Asuransi Syariah

download Asuransi Syariah

of 6

Transcript of Asuransi Syariah

1. Nichlatul Laily( 128554014 )2. Masitho Arini( 128554023 )3. Sri Utami( 128554034 )4. Febrina Iqhyanul I (128554039 )

ASURANSI SYARIAH

1.1. Pengertian Asuransi SyariahPada awalnya asuransi adalah suatu kelompok yang bertujuan membentuk arisan untuk meringankan beban keuangan individu untuk menghindari kesulitan pembiayaan. Konsep asuransi merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai suatu yang tidak dapat diduga. Apabila salah satu dari anggota perkumpulan tersebut menderita kerugian maka akan ditanggung bersama-sama.

Definisi asuransi secara umum yaitu mekanisme yang mampu memberikan perlindungan pada tertanggung/ nasabah apabila terjadi risiko pada masa mendatang. Pihak tertanggung/nasabah akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung / perusahaan asuransi dan tertanggung/ nasabah apabila terjadi kerugian, sementara pihak tertanggung/ nasabah berkewajiban membayar sejumlah premi kepada pihak penanggung/ perusahaan asuransi.

Dalam literatur Arab, asuransi dikenal dengan sebutan at-takaful yang secara literal berarti pertanggungan yang berbalasan atau hal yang saling menanggung. Selain itu, disebut dengan at tamin yang berarti tenang dalam arti ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut. Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), asuransi syariah adalah sebuah lembaga usaha yang saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Akad sesuai syariah yang dimaksud disini adalah segala jenis akad yang tidak mengandung gharar (ketidakjelasan), masyir (spekulasi), riba, zhulum (penganiayaan) risywah(suap), barang haram dan perbuatan maksiat.

1.2. Sejarah Asuransi SyariahSejarah lahirnya asuransi syariah berasal dari budaya suku Arab dengan sebutan Al-Aqilah. Konsep al-Aqilah ini diterima dan menjadi bagian dari hukum Islam. Hal ini didasarkan oleh hadits dari baginda nabi Muhammad Saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Dia berkata: berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan kepada baginda Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw, memutuskan ganti rugi dari pembunuhan janin tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki maupun perempuan dan memutuskan ganti rugi kematian tersebut dengan diyat yang dibayarkan oleh aqilah-nya (kerabat dari orang tua laki-laki). (HR. Bukhori)

Dalam budaya suku Arab dulu, jika anggota suku membunuh anggota suku yang lain, maka ahli waris terbunuh berhak atas kompensasi (bayaran uang darah) sebagai penutupan. Kemudian Rasulullah Saw membuat ketentuan tentang penyelamatan jiwa para tawanan yang tertahan oleh musuh karena perang, maka harus membayar tebusan untuk membebaskannya. Selain itu, Rasulullah Saw juga telah menetapkan menejemen sharing of risk dengan memberikan sejumlah kompensasi untuk berbagai kecelakaan akibat perang seperti : 5 ekor unta untuk luka tulang dalam 10 ekor unta untuk kehilangan jari tangan atau kaki 12.000 dinar untuk kematian (untuk ahli waris)Dari sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa sejak awal konsep asuransi syariah berbeda dengan konvensional. Dimana sejarah asuransi syariah lebih kepada tolong menolong satu sama lain sedangkan konvensional lebih kepada mencari keuntungan semata.

Secara formal/lembaga sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai pada tahun 1979 ketika sebuah perusahaan asuransi jiwa di Sudan, yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab juga memperkenalkan asuransi syariah di wilayah Arab.

Setelah itu pada tahun 1981 sebuah perusahaan asuransi jiwa Swiss, bernama Dar Al-Maal Al-Islami memperkenalkan asuransi syariah di Jenewa. Diiringi oleh penerbitan asuransi syariah kedua di Eropa yang diperkenalkan oleh Islamic Takafol Company (ITC) di Luksemburg pada tahun 1983.

Bersamaan dengan itu, sebuah perusahaan asuransi syariah bernama Islamic Takafol dan Re-Rakafol Company juga mendirikan di Kepulauan Bahamas pada tahun 1983. Demikian juga halnya dengan Bahrain, sebuah perusahaan asuransi jiwa bebasis syariah, yaitu Syarikat Al-Takafol Al-Islamiah Bahrain didirikan tahun 1983.

Di asia sendiri, asuransi syariah pertama kali diperkenalkan oleh Malaysia pada tahun 1985 melalui sebuah perusahaan asuransi jiwa bernama takaful Malaysia. Sedangkan di Indonesia perusahaan asuransi yang mempelopori bisnis asuransi syariah adalah PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi jiwa) dan Asuransi Takaful Umum yang didirikan pada tahun 1993. Kedua perusahaan ini, merupakan anak perusahaan PT Sarikat Takaful Indonesia yang pendirinya diprakarsai oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia melalui Yayasan Abadi Bangsa bersama Bank Muamalat dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri.

1.3. Persamaan Asuransi Syariah dan Asuransi KonvensionalPersamaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah, diantaranya sebagai berikut:(a) Akad kedua asuransi ini berdasarkan kerelaan dari masing-masing pihak.(b) Kedua-duanya memberikan jaminan keamanan bagi para anggota;(c) Kedua asuransi ini memiliki akad yang bersifadmustamir(terus);(d) Kedua-duanya berjalan sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak.1.4. Perbedaan Asuransi Syariah dan KonvensionalPrinsipAsuransi SyariahAsuransi Konvensional

Fundamental hukum dan operasionalFilosofi, mencari ridha Allah SWT. Sehingga berdimensi dunia dan akhirat

Sumber hukum Al- Quran, hadist dan hukum positif serta peraturan perundangan yang berlaku.

Akad utama berdasarkan prinsip tabarru yaitu saling menolong, bukan semata-mata bertujuan komersial. Akad komersial dengan akad mudharabah, musyarakah serta jenis akad lain yang tidak bertentangan dengan syariat

Pihak yang berakad. Akad tolong menolong dilakukan antara peserta. Akad komersial dilakukan antara perusahaan dan peserta.Filosofi, berdimensi dunia

Sumber hukum berdasarkan perundang-undangan dan hukum positif yang berlaku

Akad berdasarkan prinsip jual beli meskipun objeknya mengandung unsur ketidakpastian.

Pihak yang berakad hanya dilakukan oleh perusahaan dengan pemegang polis.

Manajemen (Good Corporate Govermance)Dalam struktur organisasi terdapat Dewan Pengawas Syariah dengan tugas dan fungsi memastikan bahwa operasional perusahaan tidak menyimpang dari prinsip syariah

GCG mengacu pada hukum syariah dan hukum positifStruktur organisasi tidak mensyaratkan adanya DPS.

GCG berdasarkan ketentuan hukum positif

Sistem AkuntansiMenganut prinsip pemisahan entitas dana kelolaan, yaitu entitas dana tabarru, entitas dana peserta, dan entitas dana pemegang saham

Membuat laporan yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan dana zakat

Premi yang masuk ke perusahaan langsung dipisahkan ke dalam akun yang sesuai

Sumber keuntungan berasal dari fee,bagi hasil, pembagian dari surplus underwriting dan biaya yang dibebankan pada awal kepesertaan, serta biaya administrasi lainnya.Tidak menganut prinsip pemisahan dana. Semua dana dianggap satu entitas kepemilikan.

Tidak diwajibkan membuat laporan zakat.

Tidak dipersyaratkan untuk memisahkan premi yang diterima

Sumber keuntungan berasal dari biaya yang dibebankan, selisih bunga teknis, komisi, mortality gain, surrender gain dan biaya administrasi lain.

OperasionalDesain produknya menghindarkan unsur gharar, maysir dan riba.

Objek asuransi adalah zat yang halal dan risiko finansial personal yang tidak bertentangan dengan hukum syariah

Pengelolaan risiko berdasarkan prinsip sharing of risk di antara peserta

Perusahaan sebagai pengelola tidak diperkenankan memasarkan produk yang menggaransi return

Pola marketing dengan prinsip syariah marketing yang mengedepankan kejujuran, transparansi, amanah, dan profesional serta beretika islami

Investasi dana kelolaan pada instrumen berbasis syariah

Pembayaran klaim risiko bersumber dari rekening dana tabarru.

Pembayaran klaim manfaat akhir kontrak berasal dari rekening dana investasi peserta

Surplus underwriting dimungkinkan untuk dibagikan sebagian kepada peserta

Desain produk biasanya memasukkan unsur bunga (riba)

Objek asuransi tanpa melihat unsur halal haramnya zat yang diasuransikan dan risiko finansial personal

Pengelolaan risiko berdasarkan prinsip transfer of risk dari pemegang polis ke perusahaan

Memasarkan produk yang menggaransi return

Pola marketing konvensional, tidak mesti terikat dengan etika islami

Investasi dana kelolaan bebas, sejauh tidak menyimpang dari hukum yang berlaku

Pembayaran klaim risiko bersumber dari rekening perusahaan.

Pembayaran klaim manfaat akhir kontrak berasal dari rekening perusahaan

Surplus underwriting sepenuhnya menjadi hak perusahaan

Corporate cultureBudaya perusahaan berbasis syariat islamBudaya perusahaan berbasis nilai kemanusiaan atas nilai-nilai universal

1.5. Operasionalisasi asuransi syariahSistem operasional asuransi syariah, premi takaful dapat diangsur secara bulanan, seperempat tahunan, setengah tahunan atau tahunan bahkan sekaligus. Jumlah angsuran minimal ditentukan oleh perusahaan dihitung sesuai dengan jangka waktu kontrak, jadwal waktu angsuran, dan jumlah pertanggungan. Adapun premi takaful yang dibayar peserta dimasukkan ke dalam dua jenis rekening, yaitu rekening peserta dan rekening khusus peserta sesuai dengan porsi masing-masing yang ditetapkan perusahaan. Rekening peserta berfungsi sebagai investasi dan simpanan, sedangkan rekening khusus peserta berfungsi sebagai sumbangan/ derma (tabarru) untuk menutup klaim jika terjadi musibah pada peserta takaful.

Sistem operasional asuransi syariah pada dasarnya dilandasi oleh tiga prinsip yaitu rasa saling tanggungjawab, kerja sama dan saling membantu, serta saling melindungi antara para peserta dan perusahaan. Perusahaan asuransi syariah bertindak sebagai mudharib, yaitu pihak yang diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta sebagai shahibul maal untuk mengelola uang premi dan mengembangkan dengan jalan yang halal sesuai dengan syari serta memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan akad.

Berdasarkan akad yang disepakati, perusahaan dan peserta mempunyai hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Kewajiban tertanggung adalah membayar uang premi sekaligus dimuka atau angsuran secara berkala. Uang premi yang diterima perusahaan dipisahkan atas rekening tabungan dan rekening tabarru. Sementara hak tertanggung diantaranya adalah mendapatkan uang pertanggungan atau klaim serta bagi hasil jika ada. Premi pada asuransi jiwa syariah, premi yang dibayarkan peserta terdiri atas unsur tabungan dan tabarru. Dengan ketentuan tabarru diambil dari mortalita yang besarnya bergantung pada usia dan masa perjanjian.

Perusahaan dan peserta memperoleh keuntungan dari hasil surplus underwriting kegiatan investasi dan pengembangan usaha dengan prinsip mudharabah atau prinsip lain yang memperbolehkan secara syari atas petunjuk dewan syariah. Pembagian keuntungan didasarkan atas akad awal yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta dalam bentuk sistem pembagian tertentu, seperti 60% : 40%, disini berarti 60% bagian untuk perusahaan dan 40% bagian untuk peserta dari pendapatan bersih setelah dikurangi berbagai macam biaya atau beban asuransi, seperti reasuransi dan klaim.