Audit Forensik

47
BAB 16 AUDIT INVESTIGASI DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN MELAWAN HUKUM Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah hukum, oleh karenanya akuntan forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai masalah-masalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi. Dalam hal terkait korupsi biasanya tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan memperkaya diri, penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan, penggunaan tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 1, terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. 1. Pasal 2: Memperkaya diri Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara taau perekonomian negara. 2. Pasal 3: Penyalahgunaan wewenang Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saranayang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara 3. Pasal 5, ayat (1), a: Menyuap pegawai negeri Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya 4. Pasal 5, ayat (1), b: Menyuap pegawai negeri Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau

description

asdjksa

Transcript of Audit Forensik

BAB 16AUDIT INVESTIGASI DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah hukum, oleh karenanya akuntan forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai masalah-masalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi. Dalam hal terkait korupsi biasanya tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan memperkaya diri, penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan, penggunaan tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 1, terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

1. Pasal 2: Memperkaya diriSetiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara taau perekonomian negara.2. Pasal 3: Penyalahgunaan wewenangSetiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saranayang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara3. Pasal 5, ayat (1), a: Menyuap pegawai negeriMemberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya4. Pasal 5, ayat (1), b: Menyuap pegawai negeriMemberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan yang bertentangan dengan jabatannya, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya5. Pasal 13: Memberi hadiah kepada pegawai negeriSetiap orang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukantersebut.6. Pasal 5, ayat (2): Pegawai negeri terima suapBagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji7. Pasal 12, a: Pegawai negeri terima suapPegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.8. Pasal 12, b: Pegawai negeri terima suapPegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.9. Pasal 11: Pegawai negeri terima hadiahPegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan secara jabatan.10. Pasal 6, ayat (1), a: Menyuap hakimmemberi atau menanjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.11. Pasal 6, ayat (1), b: Menyuap advokatmemberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advocat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasehat atau pendengar yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.12. Pasal 6, ayat (2): Hakim dan advokat terima suapbagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf a atau advocad yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf b.13. Pasal 12, c: Hakim terima suapHakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.14. Pasal 12, d: Advokat terima suapAdvokat untuk menghadiri sidang, menerima hadiah atau janji. Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan.15. Pasal 8: Pegawai negeri menggelapkan uang/membiarkan penggelapanPegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.16. Pasal 9: Pegawai negeri I memalsukan bukuPegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.17. Pasal 10, a: Pegawai negeri I merusakkan buktiMenggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai jabatannya.18. Pasal 10, b: Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan buktiMembiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.19. Pasal 10, c: Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan buktiMembantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.20. Pasal 12, e: Pegawai negeri memerasPegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.21. Pasal 12, f: Pegawai negeri memerasPegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, atau pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.22. Pasal 12, g: Pegawai negeri memerasPegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.23. Pasal 7, ayat (1), a: Pemborong berbuat curangPemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang.24. Pasal 7, ayat (1), b: Pengawas proyek membiarkan perbuatan curangSetiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau peneyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang.25. Pasal 7, ayat (1), c: Rekanan TNI/Polri berbuat curangSetiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan dalam keadaan perang.26. Pasal 7, ayat (1), d: Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curangSetiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.27. Pasal 7, ayat (2): Perima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curangBagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang.28. Pasal 12, h: Pegawai negeri menggunakan tanah negaraPegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, paahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangann dengan peraturan perundang-undangan.29. Pasal 12, i: Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnyaPegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, u ntuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.30. Pasal 12B jo.12C: Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor ke KPKSetiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnyaSelain ke-30 tindak pidana tersebut juga terdapat tindak pidana lain yang terkait tidak pidana korupsi. Tindak pidana tersebut menurut Undang-Undang Tipikor sebagai berikut. Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi dalam perkara korupsi. Tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu Melanggar KUHP Pasal 220 (mengadukan perbuatan pidana, padahal dia tahu perbuatan itu tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita), Pasal 421 (pejabat menyalahgunakan wewenang, memaksa orang untuk melakukan atau tidak melakukan, atau membiarkan sesuatu), Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk memeraspengakuan atau mendapat keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui kekuasaan ... memaksa masuk ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup ...atau berada disitu melawan hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampaui kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket ... atau kabar lewat kawat).

Konsep dalam KUHP dan KUHAP Alat bukti yang sahPengertian alat bukti yang sah, salah satunya menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu bisa berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik, surat elektronik, telegram, teleks dan faksmile, dan dari dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca atau dikirim, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan/suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memilii makna. Pembalikan beban pembuktianPembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban pembuktian yang tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa. Hal ini diberlakukan pada tindak pidana terkait gratifikasi dan tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak pidana. Gugatan perdata atas harta yang disembunyikanGugatan perdata dapat dilakukan setelah adanya kekuatan hukum tetap oleh pengadilan. Gugatan dilakukan terhadap terpidana atau ahli warisnya apabila masih terdapat harta hasil rampasan atau korupsi. Perampasan harta benda yang disitaDalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi maka hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yang telah disita. Pemidanaan secara in absentiaKarena seringnya koruptor yang melarikan diri dan tiak hadir selama persidangan, sehingga dalam proses hukumnya diberlakukan secara in absentia, yaitu proses mengadili seorang terdakwa tanpa dihadiri oleh terdakwa sendiri sejak mulai pemeriksaan sampai dijatuhkannya hukuman oleh pengadilan. Memperkaya vs menguntungkanIstilah tersebut dalam proses hukum berbeda. Memperkaya bermakna adanya tambahan kekayaan sedangkan menguntungkan bermakna keuntungan materiil dan immateriil. Pembuktian memperkaya lebih sulit daripada menguntungkan. Pidana matiPidana mati merupakan sebuah proses eksekusi mati terhadap terdakwa yangdidasari atas putusan pengadilan. Pidana mati terkait koruptor salah satunya diatur pada pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikatakan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Nullum delictumMaknanya tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, intinya bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan-ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada. Concursus idealis dan concursus realisConcursus idealis (eendaadsche samenloop) yaitu suatu perbuatan yang masuk ke dalam lebih dari satu aturan pidana. Disebut juga sebagai gabungan berupa satu perbuatan yakni suatu perbuatan meliputi lebih dari satu pasal ketentuan hukum pidana. Sistem pemberian pidana yang dipakai dalam concursus idealis adalah sistem absorbsi, yaitu hanya dikenakan pidana pokok yang terberat. Concursus idealis diatur dalam Pasal 63 KUHP. Dalam KUHP bab II Pasal 63 tentang perbarengan peraturan. Concursus realisConcursus realis (meerdaadse samenloop) terjadi apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana (tidak perlu sejenis dan tidak perlu berhubungan). Concursus realis diatur dalam Pasal 65-71 KUHP. Perbuatan berlanjutPerbuatan berlanjut terjadi jika beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, sehingga diterapkan ancaman pidana pokok paling berat. Lepas vs Bebas dari tuntutan hukumPerbedaan dari istilah diatas adalah dalam hal putusan lepas dari segala tuntutan hukum, jaksa penuntut umum dapat melakukan kasasi, namun untuk putusan bebas murni, maka jaksa penuntut umum tidak dapat melakukan kasasi.

BAB 17INVESTIGASI PENGADAAN

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik. Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30 % yang diselesaikan.Pengadaan Publik- Sumber Utama Kebocoran NegaraSecara luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber utama bagi kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia. Namun, suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan bahwa dana publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan. Apabila suatu sistem pengadaan berfungsi baik, dipastikan pembelian barang akan bersaing dan efektif. Supaya berfungsi efektif, suatu rezim pengadaan perlu mencakup ciri-ciri : Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan diantara lain mewajibkan pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran, pengungkapan sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan kontrak, pemberian kontrak yang didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang dinilai paling rendah, pemaparan publik bagi penawaran-penawaran itu, akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan penawar, pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan dan pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh proses tersebut. Kejelasan tentang tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional, termasuk penunjukan tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan, memastikan bahwa aturan-aturan yang ditaati dan mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar. Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal,badan ini jangan bertanggung jawab pula untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung jawabnya. Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan, dan fungsi tidak ada artinya. Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan memulai tindakan terhadap mereka yang melanggar aturan-aturan. Pemerintah perlu menetapkan mekanisme-mekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari para pegawai. Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.

Faktor Penyebab Kerangka Akuntabilitas Untuk Pengadaan GagalKerangka akuntanbilitas untuk pengadaan public di Indonesia cacat dalam beberapa hal : Kerangka hukum cacatKeppres (UU No. 18/2000) mempunyai kelemahan-kelemahan lain yang berupa memungkinkan kebijaksanaan cukup besar untuk menghindari pengadaan kompetitif melalui belanja serta pengontrakan langsung, tidak mewajbkan lelang dan pemberian kontrak yang dipublikasikan secara luas, gagal mengunci prosedur-prosedur bagi penawar yang kecewa untuk mendaftarkan keluhan, dan tidak mewajibkan sanksi-sanksi wajib terhadap perusahaan-perusahaan yang ditemukan terlibat dalam kolusi atau mal praktik lainnya.

Pemerintah tidak terorganisasi untuk menangani pengadaanPemerintah tidak mempunyai badan yang jelas harus bertanggung jawab untuk kebijakan dan pematuhan pengadaan publik. Pengadaan itu sendiri terutama dikelola oleh manajemen proyek (Pimpro). Insentf-insentif terdistorsiAkibat pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka insentif melenceng jauh sehingga tidak ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan tidak ada hukuman untuk korupsi. Baik Pimpro maupun anggota panitia lelang menghadapi insentif-insentif kuat untuk berpartisipasi dalam korupsi dan kolusi. Pengadaan dilakukan di balik pintu tertutupSebagian besar proses tersebut berlangsung di balik pintu tertutup. Hasil-hasil penawaran berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak diumumkan. Pengauditan LemahAuditor Pemerintah kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Keengganan untuk menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negeri yang ketahuan berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak ada mekanisme penegakan.

Kententuan Perundangan-UndanganKetentuan perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan APBN dan APBD terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Keputusan presiden ini telah diubah beberapa kali sebagai berikut: dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005, dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005. Tujuan dikeluarkannya ketentuan perundangan adalah agar pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN/APBD dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan Pelayanan Masyarakat.Dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang memerlukan penyedia barang/jasa dibedakan menjadi empat cara yaitu pelelangan umum, pelelangan terbatas pembelian langsung, dan penunjukan langsung.

Investigasi PengadaanCara investigasi diterapkan dalam pengadaan yang menggunakan sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya ada tiga tahapan berikut : Tahap pretender (presolicitation phase) Tahap penawaran dan negosiasi (solicitation and negotiation phase) Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif (performance and administration phase)

BAB 18COMPUTER FORENSICS

Computer forensics adalah penerapan teknik-teknik analitis dan investigtif untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa, dan melidungi (preserve) bukti atau informasi digital.Proses hukum yang mengisyaratkan adanya tindak pidana, sengketa perdata, dan hukum administrative meskipun lingkup yang popular adalah tindak pidana yang dikenal sebagai cyber crime, diantaranya: Penyalahgunaan dan penipuan melalui internet Pemerasan Pengungkapan rahasia perusahaan Kegiatan mata-mata industry (industrial espionage) Penyimpanan informasi berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan

kejahatan Ada tiga langkah utama dalam computer forensic, yaitu:

ImagingSecara sederhana, suatu alat dihubungkan ke salah satu communication port (biasanya parallel port atau scsi port) dan alat ini akan merekam seluruh data yang ada pada electronic stroge media (seperti hard disk) dalam computer secara lengkap, tidak kurang tidak lebih. Hard disk terkadang dilepas dari rumah computer (computer housing). Dikopi secara lengkap, byte-byte copy atau mengopi byte demi byte, tanpa ada yang ditambah atau dikurangi. Hal ini penting di pengadilan dan ketika computer forensic specialist

ProcessingSesudah mendapat bayangan cermin dari data aslinya, citra atau image ini harus diolah untuk memulihkan file yang terlanjur dihapus (deleted) atau yang ditulisi kembali (overwritten) dengan current file. Dengan memulihkan image hasil kopian, files dan folders akan tampil seperti pada media penyimpanan data yang asli.Perlu dijelaskan penyebab computer umumny tidak menghapus file ketika kita memberi perintah delete. Di bagian awal suatu hard disk, terdapat index dari lokasi semua file pada disk tersebut. Index ini, juga dikenal sebagai file allocation table, member tahu kepada operating system (seperti windows) di bagian mana dari disk suatu file berada. Ketika kita memanggil suatu file, petunjuk atau identifier yang ada bagian atas file akan diakses sesuai dengan tempatnya dalam index.Ketika kita memberi perintah delete, yang sesungguhnya terjadi adalah entry pada index dihapus sehingga computer tidak lagi dapat mengakses file tersebut. Juga computer mengerti bahwa ruang atau space yang tadi teisi dengan file yang kita delete, sekarang boleh diisi dengan file baru, atau dalam bahasa inggris: is now available to be overwritten.Ada program yang benar-benar men-delete dan langsung overwritte suatu file baru di lokasi tempat file lama berada. Namun, program ini tidak umum umum atau tidak digunakan dengan tepat. Dari sudut security, cara yang paling aman menghancukan data sensitive pada hard disk adalah menghancurkan data sensitive apad hard disk adalah menghancurkan hard-disk secara fisik.

AnalyzingPada langkah ketiga ini memerlukan keahliannya, kreativitasnya, dan penerapan gagasan orisinal. Ketiak memeriksa current file, yang sering menjadi perhatian adalah nama file, seperti nama-nama seksi untuk bahan pornografi; dewa perang untuk penyelundupan senjata, warna-warni untuk uang suap kepada pimpinan partai, bahkan istilah yang menunjukan jabatan seorang pejabat sipil atau militer dalam kasus korupsi.Semua file dalam langkah ketiga (analyzing) ini diupanyakan membangun fraud theorynya. Inilah yang dilakukan oleh penyidik dalam kisah-kisah detektif di awal bab ini.Seperti penyidik pada umunya, ahli computer forensics mencari bukti kejahatan. Perlindungan terhadap bukti dan barang bukti sangat penting. Computer forensics specialist akan bekerja dengan kehati-hatian professional untuk memastikan:1. Tidak ada kemungkinan bukti menjadi rusak, dihancurkan, atau tidak lagi murni (compromised) karena prosedur yang diguanakn dalam investigasi.2. Tidak ada kemungkinan masuknya (atau dimasukannya) computer virus sejak kedatangan penyidik.3. Semua bukti yang diperoleh ditangani sedemikian rupa sehingga terlindug dari kerusakan mekanis dan kerusakan electromagnetic4. Ada mata rantai penyimpanan, pengawasan, dan dokumentasi yang berkesinambungan atas bukti dan barang bukti.5. Kalau tidak dapat dihindari, terhentinya kegiatan usaha ditekan serendah mungkin.6. Semua informasi rahasia yang dilindungi oleh undang-undang (seperti clientattorney information di Amerika Serikat dan informasi yang diperoleh seorang pastor Katolik dari pengakuan dosa umatnya, menurut (KUHAP) tidak boleh disadap. Kalau hal itu terjadi tidak sengaja, maka penanganan informasi itu harus dilakukan secara hukum dan memperhatikan segi etika.Secara lebih spesifik, computer forensic specialist menentukan bukti yang mungkin terkandung dalam system computer dan berupaya untuk mendapatkannya (retrieve) dengan:1. Melindungi seluruh system computer yang menjadi subyek pemeriksaan forensiknya dari segala perubahan, perusakan, kerusakan, korupsi data atau kemasukan dan pemasukan virus.2. Menemukan semua files yang terdiri atas files yang terlihat di monitor, files yang sudah di-delete tetapi masih ada, files yang tersembunyi (hidden files), files yang dilindungi dengan password, dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)3. Memulihkan sedapat mungkin, semua files yang ditemukan4. Mengungkapkan isi dari files yang tersembunyi dan temporary files (file sementara) swap files (file yang dipertukarkan) yang diguanakan oleh program aplikasi dan operating system.5. Mengakses, kalau bisa dan kalau tidak melawan hukum; files yang dilindugi dengan password, dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)6. Menganalisis semua data relevan yang mungkin ada. Ini lazimnya ditemukan pada area khusus di disk yang tidak dapat diakses dengan cara biasa. Area ini meliputi, tetapi tidak terbatas kepada unallocated space pada disk (berisi area yang dahulunya tempat penyimpanan data lama yang bisa merupakan bukti penting).dan slack space dalam file (area tersisa pada akhir pada akhir file atau pada disk cluster terakhir di-assigned, yang sekarang ini tidak terpakai lagi, tetapi merupakan tempat yang diadakan untuk menyimpan data atau bukti penting).7. Mencetak hasil analisis yang menyeluruh mengenai system computer yang diperisa, daftar dari semua file yang relevan dan data relevan yang ditemukan; systems layout, files structures, infomasi yang mencantumkan pengarang atau pembuatnya, catatan mengenai upaya menyembunyikan (hide), menghilangkan (delete), melindungi (protect), member sandi (encrypt), dan segala sesuatu yang yang terungkap yang kelihatannya relevan dlam pelaksnaan computer forensics.8. Memberikan konsultasi sebagai seorang ahli bidang computer forensics dan kesaksian pengadilan.

Siapa yang dapat memanfaatkan bukti forensic computer? Pemaainya umumnya sama dengan pemakai jasa akuntansi forensic.1. Para penyidik (dalam upaya penggeledahan dan penyitaan) dan penuntut umuum dalam kasus pidana.2. Litigasi dalam kasus perdata.3. Perusahaan asuransi yang berusaha menghentikan klain karena adanya unsure fraud4. Perusahaan yang menangani perkara tuduhan pelecehan seksual di tempat kerja, asset misappropriation termasuk rahasia dagang, korupsi, dan informasi konfidensial lainnya.5. Individu dalam kasus perceraian dan pelecehan seksual.

Spesifikasi dari disk imaging toolPeralatan computer forensics yang canggih, akurat, dan andal mutlak diperlukan dalam menginvestigasi kejahatan yang melibatkan computer. Di Amerika Serikat, NIST (the Natioal Institute of Standards and Technology) mengatur dan memberikan peujuk yang memberikan keyakinan terhadap perangkat lunak yang digunaan dalam investigasi forensik. NIST menyiapkan penegak hukum dengan segala wewenang untuk menentukan apakah perangkat lunak yang dirancang memang boleh diterpkan untuk tujuan yang ditetapkanNIST misalnya, menerbitkan dokumen yang menjadi bahan tulisan ini. Dokumen tersebut memerinci persyaratan dari alat- alat pencitraan cakram digital (disk imaging tool) yang digunakan dalam investigasi forensic dan metode pengujian untuk memastikan bahan alat-alat itu memenuhi syarat.Dokumen NIST itu menetapkan lingkup dari spesifikasi yang dibahasnya, yakni terbatas pada software tools yang mengopi atau membuat pencitraan (image) hard disk drives saja. Spesifikasi itu tidak meliputi software tools yang membuat pencitraan dari emovable media seperti floppy disks atau zip disks, analog media, dan digital media lainnya seperti telepon selular dan pegers.Persyaratan Yang Wajib Dipenuhi (Mandatory Requirements)Persyaratan berikut ini wajib dipenuhi oleh semua disks imaging tools (disingkat DIT)1. DIT tidak boleh mengubah objek aslinya2. Kalau tidak ada kesalahan (eror) dalam mengakses objek aslinya, maka DIT akan menghasilkan bit-stream duplicate atau bit-stream image dari aslinya3. Kalau kesalahan input/ output (I/O errors). Maka DIT akan menghasilkan qualified bit-stream duplicate atau qualified bit-stream image dari aslinya. Tempat yang diidentifikasi mengandung kesalahan akan di-replace dengan nilai yang ditentukan oleh dokumentasi dalam DIT.4. DIT akan membuat daftar (log) dari semua kesalahan input/output (I/O errors ) dalam bentuk yang dapat diakses dan dibaca, termasuk jenis da lokasi kesalahan.5. DIT dapat dapat mengakses disks drivesmelalui atau lebih inefaces yang ditentuakan.6. Dokumentasi berkenaan dengan persyaratan wajib (mandatory requirements) harus benar. Artinya, sepanjang seluruh prosedur DIT menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dokumentasi harus dianggap benar.7. Kalau DIT mengopi sumber (source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih besar dari sumbernya, maka DIT akan mendokumentasikan is dari area yag tidak merupakan bagian dari copy-an8. Kalau DIT mengopi sumber (source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih kecil dari sumbernya, maka DIT akan member tahu si pemakai (user), memotong (truncate) kopiannya, dan membuat log (catatan) tentang apa yang dilakukannya.

Cloning Atas Data Dalam PonselAlat untuk meng-clone data dalam telepon selular dipakai untuk mengambil (extract) data seperti daftar nomor telepon (phonebook), citra atau image berupa gambar dan videos, pesan-pesan (text messages), daftar telepon masuk dan keluar (call logs), dan informasi mengenai identitas ponsel tersebut (IMEI-International Mobile Equipment Indentification atas ESN-Electronic Serial Number)Disamping data yang disebut di atas, perlatan ini juga dapat meng-extract pesan-pesan yang sudah dihapus (deleted text messages), rekaman audio dan video, serta ringtones.Seperti halnya dengan data imaging atau data cloning untuk data di hard disk, data dalam ponsel hanya dibaca, tanpa modifikasi apa pun sesuai standar industry di Amerika Serikat untuk keperluan pengadilan

Mengenali Bukti DigitalComputer dan media digital semakin sering dimanfaatkan dalam kegiatan melawan hukum. Ia bisa menjadi alat atau sarana kejahatan (misalnya penggunaan telepon selular untuk memeras), hasil kejahatan (misalnya informasi digital hasil curian), atau sebagai sarana penyimpan informasi mengenai kejahatan.Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sederhana berikut ini akan dapat menentukan yang sebenarnya peranan computer dalam kejahatan1. Apakah computer digunakan untuk penyeludupan informasi atau merupakan hasil kejahatan? Misalnya, dalam pencurian perngkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)2. Apakah system computer digunakan untuk kejahatan. Pelaku menggunakan system computer secra aktif untuk kejahatan, seperti identitas palsu atau identitas asli (password) yang dicuri , downloading dari informasi yang tersimpan dalam system atau data base, dan lain-lain3. Ataukah computer hanya digunaan untuk menyimpan data, misalnya nama, alamat, perincian kontrak-kontrak yang dibuat dengan para penyuplai yang memberikan uang suap atau kickback4. Apakah computer digunakan dalam kejahatan, sekaligus untuk menyimpan informasi. Misalnya, computer hacker yang menyerang system dan data base dari penerbit kartu kredit untuk mencuri informasi mengenai mengenai kartu kredit pelanggan. Hacker ini juga menyimpan informasi hasil curiannya dalam computer atau media digital.Setelah mengetahui peranan computer dalam kejahatan, pertanyaan penting berikut harus dijawab.1. Apakah ada alasan untuk meyita perngakat keras?2. Apakah ada alasan untuk menyita perangkat lunak?3. Apakah ada alasan untuk menyita data?4. Di mana penggeledahan akan atau harus dilakukan?

a. Misalnya, apakah lebih praktis melakukan penggeledahan di mana system computer berada atau di lapangan? Contoh: system computer berada di Jakarta, tetapi tempat yang dicuragai berada di lading-ladang minyak yang tersebar.b. Apabila penegak hukum menyita system dan membawanya pergi dari lokasi semula, apakah system tersebutDisamping computer yang menyimpan data dan informasi digital, ada beberapa peralatan elektronis yang kita gunakan sehari-hari yang juga menyimpan informasi digital.1. Telepon nirkabel (wireless telephones) Telepon nirkabel menyimpan data berikuta. Nomor telepon yang dihubungib. Nomor telepon yang disimpan untuk akses cepat (speed dialing)c. Caller ID untuk telepon yang diterimad. Informasi lain yang tersimpan dalam memori dari telepon nirkabel:1) Nomor telepon atau pager2) Nama dan alamat3) Nomor PIN4) Nomor akses voice mail5) Kode voice mail6) Nomor debit cards7) Nomor calling cards8) Informasi mengenai akses ke e-mail atau Internet9) Kalau ada layar, maka nformasi tampilan di layar (on screen image) bisa berisi informasi penting lainnya

2. Alat penyeranta (electronic paging device)Berikut bukti-bukti digital yang mungkin tersimpan dalam pesawat penyerantaa. Data yang tersimpan dalam bentuk angka (untuk penyeranta yang disebut numeric pagers komunikasi dilakukan hanya dalam bentuk angka atau kode)b. Data yang tersimpan dalam bentuk angka dan huruf (untuk penyeranta yang disebut alpha numeric pagers komunikasi dilaukan dalam angka, huruf, dan teks penuh atau full text).c. Voice pagers dapat mengirimkan komunikasi suara, terkadang sebagai tambahan atas komunikasii alpha numeric.d. Pesan-pesan masuk dan keluar dalam 2-way pagers atau penyeranta dua arah

3. Mesi faksAlat ini bisa berisi nomor telepon dan informasi mengenai pelanggan telepon dari telepon yag masuk. Gangguan atau terputusnya arus listrik dapat menyebabkan hilangnya data apabila tidak dilindungi degan baterai pedukung. Dokumentasikan semua data yang tersimpan sebelum penyitaan atau sebelum kemungkinan hilangnya data.Mesin faks dapat menyimpan informasi berikuta. Daftar nomor telepon yang dapat dihubungin dengan dial cepatb. Faks masuk dan keluar yang tersimpa secara digitalc. Catatan mengenai faks masuk dan keluard. Judul di fakse. Setelan waktu

4. Kartu cerdasKartu cerdas, lazimnya seukuran kartu kredit, dilengkapi dengan chip atau microprocessor yang menyimpan sejumlah nilai uang dan informasi lain. Kartu cerdas ini digunakan untuka. Pembayaran transaksi pada point off sale, misalnya utuk pulsa teleponb. Pembayaran antar pemegang kartu cerdasc. Melakukan pembayaran untuk transaksi internetd. Kemampuan ATMe. Kemampuan menyimpan data dan file lainnya, seperti pada disk computer

5. Lain-lainPemebahasan di atas yang diambil dari United States Secret Service hanyalah mengenai informasi digital dalam beberapa peralatan sederhana yang digunakan sehari-sehari. Secara terpisah, akan dibahas cloning dari data digital yang tersimpan dalam hard disk suatu computer.

Perspektif Hukum dari Bukti Digital Penanganan Perangkat Keras dan LunakPenyidikan yang diarahkan kepada perangkat keras secara konseptual tidaklah sulit. Seperti halnya pemeriksaan terhadap senjata yang dipakai dalam kejahatan, perangkat keras merupakan benda berwujud. Benda-benda menggunakan ruang dan dapat dipindahkan dengan cara-cara yang kita kenal secara tradisional. Penyelidikan terhadap data, informasi, dan perangkat lunak lebih rumit dari pemeriksaan perangkat keras.Karena itu, untuk memudahkan pembahasan, jenis pemeriksaan dibedakan antara: ( a ) pemeriksaan di mana informasi yang dicari ada pada komputer di mana pemeriksaan dilakukan, dengan ( b ) pemeriksaan atas informasi yang disimpan off-site di tempat lain di mana komputer digunakan untuk mengakses data.

Informasi Hasil KejahatanInformasi hasil kejahatan bisa berupa penggandaan perangkat lunak dengan pelanggaran hak cipta atau harta kekayaan intelektual dan pencurian informasi perusahaan atau negara yang dirahasiakan. Karena itu, teori dan praktik yang berlaku untuk penyitaan benda berwujud lazimnya juga berlaku untuk informasi yang merupakan hasil kejahatan.

Informasi sebagai Instrumen KejahatanDalam hal tertentu, informasi dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk melakukan kejahatan, misalnya perangkat lunak yang dirancang khusus untuk membuka kode atau password, atau untuk memperoleh daftar nomer kartu kredit yang hilang dicuri.Apabila secara wajar, informasi tersebut patut diduga telah atau dapat digunakan sebagai instrumen kejahatan, penyidik boleh atau dapat menyitanya.

Informasi sebagai Bukti KejahatanSecara umum, di Amerika Serikat, informasi sebagai instrumen kejahatan. Sementara itu, informasi sekedar sebagai bukti diperlakukan sebagai tidak dapat disita. Dengan perkembangan ini, pengakuan bahwa dokumen dan informasi lain yang mengkaitkan perbuatan tersangka dengan kejahataannya umumnya harus dilihat sebagai bukti kejahatan dan bukan instrumen kejahatan. Bukti kejahatan bisa berupa cetakan (hard copy printouts). Bukti ini (kalau ada atau ditemukan berada dalam tangan si pelaku) merupakan bukti yang penting. Misalnya pelaku mengaku ia buta komputer, tidak tahu isi dari data base. Fakta bahwa dia mempunyai hard copy printouts merupakan bantahan terhadap ketidakmampuannya menggunakan informasi dalam data base. Bukti kejahatan lainnya adalah catatan yang dibuat berupa tulisan tangan yang ada did dekat komputer atau peralatan elektronis lainnya, seperti catatan mengenai password atau sandi-sandi yang dapat memberi petunjuk, daftar nama rekan-rekan yang ikut dalam kejahatan, atau daftar nama korban, dan seterusnya.

Data Mining atau Penambangan DataSalah satu definisi data mining adalah the extraction of hidden predictive information from large database. Yang mengandung beberapa unsur berikut:1. Dalam data mining, terdapat sesuatu yang diekstraksi atau ditarik ke permukaan.2. Yang diekstraksi adalah hidden predictive information atau informasi tersembunyi yang bersifat prediktif. Kemamuan mengekstraksi informasi seperti inilah yang membuat data mining menjadi suatu teknologi yang sangat ampuh, misalnya sebagai alat marketing atau investigasi.3. Data yang ditambang ini berada dalam data base yang sangat besar. Data base yang besar ini dapat digabungkan dengan data base besar lainnya, misalnya yang berisi semua transaksi yang mencurigakan menurut undang-undang tindak pidana pencucian uang. Dari data base ini saja, penyidik akan dapat menambang banyak informasi.Date base yang besar itulah yang membuat data yang berlimpah menjadi informasi yang seolah-olah tersembunyi, yang hanya bisa diangkat ke permukaan (diekstraksi) dengan menggunakan perangkat lunak. Umumnya, dikenal perangkat luank yang sifatnya rerospektif, orientasinya adalah pada data yang lalu. Informasi prediktif melihat tren ke depan, mencoba memprediksi apa saja yang bakal terjadi.

Perkembangan Data MiningPada perkembangan terakhir, kemampuan teknologi untuk menagrungi samudera data dalam real time. Data mining melanjutkan proses evaluasi ini: bukan sekedar pengaksesan data secara retrospektif, tetapi harus berkembang sampai pengaksesan dan navigasi data untuk penyampaian informasi yang prospektif dan proaktif. Data mining siap untuk aplikasi bisnis, termasuk investigasi karena didukung oleh tiga teknologi yang saat ini sidah matang, yaitu teknologi untuk mengumpulkan data secara besar-besaran, adanya multiprocessor computers yang sagat tangguh, dan tersedianya data mining algorithms.

Tabel 1Empat Evolusioner Data MiningLangkah-langkahTeknologi

Evolusioner(Enabling Technologies)Product ProvidersKarakteristik

Data CollectionComputers, tapes, diskIBM, CDCRetrospective,static

(1960-an)data delivery

Data AccessRelational databasesOracle,Sybase,Retrospective,dynamic

(1980-an)(RDBMS), Structured QueryInformix,IBM,data delivery at record

Language (sql), ODBCMicrosoftlevel

Data Warehousing &On-Line analytic processingPilot,Comshare,Retrospective,dynamic

Decision Support(OLAP), multidimensionalArbor,Cognos,data delivery at record

Microstrategymultiple level

(1990-an)

Databases, data warehouses

Data MiningAdvanced algorithms,Pilot,Locheed,Prospective, proactive

(Berembang terusMultiprocessorcomputers,IBM,SGI,information delivery

massive databasebermacam-macam

Sampai sekarang)perusahaan baru

Lingkup Data MiningDengan database yang cukup besar dan bermutu baik, data mining memberikan peluang dalam investigasi melalui kemampuan berikut.1. Automated prediction of trends an behavoiurs. Data mining memproses pencarian informasi prediktif secara otomatis dalam databases yang besar.2. Automated discovery of previously unknown patterns. Data mining tools seperti meyapu database dan mengidentifikasi hidden patterns (pola-pola tersembunyi) yang tidak diketahui sebelumnya, dalam satu langkah saja.Teknik-teknik data mining memberi manfaat yang besar, baik untuk software platforms dan hardware platforms yang ada sekarang, maupun dalam sistem yang baru dengan berkembangnya platforms dan produk baru. Data mining tools yang diimplementasi pada sistem pengolahan paralalel dengan kinerja yang tinggi mampu menganalisis database maha besar dalam hitungan menit. Dengan pengolahan data yang lebih cepat, para pemakai dapat melakukan eksperimen secara otomatis dan langsung dengan model yang lebih banyak untuk mengerti dan menafsirkan data yang begitu rumit dan banyak. Selanjutnya, database yang besar cenderung membuat presiksi yang lebih baik.

Bagaimana Data Mining BekerjaData mining sebenarnya menjembatani dua teknologi, yaitu teknologi yang berkenaan denagn informasi skala besar dengan teknologi yang berkenaan dengan sistem transaksi dan analitikal. Kedua teknologi ini berkembang dan dikembangkan secara terpisah, dan data mining menjadi mata rantai yang menghubungkan keduannya. Data mining software menganalisis hubungan dan pola dalam data transaksi yang dismpan secara elektronis melalui open-ended user queries. Perangkat lunak analitikal bermacam-macam: statistical, machine learning, dan neural networks. Perangkat lunak ini umumnya mencari hubungan erikut.1. Classes: data digunakan untuk menentukan suatu atau beberapa kelompok yang mempunya karakteristik tertentu.2. Clusters: data items dikelompokkan menurut hubungan yang logis antara prefensi tertentu.3. Associations: data juga dapat ditambang untuk menunjukan adanya keterkaitan.4. Sequential patterns: data juga ditambang untuk mengantisipasi perilaku dan trens. Ini merupakan langkah lanjutan dari clusters dan associations tadi.Data mining terdiri atas ima unsur besar berikut.1. Menyarikan, mengubah, dan mengirimkan (extract, transform, dan load) data transaksi ke data warehouse system.2. Menyimpan dan mengelola (store dan manage) data tersebut multidimensional database system.3. Memberikan data acces kepada business analysts dan information technology professionals, termasuk investigator dan computer financial spesialist.4. Menganalisis data dengan perangkat lunak aplikasi.5. Menyajikan informasi dalam format yang tepat guna, seperti gambar, grafik, tabel, dan sebagainnya. Berikut berbagai tingkat analisis yang dapat digunakan.1. Artificial neural networks: model-model prediktif non-linier yang belajar melalui pelatihan dan menyerupai jaringan syaraf biologis dalam strukturnya.2. Genetic algorithms: Teknik-teknik optimisasi yang menggunakan proses seperti genetic combination, mutation, dan natural seection dalam rancangan yang didasarkan atas konsep evolusi alamiah.3. Deciaion tress: pengungkapan struktur yang berbentuk pohon untuk menggambarkan suatu atau beberapa set keputusan. Keputusan-keputusan ini akan menghasilkan aturan untuk mengklasifikasika suatu dataset.4. Nearest neighbor method: teknik ini menghasilkan setiap record dalam dataset berdasarkan kombinasi kelompok record k di mana k record mempunyai ciri yang paling serupa dalam historical dataset. Teknik ini terkadang juga disebut k-nearest neighbor technique.5. Rule induction: penemuan rumusjika-maka yang relevan dari dataset berdasarkan signifikansi statistikal.6. Data visualization: merupakan interprestasi dengan penginderaan mata dari hubungan yang rumit dalam data multidimensional. Untuk menggambarkan hubunagn ini, peralatan grafis lazimnya digunakan.

Infrastruktur Teknologi Apa yang DiibutuhkanSekarang, data mining applications tersedia dalam sistem untuk semua ukuran bagi mainframe, client/server, dan PC platforms. Terdapat dua hal kunci yang menetukan teknologi, yaitu besarnya database dan rumit atau kompleksnya serta besarnya queries(pertanyaan yang akan diajukan si pemakai dalam memprobe data).

Suatu Arsitektur untuk Data MiningUntuk menerapkan tenik-teknik data mining yang mutakhir denagn baik, peralatan ini sebaiknya terintegrasi penuh dengan data warehouse dan alat analisis bisnis interaktif. Banyak data mining tools yang beroperasi di luar data warehouse sehingga membutuhkan langkah-langkah tambahan untuk data extracing, dan importing, dan data analyzing. Ketika ada insight baru yang memerlukan implementasi operasioanl, alat yang terintegrasi dengan warehouse memudahkan aplikasi dari apa yang diahasilkan dari data mining.

Data Interrogation (Interogasi Data)Dalam data interrogation, seorang investigator (auditor) menganalisis data yang tersimpan dalam bermacam-macam media penyimpanan data untuk menemukan sesuatu yang dicarinya. Tidak berbeda dengan seorang auditor yang dalam sistem manual, misalnya mencari apakah ada faktur penjualan ganda. Hanya saja data, data tersimpan secara digital, tidak langsung dapat dibaca, dan jumlahnya banyak. Disinilah peluang untuk menggunakan perangkat lunak untuk melakukan data interrogation. Perangkat lunak semacam ACL dapat membantu kita memilih kolom-kolom dari spread sheet, tanpa mengganggu integritas data. Perangkat lunak membantu auditor atau investigator melakukan data interrogation atau menimba data yang diperlukan dari sumur yang besar dan dalam.Sebelum perangkat lunak menghasilkan informasi, investigator sudah harus merancang bentuk dari laporan yang diinginkannya. Tidak jarang, investigator harus mengubah pertanyaan yang diajukannya.Karena itu, perangkat lunak mendokumentasikan seluruh langkah ini yang disebut command log. Perangkat lunak mendokumentasikan seluruh langkah ini dalam apa yang disebut command log. Perangkat lunak berikut dapat melakukan data interrogation lainnya yang berguna untuk audit atau investigation lainnya yang berguna untuk audit dan investigasi.1. Meng-extract data tertentu. Contohnya pada investigasi utang, data yang di extract adalah nama penyuplai, alamat penyuplai, tanggal dan jumlah invoice, serta tanggal pembayaran. Dalam file utang, data tersebut disebut record atau field seperti kolom dalam spread sheet.2. Meng-export record yang kita pilihuntuk menciptakan file baru yang akan kita gunakan dengan program lain seperti Word atau Excel.3. Men-short data, misalnya Sort menurut nama kota menunjukan ada puluhan penyuplai di suatu kota yang memenuhi persyaratan tender pengadaan pemerintah. Namun, hanya dua dari mereka yang mengikuti tender tersebut.4. Meng-classify dan men-summarize. Contoh classify: dari buku pembelian diketahui pembelian per transaksi lengkap dengan nomor faktur dan nilai perfaktur. Kitabisa meng-classify data pembelian untuk tahun 2006, misalnya menurut penyuplai. Kita akan mendapat banyaknya (lembar) dan nilai total faktur dari setiap penyuplai, dengan angka persentase (lembar dan nilai faktur).Men-summarize. Contoh: persediaan suku cadang di suatu perusahaan penerbangan terdiri atas jutaan item dengan nilai total hampir mencapai triliunan rupiah. Kitabisa men-summarize persediaan ini berdasarkan nilai per unit. Hasil summarize menunjukan dua ekstrim. Pertama, ada beberapa item yang niali per unitnya miliaran. Secara total, mereka meliputi 40% dari nilai total persediaan. Kedua, ada jutaan item yang nilai per unitnya hanya ratusan ribu rupiah, dan secara total meliputi 35% dari nilai total persediaan. Sementara itu, persediaan lainnya terletak di antara kedua ekstrim.6. Men-stratify. Contoh: direktorat Jenderl Pajak ingin mnstratifikasi para pembayar pajak penghasilan di seluruh indonesia. Data pembayaran pajak dapat distratifikasi, misalnya berdasarkan income tax bracket atau kelompik penghasilan yang mempunyai tarif pajak tersendiri.7. Melakukan analisis umur (aging analysis). Contoh analisis umur piutang, utang, persediaan barang, dan lain-lain.8. Menggabungkan files, istilah tekns yang dipakai bisa bermacam-macam, seperti joining, relating, merging, dan lain-lain. Menggabungkan files memungkinkan kita menghubungkan data yang berada dalam beberapa files sehingga kita mempunyai lebih banyak data untuk di-manipulasi lebih lanjut. Dalam menggabungkan files, juga ada kemungkinan data terkait tidak diperoleh dalam files lainnya. Unmatched records ini bisa kita teliti lebih lanjut. Contoh dari suatu current file yang akan digabung dengan master file ditemukan puluhan penyuplai yang aktif memasok barang, tetapi mereka tidak mempunyai data dasar dalam master file.9. Melakukan sampling. Dari data yang banyak, perlu diambil contoh (samples) untuk diperiksa. Hasil pemeiksaan sample dipakai untuk menarik kesimpulan mengenai seluruh data (population). Perangkat lunak dapat digunakan untuk emlakukan sampling dengan bermacam teknik,s eperti random sampling, statistical sampling dan lain-lain. Dalam statistical sampling, kita juga dapat menaksir jumlah kesalahan (error) dalam population dengan mengevaluasi kesalahan dalam sample.10. Melakukan digital analysis berdasarkan Benfords Law. Ini adalah data interogasi yang ampuh, tetapi hampir tidak dikenal apalagi diprakktikan di Indonesia. Hal ini akan dijelaskan dengan contoh pengungkapan fraud melalui mark-up.

Analisis dengan Menggunakan BenfordS LawFrank Benford, seorang ahli fisika yang bekerja di GE Research Laboratories, New York membuat pengamatan sederhana pada tahun 1920-an. BenfordS Law sangat membantu auditor pada umumnya dan investigator pada khususnya dalam melihat indikasi terjadinya fraud dari suatu daftar bilangan.

Perangkat lunak yang meneydiakan Benford analysis memungkinkan investigator memusatkan perhatian pada potensi penyimpangan atau anomali. Perangkat lunak ini tidak membuktikan bahwa fraud memang terjadi. Ia hanya menunjuk pada hal-hal yang perlu pengkajian lebih lanjut atas dasar perhitungan-perhitungan satistik. Terdapat perangkat lunak dengan fungsi BenfordS Law yang membaca nilai dalam kolom yang kita temukan, dan memeberi tahu apakah deretan bilangan wajar dalam suatu daftar yang menyerupai naturally occuring data. Makin banyak jumlah bilangan, makin banyak BenfordS Law berfungsi. Perangkat lunak menyediakan pengjian digit pertama (first-digit test), digit kedua (second-digit test), dan pengujian dua digit pertama (first-two-digits test). Pengujian atas digit pertama (first-digit test) digunakan untuk menentukan kelayakan (reasonableness) data yang akan diuji. Artinya, apakah data yang kita periksa umumnya memenuhi norma (BenfordS Law) atau perlu dikaji lebih mendalam. Perangkat lunak ini menunjukan hal dalam angka dan grafik.

BAB 19 WAWANCARA DAN INTEROGASI

WawancaraWawancara bersifat netral dan tidak menuduh, dengan tujuan mengumpulkan informasi (Tuanakotta:2007). Auditor Investigatif selama melakukan wawancara harus mengumpulkan informasi yang penting bagi investigasinya dan informasi mengenai perilaku dari orang yang diwawancarai (behavioral information), seperti: perilaku orang yang diwawancarai pada waktu menjawab pertanyaan, bagaimana cara duduknya, kontak mata dengan yang mewawancarai, ekspresi wajahnya, cara memberikan jawaban, pilihan kata atau kalimat, hal itu semua dapat memberi petunjuk apakah orang yang diwawancarai jujur atau tidak. Pada akhirnya pewawancara harus menilai kredibilitas dari jawaban yang diberikan oleh orang yang diwawancarai melalui evaluasi atas sikapnya selama wawancara, seiring dengan penilaian atas substansi informasi yang diberikan. Pada umumnya wawancara yang dilakukan oleh auditor investigatif apabila bukti-bukti sudah terkumpul, namun kadang-kadang wawancara sudah dimulai pada saat gambaran kasar tentang suatu kasus sudah dimiliki dengan asumsi bahwa wawancara adalah untuk mengumpulkan/menambah informasi.Seringkali wawancara disinonimkan dengan interogasi, tetapi sebetulnya sangat berbeda karena interogasi bersifat menuduh, dilakukan dengan persuasi yang aktif, dengan tujuan untuk mengetahui yang sebenarnya. (Tuanako tta:2007). Tetapi dalam audit investigasf lebih cenderung menggunakan wawancara dalam mengumpulkan informasi dan meyakinkan bukti-bukti audit. Dalam wawancara terdapat tiga tingkat atau saluran yang digunakan untuk komunikasi yaitu:a. Verbal channel adalah ucapan atau perkataan yang keluar dari mulut orang yang diwawancarai, pilihan kata dan susunan kata-kata yang dipergunakan untuk mengirimkan pesan. Dalam metode ini dinyatakan bahwa orang yang berbohong akan cemas, karena takut kebohongannya terungkap (Verbal Behavior).b. Paralinguistic channel adalah ciri-ciri percakapan diluar apa yang diucapkan oleh orang yang diwawancarai, maksudnya adalah ucapan yang makna sesungguhnya berbeda dari apa yang keluar dari mulutnya (Paralinguistic Behavior).c. Non verbal channel adalah merupakan sikap tubuh, gerak tangan dan mimik wajah orang yang diwawancarai, jadi setiap ucapan selalu diperkuat dan dimodifikasi dengan gerak tubuh/bahasa tubuh (Nonverbal Behavior).Ketiga saluran atau metode tersebut semuanya digunakan untuk mengetahui adanya kebohongan. (Tuanakotta:2007).Untuk keberhasilan dalam wawancara persiapan yang harus dilakukan oleh auditor investigatif adalah: (BPKP:2007)a. Auditor investigatif harus mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen untukmemastikan adanya informasi penting yang belum diperolehb. Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara c. Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dari calaon responden yang akan diwawancaraid. Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan agar informasi yang digali tidak terlewatkane. Mempersiapkan tempat untuk wawancaraPihak-pihak yang diwawancarai dalam audit investigatif adalah: (BPKP:2007)a. Saksi pihak ketiga yang netral (Neutral Third-Party Witness)b. Saksi yang dapat membenarkan (Corroboraative Witness)c. Pihak yang diduga ikut terlibat (Co-Conspirators)d. Pihak yang diduga melakukan penyimpangan (Subject/Target)Sebagai contoh misalnya Auditor Investigatif akan melakukan wawancara dengan pihak yang diduga terlibat/target yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa suatu instansi pemerintah. Berdasarkan data-data yang sudah tersedia, auditor pertama kali akan menanyakan kepada pihak yang netral, misalnya Bagian Kepegawaian yang tidak ada sangkut paut dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa tersebut. Wawancara dengan Bagian Kepegawaian akan ditanyakan riwayat pekerjaan PPK, sanksi yang pernah diberikan ataupun penghargaan yang pernah diberikan, jadi auditor sudah memperoleh riwayat pekerjaan yang dapat digunakan untuk wawancara ketahap berikutnya.Setelah diperoleh data dari pihak yang netral tahap berikutnya adalah wawancara dengan saksi yang dapat membenarkan, misalnya ditanyakan kepada atasan langsungnya atau bekas atasan langsungnya yang mengetahui betul menganai PPK tersebut, sehingga auditor akan memperoleh informasi tentang PPK tersebut apakah pernah kena sanksi kepegawaian atau belum, ataupun pernah berbuat curang..Selanjutnya wawancara dilanjutkan kepada pihak yang ikut terlibat misalnya auditor mewawancarai rekanan yang memasok barang-barang tersebut, sangat mengetahui bahwa barang yang diserahkan kualitasnya rendah, tetapi dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) barang dinyatakan sesuai dengan spesifilasinya. Jadi auditor berdasarkan bukti yang sebelumnya sudah dimiliki dapat membuat simpulan sementara, bahwa telah terjadi penyimpangan kualitas dan rekanan tersebut nantinya juga akan dijadikan pihak yang ikut bertanggung jawab.Tahap terakhir dari wawancara adalah mewawancarai subyek/target atau kadang juga disebut dengan suspect yaitu PPK, untuk meyakinkan auditor investigatif bahwa pengadaan barang telah terjadi penyimpangan kualitas sehingga mengakibatkan kerugian negara, Dari hasil wawancara tersebut dan disertai bukti-bukti yang sudah diperoleh sebelumya misalnya kontrak, hasil pemerilsaan fisik, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi penyimpangan kualitas dan merugikan keuangan negara serta PPK tersebut dapat dinyatak pihak yang diduga bertanggung jawab.

Wawancara Dalam Audit InvestigatifAudit investigatif dilakukan apabila sudah terdapat indikasi adanya unsur melawan hukum dan adanya indikasi kerugian keuangan negara yang biasanya dilakukan dengan telaah 5W dan 1H. Setelah dilakukan telaah baru dimulai dengan audit investigatif dengan tujuan untuk mengumpulkan bukti-bukti/informasi dalam rangka pembuktian atas kasus yang terjadi. Informasi harus sebanyak-banyaknya dikumpulkan, karena informasi merupakan nafas dan darahnya audit investigatif. Informasi tersebut diperoleh melalui pengumpulan bukti-bukti seperti: Pemeriksaan Fisik, Dokumen, Konfirmasi, Prosedur Analitis, Penghitungan Ulang. Observasi maupun Tanya Jawab. Semua bukti-bukti tersebut biasanya dikumpulkan dulu sebelum dilakukan wawancara. Karena kalau bukti-bukti tersebut belum lengkap auditor investigatif belum mempunyai bekal, fakta atau informasi yang banyak mengenai permasalahan/kasus tersebut sehingga sulit untuk dilanjutkan dengan wawancara. Setelah auditor investigatif mengetahui banyak fakta dan informasi melalui bukti-bukti yang telah diperoleh, maka tahap berikutnya adalah wawancara dalam rangka meyakinkan bukti-bukti yang telah diperoleh betul-betul bukti audit yang kompeten dan bisa digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI). Wawancara biasanya dilakukan untuk memverifikasi bukti-bukti audit yang sudah diperoleh dalam tahap sebelumnya., sehingga dapat dikatakan wawancara merupakan teknik audit yang tepat/jitu untuk meyakinkan auditor dalam perolehan bukti audit investigatif.Untuk memperoleh hasil wawancara yang memadai, maka wawancara seharusnya dilakukan oleh auditor investigatif yang mempunyai karakteristik berikut (BPKP:2007) yaitu:a. Orang yang mudah bergaul, berbakat dalam berinteraksib. Ingin membuat orang lain ingin berbagi informasic. Pewawancara tidak akan mengiterupsi responden dengan pertanyaan yang tidak pentingd. Dapat menyusun pertanyaan yang spesifik yang bisa membuat responden secara sukarela memberikan informasie. Menunjukkan keseriusan dan perhatian atas jawaban yang diberikan respondenf. Cara mengajukan pertanyaan tidak dengan sikap yang menyalahkang. Pewawancara harus tepat waktu, berpakaian rapi dan bersikap fair dalam berinteraksi dengan responden.Namun dalam kenyataan sering wawancara dilakukan oleh auditor yang tidak mempunyai karakteristik seperti tersebut diatas, sehingga hasil wawancaraya kurang berhasil atau justru tidak berhasil, yang mengakibatkan hasil audit investigasinya kurang meyakinkan. Hal itu banyak disebabkan kurangnya auditor investigatif yang tersedia di instansi tersebut. Selain kriteria tersebut diatas auditor investigatif dalam melaksanakan auditnya harus selalu dilandasi dengan sikap mental dan independensi serta integritas yang tinggi untuk menghindarkan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh auditor, misalnya adanya penyuapan.

BAB 20OPERASI PENYAMARAN

Undercover OperationAda dua bentuk cover operation, yaitu undercover operation (operasi penyamaran) dan survelliance operation (operasi pengintaian)Undercover operation merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan bukti secara langsung dari pelaku kejahatan dengan menggunakan samaran dan tipuan.Pemerikasa tidak menunggu informasi yang dikumpulkan melalui jalur yang bisa di tempuh.keputusan dilakukan secara sadar dan matang untuk melakukan undercover operation.Surveilliance operation merupakan pengamatan untuk memastikan tindak tanduk pelaku kejahatan. Operasi ini dilakuakn dengan penuh keterampilan dan kesabaran.Covert operation membutuhkan keterampilan yang tinggi dan perancanaan yang matang. Apabila dilaksanakan tepat waktu dan tingkat kehati hatian dan kecermatan yang tinggi, covert operation bisa menuai hasil yang menakjubkan yang tidak dapat dicapai melalui cara lain. Namun, jika dilaksanakan dengan kliru atau ditangani dengan buruk, covert operation bisa mendatangkan bencana.Samaran dan tipuan dikenal dalam hukum dan sistem peradilan AS sebagai bentuk atau cara penegakan hukum.Sebelum melakukan undercover operation, pemimpin operasi harus membuat memorandum mengenai :1. Informasi yang sudag terkumpul.2. Informasi yang diharapkan dapat dikumpulkan melalui operasi ini.3. Indentitas tersangka kalau diketahui4. Para pelaksana yang berada dalam binaannya, dalam penjagaannya, atau dibawah kendalinya.

Tujuan Undercover OperationPaul OConell menulis, langkah pertama dalam merencanakan suatu undercover operation adalah menetapkan tujuan dari investigasi ini. Tujuan ini harus menetapkan spesifik mungkin, apa yang ingin dicapai operasi itu, misalnya membongkar identitas pelaku.

Beberapa Masalah Dalam Melakukan Covert OperationDisamping ketentuan perundang undangan yang harus diperhatikan, covert operation merupakan kegiatan investigator yang berisiko tinggi dan sangat mahal. Karena itu, covert operation hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir.

PenjebakanPenjebakan merupakan masalah hukum terbesar dalam covert operation, khususnya dalam undercover operation. Operasi ini harus ditangani dengan tepat.SurveillianceSurveilliance atau pengintaian adalah pengamatan terencana terhadap manusia, tempat, atau objek. Tempat atau objek biasanya merupakan prioritas kedua yang utama adalah pengamatan terhadap manusia.

BAB 21PENIUP PELUIT

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi dan/atau Korban.[3]LPSK merupakan lembaga yang mandiri, LPSK bertanggung jawab untuk menangani pemberian perlindungan dan bantuan pada Saksi dan Korban berdasarkan tugas dan kewenangan sebagaimana diatur dalam No 13 Tahun 2006.

Keanggotaan LPSKAnggota LPSK terdiri atas 7 (tujuh) orang yang berasal dari unsur profesional yang mempunyai pengalaman di bidang pemajuan, pemenuhan, perlindungan, penegakan hukum dan hak asasi manusia, Kepolisian, Kejaksaan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Akademisi, Advokat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat.[4]Dalam pelaksanaan tugasnya, LPSK dibantu oleh sebuah sekretariat yang bertugas memberikan pelayanan administrasi bagi kegiatan LPSK.Sekretariat LPSK dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil.[5]

Struktur Organisasi LPSKDalam menjalankan tugasnya LPSK terdiri atas unsur Pimpinan dan Anggota.Unsur pimpinan LPSK terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap anggota yang dipilih dari dan oleh anggota LPSK. Pelaksanaaan kegiatan LPSK dilakukan oleh beberapa anggota yang bertanggung jawab pada bidang-bidang yakni Bidang Perlindungan, Bidang Bantuan, Kompensasi, dan Restitusi, Bidang Kerjasama, Bidang Pengembangan Kelembagaan, dan Bidang Hukum Diseminasi dan Humas.[6]Agar tugas dan fungsi LPSK sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 13 Tahun 2006 dapat berjalan, maka diangkat seorang Sekretaris berdasarkan Permensesneg No. 5 Tahun 2009 tentang Organisasi Tata Kerja Sekretariat LPSK.[7]Untuk mengefektifkan kinerjanya, LPSK merubah susunan Bidang-bidang menjadi Divisi-divisi.Sebelumnya ada 5 bidang dalam pelaksanaan kegiatan LPSK dimana masing-masing anggota bertanggungjawab pada masing-masing bidang.Seiring berjalannya pelaksanaan tugas dan fungsi LPSK, susunan tersebut dirubah menjadi dua divisi.Divisi Pemenuhan Hak Saksi dan Korban dan Divisi Hukum, Kerjasama dan Pengawasan Internal.Diseminasi dan Humas menjadi sebuah Unit langsung dibawah tanggungjawab Ketua LPSK. Dengan susunan baru ini, LPSK berharap akan lebih fokus dalam pelaksanaan kegiatannya.[8]

Sejarah Lahirnya LPSKGagasan untuk menghadirkan undang-undang perlindungan saksi dan korban dimulai pada tahun 1999, di mana beberapa elemen masyarakat mulai mempersiapkan perancangan undang-undang perlindungan saksi. Hal ini kemudian disusul dengan adanya naskah akademis tentang undang-undang perlindungan saksi dalam proses peradilan pidana. Naskah akademis ini kemudian menghasilkan RUU perlindungan saksi.[9]Selanjutnya, tahun 2001 undang-undang perlindungan saksi diamanatkan untuk segera dibentuk berdasarkan Ketetapan MPR No.VIII Tahun 2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Juni 2002 Badan Legislasi DPR RI mengajukan RUU Perlindungan Saksi dan Korban yang ditandatangani oleh 40 anggota DPR dari berbagai fraksi sebagai RUU usul inisiatif DPR.[10]Sebagai konsekuensi Indonesia meratifikasi UN Convention Against Corruption pada tahun 2003, dalam pasal 32 dan 33 konvensi ini disebutkan bahwa kepada setiap negara peratifikasi wajib menyediakan perlindungan yang efektif terhadap saksi atau ahli dari pembalasan atau intimidasi termasuk keluarganya atau orang lain yang dekat dengan mereka. Awal 2005 Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK) yang disusun oleh Bappenas menjadwalkan pembahasan RUU Perlindungan Saksi pada triwulan kedua 2005.Februari 2005 Rapat Paripurna ke 13 DPR RI Peridoe 2004-2009 telah menyetujui Program Legislasi Nasional.Salah satu RUU yang diprioritaskan untuk segera dibahas adalah RUU Perlindungan Saksi. Sepuluh fraksi di DPR RI memandang bahwa RUU Perlindungan Saksi yang juga memuat mengenai ketentuan pembentukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memiliki peran strategis dalam upaya penegakan hukum dan memciptakan pemerintahan yang bebas dari korupsi, melalui Perlindungan Saksi dan Korban.[11]Pada bulan Juni 2005 RUU Perlindungan Saksi dan Korban disampaikan dalam surat pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden. Lalu, tanggal 30 Agustus 2005 Presiden mengeluarkan surat penunjukan wakil untuk membahas RUU tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang menugaskan Menteri Hukum dan HAM mewakili pemerintah dalam pembahasan RUU tersebut. Januari 2006 pemerintah yang diwakili Departemen Hukum dan HAM menyerahkan Daftar Inventarisasi Masalah, tentang RUU Perlindungan Saksi dan Korban kepada DPR RI. Awal Februari 2006 komisi III DPR RI membentuk Panitia Kerja yang terdiri dari 22 orang untuk membahas RUU Perlindungan Saksi dan Korban. Pada bulan Juli 2006, Rapat Paripurna DPR RI akhirnya mengesahkan RUU Perlindungan Saksi dan Korban menjadi UU Perlindungan Saksi dan Korban.[12]Sepuluh fraksi di DPR RI mendukung keberadaan UU tersebut.11 Agustus 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64). Salah satu amanat yang ada dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban ini adalah pembentukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang dibentuk paling lambat setahun setelah UU Perlindungan Saksi dan Korban disahkan. Dalam perkembangan selanjutnya, LPSK dibentuk dan dipilih 7 (tujuh) pada tanggal 8 Agustus 2008.[13]

Tugas,Fungsidan KewenanganLPSKUU PSK menyatakan bahwa LPSKH adalah lembaga yang mandiri .Apa yang dimaksud mandiri dalam UU ini ,lebih tepatnya adalah sebuah lembaga yang yang independen (biasanya disebut sebagai komisi independen),yakni organ negara (state organ ) yang diidealkan independen dan karenanya berada di luar cabang kekuasaan baik eksekutif, legislatif maupun judikatif ,namun memiliki fungsi campuran antara tiga cabang kekuasaan tersebut.[14]Sifat independen tercermin dari kepemimpinan yang kolektif, bukan hanya seorang pimpinan.[15]Di dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban disebutkan bahwa LPSK bertanggung jawab kepada Presiden. Disebutkan pula bahwa Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi dan/atau Korban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Ruang lingkup perlindungan ini adalah pada semua tahap proses peradilan pidana. Tujuan Perlindungan ini adalah untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban dalam memberikan keterangan dalam proses peradilan pidana.[16]UU No . 13 Tahun 2006 dalam ketentuan umumnya telah menyatakan bahwa Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ,yang selanjutnya disingkat LPSKH ,adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan hak-hak lain kepada Saksi dan /atau Korban, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.Namun UUPSK tidak merinci tugas dan wewenang dari LPSKH tersebut lebih lanjut 20,perumus UU kelihatannya menjabarkan tugas dan wewewnang LPSKH dalam suatu bagian atau bab tersendiri dalam Tugas dan kewenangan LPSKH yang tersebar dalam UU No.13 Tahun 2006,yaitu :a.Menerima permohan Saksi dan /atau Korban untuk Perlindungan (pasal 29)b.Memberikan keputusan pemberian perlindungan Saksi dan/atau korban (pasal 29)c.Memberikan perlindungan kepada saksi dan /atau Korban (Pasal 1)d.Menghentikan progam perlindungan Saksi dan/ Korban (pasal 32)e.Mengajukan ke pengadilan (berdasarkan keinginan korban)berupa hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasai manusia yang berat dan hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana (pasal 7)f.Menerima permintaan tertulis dari Korban ataupun orang yang mewakili korban untuk bantuan (pasal 33 dan 34)[17]g.Menentukan diperlukan diberikannya bantuan kepada Saksi dan /atau Korban (Pasal 34)h.Bekerja sama dengan instansi terkait yang berwenang dalam melaksanakan pemberian perlindungan dan bantuan (pasal 39)LPSK bertanggung jawab untuk menangani pemberian perlindungan dan bantuan kepada saksi dan korban berdasarkan tugas dan kewenangan sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.[18]Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud di atas, LPSK melaksanakan:[19]a.merumuskan kebijakan di bidang Perlindungan Saksi dan Korban;b.melaksanakan perlindungan terhadap Saksi dan Korban;c.melaksanakan pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada Saksi dan atau Korban;d.melaksanakan diseminasi dan hubungan masyarakat;e.melaksanakan kerjasama dengan instansi dan pendidikan pelatihan;f.melaksanakan pengawasan, pelaporan, penelitian dan pengembangan;g.melaksanakan tugas lain berkaitan dengan pelindungan Saksi dan Korban.Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LPSK memiliki struktur yang terdiri dari pimpinan, anggota dan sekretaris. Anggota LPSK memiliki tanggung jawab atas tugas dan fungsi:a.perlindungan;b.bantuan;c.kerjasama;d.pendidikan dan Pelatihan;e.pengawasan:f.pelaporan;g.penelitian dan pengembangan;h.pembentukan hukum; dani.diseminasi dan humas.[20]D.Mekanisme Perlindungan Saksi dan Korban oleh LPSKPerlindungan terhadap saksi dan korban diberikan berdasarkan beberapa asas seperti yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 yaitu: penghargaan atas harkat dan martabat, rasa aman, keadilan, tidak diskriminatif, dan kepastian hukum.Sebelum saksi dan korban bisa mendapatkan perlindungan hukum dari LPSK, mereka harus melewati beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh LPSK disamping mereka harus memenuhi persyaratan untuk mendapat perlindungan dari LPSK ini seperti yang telah dijelaskan dalam pasal 28 pasal 36 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006.Proses Pemberian Perlindungan Bagi Saksi dan/atau Korban[21]a.Permintaan diajukan secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri, diajukan oleh orang yang mewakilinya, dan atau oleh pejabat yang berwenang kepada LPSK;b.Pemberian perlindungan dan bantuan kepada Saksi dan/atau Korban ditentukan dan didasarkan pada Keputusan LPSK;c.Dalam hal LPSK menerima permohonan tersebut, Saksi dan/atau Korban yang bersangkutan berkewajiban menandatangani pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban;d.Perlindungan LPSK diberikan kepada Saksi dan/atau Korban termasuk keluarganya sejak ditandatanganinya pernyataan kesediaan;e.Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban diberikan sejak ditandatanganinya perjanjian pemberian perlindungan;f.Pembiayaan perlindungan dan bantuan yang diberikan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;g.Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban hanya dapat dihentikan berdasarkan alasan: (a) inisiatif sendiri dari Saksi dan/ atau Korban yang dilindungi, (b) atas permintaan pejabat yang berwenang, (c) saksi dan/ atau korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis dalam perjanjian; atau (d) LPSK berpendapat bahwa Saksi dan/ atau Korban tidak lagi memerlukan perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan; danh.Penghentian perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban harus dilakukan secara tertulis.Adapun beberapa persyaratan yang telah di tentukan oleh LPSK untuk pemberian perlindungan dan bantuan terhadap saksi dan korban tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 yang berbunyi:Perjanjian perlindungan LPSK terhadap Saksi dan/atau Korban tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) diberikan dengan mempertimbangkan syarat sebagai berikut:a. Sifat pentingnya keterangan Saksi dan/atau Korban;b. Tingkat ancaman yang membahayakan Saksi dan/atau Korban;c. Basil analisis tim medis atau psikolog terhadap Saksi dan/atau Korban;d. Rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi dan/atau Korban.[22]Ada pulaSyarat untuk mendapatkan perlindungan bagi Pelapor dan Saksi PelapormenurutPeraturanBersama,Menteri hukuk dan hak asasi manusiaRepublikIndonesia, Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian RI,Komisi Pemberantasan Korupsi RI, Ketua LPSKNo: M.HH-11.HM.03.02.th.2011 No: PER-045/A/JA/12/2011No: 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 No: 4 Tahun 2011 TentangPerlindunganBagiPelapor, SaksiPelapor dan saksi pelaku yang bekerjasama,adalahsebagai berikut:a.adanya informasi penting yang diperlukan dalam mengungkap terjadinya atau akan terjadinya suatu tindak pidana serius dan/atau terorganisir;b.adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan adanya ancaman atau tekanan, baik secara fisik maupun psikis terhadap Pelapor dan Saksi Pelapor atau keluarganya apabila tindak pidana tersebut diungkap menurut keadaan yang sebenarnya; danc.laporan tentang adanya ancaman atau tekanan tersebut disampaikan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan tahap penanganannya dan dibuatkan berita acara penerimaan laporan.Tata cara memperoleh perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebagai berikut:a.Saksi dan/atau Korban yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri maupun atas permintaan pejabat yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis kepada LPSK;b.LPSK segera melakukan pemeriksaan terhadap permohonan sebagaimana dimaksudc.Keputusan LPSK diberikan secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan perlindungan diajukan.Dari ketentuan Pasal 29 ini ada pengaturan mengenai apakah permohonan itu secara tertulis atau permohonan perlindungan seharusnya bukan cuma dari pihak saksi/korban dan pejabat yang berwenang tetapi juga oleh keluarga saksi dan korban yang bersangkutan dan pendamping saksi dan korban.Pengajuan seharusnya dapat dilakukan oleh orang tua atau walinya terhadap korban atau saksi masih dibawah umur atau anak-anak.[23]Permohonan yang telah diterima akan dilanjutkan kepada UP2 oleh ketua LPSK. UP2 (Unit Penerimaan Permohonan) adalah Unit yang bertugas untuk memberikan pelayanan penerimaan permohonan perlindungan bagi saksi dan korban yang terkait pelaksanaan fungsi dan tugas Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.Sedangkan mengenai keputusan LPSK perihal diterima ataupun ditolaknya suatu permohonan perlindungan yang berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan disampaikan paling lambat 7 hari sejak permohonan perlindungan tersebut diajukan.Selanjutnya dalam pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 menyebutkan bahwa: Dalam hal LPSK menerima permohonan Saksi dan/atau korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Saksi dan/atau Korban menandatangani pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban.Adapun mengenai pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan yang harus ditandatangani oleh saksi dan/atau korban diatur dalam pasal 30 ayat (2) yang berisi:Pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:a.Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk memberikan kesaksian dalam proses peradilan;b.Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk menaati aturan yang berkenaan dengan keselamatannya;c.Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk tidak berhubungan dengan cara apa pun dengan orang lain selain atas persetujuan LPSK, selama ia berada dalam perlindungan LPSK;d.Kewajiban Saksi dan/atau Korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun mengenai keberadaannya di bawah perlindungan LPSK; dane.Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh LPSK.Proses pengajuan permohonan hingga disetujuinya permohonan tersebut sering kali membingungkan para saksi dan korban, karena mereka harus melewati proses yang tidak pendek untuk mendapat perlindungan dari LPSK ini. Hal inilah yang sering menjadi penyebab saksi dan atau korban merasa enggan untuk meminta perlindungan dari LPSK dan memilih untuk diam. Para saksi dan korban merasa kurang mengerti akan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh LPSK. Apalagi bagi para saksi dan korban yang tidak begitu mengerti akan hukum. Karena itulah pemdampingan akan seorang advokat akan sangatlah membantu para saksi dan korban ini.Dengan berada dibawah perlindungan LPSK, saksi dan/atau korban ini tidaklah secara sepenuhnya merasa aman, karena banyaknya persoalan yang kian datang sesuai dengan berjalannya suatu persidangan.Dalam realita social penegak hukum tidak mau mendengar, melihat, atau merasakan bahwa saksi yang dipanggil oleh penegak hukum, apakah dirinya merasa aman atau nyaman, termasuk anggota keluarganya.Apalagi dalam setiap tahap pemeriksaan mulai dari tingkat penyidikan sampai pemeriksaan di pengadilan yang bertele-tele memakan waktu cukup lama. Kadang-kadang perkara yang telah berlangsung cukup lama, sehingga secara manusiawi saksi atau korban lupa akan peristiwa itu, tetapi di depan sidang pengadilan harus dituntut kebenaran kesaksiannya.[24]Dalam fase yang seperti inilah campur tangan LPSK sangat diperlukan. Karena kehadiran LPSK diharapkan dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi saksi atau korban agar dapat memberikan kesaksiannya di depan persidangan dan proses persidangan pun dapat berjalan tanpa bertele-tele.