Audit
-
Upload
surya-dhinata -
Category
Documents
-
view
110 -
download
0
Transcript of Audit
PENGAUDITAN II
“PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO PERSEDIAAN DAN
SALDO GAJI DAN UPAH”
Oleh:
Kelompok 6
Ratna Alifia 1106305023
Ni Made Wiwik Menawati 1106305024
Frensisca Citra Dewi 1106305054
Gusti Ayu Made Sari Dewi 1106305034
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
1. Penentuan Risiko Deteksi
1) Penentuan Risiko Deteksi atas Saldo Persediaan
Penetapan risiko pengendalian yang relevan didasarkan pada kelompok
transaksi yang mempengaruhi rekening persediaan tertentu, yang akan disajikan
dalam tabel berikut.
Rekening
Persediaan
Kelompok Transaksi yang Menyebabkan
Rekening Bertambah Rekening Berkurang
Persediaan
Barang Dagangan
Pembelian Penjualan
Bahan Baku Pembelian Transaksi manufaktur yang
mentransfer biaya bahan baku ke
produksi
Barang dalam
Proses
Transaksi-transaksi manufaktur
yang mentransfer biaya bahan
baku, tenaga kerja, dan
overhead
Transaksi-transaksi manufaktur
yang mentransfer biaya-biaya ke
barang dalam proses lain atau ke
barang jadi
Barang Jadi Transaksi-transaksi manufaktur
yang mentransfer harga pokok
produksi selesai ke barang jadi
Penjualan
Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk asersi keberadaan atau
keterjadian untuk persediaan barang dagangan, auditor harus mempertimbangkan
penetapan yang dilakukan untuk asersi keberadaan atau keterjadian atas transaksi
pembelian yang telah menyebabkan bertambahnya saldo persediaan, dan asersi
kelengkapan untuk transaksi penjualan yang telah menyebabkan berkurangnya saldo
persediaan. Alasannya adalah apabila sejumlah penjualan tidak dicatat, maka
sejumlah persediaan sebenarnya sudah tidak ada.
Mengingat bahwa penetapan risiko bawaan dan risiko pengendalian gabungan
untuk asersi keberadaan atau keterjadian dan asersi penilaian atau pengalokasian
untuk saldo rekening biasanya tinggi, maka tingkat risiko deteksi bisa diterima akan
lebih rendah untuk asersi-asersi ini daripada untuk yang lainnya. Hal ini selanjutnya
akan berpengaruh terhadap keputusan perancangan pengujian substantif, dan
perpaduan prosedur analitis dan pengujian detil.
1
2) Penentuan Risiko Deteksi atas Saldo Gaji dan Upah
Pengujian substantif atas saldo-saldo penggajian atau pengupahan biasanya
dilakukan pada tanggal neraca atau mendekati tanggal neraca. Saldo-saldo rekening
yang tercakup dalam transaksi ini meliputi pula utang gaji, upah, komisi, bonus,
kesejahteraan pegawai, pajak penghasilan karyawan, dan rekening-rekening biaya
yang bersangkutan. Tingkat risiko deteksi yang bisa diterima untuk kebanyakan asersi
penggajian-penggajian adalah moderat atau tinggi. Sehingga pengujian substantif atas
saldo-saldo penggajian/pengupahan seringkali dibatasi hanya dengan menerapkan
prosedur analitis atas rekening-rekening biaya dan utang biaya yang bersangkutan,
serta pengujian detil terbatas. Apabila prosedur analitis menunjukkan adanya fluktuasi
tidak wajar, maka diperlukan pengujian detil lebih banyak.
2. Merancang Pengujian Substantif
1) Perancangan Pengujian Substantif atas Saldo Persediaan
Bukti yang diperoleh dari pengujian atas persediaan barang dagangan dan
persediaan barang jadi juga berkaitan dengan tujuan untuk rekening harga pokok
penjualan yang bersangkutan karena ada hubungan terbalik antara rekening-rekening.
Pengujian substantif yang mungkin dilakukan untuk asersi-asersi saldo persediaan dan
tujuan khusus audit saldo rekening yang bersangkutan disajikan dalam tabel berikut.
2
Kategori Pengujian Substantif Tujuan Audit Saldo RekeningAT# L# HK2 NA# SU#
Prosedur-prosedur awal
1. Dapatkan pemahaman mengenai bisnis dan bidang usaha klien dan tentukan:a. Signifikansi harga pokok penjualan dan persediaan bagi perusahaan.b. Pemicu-pemicu ekonomi kunci yang berpengaruh terhadap harga pokok penjualan, laba kotor, dan kemungkinan
keusangan persediaan.c. Seberapa banyak perusahaan memiliki barang konsumsi.d. Ada tidaknya komitmen pembelian dan konsentrasi kegiatan dengan pemasok-pemasok tertentu.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo persediaan dan catatan-catatan yang akan diuji lebih lanjut:a. Telusur saldo awal persediaan ke kertas kerja tahun lalu.b. Review aktivitas dalam rekening persediaan dan selidiki ayat-ayat jurnal yang luar biasa jumlah atau sumbernya.c. Verifikasi jumlah-jumlah dalam catatan perpetual dan daftar persediaan serta kecocokannya dengan saldo akhir di
buku besar.
2
Prosedur-prosedur analitis
3. Lakukan prosedur analitis.a. Review pengalaman dan trend bidang usaha.b. Periksalah analisis perputaran persediaan.c. Review hubungan antara saldo persediaan dengan pembelian terakhir, produksi, dan kegiatan penjualan.d. Bandingkan saldo persediaan dengan taksiran volume penjualan.
2, 3
2, 3
2, 3
Pengujian detil transaksi
4. Pilihlah suatu sampel ayat-ayat jurnal yang dibukukan ke rekening persediaan dan cocokkanlah ayat-ayat jurnal tersebut dengan bukti pendukungnya (misalnya, faktur dari penjual, catatan biaya produksi, laporan produksi selesai, dan catatan penjualan serta retur penjualan)
5. Atas dasar suatu sampel, telusur data dari pembelian, produksi, produksi selesai, dan catatan penjualan ke rekening persediaan.
6. Ujilah pisah batas pembelian dan retur penjualan (penerimaan), perpindahan barang antar departemen produksi, dan penjualan (pengiriman).
2, 3
2, 3
2, 3
2, 3
2, 3
2, 3
2, 3
2, 3
Pengujian detil saldo
7. Observasi perhitungan fisik persediaan yang dilakukan klien.a. Tentukan waktu dan luasnya pengujian.b. Evaluasi kecukupan rencana perhitungan persediaan yang dibuat klien.c. Observasi ketelitian perhitungan yang dilakukan klien dan lakukan pengujian perhitungan.d. Periksa petunjuk adanya barang lambat laku, persediaan yang rusak, atau usang.e. Hitung semua kartu barang dan formulir berita acara yang digunakan dalam perhitungan fisik.
8. Ujilah ketelitian pencatatan dalam daftar persediaan.a. Hitung ulang penjumlahan-penjumlahan dan perkalian antara kuantitas dengan harga per unit.b. Telusur hasil uji perhitungan ke daftar persediaan.c. Cocokkan barang yang tercantum dalam daftar persediaan ke kartu perhitungan persediaan dan berita acara
2
2
2
2
2
2
1
perhitungan fisik.d. Rekonsiliasi hasil perhitungan fisik dengan catatan perpetual dan saldo buku besar dan review ayat jurnal
penyesuaian.9. Ujilah penetapan persediaan.
a. Periksalah faktur-faktur penjual yang telah dibayar untuk pembelian persediaan.b. Periksalah ketepatan biaya tenaga kerja dan tarif overhead, biaya standar, dan disposisi selisih yang berkaitan
dengan persediaan hasil produksi.10.Konfirmasi persediaan yang disimpan di gudang yang berlokasi di luar perusahaan.11.Periksalah perjanjian konsinyasi dan kontrak-kontrak.
2 2
2
2Pengujian detil saldo: estimasi akuntansi
12.Evaluasi penetapan nilai bersih persediaan:a. Periksalah faktur-faktur penjualan setelah akhir tahun dan lakukan pengujian mana yang lebih rendah antara harga
pasar dan harga pokok.b. Bandingkan persediaan dengan katalog penjualan yang berlaku sekarang dan laporan penjualan.c. Ajukan pertanyaan mengenai persediaan lambat-laku, kelebihan, atau persediaan usang dan tentukan perlu
tidaknya menurunkan nilai persediaan.d. Evaluasi proses manajemen untuk menaksir nilai bersih bisa direalisasi dengan menggunakan pengalaman masa
lalu.e. Evaluasi nilai bersih bisa direalisasi dengan menggunakan informasi tentang:
Trend bidang usaha Trend perputaran persediaan Persediaan lambat laku tertentu
2
Prosedur diwajibkan
Observasi perhitungan fisik persediaan yang termasuk dalam tahap 7 di atas.
Penyajian dan pengungkapan
13.Bandingkan penyajian di laporan dengan prinsip akuntansi berlaku umum.a. Konfirmasi kesesuaian persediaan yang digadaikan atau dijaminkan.b. Review penyajian dan pengungkapan persediaan dalam konsep (draft) persediaan dan tentukan kesesuaiannya
dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2,3,4
2
2) Perancangan Pengujian Substantif atas Saldo Gaji dan Upah
Uraian tentang pengujian substantif khusus untuk saldo-saldo penggajian atau
pengupahan adalah sebagai berikut:
a. Menghitung ulang utang-utang yang berkaitan dengan penggajian/pengupahan.
Utang gaji/upah pada akhir tahun kemungkinan besar berupa kurang saji dan
penerapan metoda pengitungannya tidak konsisten dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Auditor harus mereview perhitungan yang dibuat manajemen atau
melakukan perhitungan secara independen.
b. Mengaudit program kesejahteraan karyawan dan program pensiun.
Risiko paling besar berkaitan dengan salah saji dalam asersi penilaian atau
pengalokasian (penentuan biaya pensiun) dan asersi penyajian dan pengungkapan
(penulisan catatan kaki tentang pensiun). Auditor biasanya mempekerjakan tenaga
ahli dari luar untuk mengaudit asumsi-asumsi akturial penting yang diperlukan
untuk menentukan biaya pensiun dan proyeksi kewajiban perusahaan. Auditor
juga harus menilai kewajiban estimasi-estimasi akuntansi yang penting, dan
tingkat bunga yang digunakan untuk menentukan proyeksi kewajiban di masa
datang. Hal ini biasanya menyangkut pengauditan tingkat bunga jangka panjang
yang diterima dari aktiva-aktiva yang bersangkutan dengan program, serta
mengevaluasi return jangka panjang yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan
lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sama.
c. Mengaudit opsi saham.
Auditor harus menentukan metode kompensasi insentif (penggunaan insentif opsi
saham dan hak lebih dahulu untuk membeli saham/stock appreciation rights) yang
digunakan klien dan membaca kontrak yang mendasarinya untuk mengidentifikasi
hal-hal penting yang berkaitan dengan program kompensasi insentif. Kemudian
auditor mengevaluasi dengan cermat ketepatan penerapan prinsip akuntansi
dalam, konteks ketentuan-ketentuan pada perjanjian. Auditor harus mengaudit
model penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai wajar opsi saham. Pada
waktu mengevaluasi kewajaran penyajian di laporan keuangan, auditor harus
mengevaluasi asumsi-asumsi yang meliputi risk-free-rate, taksiran umur opsi,
taksiran volatilitas saham, dan taksiran dividen. Auditor juga harus mengevaluasi
kewajaran penyajian pengungkapan termasuk penjelasan umum tentang program
dan jumlah serta rata-rata tertimbang harga opsi yang ada pada awal tahun dan
akhir tahun, serta informasi opsi lainnya.
1
d. Melakukan verifikasi atas kompensasi kepada para pejabat perusahaan.
Verifikasi merupakan hal yang amat penting karena: (1) pengungkapan terpisah
tentang kompensasi kepada para pejabat perusahaan dalam perusahaan-perusahaan
publik diharuskan dalam laporan ke Bapepam, dan (2) para pejabat perusahaan
bisa melanggar pengendalian dan menerima gaji, bonus, opsi saham, dan berbagai
bentuk kompensasi lain dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang telah
ditetapkan perusahaan. Pengujian ini berkaitan dengan semua kategori asersi.
3. Prosedur Awal
Prosedur awal yang penting adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
bidang industry klien untuk merancang lingkup penilaian prosedur analitis dan pengujian
detail. Apabila klien merupakan perusahaan manufaktur, maka auditor harus mengetahui
komposisi biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi. Apabila produksi
bersifat padat modal, maka dibutuhkan tingkat aktivitas yang tinggi. Bila klien adalah
perusahaan pengecer, maka perlu diketahui sumber pasokan barang dagangan dan peran
klien dalam pendistribusian barang-barang tersebut. Auditor juga harus memahami
perdagangan konsinyasi, baik dalam hal klien bertindak sebagai consignor maupun
sebagai consignee.
Dalam menelusur saldo-saldo rekening persediaan awal ke kertas kerja tahun lalu,
auditor harus yakin bahwa penyesuaian audit yang diusulkan auditor dalam audit tahun
lalu telah dibukukan dan dengan demikian telah tercermin dalam saldo awal tersebut.
Ayat-ayat jurnal yang dibukukan ke rekening persediaan selama tahun yang diperiksa
harus diperiksa secara sepintas (scanning) untuk melihat kemungkinan adanya
pendebatan atau pengkreditan yang luar biasa jumlahnya.
4. Prosedur Analitis
Review pengalaman bidang usaha dan trend bidang usaha diperlukan untuk
membuat perkiraan-perkiraan yang akan digunakan dalam mengevaluasi data analitis
klien. Review tentang hubungan antara persediaan dengan pembelian terakhir, produksi,
dan aktivitas penjualan juga akan membantu auditor dalam memahami tingkat
persediaan. Mengingat adanya hubungan terbalik antara persediaan dengan harga pokok
penjualan, maka prosedur ini juga bisa menjadi bukti yang berguna dalam menentukan
kelayakan asersi-asersi manajemen untuk kedua rekening tersebut. Auditor juga perlu
2
memahami dan mengevaluasi komposisi biaya produksi tetap dan biaya produksi
variabel, serta hubungan antar biaya, volume, dan laba kotor.
5. Prosedur Rincian Transaksi
Pengujian ini meliputi prosedur pencocokan dengan bukti pendukung dan
penelusuran untuk mendapatkan bukti tentang pengolahan transaksi-trasaksi individual
yang berpengaruh terhadap saldo persediaan.
1) Pengujian Ayat-ayat Jurnal yang Dibukukan ke Rekening Persediaan
Sebagian atau seluruh pengujian ini bisa dilakukan sebagai bagian dari
pengujian dengan tujuan ganda selama periode interim. Contoh pencocokan ayat-ayat
jurnal yang dibukukan ke rekening persediaan dengan bukti pendukungnya meliputi
pencocokan ke dokumen tentang:
a. Pendebetan dalam rekening persediaan barang dagangan atau persediaan bahan
baku ke faktur dari penjual, laporan penerimaan barang, dan order pembelian.
b. Pendebetan pada rekening barang dalam proses atau persediaan barang jadi ke
catatan biaya produksi dan laporan produksi.
c. Pengkreditan dalam persediaan barang dagangan dan persediaan barang jadi ke
dokumen-dokumen dan catatan penjualan.
d. Pengkreditan dalam persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi ke catatan
biaya produksi dan laporan produksi.
Pencocokan ke dokumen pendukung atas ayat jurnal yang menyebabkan
bertambahnya saldo persediaan akan memberi bukti tentang keberadaan dan penilaian
persediaan pada saat transaksi terjadi. Penelusuran dan pencocokan ke dokumen juga
memberi bukti tentang asersi hak dan kewajiban (pemilikan) persediaan.
2) Pengujian Pisah Batas Transaksi Pembelian, Produksi, dan Penjualan
Dalam perusahaan manufaktur, harus ditentukan bahwa jurnal-jurnal untuk
transfer harga pokok telah dicatat pada periode akuntansi yang tepat untuk
pemindahan antara: (1) gudang dan departemen produksi, (2) suatu departemen
produksi dengan departemen produksi lainnya, dan (3) departemen produksi dan
barang jadi.
Dalam setiap hal diatas, auditor harus memastikan melalui inspeksi atas
dokumen dan observasi fisik bahwa kertas-kertas kerja pisah batas dan pisah batas
fisik untuk perhitungan fisik persediaan terkoordinasi dengan baik. Bukti yang
3
diperoleh dari pengujian pisah batas berkaitan dengan asersi-asersi keberadaan atau
keterjadian dan kelengkapan persediaan.
6. Prosedur Rincian Saldo
Pengujian ini digunakan sangat ekstensif dalam pengauditan persediaan, terutama
karena adanya prosedur yang harus dilakukan berupa observasi atas perhitungan fisik
persediaan serta pengujian yang bersangkutan.
1) Observasi Atas Perhitungan Fisik Persediaan yang Dilakukan Klien
Observasi persediaan harus dilakukan apabila persediaan dalam laporan
keuangan perusahaan yang diaudit cukup material, dan apabila hal tersebut praktis
serta beralasan. Dalam melakukan prosedur pengauditan ini, klien bertanggung jawab
untuk melaksanakan perhitungan fisik persediaan. Dari pengujian substantif ini
auditor memperoleh pengetahuan langsung tentang efektivitas perhitungan fisik yang
dilakukan klien, dan mengukur seberapa jauh hal itu bisa diandalkan untuk asersi
manajemen yang berkaitan dengan kuantitas dan kondisi persediaan. Dalam hal
tertentu, kadang-kadang dibutuhkan spesialis dari luar yang disewa klien untuk
melakukan perhitungan fisik persediaan. Jika hal ini terjadi, auditor juga harus hadir
untuk mengamati perhitungan, karena dari sudut pandang pengauditan, spesialis dari
luar pada dasarnya sama dengan karyawan perusahaan.
a. Saat dan Luasnya Pengujian
Saat pengamatan persediaan tergantung pada sistem persediaan yang dianut klien
dan efektivitas pengendalian intern. Dalam sistem persediaan periodik, kuantitas
ditentukan berdasarkan perhitungan fisik, dan semua perhitungan dilakukan pada
suatu tanggal tertentu. Tanggalnya harus tanggal neraca atau mendekati tanggal
neraca, dan auditor juga harus hadir pada tanggal tersebut.
b. Perencanaan Perhitungan Fisik Persediaan
Perhitungan fisik persediaan oleh klien biasanya dilakukan berdasarkan suatu
rencana atau suatu daftar instruksi. Instruksi klien harus meliputi hal-hal berikut.
a) Nama pegawai yang bertanggung jawab mengawasi perhitungan fisik.
b) Tanggal Perhitungan.
c) Lokasi perhitungan.
d) Instruksi detil tentang bagaimana perhitungan harus dilakukan.
e) Penggunaan dan pengawasan kartu perhitungan persediaan (inventory tag) dan
formulir daftar persediaan.
4
f) Ijin melakukan penerimaan, pengiriman, dan pemindahan barang selama
pelaksanaan perhitungan, apabila hal-hal tersebut tidak dapat dihindarkan.
g) Pemisahan atau pengidentifikasian barang yang bukan milik perusahaan.
Auditor harus mereview dan mengevaluasi rencana perhitungan fisik yang akan
dilakukan klien, sebelum perhitungan fisik dilaksanakan. Dengan tenggang waktu
yang cukup, klien akan mempunyai waktu yang cukup untuk mengadakan
penyempurnaan atas rencana perhitungan yang disarankan auditor. Kadang-kadang
auditor membantu klien dalam merancang rencana perhitungan fisik yang meliputi
pelaksaaan perhitungan dan pengamatan persediaan.
Perencanaan dimuka harus dilakukan auditor agar pengamatan persediaan dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien. Auditor yang telah berpengalaman biasanya
bertanggungjawab untuk: (1) merencanakan prosedur, (2) menentukan kebutuhan
tenaga, (3) menunjuk anggota tim audit pada lokasi-lokasi tertentu.
2) Pelaksanaan Pengujian
Dalam mengamati persediaan, auditor harus:
a. Mencermati apakah pegawai klien telah mengikuti/menaati rencana perhitungan
yang telah ditetapkan.
b. Melihat apakah semua barang telah ditempel/digantungi kartu atau tidak ada
barang yang diberi kartu lebih dari satu.
c. Memastikan bahwa kartu perhitungan persediaan bernomor tercetak dan formulir
daftar persediaan diawasi penggunaannya.
d. Melakukan sejumlah pengujian perhitungan dan menelusuri jumlah hasil pengujian
perhitungan ke daftar persediaan.
e. Waspada terhadap kemungkinan bahwa tempat-tempat penyimpanan tidak ada
isinya atau tumpukan persediaan sebenarnya kosong didalamnya, serta
kemungkinan-kemungkinan lain semacam itu.
f. Mengamati dengan seksama ada tidaknya barang rusak atau usang.
g. Menilai kondisi umum persediaan.
h. Mengidentifikasi dokumen penerimaan dan dokumen pengiriman yang terakhir
digunakan untuk memastikan bahwa barang yang diterima selama berlangsungnya
proses perhitungan telah dipisahkan.
i. Mengajukan pertanyaan mengenai ada tidaknya persediaan-persediaan yang lambat
laku.
5
Luasnya pengujian perhitungan oleh auditor tergantung (untuk sebagian) pada
kesungguhan yang ditunjukkan pegawai-pegawai klien dalam melakukan perhitungan
fisik persediaan, sifat dan komposisi persediaan, dan efektivitas pengendalian yang
berkaitan dengan pengamanan fisik persediaan dan pemeliharaan catatan persediaan.
Biasanya auditor mengelompokkan persediaan berdasarkan nilainya. Barang-barang
bernilai tinggi dihitung semua sedangkan barang yang lainnya hanya dihitung
berdasarkan sampel. Dalam melakukan pengujian perhitungan, auditor harus mencatat
hasil perhitungannya disertai deskripsi untuk setiap jenis (nomor kode barang, satuan
pengukur, lokasi dan sebagainya).
Sebagai kesimpulan dari pengamatan persediaan, anggota tim audit yang
ditunjuk harus membuat ikhtisar persediaan keseluruhan. Ikhtisar tersebut harus
mencakup uraian mengenai: (1) penyimpangan atas rencana perhitungan fisik yang
telah dibuat klien, (2) luas pengujian perhitungan dan selisih-selisih material yang
ditemukan, dan (3) kesimpulan tentang ketelitian perhitungan dan kondisi umum
persediaan.
Apabila persediaan berjumlah material dan auditor tidak melakukan pengamatan
persediaan pada tanggal akhir tahun atau mendekati akhir tahun, SA 331.06
menyatakan bahwa:
a. Pengujian atas catatan akuntansi saja tidak cukup bagi auditor untuk memperoleh
keyakinan tentang kuantitas persediaan.
b. Selalu diperlukan oleh auditor untuk melakukan, atau mengamati, beberapa
perhitungan fisik persediaan dan menerapkan pengujian yang memadai atas
transaksi yang terkait.
Kalimat diatas tidak tegas, pengamatan (atau perhitungan) persediaan bisa
ditunda atau diundur, tetapi tidak bisa ditiadakan. Auditor harus memperoleh
sejumlah bukti fisik berkaitan dengan persediaan akhir agar sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum. Selain itu, auditor harus melakukan review atas catatan
perhitungan yang dibuat klien.
a. Perhitungan Persediaan dengan Sampling Statistik
Apabila klien menggunakan metoda statistik, SA 331.05 menyatakan bahwa
auditor harus memastikan bahwa (1) rencana sampling memiliki validitas statistik,
(2) diterapkan dengan tepat, dan (3) hasilnya (dalam arti ketepatan dan
keandalannya) cukup wajar sesuai dengan keadaannya.
6
b. Pengamatan atas Persediaan Awal
Apabila klien telah diaudit oleh kantor akuntan publik yang lain untuk periode
(atau periode-periode yang lalu), maka prosedur pengauditan lain bisa berupa
review atas laporan auditor pendahulu dan/atau kertas kerjanya dan mereview
daftar persediaan klien untuk periode (atau periode-periode) yang lalu. Jika klien
belum pernah diaudit pada tahun-tahun sebelumnya, auditor bisa memperoleh
keyakinan audit dengan cara mereview daftar persediaan yang dihasilkan dari
perhitungan klien, menguji transaksi-transaksi persediaan tahun lalu, dan
menerapkan pengujian laba kotor atas persediaan. Namun demikian, prosedur ini
hanya tepat digunakan apabila auditor bisa memeriksa keabsahan (validitas) dan
ketepatan persediaan untuk periode yang diperiksa.
a) Pengaruh Terhadap Laporan Auditor
Apabila persediaan telah diamati (diobservasi), auditor dimungkinkan untuk
memberi pendapat wajar tanpa pengecualian dalam laporan auditnya. Hal ini
berlaku pula bila auditor telah menggunakan prosedur pengujian substantif
alternatif untuk memeriksa persediaan awalnya. Namun apabila untuk
persediaan awal tidak diperoleh bukti yang cukup atau auditor tidak dapat
melakukan pengamatan persediaan akhir, maka auditor tidak dimungkinkan
untuk menerbitkan laporan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
b) Penerapan untuk Asersi-asersi
Pengamatan atas perhitungan persediaan bisa menjadi bukti untuk berbagai
asersi. Pengujian ini merupakan sumber bukti utama mengenai keberadaan
persediaan. Selain itu, pengujian ini juga berkaitan dengan asersi-asersi berikut:
7
Pengamatan tidak bisa menjadi bukti untuk asersi hak dan kewajiban karena barang
yang ada ditangan bisa saja merupakan barang konsinyasi yang bukan milik klien,
atau bisa juga merupakan barang yang telah diberli konsumen teetapi belum
dikirimkan oleh klien.
3) Pengujian Ketelitian Pencatatan Dalam Daftar Persediaan
Pengujian ketelitian pencatatan mencakup perhitungan ulang atas jumlah-
jumlah yang tercantum dalam daftar persediaan dan memeriksa ketelitian hasil
perkalian antara kuantitas dengan harga per unit yang biasanya dilakukan atas suatu
sampel tertentu. Untuk memastikan bahwa daftar telah secara tepat mencerminkan
hasil perhitungan, auditor menelusur hasil perhitungannya sendiri ke daftar
persediaan, dan mencocokkan setiap unsur dalam daftar ke kartu perhitungan
persediaan dan formulir perhitungan yang digunakan pada waktu dilakukan
perhitungan fisik. Hasil perhitungan fisik selanjutnya dibandingkan dengan jumlah
dalam catatan persediaan perpetual (bila memungkinkan) dan semua perbedaan
dicatat dan diselidiki serta di telusur ke ayat jurnal penyesuaian. Pengujian ini
memberi bukti tentang asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian
atau pengalokasian.
4) Pengujian Harga Persediaan
Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumen-dokumen pendukung yang
berkaitan dengan harga pokok (cost) maupun nilai pasar persediaan. Dengan
demikian, hal ini berkaitan dengan asersi penilaian atau pengalokasian. Hal ini juga
menyangkut pembuktian bahwa prosedur penetapan harga pokok telah diterapkan
secara konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.
Konsistensi dalam penetapan harga dapat mengacu pada kertas kerja tahun lalu,
jika audit merupakan audit ulangan, dan/atau laporan keuangan tahun lalu. Tahap
pemeriksaan penetapan harga ini mencakup pula review atas harga untuk barang rusak
dan barang usang untuk memastikan bahwa barang-barang tersebut tidak dilaporkan
di laporan keuangan dengan nilai yang melebihi nilai bersih yang dapat direalisasi per
tanggal laporan. Bukti pendukung harga pokok per unit bisa berbeda-beda tergantung
pada jenis persediaan yang dimiliki perusahaan. Untuk barang-barang yang dibeli
untuk dijual kembali, digunakan atau dipakai (barang dagangan, bahan baku, dan
supplies), harga pokok harus dicocokkan ke faktur dari penjual.
5) Pengujian Harga Pokok Persediaan Hasil Produksi
8
Sifat dan luasnya pengujian harga yang dilakukan auditor atas barang dalam
proses dan barang jadi tergantung pada keandalan catatan akuntansi biaya klien dan
metoda yang digunakan klien dalam pengumpulan biaya-biaya tersebut. Metoda harus
direview oleh auditor yang meliputi ketepatan, ketelitian dan konsistensi
penerapannya. Apabila rekening selisih menunjukkan saldo yang besar auditor harus
mempertimbangkan apakah penyajian yang wajar mengharuskan pengalokasian
secara merata ke persediaan dan harga pokok penjualan, atau hanya
membebankannya ke rekening harga pokok penjualan. Apabila asersi-asersi klien
tentang sifat persediaan menyangkut masalah teknis, auditor bisa meminta bantuan
tenaga ahli dari luar.
6) Konfirmasi Persediaan yang Berada di Gudang Luar atau Gudang Umum
Auditor harus mendapatkan bukti mengenai keberadaan persediaan yang
disimpan perusahaan di gudang umum atau gudang sewaan yang berada di luar
perusahaan dengan cara melakukan komunikasi langsung dengan penyimpan barang.
Jenis bukti ini bisa dianggap mencukupi, kecuali apabila jumlah barang yang
tersimpan di gudang luar tersebut mencerminkan bagian yang signifikan dari aktiva
lancar atau total aktiva perusahaan klien. Apabila hal ini dijumpai auditor, maka
menurut SA 331.08 auditor harus melakukan satu atau lebih prosedur berikut.
a. Menguji prosedur penyelidikan yang digunakan oleh pemilik gudang atas penjaga
gudang dan penilaian kinerja penjaga gudang.
b. Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan yang
digunakan oleh penjaga gudang yang berhubungan dengan penyimpanan barang
dan, jika dimungkinkan, atas tanda terima barang dari pemilik gudang sewaan yang
digadaikan oleh klien sebagai jaminan penarikan utang, atau menerapkan prosedur
alternatif di gudang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa informasi
yang diterima dari penjaga gudang dapat diandalkan.
c. Melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik barang, jika dapat
dilaksanakan dan beralasan.
d. Jika tanda terima barang telah digadaikan oleh klien sebagai jaminan utang, maka
auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari kreditur yang bersangkutan mengenai
tanda terima gudang yang digadaikan tersebut (dalam bentuk pengujian, ini
dimungkinkan).
Pengujian ini juga memberi bukti tentang asersi hak dan kewajiban. Selain itu,
pengujian ini juga akan memberi bukti tentang asersi kelengkapan apabila penyimpan
9
barang memberi konfirmasi tentang barang di tangan dalam jumlah yang lebih banyak
daripada yang tercantum dalam permintaan konfirmasi. Konfirmasi persediaan tidak
memberi bukti tentang nilai persediaan, karena menyimpan barang tidak diminta
untuk melaporkan tentang harga pokok, kondisi, ataupun nilai pasar barang yang
disimpan di gudang yang bersangkutan.
7) Pemeriksaan atas Perjanjian Konsinyasi dan Kontrak-kontrak
Auditor harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen mengenai setiap
barang yang disimpan sebagai konsinyasi. Apabila dalam perusahaan klien terdapat
barang konsinyasi, maka perjanjian konsinyasi perlu diperiksa terutama yang
berkaitan dengan syarat-syarat dalam perjanjian. Apabila klien menitipkan barang
miliknya kepada pihak lain sebagai barang konsinyasi, auditor harus mereview
dokumen-dokumen untuk menentukan bahwa barang yang disimpan atau dititipkan
sebagai barang konsinyasi telah dimasukkan sebagai persediaan klien per tanggal
neraca.
7. Membandingkan Penyajian Laporan dengan GAAP
Dalam pelaporan persedian di laporan keuangan, persedian harus dilaporkan di
neraca dengan pengelompokan tertentu berdasarkan kelompok utama persediaan pada
perusahaan yang bersangkutan, demikian pula untuk harga pokok penjualan yang akan
dilaporkan dalam laporan laba-rugi. Selain itu dalam laporan perlu diungkapkan metoda
harga pokok yang digunakan, penjamin persediaan dalam rangka penarikan utang dan
adanya komitmen pembelian.
Bukti tentang penyajian dan pengungkapan diperoleh melalui pengujian substantif
yang telah diuraikan di atas. Bukti selanjutnya bisa diperoleh (apabila diperlukan)
melalui review atas notulen rapat dewan komisaris dan hasil pengajuan pertanyaan
kepada manajemen. Berdasarkan bukti dan pembanding antara laporan keuangan klien
dengan prinsip akuntansi berlaku umum, auditor menentukan ketepatan penyajian dan
pengungkapan.
Pengajuan pertanyaan kepada manajemen juga digunakan untuk menentukan
keberadaan kontrak-kontrak penawaran untuk pembelian barang di masa yang akan
datang. Apabila ada komitmen-komitmen semacam itu, auditor harus memeriksa
persyaratan-persyaratan dalam kontrak dan menilai ketepatan perusahaan dalam
akuntansi dan pelaporan hal tersebut. Jika terjadi kerugian material sebagai akibat
10
komitmen pembelian, hal itu harus diakui dalam laporan keuangan dan diungkapkan
keberadaannya .
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh melalui berbagai pengujian substantif
seperti telah diuraikan di atas, auditor akan dapat menarik kesimpulan untuk setiap
tujuan audit saldo rekening.
8. Jasa Bernilai Tambah dalam Siklus Produksi dan Jasa Personalia
1) Jasa bernilai tambah dalam siklus produksi
Banyak akuntan publik yang telah membantu klien mengembangkan sistem
persediaan just-in-time dengan menggunakan pertukaran data elektronik (EDI) untuk
berkomunikasi dengan pemasok. Selain itu, mereka juga membantu klien dalam
mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses pabrikasi.
Para akuntan publik ini secara teratur memberikan rekomendasi untuk
menyempurnakan sistem informasi yang memungkinkan manajemen memantau dan
mengendalikan penciutan persediaan dengan lebih baik, serta mencocokan kuantitas
persediaan dengan permintaan secara lebih baik.
2) Jasa bernilai tambah dalam siklus jasa personalia
Akuntan publik dapat membantu dengan:
a. Menyarankan ukuran produktivitas karyawan yang tepat
b. Mengindentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil klien untuk meningkatkan
produktivitas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Al Haryono. 2002. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.