Audy Sarah - Case Abses Hepar

download Audy Sarah - Case Abses Hepar

of 16

description

Laporan kasus abses hepar

Transcript of Audy Sarah - Case Abses Hepar

  • Laporan Kasus Abses Hepar

    Disusun Oleh:

    dr. Audy Sarah Putrini Adibrata 014

    Pembimbing:

    dr. Bahtiar Yahya, Sp. Rad

    Internsip Angkatan III Gelombang JuniMei 2015

    Rumah Sakit Umum Daerah Karimun

    2015

  • BAB I

    STATUS PASIEN

    1.1 Data Pasien

    Pasien bernama Tn. B, berusia 41 tahun. Pasien bekerja sebagai karyawan

    swasta. Pasien belum menikah. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Pasien

    bertempat tinggal di Tanjung Balai Karimun.

    1.2 Anamnesis

    Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan atas sejak 9 hari sebelum masuk rumah

    sakit. Keluhan tidak dirasakan menjalar ke bahu kanan dan tidak bertambah parah

    sewaktu makan. Keluhan juga disertai dengan nyeri ulu hati. Pasien juga mengeluhkan

    demam 3 hari sebelum sakit perut dimulai. Demam hilang timbul, dirasakan lebih panas

    pada malam hari. Keluhan tidak nafsu makan, lemas, dan mudah lelah juga dirasakan

    oleh pasien. Pasien mengeluhkan buang air terakhir 4 hari sebelum nyeri perut

    dirasakan. Keluhan kuning disangkal. Buang air kecil tidak ada keluhan. Pasien berobat

    ke Puskesmas Tanjung Balai Karimun, di diagnosis demam tifoid, kemudian diberi obat

    panas dan antibiotik.

    Tiga hari kemudian, pasien merasa keluhannya nyeri perutnya semakin berat,

    demam juga dirasakan semakin tinggi, disertai dengan menggigil. Keesokan harinya,

    pasien datang ke tempat praktik dokter swasta untuk meminta USG, hasilnya ada

    benjolan di hati sebesar 5 cm. Pasien kemudian berobat ke Poli Penyakit Dalam RSUD

    Karimun, dua hari kemudian dirawat di bangsal RUSD Karimun. Per tanggal 20

    September 2015, pasien sudah dirawat di RSUD Karimun selama 10 hari.

    1.3 Pemeriksaan Fisik

    Berdasarkan pemeriksaan pada hari Minggu, 20 September 2015 pasien tampak

    sakit sedang. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg, denyut nadi pasien 72 kali/menit,

    pernapasan pasien 16 kali/menit, dan suhu tubuh pasien 36,8C. Konjungtiva pasien

    tidak anemis, sklera tidak ikterik. Bunyi jantung S1, S2, regular. Suara pernapasan

    pasien vesikular, sama kuat di kedua paru-paru. Tidak terdapat suara tambahan

  • pernapasan. Abdomen datar, bising usus normal, supel. Tidak terdapat nyeri tekan pada

    kuadran atas kanan dan epigastrium. Ekstremitas pasien hangat dengan CRT

  • Pada USG, tampak ukuran hepar membesar, permukaan reguler, tepi lancip.

    Tampak lesi isohipoekoik heterogen, batas relatif tegas, tepi reguler, dengan gambaran

    edge shadowing dan posterior enhancement di segmen 5 hepar dengan ukuran 7,78 x

    6,81 x 6,45 cm. Dengan Doppler, terlihat gambaran hipervaskular di perifer lesi. Vena

    hepatika dan sistem biliar tidak melebar. Tidak tampak asites maupun efusi pleura.

    Bentuk dan ukuran kedua ginjal normal. Diferensiasi korteks dan medula jelas.

    Tidak tampak pelebaran sitem pelvokalises. Tampak lesi hiperekoik multipel di

    corticomedullary junction kedua ginjal. Tidak tampak dilatasi ureter proksimal.

    Kandung empedu, pankreas, limpa, aorta, vesika urinaria, dan prostat tidak tampak

    kelainan.

    Berdasarkan hasil USG dapat disimpulkan bahwa terdapat massa sugestif abses

    di segmen 5 hepar, dengan diagnosis banding massa hepar. Terdapat kecurigaan

    nefrokalsinosis bilateral. Untuk memperoleh diagnosis yang lebih akurat, disarankan

    untuk melakukan CT scan abdomen dengan kontras atau CT scan abdomen 3 fase.

    B. CT scan abdomen (14 September 2015)

    CT scan abdomen dilakukan tanpa dan dengan pemberian media kontras

    intravena, dengan pemberian media kontras oral. Tidak tampak efusi pleura atau asites.

    Bentuk dan ukuran hepar baik, tepi rata dan densitas parenkim homogen normal.

    Tampak lesi hipodens bentuk bulat batas tegas, rim enhancement pasca kontras di

    segmen 5 dan 6 lobus kanan hepar dengan ukuran 5,59 x 5,61 x 7,5 cm. Sistem bilier

    dan vaskular intrahepatik baik.

    Kandung empedu, pankreas, lien, vesika urinaria, prostat, dan usus-usus tidak

    tampak kelainan. Bentuk dan ukuran kedua ginjal baik, tepi rata dan densitas parenkim

    Gambar 1.2 A. CT scan abdomen Tn. B tanpa kontras, B. CT scan abdomen Tn. B dengan kontras

    (A) (B)

  • homogen normal. Diferensiasi korteks dan medula jelas. Sistem pelvokalises tidak

    melebar. Tampak lesi hipodens multipel di kortikal ginjal kiri dengan diameter terbesar

    0,8 cm.

    Dapat disimpulkan terdapat massa sugestif abses di segmen 5 dan 6 hepar,

    terdapat kista kortikal multipel di ginjal kiri, organ intraabdomen lainnya dalam batas

    normal. Untuk penatalaksanaan pasien, disarankan punksi aspirasi dengan guiding USG.

    1.5 Diagnosis

    Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien Tn.

    B adalah abses hepar.

    1.6 Diagnosis Banding

    Berdasarkan gejala dan tanda yang dialami pasien, diagnosis banding pasien

    adalah kolesistitis dan kolangitis. Gejala dan tanda dari kolesistitis adalah nyeri pada

    kuadran kanan atas, yang dapat menjalar ke lengan atas atau skapula, mual, muntah,

    dan demam. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda Murphy, kandung empedu

    dapat teraba pada 3040% pasien dan ikterus dapat ditemukan pada 15% pasien. Pada

    pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis dengan pergeseran ke kiri,

    peningkatan kadar SGOT dan SGPT, peningkatan kadar bilirubin, peningkatan kadar

    amilase, dan peningkatan alkaline phosphatase (ALP) (25%). Pada pemeriksaan USG,

    temuan yang khas adalah adanya kolelitiasis dan tanda Murohy sonografis. Temuan

    lainnya adalah dinding kandung empedu menebal >3mm, terdapat koleksi cairan di

    sekitar kandung empedu, distensi kandung empedu, dan sludge.(9, 10)

    Tanda dan gejala khas kolangitis adalah demam, nyeri kuadran kanan atas, dan

    ikterus, yang dikenal dengan triad Charcot. Tanda dan gejala lain adalah kelemahan,

    pruritus, dan penurunan kesadaran (1020). Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri

    tekan kuadran kanan atas, hepatomegali, takikardia, dan hipotensi (30%). Pada

    pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, hiperbilirubinemia (88100%),

    peningkatan kadar ALP (78%), dan peningkatan SGOT dan SGPT. Pada pemeriksaan

    USG, ditemukan dilatasi duktus intrahepatis dan/atau ekstrahepatis, penebalan dinding

    duktus, dan kolelitiasis/koledokolitiasis.(11, 12)

  • 1.7 Tata laksana

    Pasien diberikan IVFD normal salin banding RL 1:1 sebanyak 20 tetes/menit.

    Pasien diberikan injeksi ceftazidime 3 x 1 g dan metronidazol 3 x 750 mg selama 10

    hari. Pasien juga diberikan injeksi omeprazole 1 x 40 mg/hari dan vipalbumin 3 x 2

    kapsul/hari. Pada tanggal 16 September 2015, pasien dikonsulkan ke dokter bedah,

    disarankan untuk melanjutkan terapi antibiotik.

    1.5 Prognosis

    Dubia ad bonam

    1.6 Follow Up (29 Oktober 2015)

    Pada tanggal 29 Oktober 2015, pasien datang ke RSUD Karimun untuk kontrol.

    Pasien sudah tidak mengeluhkan apa pun dan sudah dapat bekerja seperti biasa. Pada

    pasien dilakukan follow up dengan USG. Pada hasil USG ditemukan abses sudah

    mengecil dari ukuran 7,78 x 6,81 x 6,45 cm menjadi ukuran 4,89 x 3,94 x 5,23 cm.

    (A) (B)

    Gambar 1.3 USG hepar Tn. B (29 Oktober 2015)

  • TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Hepar

    Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh dan organ terbesar kedua

    setelah kulit. Beratnya sekitar 1.500 g, atau 2,5% berat orang dewasa. Sebagian besar

    hepar terletak pada kuadran kanan atas abdomen dan terlindungi oleh tulang rusuk dan

    diafragma. Hepar mengisi sebagian besar hipokondrium kanan dan epigastrium,

    memanjang sampai ke hipokondrium kiri.

    Hepar memiliki permukaan diafragmatik yang conveks dan permukaan viseral

    yang konkav atau mendatar. Permukaan diafragmatik hepar dilapisi oleh peritoneum

    viseral kecuali di bagian posterior, yang bersentuhan langsung dengan diafragma. Vena

    kava inferior berjalan di sepanjang cekungan yang terdapat di bagian posterior

    permukaan diafragmatik hepar. Permukaan viseral hepar juga dilapisi oleh peritoneum

    viseral, kecuali pada fosa empedu dan porta hepatis (tempat vena porta hepatis, arteri

    hepatis, pembuluh limfe, pleksus saraf hepatis, dan duktus hepatis masuk dan keluar

    hepar).

    Hepar dibagi menjadi 2 lobus anatomis dan 2 lobus aksesoris. Ligamen

    falsiformis membagi hepar menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Pada permukaan viseral,

    porta hepatis memisahkan 2 lobus aksesoris, lobus kuadrat di bagian anteroinferior dan

    lobus kaudat di bagian posterosuperior. Secara fungsional, hepar dibagi menjadi 2

    bagian, hepar kiri dan kanan, dipisahkan oleh garis Cantlie. Untuk memudahkan proses

    operasi, hepar dibagi menjadi 8 segmen, segmen IVIII.

    (A)

    (B)

    Gambar 2.1 A. Gambaran permukaan-permukaan hepar; B. Gambaran area telanjang hepar.(5)

  • Vena porta membawa 7580% darah yang menyuplai hepar, sementara arteri

    hepatis membawa sekitar 2025% darah. Vena porta memperdarahi parenkim hepar,

    sementara arteri hepatis memperdarahi struktur nonparenkim. Vena hepatis membawa

    darah ke vena kava inferior. Persarafan hepar berasal dari plexus hepatis. Hepar

    merupakan organ limfatis. Sekitar limfe yang memasuki duktus torasikus berasal

    dari hepar. Pembuluh-pembuluh limfatis eferen mengalirkan limfe dari hepatic lymph

    nodes ke celiac lymph nodes. Kemudian, limfe dialirkan ke cisterna chyli.(5)

    2.2 Fisiologi Hepar

    Hepar memiliki banyak fungsi. Hepar memegang peranan dalam metabolisme

    protein, karbohidrat dan lemak. Setiap harinya, hepar mensekresi 6001000 mL

    empedu. Empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak dan media ekskresi hasil

    metabolisme sel darah merah dan bilirubin. Di dalam sinus-sinus hepar terdapat sel

    Kupffer yang berfungsi untuk membunuh bakteri dalam darah yang melewati hepar

    menuju sirkulasi sistemik. Fungsi hepar yang lain adalah sebagai tempat penimpanan

    vitamin (A, D, B12) dan feritin. Substansi yang berperan dalam pembekuan darah seperti

    fibrinogen, faktor VIII, protrombin, dan globulin akselerator diproduksi di hepar. Hepar

    juga berfungsi untuk mengekskresikan obat-obatan dan hormon.(13)

    Gambar 2.2 A. Gambaran segmen-segmen hepar dari bagian anterior; B. Gambaran segmen-

    segmen hepar dari bagian posterior.(5)

  • 2.3 Abses Hepar

    2.3.1 Epidemiologi

    Abses hepar adalah kumpulan jaringan inflamasi dan jaringan nekrotik, yang

    terlokalisasi pada hepar. Berdasarkan etiologi, abses hepar dapat digolongkan menjadi

    abses hepar piogenik (80%), amebik (10%), dan fungal (

  • kuadran kanan atas. Menggigil, anoreksia, mual, muntah, dan penurunan berat badan

    juga dapat dirasakan, meskipun tidak spesifik. Hepatomegali dan ikterus dapat

    ditemukan pada 50% pasien.(20)

    2.3.4 Pemeriksaan Laboratorium

    Pada 50% pasien, dapat ditemukan anemia normokromik-normositik. Sekitar

    77% mengalami leukositosis, 33% pasien mengalami hipoalbuminemia. Pemeriksaan

    laboratorium yang paling dianjurkan adalah alkaline phosphatase (ALP), yang

    ditemukan meningkat pada 70% kasus. Kadar transaminase dan bilirubin meingkat

    pada abses hepar.(20)

    2.3.5 Pemeriksaan Radiologi

    Ultrasonografi (USG) dan computed tomography (CT) scan dapat digunakan

    untuk mendeteksi abses hepar. Pada gambaran USG normal, parenkim hepar tampak

    homogen. Umumnya, abses hepar piogenik yang baru terbentuk tampak seperti lesi

    sferis solid berbatas tidak tegas dan hipoekoik. Seiring dengan mencairnya abses ,

    dinding abses akan menebal dan muncul bagian nekrotik yang tampak sebagai artefak

    yang jarang-jarang di tengah abses. Berdasarkan ukurannya, abses hepar piogenik

    dibagi menjadi mikroabses (

  • (A) (B)

    Pada USG, abses hepar amebik biasa ditemukan di dekat kapsul hepar, berbentuk

    oval atau bulat. Abses tampak hipoekoik dengan gambaran dinding yang tidak jelas.

    Terdapat 4 gambaran khas USG abses hepar fungal, yaitu:

    gambaran roda di dalam roda: bagian central hipoekoik, terdiri atas jaringan

    nekrosis yang mengandung jamur dan dikelilingi oleh daerah ekogenik yang

    merupakan sel-sel inflamasi. Di daerah perifer terdapat batas hipoekoik,

    gambaran bulls eye: nidus ekogenik dikelilingi oleh tepi hipoekoik (menandakan

    infeksi aktif),

    gambaran hipoekoik uniformis,

    gambaran fokus-fokus ekogenik dengan bayangan akustik posterior (muncul pada

    tahap akhir infeksi dan mengindikasikan penyembuhan).

    (A) (B)

    Gambar 2.3 A. Gambaran USG hepar normal, dinding cabang vena portal (panah hitam) tampak

    lebih reflektif daripada cabang vena hepatis (panah putih); B. Gambaran abses hepar piogenik,

    hipoekoik dengan dinding tebal.(3)

  • (C) (D)

    Pada CT scan, abses hepar piogenik berbatas tidak tegas dengan densitas rendah.

    Dengan kontras, dapat ditemui rim enhancement dan edema daerah perifer abses. Pada

    abses yang besar, bisa terdapat septa. Abses hepar amebik tampak sebagai lesi berbatas

    tegas dengan densitas menyerupai cairan pada CT scan dengan kontras. Karakteristik

    abses hepar ammebik adalah enhancement pada dinding setebal 315 mm dan edema di

    daerah perifer abses. Abses dapat memiliki septa atau debris atau gelembung udara.

    Pada CT scan dengan kontras, mikroabses fungal tampak sebagai daerah bulat

    tunggal/multipel dan diskret dengan densitas rendah, berukuran 220 mm. Terdapat

    central enhancement, rim enhancement juga dapat ditemukan.(21)

    (A) (B)

    Gambar 2.3 A. Gambaran roda di dalam roda; B. Gambaran bulls eye; C. Gambaran lesi

    hipoekoik; D. Gambaran fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik posterior.(1, 2)

  • (C) (D)

    2.3.6 Tata Laksana

    Penatalaksanaan abses hepar dapat melalui medikamentosa, drainase

    perkutaneus, dan pembedahan. Terapi utama abses hepar adalah pemberian antibiotik

    dan drainase pus. Pemberian antibiotika sebagai terapi tunggal tidak disarankan,

    meskipun pada abses berukuran

  • Drainase abses dengan guiding USG dapat dilakukan dengan teknik 1 tahap

    maupun teknik bertahap. Pada teknik 1 tahap, kateter ukuran 8F atau 12F dimasukkan

    langsung ke abses. Pada teknik bertahap, jarum introducer dimasukkan ke dalam abses,

    kemudian guiding wire dimasukkan ke dalam introducer tersebut. Jalur tersebut

    kemudian dilebarkan dengan menggunakan dilator. Kemudian kateter dimasukan

    dengan bantuan guiding wire ke dalam abses dan dihubungkan ke kantung drainase.

    Setelah prosedur dilakukan, tanda-tanda vital pasien harus dipantau selama

    minimal 4 jam. Pasien harus tirah baring selama 2 jam, setelah itu pasien diperbolehkan

    untuk turun dari tempat tidur atau minum/makan. Kateter harus dibilas dengan normal

    salin setiap 812 jam untuk menjaga patensi drainase. Sebelum kateter dilepas,

    sebaiknya dilakukan USG kembali. Pembedahan dilakukan bila abses ruptur atau terjadi

    peritonitis, abses multilokuler dengan ukuran >5 cm, pasien tidak respon terhadap

    terapi antibiotik dan drainase perkutaneus, dan apabila juga terdapat kelainan bilier.(3,

    23, 25)

    2.3.7 Komplikasi

    Komplikasi dari abses hepar antara lain sepsis, empiema, dan peritonitis (karena

    abses ruptur).(26)

    2.3.8 Prognosis

    Prognosis abses hepar sangat bervariasi, tergantung kepada besarnya abses dan

    organisme yang terlibat.(4) Diagnosis dini dan drainase perkutaneus dengan panduan

    radiologi mengurangi angka kematian dari 40% menjadi 2%.(21)

  • RANGKUMAN

    Seorang pasien laki-laki berusia 41 tahun datang dengan keluhan nyeri perut

    kanan atas sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan nyeri ulu

    hati, demam, menggigil, penurunan nafsu makan, lemas, dan mudah lelah. Buang air

    besar terakhir 13 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada riwayat kuning, Buang air

    kecil tidak ada keluhan. Per tanggal 20 Agustus 2015, pasien sudah dirawat di RSUD

    Karimun selama 10 hari.

    Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang.

    Tanda-tanda vital dalam batas normal. Kepala, thoraks, dan ekstremitas tidak ada

    kelaianan. Abdomen datar, bising usus dalam batas normal, supel, tidak terdapat nyeri

    tekan pada kuadran atas kanan dan epigastrium, hepar tidak teraba.

    Berdasarkan pemeriksaan laboratorium darah, terdapat hasil leukositosis,

    uremia, dan hipoalbumin. Pemeriksaan urin dalam batas normal. Dalam pemeriksaan

    USG, tampak lesi isohipoekoik heterogen, batas relatif tegas, tepi reguler, dengan edge

    shadowing dan posterior enhancement di segmen 5 hepar. Dalam pemeriksaan CT scan

    dengan kontras didapatkan lesi hipodens bentuk bulat batas tegas dengan rim

    enhancement di segmen 5 dan 6 lobus kanan hepar.

    Pasien diberikan terapi antibiotik ceftazidime 3 x 1 g dan metronidazole 3 x 750

    mg selama 10 hari. Terapi ini kurang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya dilakukan

    drainase perkutaneus dengan guiding USG pada pasien tersebut disertai dengan

    pemberian antibiotik karena ukuran abses pasien >5 cm.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Sergi D, Pietropaolo MD, Tavanti F, al E. Imaging of Candidal Liver Abscess. In: Radiology ESo, editor.: Electronic Public Online System; 2013.

    2. Cornely OA, Bangard C, Jaspers NI. Hepatosplenic candidiasis. Clinical Liver Disease. 2015;6(2):47-50. 3. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop C, Grainger RG, Allison DJ. Grainger & Allison's

    Diagnostic Radiology: Expert Consult: Online and Print: Elsevier Health Sciences UK; 2014. 4. Matthew Andrews FG. Hepatic Abscess [cited 2015 24 September]. Available from:

    http://radiopaedia.org/articles/hepatic-abscess-1. 5. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy: Wolters Kluwer Health; 2013. 6. Curry CV. Differential Blood Count 2015 [updated 14 Januari 2015; cited 2015 12 November].

    Available from: http://emedicine.medscape.com/article/2085133-overview#a1. 7. Farinde A. Lab Values, Normal Adult: Medscape; 2014 [updated 14 Mei 2014; cited 2015 12

    November]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/2172316-overview. 8. Lerma EV, Slivka K. Urinalysis 2013 [updated 8 Januari 2013; cited 2015 12 November 2015]. Available

    from: http://emedicine.medscape.com/article/2074001-overview. 9. Knipe H. Acute Cholecystitis: Radiopedia; [cited 2015 19 November]. Available from:

    http://radiopaedia.org/articles/acute-cholecystitis. 10. Bloom AA. Cholecystitis: Medscape; 2014 [updated 1 April 2015; cited 2015 19 November 2015].

    Available from: http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview. 11. Knipe H. Acute Cholangitis [cited 2015 19 November]. Available from:

    http://radiopaedia.org/articles/acute-cholangitis. 12. Scott TM. Acute Cholangitis Clinical Presentation: Medscape; 2014 [updated 10 November 2014; cited

    2015 19 November]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/774245-clinical. 13. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology: Elsevier Saunders; 2006. 14. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery: Expert Consult

    Premium Edition: Enhanced Online Features: Elsevier Health Sciences; 2012. 15. Peralta R. Liver Abscess: Medscape; 2014 [updated 25 April 2014; cited 2015 24 September]. Available

    from: http://emedicine.medscape.com/article/188802-overview. 16. Krige JEJ, Beckingham IJ. Liver abscesses and hydatid disease2001 2001-03-03 08:00:00. 537-40 p. 17. Heneghan HM, Healy NA, Martin ST, Ryan RS, Nolan N, Traynor O, et al. Modern management of

    pyogenic hepatic abscess: a case series and review of the literature. BMC research notes. 2011;4(1):80.

    18. Tendean N, Waleleng WBJ. Abses Hepar Piogenik. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Penyakit Dalam FK UI.

    19. Cook GC, Zumla A. Manson's Tropical Diseases: Saunders; 2009. 20. Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine,

    18th Edition: McGraw-Hill Education; 2011. 21. Mortel KJ, Segatto E, Ros PR. The Infected Liver: Radiologic-Pathologic Correlation. RadioGraphics.

    2004;24(4):937-55. 22. Peralta R. Liver Abscess Treatment & Management: Medscape; 2015 [cited 2015 19 November].

    Available from: http://emedicine.medscape.com/article/188802-treatment#d7. 23. Liver Abscess: BMJ; 2015 [updated 13 April 2015; cited 2015 19 November 2015]. Available from:

    http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/640/treatment/step-by-step.html. 24. Peralta R. Liver Abscess Medication: Medscape; 2014 [updated 25 April 2014; cited 2015 24

    September]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/188802-medication. 25. Bickle I, Hameed AA. Ultrasound Guided Percutaneous Drainage: Radiopedia; [cited 2015 17

    November]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/ultrasound-guided-percutaneous-drainage.

    26. Peralta R. Liver Abscess Follow-Up: Medscape; [updated 25 April 2014; cited 2015 24 September]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/188802-followup#e3.