ATHAF.docx

12
A. PENDAHULUAN Untuk menerjuni sesuatu ilmu apapun seseorang perlu mengetahui dasar-dasar umum dan ciri-ciri khasnya. Ia terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmu-ilmu tersebut dan ilmu-ilmu lain yang menunjang dan diperlukan dalam kadar yang dapat membantu mencapai tingkat ahli dalam didiplin ilmu tersebut, sehingga disaat memasuki detail permasalahannya, ia memilih dengan lengkap kunci pemecahannya. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab sehingga kaidah-kaidah yang diperlukan para mufassir dalam memahami Al-Qur’an terpusat pada kaidah-kaidah bahasa, pemahaman asas-asasnya, penghayatan uslub- uslubnya dan penguasaan rahasia-rahasianya. Dalam makalah ini kami mencoba membahas mengenai salah satu kaidah-kaidah yang diperlukan para mufassir jika ingin menafsirkan Al-Qur’an yaitu ‘athaf, semoga makalah ini bisa diambil manfa’atnya bagi kita semua. B. PEMBAHASAN 1. Pengertian ‘Athaf ِ فْ طَ عْ ل اِ وفُ رُ حُ دَ ح اِ هِ عْ وُ بْ تَ مَ نْ يَ بَ وُ هَ نْ ;pma&ت بُ طَ سَ وَ * بَ + يٌ عِ ب اَ * تَ وُ هُ فْ طَ عْ لَ ا1

Transcript of ATHAF.docx

A. PENDAHULUANUntuk menerjuni sesuatu ilmu apapun seseorang perlu mengetahui dasar-dasar umum dan ciri-ciri khasnya. Ia terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmu-ilmu tersebut dan ilmu-ilmu lain yang menunjang dan diperlukan dalam kadar yang dapat membantu mencapai tingkat ahli dalam didiplin ilmu tersebut, sehingga disaat memasuki detail permasalahannya, ia memilih dengan lengkap kunci pemecahannya. Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab sehingga kaidah-kaidah yang diperlukan para mufassir dalam memahami Al-Quran terpusat pada kaidah-kaidah bahasa, pemahaman asas-asasnya, penghayatan uslub-uslubnya dan penguasaan rahasia-rahasianya.Dalam makalah ini kami mencoba membahas mengenai salah satu kaidah-kaidah yang diperlukan para mufassir jika ingin menafsirkan Al-Quran yaitu athaf, semoga makalah ini bisa diambil manfaatnya bagi kita semua.

B. PEMBAHASAN1. Pengertian Athaf Artimya: Athaf ialah tabi yang dipisah dari matbunya oleh salah satu huruf ataf[footnoteRef:2] [2: Hifni Bek Dayyab, dkk., Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1997), hlm. 304.]

Contoh : Artinya : Aku telah melihat Muhammad dan Bakar.Lafadz Bakar mengikuti kepada lafadz Zaid yang ditengah-tengahi oleh Wawu huruf ataf. Lafadz Bakar (di-ataf-kan) sedangkan lafadz Muhammad yang di-ataf-inya (Mathuf alaih).

Contoh lain seperti : Artinya : Aku memakan nasi dan daging Artinya : Aku telah membeli buku tulis dan pena[footnoteRef:3] [3: Moch. Anwar, Ilmu Nahwu (Terjemah Matan Jurumiyah dan Imrithy), (Bandung Sinar Baru Algesindo, 1997), h. 112.]

B. Macam-macam huruf ataf = Untuk menghubungkan (dan)

= Kemudian/lalu

= kemudian

= atau (memilih atau membandingkan)

= atau (memilih salah satu)

= tetapi

= Bukan/tidak

= tetapi/bahkan

= hingga/bahkan[footnoteRef:4] [4: Ahmad Sunarto, Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Terjemah Qawaidul Lughah al-Arabiyah), (Surabaya: Al-Hidayah, 1990), h. 136.]

Adapun contoh dari 9 huruf ataf tersebut1. , Contoh: Telah datang Zaid dan Amr (bersamaan)2. , Contoh: Telah datang Zaid lalu Amr (berurutan)3. , Contoh: Telah datang Zaid kemudian Amr (terselang lama)4. , Contoh: Zaid atau Amr telah datang (diragukan)5. , Contoh: Zaid atau Amr telah datang (diragukan)6. , Contoh: Zaid tidak datang melainkan Amr7. , Contoh: Zaid tidak datang tetapi Amr (datang). (maksudnya sama dengan ).8. , Contoh: Zaid telah datang, Amr tidak.9. , Contoh: Aku telah memakan ikan hingga kepalanya.[footnoteRef:5] [5: Moch. Anwar, Op.Cit, hlm. 112-113.]

+ .Athaf adakalanya untuk menjelaskan, atau merentetkan; tujuan dalam pembahasan ini adalah menjelaskan perihal ataf bayan (ataf yang menjelaskan lafadz sebelumnya).

+ Athaf bayan adalah tabi yang menyerupai sifat, dengan melaluinya makna yang dimaksud dapat terungkapkan.[footnoteRef:6] [6: Bahauddin Abdullah Ibnu Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil, terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: CV Sinar Baru, 1992), hlm. 652.]

Contoh: Telah bersumpah kepada Allah, Abu Hafsh yaitu Umar.[footnoteRef:7] [7: Muhammad bin Abdullah bin Malik, Matan Alfiyyah, Terj. Moch. Anwar, (Bandung: Al-Maarif, 1996), hlm. 283.]

Lafadz Umar merupakan athaf bayan karena berfungsi menjelaskan lafadz Abu Hafsh.Mengingat athaf bayan itu mirip dengan sifat, maka harus menyesuaikan diri dengan matbunya, perihal sama dengan naat. Untuk itu harus disesuaikan dengan matbunya baik dalam masalah tarif atau tankirnya, baik dalam masalah tadzkir atau ta-nits-nya, baik dalam hal ifrad, tatsniyah, atau jamaknya. Terkadang Athaf dan mathuf kedua-duanya dalam bentuk nakirah, dan terkadang pula kedua-duanya dalam bentuk marifah.Sebagian besar ulama nahwu berpendapat, bahwa athaf bayan dan matbunya kedua-duanya nakirah merupakan hal yang dilarang. Sedangkan segolongan ahli Nahwu diantaranya Ibnu Malik, berpendapat bahwa hal itu diperbolehkan. Dengan demikian berarti keduanya memperbolehkan dalam bentuk nakirah, sebagaimana boleh keduanya dalam bentuk marifah. Menurut suatu pendapat diantara contoh athaf dan matbunya kedua duanya nakirah adalah firman Allah SWT: Artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nuur: 35) Artinya: di hadapannya ada Jahannam dan Dia akan diberi minuman dengan air nanah. (Q.S. Ibrahim : 16)Lafadz adalah ataf bayan terhadap lafadz dan lafadz adalah athaf bayan bagi lafadz .[footnoteRef:8] [8: Bahauddin Abdullah Ibnu Aqil, Op.Cit, hlm. 653.]

Para ulama juga berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya meng-ataf-kan kepada khabar (kalimat berita) kepada kalimat insya (bukan kalimat berita). Sebagian besar mereka tidak membolehkan seperti Ibn Malik dan Ibn Ushfur,[footnoteRef:9] sedang golongan lain yang membolehkannya dengan mengambil contoh ayat (as-Shaff :13) yang di-athaf-kan pada yang terdapat dalam ayat sebelumnya [9: Jalaluddin As- Suyuthi, al- Itqan fi Ulumil Quran, jilid II, (Surakarta: Indika Pustaka, 2009), hlm. 81.]

Golongan yang tidak membolehkan mengatakan, lafadz semakna dengan dengan demikian ia adalah kalimat khabar yang bermakna insya. Maka sah-lah meng-Athaf-kan kalimat insya kepadanya.[footnoteRef:10] [10: Manna Khalil al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Quran, Terj. Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu al-Quran (Bogor: litera AntarNusa, 2000), hlm.. 293.]

2. Pembagian AthafAthaf terbagi menjadi 2 bagian :1. Athaf Bayan Tabi (lafazh yang mengikuti) yang jamid dan menyerupai terhadap sifat dalam menjelaskan matbunya

Contoh Athaf Bayan :

2. Athaf Nasaq Tabi ( lafazh yang mengikuti) yang antara ia dengan matbunya ditengah tengahi oleh salah satu huruf athaf yang sepuluhContoh Athaf Nasaq :

Lafazh diathafkan ke lafazh dan sedangkan lafazh itu disebutnya mathuf dan lafazh disebut mathuf alaih dan wawu disebut athaf.IRAB ATHAFa. Kata yang datang setelah huruf athaf disebut MATHUFb. Kata yang dihubungkan sebelumnya disebut MATHUF ALAIHc. Irab Mathuf mengikuti mathuf alaih dalam Rafa (Marfu) , Nasab (Mansub) atau Jar (Majrur)Perhatikan contoh berikut: Mathuf Mathuf Mathuf Mathuf AlaihKata Malaikat, Kutub Dan Rusul adalah menjadi Mathuf oleh huruf athaf Wawu dan Allah adalah Mathuf Alaih

C. KESIMPULANDari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Athaf ialah tabi yang dipisah dari matbunya oleh salah satu huruf.Adapun huruf-huruf athaf ada 9 yaitu: = Untuk menghubungkan (dan), = Kemudian/lalu, = kemudian = atau (memilih atau membandingkan), = atau (memilih salah satu) = tetapi, = Bukan/tidak, = tetapi/bahkan, = hingga/bahkan.Athaf adakalanya untuk menjelaskan, atau merentetkan, athaf yang seperti ini disebut athaf bayan. Athaf bayan adalah tabi yang menyerupai sifat, dengan melaluinya makna yang dimaksud dapat terungkapkan.Sebagian besar ulama nahwu berpendapat, bahwa athaf bayan dan matbunya kedua-duanya nakirah merupakan hal yang dilarang. Sedangkan segolongan ahli berpendapat bahwa hal itu diperbolehkan. Ada lagi Para ulama berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya meng-ataf-kan kepada khabar (kalimat berita) kepada kalimat insya (bukan kalimat berita).

DAFTAR PUSTAKA

al-Qattan, Manna Khalil, Mabahits fi Ulum al-Quran, Terj. Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu al-Quran, litera AntarNusa, Bogor, 2000.

Anwar, Moch., Ilmu Nahwu (Terjemah Matan Jurumiyah dan Imrithy), Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.

As- Suyuthi, Jalaluddin, al- Itqan fi Ulumil Quran, jilid II, Indika Pustaka, Surakarta, 2009.

bin Malik, Muhammad bin Abdullah, Matan Alfiyyah, Terj. Moch. Anwar, Al-Maarif, Bandung, 1996.

Dayyab, Hifni Bek, dkk., Kaidah Tata Bahasa Arab, Darul Ulum Press, Jakarta, 1997.

Ibnu Aqil, Bahauddin Abdullah, Alfiyyah Syarah Ibnu Aqil, terj. Bahrun Abu Bakar, CV Sinar Baru, Bandung 1992.

Sunarto, Ahmad, Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Terjemah Qawaidul Lughah al-Arabiyah), Al-Hidayah, Surabaya, 1990.

8