Asymmteric dezentralization
-
Upload
diassatria -
Category
Economy & Finance
-
view
28 -
download
0
Transcript of Asymmteric dezentralization
MAKNA DESENTRALISASI ASIMETRIS
• akomodasi perbedaan karakter-karakter unik daerah oleh pemerintahpusat dalam menjalankan otonomi pemerintahan dan pelayanan publik.
• Merupakan bentuk permintaan akan desain desentralisasi yang berbeda antara satu daerah dan lainnya demi mengakomodasikekhususan daerah itu
KONSEM UMUM
• political reason: respons atas keberagaman karakter regional atauprimordial, bahkan ketegangan etnis.
• efficiency reasons: bertujuan untuk penguatan kapasitas pemerintahdaerah dan administrasi pemerintahan.
REASON
• Perbedaan hubungan dengan pusat seperti daerah lainnya• Perbedaan hubungan dengan daerah sekitar• Perbedaan pengaturan internal daerah
KONSEKWENSI
Reasons Desentraliasi Asimetris di Indonesia
konflik dan tuntutan separatisme
(Misalnya: Aceh & Papua)
Ibukota Negara
(Misalnya: DKI)
Sejarah dan Budaya
(Misalnya: DIY)
Daerah perbatasan
Pusat pengembangan ekonomi
(misalnya: Batam)
Model Desentralisasi Asimetris
Model Desentralisasi Asimetris Penuh
• adanya pluralisme yang sangat ekstrim.
• Dibutuhkan kapasitas
Model Asimetris Berbasis Kategori Kemajuan Sosial
Ekonomi
• Berdasarkan ukuran-ukuran yang bersifat teknokratis, aspek-
Model Kombinasian, Antara Otonomi
Khusus dan Otonomi Reguler
• Otonomi khusus sebagai solusi untuk menyelesaikan • Dibutuhkan kapasitas
nasional yang sangat kuat dalam sipervisi desentraisasi.
teknokratis, aspek-aspek sosial dan ekonomi tertentu, kawasan yang tertinggal, kawasan perbatasan dan kepulauan, dsb.
menyelesaikan gerakan-gerakanpemisahan diri (secession) atau dikarenakan karakter daerah yang sangat spesifik.
• bentuk desentralisasi yg bersifat regular bagi mayoritas daerah, dan bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu.
PARIWISATA BALI YANG ISTIMEWA
• Penghargaan versi majalah pariwisatainternasional "Travel+Leisure"
• Di jajaran 10 besar tingkat dunia, Bali menempati posisi kelima Pulau Santorini diYunani, Maui dan Kauai di Hawaii dan the Big Island juga di Hawaii, Amerika Serikat
Pulauterbaik di
ASIAIsland juga di Hawaii, Amerika Serikat
• 44,12% Wisman masuk ke Bali (kementeriaan
pariwisata, data s.d. Oktober 2014)
• Penghasil devisa dari sektor pariwisataPenyanggaPariwisataIndonesia
STRUKTUR PEREKONOMIAN
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi BaliStruktur Perekonomian Provinsi Bali
Sumber: KEKR Bali Tw III 2014, Kantor BI Bali
KONDISI FISKAL
URAIANProv.
Bali
Kab.
Badung
Kab.
Bangli
Kab.
Buleleng
Kab.
Gianyar
Kab.
Jembrana
Kab.
Karangasem
Kab.
Klungkung
Kab.
Tabanan
Kota
Denpasar
% % % % % % % % % %
PENDAPATAN
PAD 58.20 78.37 7.65 12.00 26.28 8.57 14.33 10.45 16.89 41.58
Pajak Daerah* 91.34 90.36 18.41 39.16 67.78 31.07 62.35 18.56 29.78 76.83
Retribusi Daerah* 1.52 3.44 25.44 7.44 9.79 14.20 6.37 28.50 17.77 7.34Retribusi Daerah 1.52 3.44 25.44 7.44 9.79 14.20 6.37 28.50 17.77 7.34
Pengelolaan
Kekayaan Daerah* 3.23 3.53 7.97 7.23 2.12 6.07 9.64 12.36 3.78 4.07
Lain-lain PAD yang
Sah* 3.90 2.67 48.18 46.17 20.31 48.66 21.65 40.58 48.67 11.77
Dana Perimbangan 26.92 12.71 76.02 65.23 57.60 71.83 62.88 79.64 63.34 48.74
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah 14.88 8.92 16.33 22.77 16.12 19.60 22.79 9.91 19.78 9.68
BALANJA
Belanja Tidak
Langsung 68.21 49.93 71.47 61.44 63.51 58.73 66.21 64.11 69.01 48.37
Belanja Langsung 31.79 50.07 28.53 38.56 36.49 41.27 33.79 35.89 30.99 51.63
Sumber: DJPK 2014, diolah
KONDISI FISKALIKF TINGGI & SANGAT
TINGGI (ST)IIKF SEDANG IKF RENDAH
PROVINSI NILAI IKF PROVINSI NILAI IKF PROVINSI NILAI IKF
RIAU 1,4030 SUMBAR 0,5305 ACEH 0,3237
DKI 7,1707 (ST) JAMBI 0,9360 SUMUT 0,4199
KALTENG 1,4946 KALBAR 0,6724 SUMSEL 0,2136
KALSEL 1,8407 SULUT 0,6210 BENGKULU 0,3440
KALTIM 5,3085 (ST) MALUT 0,8818 LAMPUNG 0,2259
BALI 1,5967 BANTEN 0,7023 JABAR 0,2956
BABEL 2,0774 (ST) PAPUA 0,8840 JATENG 0,1725
Kab/kota Nilai
IKF
Kategori
Badung 55,170 Sangat Tinggi
Bangle 0,2952 Rendah
Buleleng 0,1333 Rendah
IKF Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
BABEL 2,0774 (ST) PAPUABARAT
0,8840 JATENG 0,1725
KEP.RIAU 1,8416 DIY 0,2846
JATIM 0,2610
SULTENG 0,3257
SULSEL 0,4047
SULTRA 0,3603
NTB 0,0742
NTT 0,1148
MALUKU 0,3050
PAPUA 0,2096
GORONTALO 0,3369
SULBAR 0,3940
Buleleng 0,1333 Rendah
Gianya 0,4379 Rendah
Jembrana 0,4194 Rendah
Karangasem 0,2871 Rendah
Klunkung 0,3312 Rendah
Tabanan 0,2278 Rendah
Kota Denpasar 17,858 TinggiSumber: PERMENKEU NO. 226/PMK.07/2012, diolah
PENUTUP
Kebijakan desentralisasi asimetris untuk menjaga kesatuannasional. Pengembangan ekonomi, pengahrgaan sejarahdan budaya, serta kehususan lainnya.
• Dalam kebijakan desentralisasi asimetris biasanya pemerintah pusatmemberi konsesi-konsesi yang luas kepada daerah otonom tersebut, memberi konsesi-konsesi yang luas kepada daerah otonom tersebut, yaitu: mulai dari melimpahkan berbagai kewenangan administrasi, politik, mengakomodasi identitas lokal, sampai memberikan sumber-sumber keuangan yang besar, sebagaimana yang terjadi di Aceh danPapua
PERLU DISUSUN GRAND DESIGN ASYMMETRIC DECENTRALIZATIAN
CV
Faculty of Economics and Business
Name : Prof. Chandra Fajri Ananda , SE., MSc., Ph.DPlace / date of birth : Lumajang, 29 October 1964
Formal Education :1. Bachelor of Economics in Faculty of Economy of Brawijaya University, Malang,
Indonesia 2. Master of Science in Institute of Rural Development, Georg-August-University,
Göttingen, Germany3. Philosophiae doctor in Institute of Rural Development, Georg-August-University,
Göttingen, Germany
Education and Training : 1. Fiscal Decentralization in Transition Economies course (Georgia State
University, Atlanta, USA,)2. Local Government Budget course, (Georgia State University, Atlanta, USA,)
Faculty of Economics and Business University of BrawijayaJl. MT. Haryono 165 Malang 65145Tel. 0341-555000 (Hunting), 551 396Fax. 0341-553834E-mail: [email protected]
2. Local Government Budget course, (Georgia State University, Atlanta, USA,)3. Wiedereinladungsprogram at Georg-August University, Göttingen, Germany
Work experience : 1. 2013 – present : Dean of Faculty of Economic and business in Brawijaya University
Malang 2. 2010 – present : Leader of Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Malang3. October 2002 : Senior Indonesian Economist in USAID program 4. 2003-March 2004 : Private Sector Development in Post Conflict Area –World Bank
Team in post-conflict Area 5. 2009 : Reviewer World Bank6. 2009 – present : Member of Fiscal policy team in Ministry of Finance Republic
Indonesia