya.
Pelangkiran, digunakan sebagai tempat menaruh canag, dan sebagai alat
konsentrasi dalam melaksanakan persembahyangan di kelas.
Sapu, serok, tempat sampah, digunakan siswa dalam menjaga
kebersihan dan keasrian kelas.
Kelengkapan kelas lainnya seperti AC, vas bunga, taplak meja,
penggaris, busur dan yang lainnya yang dapat membantu kegiatan
belajar mengajar di kelas, maupun untuk menambah kenyamanan
suasana belajar di kelas.
Semua fasilitas-fasilitas tersebut dikelola oleh wakasek sarana dan prasarana
serta komite yayasan yang bertugas mengontrolnya dan mengadakan
fasilitas penunjangan pembelajaran.
12. Observasi Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas pendukung majunya
pendidikan. Karena dengan adanya perpustakaan, siswa dapat mengetahui hal-
hal baru di luar pelajaran yang mereka terima di kelas seperti pengetahuan
umum dan pengetahuan lainnya serta dapat menambah kemampuan atau
wawasan siswa. Untuk itu perpustakaan sangat berguna dan wajib dimiliki oleh
setiap sekolah. SMA Dwijendra Denpasar, memiliki fasilitas berupa ruang
perpustakaan. Berikut uraiannya:
a. Perpustakaan di SMA Dwijendra Denpasar bergabung dengan SMP dan
Universitas Dwijendra Denpasar yang luas bangunan sebesar 112 m² dikelola
oleh 10 orang petugas khusus, yaitu:
Tabel 1. Pegawai Perpustakaan Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar
12
NO NAMA TUGAS JABATAN
1 I Made Satya Gunawan, SH.H Pagi Kepala
2 Dewa Made Kertha Pagi Pegawai
3 Ida Ayu Semara Dewi, S.E Pagi Pegawai
4 Dwi Mahendra Putra, S.S Pagi Lontar
5 Gusti Ayu Novaeni, S.S Pagi Lontar
6 Ni Komang Ari Pebriyani, S.S Pagi Lontar
7 I Wayan Gede Pradnyana, S.Ag Siang Pegawai
8 Gusti Ayu Manik Srinadi Sore Pegawai
9 Ni Kadek Sri Wahyuni Sore Pegawai
10 I Gde Putu Adi Saka Wibawa Pagi Lontar
b. Jenis–jenis buku yang ada di perpustakaan Dwijendra Denpasar sangat
bervariatif dan disusun dengan rapi sehingga memudahkan untuk
pencariannya.
Jumlah buku yang ada di perpustakaan dilihat dari jumlah judul ± 7000 judul
dan ± 20.000 jumlah eksemplar serta 4 majalah dan 1 Harian Bali Post.
c. Rata-rata kehadiran siswa dan guru perminggu ke perpustakaan ± 200 orang
dan jumlah buku yang dipinjam perminggu ± 50 buku. Perpustakaan sekolah
dimanfaatkan oleh siswa untuk mengisi waktu istirahat maupun jam-jam
pelajaran yang kosong dengan membaca buku, ensiklopedia, novel, koran,
maupun majalah untuk meningkatkan wawasan, perolehan informasi, dan
rekreasi. Buku paket dan beberapa jenis buku penunjang tersedia di
perpustakaan untuk digunakan dalam menunjang proses belajar mengajar di
kelas. Ketika penulis melakukan observasi ke perpustakaan banyak ditemui
guru yang memanfaatkan layanan perpustakaan untuk menambah wawasan
dan informasi yang dimiliki. Selain itu, siswa-siswa juga memanfaatkan
perpustakaan sebagai tempat untuk berdiskusi meskipun ada juga siswa yang
sekadar berbincang-bincang dengan siswa lainnya dan sekedar nonton
televisi. Secara umum perpustakaan yang ada di SMA Dwijendra Denpasar
ini sudah dimanfaatkan dengan cukup baik. Selain itu temuan yang penulis
13
dapatkan bahwa guru kerap kali memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat
pembelajaran, misalnya dengan cara mengajak siswa langsung ke ruang
perpustakaan, menugaskan siswa mencari bahan belajar di perpustakaan, dan
lain sebagainya. Walaupun perpustakaan memiliki koleksi buku-buku standar
untuk pengajaran dari dinas pendidikan (buku paket), namun guru tidak
pernah mengharuskan setiap siswa harus meminjam buku paket dari
perpustakaan, hal ini karena jumlah buku paket yang jauh lebih sedikit dari
jumlah siswa serta telah terjadinya keluwesan materi sesuai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga pengadaan buku penuntun
diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
d. Upaya sekolah untuk menambah koleksi buku-buku di perpustakaan antara
lain dengan beberapa cara seperti :
Melakukan pembelian buku secara berkala dengan dana yang berasal dari
swadaya, anggaran, dan uang komite sekolah serta dana bantuan.
Tetap memohon bantuan buku dari Dinas Pendidikan dan perpustakaan
daerah.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perspustakaan SMA Dwijendra Denpasar antara
lain:
Rak buku ukuran sedang : 10 buah
Rak buku khusus referensi uk. sedang : 2 buah
Rak buku ukuran besar : 3 buah
Rak untuk surat kabar dan majalah : 1 buah
Rak untuk lontar : 2 buah
Rak untuk tas pengunjung : 2 buah
Meja belajar dan meja baca : 8 buah
Meja komputer : 1 buah
Meja segi lima untuk komputer : 2 buah
Meja untuk pustakawan : 3 buah
TV : 1 buah
Komputer : 8 buah
Cermin : 1 buah
Semboyan dan logo-logo
14
e. Perihal peminjaman, perpustakaan SMA Dwijendra Denpasar melayani
peminjaman buku bagi seluruh warga sekolah dengan aturan tertentu
mengenai sirkulasi peminjaman buku, dimana perpustakaaan memberikan
kesempatan kepada siswa, pegawai, maupun guru untuk meminjam buku
maksimal selama 2 minggu. Bagi anggota yang melanggar ketentuan tersebut
(mengembalikan tidak tepat pada waktunya) dikenakan denda sebesar Rp
500,- per buku per hari.
Jika dilihat mengenai keberadaan fasilitas dan pemanfaatan
perpustakaan serta fasilitasnya sebagai penunjang proses pembelajaran di SMA
Dwijendra Denpasar ternyata sudah cukup baik. Dengan pemanfaatan
perpustakaan sebagai salah satu media penunjang pembelajaran seperti yang
telah dilakukan guru-guru di SMA Dwijendra Denpasar ini diharapkan akan
dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar siswa.
Bila dilihat dari fasilitasnya, maka dapat disimpulkan bahwa siswa ataupun guru
akan memperoleh kenyamanan saat berkunjung ke perpustakaan karena perpustakaan
di SMA Dwijendra Denpasar sudah tergolong sangat baik dilihat dari fasilitas-fasilitas
penunjang pembelajaran yang dimiliki.
13. Observasi Laboratorium
SMA Dwijendra memiliki 4 laboratorium yaitu: Lab. IPA (Lab. Fisika,
sedangkan untuk Lab Biologi dan Kimia dijadikan satu ruangan), Lab.
Komputer, Lab Bahasa yang akan dibahas secara detail di bawah ini.
a. Laboratorium IPA
Pada mulanya, SMA Dwijendra Denpasar hanya memiliki satu buah
laboratorium IPA. Namun kini, sekolah ini sudah memiliki dua buah
laboratorium IPA, yaitu: Laboratorium Fisika, dan untuk Laboratorium
Biologi dan Kimia dijadikan dalam satu ruangan. Laboratorium IPA sekolah
ini memiliki seorang penanggung jawab yang bernama A.A. Anom
Astini,BA sekaligus sebagai penanggung jawab Lab Biologi dengan tugas
pokok membagi jadwal penggunaan lab secara adil, mempersiapkan LKS
untuk praktikum, membuat program kerja jangka panjang dan jangka
pendek. Karena laboratorium ini menjadi satu dengan lab Biologi, lab Fisika
15
dan lab Kimia, untuk itu dibagi lagi penanggung jawab Fisika adalah IR. I
Putu Iriantono dan penanggung jawab Kimia adalah Ni Ketut Wiriadi,S.Pd.
untuk inventaris yang ada di masing-masing ruang Lab IPA yaitu:
Tabel 2. Fasilitas Laboratorium Biologi
No Nama fasilitas No Nama fasilitas
1 Higrometer Seing (Whereing) 10 Penjepit Kayu
2 Tensimeter 11 Respirometer
3 Stetoskop 12 Torso Manusia Laki2 dan
Perempuan
4 Haemositometer 13 Erlenmeyer
5 Kotak Genetika 14 Silinder ukur
6 Cawan Petri Kaca dan Plastik 15 Pipet Tetes
7 Gelas Kimia 16 Gelas Ukur
8 Tabung Kaca (berbagai ukuran) 17 Tabung Reaksi Besar
9 Gelas Bias
Tabel 3. Fasilitas Laboratorium Kimia
No Nama fasilitas No Nama fasilitas
1 Asam Nitrat 6 Asam Oksalat
2 Asam Klorida 7 Amonium Klorida
3 Kalsium Oksida 8 Alkohol
4 Amoniak 9 Asam Asetat
5 Fehling A +Fehling B 10 Formalin
Tabel 4. Fasilitas Laboratorium Fisika
No Nama fasilitas No Nama fasilitas
1 Cermin Cembung 14 Neraca Pegas
2 Ohmmeter 15 Barometer
3 StopWatch 16 Voltmeter
4 Tabung Kapiler 17 Katrol Satu Roda
5 Bejana Berhubungan 18 Cermin Datar
16
6 Termometer 19 Ray Box
7 Pompa Tekan 20 Garpu Tala
8 Tester 21 Pegas Kumparan
9 Jangka Sorong 22 Manometer Tertutup
10 Manometer Terbuka 23 Kereta Dinamika
11 Barometer Amercia 24 Hidrometer Kayu
12 Silinder Berbagai Bahan 25 Manometer
13 Amperemeter
Fasilitas penunjang ruang laboratorium IPA seperti jenis dan jumlah alat-alat
serta bahan yang akan dipergunakan oleh siswa sudah sepadan dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh siswa, namun disini siswa dalam melakukan pratikum masih harus
berkelompok. Dalam hal ini sama sekali tidak menggangu kegiatan pratikum. Alat dan
bahan yang tersedia di laboratorium digunakan pada saat mengikuti pratikum mata
pelajaran IPA. Sehingga siswa yang meminjam alat yang ada pada laboratorium secara
pribadi belum ada. Ini dikerenakan guru selalu berusaha merencanakan materi pratikum
yang sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia di laboratorium.
Alat yang ada di laboratorium ini sudah memenuhi standar dengan kondisi alat
yang baik kerena dirawat dengan baik dan ditata rapi oleh petugas laboratorium. Untuk
menambah atau menaggulangi fasilitas lab. yang kurang biasanya laboran mengajukan
proposal penambahan alat kepada kepala sekolah. Penggunaan lab IPA tiap minggunya
adalah 30 jam pelajaran. Kebersihan dan kerapian penataan ruangan Lab. IPA sudah
bagus. Struktur organisasi laboratorium (terlampir)
b. Laboratorium Komputer
Laboratorium ini didirikan dengan tujuan untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar siswa, serta dengan tujuan supaya siswa SMA Dwijendra Denpasar selalu
mengikuti perkembangan zaman. Laboratorium ini dikelola oleh guru bidang studi
yang memiliki keahlian di bidang komputer. Laboratorium ini terletak disebelah barat
parahyangan.
17
Di laboratorium ini siswa biasanya mendapatkan pelajaran mengenai
pengolahan data pada komputer. Selain itu, di lab ini juga digunakan untuk mengakses
berbagai macam informasi yang berkaitan dengan pendidikan. Namun ada sedikit
kendala yang dialami dalam pengelolaan laboratorium ini, yaitu ada beberapa computer
yang rusak, sehingga tidak semua komputer dapat dimanfaatkan secara optimal. Upaya-
upaya sekolah untuk menambah ataupun perawatan didapatkan dari iuran para siswa
serta mengkonsultasikan dengan kepala sekolah beserta guru lainnya dan Yayasan
Dwijendra Pusat Denpasar agar mengalokasikan dana untuk Lab.
Di ruangan ini terdapat 40 set komputer yang tersambung dengan jaringan
internet. Namun tidak semua komputer dapat digunakan, karena alasan teknis. Di
laboratorium ini tersedia pula LCD proyektor agar siswa dapat melihat dengan jelas
contoh-contoh yang diperagakan oleh para guru dalam mengoperasikan komputer.
Laboratorium komputer dikelola oleh seorang guru informatika dan seorang laboran
yang bertugas menjaga dan merawat seluruh peralatan yang ada di dalamnya. Berikut
daftar tabel fasilitas yang terdapat pada laboratorium selengkapnya:
Tabel 5. Fasilitas Laboratorium Komputer
Nama Alat Jumlah Keadaan
Komputer Pentium 4 30 buah Baik
AC LG 2 buah Baik
Printer Jetzet 1 buah Baik
Printer Warna 1 buah Baik
Stavol 30 buah Baik
Gambar Presiden 1 buah Baik
Gambar Wapres 1 buah Baik
Jam dinding 2 buah Baik
Kursi 30 buah Baik
Papan tulis 1 buah Baik
Penghapus papan 1 buah Baik
Spidol 4 buah Baik
Penggaris 1 buah Baik
Sapu 2 buah Baik
18
Tempat sampah 2 buah Baik
OHP 1 buah Baik
c. Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa berbeda dengan laboratorium lain karena tidak
dikelola oleh petugas khusus. Yang bertugas melakukan perawatan dan
pengawasan adalah guru-guru yang memanfaatkan fasilitas lab. dalam
kegiatan belajar-mengajar. Berikut adalah perlengkapan dan fasilitas yang
ada dalan lab. bahasa :
Tabel 6. Fasilitas Laboratorium Bahasa
Nama Alat Jumlah Keadaan
Boot/ tape 40 unit Baik
Boot/ tape control 1 unit Baik
White board 1 buah Baik
Kursi 40 buah Baik
Jam dinding 1 buah Baik
Spidol 2 buah Baik
Penghapus papan 1 buah Baik
Gambar Presiden 1 buah Baik
Gambar Wapres 1 buah Baik
TV 1 buah Baik
VCD 1 buah Baik
Sapu 1 buah Baik
Sapu bulu 1 buah Baik
AC 2 buah Baik
Gambar garuda 1 buah Baik
14. Observasi Ruang BK
SMA Dwijendra Denpasar memiliki 4 orang tenaga BK yaitu:
19
Ruang BK dimanfaatkan sebagi tempat untuk memberikan pengarahan-
pengarahan dan menangani para siswa yang bermasalah. Selain itu, ruang BK
juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan data-data pribadi siswa.
Jika ada siswa yang mengalami permasalahan baik permasalahan pribadi
maupun masalah sekolah yang menyangkut pergaulan yang dilakukan serta
masalah yang berhubungan dengan akademik, BK selalu siap memberikan saran
dan bantuan serta bimbingan untuk meringankan permasalahan yang dihadapi
oleh siswa tersebut. Cara yang ditempuh yaitu dengan memanggil siswa yang
memiliki masalah kemudian memberikan motivasi dan solusi yang berupa
arahan, nasehat, dan dorongan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami
oleh siswa yang bersangkutan. Seandainya panggilan tersebut tidak direspon
atau di acuhkan oleh siswa, maka ada cara lain yang dilakukan tenaga BK
adalah melakukan pemanggilan terhadap orang tua siswa yang bersangkutan,
agar tenaga BK dapat mengetahui dengan jelas permasalahan yang dihadapi
oleh siswanya.
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) ini memiliki beberapa tugas untuk
menangani berbagai keluhan dan permasalahan yang dihadapi siswa, antara
lain:
1. Melakukan pendataan pada siswa tentang data pribadi siswa
2. Menyusun pelaksanaan bimbingan penyuluhan karir
3. Menyusun penyelenggaraan penerimaan mahasiswa baru
4. Memberikan pelayanan bimbingan penyaluran dan bimbingan karir kepada
siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar
5. Mengatasi masalah yang dihadapi siswa yang berkaitan dalam proses belajar
di kelas dengan berkonsultasi pada wali kelas
6. Membantu wali kelas dalam memecahkan maslah pelanggaran yang
dilakukan oleh peserta didiknya.
7. Memberikan saran serta pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh
gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
8. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan penyuluhan atau bimbingan
karir
20
9. Menyusun laporan penilaian bimbingan penyuluhan/bimbingan karir secara
berkala
10. Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada siswanya
Dilihat dari fasilitas-fasilitasnya dapat dikatakan bahwa BK SMA
Dwijendra Denpasar telah memiliki fasilitas yang memadai. Upaya yang
dilakukan oleh petugas BK/sekolah dalam mengadakan/mengatasi fasilitas yang
kurang adalah dengan membuat rancangan program tentang apa yang
diperlukan dan yang kurang. Rancangan program ini dibuat setiap tahun ajaran
baru yang diajukan ke Wakasek Sarana dan Prasarana. Adapun fasilitas yang
telah terdapat di ruang BK yaitu:
1 buah lemari sebagai tempat menyimpan data-data
9 buah kursi
4 buah meja
Foto presiden, wakil presiden dan gambar garuda Pancasila.
Kalender
Papan organisasi pelayanan BK
Papan keadaan siswa
Papan klasifikasi pelayanan dan sanksi siswa
Papan informasi data
Pelangkiran
Jam dinding
15. Bangunan lain yang ada di SMA Dwijendra Denpasar
a. Ruang Tata Usaha
Ruang tata usaha merupakan ruangan khusus yang digunakan oleh pegawai tata
usaha (TU) untuk berbagai kepentingan SMA Dwijendra Denpasar baik dari Kepala
Sekolah, guru, pegawai maupun siswa. Ruang tata usaha juga digunakan sebagai
tempat pembayaran SPP disini terdapat lubang kecil persegi agar siswa-siswa tidak
berdesak-desakan untuk datang ke ruang tata usaha. Fasilitas yang terdapat di ruang
tata usaha antara lain:
1 unit komputer
2 buah brankas
21
1 buah Filling Cabinet
6 buah lemari
7 buah meja
7 buah kursi
1 jam dinding
1 gambar Garuda Pancasila, Presiden dan Wakil Presiden RI
Struktur organisasi tata usaha
2 buah telepon
Fasilitas- fasilitas tersebut dikelola baik sesuai dengan fungsinya masing- masing.
b. Ruang Guru, ruang Wakil Kepala Sekolah dan ruang Kepala Sekolah
Sebagai ruang kerja dan masing-masing guru mempunyai meja khusus dan lemari
khusus (loker) yang telah disediakan oleh Yayasan. Adapun fasilitas yang ada diruang
guru adalah: 3 komputer + Printer, Jam dinding, meja, kursi, foto-foto guru yang
pernah menjabat sebagai kepala sekolah, kaca, kipas angin, piagam yang dipajang,
papan tulis, rak-rak, TV, dispenser, aquarium, pelangkiran, papan data guru, dan tempat
penyimpanan buku.
Ruang wakil kepala sekolah (WAKASEK) terpisah dari ruang guru dan ruang
kepala sekolah. Disini terdapat meja, kursi, jam dinding, kipas angin dan lemari.
Ruang kepala sekolah terdapat meja, kursi, lemari untuk menyimpan piala yang
diraih SMA Dwijendra Denpasar, gambar struktur organisasi sekolah, AC, 1 set sofa
dan meja yang disediakan untuk tamu yang ingin bertemu dengan guru-guru dan kepala
sekolah dan 1 toilet khusus untuk guru.
c. Ruang OSIS
Ruang OSIS SMA Dwijendra Denpasar terletak dilantai 2 untuk sementara ruang
OSIS masih digabung dengan ruang Wakasek Humas dan Wakasek Sarana dan
Prasarana. Diruang ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti: TV, Lemari, kursi,
meja, sapu, tempat sampah, dan papan struktur tugas pengurus dan rinciannya. Selain
itu ruangan ini juga berfungsi untuk menyimpan barang-barang inventaris OSIS yang
biasanya digunakan dalam kegiatan kesiswaan seperti spanduk, papan nama sekolah
dan lain-lain. Ruangan ini dikelola oleh Pembina OSIS dan seluruh pengurus OSIS
SMA Dwijendra Denpasar.
d. Ruang Radio Komunitas
22
Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar juga telah mempunyai radio komunitas
pendidikan yang memang khusus digunakan untuk kepentingan pendidikan.
Radio komunitas pendidikan dan agama ini memang ditujukan untuk
memberikan informasi dan pengetahuan bagi siswa sekolah, mahasiswa dan
masyarakat.
Radio komunitas pendidikan dan agama Dwijendra 107,7 FM ini memiliki
berbagai acara yakni tingkat anak-anak, remaja serta dewasa. Selain sebagai
pemberi informasi, radio komunitas Dwijendra juga memberikan pendidikan
kepada masyarakat serta sebagai kontrol sosial. Radio komunitas yang didirikan
setahun lalu tersebu sudah siaran 24 jam, mulai pukul 06.00 sampai 22.00
untuk materi akademis. Di atas pukul 22.00 – pagi untuk hiburan. Untuk
struktur Penyiar radio komunitas Dwijendra (terlampir)
e. Aula
Aula SMA Dwijendra Denpasar ini dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan yang
dilakukan oleh oleh kepala sekolah untuk bertemu dengan orang tua siswa atau wali
siswa SMA Dwijendra Denpasar. Selain itu aula ini juga dimanfaatkan oleh yayasan
dalam mengadakan pertemuan-pertemuan rutin kepada seluruh yayasan Dwijendra
Denpasar.
f. WC/Toilet
Kebersihan WC selalu dijaga kebersihannya oleh seluruh warga sekolah baik siswa
maupun guru di lingkungan Dwijendra Denpasar. Disini terdapat clanning service yang
khusus merawat dan menjaga kebersihan WC.
g. Tempat Parkir
Parkir SMA Dwijendra Denpasar sangat rapi dan dijaga oleh beberapa satpam secara
bergilir.
h. Pos Satpam
Pos ini dijaga oleh beberapa satpam yang secara bergilir menjaga dan mengawasi
keadaan sekolah 24 jam non stop.
i. Kantin
SMA Dwijendra Denpasar memiliki tiga kantin. Di sinilah siswa-siswa
maupun warga sekolah yang lain beristirahat dan menghilangkan lapar dan
23
dahaga dengan membeli makanan atau minuman yang tersedia. Kantin sekolah
ini, kecuali koperasi sekolah dikelola oleh pribadi dengan perjanjian tertentu
dengan pihak sekolah.
16. Keadaan Guru dan Petugas Adiminstrasi Sekolah
Keadaan guru dan pegawai administrasi SMA Dwijendra Denpasar memiliki jumlah
guru pengajar orang yang terdiri dari:
1. Kepala sekolah : 1 orang
2. Wakil Kepala Sekolah : 4 orang
3. Guru Negeri DPK : 9 orang
4. Guru Staf Yayasan : 19 orang
5. Guru kontrak yayasan : 16 orang
6. Guru Honor : 27 orang
7. Pegawai Tetap : 12 orang
8. Pegawai Tidak Tetap : 2 orang
9. Satpam : 9 orang
10. Claning Servise : 15 orang
11. Tukang Kebun : 2 orang
12. Tenaga koperasi : 3 orang
Rasio jumlah siswa dengan guru adalah 1284-72 dan rasio jumlah siswa dengan
pegawai adalah 1284-14. Untuk pembagian tugas semuanya diatur oleh Kepala
Sekolah, dengan melaksanakan rapat antara guru dan pegawai. Selain bertugas sebagai
guru pengajar, guru juga bertugas sebagai wali kelas, pengelola lab. Pengelola
perpustakaan, penyusun jadwal pelajaran, pembina extra kulikuler dan pembina lomba.
Dilihat dari jam mengajar, jumlah jam mengajar dimiliki oleh guru SMA Dwijendra
Denpasar sangat banyak, sehingga guru mempunyai beban yang cukup berat dengan
jumlah jam mengajar 16 jam.
Semua komponen sekolah bekerja dengan baik sesuai dengan kinerja masing-
masing yang tercermin di dalam bagan struktur organisasi sekolah (terlampir).
Wewenang atau tugas yang ditanganinya secara mengkhusus adalah sebagai berikut :
Kepala Sekolah sebagai pucuk pimpinan, penanggung jawab atas segala
kebijakan sekolah.
24
Wakasek Kesiswaan bertugas untuk membantu kepala sekolah dalam hal
kesiswaan.
Wakasek Humas bertugas untuk membantu kepala sekolah dalam
menjalankan hubungan dengan masyarakat sekitar.
Wakasek Kurikulum bertugas untuk membantu kepala sekolah dalam
urusan administrasi pendidikan seperti: penentuan jadwal belajar,
penyusunan tugas guru dan administrasi sekolah lainnya.
Wakasek Sarana dan Prasarana bertugas dalam membantu kepala sekolah
menangani segala fasilitas yang ada dan diperlukan disekolah dan
mengkoordinir segala penggunaan fasilitas sekolah.
Wali Kelas bertugas sebagai penanggung jawab kelas yang dipegang
termasuk membimbing semua siswa dikelas itu.
Guru Mata Pelajaran bertugas mengajar bidang studi yang dipegangnya di
kelas-kelas.
Siswa sebagai peserta didik, tugas-tugas tenaga kependidikan yang lain
diatur sesuai surat keputusan kepala sekolah.
17. Keadaan Siswa
Jumlah siswa SMA Dwijendra Denpasar secara keseluruhan adalah 1088
orang. Yang terdiri dari 554 orang siswa laki-laki dan 554 orang siswa
perempuan. Untuk lebih jelasnya, rincian jumlah siswa dapat dilihat pada tabel
yang sudah terlampir.
Sistem penerimaan siswa baru di SMA Dwijendra Denpasar adalah
menggunakan Nem dan Psikotes. Kualitas akademis siswa yang diterima pada
umumnya tidak diterima di sekolah negeri dan nilainya memenuhi syarat dan
lulus dalam tes kepribadian. Pertimbangan jumlah kelompok siswa dilihat dari
jenis kelamin dan penjurusannya adalah diseimbangkan antara pria dan wanita
supaya selisih tidak terlalu banyak.
Mengenai latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa SMA Dwijendra
Denpasar dikatagorikan dalam golongan menengah kebawah banyak dari
keluarga yang kurang mampu. Walaupun sebagian dari siswa ada yang sosial
ekonominya tinggi, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi para siswa
25
dalam meraih prestasi disekolah. Untuk siswa yang kurang mampu atau yatim
piatu mendapat beasisswadari sekolah dengan tujuan meringankan beban siswa
tersebut.
18. Kegiatan Ekstrakulikuler
Dalam menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas siswa baik dalam bidang
non akademis, maka sekolah SMA Dwijendra Denpasar memprogramkan extra
kulikuler sebagai sarana penyalur minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap
siswa. Adapun kegiatan extra kulikuler yang ada di SMA Dwijendra Denpasar
antara lain yaitu:
a. Umum
1. Pramuka : I Nyoman Sudema,
S.Pd.SH.
2. PMR : I Nyoman Sudema, S.Pd.SH.
3. KIR : Ir. Ketut Sumandiasa
4. Tataboga : Dra. Sagung Maharani
5. Bahasa Jepang : Drs. I Made Tekek
6. Olimpiade Bahasa Inggris : I Nyoman Sudema,
S.Pd.SH.
7. Olimpiade Fisika : Ir. I Putu Irianto
8. Olimpiade Kimia : Ni Ketut Wiriadi, S.Pd.
9. Olimpiade Biologi : Ni Made Sariani, S.Pd.
10. Olimpiade Akuntansi : Dra. Endang Anekawati
11. Olimpiade Komputer : Drs. I Made Oka Antara, M.Hum.
12. Olimpiade Matematika : Ni Putu Ayu Mudiani,
S.Pd.
b. Olahraga
1. Basket : Made Surada
2. Sepak Bola : Drs. Dewa Made Andakusuma
3. Volly : - Ketut Gadra
- I Ketut Sujana
26
4. Bulu Tangkis : Oman Ujang
5. Pancak Silat : - Ni Kadek Juliastini
- Ngakan Putu Jagra
6. Tenis Meja : Drs. Nengah Nitya
7. Atletik : Ngakan Putu Jagra
c. Kreativitas Seni
1. Musik : Dra. Susilawati
2. Vokal : Dra. Susilawati
3. Teater : Dra. Susilawati
4. Tari : - Dra. Susilawati
- Wiastuti
5. Tabuh : Nyoman Susila
6. Pesantian : Dra. I Gusti Ayu Nyoman
Kartika
7. Kria : I Wayan Sujana, BA
8. MC : Drs. Made Rintig
9. Menulis Aksara Bali : I Wayan Sujana, BA
10. Menjanur : Dra. Ni Made Yulita
Kebijakan sekolah dalam mengelola kegiatan extra ini dilihat dari
penyaringan siswa yang ikut dalam kegiatan tersebut adalah dengan mewajibkan
siswa kelas X dan XI untuk mengikuti salah satu kegiatan extra kurikuler dan
untuk kelas XII tidak diwajibkan. Pembinaan dan pembiayaannya adalah yang
pertama siswa memilih sesuai dengan hobi, tapi banyak siswa yang hanya ikut-
ikutan teman dalam memilih, yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya ;
yang kedua diseleksi, disini siswa yang tidak masuk maka akan diarahkan
kembali melalui minat dan bakat, ini untuk kepentingan masa depannya nanti.
Maka pihak sekolah membebaskan siswa untuk memilih lebih satu bidang extra
kulikuler, dengan catatan siswa dapat mengatur jadwal dan mengikuti extra yang
dipilih dengan baik dan sungguh-sungguh. Dengan kegiatan extra tersebut siswa
dapat menumbuhkan sikap positif dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Kendala-kendala yang dihadapi sekolah (pembina) dalam menangani
kegiatan ini adalah sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan. Masalah lain
27
yaitu tentang masalah waktu yang sering terbentur dengan kegiatan siswa disore
hari dan masalah kedisiplinan siswa dalam mengikuti extra tersebut. Upaya
penanggulangannya adalah setiap tahun sudah ada kebijakan dari yayasan karena
sekarang sudah mulai menyediakan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Para siswa yang mengikuti extra kulikuler dibina dan dilatih oleh guru yang
memiliki keahlian di bidang masing-masing.
19. Prahyangan
Pada dasarnya proses pembelajaran juga perlu didukung secara spiritual (doa)
sehingga di dalam sekolah perlu adanya tempat suci yang bisa digunakan oleh
siswa sebagai tempat untuk memanjatkan doa kepada Tuhan agar proses
belajarnya dapat berlangsung dengan baik. Selain parahyangan, SMA
Dwijendra Denpasar juga memiliki pelinggih-pelinggih yang terletak di setiap
penjuru sekolah yang berfungsi untuk menjaga ketentraman sekolah secara
niskala. Setiap hari raya Purnama dan Tilem dilaksanakan persembahyangan
bersama yang diikuti oleh warga sekolah yang beragama Hindu dan setiap Hari
Raya Saraswati dilaksanakan piodalan di parahyangan dimana ini bertujuan
agar PBM yang dijalankan oleh sekolah dapat berjalan dengan dengan lancar.
Selain Purnama dan Tilem siswa SMA Dwijendra Denpasar juga rajin
bersembahyang setiap pagi sebelum pelajaran dimulai. Padmasana ini dikelola
dengan baik oleh seorang pemangku bersama dengan guru dan pegawai yang
bekerja di SMA Dwijendra Denpasar.
20. UKS dan Kantin/Koperasi
UKS dan Kantin/Koprasi dikelola oleh masing-masing unit. Dimana kantin
sekolah dikordinasikan oleh kepala sekolah , dan masalah kebersihan kantin dan
sekitarnya menjadi tanggung jawab pemilik kantin dan diperiksa oleh
puskesmas setiap saat.
21. Kebersihan dan Kerindangan
28
Pengelolaan pertamanan kerindangan sekolah dikelola oleh petugas khusus.
Dalam menjalankan tugasnya, petugas pertamanan berkoordinasi dengan
pengelola sekolah. Perawatan taman dilakukan dengan sumber dana dari
sekolah. Petugas bertanggung jawab atas keindahan dan kerindangan sekolah.
Mengenai kebersihan sekolah diupayakan oleh seluruh warga sekolah. Petugas
bekerja sama dengan siswa membersihkan sekolah. Kerja sama yang dimaksud
adalah piket kelas yang bertanggung jawab atas kebersihan kelasnya dimana
juga dibantu oleh petugas. Tidak hanya itu seluruh warga sekolah berkewajiban
menjaga kebersihan sekolah, salah satu caranya adalah dengan membuang
sampah pada tempatnya.
22. Unsur-Unsur yang Belum Diungkapkan
Masalah keamanan parkir yang tidak di ungkapkan disini , SMA Dwijendra
Denpasar telah memiliki satpam yang bertugas menjaga keamanan sekolah dan
parkir.
23. Kesesuaian Data dengan Tuntutan SPM
Kesesuaian data di atas dengan tuntunan standar pelajaran minimal (SPM)
sekolah sudah sesuai untuk di jadikan dalam proses belajar mengajar.
3.3 Pengenalan Sikap dan Pola Tingkah Laku Siswa
3.3.1 Umum
Pola sikap tingkah laku siswa di SMA Negeri 2 Mengwi telah terbentuk sedemikian
rupa dengan bernuansakan kedisiplinan dan tentunya berlandaskan asas
kekeluargaan. Tingkah laku dan sikap ini terwujud tidak lain dapat diwujudkan atas
kerja keras guru yang selalu menerapkan pola disiplin baik pada waktu siswa mulai
masuk ke sekolah sampai pulang ke rumah masing-masing. Selain itu juga, hal ini
didukung dengan kesadaran dari siswa itu sendiri. Seluruh komponen SMA Negeri 2
Mengwi berpedoman pada aturan yang berlaku di sekolah tersebut. Pedoman yang
mendasari tersebut diwujudkan dalam bentuk tata tertib baik tata tertib guru, siswa,
maupun tenaga administrasi. Tata tertib dijadikan acuan dan tuntunan dalam
29
bersikap dan berbuat selama kegiatan sekolah berlangsung sehingga diharapkan
tercipta suasana disiplin, harmonis, dan efesiensi di setiap aspek kehidupan sekolah.
Selama penulis melakukan observasi, menyelami dan mengalami langsung
kehidupan sosial di SMA Negeri 2 Mengwi, hubungan sosial antarsiswa, siswa
dengan guru, siswa dengan pegawai maupun antara guru serta tenaga administrasi
terlihat tidak mengindikasikan terjadinya konflik. Begitu pula hubungan kepala
sekolah dengan bawahannya terlihat baik. Kepala sekolah SMA Negeri 2 Mengwi
saat ini adalah tokoh yang disegani bawahannya terlebih komunikasi yang baik dan
lancar antara kepala sekolah dengan bawahannya dapat menciptakan suasana kerja
yang kondusif dan hubungan sosial yang harmonis. Walaupun latar belakang warga
sekolah beranekaragam namun tidak menjadi halangan dalam mewujudkan
kehidupan sosial yang rukun dan harmonis.
Dalam usaha membina dan memelihara kultur kehidupan sekolah yang
kondusif, kepala sekolah berupaya untuk selalu menjaga komunikasi dan
mengutamakan persamaan persepsi salah satu caranya ialah dengan melakukan rapat
rutin dan rapat yang sifatnya insidental. Rapat ini adalah wahana untuk
menyampaikan usul, kritik, evaluasi, dan saran warga sekolah yang konstruktif demi
kemajuan sekolah. Melalui rapat segala macam masalah yang ada sebisa mungkin
diselesaikan sedini mungkin dan dengan musyawarah mufakat berdasarkan
semangat kekeluargaan disamping selalu menjaga kekompakan, solideritas, loyalitas
dan etos kerja setiap komponen sekolah baik tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan atau dengan kata lain semua aspek yang ada di sekolah secara holistik.
3.3.2 Kegiatan di Dalam Kelas
A. Membuka dan Menutup Pelajaran
Ketika bel tanda masuk berbunyi, seluruh siswa memasuki ruangan kelas dan
duduk di tempat duduk masing masing, tetapi ada beberapa siswa yang masih berdiri di
luar kelas dan baru masuk setelah guru datang. Setelah itu para siswa yang beragama
Hindu melakukan Puja Tri Sandhya yang merupakan kegiatan ritual bagi umat Hindu,
sedangkan siswa yang memeluk agama selain Hindu berdoa menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing. Seusai berdoa, siswa segera mempersiapkan alat
30
pelajaran berupa buku dan alat tulis serta peralatan belajar lain yang dibutuhkan saat itu
sehingga mereka siap menerima pelajaran yang akan diberikan gurunya.
Pada saat guru memasuki ruang kelas, semua siswa secara serempak memberi
hormat yang dipimpin oleh ketua kelas, selain hormat berupa ucapan salam (selamat
pagi, selamat siang atau selamat sore), siswa yang mayoritas beragama Hindu juga
menghaturkan penganjali umat yaitu ucapan “Om Swastiastu”. Guru juga membalas
salam dari siswa dan dilanjutkan dengan melakukan absensi.
Saat guru akan memulai pelajaran yaitu saat pembukaan dan tujuan pembelajaran
disampaikan oleh guru, siswa dengan antusias mendengarkan dan kerapkali perilaku
siswa menunjukkan ketertarikannya pada materi yang akan diajarkan guru, misalnya
ikut menggambar atau mendemonstrasikan contoh yang diberikan guru.
Ketika guru memulai pelajaran, beberapa siswa baru mengeluarkan alat tulis dan
bukunya, setelah itu semua siswa menyimak dengan seksama seluruh materi yang
disajikan oleh guru sampai akhir pelajaran. Interaksi belajar mengajar terjadi sampai
guru memutuskan untuk mengakhiri pelajaran.
Setelah guru mengakhiri pelajaran, beberapa siswa tidak segera memasukkan
buku-buku catatan mereka, karena mereka masih mendiskusikan apa yang mereka
dapatkan selama pelajaran berlangsung dengan temannya. Untuk mengakhiri
pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar ketua kelas yang memberikan aba-aba
untuk menghaturkan “Paramasanthi” yaitu ucapan “Om Santih Santih Santih Om”
kepada guru yang juga segera membalas dengan ucapan yang sama. Saat guru beranjak
meninggalkan ruang kelas, barulah siswa-siswa memasukkan buku pelajaran serta
catatan mereka dan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran selanjutnya
dengan mengeluarkan buku-buku maupun peralatan belajar yang terkait dengan
pelajaran tersebut.
B. Interaksi Belajar Mengajar
31
Perilaku siswa di dalam mengikuti pembelajaran pada umumnya baik dan sangat
antusias mengikuti PBM. Ini dapat dilihat dari aktivitas anak di dalam merespon
masalah atau pertanyaan yang dilontarkan guru.
Sebagian besar siswa di kelas cukup berani memberikan pendapat dan menanggapi
permasalahan yang disampaikan oleh guru, namun sangat sedikit yang berani
mengangkat tangan, mereka biasanya berani menanggapi dengan suara riuh secara
bersama-sama. Siswa juga tergolong masih takut dalam hal menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti kepada gurunya, mereka lebih senang dan berani menanyakannya
pada teman yang mereka anggap lebih pintar. Jika siswa yang ditanyai tersebut tidak
bisa memberikan bantuan maka siswa yang mengalami kesulitan akan memberanikan
diri menanyakan langsung kepada guru, baik dalam pertemuan berikutnya atau di luar
jam pelajaran.
Respon siswa dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah cukup baik. Apabila
tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan maka siswa berusaha untuk
menanyakan langsung kepada guru, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung
dengan baik. Guru biasanya dapat meningkatkan respon siswa dalam mengerjakan PR
atau tugas dengan cara memberikan informasi bahwa tugas akan diperiksa dan nilainya
memiliki persentase yang cukup besar berpengaruh terhadap nilai siswa.
Pada saat melakukan observasi di dalam kelas, tidak ada siswa yang berperilaku
khusus yang dapat mengganggu kegiatan belajar merngajar. Semua siswa mengikuti
proses belajar mengajar dengan tertib dan antusias. Tapi ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan guru dalam mengajar atau bercanda dengan teman sebangkunya.
Tentunya ini akan dapat mengganggu PBM. Biasanya guru mengambil tindakan
dengan menegur siswa tersebut atau guru menyelipkan sedikit humor agar suasana
kelas hidup kembali
Dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas setiap siswa memiliki fasilitas belajar.
Hampir semua siswa memiliki buku catatan, dan alat tulis, namun hanya beberapa
siswa yang memiliki buku panduan dan buku penunjang lainnya. Hal ini karena buku
panduan dan buku penunjang yang ada di perputakaan sangat sedikit dan terbatas
jumlahnya, dan siswa yang mau berusaha mencari atau meminjam dari sumber lainnya
hanya sedikit. Ini mungkin ada kaitannya dengan masalah biaya. Guru menyarankan
agar semua siswa memiliki buku panduan atau buku penunjang yang memenuhi standar
32
dan memuat materi pelajaran yang akan dibahas. Dari tiga guru model yang penulis
jadikan narasumber, terdapat guru yang tidak melakukan tindakan apapun jika ada
siswa yang tidak membawa perlengkapan penunjang PBM karena konsekuensinya akan
ditanggung sendiri oleh siswa bersangkutan, ada guru yang hanya memberikan teguran
saja kepada siswa yang demikian, dan seorang guru lagi memberikan sanksi yang tegas
kepada siswa, dimana sanksi untuk hal-hal seperti ini telah dibuatkan perjanjian dan
disepakati bersama sebelumnya dengan kelas bersangkutan. Jika yang tidak dibawa
siswa adalah buku paket atau penunjang, biasanya guru memberikan jalan keluar
dengan cara menyuruh siswa itu untuk duduk bersama temannya yang membawa.
Ternyata perilaku anak juga dipengaruhi oleh interaksi anak dengan guru penyaji, mata
pelajaran yang disajikan dan waktu penyajian. Interaksi anak dengan guru penyaji akan
terkait dengan mata pelajaran yang disajikan, misalnya pada saat mengikuti pelajaran
IPA terlebih lagi ada aspek perhitungannya ditambah diajar oleh guru yang menurut
siswa terbilang galak, maka siswa akan cenderung takut untuk berinteraksi dengan
gurunya itu. Siswa bisa saja menarik diri dan beranggapan bahwa dirinya tidak akan
mampu dalam pelajaran itu. Disinilah motivasi belajar perlu dibangkitkan lagi. Selain
karena guru, siswa juga bisa berubah perilakunya bila waktu penyajian pelajaran tidak
lagi mendukung menurut mereka. Misalnya saat jam terakhir, siswa mendapatkan
pelajaran fisika sedangkan kelas-kelas lain terlihat sudah ada yang bersiap pulang,
ditambah perut siswa yang mulai keroncongan, hal yang sama sedikit juga terjadi
menjelang jam istirahat. Waktu penyajian yang terlampau lama dan penyajian yang
monoton juga bisa membuat siswa berubah perilaku dari memperhatikan menjadi
mengabaikan, terlebih bila guru tidak memberikan selingan dan jeda singkat.
C. Pengolahan Kelas
Pengaturan posisi tempat duduk siswa dikelas dalam PBM diatur sedemikian
rupa sehingga kelas kelihatan rapi dan siswa merasa nyaman dalam mengikuti
PBM. Tempat duduk siswa diatur dengan posisi empat meja berjajar ke samping,
dimana setiap siswa memiliki bangkunya masing-masing dan 5 sampai 6 meja
berjajar ke belakang.
Disetiap kelas terdapat tata tertib siswa untuk menjaga ketertiban dan
kenyamanan ruang belajar. Perilaku siswa berbeda-beda jika dikelola secara
33
klasikal, kelompok dan individual. Ini akan berkaitan erat dengan respon yang
diberikan oleh siswa.
Perbedaan perilaku siswa yang dikelola secara klasikal, kelompok atau
individual adalah sebagai berikut:
1) Klasikal. Perilaku siswa yang dikelola secara klasikal adalah sangat beragam.
Kondisi ini mengakibatkan guru akan memberikan perhatian yang tidak
merata kepada seluruh siswa apalagi di kelas yang memiliki jumlah siswa
yang banyak. Siswa yang dikelola secara klasikal cenderung akan bersifat
menerima saja informasi yang diberikan oleh gurunya. Siswa akan selalu
menunggu apa informasi yang akan datang dari gurunya.
2) Kelompok. Perilaku siswa yang dikelola secara berkelompok membuat siswa
lebih mudah diperhatikan sehingga siswa menjadi lebih aktif mendiskusikan
masalah-masalah yang dilontarkan oleh gurunya di dalam kelompoknya.
3) Individual. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Umumnya
perilaku siswa yang dikelola secara individual akan membuat siswa menjadi
lebih aktif di dalam merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pengelolaan dengan metoda ini membutuhkan kesiapan yang matang dari
siswa sehingga banyak siswa yang merasa takut dengan pengelolaan metode
ini.
Perilaku siswa jika ada guru yang terlambat atau berhalangan hadir sangatlah
beragam. Ada siswa yang menunggu gurunya dengan membaca buku, berdiskusi
dengan temannya, bercanda, mengobrol, maupun duduk-duduk di depan kelas. Jika
guru berhalangan hadir, ketua kelas biasanya pergi ke guru piket untuk menanyakan
apakah ada tugas yang titipkan oleh guru yang berhalangan hadir. Pada saat siswa
mengerjkan tugas dengan tanpa pengawasan dari guru yang bersangkutan maupun
guru piket biasanya siswa cenderung ribut tetapi sebagian siswa dengan tekun
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Biasanya siswa yang membuat keributan
tersebut menanti tugas temannya yang telah selesai kemudian dia akan
menyalinnya. Jika tidak ada tugas dari guru yang berhalangan hadir, biasanya siswa
pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Tetapi ada pula yang tetap berada di
dalam kelas sambil menunggu jam pergantian pelajaran ataupun waktu istirahat.
34
Biasanya mereka mengisi jam kosong tersebut dengan mengobrol bersama teman-
temannya, sehingga suasana kelas menjadi gaduh.
Sedangkan bila ada siswa yang terlambat, mereka akan dikumpulkan di
lapangan sekolah dan guru BK akan menanyai alasan mereka terlambat. Siswa yang
terlambat, namanya akan dicatat oleh guru BK. Jika mereka berulang kali dating
terlambat, maka mereka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tata tertib sekolah
yang telah ditentukan.
3.3.3 Kegiatan di Luar Kelas
1. Pengamatan perilaku siswa pada saat jam pelajaran usai yaitu:
a. Saat pelajaran usal, siswa banyak memenghabiskan waktu di kantin. Namun
ada beberapa siswa yang lain tetap diam di dalam kelas dan ada pula yang
pergi ke perpustakaan. Sedangkan siswa laki-laki biasanya menghabiskan
jam istirahatmereka dengan duduk-duduk bersama siswa yang lain di depan
ruang kelas.
b. Pada saat istirahat, siswa tidak menunjukan pola tingkah laku yang
mencolok/ekstrim. Mereka hanya bermain-main dan berinteraksi secara
wajar.
c. Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya, terlihat begitu dekat.
Mereka tidak memperdulikan perbedaan yang miliki. Sedangkan hubungan
siswa dengan guru, juga terlihat begitu akrab, dan ketika di luar kelas siswa
masih bisa bercanda dengan gurunya, namun masih dalam batas kewajaran.
d. Siswa memanfaatkan waktu istirahat dengan begitu efisien dan efektif.
Ketika bel istirahat usai, mereka kembali masuk ke kelas dan mempersiapkan
diri untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Namun, ada sekelompok siswa
yang masih duduk-duduk di depan kelasnya walaupun bel istirahat usai. Ini
dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari siswa tersebut.
2. Aktivitas Petugas Bimbingan Konseling (BK)
35
Berbagai tindakan dilakukan oleh petugas BK dalam menangani prilaku anak
bermasalah di dalam dan di luar kelas. Biasanya tindakan yang diambil petugas BK
untuk menangani siswa yang bermasalah dilakukan secara bertahap, yaitu:
1. Petugas BK melakukan
penyelidikan mengenai latar belakang masalah siswa.
2. Mendata laporan yang ada
mengenai masalah-masalah yang telah dibuat. Informasi tersebut diperoleh
dari siswa itu sendiri, siswa lainnya, guru bidang studi atau dari orang tua
siswa bersangkutan.
3. Guru BK akan melakukan
pendekatan terhadap siswa yang bermasalah yakni dengan jalan memanggil
siswa yang bersangkutan untuk berdialog tentang masalah yang dihadapinya.
4. Petugas BK juga memberikan
masukan atau nasihat kepada siswa agar tidak mengulangi masalah yang
sama dan menghimbau untuk tidak membuat masalah lagi.
5. Jika masalah tersebut belum
terselesaikan maka guru pembimbing akan melakukan dialog dengan orang
tua siswa untuk mencari jalan keluar bersama.
Aktivitas BK dalam menjaga hubungan sekolah dengan orang tua siswa adalah
dengan tiap tahun mengadakan rapat bersama dengan orang tua untuk
mengonsultasikan perkembangan baik itu positf maupun negative dari siswa.
Sehingga timbul rasa saling menghormati antara sekolah dengan orang tua siswa.
3.4 Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Dalam mengenali dan memahami kegiatan pembelajaran di kelas, penulis
mengamati 2 orang guru model yang akan dijadikan narasumber dalam menggali
informasi dan menambah wawasan sebagai seorang calon guru.
36
3.4.1 Informasi Umum
Identitas guru yang menjadi narasumber adalah:
Nama : Ngakan Putu Jagra
Mata pelajaran : Penjaskes/ Olahraga
Materi yang diajarkan : Teknik dasar permainan sepak bola dan voly
Kelas : XI IPA 3
Waktu : 2 x 45 menit
Nama : Drs. I Made Tekek
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi yang diajarkan : Mambaca Berita
Kelas : X. U2
Waktu : 1 x 45 menit
3.4.2 Perencanaan Pengajaran
Dalam menyusun perencana pengajaran dapat di tinjau dari kalender
pendidikan dan jam efektif mengajar. Dimana dalam materi pokok dan kompetensi
dasar didistribusikan ke jam efektif mengajar.
Narasumber menyusun program tahunan dengan cara menggolongkan
semua pokok bahasan ke dalam dua semester dan menentukan alokasi waktu untuk
masing-masing pokok bahasan, ulangan harian, dan ulangan umum.
Rencana Pengajaran (RP) dibuat setiap satu standar kompetensi mengacu
pada format yang ada. Didalam menyusun recana pengajaran diperlukan
perumusan kegiatan belajar mengajar dan menyusun alat evaluasi. Untuk
merumuskan kegiatan belajar mengajar dan menyusun alat evaluasi dilakukan
dengan berdasarkan pada metode yang digunakan dalam pengajaran dan materi
pengajaran.
Dengan tersusunnya perencanaan maka pembelajaran dapat terarah dan
terprogram. Disamping itu pula, dengan adanya perencanaan program pengajaran
maka guru akan lebih mantap dalam memberikan materi pelajaran yang akan
diberikan kepada anak didiknya sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan.
37
3.4.3 Pelaksanaan Program Pengajaran
1. Membuka Pelajaran
a. Pertama-tama guru melakukan absensi. Yang menjadi strategi utama guru
dalam memulai pelajaran adalah menanyakan/ mengulang kembali pelajaran
yang dulu telah diajarkan dan memberikan beberapa poin-poin penting yang
membuat siswa ingat dengan materi yang sebelumnya.
b. Waktu yang disediakan guru kira-kira 20 menit.
c. Alat bantu yang digunakan oleh guru pada saat mengajar di kelas adalah
penggaris, LKS, buku paket, buku pedoman dan alat-alat penunjang lainnya.
Sedangkan pada saat mengajar di lapangan adalah Bola sepak bola dan voly,
stopwatch, Buku pedoman, dan alat penunjang lainnya
d. Cara guru menyatakan/ menanyakan tentang materi yang sebelum diajar
maupun sesudah diajar dengan metode tanya jawab yang sangat efektif untuk
menjadikan siswa tidak lupa dengan pelajaran yang pernah diajarkan
sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
Menurut saya relevansi membuka pelajaran yang dilakukan guru dengan
pelajaran inti sangat baik. Hal ini disebabkan karena siswa bisa mengingat
kembali materi terlebih dahulu, dan tidak merasa asing dengan materi baru yang
akan diajarkan, karena saling berkaitan.
2. Kegiatan Inti
1. Cara guru dalam melaksanakan program pengajaran dilihat dari :
a. Perencanaan dengan pelaksanaan pengajaran sudah sesuai dengan
program yang ditulis dalam perencanaan pengajaran. Hal ini terlihat dari
pemanfaatan waktu secara efektif dan efesien.
b. Penyampaian materi dengan bahan ajar sudah baik. Hal tersebut terlihat
dari sekian banyak siswa yang dapat menerima materi yang diajarkan.
c. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran sudah baik, terlihat dari siswa
dapat berkonsentarasi belajar dengan baik.
d. Usaha dan cara mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu dengan
memberikan pertanyaan - pertanyaan terkait dengan materi yang
38
diberikan. Hal ini betujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu
memahami materi yang telah diajarkan guru.
e. Cara/strategi menangani anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu
dengan cara menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti oleh
siswa dan mengawasi siswa saat melakukan praktek.
f. Cara memberikan balikan dan menanggapi pertanyaan anak yaitu guru
akan memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh murid dan murid-
murid yang lain menanggapi jawabannya itu. Setelah ada tanggapan,
barulah guru memberikan penjelasan dengan jelas sehingga murid dapat
mengerti.
g. Kiat - kiat khusus guru dalam membuat suasana belajar yang kondusif
yaitu, Guru tidak terlalu kaku dan tegang dalam menyampaikan materi
sehingga siswa tidak takut dan tegang dalam mengikuti proses KBM dan
sesekali guru menyelipkan humor agar siswa tidak bosan dan dapat
menangkap pelajaran dengan baik.
h. Pengembangan bahan ajar dan pemanfaatan alat bantu mengajar juga
sudah baik, dimana pelaksanaan pengajaran sudah sesuai dengan
perencanaan pengajaran (buku pedoman). Disamping itu penggunaan
alat-alat bantu mengajar yang digunakan sudah sesuai dengan bahan ajar
dan fungsinya.
i. Pemanfaatan waktu yang digunakan sudah baik. Guru pandai
memanfaatkan waktu sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan
target yang telah direncanakan.
j. Kegiatan lain yang layak dikaji dan ditiru adalah guru memberikan suatu
pertanyaan kepada siswa secara mendadak secara perseorangan sehingga
siswa merasa harus siap dalam mengikuti materi yang akan diajarkan.
2. Hal-hal berkesan saat pembelajaran berlangsung yaitu interaksi dan suasana
belajar yang kondusif, itu dikarenakan kepiawaian seorang guru dalam
menyampaikan materi, untuk itu biasanya guru menyelipkan humor disela-
sela proses pembelajaran, sehingga siswa merasa terhibur dan tidak jenuh
menerima pelajaran.
39
3. Menutup Pelajaran
1. Cara guru dalam menutup pelajaran.
a. Strategi yang digunakan pada waktu jam pelajaran sudah hampir habis
yaitu guru memberikan penegasan tentang materi yang ada dan guru
menanyakan kepada siswa tentang materi yang diberi. Selain itu guru
memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa tentang materi
yang belum jelas.
b. Alat evaluasi / penilaian yang dilakukan dengan cara :
- Absensi kehadiran siswa dan
- lembar observasi
c. Efisiensi waktu yang ada biasanya guru mengalokasikan waktu untuk
menutup pelajaran kira-kira 15 menit.
d. Guru memanfaatkan waktu yang disediakan dengan memberikan
beberapa pertanyaan atau pekerjaan rumah kepada siswa dan
memberikan ceramah/ wejangan-wejangan yang membuat siswa
terpacu/ termotivasi untuk belajar.
e. Keberhasilan siswa dalam memahami materi yang disajikan sudah baik.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menjawab,
memecahkan masalah atau pertanyaan yang diberikan oleh guru dan
kemampuan siswa dalam mempraktekkan apa yang telah dibahas. Selain
itu di dalam pembelajaran yang dilakukan, siswa sangat memperhatikan
pelajaran meskipun belum mengerti.
2. Guru tidak melakukan revisi terhadap Silabus yang telah dibuat.
3. Kesan saya terhadap kegiatan belajar mengajar, secara umum siswa sangat
bersemangat dan sangat aktif dalam bertanya maupun menjawab tentang
permasalahan yang sedang dihadapi. Kebanyakan siswa tidak malu-malu
dalam bertanya karena guru yang mengajar sudah sangat akrab dengan
siswa. Tetapi masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, itu
dikarenakan kurang adanya motivasi dalam diri siswa untuk bersaing dan
mungkin menganggap pelajaran yang diajarkan hanya hal sepele yang tak
perlu diperhitungkan. Selain itu masih ada siswa yang malu dalam
bertanya. Hal ini membuat keraguan terhadap diri siswa untuk maju. Hal-
40
hal tersebut mungkin sudah diketahui oleh guru dan akan mencari solusi
untuk memecahkan permasalahan tersebut.
3.5 PEMBAHASAN DAN PERMASALAHAN
3.5.1 Pembahasan
Dari setiap aspek yang diamati di SMA DWIJENDRA DENPASAR maka
sekolah ini sudah cukup layak dan baik sebagai tempat untuk belajar. Ditinjau dari
unsur fisiknya, kondisi lingkungan SMA DWIJENDRA DENPASAR cukup baik,
sejuk, nyaman, aman dan pertamanan ditata dengan rapi dan serasi sehingga dapat
mendukung suasana belajar di dalam kelas. Di samping itu SMA DWIJENDRA
DENPASAR juga memiliki Fasilitas berupa gedung sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan siswa dan dalam keadaan yang baik, fasilitas perpustakaan, ruang
multimedia, dan laboratorium juga sudah dimiliki oleh sekolah ini,. Perpustakaan
terlihat sudah cukup baik dalam melayani kebutuhan siswa dan guru, koleksi buku
yang cukup lengkap turut mendukung pemanfaatan perpustakaan sebagai sarana
belajar, . Laboratorium yang ada di SMA DWIJENDRA DENPASAR sudah
cukup lengkap alat-alatnya namun masih cukup kurang dalam jumlah.
Laboratorium yang ada yaitu laboratorium komputer, bahasa, dan IPA juga sudah
memenuhi standar keamanan dan standar pelayanan, namun masih juga terdapat
alat-alat yang rusak yang belum tertangani dengan baik.
Bangunan dan ruang-ruang lain keberadaannya sudah baik dan juga
berperan penting bagi kehidupan sekolah. Ruang Bimbingan dan Konseling
walaupun kecil, namun sudah bisa digunakan untuk melayani siswa dalam hal
konsultasi dan menyelesaikan masalah. Parhyangan sebagai sentral kegiatan dan
kehidupan spiritual sekolah juga tersedia dan dalam keadaan baik.
Keadaan guru dan tenaga pendidik sudah baik, baik dalam hal kualitas
pelayanan dan kuantitasnya, berdedikasi tinggi, loyalitas yang tinggi, rukun dan
ramah. Siswa sebagai peserta didik, keberadaannya cukup baik, ditinjau dari segi
jumlah, rasio perbandingan laki-perempuan dan rasio perbandingan dengan jumlah
tenaga kependidikan. Tidak ada perilaku yang signifikan yang pernah penulis
41
temui sewaktu observasi dilakukan, dan sedikit siswa yang terlibat masalah
berkaitan dengan kenakalan remaja.
Hubungan sosial budaya antara setiap warga sekolah berlangsung dengan
baik. Sekolah tetap berusaha menjaga budaya di lingkungan sekolah yaitu budaya
Bali, misalnya dengan cara mengintegrasikan kesenian dan keterampilan budaya
dalam program kegiatan ekstrakurikuler, pemakaian busana tradisional dan bahasa
daerah pada hari-hari tertentu.
Berkaitan dengan pola tingkah laku warga sekolah, warga SMA
DWIJENDRA DENPASAR selalu berusaha bertindak dan bertingkah laku sesuai
dengan tata tertib yang telah dibuat dan disepakati bersama. Hubungan antarwarga
sekolah berlangsung dengan harmonis dan tidak terindikasi adanya konflik baik
horizontal maupun vertikal. Kultur kehidupan selalu dijaga tetap harmonis, kepala
sekolah selalu menjaga koordinasi setiap bagian dalam struktur kepengurusan
sekolah, hubungan baik antara warga sekolah maupun orang tua siswa juga dijaga
melalui rapat dan pertemuan-pertemuan.
Perilaku dan interaksi siswa di kelas dan di luar kelas juga terlihat baik,
tidak ada perilaku yang mencolok (ekstrim) dan selalu menghormati keberadaan
guru dan petugas lainnya. Kinerja petugas BK juga sudah bisa dikatakan baik
karena masalah yang muncul ke permukaan selalu dapat diselesaikan sebelum
masalah tersebut sampai pada penanganan kepala sekolah.
Kegiatan pembelajaran di kelas secara umum sudah berlangsung dengan
baik.. Interaksi belajar di kelas sudah cukup baik, terlihat dari pemahaman siswa
tentang materi yang cukup tinggi. Suasana belajar yang baik juga tercipta di dalam
kelas, suasana belajar bebas tekanan selalu diupayakan oleh guru, tetapi mungkin
karena budaya, hanya sedikit siswa yang berani secara langsung mengungkapkan
ketidakmengertiannya. Walaupun demikian, antusiasme siswa dalam belajar sudah
cukup tinggi. Secara umum bisa dibilang proses pembelajaran di kelas sudah
berjalan cukup baik dan berhasil.
3.5.2 Permasalahan yang ditemukan
Dalam temuan-temuan di lapangan tentunya banyak masalah yang terjadi
dan melalui kegiatan observasi ini mungkin penulis hanya menemukan sebagian
42
kecil dari masalah itu. Walaupun demikian penulis mencoba untuk mengangkat
masalah itu agar nantinya dapat dibahas dan diangkat di dalam mata kuliah yang
relevan di kampus. Masalah tersebut antara lain:
Kesulitan dalam penentuan standar baku bahan ajar karena terbatasnya buku
teks yang ada di sekolah yang akan dipakai acuan belajar mengajar di kelas.
Ini diakibatkan karena pengrealisasian buku teks dari pemerintah belum
terrealisasi dan kebijakan yang menyatakan bahwa tidak diperkenankannya
guru mata pelajaran untuk menyediakan buku dengan bantuan jasa dari
penerbit buku yang sebagai penjual buku.
Fasilitas buku dan CD virtual (CD Pembelajaran) yang menuntun dan
memediasi perkembangan intelektual siswa yang ada di perpustakaan yang
masih kurang sehingga perlu adanya pengadaan yang lebih dengan usulan
maupun dengan pengadaan yang sifatnya pengadaan internal.
Dalam pengelolaan kelas yang terlalu padat dalam hal jumlah tentunya siswa
duduk di bangku yang berjejer ke belakang. Hasil observasi menemukan
siswa yang duduk di belakang kadang-kadang tidak memperhatikan atau lain-
lain karena siswa merasa jauh dari guru. Posisi papan tulis yang terlalu rendah
juga akan menyulitkan siswa yang duduk di belakang untuk melihat apa yang
dijelaskan guru di papan. Tempat duduk yang terlalu sempit dan berdekatan
juga akan menyulitan siswa dalam belajar.
Profesi guru di lapangan bukanlah semata-mata sebagai pengajar satu
mata pelajaran yang merupakan bidangnya saja, melainkan guru juga bertindak
sebagai pembimbing dan pendidik siswa. Secara langsung seorang guru bisa
menjadi wali suatu kelas atau menjadi pengurus dalam struktur pemerintahan di
sekolah.
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan, rancangan kerja dan temuan di lapangan
maka hal-hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Unsur fisik dan nonfisik SMA Dwijendra Denpasar umumnya sudah
baik dan didukung dengan fasilitas yang memadai dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari kondisi lingkungannya, siswa,
pengajar, dan pegawai, semuanya sangat mendukung jalannya proses
belajar Mengajar.
2. Sikap dan pola tingkah laku serta interaksi siswa di SMA Dwijendra
Denpasar secara umum sudah baik dengan adanya tata tertib untuk guru,
pegawai, dan siswa.
3. Hubungan antar warga sekolah yang sangat baik, kultur kehidupan
sekolah yang kondusif, kegiatan di dalam kelas juga sudah dapat
terlaksana dengan baik, dari membuka dan menutup pelajaran, interaksi
belajar mengajar dan pengelolaan kelas. Kegiatan di luar kelas juga
sudah dapat terlaksana dengan baik, baik dari perilaku siswa dan
bagaimana aktivitas BK dalam menangani masalah-masalah yang
dialami siswa.
4. Proses pengenalan pembelajaran berjalan sudah sangat baik. Baik dari
pihak guru maupun siswa. Guru sudah dapat membuat perencanaan
pembelajaran dan silabus dengan tepat sehingga apa yang direncanakan
sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran juga
berlangsung dengan baik. Guru sudah dapat menyampaikan materi
dengan baik sehingga siswa cepat memahami mengenai materi yang
disampaikan baik dari saat pembukaan pelajaran, kegiatan inti, dan
menutup pelajaran
44
4.2 Tindak Lanjut
Sejalan dengan latar belakang, permasalahan, dan tujuan maka temuan selama
orientasi yang dilaporkan seperti diatas perlu ditindaklanjuti sebagai berikut:
1. Temuan ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan bahan diskusi di dalam
mengikuti mata kuliah yang relevan yang membahas kehidupan sekolah.
2. Dalam perkuliahan, kegiatan orientasi pengenalan lapangan ini perlu mendapat
perhatian dan dijadikan sebagai pengalaman awal bagi mahasiswa dalam
mengambil mata kuliah selanjutnya terutama mata kuliah yang menempatkan
PPL-Awal sebagai suatu syarat dalam pengambilan mata kuliah tersebut seperti
mata kuliah pengajaran mikro (Micro Teaching) dan PPL-Real.
45